Anda di halaman 1dari 26

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS KESEHATAN REMAJA

Makalah Ini Ditujukan Untuk Memenuhi Tugas Salah Satu Mata Kuliah
Keperawatan Komunitas ll
Dosen Pembimbing: Inggrid Dirgahayu , S,Kp., M.Km

Disusun oleh:

Alfi Anugrah A.M (191FK03034) Rijan Apriana (191FK03145)


Amelia Agustin (191FK03040) Raihan Syahida (191FK03042)
Anggi Andini (191FK03033) Dina Novita R (191FK03138)
Erni Risnaeni (191FK03039) Revita Puspa S (191FK03084)
Kamaliyah (191FK03136) Sri Dewi Mey A (191FK03037)
Siti Julaeha (191FK03032) Sinta Nursari (191FK03038)
Wulandari (191FK03036)

Tingkat 3A Kelompok 3

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN DAN NERS


FAKULTAS S1 KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG
2021
KATA PENGANTAR
Bismillahirrohmanirrohim,

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Shalawat serta salam semoga terlimpah
curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-natikan
syafa’atnya di akhirat nanti.

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen Inggrid
Dirgahayu , S,Kp., M.Km. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan
tentang bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Ibu dosen Inggrid Dirgahayu , S,Kp., M.Km
selaku dosen mata kuliah Keperawatan Komunitas ll yang telah memberikan tugas ini
sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami
tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
memberikan wawasan yang lebih luas kepada pembaca. Walaupun makalah ini memiliki
kelebihan dan kekurangan. Kami mohon untuk saran dan kritiknya. Terima kasih.

Bandung, Desember 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i

DAFTAR ISI............................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1

1.1 Latar Belakang..........................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................2

1.3 Tujuan........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................3

2.1 Konsep Remaja……………………………………………………………...3

2.2 Perubahan fisik, psikologis dan sosial............................................................6

2.3 Tugas perkembangan di usia remaja..............................................................8

2.4 Pengkajian kesehatan pada remaja...............................................................10

2.5 Pengkajian aspek psiko, sosial,kultural, dan spiritual..................................11

2.6 Asuhan keperawatan menurut kasus............................................................16

BAB III PENUTUP...............................................................................................21

3.1 Kesimpulan..............................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................22

ii
BAB 1

LATAR BELAKANG

1.1 Latar Belakang

Masa remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Masa
ini sering disebut dengan masa pubertas. Seiring dengan pertumbuhan fisik, remaja juga
mengalami perubahan jiwa. Remaja menjadi individu yang sensitif, mudah menangis,
mudah cemas, frustasi, tetapi juga mudah tertawa. Perubahan emosi menjadikan remaja
sebagai individu yang agresif dan mudah bereaksi terhadap rangsangan. Remaja mulai
mampu berpikir abstrak, senang mengkritik, dan ingin mengetahui hal yang baru. Oleh
karena itu, dengan adanya pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi diharapkan
mempunyai rasa tanggungjawab yang besar maupun keterampilan menyangkut fungsi
reproduksi mereka. Sehingga para remaja mampu meningkatkan kualitas hidupnya.
Hasil survei yang dilakukan WHO (organisasi kesehatan dunia) memperlihatkan,
adanya informasi yang baik dan benar, dapat menurunkan permasalahan kesehatan
reproduksi pada remaja. Menurut data Kesehatan Reproduksi yang dihimpun Jaringan
Epidemigologi Nasional (JEN, 2003), informasi Kesehatan Reproduksi Remaja (KRR)
secara benar dan bertanggungjawab masih sangat kurang. Selain itu latar belakang sekolah
sendiri juga mempengaruhi pengetahuan remaja tentang permasalahan kesehatan reproduksi
pada remaja (http://blogspot.com. Kakbex, 2009). Dengan meningkatnya jumlah remaja
yang bermasalah akan mengganggu pencapaian tugas-tugas perkembangan remaja. Tugas
perkembangan remaja diantaranya secara individual yaitu pertumbuhan fisik, perkembangan
mental, emosional dan spiritual sedangkan secara sosial yaitu melanjutkan sekolah,
Bagaimana pengkajian aspek psiko,sosial, kultural dan mencari pekerjaan (BKKBN, 2010).

1
1.2 Rumusan Masalah
1) Apa yang dimaksud dengan konsep remaja?
2) Bagaimana perubahan fisik, psikologis, dan social pada remaja?
3) Apa saja tugas perkembangan diusia remaja?
4) Bagaimana pengkajian kesehatan pada remaja?
5) Bagaimana pengkajian aspek psiko, social, kulturan, dan spiritual?
6) Bagaimana Asuhan keperawatan menurut kasus?

