Anda di halaman 1dari 34

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS PADA TATANAN KERJA

HOME INDUSTRY
Makalah Ini Ditujukan Untuk Memenuhi Tugas Salah Satu Mata Kuliah
Keperawatan Komunitas ll
Dosen Pembimbing: Lia Nurlianawati , S,Kep., Ners., M.Kep

Disusun oleh:

Sinta Nursari 191FK03038

Erni Risnaeni 191FK03039

Amelia Agustin 191FK03040

Raihan Syahida 191FK03041

Kelompok 2

Tingkat 3A Kelas Kecil C

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN NERS


FAKULTAS S1 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG
2021
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim,

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Shalawat serta salam
semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad
SAW yang kita nanti-natikan syafa’atnya di akhirat nanti.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen
Ibu Lia Nurlianawati, S.Kep., Ners., M.Kep. Selain itu, makalah ini juga
bertujuan untuk menambah wawasan tentang bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu dosen Lia Nurlianawati,


S,Kep., Ners., M.Kep selaku dosen mata kuliah Keperawatan Komunitas ll
yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan
wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Semoga makalah ini dapat memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Walaupun makalah ini memiliki kelebihan dan kekurangan. Kami mohon untuk
saran dan kritiknya. Terima kasih.

Bandung, Desember 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................... i

DAFTAR ISI ............................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN .......................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah ........................................................................ 2

1.3 Tujuan Penulisan .......................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ........................................................................... 3

2.1 Konsep Kesehatan Kerja .................................................................. 3

2.2 Model Kesehatan Kerja .................................................................... 8

2.3 Ruang Lingkup Kesehatan Kerja ....................................................... 9

2.4 Penyakit-penyakit yang Disebakan Oleh Kerja ............................... 11

2.5 Konsep Potensial Hazard ................................................................. 13

2.6 Konsep APD .......................................................................................15

2.7 Konsep Asuhan Keperawatan pada Tatanan Kerja Home Industry.....17

BAB III PENUTUP ................................................................................ 30

3.1 Kesimpulan ..................................................................................... 30

3.2 Saran ............................................................................................... 30

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................31

ii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Setiap orang akan melakukan kegiatan dalam berbagai jenis pekerjaan
pekerjaan yang ada untuk pemenuhan pemenuhan kebutuhan kebutuhan
ekonominya. ekonominya. Lahan pekerjaan sebagai sumber ekonomi
masyarakat dewasa ini, terutama di kotakota besar dipenuhi sektor-sektor
industri baik formal maupun informal yang pertumbuhannya semakin pesat. Hal
ini memicu perkembangan teknologi yang juga semakin canggih.
Perkembangan teknologi ini tentunya diharapkan agar dapat meningkatkan
jumlah lapangan kerja dan sumber devisa negara. Walaupun perkembangan
teknologi semakin meningkat,tidak menutup kemungkinan menimbulkan
dampak negatif terhadap masyarakat dan resiko bahaya yang beragam bentuk
dan jenisnya. Oleh karenanya perlu diadakan upaya untuk mengendalikan
berbagai dampak negatif tersebut.
Menurut Rusman Heriawan selaku Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) di
Jakarta, angkatan kerja Indonesia pada Februari 2009 bertambah 1,79 juta
menjadi 113,74 juta orang, terjadi penambahan 1,79 juta orang dibanding
jumlah angkatan kerja Agustus 2008 sebesar 111,95 juta orang atau 2,26 juta
orang dibandingkan dengan Februari 2008 sebesar 111,48 orang.
Menurut perkiraan International Labour Organization (ILO), setiap tahun di
seluruh dunia 2 juta orang meninggal karena masalah-masalah akibat kerja. Dari
jumlah ini, 354.000 orang mengalami kecelakaan fatal. Tingkat kecelakaan-
kecelakaan fatal di negaranegara berkembang empat kali lebih tinggi dibanding
negara-negara industri. Menurut World Health Organization (WHO),
diperkirakan hanya 5-10% pekerja di negara berkembang dan 20-50% pekerja
di berkembang dan 20-50% pekerja di negara industri ( negara industri (dengan
hanya beberapa dengan hanya beberapa pengecualian) pengecualian)
mempunyai mempunyai akses terhadap terhadap pelayanan pelayanan
kesehatan kesehatan yang memadai.

1
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana konsep kesehatan kerja?
2. Bagaimana model kesehatan kerja?
3. Bagaimana lingkup kesehatan kerja?
4. Bagaimana penyakit-penyakit yang disebabkan oleh kerja?
5. Bagaimana konsep potensial hazard?
6. Bangaimana konsep APD?
7. Bagaimana asuhan keperawatan pada tatanan home industry?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Dengan dibuatnya makalah ini semoga dapat menambah wawasan kita agar
mampu memahami konsep home industrydengan asuhan keperawatannya
dalam keperawatan komunitas II.
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui dan memahami konsep kesehatan kerja.
b. Mengetahui dan memahami model kesehatan kerja.
c. Mengetahui dan memahami lingkup kesehatan kerja.
d. Mengetahui dan memahami penyakit-penyakit yang disebabkan oleh
kerja.
e. Mengetahui dan memahami konsep potensial hazard.
f. Mengetahui dan memahami konsep APD.
g. Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pada tatanan home
industry.

