Anda di halaman 1dari 19

KEPERAWATAN DEWASA SISTEM PERNAFASAN,

KARDIOVASKULER, DAN HEMATOLOGI


“MAKALAH ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM
PERNAFASAN”
Dosen Pengampu: Nataria Yanti Silaban, S.Kep., Ns., M.Kep

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 1/2A
ADINDA MAHFIRANDA (2214201004)
MIFTAHUL KHOIRIAH (2214201024)
KARMILA HARAHAP (2214201020)
MAISURI WIZANA (2214201022)
AMANDA PRADITA.S (2214201010)
ADHELINA.G SIMANJUNTAK (2214201003)
AFRIDAYANTI NASUTION (2214201005)
AGNES THERESIA (2214201006)
SIGIT PRASETIO (2214201033)
YUDHA RIZKI PRATAMA.T (2214201034)
M. ARY IKHSAN (2214201021)
GEMBIRA PURBA (2214201017)

PROGRAM STUDI S1-KEPERAWATAN


UNIVERSITAS IMELDA MEDAN
TA.2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji Syukur atas kehadirat Allah SWT karena berkat limpahan rahmat dan
karunianya kami dapat menyelesekaikan makalah ini di waktu yang tepat.
Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas KEPERAWATAN
DEWASA SISTEM PERNAFASAN, KARDIOVASKULER, DAN
HEMATOLOGI. Makalah ini berisikan tentang asuhan keperawatan sitem
pernafasan.
Kami berharap dengan disusunnya makalah ini dapat membantu orang yang
membaca mendapat informasi terbaru dan memudahkan dalam pembelajaran mata
kuliah KEPERAWATAN DEWASA SISTEM PERNAFASAN,
KARDIOVASKULER, DAN HEMATOLOGI, juga mengharapkan makalah ini
sudah tersusun dengan baik dan benar. Walaupun kami menyadari masih banyak
kekurangan yang harus kami perbaiki di makalah ini. Semoga kami terus menjadi
mahasiswa dan mahasiswi yang ingin belajar dari kesalahan
Tidak lupa juga kami ucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu kami dalam proses pengerjaan makalah ini.

Medan, 28 September 2023

Penulis
DAFTAR ISI
COVER .................................................................................................................. 1
KATA PENGANTAR ............................................................................................ 2
DAFTAR ISI .......................................................................................................... 3
BAB I ...................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................. 4
A. LATAR BELAKANG ................................................................................ 4
B. RUMUSAN MASALAH ............................................................................ 5
C. TUJUAN MASALAH ................................................................................ 5
BAB II .................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN .................................................................................................... 6
A. ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PERNAFASAN ...................... 6
1. SALURAN PERNAFASAN BAGIAN ATAS ....................................... 6
2. SALURAN PERNAFASAN BAGIAN BAWAH .................................. 8
B. ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN. 9
a. PENGKAJIAN........................................................................................ 9
b. DIAGNOSIS KEPERAWATAN .......................................................... 14
c. INTERVENSI KEPERAWATAN ........................................................ 15
BAB III ................................................................................................................. 18
PENUTUPAN ...................................................................................................... 18
A. KESIMPULAN......................................................................................... 18
B. SARAN ...................................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 19
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Sistem pernapasan atau sistem respirasi merupakan sistem organ yang
berperan penting dalam pertukaran gas. Rangkaian organ dalam sistem
pernapasan bertanggung jawab untuk mengambil oksigen dan mengeluarkan
karbondioksida. Sistem biologis yang berkaitan dengan pernapasan ini
membantu tubuh dalam pertukaran gas antara udara dan darah serta antara darah
dan miliaran sel tubuh.
Secara keseluruhan, sistem pernapasan terbagi menjadi saluran pernapasan
dan organ pernapasan. Saluran pernapasan dimulai dari hidung sampai dengan
bronkiolus, sedangkan organ utama sistem pernapasan adalah paru-paru. Sistem
pernapasan terbagi menjadi sistem pernapasan atas dan sistem pernapasan
bawah yang dibatasi oleh laring. Organ yang termasuk dalam saluran
pernapasan bagian atas adalah hidung, faring, dan laring. Saluran pernapasa atas
terdiri atas hidung, faring, dan laring sedangkan sistem pernapasan bawah
adalah trakea, bronkus, dan bronkiolus.
Sel darah merah melalui hemoglobin akan mengikat oksigen dari paru-paru
dan membawanya ke bagian tubuh yang dibutuhkan. Selama prosesnya, sel
darah merah mengumpulkan karbon dioksida dan membawanya kembali ke
paru-paru, di mana karbon dioksida meninggalkan tubuh saat kita
menghembuskan napas atau ekspirasi. Sebagian besar organ sistem pernapasan
membantu mendistribusikan udara, namun hanya alveoli, sejenis organ tubuh
yang mirip dengan anggur kecil dan saluran alveolar lah yang bertanggung
jawab atas pertukaran gas aktual.
Selain pertukaran udara dan pertukaran gas, saringan sistem pernapasan
juga menghangatkan dan melembapkan udara yang dihirup tubuh. Organ sistem
pernapasan juga berperan penting dalam aktivitas berbicara dan indera
penciuman. Selain itu, sistem pernapasan juga membantu tubuh menjaga
homeostasis atau membantu menjaga keseimbangan antarelemen di lingkungan
internal tubuh untuk mempertahankan fungsi tubuh.
Perawat adalah tenaga kesehatan yang paling banyak berinteraksi dengan
pasien daripada tenaga Kesehatan yang lain, sehingga perawat harus
mengetahui gangguan yang ada pada kesehatan pasien. Gangguan
tersebut dapat dipaparkan seorang perawat dalam beberapa diagnosa
keperawatan yang digunakan untuk membuat asuhan keperawatan pada
klien selama di rumah sakit. Oleh karena itu perawat harus bisa
membuat asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem
pernafasan.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa sajakah anatomi dan fisiologi sistem pernafasan?
2. Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sistem
respirasi?