1.3 Tujuan
1) Untuk mengetahui konsep remaja.
2) Untuk mengetahui perubahan fisik, psikologis, dan social pada remaja
3) Untuk mengetahui tugas perkembangan remaja.
4) Untuk mengetahui tugas perkembangan diusia remaja.
5) Untuk mengetahui pengkajian psiko,social, kultural, dan spiritual.
6) Untuk mrngrtahui asuhan keperawatan sesuai kasus

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Konsep Remaja

1. Pengertian Remaja

Menurut Rita Eka Izzaty, dkk (2008), remaja diterjemahkan dari bahasa latin yaitu
adolescence yang berarti tumbuh atau tumbuh untuk masak, menjadi dewasa. Adolecen atau
remaja menggambarkan seluruh perkembangan remaja baik perkembangan fisik, intelektual,
emosi dan sosial. Menurut Hurlock (dalam Rita Eka Izzaty, dkk, 2008), awal masa remaja
berlangsung kira-kira dari 13-16 tahun atau 17 tahun, dan akhir masa remaja bermula dari usia
16 atau 17 tahun sampai 18 tahun yaitu usia matang secara hukum. Santrock (2003), remaja
dimaksudkan sebagai masa perkembangan praliahan antara masa anak dan masa dewasa yang
mencakup perubahan biologis, kognitif dan sosial-emosional. Perubahan biologis, kognitif, dan
sosial-emosional yang yang terjadi berkisar dari perkembangan fungsi seksual, proses berfikir
abstrak sampai pada kemandirian. Masa remaja awal (early adolescence) kira-kira sama dengan
sekolah menengah pertama dan mencakup kebanyakan perubahan pubertas. Masa remaja akhir
(late adolescence) menunjuk kira-kira setelah usia 15 tahun. Berdasarkan beberapa pengertian
dapat disimpulkan bahwa remaja merupakan masa perkembangan serta peralihan antara masa
anak-anak ke masa dewasa yang mencakup perkembangan fisik, intelektual, emosi dan sosial.
Masa remaja berlangsung antara umur 13-18 tahun.

2. Ciri – Ciri Remaja Menurut Hurlock (dalam Rita Eka Izzaty, dkk., 2008) masa remaja
memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a. Masa remaja sebagai periode penting

Perkembangan fisik yang cepat dan penting disertai dengan cepatnya perkembangan mental yang
cepat menimbulkan penyesuaian mental dan membentuk sikap, nilai dan minat baru.

b. Masa remaja sebagai periode peralihan.

Masa remaja merupakan peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa, sehingga mereka
harus meninggalkan segala sesuatu yang bersifat kekanak-kanakan kemudian mempelajari

3
pola perilaku dan sikap baru untuk tumbuh menjadi dewasa.

c. Masa remaja sebagai periode perubahan.

Perubahan-perubahan yang terjadi pada remaja antara lain adalah meningginya emosi,
perubahan tubuh, minat dan peran yang diharapkan, berubahnya minat dan pola perilaku serta
adanya sikap ambivalen terhadap setiap perubahan. Adanya perubahan sikap dan prilaku selama
masa remaja sejajar dengan tingkat pertumbuhan fisik. Ketika perubahan fisik berlangsung
cepat, maka perubahan sikap dan prilakupun berlangsung cepat, demikian juga sebaliknya. Inilah
yang dimaksud dengan masa remaja merupakan periode perubahan.

d. Masa remaja sebagai masa mencari identitas.

Pada masa ini remaja mulai mendambakan identitas diri cenderung menimbulkan suatu dilema
yang menyebabkan krisis identitas. Pada saat ini remaja berusaha untuk menunjukan siapa
dirinya dan peranannya dalam kehidupan masyarakat.

e. Masa Usia bermasalah.

Masalah remaja sering menjadi persoalan yang sulit dipecahkan, baik oleh anak laki-laki
ataupun anak perempuan. Dalam hal ini ada dua alasan, mengapa para remaja sangat sulit untuk
menyelesaikan masalahnya. Pada masa remaja, penyelesaian masalah sudah tidak lagi dibantu
oleh orangtua dan gurunya. Masalah yang dihadapi remaja akan diselesaikan secara mandiri,
mereka enggan menerima bantuan dari orangtua dan guru lagi.

f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan atau kesulitan.

Timbulnya pandangan negatif terhadap remaja akan menimbulkan stereotip yang mempengaruhi
konsep diri dan sikap remaja terhadap dirinya. Hal tersebut menjadikan remaja sulit untuk
melakukan peralihan menuju masa dewasa.

g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik.

Pada masa ini remaja cenderung memandang dirinya dan orang lain sebagaimana yang
diinginkan bukan sebagaimana adanya, lebih-lebih cita-citanya. Hal tersebut memicu emosinya
meninggi dan apabila keinginannya tidak tercapai akan mudah marah. Semakin bertambahnya

4
pengalaman pribadi dan sosialnya serta kemampuan berfikir secara rasional remaja dalam
memandang diri dan orang lain, maka akan semakin realistik.

h. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa.