2
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Kesehatan Kerja
2.1.1 Definisi Kesehatan Kerja
Upaya Kesehatan Kerja adalah upaya penyerasian
antara kapasitas, beban, lingkungan kerja agar setiap
pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa membahayakan
dirinya sendiri maupun masyarakat di sekelilinnya, agar
diperoleh produktivitas kerja yang optimal). optimal).
Konsep dari upaya kesehatan kesehatan kerja ini adalah
mengidentifikasi permasalahan, mengevaluasi dan
dilanjutkan dengan tindakan pengendalian. Sasaran
kesehatan kerja adalah manusia dan meliputi aspek
kesehatan dari pekerja itu sendiri (Ferry efendi.2009).
Kesehatan kerja adalah spesialisasi dalam ilmu
kesehatan atau kedokteran beserta prakteknya yang
bertujuan agar pekerja memperoleh derajat kesehatan
yang setinggi-tingginya, baik fisik atau mental maupun
sosial dalam usaha-usaha preventif dan kuratif terhadap
penyakit-penyakit akibat kerja, gangguan-gangguan
kesehatan yang diakibatkan faktor-faktor pekerjaan dan
lapangan kerja, serta penyakit- penyakit umum
(Suma’mur, 1995 penyakit umum (Suma’mur, 1995).
Pengertian kesehatan kerja adalah adanya jaminan
kesehatan pada saat melakukan melakukan pekerjaan.
pekerjaan. Menurut Menurut WHO/ILO WHO/ILO
(1995), (1995), kesehatan kerja bertujuan untuk
peningkatan dan pemeliharaan derajat kesehatan fisik,
mental dan sosial yang setinggi-tingginya bagi pekerja
pekerja di semua jenis pekerjaan, pekerjaan, pencegahan
pencegahan terhadap terhadap gangguan kesehatan

3
pekerja yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan;
perlindungan bagi pekerjaan; perlindungan bagi pekerja
dalam pekerja dalam pekerjaannya dari pekerjaannya
dari risiko akibat faktor yang merugikan kesehatan; dan
penempatan serta pemeliharaan pekerja dalam suatu
lingkungan kerja yang disesuaikan dengan kondisi
fisiologi dan psikologisnya. Secara ringkas merupakan
penyesuaian pekerjaan kepada manusia dan setiap
manusia kepada pekerjaan atau jabatannya.
Notoatmodjo menyatakan menyatakan bahwa
kesehatan kesehatan kerja adalah merupakan aplikasi
kesehatan masyarakat di dalam suatu tempat kerja
(perusahaan, pabrik, kantor, dan sebagainya) dan yang
menjadi pasien dari kesehata pasien dari kesehatan kerja
ialah masyarakat pekerja dan masyarakat sekitar
perusahan tersebut. Ciri pokoknya adalah preventif
(pencegahan penyakit) dan promotif (peningkatan
kesehatan). Oleh sebab itu, dalam kesehatan kerja
pedomannya ialah: “penyakit dan kecelakaan akibat
kerja dapat dicegah”. Dari aspek ekonomi,
penyelenggaraan penyelenggaraan kesehatan kesehatan
kerja bagi suatu perusahaan perusahaan adalah sangat
menguntungkan karena tujuan akhir dari kesehatan kerja
ialah meningkatkan produktifitas seoptimal mungkin.
Berdasarkan defenisi tersebut diatas, kesehatan kerja
diselenggarakan agar setiap pekerja dapat bekerja secara
sehat tanpa membahayakan diri sendiri dan masyarakat
disekelilingnya agar diperoleh produktifitas kerja yang
optimal sejalan dengan perlindungan tenaga kerja
(Depkes RI, 19 perlindungan tenaga kerja (Depkes RI,
1991).

4
Menurut International Labor Organization (ILO)
salah satu upaya dalam menanggulangi kecelakaan dan
penyakit akibat kerja di tempat kerja adalah dengan
penerapan peraturan perundangan antara lain melalui:
a. Adanya ketentuan dan syarat-ayarat K3 yang
selalu mengikuti perkembangan perkembangan
ilmu pengetahuan, pengetahuan, teknik dan
teknologi teknologi ( up to date )
b. Penerapan semua ketentuan dan persyaratan
keselamatan dan kesehatan kerja sesuai dengan
peraturan perundangan yang berlaku sejak tahap
rekayasa.
c. Pengawasan dan pemantauan pelaksanaan K3
melalui pemeriksaan-pemeriksaan langsung di
tempat kerja.
ILO dan WHO (1995) menyatakan kesehatan kerja
bertujuan untuk peningkatan dan pemeliharaan derajat
kesehatan fisik, mental dan sosial yang setinggi-
tingginya bagi pekerja disemua jenis pekerjaan,
pencegahan terhadap gangguan kesehatan kesehatan
pekerja yang disebabkan oleh kondisi pekerjaan;
perlindungan bagi pekerja dalam pekerjaannya dari
risiko akibat faktor pekerjaannya dari risiko akibat faktor
yang merugikan kesehatan penempatan serta
pemeliharaan pekerja dalam suatu lingkungan kerja yang
disesuaikan dengan kondisi fisiologi dan psikologisnya.
Secara ringkas merupakan penyesuaian pekerjaan
kepada manusia dan setiap manusia kepada pekerjaan
atau jabatannya.
Selanjutnya dinyatakan bahwa fokus utama
kesehatan kerja, yaitu:

5
a. Pemeliharaan dan peningkatan kesehatan pekerja
dan kapasitas kerja.
b. Perbaikan Perbaikan lingkungan lingkungan
kerja dan pekerjaan pekerjaan yang mendukung
mendukung keselamatan dan kesehatan.
c. Pengembangan organisasi kerja dan budaya kerja
kearah yang mendukung kesehatan dan
keselamatan di tempat kerja juga meningkatkan
suasana sosial yang positif dan operasi yang
lancar serta meningkatkan produktivitas
perusahaan.

