Anda di halaman 1dari 23

SISTEM PERNAPASAN

Disusun oleh:

Kelompok: 2

Anggota:

Siti Fatimah (1906103010023)


Tamara Silvia (1906103010028)
Indah Aruni Fadhilah (1906103010084)
Husnul Nisa (1906103010090)
Tasha Mumtazah (2006103010064)
Salwa Khairani Mayra (2006103010082)
Ghina Syahirah (2006103010102)

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SYIAH


KUALA, DARUSSALAM

2022/2023
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................4

BAB I.........................................................................................................................................5

PENDAHULUAN.....................................................................................................................5

1.1 Pengertian Respirasi.................................................................................................5

1.2 Alat-alat Pernapasan pada Manusia.......................................................................6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................................9

2.1 Anatomi Sistem Pernafasan...........................................................................................8

2.2 Fisiologi Sistem Pernafasan.........................................................................................10

2.3 Biokimia Sistem Pernafasan……………………………………………………........12

2.4. Mekanisme Sistem Pernafasan…………………………………………………..…13

2.5. Studi Kasus…………………………………………………………………………...

BAB III PENUTUP..................................................................................................................9

3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................9

3.2 Saran................................................................................................................................9

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................10

2
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Sistem Pernapasan” ini
tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Bapak
dosen Dr. Khairil M.Si pada mata kuliah Anatomi Fisiologi Manusia. Selain itu, makalah ini
juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Sistem Pernapasan bagi para pembaca dan
juga bagi penulis.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Kami menyadari, makalah yang kami susun ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Banda Aceh, 30 September 2022

Penulis

(Kelompok 2)

3
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Pengertian Respirasi

Respirasi adalah suatu proses mulai dari pengambilan oksigen, pengeluaran karbohidrat
hingga penggunaan energi di dalam tubuh. Manusia dalam bernapas menghirup oksigen
dalam udara bebas dan membuang karbon dioksida ke lingkungan. Sistem respirasi
merupakan suatu susunan yang sangat kompleks. Setiap sel dan jaringan penyusunnya
memiliki fungsi dan peranannya tersendiri. Struktur nya yang begitu rumit menjadikan sistem
ini begitu istimewa untuk menopang kehidupan manusia. Pernapasan atau respirasi secara
harfiah berarti pergerakan oksigen (O2) dari atmosfer menuju ke sel dan keluarnya
karbondioksida (CO2). Proses pernapasan terdiri dari beberapa langkah dan terdapat peranan
yang sangat penting dari sistem respirasi, sistem saraf pusat, serta sistem kardiovaskular.
Pada dasarnya, sistem pernapasan terdiri dari suatu rangkaian saluran udara yang
menghantarkan udara luar agar bersentuhan dengan membrane kapiler alveoli, yaitu pemisah
antara sistem respirasi dan sistem kardiovaskular.

Respirasi dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu :

a. Respirasi Luar merupakan pertukaran antara O2 dan CO2 antara darah dan
b. Respirasi Dalam merupakan pertukaran O2 dan CO2 dari aliran darah ke sel-sel tubuh

Dalam mengambil nafas ke dalam tubuh dan membuang napas ke udara dilakukan dengan
dua cara pernapasan, yaitu :

1. Respirasi / Pernapasan Dada


a. Otot antar tulang rusuk luar berkontraksi atau mengerut
b. Tulang rusuk terangkat ke atas
c. Rongga dada membesar yang mengakibatkan tekanan udara dalam dada kecil
sehingga udara masuk ke dalam badan.
2. Respirasi / Pernapasan Perut
a. Otot difragma pada perut mengalami kontraksi
b. Diafragma datar
c. Volume rongga dada menjadi besar yang mengakibatkan tekanan udara pada dada
mengecil sehingga udara

4
Normalnya manusia butuh kurang lebih 300 liter oksigen perhari. Dalam keadaan
tubuh bekerja berat maka oksigen atau O2 yang diperlukan pun menjadi berlipat-lipat kali
dan bisa sampai 10 hingga 15 kali lipat. Ketika oksigen tembus selaput alveolus, hemoglobin
akan mengikat oksigen yang banyaknya akan disesuaikan dengan besar kecil tekanan udara.
Pada pembuluh darah arteri, tekanan oksigen dapat mencapat 100 mmHg dengan 19 cc
oksigen. Sedangkan pada pembuluh darah vena tekanannya hanya 40 milimeter air raksa
dengan 12 cc oksigen. Oksigen yang kita hasilkan dalam tubuh kurang lebih sebanyak 200 cc
di mana setiap liter darah mampu melarutkan 4,3 cc karbondioksida / CO2. CO2 yang
dihasilkan akan keluar dari jaringan menuju paru-paru.

Proses Kimiawi Respirasi Pada Tubuh Manusia:

a. Pembuangan CO2 dari paru-paru : H + HCO3 ---> H2CO3 ---> H2 + CO2


b. Pengikatan oksigen oleh hemoglobin : Hb + O2 ---> HbO2
c. Pemisahan oksigen dari hemoglobin ke cairan sel : HbO2 ---> Hb + O2
d. Pengangkutan karbondioksida di dalam tubuh : CO2

1.2 Alat-alat Pernapasan pada Manusia


1. Rongga Hidung (Cavum Nasalis)

Udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung (cavum nasalis). Rongga hidung
berlapis selaput lendir, di dalamnya terdapat kelenjar minyak (kelenjar sebasea) dan kelenjar
keringat (kelenjar sudorifera). Selaput lendir berfungsi menangkap benda asing yang masuk
lewat saluran pernapasan. Selain itu, terdapat juga rambut pendek dan tebal yang berfungsi
menyaring partikel kotoran yang masuk bersama udara. Juga terdapat konka yang
mempunyai banyak kapiler darah yang berfungsi menghangatkan udara yang masuk. Di
sebelah belakang rongga hidung terhubung dengan nasofaring melalui dua lubang yang
disebut choane. Pada permukaan rongga hidung terdapat rambut-rambut halus dan selaput
lendir yang berfungsi untuk menyaring udara yang masuk ke dalam rongga hidung.