Semakin mendekatnya usia kematangan yang sah, para remaja menjadi gelisah untuk
meninggalkan stereotip belasan tahun dan untuk memberikan kesan bahwa mereka sudah
hampir dewasa. Ternyata, berpakaian dan berprilaku seperti orang dewasa belum cukup
mengukuhkan dirinya menjadi orang dewasa. Pada masa menginjak masa dewasa, maka mereka
mulai berperilaku sebagai status orang dewasa seperti cara berpakaian, merokok, menggunakan
obat-obatan yang dapat memberikan citra seperti yang diinginkan. Menurut pendapat Hurlock
diatas, dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri remaja yaitu masa yang penting dimana remaja akan
mengalami periode perubahan, peralihan, mencari identitas, usia bermasalah, usia yang
menimbulkan ketakutan atau kesulitan, masa yang tidak realistik dan ambang masa dewasa.

3. Perkembangan Emosi Remaja

Menurut M. Ali & M. Asrori (dalam Fadhillah 2016) secara garis besar masa remaja dibagi
menjadi empat periode yaitu:

a. Periode Pra Remaja

Pada periode ini sudah mulai nampak perubahan secara fisik namun belum signifkan. Perubahan
ini disertai dengan perubahan emosi yang cepat, misalnya cepat merasa senang, cepat merasa
sedih bahkan meledak-ledak.

b. Periode Remaja Awal

Remaja mulai mengalami perubahan fisik yang menonjol. Sehingga membuat remaja di periode
ini harus menyesuaikan diri dengan perubahan fisik. Pada periode ini sering muncul kecemasan
dari diri remaja atas respon berbagai masalah.

c. Periode Remaja Tengah

Pada periode ini remaja ingin membentuk nilai-nilai sendiri yang dia anggap benar dan gtepat
untuk dirinya dan kelompoknya.

5
d. Periode Remaja Akhir

Pada periode ini remaja mulai memandang dirinya sebagai orang dewasa yang mampu
menunjukan pemikran, sikap, dan perilaku yang semakin dewasa

2.2 Perubahan fisik, Psikologis, dan Sosial

1. Perkembangan Fisik

Secara umum, pertumbuhan dan perkembangan fisik sangat pesat pada usia 12/13-17/18 tahun.
Pada masa ini, remaja merasakan ketidaknyamanan dan ketidakharmonisan pada diri mereka
karena anggota badan dan otot-otonya tumbuh secara tidak seimbang.

Pertumbuhan otak secara cepat terjadi pada usia 10-12/13 dan 14-16/17 tahun. Pertumbuhan otak
wanita meningkat 1 tahun lebih cepat daripada laki-laki yaitu pada usia 11 tahun, sedangkan
pertumbuhan otak laki-laki meningkat 2x lebih cepat dari pada wanita dalam usia 15 tahun.

Perubahan Eksternal

Untuk tinggi rata-rata anak perempuan mencapai tinggi yang matang pada usia anatar 17-18
tahun. Sedangkan laki-laki 1 tahun lebih lambat dari pada perempuan. Untuk

berat perubahan berat badan mengikuti jadwal yang sama dengan perubahan tinggi, tetapi berat
badan sekarang tersebar ke bagian-bagian tubuh yang tadinya hanya mengandung sedikit lemak
atau tidak mengandung lemak sama sekali.

Sedang untuk organ seks, organ seks laki-laki maupun perempuan akan mencapai ukuran yang
matang pada akhir masa remaja. Pada seks, anak perempuan memulai pestanya lebih cepat
daripada anak laki-laki.

Untukproporsi tubuh : berbagai bagian tubuh lambat laun akan menunjukkan

perbandingan yang baik, misalnya badan melebar dan memanjang yang mengakibatkan tubuh tak
kelihatan terlalu panjang.

6
Perubahan Internal

a) Sistem Pencernaan

1. Perut menjadi lebih panjang sehingga tidak terlalu menyerupai bentuk pipa.
2. Hati bertambah berat dan kerongkongan bertambah panjang.
3. Otot-otot di perut dan dinding-dinding usus menjadi lebih tebal dan kuat.
4. Usus bertambah panjang dan bertambah besar.

b) Sistem Peredaran Darah : Jantung tumbuh pesat pada masa remaja pada usia 17/18 tahun,
beratnya 12 kali berat pad awaktu lahir. Panjang dan tebal dinding pembuluh darah meningkat
dan mencapai tingkat kematangan bilamana jantung sudah matang.

c) Jaringan Tubuh : perkembangan kerangka berhenti rata-rata pada usia 18 tahun, sedangkan
jaringan selain tulang terus berkembang sampai tulang mencapai ukuran matang.

d) Sistem Pernafasan : kapasitas paru-paru anak perempuan hamper matang pad ausia 17 taahun,
anak laki-laki mencapai tingkat kematangan beberapa tahun kemudian.