C. TUJUAN MASALAH
1. Mengetahui anatomi dan fisiologi sistem pernafasan.
2. Menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien dengan gangguan sitem
pernafasan.
BAB II

PEMBAHASAN

A. ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PERNAFASAN


Sistem pernapasan atau respirasi pada manusia terdiri dari jaringan dan
organ tubuh yang merupakan tolak ukur bagi kesehatan manusia. Sistem
respirasi yang mengalami gangguan, akan mengganggu sistem lain yang bekerja
di dalam tubuh. Hal ini dapat menimbulkan terganggunya keseimbangan internal
tubuh. Terganggunya proses homeostasis dalam jangka panjang dapat
menimbulkan berbagai macam penyakit.

1. SALURAN PERNAFASAN BAGIAN ATAS


a. Lubang Hidung (cavum nasi)
Hidung dibentuk oleh tulang sejati (os) dan tulang rawan (kartilago).
Hidung dibentuk oleh sebagian kecil tulang sejati, sisanya terdiri atas
kartilago dan jaringan ikat (connective tissue). Bagian dalam hidung
merupakan suatu lubang yang dipisahkan menjadi lubang kiri dan kanan
oleh sekat (septum). Rongga hidung mengandung rambut (fimbriae)
yang berfungsi sebagai penyaring (filter) kasar terhadap benda asing
yang masuk. Pada permukaan (mukosa) hidung terdapat epitel bersilia
yang mengandung sel goblet. Sel tersebut mengeluarkan lendir sehingga
dapat menangkap benda asing yang masuk ke dalam saluran pernapasan.
Kita dapat mencium aroma karena di dalam lubang hidung terdapat
reseptor. Reseptor bau terletak pada cribriform plate, di dalamnya
terdapat ujung dari saraf kranial I (Nervous Olfactorius).
Hidung berfungsi sebagai jalan napas, pengatur udara, pengatur
kelembapan udara (humidifikasi), pengatur suhu, pelindung dan
penyaring udara, indra pencium, dan resonator suara. Fungsi hidung
sebagai pelindung dan penyaring dilakukan oleh vibrissa, lapisan lendir,
dan enzim lisozim. Vibrissa adalah rambut pada vestibulum nasi yang
bertugas sebagai penyaring debu dan kotoran (partikel berukuran besar).
Debu-debu kecil dan kotoran (partikel kecil) yang masih dapat melewati
vibrissa akan melekat pada lapisan lendir dan selanjutnya dikeluarkan
oleh refleks bersin. Jika dalam udara masih terdapat bakteri (partikel
sangat kecil), maka enzim lisozim yang menghancurkannya.