Dalam Permenaker No.3 tahun 1982 disebutkan


tugas pokok kesehatan kerja antara lain:

a. Pembinaan dan pengawasan atau


penyesuaian pekerjaan terhadap tenaga kerja.
b. Pembinaan d Pembinaan dan pengawasan an
pengawasan terhadap lingkung terhadap
lingkungan kerja.
c. Pembinaan dan pengawasan perlengkapan
sanitasi.
d. Pembinaan danpengawasan perlengkapan
kesehatan kerja.
e. Memberikan nasehat mengenai perencanaan
dan pembuatan tempat kerja ,pemilihan alat
pelindung diri yang diperlukan dan gizi serta
penyelenggaraan makanan ditempat kerja.
f. Memberikan laporan berkala tentang
pelayanan kesehatan kerja kepada pengurus.
g. Memberikan saran dan masukan kepada
manajemen dan fungsi terkait terhadap

6
permasalahan yang berhubungan dengan
aspek kesehatan kerja.
2.1.2 Tujuan kesehatan kerja
Tujuan kesehatan kerja antara lain:
a. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan
kerja masyarakat pekerja di semua lapangan kerja
setinggi-tingginya baik fisik, mental maupun
kesejahteraan sosialnya.
b. Melindungi para pekerja dan orang lain di tempat
kerja.
c. Menjamin agar setiap sumber produksi dapat dipakai
secara aman dan efisien.
d. Menjamin proses produksi berjalan lancer.
2.1.3 Kapasitas Kerja, Beban Kerja, dan Lingkungan
Kerja
Kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja
merupakan tiga komponen utama dalam kesehatan kerja,
dimana hubungan interaktif dan serasi antara ketiga
komponen tersebut akan menghasilkan kesehatan kerja
yang baik dan optimal.
Kapasitas kerja yang baik seperti status kesehatan
kerja dan gizi kerja yang baik serta kemampuan fisik
yang prima diperlukan agar seseorang pekerja dapat
melakukan pekerjaannya secara baik.
Beban kerja meliputi beban kerja fisik maupun
mental. Akibat beban kerja yang terlalu berat atau
kemampuan fisik yang terlalu lemah dapat
mengakibatkan seorang pekerja menderita gangguan
atau penyakit akibat kerja.
Kondisi lingkungan kerja (misalnya panas, bising,
debu, zat kimia, dll) dapat merupakan beban tambahan

7
terhadap pekerja. Beban tambahan tersebut secara
sendiri-sendiri maupun bersamasama dapat
menimbulkan gangguan atau penyakit akibatnya.
Gangguan kesehatan pada pekerja dapat disebabkan
oleh
faktor-faktor yang berhubungan dengan pekerjaan
maupun yang tidak berhubungan dengan pekerjaan.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa status
kesehatan kerja dari masyarakat pekerja dipengaruhi
tidak hanya oleh bahaya-bahaya kesehatan ditempat
kerja dan kingkungan kerja tetapi juga faktor-faktor
pelayanan kesehatan kerja, perilaku kerja serta faktor-
faktor lainnya.
2.2 Model Kesehatan Kerja
1. Plan (Perencanaan)
Menetapkan sasaran dan proses yang diperlukan untuk
mencapai hasil sesuai dengan kebijakan K3 organisasi.
2. Do (Pelaksanaan)
Melaksanakan proses yang sudah dirancang.
3. Check (Pemeriksaan)
Memantau dan mengukur kegiatan proses terhadap
kebijakan, sasaran, peraturan peraturan perundang-undangan
perundang-undangan dan persyaratan persyaratan K3 Iainnya
Iainnya serta melaporkan hasilnya.
4. Act (Tindakan)
Mengambil Mengambil tindakan tindakan untuk perbaikan
perbaikan kinerja K3 kinerja K3 secara berkelanjutan.
berkelanjutan.
Pada tahun 1990, silabus keperawatan kesehatan kerja
dikembangkan dengan menggunakan kerangka model
‘Hanasaari’, Finlandia. Model ini dibuat untuk memungkinkan

8
keluwesan praktik keperawatan kesehatan kerja. Model ini
disajikan dalam uraian berikut:
a. Konsep lingkungan total
Sistem lingkungan umjum yang mencapai aspek
kesehatan dan keselamatan di tamoilkan oleh lingkaran
luar besar atau satu konsep global. Didalam lingkaran
luar tersebut, pengaruh yang memberikan efek global,
yang selanjutnya memberikan efek pada kesehatan,
mucul dalam bentuk faktor ekonomi, politik, sosial,
ekologi, dan organisasi.
b. Konsep manusia, kerja, dan kesehatan
Diwakili oleh segitiga manusia, kerja dan kesehatan,
dan berlangsung berlangsung didalam didalam
lingkungan lingkungan total, aspek- aspek lingkungan
lingkungan total yang mempunyai efek nyata pada
kesehatan ditempat kerja.
Sebagai contoh, kebijakan politik dan sosial akan
memperluas atau mempersempit pengembangan
kesehatan kerja. Budaya dan strategi organisasi dapat
dipengaruhi segitiga manusia, pekerja, dan kesehatan
secara langsung dan lebih kuat.
c. Interaksi keperawatan kesehatan kerja
Perawatan kesehatan kerja, disajikan di tengah- tengah
model tersebut. Interaksi dipakai untuk menggambarkan
bidang-bidang bidang yang dikenal dikenal oleh
kelompok- kelompok- kelompok kelompok sebagai
sebagai peranan peranan perawat kesehatan kerja.
2.3 Ruang Lingkup Kesehatan Kerja
Kesehatan kerja meliputi berbagai upaya penyerasian antara
pekerja dengan pekerjaan dan lingkungan kerjana baik fisik maupun