2. Faring (Tenggorokan)

Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring merupakan percabangan 2 saluran,
yaitu saluran pernapasan (nasofarings) pada bagian depan dan saluran pencernaan
(orofarings) pada bagian belakang. Pada bagian belakang faring (posterior) terdapat laring
(tekak) tempat terletaknya pita suara (pita vocalis). Masuknya udara melalui faring akan
menyebabkan pita suara bergetar dan terdengar sebagai suara. Fungsi utama faring adalah
5
menyediakan saluran bagi udara yang keluar masuk dan juga sebagi jalan makanan dan
minuman yang ditelan, faring juga menyediakan ruang dengung(resonansi) untuk suara
percakapan.

3. Batang Tenggorokan (Takrea)

Tenggorokan berupa pipa yang panjangnya ± 10 cm, terletak sebagian di leher dan
sebagian di rongga dada (torak). Dinding tenggorokan tipis dan kaku, dikelilingi oleh cincin
tulang rawan, dan pada bagian dalam rongga bersilia. Silia-silia ini berfungsi menyaring
benda-benda asing yang masuk ke saluran pernapasan. Batang tenggorok (trakea) terletak di
sebelah depan kerongkongan. Di dalam rongga dada, batang tenggorok bercabang menjadi
dua cabang tenggorok (bronkus). Di dalam paru- paru, cabang tenggorok bercabang-cabang
lagi menjadi saluran yang sangat kecil disebut bronkiolus. Ujung bronkiolus berupa
gelembung kecil yang disebut gelembung paru-paru (alveolus).

4. Pangkal Tenggorokan (Laring)

Laring merupakan suatu saluran yang dikelilingi oleh tulang rawan. Laring berada
diantara orofaring dan trakea, didepan lariofaring. Salah satu tulang rawan pada laring disebut
epiglotis. Epiglotis terletak di ujung bagian pangkal laring. Laring diselaputi oleh membrane
mukosa yang terdiri dari epitel berlapis pipih yang cukup tebal sehingga kuat untuk menahan
getaran-getaran suara pada laring. Fungsi utama laring adalah menghasilkan suara dan juga
sebagai tempat keluar masuknya udara. Pangkal tenggorok disusun oleh beberapa tulang
rawan yang membentuk jakun. Pangkal tenggorok dapat ditutup oleh katup pangkal
tenggorok (epiglotis). Pada waktu menelan makanan, katup tersebut menutup pangkal
tenggorok dan pada waktu bernapas katu membuka. Pada pangkal tenggorok terdapat selaput
suara yang akan bergetar bila ada udara dari paru-paru, misalnya pada waktu kita bicara.

5. Cabang Batang Tenggorokan (Bronkus)

Tenggorokan (trakea) bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan dan bronkus
kiri. Struktur lapisan mukosa bronkus sama dengan trakea, hanya tulang rawan bronkus
bentuknya tidak teratur dan pada bagian bronkus yang lebih besar cincin tulang rawannya
melingkari lumen dengan sempurna. Bronkus bercabang-cabang lagi menjadi bronkiolus.
Batang tenggorokan bercabang menjadi dua bronkus, yaitu bronkus sebelah kiri dan sebelah
kanan. Kedua bronkus menuju paru-paru, bronkus bercabang lagi menjadi bronkiolus.
Bronkus sebelah kanan(bronkus primer) bercabang menjadi tiga bronkus lobaris (bronkus
6
sekunder), sedangkan bronkus sebelah kiri bercabang menjadi dua bronkiolus. Cabang-
cabang yang paling kecil masuk ke dalam gelembung paru-paru atau alveolus. Dinding
alveolus mengandung kapiler darah, melalui kapiler-kapiler darah dalam alveolus inilah
oksigen dan udara berdifusi ke dalam darah. Fungsi utama bronkus adalah menyediakan jalan
bagi udara yang masuk dan keluar paru-paru.

6. Paru-Paru (Pulmo)

Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian samping dibatasi oleh otot
dan rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh diafragma yang berotot kuat. Paru-paru ada dua
bagian yaitu paru-paru kanan (pulmo dekster) yang terdiri atas 3 lobus dan paru-paru kiri
(pulmo sinister) yang terdiri atas 2 lobus. Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang tipis,
disebut pleura. Selaput bagian dalam yang langsung menyelaputi paru-paru disebut pleura
dalam (pleura visceralis) dan selaput yang menyelaputi rongga dada yang bersebelahan
dengan tulang rusuk disebut pleura luar (pleura parietalis). Paru-paru tersusun oleh
bronkiolus, alveolus, jaringan elastik, dan pembuluh darah. Bronkiolus tidak mempunyai
tulang rawan,tetapi ronga bronkus masih bersilia dan dibagian ujungnya mempunyai
epitelium berbentuk kubus bersilia. Setiap bronkiolus terminalis bercabang-cabang lagi
menjadi bronkiolus respirasi, kemudian menjadi duktus alveolaris.Pada dinding duktus
alveolaris mangandung gelembung-gelembung yang disebut alveolus.

