SISTEM PERNAPASAN
Farmasi 2-D
Anggota Kelompok :
PRODI S1 FARMASI
TASIKMALAYA
2017/2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Alloh SWT, karena rahmat dan karunia-Nya
kami masih diberi kesempatan untuk menyelesaikan makalah ini. Tidak lupa kami ucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini,
khususnya kepada dosen pembimbing kami.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas pada tahap pembelajaran mahasiswa.
Semoga dengan penyusunan makalah ini dapat menambah pengetahuan bagi pembaca
terlebih khususnya bagi penyusun.
Kami menyadari sepeuhnya di dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak
kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan
demi kesempurnaan pemahaman kami dalam penyusunan makalah ini.
Penyusun
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB II PEMBAHASAN
1.3 Tujuan
1.3.1 Mengetahui Anatomi Organ Sistem Pernafasan
1.3.2 Memahami fisiologi dan mekanisme Sistem Pernafasan.
1.3.3 Mengetahui Golongan Obat-Obat yang berperan dalam Sistem Pernapasan.
1.3.4 Mengetahu penyakit yang menyerang Sistem Pernapasan dan cara
mengobatinya.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Anatomi Organ Sistem Pernafasan
a) Hidung
Nares anterior adalah saluran-saluran di dalam lubang hidung. Saluran-saluran itu
bermuara ke dalam bagian yang dikenal dengan vestibulum (rongga) hidung. Vestibulum ini
dilapisi epithelium bergaris yang bersambung dengan kulit. Lapisan nares anterior memuat
sejumlah kelenjar sebaseus yang ditutupi bulu kasar. Kelenjar-kelenjar itu bermuara ke dalam
rongga hidung.
Rongga hidung dilapisi selaput lender yang sangat kaya akan pembuluh darah,
bersambung dengan lapisan faring dan selaput lender, semua sinus yang mempunyai lubang
masuk ke dalam rongga hidung. Daerah pernafasan dilapisi epithelium silinder dan sel epitel
berambut yang mengandung sel cangkir atau sel lender. Sekresi sel itu membuat permukaan
nares basah dan berlendir. Diatas septum nasalis dan konka, selaput lender ini paling tebal.
Tiga tulang kerang (konka) yang diseliputi epithelium pernapasan, yang menjorok
dari dinding lateral hidung ke dalam rongga, sangat memperbesar permukaan selaput lender
tersebut. Sewaktu udara memasuki hidung, udara disaring oleh bulu bulu yang terdapat di
dalam vestibulum. Karena kontak dengan permukaan lender yang dilaluiny, udara menjadi
hangat, dan karena penguapan air dari permukaan selaput lendir, udara menjadi lembap.
(Pearce, 2013)
Hidung menghubungkan lubang-lubang sinus udara parasalis yang masuk ke dalam
rongga-rongga hidung, dan juga menghubungkan lubang-lubang nasolakrimal yang
menyalurkan air mata dari mata ke dalam bagian bawah rongga nasalis, ke dalam hidung.
Rongga hidung sendiri berfungsi sebagai berikut :
Bekerja sebagai saluran udara pernafasan.
Sebagai penyaring udara pernafasan yang dilakukan oleh bulu-bulu hidung
Dapat menghangatkan udara pernafasan oleh mukosa
Membunuh kuman-kuman yang masuk, bersama-sama udara pernafasan oleh leukosit
yang terdapat dalam selaput lendir atau hidung.
b) Faring
faring terdiri dari 3 bagian yaitu nasofaring, orofaring dan laringofaring.
Nasofaring
Adalah bagian posterior rongga nasal yang membuka kearah rongga nasal melalui dua
naris internal (koana), yaitu :
Dua tuba eustachius (auditorik) yang menghubungkan nasofaring dengan telinga
tengah. Tuba ini berfungsi untuk menyetarakan tekanan udara pada kedua sisi
kendang telinga.
Amandel (adenoid) faring adalah penumpukan jaringan limfatik yang terletak didekat
naris internal. Pembesaran pada adenoid dapat menghambat aliran darah.
c) Orofaring
Dipisahkan dari nasofaring oleh palatum lunak muscular, suatu perpanjangan palatum
keras tulang.
Uvula (anggur kecil) adalah prosesus kerucut (conical) kecil yang menjulur ke bawah
palatum lunak.