2. Perkembangan fisiologis

Perkembangan emosi pada masa remaja ini cenderung lebih tinggi dari

masa anak-anak. Hal ini dikarenakan mereka berada di bawah tekanan social dan menghadapi
kondisi yang baru. Sedangkan selama mereka pada masa kanak-kanak kurang mempersiapkan
diri untuk menghadapi kehidupan bermasyarakat. Meskipun ketika pada masa remaja emosianya
sama dengan masa kanak-kanak Cuma berbeda pada rangsangan yang membangkitkan emosi
dan derajat Abu ahmadi dan Munawar Sholeh (1991:212) berpendapat bahwa kematangan emosi
anak laki-laki dan perempuan pada akhir remajanya akan terlihat ketika ia dapat menahan
emosinya di hadapan orang lain melainkan menunggu saat dan tempat yang paling tepat untuk
meluapkan amarahnya dengan cara-cara yang lebih dapat diterima. Kematangan emosi juga
ditampakkan dengan menilai masalah secara kritis terlebih dahulu daripada yang emosional,
bukan sebaliknya. Dengan demikian remaja dapat mengabaikan banyak rangsangan yang dapat
menimbulkan ledakan emosi, sehingga dapat menstabilkan emosi.

7
Perkembangan Kognisi

Mulai dari usia 12 tahun, proses pertumbuhan otak telah mencapai kesempurnaan. Pada masa ini,
sistem syaraf yang memproses informasi berkembang secara cepat dan telah terjadi reorganisasi
lingkaran syaraf lobe frontal yang berfungsi sebagai kegiatan kognitif tingkat tinggi, yaitu
kemampuan meruimuskan perencanaan strategis atau mengambil keputusan. Lobe frontal ini
terus berkembang sampai usia 20 tahun atau lebih. Perkembangan lobe frontal ini sangat
berpengaruh pada kemampuan intelektual remaja.

3.Perkembangan Sosial

Social cognition berkembang pada masa remaja. Social Cognition yaitu kemampuan
untuk memahami orang lain. Remaja dapat memhami orang lain sebagai individu yang unik,
baik menyangkut sifat-sifat pribadi, minat nilai-nilai maupun perasaanya. Pemahaman ini
mendorong remaja untuk menjalin hubungan sosial yang lebih akrab dengan mereka, terutama
teman sebaya Baik melalui jalinan persahabatan maupun percintaan (pacaran). Dalam hubungan
persahabatan, remaja memilih teman yang memiliki kualitas psikologis yang relatif sama dengan
dirinya,baik menyangkut interes,sikap "confornity" yaitu kecenderungan untuk menyerah atau
mengikuti opini, pendapat,nilai,kebiasaan, kegemaran(hoby) atau ke inginan orang lain (teman
sebaya) . Perkembangan sikap konformitas pada remaja dapat memberikan dampak yang positif
maupun yang negatif bagi dirinya. Penyesuaian sosial ini dapat di artikan sebagai "kemampuan"
untuk mereaksi secara tepat terhadap realitas sosial,situasi,dan relasi. Remaja di tuntut untuk
memiliki kemampuan penyesuaian sosial ini baik dalam lingkungan keluarga,sosial,dan
masyarakat.

2.3 Tugas Perkembangan di Usia Remaja

Tugas perkembangan masa remaja difokuskan pada upaya sikap dan meninggalkan perilaku
kekanak-kanakan serta berusaha untuk kemampuan bersikap dan perilaku secara dewasa.
Adapun tugas-tugas perkembangan masa remaja, menurut Hurlock (Asrori, 2004:10) adalah
berusaha:

a) Mampu menerima keadaan fisiknya


b) Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa

8
c) Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang berlainan jenis
d) Mencapai kemandirian emosional
e) Mencapai kemandirian ekonomi
f) Mengembangkan konsep dan ketrampilan intelektual yang sangat diperlukan untuk
melakukan peran sebagai anggota anggota masyarakat
g) Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan orang tua
h) Mengembakan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan untuk memasuki
dunia dewasa
i) Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan
j) Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab kehidupan keluarga.

Senada dengan pendapat Hurlock, William Kay (Pratiwi,2015) mengemukakan tugas-tugas


perkembangan remaja itu sebagai berikut:

a. Menerima fisiknya sendiri berikut keragaman kualitasnya


b. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua atau figur-figur yang mempunyai
otoritas
c. Mengembangkan ketrampilan berkomunikasi intrapersonal dan belajar bergaul
dengan teman sebaya atau orang lain, baik secara individual maupan kelompok
d. Menemukan manusia model yang dijadikan identitasnya
e. Menerima dirinya sendiri dan memiliki kepercayaan terhadap kemampuannya sendiri
f. Memperkuat self-control (kemampuan mengendalikan diri) atas skala nilai, prinsip-
prinsip atau falsafah hidup
g. Mampu meninggalkan reaksi dan penyesuaian diri (sikap perilaku) kekanak-kanakan.

Lebih lanjut Havighurst (Hurlock, 1991) mengemukakan bahwa tugas perkembangan remaja
adalah sebagai berikut:

a. Mencapai hubungan baru dan yang lebih matang dengan teman sebaya baik pria
maupun wanita.
b. Mencapai peran sosial pria, dan wanita.
c. Menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuh secara efektif.
d. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab.

