Anda di halaman 1dari 15

ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN TERAPI O2 DAN WSD BERBASIS EVIDENCED BASED

“ Struktur Dan Fungsi Anatomi fisiologi sistem pernapasan”


Dosen pengampuh : Deddy Sepadha Putra Sagala, S.Kep, Ns, M.Kep

Disusun oleh :
KELOMPOK 2
Agnes Theresia (2214201006)
Nadya Aulya (2214201028)
Beby Syilvia Lubis (2214201007)
Daira Yonanda Putry (2214201009)
Yudha Rizki Pratama Tambunan (2214201034)
Miftahul Khoiriah (2214201024)
Shelamita Imanisa (2214201032)
Oktaviana Bu’lolo (2214201030)
Fika Wulandari (2214201015)
Elnatan Lase (2214201012)
Mutinisca Tafonao (2214201026)
Adelia Arpah Ramadhan Ritonga (2214201002)

UNIVERSITAS IMELDA MEDAN


PROGRAM STUDI S I KEPERAWATAN
T.A 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan kehadirat Allah Swt. yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan karya ilmiah tentang "“ Struktur Dan Fungsi
Anatomi fisiologi sistem pernapasan”

Tidak lupa juga kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah turut
memberikan kontribusi dalam penyusunan karya ilmiah ini. Tentunya, tidak akan bisa
maksimal jika tidak mendapat dukungan dari berbagai pihak.

Sebagai penyusun, kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik dari
penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam karya ilmiah ini. Oleh karena itu, kami
dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki
karya ilmiah ini.

Kami berharap semoga karya ilmiah yang kami susun ini memberikan manfaat dan juga
inspirasi untuk pembaca.

Medan, 23 oktober 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.............................................................................................................................. 2
DAFTAR ISI ........................................................................................................................................... 3
BAB I ...................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN .................................................................................................................................. 4
latar belakang ...................................................................................................................................... 4
Rumusan Masalah ............................................................................................................................... 5
1.3. Tujuan Masalah ............................................................................................................................ 5
BAB II..................................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ..................................................................................................................................... 6
2.1 Anatomi Sistem Pernapasan .......................................................................................................... 6
2.2 Fisiologis Sistem Pernapasan ........................................................................................................ 8
BAB III ................................................................................................................................................. 14
PENUTUP ............................................................................................................................................ 14
3.1 kesimpulan .................................................................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................ 15

3
BAB I
PENDAHULUAN
latar belakang
Pernapasan atau respirasi adalah peristiwa menghirup udara dari luar yang
mengandung oksigen serta menghembuskan udara yang banyak mengandung
karbondioksida sebagai sisa dari oksidasi keluar dari tubuh. Pengisapan udara ini disebut
inspirasi dan menghembuskan udara disebut ekspirasi.

Jadi, dalam paru-paru terjadi pertukaran zat antara oksigen yang ditarik dari udara
yang masuk kedalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah secara osmosis. Seterusnya
CO2 akan dikeluarkan melalui traktus respiratorius (jalan pernapasan) dan masuk
kedalam tubuh melalui kapiler-kapiler vena pulmonalis kemudian masuk ke serambi kiri
jantung (atrium sinistra)  ke aorta  seluruh tubuh (jaringan-jaringan dan sel-sel), disini
terjadi oksidasi atau pembakaran. Sebagai ampas atau sisanya dari pembakaran adalah
CO2 dan zat ini dikeluarkan melalui peredaran darah vena masuk ke jantung (serambi
kanan atau atrium dekstra)  ke bilik kanan (ventrikel dekstra) dan dari sini keluar melalui
arteri pulmonalis ke jaringan paru-paru akhirnya dikeluarkan menembus lapisan epitel
alveoli. Proses pengeluaran CO2 ini adalah sebagian dari sisa metabolisme, sedangkan
sisa dari metabolisme lainnya akan dikeluarkan melalui traktus urogenitalis dan kulit.
Setelah udara dari luar diproses, didalam hidung masih terjadi perjalanan panjang menuju
paru-paru (sampai alveoli).