Amandel palatum terletak pada kedua sisi orofaring posterior
d) Laringofaring
Mengelilingi mulut esophagus dan laring, yang merupakan gerbang untuk system
respiratorik selanjutnya (Setiadi, 2007). Faring (tekak) adalah pipa berotot yang berjalan dari
dasar tengkorak sampai persambungannya dengan esophagus pada ketinggian tulang rawan
krikoid. Maka letaknya dibelakang hidung (nasofaring) dan dibelakang laring (faring-
laringeal). Nares posterior adalah muara rongga-rongga hidung ke nasofaring.
e) Laring
Laring (tenggorok) terletak dibagian depan terendah faring yang memisahkannya dari
kolumna vertebra, berjalan dari faring sampai ketinggian versikalis dan masuk ke dalam
trakea dibawahnya. Laring terdiri atas kepingan tulang rawan yang diikat bersama oleh
ligamen dan membran. Yang terbesar diantaranya ialah tulang rawan tiroid, dan disebelah
depannya terdapat benjolan subkutaneus yang dikenal sebagai jakun, yaitu disebelah depan
leher. Laring terdiri atas dua lempeng atau lamina yang bersambung digaris tengah. Di tepi
atas terdapat lekukan berupa V. tulang rawan krikoid terletak dibawah tiroid , bentuknya
seperti cincin mohor dengan mohor cincinnya di sebelah belakang (ini dalah tulang satu-
satunya yang berbentuk lingkaran lengkap). Tulang rawan lainnya ialah kedua tulang rawan
aritenoid yang menjulang disebelah belakang krikoid, kanan dan kiri tulang rawan aritenoid
yang menunjang disebelah belakang kikoid (Pearce, 2013).
f) Bronkus
Bronkus terbagi menjadi bronkus kanan dan kiri, bronkus lobaris kanan ( 3 lobus) dan
bronkus lobaris kiri ( 2 bronkus). Bronkus lobaris kanan terbagi menjadi 10 bronkus
segmental dan bronkus lobaris kiri terbagi menjadi 9 bronkus segmental. Bronkus
segmentalis ini kemudian terbagi lagi menjadi bronkus subsegmental yang dikelilingi oleh
jaringan ikat yang memiliki arteri, limfatik dan saraf (Syaifuddin, 2006).
g) Bronkiolus
Bronkus segmental bercabang-cabang menjadi bronkiolus. Bronkiolus mengandung
kelenjar submukosa yang memproduksi lendir yang membentuk selimut tidak terputus untuk
melapisi bagian dalam jalan nafas.
h) Bronkiolus terminalis
Bronkiolus membentuk percabangan menjadi bronkiolus terminalis (yang mempunyai
kelenjar lendir dan silia).
i) Bronkiolus respiratori
Bronkiolus terminalis kemudian menjadi bronkiolus respirstori. Bronkiolus respiratori
dianggap sebagai saluran transisional antara lain jalan nafas konduksi dan jalan udara
pertukaran gas.
k) Paru-Paru
Paru-paru merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri dari gelembung
(gelembung hawa atau alveoli). Gelembug alveoli ini terdiri dari sel-sel epitel dan endotel.
Jika dibentangkan luas permukaannya kurang lebih 90 m². Pada lapisan ini terjadi pertukaran
udara, O2 masuk ke dalam darah dan CO2 dikeluarkan dari darah. Banyaknya gelembung
paru-paru ini kurang lebih 700.000.000 buah (paru-paru kiri dan kanan) (Syaifuddin, 2006).
Paru-paru dibagi dua yaitu paru-paru kanan, terdiri dari 3 lobus (belahan paru), lobus
pulmo dekstra superior, lobus media, dan lobus inferior. Tiap lobus tersusun oleh lobulus.
Paru-paru kiri, terdiri dari pulmo sinistra lobus superior dan lobus inferior. Tiap-tiap lobus
terdiri dari belahan yang kecil bernama segmen. Paru-paru kiri mempunyai 10 segmen yaitu 5
buah segmen pada lobus superior, dan 5 buah segmen pada inferior. Paru-paru kanan
mempunyai 10 segmen yaitu 5 buah segmen pada lobus superior, 2 buah segmen pada lobus
medialis, dan 3 buah segmen pada lobus inferior. Tiap-tiap segmen ini masih terbagi lagi
menjadi belahan-belahan yang bernama lobulus (Syaifuddin, 2006).
Di antara lobulus satu dengan yang lainnya dibatasi oleh jaringan ikat yang berisi
pembuluh darah getah bening dan saraf, dan tiap lobulus terdapat sebuah bronkiolus. Di
dalam lobulus, bronkiolus ini bercabang-cabang banyak sekali, cabang ini disebut duktus
alveolus. Tiap duktus alveolus berakhir pada alveolus yang diameternya antara 0,2-0,3 mm
(Syaifuddin, 2006).
Letak paru-paru di rongga dada datarannya menghadap ke tengah rongga dada atau
kavum mediastinum. Pada bagian tengah terdapat tampuk paru-paru atau hilus. Pada
mediastinum depan terletak jantung. Paru-paru dibungkus oleh selaput yang bernama pleura.