b. Faring
Faring merupakan pipa berotot berbentuk cerobong (113 cm) yang
letaknya bermula dari dasar tengkorak sampai persambungannya dengan
esofagus pada ketinggian tulang rawan (kartilago) krikoid. Faring
digunakan pada saat digestion (menelan) seperti pada saat bernapas.
Berdasarkan letaknya faring dibagi menjadi tiga yaitu di belakang hidung
(naso-faring), belakang mulut (oro-faring), dan belakang laring
(laringo-faring).
Naso-faring terdapat pada superior di area yang terdapat epitel
bersilia (pseudo stratified) dan tonsil (adenoid), serta merupakan muara
tube eustachius. Adenoid atau faringeal tonsil berada di langit-langit
naso-faring. Tenggorokan dikelilingi oleh tonsil, adenoid, dan jaringan
limfoid lainnya. Struktur tersebut penting sebagai mata rantai nodus
limfatikus untuk menjaga tubuh dari invasi organisme yang masuk ke
hidung dan tenggorokan.
Orofaring berfungsi menampung udara dari nasofaring dan makanan
dari mulut. Pada bagian ini terdapat tonsili palatina (posterior) dan tonsili
lingualis (dasar lidah).
Laringo-faring merupakan bagian terbawah faring yang
berhubungan dengan esofagus dan pita suara (vocal cord) yang berada
dalam trakhea. Laringo-faring berfungsi pada saat proses menelan dan
respirasi. Laringo- faring terletak di bagian depan pada laring, sedangkan
trakhea terdapat di belakang.

c. Laring
Laring sering disebut dengan 'voice box' dibentuk oleh struktur
epitelium-lined yang berhubungan dengan faring (di atas) dan trakhea (di
bawah). Laring terletak di anterior tulang belakang (vertebrae) ke-4 dan
ke-6. Bagian atas dari esofagus berada di posterior laring.
Fungsi utama laring adalah untuk pembentukan suara, sebagai
proteksi jalan napas bawah dari benda asing dan untuk memfasilitasi
proses terjadinya batuk. Laring terdiri atas:
1) Epiglotis : katup kartilago yang menutup dan membuka
selama menelan.
2) Glotis : lubang antara pita suara dan laring.
3) Kartilago tiroid : kartilago yang terbesar pada trakhea,
terdapat bagian yang membentuk jakun ('Adam's apple').
4) Kartilago krikoid : cincin kartilago yang utuh di laring
(terletak di bawah kartilago tiroid).
5) Kartilago aritenoid : digunakan pada pergerakan pita suara
bersama dengan kartilago tiroid.
6) Pita suara : sebuah ligamen yang dikontrol oleh pergerakan
otor yang menghasilkan suara dan menempel
pada lumen laring.

2. SALURAN PERNAFASAN BAGIAN BAWAH


a. Trakea
Trakea merupakan perpanjangan dari laring pada ketinggian tulang
vertebrae torakal ke-7 yang bercabang menjadi dua bronkus. Ujung
cabang trakea disebut carina. Trakea bersifat sangat fleksibel, berotot,
dan memiliki panjang 12 cm dengan cincin kartilago berbentuk huruf C.
Pada cincin tersebut terdapat epitel bersilia tegak (pseudostratified
ciliated columnar epithelium) yang mengandung banyak sel goblet yang
mensekresikan lendir (mucus).

b. Bronkus
Cabang bronkus kanan lebih pendek, lebih lebar, dan cenderung
lebih vertikal daripada cabang yang kiri. Hal tersebut menyebabkan
benda asing lebih mudah masuk ke cabang kanan daripada cabang
bronkus sebelah kiri.
Segmen dan subsegmen bronkus bercabang lagi dan berbentuk
seperti ranting masuk ke setiap paru-paru. Bronkus disusun oleh jaringan
kartilago sedangkan bronkiolus, yang berakhir di alveoli, tidak
mengandung kartilago. Tidak adanya kartilago menyebabkan bronkiolus
mampu menangkap udara, namun juga dapat mengalami kolaps. Agar
tidak kolaps, alveoli dilengkapi dengan porus/lubang kecil yang terletak
antar alveoli (‘Kohn pores') yang berfungsi untuk mencegah kolaps
alveoli.
Saluran pernapasan mulai dari trakhea sampai bronkus terminalis
tidak mengalami pertukaran gas dan merupakan area yang dinamakan
Anatomical Dead Space. Banyaknya udara yang berada dalam area
tersebut adalah sebesar 150 ml. Awal dari proses pertukaran gas terjadi
di bronkiolus respiratorius.
c. Paru-paru
Paru-paru terletak pada rongga dada, berbentuk kerucut yang
ujungnya berada di atas tulang iga pertama dan dasarnya berada pada
diafragma. Paru-paru kanan mempunyai tiga lobus sedangkan paru-paru
kiri mempunyai dua lobus. Kelima lobus tersebut dapat terlihat dengan
jelas. Setiap paru-paru terbagi lagi menjadi beberapa sub bagian menjadi
sekitar sepuluh unit terkecil yang disebut bronchopulmonary segments.
Paru-paru kanan dan kiri dipisahkan oleh ruang yang disebut
mediastinum. Jantung, aorta, vena cava, pembuluh paru-paru, esofagus,
bagian dari trakhea dan bronkhus, serta kelenjar timus terdapat pada
mediastinum.