Pada laring terdapat epiglotis yang berguna untuk menutup laring sewaktu menelan,
sehingga makanan tidak masuk ke trakea, sedangkan waktu bernapas epiglotis terbuka
begitu seterusnya. Jika makanan masuk kedalam laring maka kita mendapat serangan
batuk, untuk mencoba mengeluarkan makanan tersebut dari laring. Selain itu dibantu oleh
adanya bulu-bulu getar silia yaitu untuk menyaring debu-debu, kotoran dan benda asing.
Adanya benda asing atau kotoran tersebut memberikan rangsangan kepada selaput lendir
dan bulu-bulu getar sehingga terjadi bersin, kadang terjadi batuk. Akibatnya benda asing
dan kotoran tersebut bisa dikeluarkan melalui hidung dan mulut. Dengan kejadian
tersebut diatas udara yang masuk kedalam alat-alat pernapasan benar-benar bersih.

4
Rumusan Masalah

1. Bagaimana anatomi sistem pernapasan?


2. Bagaimana fisiologis sistem pernapasan?

1.3. Tujuan Masalah

a. Mengetahui anatomi sistem pernapasan?


b. Mengetahui fisiologis sistem pernapasan

5
BAB II
PEMBAHASAN

ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PERNAFASAN

2.1 Anatomi Sistem Pernapasan


Anatomi sistem pernapasan terbagi menjadi 2, yaitu :

1. Sistem Respirasi Atas

Sistem respirasi atas meliputi :

a. Hidung

Hidung terdiri dari bagian eksternal dan internal. Bagian eksternal hidung yaitu menonjol dari
wajah dan disangga oleh tulang hidung dan kartilago Bagian internal hidung yaitu rongga
berlorong yang dipisahkan menjadi rongga hidung kanan dan kiri oleh septum (pembagi
vertikal yang sempit). Rongga hidung dilapisi dengan membran mukosa yang banyak
mengandung vaskular yang disebut mukosa hidung. Permukaan mukosa hidung dilapisi oleh
sel-sel goblet yang mensekresi lendir secara terus menerus dan bergerak ke belakang ke
nasofaring oleh gerakan silia. Hidung berfungsi sebagai saluran udara untuk mengalir ke dan
dari paru-paru, sebagai penyaring kotoran dan melembabkan serta menghangatkan udara
yang dihirup ke dalam paru- paru.

6
b. Faring
Faring (tenggorok) merupakan struktur seperti tuba yang menghubungkan rongga hidung dan
mulut ke laring. Faring dibagi menjadi 3, yaitu nasal (nasofaring), oral (orofaring), dan laring
(laringofaring). Fungsi faring adalah untuk menyediakan saluran pada traktus respiratorius dan
digestif.

c. Laring

Laring (organ suara) merupakan struktur epitel kartilago yang menghubungkan faring dan
trakea. Laring terdiri atas epiglotis (daun katup kartilago yang menutupiostium ke arah laring
selama menelan), glotis (ostium antara pita suara dalam laring), kartilago tiroid (kartilago
terbesar pada trakea, sebagian dari kartilago ini membentuk jakun), kartilago krikoid (satu-
satunya cincin kartilago yang komplit dalam laring), kartilago aritenoid (digunakan dalam
gerakan pita suara dengan kartilago tiroid), pita suara (ligamen yang dikontrol oleh gerakan
otot yang menghasilkan bunyi suara). Fungsi laring yaitu untuk memungkinkan terjadinya
vokalisasi, melindungi jalan napas bawah dari obstruksi benda asing dan memudahkan batu.

d. Trakea

Ujung trakea (batang tenggorok) bercabang menjadi dua bronkus yang disebut karina.