Pleura dibagi menjadi 2 yaitu, yang pertama pleura visceral (selaput dada pembungkus) yaitu
selaput paru yang langsung membungkus paru-paru. Kedua pleura parietal yaitu selaput yang
melapisi rongga dada sebelah luar. Antara keadaan normal, kavum pleura ini vakum (hampa)
sehingga paru-paru dapat berkembang kempis dan juga terdapat sedikit cairan (eksudat) yang
berguna untuk meminyaki permukaanya (pleura), menghindarkan gesekan antara paru-paru
dan dinding dada sewaktu ada gerakan bernapas (Syaifuddin, 2006).
d) Transpor karbondioksida
Kelarutan CO2 dalam darah kira-kira 20 kali kelarutan O2 sehingga terdapat lebih
banyak CO2 dari pada O2 dalam larutan sederhana. CO2 berdifusi dalam sel darah merah
dengan cepat mengalami hidrasi menjadi H2CO2 karena adanya anhydrase (berkurangnya
sekresi kerigat) karbonat berdifusi ke dalam plasma. Penurunan kejenuhan hemoglobin
terhadap O2 bila darah melalui kapiler-kapiler jaringan.Sebagian dari CO2 dalam sel darah
merah beraksi dengan gugus amino dari protein, hemoglobin membentuk senyawa karbamino
(senyawa karbondioksida). Besarnya kenaikan kapasitas darah mengangkut CO2 ditunjukkan
oleh selisih antara garis kelarutan CO2 dan garis kadar total CO2 di antara 49 ml CO2 dalam
darah arterial 2,6 ml dalah senyawa karbamino dan 43,8 ml dalam HCO2 (Syaifuddin, 2006
Untuk lebih jelas memahami mekanisme pernapasan dada, perhatikan dan pahami
gambar berikut :
b) Pernapasan perut
Mekanisme proses inspirasi pernapasan perut diawali dengan berkontraksinya otot
diafragma, sehingga diafragma yang semula melengkung berubah menjadi datar. Keadaan
diafragma yang datar mengakibatkan rongga dada dan paru-paru mengembang. Tekanan
udara yang rendah dalam paru-paru menyebabkan udara dari luar masuk ke dalam paru-paru.
Perhatikan bagan alir di bawah ini
Proses ekspirasi terjadi pada saat otot diafragma berelaksasi, sehingga diafragma
kembali melengkung. Keadaan melengkungnya diafragma mengakibatkan rongga dada dan
paru-paru mengecil, tekanan udara dalam paru-paru naik, sehingga udara keluar dari paru-
paru. Perhatikan bagan alir proses ekspirasi pada pernapasan perut di bawah ini
Untuk lebih jelas memahami mekanisme pernapasan perut perhatikan dan pahami
gambar berikut :
Bagaimana proses pertukaran okigen dan karbon dioksida pada system pernapasan ?
(Campbell et al, 2003)
Pertukaran gas antara oksigen dan karbon dioksida terjadi melalui proses difusi.
Proses tersebut terjadi di alveolus dan di sel jaringan tubuh. Proses difusi berlangung
sederhana, yaitu hanya dengan gerakan molekul-molekul secara bebas melalui membrane sel
dari konsentrasi tinggi atau tekanan tinggi ke konsentrasi rendah atau tekanan rendah.
Oksigen masuk ke dalam tubuh melalui inspirasi dari rongga hidung sampai
alveolus. Di alveolus oksigen mengalami difusi ke kapiler arteri paru-paru. Masuknya
oksigen dari luar menyebabkan tekanan parsial oksigen (PO2) di alveolus lebih tinggi
dibandingkan dengan PO2 di kapiler arteri paru-paru. Karena proses difusi selalu terjadi dari
daerah yang bertekanan tinggi ke derah bertekanan rendah , oksigen akan bergerak dari
alveolus menuju kapiler arteri paru-paru.
Oksigen di kapiler arteri diikat oleh eritrosit yang mengandung hemoglobin sampai
jenuh. Makin tinggi tekanan parsial oksigen di alveolus, semakin banyak oksigen yang terikat
oleh hemoglobin dalam darah. Oksigen yang berikatan dengan hemoglobin akan membentuk
oksihemogblobin.
Reaksi antara hemoglobin dan oksigen berlangsung secara reversible (bolak-balik)
yang dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu suhu, pH, konsentrasi oksigen dan karbon
dioksida, serta tekanan parsial.
Hemoglobin akan mengangkut oksigen ke jaringan tubuh yang kemudian akan
berdifusi masuk ke sel-sel tubuh untuk digunakan dalam proses respirasi. Di dalam sel-sel
tubuh atau jaringan tubuh, oksigen digunakan untuk proses respirasi di dalam mitokondria
sel. Semakin banyak oksigen yang digunakan oleh sel-sel tubuh, semakin banyak
karbondioksida yang terbentuk dari proses respirasi. Hal tersebut menyebabkan tekanan
parsial karbon dioksida atau PCO2 dalam sel-sel tubuh lebih tinggi dibandingkan PCO2 dalam
kapiler vena sel-sel tubuh. Oleh karena itu, karbon dioksida dapat berdifusi dari sel tubuh ke
kapiler vena sel tubuh yang kemudian akan dibawa oleh eritrosit menuju paru-paru. Di paru-
paru terjadi difusi CO2 dari kapiler vena menuju alveolus. Proses tersebut terjadi karena
tekanan parsial CO2 pada kapiler vena lebih tinggi daripada tekanan parsial CO2 dalam
alveolu. Karbondioksida ahirnya akan dikeluarkan dari tubuh melalui ekspirasi.
a) Antialergika
Adalah zat – zat yang bekerja menstabilkan mastcell, hingga tidak pecah dan
melepaskan histamin. Obat ini sangat berguna untuk mencegah serangan asma dan rhinitis
alergis (hay fever). Termasuk kelompok ini adalah kromoglikat.