d. Alveoli
Parenkim paru-paru merupakan area yang aktif bekerja dari jaringan
paru-paru. Parenkim tersebut mengandung berjuta-juta unit alveolus.
Alveoli merupakan kantong udara yang berukuran sangat kecil, dan
merupakan akhir dari bronkiolus respiratorius sehingga memungkinkan
pertukaran O2 dan CO2. Seluruh dari unit alveoli (zona respirasi) terdiri
atas bronkiolus respiratorius, duktus alveolus, dan alveolar sacs (kantong
alveous). Fungsi utama dari unit alveolus adalah pertukaran O2 dan CO2
di antara kapiler pulmoner dan alveoli.
Diperkirakan terdapat 24 juta alveoli pada bayi yang baru lahir.
Seiring dengan pertambahan usia, jumlah alveoli pun bertambah dan
akan mencapai jumlah yang sama dengan orang dewasa pada usia 8 tahun,
yakni 300 juta alveoli. Setiap unit alveoli menyuplai 9-11 prepulmonari
dan pulmonari kapiler.

Proses respirasi dapat dibagi menjadi tiga proses utama, yaitu:


a. Ventilasi pulmonal adalah proses keluar masuknya udara di
atmosfer ke alveoli di paru-paru.
b. Difusi adalah proses pertukaran O2 dan CO2 di alveoli.
c. Transportasi adalah proses beredarnya O2 ke dalam darah
dan cairan tubuh hingga ke sel-sel.

B. ASUHAN KEPERAWATAN GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN


a. PENGKAJIAN
1. Riwayat Kesehatan
Data awal yang perlu dikumpulkan adalah data BIOGRAFI
KLIEN. Data tersebut mencakup usia, jenis kelamin, pekerjaan
(gambaran lingkungan tempat kerja), dan tempat tinggal. Lingkungan
tempat tinggal berkaitan dengan kondisi tempat tinggal klien. Selain itu,
berkaitan dengan lingkungan tempat tinggal, kumpulkan informasi
mengenai apakah si klien tinggal sendiri atau bersama dengan orang lain.
Informasi ini bisa berguna bagi perencanaan pulang. Data selanjutnya
yang dikumpulkan berkenaan dengan riwayat kesehatan klien adalah
data yang ada saat ini maupun data yang sudah lalu. Setelah pencatatan
data biografi selesai, pemeriksaan riwayat medis atau kesehatan dapat
dimulai dengan berfokus pada keluhan utama klien.
Berkaitan dengan riwayat kesehatan lampau, perawat bisa
menanyakan kepada klien mengenai masalah kesehatan sebelumnya.
Perawat dapat menanyakan kepada klien apakah mereka pernah
mendapatkan perawatan medis. Jika klien pernah dirawat sebelumnya,
tanyakan keluhan utama saat itu. Perawat juga bisa menanyakan kepada
klien perihal keberlanjutan perawatan yang dijalani klien. Tanyakan
juga kepada klien seputar kemungkinan pernah menjalani prosedur
pemeriksaan X-Ray, CT-Scan, MRI atau pemeriksaan penunjang khusus
lainnya. Klien hendaknya ditanya apakah ia pernah dirawat di rumah
sakit dan alasan mengapa ia dirawat.
Berkenaan dengan riwayat bedah sebelumnya, perawat dapat
bertanya kepada klien mengenai beberapa hal, seperti riwayat bedah
yang pernah dilakukan serta kapan waktunya, komplikasi yang terjadi,
informasi seputar operasi yang pernah dilakukan, dan dorong klien
untuk dapat menjawab sespesifik mungkin.
Berkaitan dengan riwayat kesehatan (medical history) klien,
terdapat manifestasi klinis, dan riwayat medis lainnya.
1) Keluhan Utama
Keluhan utama akan menentukan prioritas intervensi
dan mengkaji pengetahuan pasien tentang kondisinya saat ini.
Keluhan utama yang biasa muncul pada pasien yang
mengalami gangguan siklus O, dan CO, antara lain batuk,
peningkatan produksi sputum, dispnea, hemoptisis,
wheezing, stridor, dan nyeri dada.
2) Riwayat Kesehatan Masa Lalu
Perawat menanyakan tentang riwayat penyakit
pernapasan pasien. Secara umum perawat perlu menanyakan
mengenai hal-hal berikut ini:
1) Riwayat merokok, merokok merupakan penyebab utama
kanker paru-paru, emfisema, dan bronkitis kronis.
Semua keadaan itu sangat jarang menimpa non perokok.
Anamnesis harus mencakup hal-hal;
• Usia mulainya merokok secara rutin
• Rata-rata jumlah rokok yang dihisap per hari
• Usia menghentikan kebiasaan merokok
2) Pengobatan saat ini dan masa lalu
3) Alergi
4) Tempat tinggal
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Tujuan menanyakan riwayat keluarga dan sosial
pasien penyakit paru-paru sekurang-kurangnya ada tiga hal,
yaitu:
• Penyakit infeksi tertentu khususnya tuberkulosis
ditularkan melalui satu orang ke orang lainnya.
Manfaat menanyakan riwayat kontak dengan orang
terinfeksi akan dapat diketahui sumber penularannya.
• Kelainan alergi, seperti asma bronkial, menunjukkan
suatu kecenderungan turun-temurun tertentu. Selain
itu, serangan asma dipicu oleh konflik keluarga atau
keluarga dekat.
• Pasien bronkitis kronis mungkin bermukim di daerah
yang tingka polusi udaranya tinggi. Namun polusi
udara tidak menimbulkar bronkitis kronis, melainkan
hanya memperburuk penyakit tersebut.
4) Riwayat Psikososial
Dapatkan informasi tentang aspek-aspek psikososial
klien yang mencakup lingkungan, pekerjaan, letak geografi,
kebiasaan, pola olahraga, dan nutrisi. Identifikasi semua
agen lingkungan yang mungkin memengaruhi kondisi klien,
lingkungan kerja, dan hobi. Tanyakan tentang kehidupan
sehari-hari klien, seperti jumlah anggota keluarga yang
tinggal serumah. Kondisi kehidupan dengan crowding index
yang tinggi meningkatkan risiko penyakit pernapasan seperti
tuberkulosis. Kaji bahaya lingkungan seperti sirkulasi udara
yang buruk.

