Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

SISTEM PERNAPASAN

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Ilmu Dasar Keperawatan.

Dosen : Susan Irawan, Skep., Ners., MNs.

Disusun oleh:

Wulandari (191FK03036)

Sri Dewi Mey Andriani (191FK03037)

Sinta Nursari (191FK03038)

Erni Risnaeni (191FK03039)

Amelia Agustin (191FK03040)

Kelas: 1A- S1 Keperawatan (kelas c)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul
Sistem Pernapasan ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas
Ilmu Dasar Keperawatan. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang Sistem Pernapasan bagi para pembaca dan penulis.
Kami mengucapkan terimakasih kepada dosen pembimbing yang telah
memberikan tugas ini sehingga dapat menambah wawasan sesuai dengan bidang
studi yang kami pelajari.
Tak lupa juga kepada teman-teman yang telah berkontribusi dalam
pembuatan makalah ini.Kami menyadarai makalah yang kami tulis ini masih jauh
dari kata sempurna.
Oleh karena itu,kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

Bandung, November 2019

Penulis

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar.......................................................................................................i
Daftar Isi.................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................. .......1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................1
1.3 Tujuan Penelitian.......... ............................................................................. 2
1.4 Manfaat..............................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN........................................................................................3
2.1 Organ Pernapasan pada Manusia.......................................................................3
2.2 Proses Pernapasan pada manusia........................................................................6
2.3 Mekanisme Pernapasan pada Manusia....................................................... 8
2.4 Faktor yang Mempengaruhi Frekuensi Pernapasan Manusia .................... 9
2.5 Gangguan Pernapasan pada Manusia..............................................................10
BAB III PENUTUP..............................................................................................12
3.1 Kesimpulan......................................................................................................12
3.2 Saran................................................................................................................12
Daftar Pustaka........................................................................................................

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Salah satu ciri makhluk hidup adalah dengan bernapas, semua makhluk hidup
melakukan proses ini, demikian juga manusia. Pernapasan merupakan rangkaian
proses sejak pengambilan udara dan gas. Penggunaannya untuk memecah zat,
mengeluarkan gas yang dihasilkan dari sisa metabolisme, dan memanfaatkan energi
yang dihasilkan. Bernafas adalah kegiatan menghirup udara dan mengeluarkan
udara. Udara mengandung berbagai komponen gas, salah satunya adalah oksigen
(O2) dan karbon dioksida (CO2). Oksigen inilah yang diperlukan oleh tubuh,
oksigen masuk ke dalam tubuh melalui pernapasan. Selanjutnya, pernapasan
menghasilkan karbon dioksida (CO2) yang dikeluarkan dari dalam tubuh.
Pernapasan makhluk hidup dapat dibedakan menjadi dua, yaitu dengan cara
langsung dan tidak langsung. Pernapasan secara langsung terjadi pada organ
pernapasan khusus, sedangkan pernapasan tidak langsung terjadi jika belum ada
organ pernapasan khusus. Pernapasan manusia dan sebagian besar makhluk hidup
vetebrata lainnya, termasuk pernapasan tidak langsung, artinya udara pernapasan
yang diperlukan tubuh, tidak langsung masuk ke dalam sel melalui permukaan
tubuh, tetapi melalui selaput tipis yang terdapat di dalam saluran pernapasan, yaitu
gelembung paru-paru. Pentingnya untuk mempelajari sistem pernapasan manusia
terkait dengan organ pernapasannya, prosesnya dan gangguan yang harus dihindari
untuk menjaga sistem pernapasan. Pada makalah ini, akan dibahas lebih lanjut
mengenai sistem pernapasan manusia tentang proses, alat, dan beberapa hal yang
mempengaruhinya.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang pembuatan makalah ini, maka rumusan masalah
pada makalah ini adalah sebagai berikut.
1. Apa beberapa organ pernapasan pada manusia?
2. Bagaimana proses pernapasan pada manusia?
3. Bagaimana mekanisme pernapasan pada manusia?

1
4. Apa faktor yang mempengaruhi frekuensi pernapasan manusia?
5. Apa saja gangguan pernapasan pada manusia?