2. Sistem Respirasi Bawah

a. Bronkus
Bronkus terbagi menjadi 2, yaitu bronkus kanan dan kiri. Bronkus lobaris kanan (3 lobus)
terbagi menjadi 10 bronkus segmental dan bronkus lobaris kiri terbagi menjadi 9 bronkus
segmental. Bronkus segmentalis ini kemudian terbagi lagi menjadi bronkus subsegmental
yang dikelilingi oleh jaringan ikat yang memiliki arteri, limfatik dan saraf.

b. Bronkiolus
Bronkiolus mengandung kelenjar sub mukosa yang memproduksi lender yang
membentuk selimut tidak terputus untuk melapisi bagian dalam jalan napas

c. Bronkiolus Terminalis
Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis yang mana
tidak mempunyai kelenjar lendir dan silia.

7
d. Bronkiolus Respiratori

Bronkiolus respiratori dianggap sebagai saluran transisional antara napas dan jalan udara
pertukaran gas.

e. Duktus Alveolar dan Sakus Alveolar


Bronkiolus respiratori kemudian mengarah ke dalam duktus alveolar dan sakus
alveolar. Dan kemudian menjadi alveol

f. Alveoli
Alveoli merupakan tempat pertukaran gas O2 dan CO2. Alveoli terdiri atas 3 tipe, yaitu sel
alveolar tipe I (sel epitel yang membentuk dinding alveoli), sel alveolar tipe II (sel yang aktif
secara metabolik), sel alceolar tipe III (makrofag yang merupakan sel-sel fagotosis dan bekerja
sebagai mekanisme pertahanan).

g. Paru
Paru merupakan organ yang elastis berbentuk kerucut dan terletak dalam rongga dada
(toraks). Kedua paru dipisahkan oleh mediastinum sentral yang berisi jantung dan beberapa
pembuluh darah besar. Setiap paru memiliki apeks dan basis. Paru kanan lebih besar dan
terbagi menjadi 3 lobus oleh fisura interlobaris. Paru kiri lebih kecil dan terbagi menjadi 2
lobus. Lobus-lobus tersebut terbagi lagi menjadi beberapa segmen sesuai dengan segmen
Bronkusnya.

h. Pleura
Pleura merupakan lapisan tipis yang mengandung kolagen dan jaringan elastis. Pleura terbagi
menjadi 2, yaitu pleura parietalis (yang melapisi rongga dada) dan pleura viseralis (yang
menyelubungi setiap paru-paru). Diantara pleura terdapat rongga pleura yang berisi cairan
tipis pleura yang berfungsi untuk memudahkan kedua permukaan itu bergerak selama
pernapasan, juga untuk mencegah pemisahan toraks dengan paru-paru. Tekananan dalam
rongga pleura lebih rendah dari tekanan atmosfir. Hal ini untuk mencegah kolap paru-paru.

2.2 Fisiologis Sistem Pernapasan


Respirasi (pernapasan) adalah proses pengambilan oksigen dari lingkungan dan
pengeluaran karbondioksida dari dalam tubuh makhluk hidup. Sistem pernapasan
setiap makhluk hidup berbeda tergantung pengkalifikasiannya. Namun, pembahasan
makalah ini hanyalah mencakup tentang sistem pernapasan pada manusia.

8
Tujuan dari respirasi adalah menyediakan oksigen bagi jaringan dan
mengeluarkan karbondioksida. Untuk mencapai tujuan-tujuan ini, respirasi dapat
dibagi menjadi 4 kejadian fungsional mayor, yaitu :

a. Ventilasi

Ventilasi pulmonal yaitu masuk dan keluarnya udara antara atmosfer dan alveoli paru. Paru
dapat berekspansi dan berkontraksi dalam 2 cara, yaitu dengan pergerakan ke atas dan ke
bawah dari diafragma untuk memperpanjang atau memperpendek rongga dada dan dengan
elevasi dan depresi tulang rusuk untuk meningkatkan dan menurunkan diameter
anteroposterior dari rongga dada. Ada 4 tekanan yang mempengaruhi ventilasi pulmonal, yaitu:
1. Tekanan Atmosfer

Tekanan yang ditimbulkan oleh berat udara atmosfer pada benda dipermukaan
bumi. Pada ketinggian permukaan laut  760 mmHg.