Kromoglikat merupakan obat profilaksis dan tidak mempunyai kegunaan pada
serangan akut. Kromoglikat mempunyai aksi antiinflamasi pada beberapa pasien (terutama
anak-anak), tetapi tidak mungkin memperkirakan pasien mana yang akan mendapatkan
manfaatnya. Kromoglikat harus diberikan secara teratur dan bisa membutuhkan waktu
beberapa minggu sebelum timbul efek yang menguntungkan. mekanisme kerja kromoglikat
tidak jelas. kromoglikat mungkin bekerja dengan menurunkan sensitivitas saraf sensoris
bronkus, menghilangkan refleks lokal yang menstimulasi inflamasi .
b) Bronchodilator
Mekanisme kerja obat ini adalah merangsang sistem adrenergik sehingga memberikan
efek bronkodilatasi. Termasuk kedalamnya adalah :
Adrenergika
Dalam otot polos terdapat keseimbangan antara sistem adrenergik dan kolinergik. Bila
reseptor β-2 sistem adrenergik terhambat, maka sistem kolinergik menjadi dominan, segingga
terjadi penciutan bronchi. Antikolinergik bekerja memblokir reseptor saraf kolinergik pada
otot polos bronchi sehingga aktivitas saraf adrenergik menjadi dominan, dengan efek
bronchodilatasi. Efek samping : tachycardia, pengentalan dahak, mulut kering, obstipasi,
sukar kencing, gangguan akomodasi. Efek samping dapat diperkecil dengan pemberian
inhalasi.
Efeknya mencairkan dahak sehingga mudah dikeluarkan. Pada serangan akut, obat ini
berguna terutama bila lendir sangat kental dan sukar dikeluarkan.
Mekanisme kerja obat ini adalah merangsang mukosa lambung dan sekresi saluran
napas sehingga menurunkan viskositas lendir. Sedangkan Asetilsistein mekanismenya
terhadap mukosa protein dengan melepaskan ikatan disulfida sehingga viskositas lendir
berkurang.
Antitussiva (L . tussis = batuk) digunakan untuk pengobatan batuk sebagai gejala dan
dapat di bagi dalam sejumlah kelompok dengan mekanisme kerja yang sangat beraneka
ragam, yaitu :
seudoephedrine bekerja langsung pada reseptor alpha dan, pada tingkat lebih rendah,
reseptor beta-adrenergik. Melalui aksi langsung pada reseptor alfa-adrenergik pada
mukosa saluran pernapasan, pseudoefedrin menghasilkan vasokonstriksi.
Pseudoephedrine melemaskan otot polos bronkial dengan merangsang reseptor beta2-
adrenergik. Seperti efedrin, pseudoefedrin melepaskan norepinefrin dari tempat
penyimpanan, efek tidak langsung. Ini adalah mekanisme utama dan langsung.
Noradrenalin pindahan dilepaskan ke sinaps saraf di mana ia bebas untuk
mengaktifkan reseptor adrenergik pasca-sinaptik.
Namun di sisi lain, efeknya sebagai vasokonstriktor ini juga digunakan sebagai
mekanisme obat dekongestan (melegakan hidung tersumbat). Diketahui, ketika hidung
tersumbat, terjadi pelebaran pembuluh darah pada pembuluh2 kapiler sekitar hidung. Karena
itu, efedrin yang bersifat menciutkan pembuluh darah bisa berefek melegakan hidung
tersumbat. Hal yang sama terjadi pada pseudo-efedrin. Namun karena pertimbangan
keamanan, efedrin sudah jarang dipakai dalam komponen obat flu sebagai pelega hidung
tersumbat. Sebaliknya, yang banyak digunakan adalah pseudoefedrin. Mekanisme aksi
pseudoefedrin mirip efedrin, tapi aktivitasnya pada beta-adrenergik lebih lemah.
Pseudoefedrin menunjukkan selektivitas yang lebih besar untuk reseptor adrenergik alfa yang
terdapat pada mukosa hidung dan afinitas rendah pada reseptor adrenergik yang ada di sistem
saraf pusat ketimbang efedrin.
b) Dekongestan Topikal, digunakan untuk rinitis akut yang merupakan radang selaput
lendir hidung. Bentuk sediaan dekongestan topikal berupa balsam, inhaler, tetes
hidung atau semprot hidung.Dekongestan topikal (semprot hidung) yang biasa
digunakan yaitu oxymetazolin, xylometazolin yang merupakan derivat
imidazolin.Karena efeknya dapat menyebabkan depresi Susunan saraf pusat bila
banyak terabsorbsi terutama pada bayi dan anak-anak, maka sediaan ini tidak boleh
untuk bayi dan anak-anak.
a. Golongan Steroid
a) Golongan antihistamin
Antihistamin adalah obat dengan efek antagonis terhadap histamin. Antihistamin adalah zat-
zat yang dapat mengurangi atau menghalangi efek histamin terhadap tubuh dengan jalan
memblok reseptor –histamin (penghambatan saingan).