1.3 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka tujuan dari penulisan makalah ini
adalah sebagai berikut
1. Untuk mengetahui beberapa organ pernapasan pada manusia
2. Untuk mengetahui proses pernapasan pada manusia
3. Untuk mengetahui mekanisme pernapasan pada manusia
4. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi frekuensi pernapasan manusia
5. Untuk mengetahui beberapa gangguan pernapasan pada manusia

1.4 Manfaat
Untuk memberi pengetahuan bagi para pembaca mengenai Sistem Pernapasan.

2
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Organ Pernapasan pada Manusia
Sistem pernapasan pada manusia meliputi semua struktur yang
menghubungkan udara ke dan dari paru-paru. Organ pernapasan utama berupa
paru-paru. Berikut ini adalah organ-organ yang digunakan dalam pernapasan
manusia.
1. Hidung
Rongga hidung merupakan tempat yang paling awal
dimasuki udara pernapasan. Hidung merupakan alat
pernapasan yang terletak di luar dan tersusun atas tulang
rawan. Hidung terdiri dari lubang hidung, rongga hidung,
dan ujung rongga hidup. Sekitar 15.000 liter udara setiap
hari akan melewati hidung (Endang dan Idun, 2009: 231). Di dalam rongga hidung,
udara disaring oleh rambut-rambut kecil (silia) dan selaput lendir yang berguna
untuk menyaring debu, melekatkan kotoran pada rambut hidung, mengatur suhu
udara pernapasan, maupun menyelidiki adanya bau. Berikut ini adalah fungsi
hidung.
a. Menghangatkan udara
Hidung memiliki struktur pembuluh darah yang sangat kecil dan tipid yang
berada di sekitar hidung. Ketika udara yang terhirup dingin hidung memperbesar
pembuluh-pembuluh darah sehingga menambah luas permukaan untuk proses
penghangatan udara yang lebih besar.
b. Melembapkan udara
Hidung mensekresikan lendir, bahkan setiap harinya lendir yang diekskresikan
mencapai ±1 liter. Dengan lendir tersebut, air akan diuapkan untuk melaksanakan
proses pelembapan udara tersebut sehingga udara yang masuk ke paru-paru akan
selalu dalam keadaan lembap yaitu, ±80%
c. Membersihkan udara
Lendir juga ternyata dapat menjerat kotoran atau kuman yang berhasil lolos dari
saringan dari rambut hidung.

3
2. Laring
Laring disebut juga pangkal tenggorok atau kotak suara. Bagian sebelah atas
laring disebut faring yang memiliki panjang sekitan ± 4 cm. Struktur laring disusun
oleh kepingan tulang rawan, antara lain seperti berikut.
1. Tulang rawan epiglotis berjumlah satu dan terletak di puncak laring berbentuk
daun.
2. Tulang rawan tiroid berjumlah satu, berbentuk seperti perisai yang terletak di
sebelah anterior dari laring. Perbedaan antara pria dan wanita yakni pada pria
lebih besar dan menonjol yang membentuk jakun (Endang dan Idun, 2009: 232).
3. Tulang rawan krikoid berjumlah satu dan membatasi bagian bawah laring
berbentuk cincin.
4. Tulang rawan aritenoid berjumlah dua dan terletak di atas krikoid yang
berhubungan dengan pita suara
5. Tulang rawan kuneiformis berjumlah dua dan terletak di antara epiglotis dan
aritenoid.
6. Tulang rawan kornoculatum berjumlah dua dan terletak di atas aritenoid.
Pangkal tenggorok dapat ditutup oleh katup pangkal tenggorokan (epiglotis)
(Purnomo, dkk, 2009: 220). Pada waktu menelan makanan, epiglotis melipat ke
bawah menutupi laing sehingga makanan tidak dapat masuk dalam laring.
Sementara, pada saat bernapas epiglotis akan membuka. Itulah sebabnya saat kita
menelan makanan tidak mungkin bersamaan dengan menghirup udara.
3. Trakea
Tulang Makanan masuk
Rawan Esofagus Trakea