2. Tekanan Pleura
Tekanan cairan diruang sempit antara pleura paru dan pleura dinding dada.
Tekanan pleura yang normal pada awal inspirasi (-5 cm air) merupakan nilai
isap (tekanan negative) mempertahankan paru agar tetap terbuka sampai
istirahat
pengembangan rangka dada akan menarik paru kearah luar dengan kekuatan
lebih besar  tekanan jadi lebih negative (-7 cm air).

3. Tekanan Alveoli
Tekanan alveoli bersifat positif dalam keadaan tidak ada udara masuk atau keluar dari paru
yaitu saat akhir ekspirasi biasa, tekanan alveoli ini sama dengan tekanan atmosfer. Tekanan
alveoli harus lebih rendah dari tekanan udara luar saat permulaan inspirasi. Pada akhir
inspirasi maksimal, tekanan alveoli menjadi lebih tinggi dari udara luar dan saat ini
dimulailah proses ekspirasi

4. Tekanan Transpulmonal

Perbedaan yang ada diantara tekanan alveolus dan pleura pada permukaan luar paru  nilai
daya lenting (elastic). Ventilasi Alveolus adalah kecepatan udara yang baru masuk pada area

9
ini. Perbaruan udara secara terus-menerus dalam area pertukaran gas, merupakan sebuah
penampung pada jaringan elastin (elastic).
Keelistisan paru ini beragantung pada dua faktor, yaitu jaringan ikat elastik paru (Setiap
jaringan ikat ini mengandung serat-serat elastin yang kemudian elastin itu membentuk
jaringan yang memperkuat elastisitasnya yang membungkus paru) dan tegangan permukaan
alveolus (Ditimbulkan oleh lapisan tipis cairan yang melapisi bagian dalam alveolus, dari gaya
tarik tak seimbang antara ikatan molekul air dipermukaan yang lebih kuat dibanding dengan
udara diatas permukaan. Terdapat cairan dalam elveoli ini yang membuat tegangan
permukaanya menjadi naik).

b. Difusi

Difusi adalah peristiwa mengalirnya/berpindahnya suatu zat dalam pelarut dari bagian
berkonsentrasi tinggi ke bagian yang berkonsentrasi rendah. Difusi akan terus terjadi hingga
seluruh partikel tersebar luas secara merata atau mencapai keadaan kesetimbangan dimana
perpindahan molekul tetap terjadi walaupun tidak ada perbedaan konsentrasi. CO2 lebih mudah
berdifusi dibandikan O2. Gas pernafasan yang berhenti memungkinkan terjadinya pengikatan
berdifusi ke dalam pembuluh darah dan memasukkan gas pernafasan ke dalam tubuh sehingga
bisa berguna.
Prinsip dan formula terjadinya difusi gas melalui membrana respirasi sama
dengan difusi gas melalui air dan berbagai jaringan. Jadi, faktor yang menentukan
betapa cepat suatu gas melalui membrana tersebut adalah :

a) Ketebalan Membrana
Sering terjadi kecepatan difusi melalui membrana tidak proporsional terhadap ketebalan
membrana sehingga setiap faktor yang meningkatkan ketebalan melebihi 2 – 3 kali
dibandingkan dengan yang normal dapat mempengaruhi secara sangat nyata pertukaran gas
pernafasan normal

b) Luas Permukaan Membrana


Khusus pada olahragawan, luas permukaan membrana respirasi sangat
mempengaruhi prestasi dalam pertandingan maupun latihan. Luas permukaan
paru-paru yang berkurang dapat berpengaruh serius terhadap pertukaran gas
pernafasan pada manusia, misalnya kakunya alveolus pada penderita TBC.