Contoh obatnya yaitu :
1. Loratadine
Loratadine adalah obat yang dapat mengobati gejala alergi, seperti bersin-bersin, ruam
kulit, pilek, hidung tersumbat, dan mata berair akibat paparan alergen (misalnya debu, bulu
hewan, atau gigitan serangga). Dosis pemberiannya yaitu: :
Dosis lazim dewasa dan anak 12 tahun atau lebih
10 mg oral 1 x sehari atau 5 mg setiap 12 jam
Dosis lazim anak
Anak usia 2 – 5 tahun : 5 mg oral 1 x sehari.
Anak usia 6 tahun atau lebih : 10 mg 1 x sehari atau 5 mg setiap 12 jam
2. Cetirizin
Cetirizine adalah obat golongan antihistamin yang dapat digunakan untuk mengatasi
gejala-gejala alergi, sseperti pilek, hidung tersumbat, mata berair, bersin-bersin, rasa gatal
pada mata atau hidung, serta ruam pada kulit. Dosis pemberiannya yaitu :
Dewasa
Cetirizine hcl 5 – 10 mg secara oral atau diminum sekali sehari
Anak 6 bulan sampai 2 tahun: Cetirizine sirup 2,5 mg oral sekali sehari, 12
bulan ke atas dapat ditingkatkan sampai 2,5 mg secara oral dua kali sehari.
Anak 2-5 tahun
Cetirizine syrup 2.5 mg oral sekali sehari, dapat ditingkatkan sampai 5 mg /
hari dalam 1 sampai 2 dosis terbagi.
Anak 6 tahun atau lebih
Cetirizine hcl 5 sampai 10 mg secara oral atau dikunyah sehari sekali
3. Fexofenadin
Fexofenadine adalah obat yang digunakan untuk meredakan gejala alergi, seperti
bersin, gatal, mata berair, dan hidung berair atau tersumbat. Fexofenadine juga bermanfaat
untuk meredakan gejala alergi pada beberapa kondisi medis, antara lain yaitu rinitis alergi
dan urtikaria atau biduran.
Dosis umum pemakaian fexofenadine untuk mengatasi rhinitis alergi pada orang dewasa
dan anak-anak di atas 12 tahun adalah tablet 120 mg sebanyak satu kali per hari. Sedangkan
untuk anak-anak di bawah usia 6-11 tahun adalah tablet 30 mg dua kali per hari.
b) Golongan Bronchodilator
1) Salbutamol
Dosis
Dosis salbutamol yang standard untuk orang dewasa adalah 4 mg tiga atau empat kali sehari.
Dosis untuk orang lanjut usia atau pasien yang terkenal sensitif terhadap produk ini: dimulai
dengan 2 mg tiga atau empat kali sehari. Salbutamol sebaiknya tidak diberikan pada anak di
bawah 2 tahun.
Dosis salbutamol untuk anak 2-6 tahun: 1-2 mg tiga atau empat kali sehari
Dosis salbutamol untuk anak 6-12 tahun: 2 mg tiga atau empat kali sehari
Dosis salbutamol untuk anak di atas usia 12 tahun: 2-4 mg tiga sampai empat
kali sehari
Efek Samping
Reaksi alergi seperti pembengkakan pada wajah, bibir, tenggorokan atau lidah, pucat atau
merah-merah yang tidak rata serta gatal parah, sulit bernapas, tekanan darah rendah, tidak
sadarkan diri. Nyeri pada dada, rahang atau bahu (yang dibarengi dengan napas pendek,
merasa sakit)
2) Fenoterol
Dosis
Dewasa
inhaler dosis rendah (100 mcg/dosis): 1 atau 2 kali tarik napas hingga 3-4 kali
penggunaan dalam sehari. Jika gejala belum teratasi, pasien dapat diberikan dosis
tinggi inhaler (200 mcg/dosis) pada 2 inhalasi sebanyak 3 kali sehari. Max: 1,6
g/24 jam.
Melalui pembuluh darah
Dewasa: 1-3 mcg/menit melalui infus IV, dilanjutkan sampai kontraksi berhenti dan
diikuti oleh meminum obat 5 mg setiap 3-6 jam.
c) Antikolinergik
1. Ipratropium Bromida
Indikasi:
bronkospasme yang berkaitan dengan pada pasien yang diterapi dengan ipratropium
dan salbutamol.