7
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ANATOMI SISTEM PERNAFASAN

Bagian-bagian sistem pernafasan yaitu cavum nasifalis, nasofaring, laring, trakea,


bronkus, bronkiolus.

A. Hidung
Secara fisiologis hidung mempunyai beberapa fungsi seperti sebagai
penyaring dan pertahanan dini pertama serta pelindung tubuh terhadap kondisi
lingkungan yang tidak menguntungkan. Hidung terletak di pusat sepertiga tengah
wajah dan merupakan organ tubuh paling menonjol kedepan dibandingkan dengan
organ tubuh yang lain. Tersusun atas tulang dan tulang rawan hialin, kecuali naris
anterior yang dindingnya tersusun atas jaringan ikat fibrosa dan tulang rawan.
Permukaan luarnya dilapisi kulit dengan kelenjar sebasea besar dan rambut. Terdapat
epitel respirasi: epitel berlapis silindris bersilia bersel goblet dan mengandung sel
basal. Didalamnya ada konka nasalis superior, medius dan inferior. Lamina propria
pada mukosa hidung umumnya mengandung banyak pleksus pembuluh darah
(Habibuw, 2016).

B. Faring
Faring dibentuk oleh otot rangka dan dilapisi oleh membranmukosa yang
berkelanjutan dengan rongga hidung dan memiliki bentuk menyerupai tabung, faring
dibagi menjadi tiga bagian utama seperti nasofaring, orofaring, dan laringofaring.
Nasofaring terletak diantara conchae pada rongga hidung dan berfungsi sebagai jalan
napas, bagian atas nasofaring adalah tonsil faring. Adenoid disebut juga sebagai salah
satu tonsil faring merupakan kumpulan jaringan reticular limfoid yang serupa dengan
nodus limfa dan terletak pada bagian superior nasofaring, fungsi tonsil faring tidak
diketahui dengan baik akan tetapi mengandung banyak persediaan limfosit dan
ditutupi oleh epitel yang bersilia dan dapat menghancurkan patogen yang
menyebabkan terganggunya pernapasan responden.
Tonsil faring cenderung mengalami beberapa kemunduran seiring dengan
bertambahnya usia dan bahkan bisa hilang. Uvula berbentuk bulat kecil dengan
8
struktur membentuk seperti tetesan air mata yang terletak di bagian apex dari tekak.
Uvula dan tekak bergerak seperti pendulum pada saat menelan dan akan bergerak
keatas untuk menutup nasofaring sehingga mencegah makanan untuk tidak masuk ke
rongga pernapasan. Orafaring adalah sebuah tempat yang dapat dilewati oleh udara
dan makanan, orofaring dibatasi secara superior oleh nasofaring dan anterior oleh
rongga mulut. Osofaring mengandung dua tonsil (amandel) yang berbeda meliputi
palatina dan lingual tonsil, palatina tonsil memiliki struktur yang melekat pada bagian
lateral dari orofaring di tenggorokan. sedangkan lingual tonsil terletak di bagian dasar
dari lidah. Udara akan berakhir di bagian inferior, pada bagian inferior dari sistem
pencernaan dan pernapasan akan bercabang. Osofaring akan berlanjut sampai pada
laringofaring, pada bagian anterior laringofaring akan terbuka kedalam laring
sedangkan bagian posterior akan memasuki esofagus (Oppenstax , 2013).
C. Laring
Laring adalah bagian dari system pernafasan. Organ menghubungkan trakea
(saluran udara) dan tenggorokan. Laring memiliki fungsi sebagai produksi suara
(fonasi), kegiatan sfingter (batuk bersin atau regangan saat buang air besar, artikulasi
dan resonansi berbicara, pelindung saluran napas bawah dan respirasi.
Laring terletak di sebelah sentral faring, berhadapan dengan ertebrataserikalus
Laring berada di sebelah kaudal os hioid dan lidah serta berhubungan langsung
dengan trakea. Batas-batas laring sebelah kranialterdapat aditus laringeus yang
berhubungan dengan hipofaring. (i sebelah kaudal dibentuk oleh sisi inferior kartilago
krikoid dan berhubungan dengan trakea. sebelah posterior dipisahkan dari vertebrata
serikalis oleh otot prevertebral, dinding dan vacuum laringofaring.
D. Trakea
Trakea adalah saluran pernafasan berbentuk pipa yang terdiri dari tulang
rawan dan otot serta dilapisi oleh pseudostratified columnar cilliated epithelium
(epitel PCC). Sepertiga bagian trakea terletak di leher, dan selebihnya terletak di
mediastinum. Trakea terletak di tengah tengah leher dan makin ke distal bergeser ke
sebelah kanan, masuk ke rongga mediastinum di belakan mau brium sterni. Panjang
trakea kira-kira 10 cm pada wanita dan 12 cm pada pria. Diameter anterior-posterior
rata-rata 13 mm, sedangkan diameter transversal rata-rata 18 mm.Trakea memanjang
mulai dari batas bawah laring, setinggi vertebra servikalis sampai vertebra torakalis,
dimana trakea akan terbagi menjadi dua bronkus, yaitu bronkus utama kanan dan kiri.
9
Cincin trakea yang paling bawah meluas ke inferior dan posterior di antara bronkus
utama kanan dan kiri, membentuk sekat yang lancip di sebelah dalam, yang disebut
karina.
E. Bronkus
Trakea terbagi dua di setinggi vertebra torakal 4 atau pada karina menjadi
bronkus primer atau dikenal sebagai bronkus utama kanan dan kiri. Karina terletak
lebih ke kiri dari garis tengah tubuh, sehingga lumen bronkus utama kanan lebih luas
dari bronkus kiri.1,5-7 Bronkus utama dan cabang-cabangnya membentuk gambaran
seperti pohon yang disebut bronchial tree. Bronkus utama kanan dan kiri disebut juga
sebagai bronkus ekstrapulmoner. Bronkus utama kanan lebih luas, pendek, dan lebih
vertikal dibanding bronkus utama kiri. Panjangnya pada orang dewasa 2.5 cm dan
mempunyai 6 - 8 cincin tulang. Bronkus utama terbagi menjadi cabang-cabang yang
lebih kecil saat memasuki paru. Kumpulan cabang-cabang ini dinamakan bronkus
intrapulmoner. Setiap bronkus utama terbagi menjadi bronkus sekunder atau dikenal
sebagai bronkus lobaris. Pada setiap sisi paru, satu bronkus lobaris akan memasuki
satu lobus paru, sehingga paru kanan memiliki tiga bronkus lobaris yang berasal dari
bronkus utama kanan, sedangkan paru kiri memiliki dua bronkus lobaris yang berasal
dari bronkus utama kiri. Pada setiap bagian paru, bronkus lobaris terbagi lagi menjadi
bronkus tersier atau bronkus segmental.
F. Bronkiolus
Cabang ke 12 – 15 bronkus. Tidak mengandung lempeng tulang rawan, tidak
mengandung kelenjar submukosa. Otot polos bercampur dengan jaringan ikat longgar.
Epitel kuboid bersilia dan sel bronkiolar tanpa silia (sel Clara). Lamina propria tidak
mengandung sel goblet.
G. Bronchiolus Respiratorius
Bronchiolus Respiratorius merupakan peralihan bagian konduksi ke bagian respirasi
paru. Lapisan : epitel kuboid, kuboid rendah, tanpa silia. Mengandung kantong tipis
(alveoli).
H. Alveolus
Kantong berdinding sangat tipis pada bronkioli terminalis. Tempat terjadinya
pertukaran oksigen dan karbondioksida antara darah dan udara yang dihirup.
Jumlahnya 200 - 500 juta. Bentuknya bulat poligonal, septa antar alveoli disokong
oleh serat kolagen, dan elastis halus. Sel epitel terdiri sel alveolar gepeng ( sel
10
alveolar tipe I ), sel alveolar besar ( sel alveolar tipe II). Sel alveolar gepeng ( tipe I)
jumlahnya hanya 10% , menempati 95 % alveolar paru. Sel alveolar besar (tipe II)
jumlahnya 12 %, menempati 5 % alveolar. Sel alveolar gepeng terletakdi dekat septa
alveolar, bentuknya lebih tebal, apikal bulat, ditutupi mikrovili pendek, permukaan
licin, memilki badan berlamel. Sel alveolar besarmenghasilkan surfaktan pulmonar.
Surfaktan ini fungsinya untuk mengurangi kolaps alveoli pada akhir ekspirasi.
Jaringan diantara 2 lapis epitel disebut interstisial. Mengandung serat, sel septa
(fibroblas), sel mast, sedikit limfosit. Septa tipis diantara alveoli disebut pori Kohn.
Sel fagosit utama dari alveolar disebut makrofag alveolar. Pada perokok sitoplasma
sel ini terisi badan besar bermembran. Jumlah sel makrofag melebihi jumlah sel
lainnya.