Trakea (batang tenggorokan) merupakan pipa


yang panjangnya ± 9 cm. batang tenggorokan atau
trakea merupakan pipa yang dindingnya terdiri atas
tiga lapis. Lapis luar terdiri atas jaringan ikat, lapis
tengah terdiri atas otot polos, dan cincin tulang rawan, sedangkan lapis terdalam
terdiri atas jaringan epitel bersilia. Trakea dilapisi oleh selaput lendir yang
dihasilkan oleh epithelium bersilia (Purnomo, dkk, 2009: 220). Silia-silia ini

4
bergerak ke atas ke arah laring sehingga dengan gerakan ini debu dan butir-butir
halus lainnya yang masuk saat menghirup napas dapat dikeluarkan.
4. Bronkus
Ujung trakea bercabang menjadi dua
bagian yang disebut bronkus. Apabila pada
bagian ini kemasukan debu akibatnya terjadi
penyempitan pada saluran pernapasan
sehingga menyebabkan seseorang sukar
bernapas yang menyebabkan seseorang akan bersin jika saluran pernapasan
kemasukan benda asing yang mengganggu pernapasan (Endang dan Idun, 2009:
233). Bronkus terdiri dari dua percabangan yaitu bronkus kanan dan kiri. Letaknya
juga berbeda bronkus kanan lebih vertical daripada kiri. Karena struktur ini,
sehingga bronkus kanan akan mudah kemasukan benda asing yang menyebabkan
paru-paru kanan lebih mudah terserang penyakit bronkhitis (Endang dan Idun,
2009: 234). Bronkus sebelah kanan bercabang menjadi tiga bronkiolus, sedangkan
bronkus sebelah kiri bercabang menjadi dua bronkiolus. Pada seseorang yang
menderita asma bagian otot-otot bronkus ini berkontraksi sehingga akan
menyempit. Hal ini dilakukan untuk mencegah masuknya lebih banyak benda asing
yang menimbulkan reaksi alergi. Akibatnya penderita akan mengalami sesak napas.
Sedangkan pada penderita bronkitis, bagian bronkus ini akan tersumbat oleh lendir.
5. Paru-paru
Paru-paru manusia berjumlah
sepasang, masing-masing dibungkus oleh
selaput pembungkus paru-paru yang
disebut pleura. Paru-paru kanan berukuran
lebih besar daripada kiri dan beratnya
sekitar 620 gram untuk paru-paru kanan
dan 560 gram untuk paru-paru kiri. Di dalam paru-paru terdapat gelembung halus
yang merupakan perluasan permukaan paru-paru disebut alveolus dan jumlahnya ±
300 juta buah. Alveolus ini memiliki dinding yang elastik dan banyak mengandung
kapiler darah, disitulah terjadinya pertukaran udara secara proses difusi, oksigen

5
akan diikat sedangkan CO2 dan air akan dilepaskan. Pada seseorang yang
menderita emfisema, alveolusnya mengalami gangguan kelenturan sehingga sulit
untuk mengembang dan mengempis (Endang dan Idun, 2009: 236).

2.2 Proses Pernapasan pada Manusia


Udara dapat masuk dan keluar paru-paru karena adanya tekanan udara luar
dengan udara dalam paru-paru. Perbedaan tekanan ini disebabkan oleh terjadinya
perubahan besar kecilnya rongga udara, rongga perut dan rongga alveolus. Jalur
udara pernapasan pada manusia untuk menuju sel-sel tubuh adalah rongga hidung-
faring(rongga tekak)-laring-trakea (batang tenggorok)-bronkus-alveolus-sel-sel
tubuh (Purnomo, dkk, 2009: 222). Namun proses pernapasan manusia tidak
semudah itu terdapat mekanisme pertukaran gas O2 dan CO2. Pernapasan atau
pertukaran gas pada manusia berlangsung pada dua tahap yaitu pernapasan luar
(eksternal) dan pernapasan dalam (internal) berikut ini penjelasannya.
1. Pernapasan luar (eksternal)
Pernapasan luar merupakan pertukaran gas dari udara luar atau udara bebas ke
dalam sel-sel darah pada jaringan epitel selaput alveolus (Slamet dan Sri, 2007:
198). Dengan kata lain, pernapasan luar merupakan pertukaran gas (O2 dan CO2)
antara udara dan darah. Pada pernapasan ini, oksigen dari udara bebas atau luar
berdifusi ke dalam darah kapiler paru-paru. Darah akan masuk ke dalam kapiler
paru-paru yang mengangkut sebagian besar karbon dioksida sebagai ion bikarbonat
(HCO3-) dengan persamaan reaksi sebagai berikut.
H++ HCO3- H2CO3 H2O + CO2
Reaksi ini akan dipercepat oleh enzim karbonat anhidrase yang terdapat di
dalam sel-sel darah. Ketika reaksi berlangsung, hemoglobin melepaskan ion-ion
hidrogen yang telah diangkut. HHb menjadi Hb. Hb adalah singkatan dari
haemoglobin, yaitu jenis protein dalam sel darah merah. Selanjutnya, hemoglobin
mengikat oksigen dan menjadi oksihemoglobin (HbO2).
Hb + O2 HbO2