Interaksi:
derivat xantin, stimulan adrenoseptor beta, antikolinergik, penghambat beta, beta
adrenergik, penghambat MOA, antidepresan trisiklik, inhalasi hidrokarbon halogenasi.
Kontraindikasi:
hipersensitif terhadap ipratropium, turunan atropin, obstruksi hipertropi
kardiomiopati, takiaritmia.
Dosis
dewasa dan lansia
1 dosis UDV 3-4 kali sehari. Penderita obstruksi paru kronis yang memiliki
kebiasaan merokok, dianjurkan konseling dengan dokter untuk menentukan dosis
dan kebiasaan merokok sebaiknya dihentikan jika tidak ada perbaikan pada
obstruksi paru kronis.
2. TIOTROPIUM BROMIDE
Indikasi
Terapi pemeliharaan obstruksi paru kronik termasuk bronchitis dan emfisema kronik
dan dispnea yang menyertainya.
Interaksi
Antikolinergik digunakan bersamaan dalam waktu lama, tidak direkomendasikan.
Kontraindikasi
Hipersensitivitas terhadap atropin atau derivatnya atau komponen penyusun produk.
Efek Samping
Dehidrasi, pusing, sakit kepala, insomnia, penglihatan kabur, peningkatan tekanan
intraokular, glaukoma, takikardi, palpitasi, takikardi supraventikular, atrial fibrilasi,
bronkospasme, epistaksis, laringitis, faringitis, sinusitis, disfonia, batuk, obstruksi intestinal,
stomatitis, gingivitis, glositis, kandidiasis orofaringeal, refluks gastroesofagal, disfagia,
konstipasi, mulutkering, mual, karies gigi, reaksi hipersensitivitas, udema angioneurotik,
urtikaria, pruritus, kulit kering, ruam kulit, pembengkakan sendi, retensi urin, disuria.
Dosis
Dewasa (termasuk lansia)
1 kali sehari satu kapsul untuk inhalasi (22,5 mcg tiotropium bromide setara
dengan18 mcg tiotropium), tidak boleh ditelan, tidak boleh digunakan lebih dari 1
kali sehari.
3. Derivat Xantin
Contoh obat
1) Aminophylline 200 Mg Inf
Kandungan : Tiap tablet mengandung aminofilina 200 mg.
Cara Kerja :
Aminofilina merupakan turunan metilxantin yang mempunyai efek bronkodilator
dengan jalan melemaskan otot polos bronkus
Indikasi
Untuk meringankan dan mengatasi serangan asma bronkial.
Dosis
Dewasa
1 tablet 3 kali sehari.
Anak-anak 6 – 12 tahun : ½ tablet 3 kali sehari.
Atau menurut petunjuk dokter.
Efek Samping :
Gastrointestinal, misalnya : mual, muntah, diare, Susunan saraf pusat, misalnya : sakit
kepala, insomnia, Kardiovaskuler, misalnya : palpitasi, takikardi, aritmia, ventrikuler,
Pernafasan, misalnya : tachypnea, Rash, hiperglikemia.
4. TEOFILIN
Indikasi
oobstruksi saluran napas reversibel, asma akut berat (lihat tabel).
Peringatan
Penyakit jantung, hipertensi, hipertiroidisme, tukak lambung, gangguan fungsi hati
(kurangi dosis, lihat Lampiran 2), epilepsi, kehamilan (lihat Lampiran 4), menyusui (lihat
Lampiran 5), lansia, demam, hindari pada porfiria.
Efek Samping:
Takikardia, palpitasi, mual dan gangguan saluran cerna yang lain, sakit kepala,
stimulasi sistem saraf pusat, insomnia, aritmia, dan konvulsi terutama bila diberikan melalui
injeksi intravena cepat.
Dosis
Dewasa
130-150 mg, jika diperlukan dapat dinaikkan menjadi 2 kalinya.
Anak: 6-12 tahun
65-150 mg, kurang dari 1 tahun: 65-75 mg, 3-4 kali sehari sesudah makan.
Tablet lepas lambat
1 tablet per hari tergantung respons masing-masing dan fungsi pernafasan
5. Golongan Kortikosteroid
1) Hidrokortison
Dosis:
Oral terapi pengganti
20 - 30 mg/hari dalam dosis terbagi
Anak
10 - 30 mg.
Injeksi intramuskular atau injeksi intravena lambat atau infus
100 -500 mg, 3-3 kali dosis terbagi dalam 24 jam atau sesuai kebutuhan
Aanak dengan injeksi intravena sampai dengan umur 1 tahun 25 mg, umur 1-5
tahun
50 mg, umur 6-12 tahun 100 mg.