2.2 FISIOLOGI SISTEM PERNAFASAN


A. Sistem Respirasi
1. Fisiologi Ventilasi Paru,
Masuk dan keluarnya udara antara atmosfer dan alveoli paru. Pergerakan
udara ke dalam dan keluar paru disebabkan oleh:
a. Tekanan pleura : tekanan cairan dalam ruang sempit antara pleura paru dan
pleura dinding dada. Tekanan pleura normal sekitar -5 cm H2O, yang
merupakan nilai isap yang dibutuhkan untuk mempertahankan paru agar
tetap terbuka sampai nilai istirahatnya. Kemudian selama inspirasi normal,
pengembangan rangka dada akan menarik paru ke arah luar dengan kekuatan
yang lebih besar dan menyebabkan tekanan menjadi lebih negatif (sekitar -
7,5 cm H2O).
b. Tekanan alveolus : tekanan udara di bagian dalam alveoli paru. Ketika glotis
terbuka dan tidak ada udara yang mengalir ke dalam atau keluar paru, maka
tekanan pada semua jalan nafas sampai alveoli, semuanya sama dengan
tekanan atmosfer (tekanan acuan 0 dalam jalan nafas) yaitu tekanan 0 cm
H2O. Agar udara masuk, tekanan alveoli harus sedikit di bawah tekanan
atmosfer. Tekanan sedikit ini (-1 cm H2O) dapat menarik sekitar 0,5 liter
udara ke dalam paru selama 2 detik. Selama ekspirasi, terjadi tekanan yang
berlawanan.