6
Pertukaran gas pada alveolus inilah yang dimaksud dengan pernapasan luar. Selama
pernapasan luar, di dalam paru-paru akan terjadi pertukaran gas yaitu CO2
meninggalkan darah dan O2 masuk ke dalam darah secara difusi.
2. Pernapasan dalam (internal)
Pada pernapasan dalam (pertukaran gas di dalam jaringan tubuh) darah masuk
ke dalam jaringan tubuh, oksigen meninggalkan hemoglobin dan berdifusi masuk
ke dalam cairan jaringan tubuh.
HbO2 Hb + O2
Oksigen dapat dengan mudah berdifusi ke cairan sel jaringan tubuh karena
oksigen yang dikandung jaringan tubuh secara terus menerus digunakan untuk
oksidasi biologis di dalam sel, sehingga kadar O2 di dalam cairan jaringan tubuh
rendah. Oksidasi biologis di dalam jaringan menyebabkan kadar CO2 di dalam
jaringan tubuh tinggi. Hal inilah yang mempermudah Hb yang telah membebaskan
oksigen untuk mengikat dan mengangkut sebagian CO2 dalam bentuk
karbominohemoglobin. Oksigen dari sel-sel darah keluar dan berdifusi menuju ke
jaringan tubuh, sebaliknya CO2 dari jaringan tubuh berdifusi ke sel-sel darah.
Pertukaran gas ini yang disebut pernapasan dalam. Lebih jelasnya dengan melihat
gambar dibawah ini.

Oksigen yang telah masuk ke dalam sel jaringan tubuh akan digunakan untuk
pernapasan seluler atau oksidasi biologis, yaitu untuk pemecahan zat makanan
(Slamet dan Sri, 2007: 200). Tidak semua CO2 yang diangkut darah melalui paru-
paru dibebaskan ke udara bebas. Darah yang melewati paru-paru hanya
membebaskan 10% CO2. Sisanya sebesar 90% tetap bertahan di dalam darah dalam

7
bentuk ion-ion bikarbonat. Ion-ion bikarbonat dalam darah ini sebagai buffer atau
penyangga karena mempunyai peran penting dalam menjaga stabilitas pH darah.
Apabila terjadi gangguan pengangkutan CO2 dalam darah, kadar asam karbonat
(H2CO3) akan meningkat sehingga akan menyebabkan turunnya kadar alkali darah
yang berperan sebagai larutan buffer. Hal ini akan menyebabkan terjadinya
gangguan fisiologis yang disebut asidosis (Purnomo, 2009: 226).

2.3 Mekanisme Pernapasan pada Manusia


Berdasarkan otot yang berperan aktif pada proses pernapasan, pernapasan pada
manusia dapat dibedakan menjadi pernapasan dada dan pernapasan perut.
1. Pernapasan Dada
Pernapasan dada terjadi bila
otot-otot tulang rusuk luar
berkontraksi, akibatnya tulang
rusuk naik dan volume rongga
dada akan lebih kecil daripada
udara luar. Karena adanya
perbedaan tekanan udara ini,
maka udara luar masuk ke
dalam rongga dada, sehingga terjadi proses inspirasi. Proses ekspirasi terjadi
apabila otot antar tulang rusuk dalam berkontraksi. Akibatnya, tulang rusuk turun
dan volume rongga dada mengecil, sehingga tekanan udara di dalam rongga dada
akan lebih besar. Selanjutnya, udara akan terdorong ke luar. Secara sederhana
urutan prosesnya sebagai berikut.
Proses Inspirasi