9
e. Mencapai kemandirian yang emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa
lainnya.
f. Mempersiapkan karir ekonomi.
g. Mempersiapakan perkawinan dan keluarga.
h. Memperoleh perangkat dan sistem etis sebagai pegangan untuk perilaku
mengembangkan ideologi.

2.4 Pengkajian Kesehatan pada Remaja

1. Pengkajian Yang Berhubungan dengan Keluarga


a. Identitas
b. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
c. Lingkungan
d. Struktur Keluarga
e. Fungsi Keluarga
f. Penyebab masalah keluarga dan koping yang dilakukan keluarga
2. Pengkajian yang berhubungan dengan Anak Remaja
a. Status kesehatan sekarang dan masa lalu
b. Pola persepsi pemeliharaan kesehatan
c. Pola aktivitas dan latihan
d. Pola Nutrisi
e. Pola Eliminasi
f. Pola Istirahat
g. Pola Kognitif Persepsual
h. Pola Toleransi stress/koping
i. Pola seksualitas dan reproduksi
j. Pola peran dan hubungan
k. Pola nilai dan keyakinan
l. Penampilan Umum
m. Perilaku selama wawancara
n. Pola komunikasi dan pola asuh orang tua
o. Kemampuan interaksi

10
p. Stressor jangka pendek dan panjang
q. Dll

2.5 Pengkajian Aspek Psiko, Sosial, Kultural dan Spiritual

A. Aspek Psikososial

Perkembangan psikososial yang terjadi pada remaja yaitu, remaja mulai mencari identitas
jati dirinya. Remaja mulai menyadari adanya rasa kesukaan dan ketidak sukaan atas sesuatu,
sudah mempunyai tujuan – tujuan yang ingin dicapai dimasa depan, sudah mempunyai
kekuatan dan hasrat untuk mengontrol kehidupan sendiri. Dalam menjalin hubungan relasi,
remaja lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman sebayanya dari pada dengan orang
tuanya, Hal itu membuat mereka lebih suka bercerita masalah -masalah pribadi seperti
masalah pacaran dan pandangan-pandangan tentang seksualitas kepada teman sebanyanya.
Sedangkan masalah – masalah yang mereka ceritakan kepada orang tua hanya seputar
masalah sekolah dan rencana karir.

B. Aspek Spiritual

Data empiris tentang spiritualitas pada remaja telah diteliti oleh Rosalina & Audrie
(2007) yang menemukan bahwa spiritualitas berperan dalam mengatasi masalah yang
berhubungan dengan tugas-tugas perkembangan mereka. Mereka menggunakan ajaran agama
yang diperolehnya kemudian diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. Ketika remaja
mempunyai spiritualitas yang tinggi maka masalah-masalah yang timbul dapat diatasi baik
berhubungan dengan tugas-tugas perkembangan maupun masalah pengambilan keputusan
yang berhubungan dengan masa depan mereka.

Pola perilaku spiritual pada remaja bukanlah sesuatu yang diperoleh secara tiba-tiba
melainkan merupakan hasil dari bagaimana remaja tersebut dibesarkan dalam keluarganya,
yang didalamnya terjadi proses modeling dan pembelajaran. Menurut Dotson & Hyatt, (2005)
orang tua memegang peranan yang dominan dalam mempengaruhi pola perilaku anak-anak.
Oleh karena itu peran orang tua sangatlah penting dalam mengendalikan perilaku remaja,
antara lain melalui pola komunikasi dan modelling (pemberian contoh dan teladan).

11
Penelitian Pearson, Biddle, dan Gorely (2008), menunjukkan bahwa remaja yang
mempunyai hubungan yang positif dengan orang tuanya (seperti mempunyai waktu untuk
makan bersama dan terlibat dalam aktivitas bersama), ternyata mempunyai pola perilaku yang
lebih baik. Selain itu gaya pengasuhan otoritatif yang konsisten antara ayah dan ibu juga dapat
memberikan hubungan yang positif dengan kualitas perkembangan remaja (Simon & Conger,
Conger, 2007). Hasil penelitian tersebut tersebut menunjukkan bahwa meskipun dalam fase
perkembangannya remaja mulai membangun hubungan dengan kelompok teman sebayanya,
namun interaksi yang positif antara orang tua dengan remaja memberikan kontribusi yang
kuat terhadap keberhasilan perkembangan remaja.