11
c. Tekanan transpulmonal : perbedaan antara tekanan alveoli dan tekanan pada
permukaan luar paru, dan ini adalah nilai daya elastis dalam paru yang
cenderung mengempiskan paru pada setiap pernafasan, yang disebut tekanan
daya lenting paru.
2. Fisiologi Kendali Persarafan pada Pernafasan
Terdapat dua mekanisme neural terpisah bagi pengaturan pernafasan.
a. Mekanisme, yang berperan pada kendali pernafasan volunter. Pusat volunter
terletak di cortex cerebri dan impuls dikirimkan ke neuron motorik otot
pernafasan melalui jaras kortikospinal.
b. Mekanisme, yang mengendalikan pernafasan otomatis. Pusat pernafasan
otomatis terletak di pons dan medulla oblongata, dan keluaran eferen dari
sistem ini terletak dirami alba medulla spinalis di antara bagian lateral dan
ventral jaras kortikospinal

Serat saraf yang meneruskan impuls inspirasi, berkumpul pada neuron


motoric N.Phrenicus pada kornu ventral C3-C5 serta neuron motorik
intercostales externa pada kornu ventral sepanjang segmen toracal medulla.
Serat saraf yang membawa impuls ekspirasi, bersatu terutama pada neuron
motorik intercostales interna sepanjang segmen toracal medulla.
Neuron motorik untuk otot ekspirasi akan dihambat apabila neuron
motorik untukotot inspirasi diaktifkan, dan sebaliknya. Meskipun refleks
spinal ikut berperan pada persarafan timbal-balik (reciprocal innervation),
aktivitas pada jaras descendens-lah yang berperan utama. Impuls melalui
jaras descendens akan merangsang otot agonis dan menghambat yang
antagonis. Satu pengecualian kecil pada inhibisi timbal balik ini adalah
terdapatnya sejumlah kecil aktifitas pada akson N.Phrenicus untuk jangka
waktu singkat, setelah proses inspirasi. Fungsi keluaran pasca inspirasi ini
nampaknya adalah untuk meredam daya rekoil elastik jaringan paru dan
menghasilkan pernafasan yang halus (smooth). dasar pengendalian
pernafasan kimiawi, berbagai aferen lain menimbulkan pengaturan non-
kimiawi yang memengaruhi pernafasan pada keadaan tertentu. Untuk
berbagai rangsang yang memengaruhi pusat pernafasan dapat dilihat pada
tabel dibawah ini:
12
c Pengendalian kimiawi pernafasan
Mekanisme pengaturan kimiawi akan menyesuaikan ventilasi
sedemikian rupa sehingga PCO2 alveoli pada keadaan normal dipertahankan
tetap. Dampak kelebihan H+ di dalam darah akan dilawan, dan PO2 akan
ditingkatkan apabila terjadi penurunan mencapai tingkat yang membayakan.
Volume pernafasan semenit berbanding lurus dengan laju metabolisme,
tetapi penghubung antara metabolisme dan ventilasi adalah CO2, bukan O2.
Reseptor di glomus karotikum dan aortikum terangsang oleh
peningkatan PCO2 ataupun konsentrasi H+ darah arteri atau oleh penurunan
PO2. Setelah denervasi kemoreseptor karotikum, respons terhadap penurunan
PO2 akan hilang, efek utama hipoksia setelah denervasi glomus karotikum
adalah penekanan langsung pada pusat pernafasan. Responterhadap
perubahan konsentrasi H+ darah arteri pada pH 7,3-7,5 juga dihilangkan,
meskipun perubahan yang lebih besar masih dapat menimbulkan efek.
Sebaliknya, respons terhadap perubahan PCO2 darah arteri hanya sedikit
dipengaruhi,; dengan penurunan tidak lebih dari 30-35%.
 Kemoreseptor dalam batang otak
Kemoreseptor yang menjadi perantara terjadinya hiperventilasi pada
peningkatan PCO2 darah arteri setelah glomus karotikum dan aortikum
didenervasi terletak di medulla oblongata dan disebut kemoreseptor
medulla oblongata. Reseptor ini terpisah dari neuron respirasi baik dorsal
maupun ventral, dan terletak pada permukaan ventral medulla oblongata.
Reseptor kimia tersebut memantau konsentrasi H+ dalam LCS, dan juga
cairan interstisiel otak. CO2 dengan mudah dapat menembus membran,
termasuk sawar darah otak, sedangkan H+ dan HCO3 lebih lambat
menembusnya. CO2 yangmemasuki otak dan LCS segera dihidrasi. H2CO3
berdisosiasi, sehingga konsentrasi H+ lokal meningkat. Konsentrasi H+
pada cairan interstitiel otak setara dengan PCO2 darah arteri.
 Respons pernafasan terhadap kekurangan oksigen
Penurunan kandungan O2 udara inspirasi akan meningkatkan volume
pernafasan semenit. Selama PO2 masih diatas 60 mmHg, perangsangan pada
pernafasan hanya ringan saja,dan perangsangan ventilasi yang kuat hanya
terjadi bila PO2 turun lebih rendah. Nsmun setiap penurunan PO2 arteri
13
dibawah 100 mmHg menghasilkan peningkatan lepas muatan dari
kemoreseptor karotikum dan aortikum. Pada individu normal, peningkatan
pelepasan impuls tersebut tidak menimbulkan kenaikan ventilasi sebelum PO2
turun lebih rendah dari 60 mmHg karena Hb adalah asam yang lebih lemah
bila dibandingkan dengan HbO2, sehingga PO2 darah arteri berkurang dan
hemoglobin kurang tersaturasi dengan O2, terjadi sedikit penurunan
konsentrasi H+ dalam darah arteri. Penurunan konsentrasi H+ cenderung
menghambat pernafasan. Di samping itu, setiap peningkatan ventilasi yang
terjadi, akan menurunkan PCO2 alveoli, dan hal inipun cenderung
menghambat pernafasan. Dengan demikian, manifestasi efek perangsangan
hipoksia pada pernafasan tidaklah nyata sebelum rangsang hipoksia cukup
kuat untuk melawan efek inhibisi yang disebabkan penurunan konsentrasi H+
dan PCO2 darah arteri.