2. Kajian Sistem (Head to Toe)


a. Inspeksi
Prosedur inspeksi yang dilakukan oleh perawat adalah sebagai
berikut:
i. Pemeriksaan dada dimulai dari dada posterior dan pasien harus
dalam posisi duduk.
ii. Dada diobservasi dengan membandingkan satu sisi dengan
yang lainnya.
iii. Tindakan dilakukan dari atas sampai ke bawah.
iv. Inspeksi dada posterior terhadap warna kulit dan kondisinya
(skar, lesi, dan massa) dan gangguan tulang belakang (kifosis,
skoliosis, dan lordosis).
v. Catat jumlah, irama, kedalaman pernapasan, dan kesimetrisan
pergerakan dada.
vi. Observasi tipe pernapasan seperti: pernapasan hidung atau
pernapasan diafragma serta penggunaan otot bantu pernapasan.
vii. Saat mengobservasi respirasi, catat durasi dari fase inspirasi (1)
dan fase ekspirasi (E). Rasio pada fase ini normalnya adalah
1:2. Fase ekspirasi yang memanjang menunjukkan adanya
obstruksi pada jalan napas dan sering ditemukan pada pasien
dengan Chronic Airflow Limitation (CAL)/Chronic Obstructive
Pulmonary Disease (COPD).
viii. Kaji konfigurasi dada dan bandingkan diameter anteroposterior
(AP) dengan diameter lateral/transversal (T). Rasio normal
berkisar antara 1:2 sampai 5:7, tergantung dari kondisi cairan
tubuh pasien.
ix. Kelainan bentuk dada :
o Barrel chest
Timbul akibat terjadinya overinflation paru-paru.
Terdapat peningkatan diameter AP: T (1:1), sering
terjadi pada pasien emfisema.
o Funnel chest (pectus excavatum)
Timbul jika terjadi depresi pada bagian bawah dari
sternum. Hal ini akan menekan jantung dan pembuluh
darah besar yang mengakibatkan murmur. Kondisi ini
dapat timbul pada ricketsia. marfan's syndrome, atau
akibat kecelakaan kerja.
o Piggeon chest (pectus carinactum)
Timbul sebagai akibat dari ketidaktepatan sternum yang
mengakibatkan terjadi peningkatan diameter AP. Terjadi
pada pasien dengan kifoskoliosis berat.
o Kyphoscoliosis (kifoskoliosis)
Terlihat dengan adanya elevasi skapula yang akan
mengganggu pergerakan paru-paru. Kelainan ini dapat
timbul pada pasien dengan osteoporosis dan kelainan
muskuloskeletal lain yang memengaruhi toraks.
▪ Kifosis : meningkatnya kelengkungan normal
columna vertebrae thoracalis menyebabkan
pasien tampak bongkok.
▪ Skoliosis : melengkungnya vertebrae thoracalis
ke samping, disertai rotasi vertebral.
x. Observasi kesimetrisan pergerakan dada. Gangguan pergerakan
atau tidak adekuatnya ekspansi dada mengindikasikan penyakit
pada paru- paru atau pleura.
xi. Observasi retraksi abnormal ruang interkostal selama inspirasi,
yang dapat mengindikasikan obstruksi jalan napas.