Keluarga mempunyai peranan yang sangat penting dalam membantu pengembangan


spiritualitas remaja. Penelitian tentang dukungan keluarga dalam hubungannnya dengan
perilaku remaja telah dilakukan oleh Rindfleisch, Burroughs, dan Denton (1997) yang
menemukan bahwa remaja dari keluarga yang bermasalah mempunyai kecenderungan untuk
berperilaku bermasalah dibanding dengan mereka yang berasal dari keluarga utuh. 20
Selanjutnya dijelaskan bahwa dukungan keluarga menjadi mediasi hubungan antara struktur
keluarga dengan suatu perilaku. Hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa walaupun dalam
penelitiannya mereka tidak menyebut secara tegas tentang spiritualitas tapi dapat diduga
bahwa sebagai salah satu dari bentuk perilaku, maka spiritualitas dapat dipengaruhi oleh
lingkungan keluarga dimana individu tersebut itu berada.

Penjelasan lebih lanjut tentang bentuk dukungan dalam keluarga telah dijelaskan
Rindfleisch et al. (1997) yang menyebutkan ada dua bentuk dukungan yang bersifat material
dan dukungan yang bersifat psikologis. Selanjutnya dijelaskan bahwa dukungan keluarga
yang bersifat psikologis (waktu dan perhatian, disiplin, cinta dan peran bimbingan). Memiliki
pengaruh pengaruh yang signifikan terhadap suatu perilaku, sementara sementara dukungan
keluarga yang bersifat material (pengeluaran uang, makanan, pakaian) tidak mempunyai
pengaruh yang signifikan. Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa keluarga dalam hal ini
adalah orangtua mempunyai peranan yang sangat besar dalam keberhasilan remaja untuk
menyelesaikan tugas-tugas perkembangannya baik dalam hal pencarian identitas sampai pada
perilaku spiritualitas dalam kehidupan sehari-hari.

12
Berkenaan dengan spiritualitas pada remaja, mereka akan mengikuti orang tuanya
sebagai model yang akan ditiru perilakunya dalam kehidupan sehari-hari, Demikian pula
sebaliknya, bila remaja tersebut tidak mendapat dukungan keluarga dalam perilaku sosialnya
maka tingkat spiritualpun menjadi rendah Hal ini menunjukkan bahwa perilaku spiritual dapat
dijelaskan melalui teori belajar sosial. Dengan demikian dapat dipahami bahwa perilaku
spiritualitas remaja yang diukur dengan pengalaman spiritual sehari-hari adalah merupakan
akibat dari adanya faktor keluarga yang mendukung pada terjadinya perilaku tersebut.

a. Peningkatan cara berpikir abstrak menjadikan remaja mempertimbangkan berbagai gagasan


tentang konsep religius dan spiritual.

b. Cara berpikir idealistik remaja yang meningkat menjadi dasar pemikiran agama dapat
memberikan jalan terbaik menuju dunia yang lebih ideal dari sebelumnya.

c. Peningkatan penalaran logis remaja memberikan kemampuan untuk mengembangkan


hipotesis dan secara sistematis melihat berbagai jawaban terhadap pertanyaan spiritual.

d. Peneliti telah menemukan bahwa berbagai aspek agama terkait dengan hasil yang positif
bagi remaja. Agama juga berperan dalam kesehatan remaja dan masalah perilaku mereka.

e. Kebanyakan remaja yang religius menerapkan pesan kasih sayang dan kepedulian terhadap
sesama.

C. Aspek Sosial

Perkembangan sosial dan emosiaonal berkaitan sangat erat. Baik pengaturan emosi
(berada dalam kendali emosi) maupun ekspresi emosi (komunikasi efektif tentang emosi)
diperlukan bagi keberhasilan hubungan interpersonal. Selanjutnya, kemajuan perkembangan
kognitif meningkatkan kualitas hubungan interpersonal karena membuat remaja mampu
memahami dengan baik keinginan, kebutuhan, peraaan, dan motivasi orang lain. Karena
itulah, tidak mengherankan, dengan makin kompleksnya pikiran emosi dan identitas pada
masa remaja , hubungan sosialnya pun makin kompleks. (Oswalt, 2010). Pada masa ini,
remaja menunjukan beberapa ciri : Oswalt, 2010)

13
a. Keterlibatan dalam hubungan sosial pada masa remaja lebih mendalam dan secara
emosiaonal lebih intim dibandingkan dengan pada masa kanak-kanak.

b. Jaringan sosial sangat luas, meliputi jumlah orang yang semakin banyak dan jenis
hubungan yang berbeda (misalnya dalam hubungan dengan teman sekolah untuk
menyelesaikan tugas kelompok, berinteraksi dengan pimpinan dalam cara yang penuh
pernghormatan)

c. Menurut Erikson, dalam perkembangan sosial, remaja harus menyelesaikan krisis yang
terjadi pada masa remaja. Istilah krisis digunakan oleh Erikson untuk menggambarkan suatu
rangkaian konflik internal yang berkaitan dengan tahap perkembangan dimasa yang akan
datang.