 Pengaruh H+ pada respons CO2


Pengaruh perangsangan H+ dan CO2 pada pernafasan tampaknya
bersifat aditif dan saling berkaitan dengan kompleks, serta berceda halnya
dari CO2 dan O2. Sekitar 40%respons ventilasi terhadap CO2 dihilangkan
apabila peningkatan H+ darah arteri yang dihasilkan oleh CO2 dicegah.
60% sisa respons kemungkinan terjadi oleh pengaruh CO2 pada konsentrasi
H+ cairan spinal atau cairan interstitial otak.
d Pengangkutan oksigen ke jaringan
Sistem pengangkut oksigen di dalam tubuh terdiri atas paru dan sistem
kardiovaskuler. Pengangkutan oksigen menuju jaringan tertentu bergantung
pada: jumlah oksigen yang masuk ke dalam paru, adanya pertukaran gas
dalam paru yang adekuat, aliran darah menuju jaringan dan kapasitas darah
untuk mengangkut oksigen. Aliran darah bergantung pada derajat konstriksi
jalinan vaskular di dalam jaringan serta curah jantung. Jumlah oksigen di
dalam darah ditentukan oleh jumlah oksigen yang larut, jumlah hemoglobin
dalam darah dan afinitas hemoglobin terhadap oksigen.

2.3. Biokimia pada Sistem Pernapasan

14
1. Reaksi hemoglobin dan oksigen

Dinamika reaksi pengikatan O2 oleh hemoglobin menjadikannya sebagai


pembawa O2 yang sangat serasi. Hemoglobin adalah protein yang dibentuk dari
empat sub unit, masing-masing mengandung gugus heme yang melekat pada
sebuah rantai polipeptida. Pada seorang dewasa normal, sebagian besar
hemoglobin mengandung dua rantai α dan dua rantai β. Heme adalah kompleks
yang dibentuk dari suatu porfirin dan satu atom besi fero. Masing-masing dari
keempat atom besi dapat mengikat satu molekul O2 secara reversibel. Atom
besi tetap berada dalam bentuk fero, sehingga reaksi pengikatan O 2 merupakan
suatu reaksi oksigenasi, bukan reaksi oksidasi. Reaksi pengikatan hemoglobin
dengan O2 lazim ditulis sebagai Hb + O2 ↔ HbO2 . Karena setiap molekul
hemoglobin mengandung empat unit Hb, maka dapat dinyatakan sebagai Hb4,
dan pada kenyataannya bereaksi dengan empat molekul O2 membentuk
Hb4O8.
Hb4 + O2 ↔ Hb4O2

Hb4O2 + O2 ↔
Hb4O4 Hb4O4 + O2
↔ Hb4O6 Hb4O6 +
O2 ↔ Hb4O8
Reaksi ini berlangsung cepat, membutuhkan waktu kurang dari 0,01
detik.

Deoksigenasi (reduksi) Hb4O8 juga berlangsung sangat cepat. 4

15
Kapasitas Paru-Paru

Udara yang keluar masuk paru-paru pada waktu melakukan pernapasan biasa

disebut udara pernapasan (udara tidal). Volume udara pernapasan pada orang

dewasa lebih kurang 500 ml. Volume udara tidal orang dewasa pada pernapasan
biasa kira-kira 500 ml. ketika menarik napas dalam-dalam maka volume udara
yang dapat kita tarik mencapai 1500 ml. Udara ini dinamakan udara
komplementer. Ketika kita menarik napas sekuat-kuatnya, volume udara yang
dapat diembuskan juga sekitar 1500 ml. Udara ini dinamakan udara suplementer.
Meskipun telah mengeluarkan napas sekuat-kuatnya, tetapi masih ada sisa udara
dalam paru- paru yang volumenya kira-kira 1500 mL. Udara sisa ini dinamakan
udara residu. Jadi, Kapasitas paru-paru total = kapasitas vital + volume residu
=4500 ml/wanita dan 5500 ml/pria.

2.4. Mekanisme Pernafasan

Pernafasan pada manusia dapat digolongkan menjadi 2, yaitu:

A. Pernafasan dada

Pada pernafasan dada otot yang erperan penting adalah otot antar tulang rusuk.
Otot tulang rusuk dapat dibedakan menjadi dua, yaitu otot tulang rusuk luar yang
berperan dalam mengangkat tulang-tulang rusuk dan tulang rusuk dalam yang
berfungsi menurunkan atau mengembalikan tulang rusuk ke posisi semula. Bila
otot antar tulang rusuk luar berkontraksi,maka tulang rusuk akan terangkat
sehingga volume dada bertanbah besar. Bertambah besarnya akan menybabkan
tekanan dalam rongga dada lebih kecil dari pada tekanan rongga dada luar. Karena
tekanan uada kecil pada rongga dada menyebabkan aliran udara mengalir dari luar
tubuh dan masuk ke dalam tubuh, proses ini disebut proses ’inspirasi’
Sedangkan pada proses espirasi terjadi apabila kontraksi dari otot dalam, tulang
rusuk kembali ke posisi semuladan menyebabkan tekanan udara didalam tubuh
meningkat. Sehingga udara dalam paru-paru tertekan dalam rongga dada, dan
aliran udara terdorong ke luar tubuh, proses ini disebut ’espirasi’.