b. Palpasi
Palpasi dilakukan untuk mengkaji kesimetrisan pergerakan dada
dan mengobservasi abnormalitas, mengidentifikasi keadaan kulit, dan
mengetahui vocal/tactile premitus (vibrasi). Palpasi toraks berguna
untuk mengetahui abnormalitas yang terkaji saat inspeksi seperti
massa, lesi, dan bengkak. Perlu dikaji juga kelembutan kulit terutama
jika pasien mengeluh nyeri. Perhatikan adanya getaran dinding dada
yang dihasilkan ketika berbicara (vocal premitus).

c. Perkusi
Pada perkusi dada klien, kita harus menggunakan jari yang ditekan
mendatar di atas dada; ujung jari tengah tangan yang tidak dominan ini
diketukkan di atas tulang tengah jari tangan dominan.
Perawat melakukan perkusi untuk mengkaji resonansi pulmoner,
organ yang ada di sekitarnya, dan pengembangan (ekskursi) diafragma.
Jenis suara perkusi ada dua jenis yaitu:
1) Suara perkusi normal
▪ Resonan (Sonor) : dihasilkan pada jaringan paru-paru normal
umumnya bergaung dan bernada rendah.
▪ Dullnes : dihasilkan di atas bagian jantung atau paru-paru.
▪ Tympany : dihasilkan di atas perut yang berisi udara umumnya
bersifat musikal.
2) Suara Perkusi Abnormal
▪ Hiperresonan : bergaung lebih rendah dibandingkan dengan
resonan dan timbul pada bagian paru-paru yang abnomal berisi
udara.
▪ Flatness : nadanya lebih tinggi dari dullness dan dapat didengar
pada perkusi daerah paha, dimana seluruh areanya diiisi jaringan.

d. Auskultasi
Aukultasi merupakan pengkajian yang sangat bermakna mencakup
mendengarkan suara napas normal dan suara tambahan (abnormal).
Suara napas normal dihasilkan dari getaran udara ketika melalui
jalan napas dari laring ke alveoli dan bersifat bersih.
1) Jenis suara napas normal adalah:
Bronkhial: sering juga disebut dengan 'tubular sound'
karena suara ini dihasilkan oleh udara yang melalui suatu
tube (pipa), suaranya terdengar keras, nyaring, dengan
hembusan yang lembut. Fase ekspirasinya lebih panjang
daripada inspirasi dan tidak ada jeda di antara kedua fase
tersebut. Normal terdengar di atas trakhea atau daerah lekuk
suprasternal.
Bronkovesikular: merupakan gabungan dari suara napas
bronkhial dan vesikular. Suaranya terdengar nyaring
dengan intensitas sedang. Inspirasi sama panjang dengan
ekspirasi. Suara ini terdengar di daerah dada di mana
bronkhus tertutup oleh dinding dada.
Vesikular: terdengar lembut, halus, seperti angin sepoi-
sepoi. Inspirasi lebih panjang dari ekspirasi, ekspirasi
terdengar seperti meniup.
2) Jenis suara napas tambahan adalah:
❖ Wheezing : terdengar selama inspirasi dan ekspirasi,
dengan karakter suara nyaring, musikal, suara terus
menerus yang disebabkan aliran udara melalui jalan
napas yang menyempit.
❖ Ronchi : terdengar selama fase inspirasi dan ekspirasi,
karakter suara terdengar perlahan, nyaring, dan suara
mengorok terus-menerus. Berhubungan dengan sekresi
kental dan peningkatan produksi sputum.
❖ Pleural friction rub : terdengar saat inspirasi dan
ekspirasi. Karakter suara kasar, berciut, dan suara
seperti gesekan akibat dari inflamasi pada daerah
pleura. Sering kali pasien mengalami nyeri saat
bernapas dalam.
❖ Crackles, dibagi menjadi dua jenis yaitu:
I. Fine crackles: setiap fase lebih sering terdengar
saat inspirasi.Karakter suaranya meledak-ledak,
terpecah oleh udara yang lewat daerah yang
lembap di alveoli atau bronkhiolus. Suara
seperti rambut yang digesekkan.
II. Coarse crackles: lebih menonjol saat ekspirasi.
Karakter suara lemah, kasar, suara gesekan
terpotong akibat terdapatnya cairan atau sekresi
pada jalan napas yang besar. Mungkin akan
berubah ketika pasien batuk.

b. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Diagnosis keperawatan yang berhubungan dengan gangguan saluran
pernapasan (oksigenasi) yang mencakup ventilasi, difusi, dan transportasi
sesuai dengan klasifikasi SDKI (2016) antara lain :
1. Bersihan jalan napas tidak efektif merupakan ketidakmampuan
membersihkan sekret atau obstruksi jalan napas untuk
mempertahankan jalan napas tetap paten.
2. Gangguan pertukaran gas merupakan kelebihan atau
kekurangan oksigenasi dan/atau eleminasi karbondioksida pada
membran alveolus-kapiler.
3. Pola napas tidak efektif merupakan inspirasi dan/atau ekspirasi
yang tidak memberikan ventilasi adekuat..
4. Gangguan penyampihan ventilator merupakan
ketidakmampuan beradaptasi dengan pengurangan bantuan
ventilator mekanik yang dapat menghambat dan memperlama
proses penyapihan.
5. Gangguan ventilasi spontan merupakan penurunan cadangan
energi yang mengakibatkan individu tidak mampu bernapas secara
adekuat.
6. Risiko aspirasi merupakan berisiko mengalami masuknya sekresi
gastrointestinal, sekresi orofaring, benda cair atau padat ke dalam
saluran trakeobronkial akibat disfungsi mekanisme protektif
saluran napas.

c. INTERVENSI KEPERAWATAN
Rencana yang dapat dilakukan untuk mempertahankan respirasi
normal yang diadopsi dari beberapa sumber adalah:
1. Intervensi Umum
➢ Latihan batuk efektif
Melatih pasien yang tidak memiliki kemampuan batuk
secara efektif untuk membersihkan laring, trakea dan
bronkiolus dari sekret atau benda asing di jalan napas.
➢ Manajemen jalan napas
Mengidentifikasi dan mengelola kepatenan jalan napas.
➢ Pemantauan respirasi
Mengumpulkan dan menganalisis data untuk
memastikan kepatenan jalan napas dan keefektifan
pertukaran gas.
➢ Penyapihan ventilasi mekanik
Memfasilitasi pasien bernapas tanpa bantuan ventilasi
mekanik.
➢ Terapi oksigen
Memberikan tambahan oksigen untuk mencegah dan
mengatasi kondisi kekurangan oksigen jaringan.
➢ Dukungan Ventilasi
Memfasilitasi dalam mempertahankan pernapasan
spontan untuk memaksimalkan pertukaran gas di paru-
paru.
➢ Pencegahan aspirasi
Mengidentifikasi dan mengurangi resiko masuknya
partikel makanan/cairan ke dalam paru-paru.
➢ Posisi
Posisi pasien dengan masalah respiratori biasanya
lebih nyaman jika mereka diberikan posisi semi
fowler/fowler. Elevasi kepala dan leher akan
meningkatkan ekspansi paru-paru dan meningkatkan
efisiensi otot pernapasan.
➢ Kontrol lingkungan
Satu-satunya hal penting yang menyebabkan iritasi
saluran pernapasan adalah merokok. Pada saat merawat
pasien dengan gangguan respiratori, tempatkan pasien
pada lingkungan yang bebas polutan.
➢ Aktivitas dan istirahat
Beberapa penyakit akut seperti influenza,
memerlukan bedrest selama beberapa hari sebelum
dapat beraktivitas normal kembali.
➢ Kebersihan mulut (oral hygine)
Banyak pasien yang kesulitan bernapas sehingga
mereka bernapas melalui mulut akibatnya mukosa
mulut menjadi kering dan berisiko menjadi stomatitis.
Batuk sering terjadi dan sputum akan mengering. Oleh
karena itu diperlukan oral hygiene untuk pasien dengan
masalah respiratori.
Pembersihan mulut dapat mengurangi rasa dan bau
mulut yang tidak sedap. Penggunaan antiseptik akan
menolong mengurangi jumlah kuman patogen pada
rongga mulut, sehingga akan menolong mencegah
infeksi.
➢ Hidrasi adekuat
Hidrasi yang optimal berguna untuk mencegah
konstipasi dan ketidakseimbangan cairan serta
menolong mengencerkan sekresi bronkopulmonal
sehingga mudah dikeluarkan.
Anjurkan pasien untuk minum 3000-4000 cc/hari,
namun sebelumnya pastikan pasien tidak mempunyai
gangguan pada jantung dan ginjal.
➢ Pencegahan dan kontrol infeksi
Superinfeksi terjadi jika penggunaan obat untuk
menangani infeksi juga menghancurkan flora normal
tubuh. Kondisi tersebut mengakibatkan turunnya
ketahanan (imunitas) dalam tubuh sehingga pada
akhirnya timbul dan berkembang infeksi sekunder atau
superinfeksi. Infeksi nosokomial terjadi akibat
kontaminasi peralatan yang menunjukkan kesalahan
dalam prosedur.
➢ Dukungan psikososial
Dukungan psikososial dengan menurunkan
kecemasan pasien sangat penting karena kecemasan
akan memperburuk gejala seperti dispnea
dan bronkospasme.