Pada masa remaja krisis yang terjadi di sebut sebagai krisis anatara identitas versus
kekaburan identitas. Krisis menunjukan perjuangan untuk memperoleh keseimbangan antara
pengembangan identitas individu yang unik dengan “fitting-in” (kekaburan peran tentang
“siapa ya”. “apa yang akan dan harus saya lakukan dan bagaimana caranya” Dan sebagainya).
jika remaja berhasil mengatasi krisis dan memahami identitas dirinya, makai akan dengan
mudah membagi “dirinya” dengan orang lain dan mampu menyesuaikan diri (well-adjusted),
dan pada akhirnya ia akan dapat dengan bebas menjalin hubungan dengan orang lain tanpa
kehilangan identitas dirinya. Sebaliknya, jika remaja gagal mengatasi krisis, ia akan tidak
yakin tentang dirinya, sehingga akan terpisah dari hubungan sosial, atau bisa jadi justru
mengembangkan perasaan berlebih berlebih-lebihan tentang pentingnya dirinya dan kemudian
mengambil posisi sebagai ekstremis. Jika ia masuk pada kondisi ini, maka tidak akan mampu
menjadi orang dewasa yang matang secara emosi.

14
2.6 Asuhan keperawatan Komunitas pada Remaja

Narasi Kasus

Hasil pengkajian perawat di wilayah kerja PKM kiara terhadap Kesehatan populasi remaja
adalah sebagai berikut : kelompok Remaja di RW 5 berjumlah 50 orang, hasil pengkajian
Kesehatan 10 remaja mengkonsumsi/menyalahgunakan dextro untuk mabuk, 30 remaja memiliki
kebiasaan merokok dan 5 orang remaja diduga menderita penyakit menular seksual. 5 orang
remaja mengaku pernah melakukan hubungan seksual pranikah. Kelompok remaja tersebut
tinggal di daerah pinggiran kota, Sebagian besar remaja tidak tamat sekolah dan waktu luangnya
digunakan untuk berkumpul dan mengamen dijalanan, bahkan Sebagian besar remaja jarang
pulang kerumah masing masing.

Analisa data

Data Fokus Masalah Keperawatan


Ds : - Perilaku maladaptif akibat gangguan
Do : perkembangan remaja :
- Hasil pengkajian Kesehatan 10 penyalahgunaan dextro di RW 5
remaja
mengkonsumsi/menyalahguna
kan dextro untuk mabuk
Ds : - Resiko penurunan kesehatan pada
Do : remaja akibat perilaku merokok di
- Hasil pengkajian Kesehatan 30 RW 5
remaja memiliki kebiasaan
merokok
Ds : Resiko infeksi penyakit menular
- 5 orang remaja mengaku seksual pada remaja akibat seks bebas
pernah melakukan hubungan di RW 5
seksual pranikah

Do :
- Hasil pengkajian Kesehatan 5
orang remaja diduga menderita

15
penyakit menular seksual

Diagnosa & intervensi keperawatan

Diagnosa Tujuan Intervensi


Perilaku maladaptif 1. Jangka Panjang : PRIMER
akibat gangguan terbentuknya perilaku - Lakukan Pendidikan
perkembangan remaja : adaptif pada kesehatan dampak
penyalahgunaan dextro perkembangan remaja penyalahgunaan dexro
di RW 5 di RW 5 dan pemulihan bagi
2. Jangka pendek : remaja yang
remaja RW 5 mampu menonsumsi dan
mengontrol keinginan menyalagunaakan
dan meningkatkan Dexro untuk mabuk..
motivasi untuk
berhenti
SEKUNDER
mengkonsumsi napza
- Screening
perkembangan
kesehatan remaja dan
cara pemeliharaan
kesehatan menonsumsi
dextro.

TERSIER
- Mendemonstrasikan
cara pemeliharaan
pencegahan, dan
pemulihan kesehatan
bagi remaja.
Resiko penurunan 1. Jangka Panjang : tidak

16
kesehatan pada remaja terjadi penurunan PRIMER
akibat perilaku merokok kesehatn akibat - Lakukan Pendidikan
di RW 5 merokok Kesehatan Terkait
2. Jangka pendek : pemulihan kesehatan
a. Menambah bagi remaja yang
pengetahuan mengonsumsi merokok
Kesehatan dan
bahaya merokok
SEKUNDER
serta dampak bagi
- Screening cara
Kesehatan dan
pemeliharaan kesehatan
lingkungan sekitar
yang dan benar pada
b. Mengurangi angka
remaja perokok
konsumsi merokok
pada remaja
TERSIER
- Mendemostrasikan
cara pencegahan,
pemulihan remaja
perokok.

Resiko infeksi penyakit 1. Jangka Panjang : tidak PRIMER


menular seksual pada terjadi infeksi penyakit - Memberikan
remaja akibat seks bebas menular seksual di RW Pendidikan kesehatan

17
di RW 5 5 mengenai penyakit,
2. Jangka pendek : bentuk penularan dan
remaja RW 5 dapat yang berhubungan
mengetahui dampak dengan perilaku seksual
dari seks bebas pada remaja.