9
psikis dalam hal cara atau metode, proses, dan kondisi pekerjaan
yang bertujan untuk:
1. Memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan kerja
masyarakat pekerja pekerja di semua lapangan lapangan
kaerja setinggi-tingginya baik setinggi-tingginya baik
fisik, mental, mental, maupun kesejahteraan sosialnya.
2. Mencegah timbulnya gangguan kesehatan pada
masyarakat pekarja yang diakibatkan oleh keadaan atau
kondisi lingkungan kerjanya.
3. Memberikan pekerjaan dan perlindungan bagi pekerjan
di dalam pekerjaanya dari kemungkinan bahaya yang
disebabkan oleh faktorfaktor yang membahayakan
kesehatan.
4. Menempatlkan dan memelihara pekerja di suatu
lingkungan pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan
fisik dan psikis pekerjanya (Efendi, 2009).
Ruang lingkup hyperkes dapat dijelaskan sebagai berikut
(Rachman,1990):
1. Kesehatan dan keselamatan kerja diterapkan di semua
tempat kerja yang didalamnya melibatkan aspek manusia
sebagai tenaga kerja, bahaya akibat kerja dan usaha yang
dikerjakan.
2. Aspek perlindungan dalam kesehatan kerja meliputi :
a. Tenaga kerja dari semua jenis dan jenjang keahlian.
b. Peralatan dan bahan yang dipergunakan.
c. Faktor-faktor lingkungan fisik, biologi, kimiawi,
maupun soial.
d. Proses produksi.
e. Karakteristik dan sifat pekerjaan.
f. Teknologi dan metodologi kerja.

10
3. Penerapan penkes dilaksanakan secara holistik sejak
perencanaan hingga perolehan hasil dari kegiatan
industri barang maupun jasa.
4. Semua pihak yang terlibat dalam proses
industri/perusahaan ikut bertanggung jawab atas
keberhasilan usaha kesehatan kerja.
2.4 Penyakit – Penyakit yang Disebabkan oleh Kerja
a. Golongan Fisik
1. Suara yang keras dapat menyebabkan tuli.
2. Suhu tinggi dapat menyebabkan heat stroke, heat cramps,
atau hyperpyrexia.
3. Suhu rendah menyebabkan chilblains, trench foot, atau
frostbite.. Penerangan yang kurang atau yang terlalu terang
(menyilaukan) menyebabkankelainan penglihatan dan
memudahkan terjadinya kecelakaan.
4. Penurunan tekanan udara (dekompressi) yang mendadak
dapat menyebabkan.
5. Radiasi dan sinar Roentgent atau sinar radio aktif
menyebabkan penyakit-penyakit darah, kemandulan,
penyakit-penyakit darah, kemandulan, kanker kulit kanker
kulit dan sebagainya. dan sebagainya.
6. Sinar infra merah dapat menyebabkan catharfact lensa mata.
7. Sinar ultra violet dapat mnyebabkan conjunctivitis photo
electrica.
b. Golongan Kimiawi
1. Gas yang menyebabkan keracunan misalnya: CC, HCN, Gas
yang menyebabkan keracunan misalnya: CC, HCN, H2S,
SQ2. 2S, SQ2.
2. Uap dan logam dapat menyebabkan “metal fume fever”,
ataupun keracunanlogam misalnya karena Hg, Pb.

11
3. Larutan ataupun cairan misalnya H2S04, HC1 dapat
menyebabkan keracunanataupun dermatosis (penyakit
kulit).
4. Debu-debu misalnya debu silica, kapas, asbest ataupun debu
logam berat bilaterhirup bilaterhirup ke dalam paru-paru
paru-paru menyebabkan menyebabkan pneumoconiosis.
5. Awan atau kabut dan insecticida ataupun fungicida pada
penyemprotanerangga penyemprotanerangga dan hama
tanaman tanaman dapat menyebabkan menyebabkan
keracunan.
c. Penyakit Infeksi
Misalnya penyakit anthrax yang disebabkan bakteri Bacillus
anthracis padapenyamak kulit atau pengumpul wool. Penyakit-
penyakit infeksi pada karyawanyang karyawanyang bekerja
dalam bidang bekerja dalam bidang mikrobiologi mikrobiologi
ataupun dalam ataupun dalam perawatan perawatan penderita
penderita penyakit penyakit menular. menular.
d. Golongan Fisiologi
Penyakit yang disebabkan karena sikap badan yang kurang
baik; karenakonstruksi karenakonstruksi mesin yang tidak
cocok, ataupun ataupun karena tempat duduk yang tidaksesuai.
e. Golongan Mental-Psikologi
Penyakit yang timbul karena hubungan yang kurang baik
antara sesamakaryawan, sesamakaryawan, antara karyawan
karyawan dengan pimpinan, pimpinan, karena pekerjaan yang
tidak cocokdengan psikis karyawan, karena pekerjaan pekerjaan
yang membosankan membosankan ataupun ataupun karenaupah
karenaupah (imbalan) (imbalan) yang terlalu sedikit sehingga
tenaga pikirannya tidak dicurahkan kepada pekerjaannya
melainkan melainkan kepada usahausaha usahausaha pribadi
pribadi untuk menambah penghasilannya.

12
2.5 Konsep Potensial Hazard
Hazard adalah segala sesuatu yang dapat berpotensi menjadi
bahayacbahkan accident bahkan accident atau inc atau incident. Di
ident. Di berbagai li berbagai lingkungan kerja ngkungan kerja
dipastikan kita dapat menemukan hazard tersebut dengan
melakukan identifikasi HAZARD ID. Ada beberapa metode yang
dapat digunakan dalam mengidentifikasi hazard di suatu
lingkungan,tapi kita harus tau dulu ada berapa pengelompokan
pengelompokan hazard berdasarkan berdasarkan teori yang
ada.hazard ada.hazard di kelompokkan kelompokkan menjadi
5,berdasarkan potensi bahaya yang ada. Yaitu:
a. Hazard Biologi
Hazard biologi adalah potensi bahaya yang
ditimbulkan dari faktor makluk hidup. Biasanya hazard
biologi ini berada di lingkunganlingkungan yang tidak
bersih,kotor,dll.
Contoh dari hazard biologi adalah seperti ca Contoh
dari hazard biologi adalah seperti cacing ta cing
tambang,cacing mbang,cacing tambang dapat membuat
kaki kita berlubang seperti dimakan oleh cacing
tersebut.Maka dari itu,dipertambangan diharapkan selalu
menggunakan APD sepatu safety agar sebagai
pencegahan terhadap hazard biologi.
b. Hazard Kimia
Hazard kimia adalah potensi bahaya yang disebabkan
oleh sifat dan karakteristik kimia yang dimiliki bahan
tersebut. Hazard kimia ini sangat berbahaya jika kita
tidak menggetahuinya secara detail seperi apa sifat dari
bahan tersebut. Perlunya penanganan yang intensif
terhadap potensi bahaya ini. Contoh dari hazard kimia
adalah amoniak yang bercampur di udara karena sifatnya