2) Prednison
Dosis:
Berikut ini adalah dosis prednison dalam bentuk tablet yang umumnya diberikan oleh
dokter untuk orang dewasa dan anak-anak:
Kondisi Dosis
3) Deksametason
Dosis
4) Betametason
Dosis:
Oral
Umum 0,5 - 5 mg/hari
Dewasa dan anak di atas 12 tahun
500 mcg dilarutkan dalam 20 mL air dan dibilas sekitar mulut 4 kali sehari,
tidak ditelan. Injeksi intramuskular atau injeksi intravena lambat atau infus, 4 -
20mg, diulangi sampai 4 kali dalam 24 jam
Anak melalui injeksi intravena lambat, sampai umur 1 tahun 1 mg, umur 1-5
tahun 2 mg, umur 6-12 tahun 4 mg, diulangi sampai 4 kali dalam 24 jam
disesuaikan dengan respon.
6. Golongan Ekspektoransia
1) KI (Kalium iodida)
Dosis
batuk oral 3dd 0,5-1 g, maksimal 6 g sehari. Bagi pasien yang tidak boleh
diberikan kalium, obat ini dapat diganti dengan natrium iodida dengan khasiat
yang sama.
3).Bromheksin
Dosis
Oral diminum saat perut kosong (1 jam sebelum – 2 jam sesudah makan).
Tablet 8 mg atau sirup 4 mg/5mL:
Dewasa dan anak-anak >10 tahun: 1 tablet atau 10 mL sirup 3 kali sehari,
anak 5-10 tahun: 1/2 tablet atau 5 mL sirup 3 kali sehari,
anak 2-5 tahun: 1/2 tablet atau 5 mL sirup 2 kali sehari.
Cairan injeksi 4 mg/2 mL: 1 ampul (waktu pemberian 2-3 menit) sebanyak 2-3
kali sehari, dapat diberikan sebagai cairan infus intravena bersama glukosa,
fruktosa, garam fisiologis, dan larutan ringer.
4). Asetilsistein
Dosis Asetilsistein yang dapat digunakan di antaranya:
Dosis Asetilsistein inhalasi untuk mukolitik pada dewasa: penggunaan larutan
Asetilsistein 10% sebanyak 6-10 mL 3-4x sehari, dapat ditingkatkan menjadi 2-20 mL
setiap 2-6 jam bila perlu. Bila menggunakan larutan Asetilsistein 20% dapat
digunakan sebanyak 3-5 mL 3-4x sehari, dapat ditingkatkan menjadi 1-10 mL setiap
2-6 jam bila perlu.
Dosis Asetilsistein inhalasi untuk mukolitik pada anak: penggunaan larutan
Asetilsistein 10% sebanyak 6-10 mL 3-4x sehari, dapat ditingkatkan menjadi 2-20 mL
setiap 2-6 jam bila perlu. Bila menggunakan larutan Asetilsistein 20% dapat
digunakan sebanyak 3-5 mL 3-4x sehari, dapat ditingkatkan menjadi 1-10 mL setiap
2-6 jam bila perlu.
Dosis Asetilsistein inhalasi endotrakeal untuk mukolitik pada pasien dewasa
dengan trakeostomi: penggunaan larutan Asetilsistein 10% atau 20% sebanyak 1-2
mL setiap jam.
Dosis Asetilsistein inhalasi endotrakeal untuk mukolitik pada pasien anak
dengan trakeostomi: penggunaan larutan Asetilsistein 10% atau 20% sebanyak 1-2
mL setiap jam.
Dosis Asetilsistein oral untuk mukolitik pada pasien dewasa: Dosis tablet/kapsul
granul/tablet effervescent: 600 mg 1x sehari atau 200mg 3x sehari.
Dosis Asetilsistein oral untuk mukolitik pada pasien anak: untuk anak usia 1
bulan sampai usia < 2 tahun: 100 mg 2x sehari; untuk anak usia 2-7 tahun: 200 mg 1x
sehari; untuk anak usia > 7 tahun: 600 mg 1x sehari atau 200 mg 3x sehari.
Dosis Asetilsistein untuk keracunan parasetamol pada dewasa secara intravena:
Dosis awal yang diberikan adalah 150 mg/kgBB (maksimal 16,5 g) yang dilarutkan
dalam 200 mL cairan infus selama 1 jam, diikuti dengan dosis lanjutan yaitu 50
mg/kgBB (maksimal 5,5 g) yang dilarutkan dalam 500 mL cairan infus dan diberikan
dalam waktu 4 jam, kemudian dosis lanjutan berikutnya adalah 100 mg/kgBB
(maksimal 11 g) yang dilarutkan dalam 1L cairan infuse dan diberikan dalam waktu
16 jam.