Tulang rusuk berkontraksi tulang rusuk naik volume rongga dada


membesar, berakibat tekanan udaranya kecil udara masuk

Proses Ekspirasi

Tulang rusuk mengendur tulang rusuk turun volume rongga


dada mengecil berakibat tekanan udaranya besar udara keluar

8
2. Pernapasan Perut
Pada pernapasan perut, fase inspirasi
terjadi apabila otot diafragma (sekat rongga
dada) mendatar dan volume rongga dada
membesar, sehingga tekanan udara di
dalam rongga dada lebih kecil daripada udara di luar, akibatnya udara masuk.
Adapun fase ekspirasi terjadi apabila otot-otot diafragma mengkerut (berkontraksi)
dan volume rongga dada mengecil, sehingga tekanan udara di dalam rongga dada
lebih besar daripada udara di luar. Akibatnya udara dari dalam terdorong ke luar.
Secara sederhana urutan prosesnya sebagai berikut.
Proses inspirasi
Otot-otot mengendur otot diafragma mendatar volume
rongga dada membesar tekanan udara rongga dada lebih kecil
udara masuk

Proses ekspirasi

Otot diafragma berkontraksi volume rongga dada mengecil


tekanan udara rongga dada lebih besar udara ke luar

2.4 Faktor yang Mempengaruhi Frekuensi Pernapasan Manusia


Ada beberapa faktor yang mempengaruhi frekuensi pernapasan manusia yaitu
sebagai berikut.
1. Umur, umumnya makin bertambah umur seseorang akan makin rendah
frekuensi pernapasannya. Hal ini berhubungan erat dengan makin
berkurangnya proporsi kebutuhan energinya.
2. Jenis kelamin, laki-laki pada umumnya lebih banyak bergerak, sehingga lebih
banyak memerlukan energi. Kebutuhan oksigen dan produksi CO2 pada pria
juga lebih tinggi.
3. Suhu tubuh, semakin tinggi suhu tubuh, semakin cepat frekuensi
pernapasannya. Hal ini berhubungan dengan peningkatan proses metabolisme,
sehingga diperlukan peningkatan pemasukan O2 dan pengeluaran CO2.

9
4. Posisi tubuh, erat kaitannya dengan beban yang harus ditanggung oleh organ
tubuh. Orang yang berdiri lebih banyak frekuensi pengambilan O2 karena otot
yang berkontraksi lebih banyak sehingga memerlukan energi yang lebih
banyak pula.
5. Kegiatan tubuh, orang yang giat melakukan aktivitas lebih banyak
membutuhkan energi. Untuk memenuhi kebutuhan energi tersebut tubuh perlu
lebih banyak oksigen untuk pernapasan seluler, dan tubuh lebih banyak
memproduksi zat sisa.

2.5 Gangguan Pernapasan Pada Manusia


Sistem pernapasan manusia bisa mengalami gangguan dan kelainan yang
disebabkan oleh infeksi kuman, faktor bawaan, atau polusi udara. berikut ini adalah
beberapa gangguan dari sistem pernapasan manusia.
1. Influeza (flu), disebabkan oleh virus yang menimbulkan radang pada selaput
mukosa di saluran pernapasan.
2. Asma, gangguan pada rongga saluran pernapasan yang diakibatkan oleh
berkontraksinya otot polos pada trakea. Penyebabnya dapat berupa udara yang
tercemar asap atau debu, udara yang terlalu dingin, dan keadaan jiwa penderita
(stress atau tekanan emosi).
3. Tuberkulosis (TBC), disebabkan karena bakteri Mycobacterium tuberculosa.
Peradangan pada dinding alveolus sehingga difusi O2 akan terganggu.
4. Bronkitis, terjadi karena radang pada selaput lendir, trakea, dan saluran
bronkia.
5. Penyempitan dan penyumbatan saluran pernapasan akibat terjadinya
pembengkakan kelenjar limfe. Misalnya polip (di hidung) dan amandel (di
tekak).
6. Feringitis, infeksi pada faring oleh bakteri dan virus. Gejalanya adalah
kerongkongan terasa nyeri saat menelan.
7. Asifiksi, kelainan atau gangguan dalam pengangkutan oksigen ke jaringan atau
gangguan penggunaan oksigen oleh jaringan. Penyebabnya dapat terletak di
paru-paru, pembuluh darah atau dalam jaringan tubuh. Misalnya seseorang