13
yang berbahaya bagi tht pada manusia. Msds adalah
salah satu cara melakukan penanganan dini terhadap
potensi bahaya yang ditimbulkan oleh bahaya yang
ditimbulkan oleh bahan kimia. bahan kimia.
c. Hazard Fisik
Hazard fisik adalah potensi bahaya yang disebabka
oleh faktor isik dari seseorang yang sedang melakukan
pekerjaan. Hazard fisik erat sekali hubungannya dengan
manusia,kitasendiripun terkadang adalah sumber
masalah dari permasalahan yang terjadi. Managemen
kegiatan adalah salah satu cara untuk mengendalikan
hazard yang muncul ini.
d. Hazard Ergonomi
Hazard ergonomi adalah potensi bahaya yang
disebabkan terjadi karena tidak efisiennya hubungan alat
kerja dengan manusianya,biasanya berhubungan dengan
prilaku kerja manusia dengan alatnya. Disini ini adalah
yang menyebabkan juga munculnya penyakit akibat
kerja karena kesalahan-kesalahan dalam prilaku
penggunaan alat kerjanya.
e. Hazard Psikologi
Hazard psikologi adalah potensi bahaya yang disbabkan
terjadinya suatu konfik dalam lingkungan kerja
tersebut.Konflik yang terjadipun sudah terbagi menjadi
langsung dan tidak langsung.Psikologi ini juga
merupakan hal penting karena dapat mempengaruhi juga
bagaimana orang tersebut tersebut bekerja,semakin
bekerja,semakin banyak konflik maka pekerjaan
pekerjaan yang di kerjakan kerjakan semakin semakin
tidak efisien efisien dan malah banyak menimbulkan

14
masalah yang terjadi. Pengendaliannya biasaya
mengunakan managemen konflik dan ketetapan disiplin.
2.6 Konsep APD
Alat Pelindung Diri atau APD merupakan seperangkat
peralatan yang dikenakan sebagai perlindungan sebagian atau
keseluruhan tubuh dari ruhan tubuh dari resiko kecelakaan kerja.
Sehingga pekerja lebih nyaman dan aman selama menjalankan
tugasnya.
Penggunaan peralatan pelindung diri bermanfaat sebagai
pelindung tenaga kerja dari berbagai resiko kecelakaan kerja.
Sekaligus meningkatkan produktivitas, produktivitas, efektivitas
efektivitas dan menciptakan menciptakan lingkungan lingkungan
kerja yang nyaman dan aman. Peralatan yang dikenakan seharusnya
memenuhi berbagai kriteria yang ditentukan, untuk menunjang
keamanan pekerja. Seperti nyaman dikenakan, tidak mengganggu
aktivitas bekerja dan memberikan perlindungan secara optimal.
Secara teknis memang penggunaan berbagai alat tersebut
tidak bisa menjamin keselamatan jiwa secara menyeluruh. Tapi
setidaknya bisa meminimalisir resiko keparahan terhadap keluhan
penyakit tertentu dan kecelakaan kerja. Setiap alat biasanya
memiliki kelemahan tersendiri, seperti kemampuan perlindungan
kurang sempurna, kurang nyaman saat dikenakan, mengganggu
komunikasi dan lain sebagainya. Untuk memastikan alat bisa
berfungsi dengan baik, pengecekan secara rutin wajib diterapkan
pada Alat Pelindung Diri.
Ada beragam Alat Pelindung Diri yang biasa digunakan
sebagai ketika sedang bekerja, seperti di kawasan tambang,
pembangunan property dan sebagainya.
a. Safety helmet.

15
Alat ini memiliki fungsi dalam melindungi kepala
dari resiko terkena benda jatuh. Sehingga mengurangi
potensi cedera atau bahkan kematian.
b. Safety google atau kacamata pengaman.
Fungsinya untuk melindungi daerah mata, agar
partikel kecil, sinar yang menyilaukan, radiasi dan debu
tidak mengganggu penglihatan. Sebagai contoh saat
proses pengelasan besi.
c. Face shield atau perisai muka.
Fungsinya sebagai perlindungan pada mata dan
wajah. Sehingga terhindar dari paparan bahan kimia
yang bisa merusak mata dan wajah. Alat ini bisa
dipasang di helm atau memegangnya memakai tan akai
tangan.
d. Safety belt atau sabuk keselamatan.
Bentuknya mirip ikat pinggang yang fungsinya
sebagai
perlindungan dari bahaya terjatuh saat bekerja di ketinggian.
e. Full body hardness atau sabuk pengaman penuh.
Fungsi alat ini hampir serupa dengan safety belt, tapi
alat tersebut lebih aman. Hal ini karena memiliki
kelebihan dengan tali pengaman yang bisa pengaman
yang bisa melindungi seluruh tubuh. melindungi seluruh
tubuh. Jadi tidak Jadi tidak hanya bagian hanya bagian
pinggang saja, sehingga sangat nyaman saat dikenakan
ketika bekerja di ketinggian lebih dari 2 meter.
f. Respirator dan masker.
Fungsinya sebagai penutup hidung, sehingga bisa
membantu penyaringan penyaringan udara yang terhirup
terhirup ketika sedang bekerja. bekerja. Terutama