16
B. Pernafasan perut

Pada pernafasan ini otot yang berperan aktif adalah otot diafragma dan otot
dinding rongga perut. Bila otot diafragma berkontraksi, posisi diafragma akan
mendatar. Hal itu menyebabkan volume rongga dada bertambah besar sehingga
tekanan udaranya semakin kecil. Penurunan tekanan udara menyebabkan
mengembangnya paru-paru, sehingga udara mengalir masuk ke paru- paru
(inspirasi).
Pernapasan adalah suatu proses yang terjadi secara otomatis walau dalam
keadaan tertidur sekalipun karma sistem pernapasan dipengaruhi oleh susunan
saraf otonom.
Menurut tempat terjadinya pertukaran gas maka pernapasan dapat dibedakan atas 2
jenis, yaitu pernapasan luar dan pernapasan dalam.
Pernapasan luar adalah pertukaran udara yang terjadi antara udara dalam
alveolus dengan darah dalam kapiler, sedangkan pernapasan dalam adalah
pernapasan yang terjadi antara darah dalam kapiler dengan sel-sel tubuh.
Masuk keluarnya udara dalam paru-paru dipengaruhi oleh perbedaan
tekanan udara dalam rongga dada dengan tekanan udara di luar tubuh. Jika tekanan
di luar rongga dada lebih besar maka udara akan masuk. Sebaliknya, apabila
tekanan dalam rongga dada lebih besar maka udara akan keluar.
Sehubungan dengan organ yang terlibat dalam pemasukkan udara (inspirasi)
dan pengeluaran udara (ekspirasi) maka mekanisme pernapasan dibedakan atas
dua macam, yaitu pernapasan dada dan pernapasan perut. Pernapasan dada dan
perut terjadi secara bersamaan.
2.5 Studi Kasus
Gangguan sistem pernafasan merupakan penyebab utama morbiditas dan
mortalitas. Infeksi saluran pernafasan jauh lebih sering terjadi dibandingkan
dengan infeksi sistem organ tubuh lain dan berkisar dari flu biasa dengan gejala
serta gangguan yang relative ringan sampai pneumonia berat. Berikut ini studi
kasus yang tejadi pada sistem pernafasan;
1. Tuberkulosis
Tuberkulosis merupakan penyakit menular langsung yang disebabkan oleh
kuman mycobacterium tuberculosis. Sebagian besar kuman Tuberkulosis
menyerang paru tapi dapat juga menyerang organ tubuh lainnya. Kuman
17
Tuberkulosis cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan
hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab. Studi kasus yang digunakan
adalah studi kasus pada pasien Tn. “M” Umur 72 tahun yang Mengalami Masalah
Keperawatan Ketidakefektifan Bersihan Jalan dengan Diagnosa Medis TBC
PARU.
Diagnosa prioritas yang muncul pada Tn. M adalah Ketidakefektifan bersihan
jalan nafas berhubungan dengan penumpukan sekret di tandai dengan pasien
mengatakan batuk dahak sulit keluar serta sesak nafas, bunyi nafas Ronchi,
terdapat pernafasan cuping hidung, terdapat penarikan retraksi intercosta, keadaan
umum pasien terlihat lemah,pasien berbaring di tempat tidur, pucat, kesadaran
pasien composmentis
Hasil studi kasus pada Tn. M di temukan diagnosa ketidakefektifan bersihan
jalan nafas. Ada pun tindakan yang dilakukan adalah :
1. Mengobservasi TTV
2. Mengkaji fungsi pernafasan
3. Mengkaji kemampuan mengeluarkan sekret
4. Berikan pasien latihan nafas dalam dan batuk efektif,
5. Bantu pasien untuk fisioterapi dada
6. Pertahankan asupan cairan hangat sedikitnya 2500 ml.
7. kolaborasi dalam penberian terapi obat.

2. Asma
Penyakit asma merupakan gangguan inflamasi kronis dijalan napas
akibat adanya inflamasi atau pembengkakan dinding dalam saluran napas.
Akibatnya saluran napas menyempit, dan jumlah udara yang masuk ke dalam
paru berkurang. Hal ini menyebabkan timbulnya napas berbunyi (wheezing),
batuk-batuk, dada sesak, dan gangguan bernapas. Penyakit asma merupakan
masalah kesehatan dunia yang terjangkit di negara maju dan juga di negara
berkembang. Menurut data dari WHO diperkirakan sebanyak 300 juta orang di
dunia terkena penyakit asma. Terdapat sekitar 250.000 kematian yang
disebabkan oleh serangan asma setiap tahunnya, dengan jumlah terbanyak di
negara dengan ekonomi rendahsedang.
Masalah keperawatan yang lazim muncul pada pasien asma
18
sepertiketidakefektifan pola nafas, ketidakefektifan bersihan jalan nafas,
penurunan curah jantung, gangguan pertukaran gas, nutrisi kurang dari
kebutuhan dan intoleransi aktifitas. Ketidakefektifan pola nafas dapat
disebabkan oleh peningkatan kerja otot pernafasan.
Asma dibagi manjadi dua tipe yaitu:
a. Asma Tipe Atopik (Ekstrintik)
Pasien asma atopik mungkin datang dengan riwayat terlebih dulu sudah
mengalami gangguan atopik (alergi terhadap obat-obatan atau makanan)
sebelum mengalami sesak nafas yang dirangsang terutama oleh stimulus
fisik (udara dingin, bau bauan) yang mencurigakan sebagai asma.
b. Asma Tipe Non-Atopik (Instrintik)
Asma nonalergik (asma instrintik) adalah asma yang dicetuskan oleh
faktor yang tidak berhubungan dengan alergik. Ditandai oleh obstruksi
dan inflamasi jalan nafas yang sekurang-kurangnya reversible secara
parsial terhadap pemberian obat, namun gejala dari asma tipe ini tidak
terkait dengan alergi. Asma non atopik terjadi akibat beberapa faktor
pencetus seperti infeksi saluran pernafasan bagian atas, olahraga atau
kegiatan jasmani yang berat, dan tekanan jiwa atau stres psikologis.