2. Agen Farmakologi Respiratori


a) Antimicrobials (Antibiotik)
Biasanya Ampicillin dan Tetracycline dapat
digunakan untuk mengobati infeksi paru-paru.
Walaupun penyebab yang kerap menginfeksi saluran
pernapasan adalah virus yang pengobatannya bersifat
simptomatik.
b) Bronchodilators
Obat yang bekerja langsung pada otot bronkus
untuk mengurangi bronkospasme. Biasanya dibedakan
menjadi dua kelompok yaitu:
I) B-adrenergics, seperti albuterol (ventolin).
2) Teofilin, seperti aminofilin.
Efek samping yang sering terjadi adalah
peningkatan detak jantung, palpitasi, kecemasan,
tremor, nausea, dan anoreksia.
c) Adrenal Glukokortikoid (Prednison)
Obat yang digunakan untuk mengurangi inflamasi
dengan cara mempertebal dinding bronkial dan
memperkecil ukuran lumen bronkial.
d) Antitusive
Antitusive berfungsi untuk menghambat refleks
batuk pada pusat batuk. Contoh dari golongan ini
adalah Benzinatate (Tessalon), Codein Phosphate.
Dextrometorphan Hydrobromida (Robitusin DM), dan
Hydrocodone Bitartrate (Hycodan).
e) Mucolytics
Mucolytics membantu mengencerkan sekresi
pulmonal sehingga sekret dapat dikeluarkan. Obat ini
diberikan kepada pasien dengan sekresi mukus yang
abnormal dan kental. Misalnya, pada pasien dengan
penyakit akut dan kronis seperti pneumonia, bronkhitis,
tuberkulosis, serta cystic fibrosis.
Acetilcystein (Mucomyst) yang berbentuk aerosol
berguna untuk mengurangi kekentalan sekret. Namun
karena Acetilcystein dapaT menyebabkan
bronkospasme, maka harus digunakan bersama-sama
dengan bronkodilator aerosol.
f) Antiallergenics
Cromolyn Sodium (Intal) merupakan antialergen
khusus untuk pasien penderita asma. Antialergen ini
menstabilkan mast sel dan menghambat pelepasan
mediator tipe I dari reaksi alergi (histamin dan Slow-
Reacting Substance of Anaphylaxis (SRS-A]).
BAB III

PENUTUPAN

A. KESIMPULAN
Sistem pernafasan adalah salah satu sistem yang berperan vital dalam tubuh
manusia, sistem pernafasan berfungsi untuk pertukaran udara yang
mengandung oksigen dan karbondioksida, yang kemudian akan diteruskan oleh
sistem kardiovaskular untuk penyebarannya dalam tubuh, Sebagain salah satu
sistem yang sangat banyak perannya dalam tubuh, sistem pernafasan harus
dijaga agar tidak mengalami gangguan.
Seorang perawat yang merupakan tenaga kesehatan yang berinteraksi paling
lama dengan pasien harus mampu melakukan asuhan keperawatan pada pasien
dengan gangguan sistem pernafasan. Oleh karena itu, perawat harus memahami
semua diagnosa yang berhubungan dengan gangguan sistem pernafasan.

B. SARAN
Sebagai seorang perawatn diharapkan mampu memahami dan mengetahui
masalah yang behubungan dengan gangguan sistem pernafasan pada pasien,
agar perawat mampu melakukan asuhan keperawatan pada klien tersebut.
DAFTAR PUSTAKA

PPNI, T. P. (2016). STANDAR DIAGNOSIS KEPERAWATAN INDONESIA.


Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat.
PPNI, T. P. (2018). STANDAR INTERVENSI KEPERAWATAN INDONESIA.
Jakarta Selatan: Dewan Pengurus Pusat.
Scholastica Fina Aryu Puspasari, N. M. (2018). ASUHAN KEPERAWATAN PADA
KLIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM PERNAFASAN. Yogyakarta:
Pustaka Baru Press.
Somantri, I. (2007). Keperawatan Medikal Bedah, Asuhan Keperawatan pada
Pasien Gangguan Sistem pernafasan . Jakarta: Penerbit Salemba Medika.
Tamtam, T. (n.d.). ASUHAN KEPERAWATAN SISTEM PERNAFASAN . Retrieved
from ACADEMIA:
https://www.academia.edu/20617338/ASUHAN_KEPERAWATAN_SIST
EM_PERNAPASAN

Anda mungkin juga menyukai