16
Terutama di kawasan yang kualitas udaranya sangat
rendah, seperti beracun dan berdebu.
g. Penutup dan pelindung telinga.
Alat ini fungsinya dalam melindungi telinga ketika
bekerja di daerah yang sangat bising. Sangat cocok
dikenakan pada kawasan dengan tingkat kebisingan lebih
dari 85 dBA. Peralatan ini bisa menekan intensitas udara
yang memasuki telinga.
h. Sarung tangan.
Material sarung tangan sangat beragam, seperti karet,
kulit dan kain. Fungsinya sebagai pelindung tangan dari
goresan benda tajam, paparan paparan benda dingin atau
panas, bahan kimia dan aliran listrik. Sehingga tangan
tidak mudah mengalami cedera atau kerusakan tertentu.
i. Rubber boot atau sepatu karet.
Fungsinya untuk alat pengaman kaki, ketika sedang
bekerja di kawasan yang becek atau berlumpur.
Sekaligus melindungi kaki dari bahaya bahaya aliran
listrik, listrik, cairan kimia, benda panas, benda tajam
dan lain sebagainya.
j. Safety shoes atau sepatu keselamatan.
Berfungsi mirip sepatu karet, tapi sepatu ini dilapisi
dengan material metal dan sol karet yang kuat serta tebal.
Pada ujung kaki biasanya dilengkapi material anti
hantaran listrik dan baja.
2.7 Konsep Asuhan Keperawatan pada Tatanan Kerja Home
Industry
Perawat B, adalah perawat komunitas yang bertanggung
jawab program kesehatan kerja di wilayah kerja Puskesmasnya.
Setelah diberikan izin, perawat B melakukan pengkajian pada home
industry milik bapak C yang bergerak di bidang mebel kayu jati.

17
Perawat B ingin melihat potensial hazard yang ada pada home
industry milik bapak C. Home industry Bapak C memiliki 5
karyawan. Pekerjaan dari 5 karyawan ini terdiri dari memotong
kayu, melakukan amplas, melakukan varnish, melakukan cat pada
body mebel. Saat dilakukan pengkajian, 5 karyawan Bapak C
semuanya aktif merokok, saat bekerja tidak ada yang memakai APD.
Salah satu dari 5 orang karyawan mengeluhkan low back pain
karena tidak ergonomic dalam menjalankan pekerjaannya. Dari hasil
observasi 5 karyawan tersebut, ada riwayat batuk. Setelah
ditanyakan lebih lanjut, batuk terasa saat pertama mulai kerja di
home industry milik bapak C. menurut bapak C, belum ada dari
puskesmas yang memeriksa karyawan.

Nama Perusahaan : Home Industri Milik Bapak C


Jenis Produk yang dihasilkan : .Mebel Kayu Jati
Alamat : (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
Tanggal Pengkajian : (Tidak Terdapat Dalam Kasus)

A. BEBAN KERJA
1. Umur : (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
2. Jenis Kelamin :
- Bapak C : Laki- Laki
3. Berapa jam dalam sehari bekerja : (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
4. Berapa jam istirahat : (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
5. Pengaturan waktu kerja (rotasi, mutasi, pengurangan jam kerja terpapar
faktor risiko dll) : (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
6. Ergononi Kerja
a. Kekuatan otot :
b. Bentuk dan ukuran tubuh :
c. Sikap tubuh selama bekerja :
d. Kejadian selama dan setelah bekerja (kelelahan kerja) :

18
Salah Satu dari 5 Karyawan mengeluhkan Low Back Pain Karena tidak
Ergonomic dalam menjalankan Pekerjaannya.

B. KAPASITAS KERJA
1. Pendidikan Pekerja : (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
2. Pelatihan dalam bidang pekerjaan : (Tidak Terdapat Dalam Kasus)
3. Kejadian selama dan setelah bekerja : (Tidak Terdapat Dalam Kasus)

19
4. Penyakit yang dialami (3 bulan terakhir) :
Dari Hasil Observasi 5 Karyawan tersebut, ada Riwayat Batuk. Setelah
ditanyakan lebih lanjut, Batuk terasa saat pertama mulai Kerja di Home
Industry milik Bapak C.

C. LINGKUNGAN KERJA
1. Lingkungan Fisik
a. Kebersihan ruangan kerja :
b. Kebisingan ruangan kerja :
c. Penerangan :
d. Kelembaban :
e. Vibrasi/getaran :
f. Bahan kimia :
Pekerjaan dari 5 Karyawan ini terdiri dari Melakukan Varnish dan
Melakukan Cat Pada Body Mebel.

g. Gas :
h. Uap :
i. Debu :
Pekerjaan dari 5 Karyawan ini terdiri dari Melakukan Memotong Kayu
dan Melakukan Amplas.

j. Binatang/vektor :
k. Kamar mandi/Toilet (kebersihan, penerangan, kelembaban, dll) :
l. Pembuangan limbah :

2. Lingkungan psikologis : (Tidak Terdapat Dalam Kasus)


a. Suasana tempat kerja :
b. Hubungan antar pekerja :
c. Hubungan pekerja dengan majikan :

20
3. Alat Pelindung Kerja
a. Jenis APD yang ada :
b. Penggunaanya :
Saat Bekerja tidak ada yang memakai APD.

D. PELAYANAN KESEHATAN KERJA


1. Pelayanan Promotif
a. Ada pembinaan kesehatan pada pekerja ?
b. Ada pendidikan dan pelatihan bidang kesehatan pekerja ?
c. Ada upaya perbaikan gizi pekerja ?
d. Ada program olah raga di tempat kerja ?
e. Ada pembinaan cara hidup sehat ?
f. Ada program pencegahan dan penanggulangan penyakit di tempat kerja
?
g. Ada penyebarluasan informasi kesehatan kerja melalui penyuluhan dan
media KIE (Komunikasi, Informasi dan Edukasi), dengan topik yang
relevan ?