10
c) Transportasi
Gas yang telah berdifusi kedalam darah dapat mengalami beberapa kejadian, yaitu ada yang
larut dalam plasma dan masuk kedalam eritrosit dan berikatan dengan Hb. Dengan eritrosit
oksigen diangkut kejaringan oleh sirkulasi sistemik, dan karbondioksida juga diangkut oleh
eritrosit diangkut dari jaringan ke alveoli melalui sirkulasi pulmonum. Setelah oksigen
berdifusi masuk ke dalam melalui kapiler pulmonum. Saat masuk oksigen itu mengalami
beberapa kejadian 3 % larut dalam plasma dan 97 % masuk kedalam eritrosit dan berikatan
dengan Hb.

d) Perfusi
Perfusi paru adalah gerakan darah yang melewati sirkulasi paru untuk dioksigenasi, dimana
pada sirkulasi paru adalah darah deoksigenasi yang mengalir dalam arteri pulmonaris dari
ventrikel kanan jantung. Darah ini memperfusi paru bagian respirasi dan ikut serta dalam
proses pertukaran oksigen dan karbondioksida di kapiler dan alveolus. Sirkulasi paru bersifat
flexible dan dapat mengakodasi variase volume darah yang besar sehingga dapat
dipergunakan jika sewaktu-waktu terjadi penurunan volume atau tekanan darah sitemi.

e) Proses Oksigen Sel


Oksigen adalah satu komponen gas dan unsur vital dalam proses metabolisme untuk
mempertahankan kelangsungan hidup seluruh sel tubuh. Penyampaian oksigen ke
jaringan tubuh ditentukan oleh :
• Sistem Respirasi
Sistem pernapasan terdiri atas organ pertukaran gas yaitu paru-paru dan sebuah
pompa ventilasi yang terdiri atas dinding dada, otot-otot pernapasan, diafragma,
isi abdomen, dinding abdomen dan pusat pernapasan di otak.

Ada 3 langkah dalam proses oksigenasi yaitu ventilasi, difusi paru dan difusi:
1. Sistem Kardiovaskular
Kemampuan oksigenasi pada jaringan sangat dipengaruhi oleh fungsi jantung untuk
memompa darah sebagai transpor oksigen. Darah masuk ke atrium kiri dari vena pulmonaris.
Aliran darah keluar dari ventrikel kiri menuju aorta melalui katup aorta. Kemudia dari aorta
darah disalurkan ke seluruh sirkulasi sistemik melalui arteri, arteriol, dan kapiler serta

11
menyatu kembali membentuk vena yang kemudian dialirkan ke jantung melalui atrium
kanan. Darah dari atrium kanan masuk dalam ventrikel kanan melalui katup trikuspidalis
kemudian keluar ke arteri pulmonaris melalui katup pulmonaris untuk kemudian dialirkan ke
paru-paru kanan dan kiri untuk berdifusi. Darah mengalir di dalam vena pulmonaris kembali
ke atrium kiri dan bersirkulasi secara sistemik. Sehingga tidak adekuatnya sirkulasi sistemik
berdampak pada kemmpuan transpor gas oksigen dan karbondioksida

2. Hematologi
Oksigen membutuhkan transpor dari paru-paru ke jaringan dan karbondioksida dari jaringan
ke paru-paru. Sekitar 97% oksigen dalam darah dibawa eritrosit yang telah berikatan dengan
Hb dan 3% oksigen larut dalam plasma. Setiap sel darah merah mengandung mengandung 280
juta molekul Hb dan setiap molekul dari keempat molekul besi dalam Hb berikatan dengan
satu molekul oksigen membentuk oksihemoglobin. Reaksi pengikatan Hb dengan O2 adalah
adalah Hb+O2-HbO2. Afinitas atau ikatan Hb dengan O2 dipengaruhi pleh suhu, pH,
konsentrasi, 2,3 difosfogliserat dalam darah merah. Dengan demikian besarnya Hb dan jumlah
eritrosit akan mempengaruhi transpor gas

f. Tanda dan Gejala Kecukupan Oksigen

a) Hipoksia

Hipoksia adalah kekurangan O2 ditingkat jaringan atau defisiensi oksigen karena


berkurangnya kadar oksigen dibandingkan kadar normalnya secara fisiologis dalam jaringan
dan organ

b) Hipokapnia
Hipokapnia adalah penurunan kadar CO2 dalam darah, biasanya terjadi akibat hiperventilasi
(pernafasan cepat) dan penghembusan CO2 mnyebabkan terjadinya alkalosis (jumlah
bikarbonat berlebih). Saat melakukan hiperventilasi volunter, PCO2 darah arteri akan turun
dari 40 mmHg sampai serendah 15 mmHg, sementara PO2 alveolus meningkat sampai 120-
140 mmHg.