SEKUNDER
- Sreening perilaku
seksual pada remaja

TERSIER
- Membuat alur dalam
pemeriksaan penyakit
menular seksual dan di
share kan kepada
remaja supaya tau cara
bahaya penyakit
seksual.

Implementasi

Tangga Diagnosis keperawatan Kegiatan Paraf


l
Perilaku maladaptif akibat - Berikan Pendidikan
gangguan perkembangan Kesehatan mengenai
remaja : penyalahgunaan dampak napza
dextro di RW 5 - Kolaborasi dengan
petugas Kesehatan
dalam memberikan
pengobatan
- Kolaborasi dengan
keluarga dalam
memberi dukungan

18
pengobatan terhadap
remaja
Resiko penurunan kesehatan 1. Pendidikan
pada remaja akibat perilaku Kesehatan
merokok di RW 5 - Melakukan
assessment tentang
bahaya merokok
- Merencanakan,
memberikan
penjelasan dampak
merokok
- Menentukan rencana
jangka Panjang
untuk memperkuat
perilaku Kesehatan
terhadap gaya hidup
yaitu dengan :
mengurangi
merokok dengan
cara mengganti
rokok dengan
permen
2. Kolaborasi dengan
tenaga Kesehatan
3. Kolaborasi dengan
keluarga mengenai
Kesehatan, untuk
turut mendukung
remaja dalam proses
pengobatan
Resiko infeksi penyakit - Berikan Pendidikan

19
menular seksual pada Kesehatan mengenai
remaja akibat seks bebas di Kesehatan
RW 5 reproduksi
- Kolaborasi dengan
tenaga Kesehatan
- Berikan Pendidikan
kesehatan pada
keluarga dalam
mendukung program
pengobatan remaja

Evaluasi

Tangga Diagnosis keperawatan Evaluasi


l
Perilaku maladaptif akibat S : Remaja mampu memahami untuk
gangguan perkembangan mencegah dan mengetahui dampak
remaja : penyalahgunaan napza
dextro di RW 5 O : tidak ada remaja yang melakukan
penyalahgunaan napza dan tingkat
remaja penyalahgunaan napza
menurun
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
Resiko penurunan kesehatan S : respon remaja baik
pada remaja akibat perilaku O : respon non verbal remaja dapat
merokok di RW 5 menurunkan kebiasaan merokok
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan
Resiko infeksi penyakit S : respon verbal remaja baik
menular seksual pada remaja O : respon non verbal : remaja dapat
akibat seks bebas di RW 5 melakukan apa yang sudah diberikan

20
A : masalah teratasi
P : intervensi dihentikan

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Remaja adalah suatu masa dimana individu berkembang dari saat pertama kali ia
menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai saat ia mencapai kematangan seksual
(Sarwono, 2011).
Perubahan fisik terjadi dengan cepat pada remaja. Kematangan seksual sering terjadi
seiring dengan perkembangan seksual secara primer dan sekunder. Perubahan secara primer
berupa perubahan fisik dan hormon penting untuk reproduksi, perubahan sekunder antara
laki-laki dan perempuan berbeda.
Menurut Havighurst (1998) dalam Kusmiran (2014), ada tugas-tugas yang harus
diselesaikan dengan baik pada setiap periode perkembangan. Tugas perkembangan adalah
hal-hal yang harus dipenuhi atau dilakukan oleh remaja dan dipengaruhi oleh harapan sosial.
Deskripsi tugas perkembangan berisi harapan lingkungan yang merupakan tuntutan bagi
remaja dalam bertingkah laku.

3.2 Saran

Diharapkan dengan dibuatnya makalah ini menggunakan pedoman dan ketentuan yang sesuai
sambil mencermati kekurangan-kekurangan makalah ini dan memberikan masukan untuk
perbaikan di masa mendatang.

21
DAFTAR PUSTAKA

Sarwono, S. 2011. Psikologi Remaja. Jakarta: PT. Raja Grafindo.


Hurlock, E.B. 2011. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Erlangga.
Ali, Mohammad & Mohammad Asrori. 2011. Psikologi Remaja dan Perkembangan Peserta
Didik. Jakarta: Bumi Aksara.
Potter & Perry. 2009. Fundamental Keperawatan. Edisi 7. Jakarta: Salemba Medika
Ellison, C.G.; Fan, D. Daily spiritual experiences and psychological well-being among US
adults. Soc. Indic. Res. 2008, 88, 247-271.
Kalkstein, S.. & Tower, R.B. (2009). The Daily Spiritua lExperience Scale and well-being:
Demographic comparisons and scale validation with older Jewish adults and a diverse
internet sample. Journal of Religion Health. 48, 401-417.
Rogers, M.B., Loewenthal, K.M., Lewis, C.A., Amlôt, R., Cinnirella, M., & Ansari, H. (2007).
The role of religious fundamentalism in terrorist violence: A social psychological
analysis. International Review of Psychiatry, 19(3), 253-262

22
DOKUMENTASI KERJA KELOMPOK

23

Anda mungkin juga menyukai