2. Pelayanan Preventif
a. Ada penilaian terhadap faktor risiko kesehatan di tempat kerja (health
hazard risk assesment) yang meliputi :
1) Ada penilaian untuk mengidentifikasi faktor bahaya kesehatan kerja
melalui : pengamatan, walk through survey, pencatatan/pengumpulan
data dan informasi
2) Ada penilaian/pengukuran potensi bahaya kesehatan kerja
b. Ada pemeriksaan kesehatan tenaga kerja (awal, berkala dan khusus) ?
c. Ada survailans dan analisis penyakit akibat kerja (PAK) dan penyakit
umum lainnya ?
d. Ada pencegahan keracunan makanan bagi tenaga kerja ?
e. Penempatan tenaga kerja sesuai kondisi/status kesehatannya ?

21
f. Ada Penetapan prosedur kerja aman atau Standard Operating Procedure
(SOP)
g. Ada pengendalian binatang penular (vektor) penyakit. ?
Menurut Bapak C, belum ada dari Puskesmas yang Memeriksa
Karyawan.

3. Pelayanan Kuratif (Tidak Terdapat Dalam Kasus)


a. Ada kegiatan pengobatan dan perawatan ?
b. Ada tindakan P3K dan kasus gawat darurat lainnya ?
c. Ada respons tanggap darurat ?
d. Ada tindakan operatif ?

4. Pelayanan Rehabilitatif (Tidak Terdapat Dalam Kasus)


a. Ada sarkonna sultasi psikologis (rehabilitasi mental) ?
b. Ada orthose dan prothese (pemberian alat bantu misalnya : alat bantu
dengar, tangan/kaki palsu dll) ?
c. Ada penempatan kembali dan optimalisasi tenaga kerja yang mengalami
cacat akibat kerja disesuaikan dengan kemampuannya.
d. Ada program rehabilitasi kerja ?

E. DATA INTI
1) Home Industry Bapak C memiliki 5 Karyawan
2) Lokasi Pengkajian Pada Home Industry Milik Bapak C yang bergerak di
Bidang Mebel Kayu Jati.

F. MASALAH KESEHATAAN
1) 5 Karyawan Bapak C aktif Merokok
2) Saat Bekerja tidak ada yang Memakai APD
3) Salah Satu dari 5 Karyawan mengeluhkan Low Back Pain Karena tidak
Ergonomic dalam menjalankan Pekerjaannya

22
4) Dari Hasil Observasi 5 Karyawan Tersebut ada Riwayat Batuk, setelah
ditanyakan lebih lanjut, Batuk terasa saat pertama mulai Kerja di Home
Industry Bapak C

G. DATA SUBYEKTIF
1) Menurut Bapak C, belum ada dari Puskesmas yang memeriksa Karyawan
2) Salah Satu dari 5 Karyawan mengeluhkan Low Back Pain

H. DATA OBYEKTIF
1) Dari Hasil Observasi 5 Karyawan Tersebut ada Riwayat Batuk, setelah
ditanyakan lebih lanjut, Batuk terasa saat pertama mulai Kerja di Home
Industry Bapak C
2) 5 Karyawan Bapak C aktif Merokok
3) Saat Bekerja tidak ada yang Memakai APD
4) Tidak Ergonimic dalam Menjalankan Pekerjaannya.

I. PERUMUSAN DIAGNOSA
No Data Fokus Problem
1 DS:
Salah Satu dari 5 Karyawan mengeluhkan
Low Back Pain
Ketidakefekifan
Pemeliharaan
DO:
Kesehatan
Tidak Ergonimic dalam Menjalankan
Pekerjaannya.

2 DO:
1. Dari Hasil Observasi 5 Karyawan Perilaku Kesehatan
Tersebut ada Riwayat Batuk, setelah Beresiko
ditanyakan lebih lanjut, Batuk terasa saat

23
pertama mulai Kerja di Home Industry
Bapak C
2. 5 Karyawan Bapak C aktif Merokok
3. Saat Bekerja tidak ada yang Memakai
APD

J. INTERVENSI KEPERAWATAN KESEHATAN KERJA

24
Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Intervensi
1 Ketidakefekifan Setelah dilakukan 1. Prevensi Primer: Pengetahuan, Pemeliharaan
Pemeliharaan tindakan keperawatan Kesehatan
Kesehatan selama 3 x 24 jam, 1) Pendidikan kesehatan
Ketidakefektifan a. Identifiksi factor Internal atau eksternal
DS: Pemeliharaan yang dapat meningkatkan atau
Salah Satu dari 5 Kesehatan dapat mengurangi motivasi untuk
Karyawan teratasi, dengan Memelihara Kesehatan
mengeluhkan Low kriteria hasil: b. Pertimbangkan riwayat individu dalam
Back Pain konteks personal dan riwayat social
Kejadian Low Back budaya Karyawan yang Bekerja
DO: Pain Menurun c. Tentukan pengetahuan kesehatan dan
Tidak Ergonimic gaya hidup perilaku saat ini pada
dalam Menjalankan Karyawan Ergonimic Karyawan yang Bekerja
Pekerjaannya. dalam Menjalankan d. Ajarkan strategi yang dapat
Pekerjaannya. digunakan untuk menolak perilaku
yang tidak sehat atau
beresiko dari pada memberikan saran
untuk menghindari atau mengubah
perilaku.
e. Tekankan manfaat kesehatan positif
yang langsung atau manfaat jangka
pendek yang bisa diterima oleh
perilaku gaya hidup positif
daripada menekankan pada manfaat
jangka panjang atau efek negative dari
ketidakpatuhan.

25
2) Fasilitasi Belajar
a. Ciptakan lingkingan yang kondusif
untuk belajar.
b. Gunakan bahasa yang umur
digunakan.
c. Berikan informasi yang merangsang
perubahan perilaku pasien.

2. Prevensi Sekunder: Status Kesehatan


Karyawan
1) Terapi kelompok
a. Sampaikan isu akan kewajiban untuk
Memelihara Kesehatan Saat Bekerja
b. Gerakan kelompok untuk bekerja
dengan Posisi Ergonomic yang Benar.