Tanda dan gejala yang sering berkaitan dengan hipokapnia adalah sering mendesah dan
menguap, pusing, palpitasi, tangan dan kaki kesemutan dan baal, serta kedutan otot.
Hipokapnia hebat (PaCO2 < 25 mmHg) dapat menyebabkan kejang.

12
c) Hiperkapnia
Hiperkapnia adalah peningkatam kadar CO2 dalam cairan tubuh dan sering disertai dengan
hipoksia. Jika CO2 berlebih akan meningkatkan respirasi dan konsentrasi ion hydrogen yang
akan menyebabkan asidosis (kadar asam berlebihan). Retensi CO2 di dalam tubuh
(hiperkapnia) pada awalnya akan merangsang pernapasan. Retensi CO2 dalam jumlah yang
lebih besar menimbulkan gejala akibat depresi system saraf pusat : gangguan mental
(confusion), penurunan ketajaman sensorik, dan kemudian koma dengan depresi pernapasan
serta kematian. Pada penderita dengan gejala tersebut didapatkan peningkatan PCO2 yang
tinggi, asidosis respiratorik berat, dan kadar HCO3 plasma yang dapat melebihi 40 meq/L.
Sejumlah besar HCO3 akan diekskresikan, namun HCO3 yang direabsorpsi lebih banyak lagi
sehingga HCO3 plasma meningkat dan mengkompensasi sebagaian asidosis.

d) Hipoventilasi

Hipoventilasi merupakan penyebab hiperkapnia yang paling sering. Selain meningkatnya


PaCO2 juga terdapat asidosis respirasi yasng sebanding dengan kemampuan bufer jaringan
dan ginjal.
Tanda dan gejala hipoventilasi yaitu pusing, nyeri kepala, letargi, disorientasi, penurunan
kemampuan mengikuti instruksi, disritmia jantung, ketidakseimbangan elektrolit, konvulsi,
koma, henti jantung

e) Hiperventilasi
Hiperventilasi adalah pernafasan cepat dan dalam. Alkalosis respiratorik adalah suatu keadaan
dimana darah menjadi basa karena pernafasan yang cepat dan menyebabkan kadar
karbondioksida dalam darah menjadi rendah.
tanda-tanda yang pasti yaitu terlihat bernapas cepat dengan tarikan napas yang dalam. Tanda-
tanda yang mungkin ada yaitu kecemasan, Sskit kepala, perilaku mencari perhatian (misal
berteriak-teriak), kram pada tangan dan kaki, tangan terasa kaku, kesemutan, bergetar, jari-jari
tangan menguncup dan lentik, biasanya tidak bisa digerakkan.

13
BAB III
PENUTUP

3.1 kesimpulan
Sistem pernapasan terdiri dari hidung, paru-paru, tulang rusuk, otot interkosta, bronkus,
bronkeolus, alvelus, dan diagfragma. Dalam mekanismenya, udara disedot dalam paru-paru
melalui hidung dan trakea, dinding trakea disokong oleh gelang rawan supaya menjadi kuat
dan senantiasa terbuka. Trakea bercabang kepada bronkus kanan dan bronkus kiri yang
disambungkan kepada paru-paru. Kedua brongkus bercabang lagi kepada bronkiol dan
alveolus pada ujung bronkiol. Alveolus mempunyai penyesuaian berikut untuk memudahkann
pertukaran gas.

14
DAFTAR PUSTAKA

https://www.studocu.com/id/document/universitas-sriwijaya/kebidanan-dan
keperawatan/makalah-anatomi-dan-fisiologi-sistem-pernafasan/60875713

Syaifudin. (2006). Anatomi Fisiologi Untuk Mahasiswa Keperawatan. Jakarta : Penerbit


EGC

Uliyah, Musrifatul.(2008).Keterampilan Dasar Praktik Klinik Untuk Kebidanan.Jakarta:


Penerbit Salemba Medika.

15

Anda mungkin juga menyukai