10
yang tenggelam, alveolusnya terisi air, orang-orang yang keracunan karbon
monoksida dalam asam sianida, dan lainnya. Keracunan karbon monoksida dan
asam sianida terjadi karena kedua zat ini memiliki afinitas terhadap
hemoglobin lebih besar daripada oksigen.
8. Penyakit diphteri, misalnya diphteri tekak, tenggorokan, dan diphteri hidung.
Penyakit ini biasa menyerang saluran pernapasan anak bagian atas. Kuman
peneybabnya Corynebacterium diphteriae. Kuman diphteri tersebut
mengeluarkan racun dan bila racun ini beredar bersama darah, akan merusak
selaput jantung.
9. Anthrakosis, yaitu kelainan pada alat pernapasan yang disebabkan oleh
masuknya debu tambang.
10. Pleuritis, yaitu peradangan selaput (pleura) karean pleura mengalami
penambahan cairan intrapleura, sehingga timbul rasa nyeri saat bernapas.
11. Pneumonia atau logenstelking, yaitu penyakit radang paru-paru yang
disebabkan Diplococcus Pneumoniae.
12. Tonsilitis, yaitu radang karena infeksi oleh bakteri tertentu pada tonsil.
Gejalanya tenggorakan sakit, sulit menelan, suhu tubuh naik, demam, dan otot-
otot terasa sakit.
13. Kanker paru-paru, biasa diderita oleh para perokok. Kanker ini disebabkan oleh
adanya tumor ganas yang terbentuk di dalam epitel bronkiolus.
14. Emfisema, yaitu suatu penyakit yang terjadi karena ketidaknormalan
(abnormalitas) susunan dan fungsi alveolus. Akibatnya, terjadi inefisiensi
pengikatan O2 sehingga pernapasan menjadi sulit.
Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk mencegah dan memelihara sistem
pernapasan dari beberapa gangguan tersebut adalah sebagai berikut.
1. Menjaga kebersihan lingkungan
2. Makan makanan bergizi
3. Olahraga secara teratur
4. Melakukan penghijauan

11
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Organ pernapasan pada manusia yaitu hidung, laring, trakea, bronkus, dan
paru-paru. Setiap organ pernapasan tersebut memiliki tugas dan peran yang
berhubungan. Proses pernapasan manusia dibagi menjadi dua yaitu pernapasan
eksternal dan pernapasan internal. Pernapasan luar merupakan pertukaran gas dari
udara luar atau udara bebas ke dalam sel-sel darah pada jaringan epitel selaput
alveolus. Pada pernapasan ini, oksigen dari udara bebas atau luar berdifusi ke dalam
darah kapiler paru-paru. Pada pernapasan dalam (pertukaran gas di dalam jaringan
tubuh) darah masuk ke dalam jaringan tubuh, oksigen meninggalkan hemoglobin
dan berdifusi masuk ke dalam cairan jaringan tubuh.

3.2 Saran
Sebagai pendidik pemberian pengetahuan secara mendalam tentang sistem
pernapasan pada manusia dapat dilakukan dengan media dan alat peraga yang
konkret. Dengan demikian siswa dapat mengetahui kegunaan dan pentingnya
menjaga sistem pernapasan kita sebaik-baiknya.

12
Daftar Pustaka

Endang Sri Lestari dan Idun Kistinnah. (2009). BSE Biologi Mahkluk Hidup dan
Lingkungannya untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Depdiknas.

Purnomo, dkk. (2009). BSE Biologi Kelas XI untuk SMA dan MA. Jakarta:
Depdiknas.

Slamet Prawirohartono dan Sri Hidayati. (2007). Sains Biologi 2 SMA/MA Kelas
XI. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Wenham, Martin (2001). 200 Science Investigations for Young Students Practical
Activities for Science 5-11. London : Sage Publication Company.

13

Anda mungkin juga menyukai