3. Prevensi Tersier: Kualitas hidup


1) Peningkatan sistem dukungan
a. Identifikasi respon psikologis situasi
dan ketersediaan system dukungan
b. Identifikasi tingkat dukungan
keluarga, dukungan keuangan, dan
sumber daya lain
c. Libatkan keluarga,orang terdekat, dan
teman-teman dalam perawatan dan
perencanaan

26
2 Perilaku Kesehatan Setelah dilakukan 1. Prevensi Primer: Health Education
Beresiko tindakan keperawatan a. Identifikasi faktor eksternal dan internal
selama 3 x 24 jam, yang mungkin dapat meningkatkan dan
DO: Perilaku Kesehatan menurunkan kebiasaan yang sehat.
1. Dari Hasil Beresiko dapat b. Identifikasi karakterisitik dari target
Observasi 5 teratasi, dengan populasi untuk pemilihan strategi.
Karyawan kriteria hasil: c. Menentukan riwayat social cultural dari
Tersebut ada perilaku kesehatan komunitas
Riwayat Batuk, 1. Batuk Berkurang d. Tentukan dukungan keluarga dan
setelah ditanyakan 2. Karyawan Tidak komunitas untuk mengkondusifkan menuju
lebih lanjut, Batuk Merokok komunitas sehat
terasa saat pertama 3. Saat Bekerja e. Ajarkan strategi yang dapat digunakan
mulai Kerja di Karyawan untuk melawan kebiasaan yang tidak sehat
Home Industry Memakai APD atau berisiko daripada hanya memberi
Bapak C nasihat.
2. 5 Karyawan Bapak f. Gunakan media komputer, televisi, video
C aktif Merokok interaktif dan teknologi lain untuk
3. Saat Bekerja tidak menyampaikan informasi.
ada yang Memakai g. Gunakan strategi dan intervensi yang
APD bervariasi dalam program edukasi.
h. Dampingi komunitas dalam
mengklarifikasi kepercayaan dan nilai
kesehatan.
i. Follow-up untuk melihat perilaku adaptasi
gaya hidup.

2. Prevensi Sekunder Health Screening


a. Tentukan target populasi untuk skrining
kesehatan

27
b. Adakan pelayanan skrining kesehatan
untuk meningkatkan kesadaran akan
kesehatan
c. Fasilitasi kemudahan akses pelayanan
skrining kesehatan
d. Pastikan prosedur informed consent untuk
skirining
e. Sediakan hasil skrining kesehatan
f. Lakukan pemeriksaan fisik dan tanda-tanda
vital (tekanan darah, BB, TB, kadar
kolesterol dan kadar gula, dll) untuk
karyawan
g. Pastikan kenyamanan klien semasa
prosedur skrining
h. Lakukan follow-up dengan klien yang
bermasalah

3. Prevensi Tersier: Behavior Modification


a. Tentukan kemauan klien untuk berubah
(menyediakan P3K dan menggunakan
APD)
b. Temani klien untuk mengidentifikasi
kekuatannya dan beri reinforcement positif
c. Bantu klien untuk untuk mengevaluasi
kebiasaan klien
d. Identifikasi kebiasaan yang harus dirubah
e. Identifikasi masalah klien yang
berhubungan dengan kebiasaan

28
f. Identifikasi kebiasaan yang sederhana dan
terukur misalnya kebiasaan untuk memakai
masker, pelindung kaki yang sesuai dan
lain-lain.
g. Pertimbangkan mengenai kemudahan
untuk meningkatkan atau menurunkan
suatu kebiasaan
h. Dorong klien untuk mengingat perubahan
kebiasaan yang dilakukan
i. Tentukan apakah target perilaku yang yang
diidentifikasi butuh untuk ditingkatkan,
diturunkan, atau dipelajari
j. Bentuk program untuk merubah kebiasaan
yang tidak sehat
k. Kolaborasi dengan pemberi pelayanan
kesehatan dari bidang lain untuk proses
modifikasi
l. Dokumentasi proses modifikasi
m. Follow up reinforcement jangka panjang

29
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kesehatan Kerja adalah spesialisasi dalam ilmu
kesehatan beserta prakteknyayang bertujuan agar
pekerja/masyarakat pekerja memperoleh derajat kesehatan
setinggi-tingginya, baik fisik, mental, maupun sosial, dengan
usaha-usaha preventif dan kuratif, terhadap penyakit-penyakit
atau gangguan-gangguan kesehatan yang diakibatkan faktor-
faktor pekerjaan dan lingkungan kerja,serta terhadap penyakit-
penyakit umum.
Model dalam kesehatan kerja yaitu: Plan (Perencanaan),
Do (Pelaksanaan), Check (pemeriksaan, dan Act (Tindakan).
Banyak kecelakaan dan penyakit yang dapat disebabkan oleh
kerja, selama bekerja kita menghadapi bahaya.

3.2 Saran
Sebagai penulis, kami menyadari bahwa makalah ini
banyak sekali kesalahan dan sangat jauh dari kesempurnaan.
Tentunya, penulis akan terus memperbaiki makalah
dengan mengacu pada sumber yang dipertanggungjawabkan
nantinya.
Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan kritik dan
saran dari para pembaca yang bersifat membangun

30
DAFTAR PUSTAKA
Buqhari, 2007.Manajement Kesehtan Kerja & Alat Plindung Diri. USU
REPOSITORE.

Harington. 2005. Buku saku Kesehatan Kerja. Jakarta: EGC

Zahtamal,dkk.2015. Model Promosi Kesehatan di Tempat Kerja Multilevel:

Bagaimana Implementasinya dalam Mengubah Perilaku Pekerja ?


(Suatu Kajian Kepustakaan). Jurnal Kesehatan Komunitas, Vol, 2,
No.6, Mei2015

31

Anda mungkin juga menyukai