3. Bronkitis
Bronkitis merupakan penyakit infeksi pada saluran pernafasan yang
menyerang bronkus. Penyakit ini banyak menyerang anak-anak yang
lingkungannya banyak polutan, misalnya orang tua yang merokok didalam
rumah, asap kendaraan bermotor, asap hasil pembakaran pada saat masak yang
menggunakan bawan bakar kayu. Menurut World Health Organization (WHO)
saat ini, penyakit bronkitis diderita oleh sekitar 64 juta orang di dunia.
Penggunaan tembakau, polusi udara dalam ruangan/luar ruangan dan debu serta
bahan kimia adalah faktor resiko utama.
Secara umum bronkitis dibagi berdasarkan faktor lingkungan dan faktor
host/penderita. Penyebab bronkitis berdasarkan faktor lingkungan meliputi
polusi udara, merokok dan infeksi. Infeksi sendiri terbagi menjadi infeksi bakteri
(staphylococcus, pertusis, tuberculosis, mikroplasma), infeksi virus (RSV,
parainfluenza, influenza, adeno) dan infeksi fungi (monilia). Faktor polusi udara
19
meliputi polusi asap rokok atau uap/gas yang memicu terjadinya bronkitis.
Bronkitis umumnya disebabkan oleh virus seperti Rhinovirus, RSV,
virus influenza, virus parainfluenza, Adenovirus, virus rubeola, dan
Paramixovirus dan bronkitis karena bakteri biasanya dikaitkan dengan
Mycoplasma pneumonia,Bordetella pertussis, atau Corynebacterium diphtheria.

BAB III

PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Respirasi adalah suatu proses pertukaran gas oksigen ( O2 ) dari udara oleh
organism hidup yang digunakan untuk serangkaian metabolism yang akan menghasilkan
20
karbondioksida (CO2 ) yang harus dikeluarkan, karena tidak dibutuhkan oleh tubuh. Alat
pernafasan setiap makhluk tidaklah sama, pada hewan invertebratea memiliki alat
pernafasan dan mekanisme pernafasan yang berbeda dengan hewan vertebrata.
Sistem respirasi terdiri atas organ-organ yang berfungsi dalam aktivitas
metabolism khususnya produksi atau perubahan energy kimia yang terikat dalam materi
organic menjadi energy siap pakai (ATP) dalam sel. Secara khusus organ respirasi
merupakan media pertukaran O2 dan CO2 dari dalam dan luar tubuh. Udara dari
atmosfer masuk ke dalam tubuh dengan perantara alat pernapasan tertentu. Selanjutnya
oksigen yang diperlukan untuk proses pernapasan masuk ke dalam sel-sel darah kapiler
menuju ke sel-sel jaringan tubuh dengan bantuan sistem transpor.
Pernapasan ada dua jenis yaitu pernapasan dada dan pernapasan perut.
Pernapasan dada terjadi karena otot antar tulang rusuk berkontraksi sehingga rusuk
terangkat, akibatnya volume rongga dada membesar. Membesarnya rongga dada
membuat tekanan dalam dada mengecil dan paru-paru mengembang. Padas saat paru-
paru mengembang, tekanan udara diluar lebih besar daripada di dalam paru-paru,
akibatnya udara masuk. Sebaliknya, saat otot antar tulang rusuk berkontraksi, tulang
rusuk turun. Akibatnya, volume rongga dada mengecil sehingga tekanan di dalamnya
pun naik. Pada keadaan ini paru-paru mengempis sehingga udara kelurar. Pada
pernapasan perut terjadi karena karena gerakan diafragma. Jika otot diafragma
berkontraksi, rongga dada membersar dan paru-paru mengembang. Akibatnya, udara
masuk ke dalam paru-paru. Saat otot diafragma relaksasi, diafragma kembali ke
keadaaan semula. Saat itu rongga dada menyempit, mengorong paru-paru sehingga
mengempis. Selanjutnya udara dari paru-paru akan keluar.

3.2 Saran
Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah di atas
masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Adapun nantinya penulis akan
segera melakukan perbaikan susunan makalah itu dengan menggunakan pedoman dari
beberapa sumber dan kritik yang bisa membangun dari para pembaca.

21
DAFTAR PUSTAKA
Majumder, N. (2015). Physiology of Respiration. IOSR Journal of Sports and Physical
Education, 2(3), pp.16-17.

Patwa, A. and Shah, A. (2015). Anatomy and physiology of respiratory system relevant to
anaesthesia. Indian Journal of Anaesthesia, 59 (9), p.533.

Srinivas, P. (2012). Steady State and Stability Analysis of Respiratory Control System using
Labview. International Journal of Control Theory and Computer Modeling, 2(6), pp.13-23.
22
Pratama, C., Kapsul. & Arsyad, M. 2016. Pengembangan Media Pembelajaran Interaktif
Berbasis Aplikasi Android pada Konsep Sistem Pernapasan Manusia Jenjang SMA. Jurnal
Program Studi Pendidikan Biologi, 10:2, 16-23.

Amalia, E. L., & Suryani, D. 2019. Augmented Reality untuk Sistem Pernafasan pada
Manusia. SMARTICS Journal, 5:2, 55-59.

23

Anda mungkin juga menyukai