Dosis Asetilsistein untuk keracunan parasetamol pada anak secara intravena:
Untuk anak dengan berat badan <20 kg: Dosis awalan yang diberikan adalah 150
mg/kgBB yang dilarutkan dalam cairan infuse sebanyak 3 mL/kgBB dan diberikan
dalam waktu 1 jam, diikuti dengan dosis lanjutan yaitu 50 mg/kgBB yang dilarutkan
dalam cairan infus sebanyak 7 ml/kgBB selama 4 jam, kemudian dosis lanjutan
berikutnya adalah 100 mg/kgBB yang dilarutkan dalam cairan infus sebanyak 14
mL/kgBB dan diberikan selama 16 jam. Untuk anak dengan berat badan 20 – 40 kg:
Dosis awalan yang diberikan adalah 150 mg/kgBB yang dilarutkan dalam cairan
infuse sebanyak 100 mL dan diberikan dalam waktu 1 jam, diikuti dengan dosis
lanjutan yaitu 50 mg/kgBB yang dilarutkan dalam cairan infus sebanyak 250 mL
selama 4 jam, kemudian dosis lanjutan berikutnya adalah 100 mg/kgBB yang
dilarutkan dalam cairan infus sebanyak 500 mL dan diberikan selama 16 jam. Untuk
anak dengan berat badan > 40 kg dosis yang diberikan sama seperti dewasa.
Dosis Asetilsistein untuk keracunan paracetamol pada dewasa secara oral: Dosis
awal 150 mg/kgBB, diikuti dengan dosis lanjutan 70 mg/kgBB setiap 4 jam sampai 70
dosis.
Dosis Asetilsistein untuk keracunan paracetamol pada anak secara oral: Dosis
awal 150 mg/kgBB, diikuti dengan dosis lanjutan 70 mg/kgBB setiap 4 jam sampai 70
dosis.
Penggunaan Asetilsistein untuk tetes mata pada sindrom mata kering dewasa
yang disebabkan oleh produksi cairan mata yang abnormal: Menggunakan
larutan Asetilsistein 5% 1-2 tetes pada mata yang sakit 3-4 x sehari.
TERAPI
TERAPI POKOK : Terapi pokok meliputi pemberian antibiotika dengan lama terapi 10-14
hari, kecuali bila menggunakan azitromisin. Secara rinci antibiotika yang dapat dipilih tertera
pada tabel 3.1. Untuk gejala yang menetap setelah 10-14 hari maka antibiotika dapat
diperpanjang hingga 10-14 hari lagi. Pada kasus yang kompleks diperlukan tindakan operasi.
TERAPI PENDUKUNG: Terapi pendukung terdiri dari pemberian analgesik dan
dekongestan. Penggunaan antihistamin dibenarkan pada sinusitis yang disebabkan oleh alergi
47, namun perlu diwaspadai bahwa antihistamin akan mengentalkan sekret. Pemakaian
dekongestan topikal dapat mempermudah pengeluaran sekret, namun perlu diwaspadai bahwa
pemakaian lebih dari lima hari dapat menyebabkan penyumbatan berulang.
OUTCOME Membebaskan obstruksi, mengurangi viskositas sekret, dan mengeradikasi
kuman.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sistem pernapasan adalah pertukaran Oksigen (O2) dan karbondioksida (CO2) antara
sel-sel tubuh serta lingkungan. sistem pernapasan terdiri atas pernapasan Eksternal (luar) dan
internal (dalam). Oksigen dari udara diambil dan dimasukan ke darah, kemudian di angkut ke
jaringan. Karbondioksida (CO2) di angkut oleh darah dari jaringan tubuh ke paru-paru dan
dinapaskan ke luar udara. Struktur organ atau bagian-bagian alat pernapasan pada manusia
terdiri atas Rongga hidung, Faring (Rongga tekak), Laring (kotak suara), Trakea (Batang
tenggorok), Bronkus dan Paru-paru.
DAFTAR PUSTAKA
Disusun Oleh :
Kelompok 2
2018
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat
beserta lindungan-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini, secara khusus
makalah ini membahas tentang “Sistem Pencernaan”
Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi salah satu tugas perkuliahan, serta
membantu proses pembelajaran kami di STIKes Bakti Tunas Husada Tasikmalaya.
Dalam menyelesaikan makalah ini kami banyak menghadapi hambatan, namun berkat
do’a, pengarahan, bantuan, kerja keras dari berbagai pihak akhirnya makalah ini dapat
terselesaikan.
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam menyusun makalah ini. Oleh
karena itu, kami harapkan kritik dan saran dari berbagai pihak untuk kesempurnaan makalah
ini. Kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis dan pembaca umumnya.
Penyusun
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.............................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
Sebagian besar hewan tidak dapat membuat makanannya sendiri, sehingga ada yang
di sebut dengan hewan pemakan tumbuhan(herbivora), hewan pemakan daging(karnivora),
dan hewan pemakan daging dan tumbuhan(omnivora). Berdasarkan hal tersebut system
pencernaan makanan pada hewan pun berbeda-beda, sesuai dengan kebutuhan dan tempat
hidupnya.
1.3 Tujuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.7 Pengertian
Sistem pencernaan berurutan dengan penerimaan makanan dan mempersiapkannya
untuk diproses oleh tubuh. Makanan dalam arti “Biologis” adalah tiap zat atau bahan
yang dapat digunakan dalam metabolisme guna memperoleh bahan-bahan untuk
membangun atau memperoleh tenaga (Energi) bagi sel. Untuk dapat digunakan dalam
metabolism, maka makanan itu harus ke dalam sel (Irianto,kus.2005).
Fungsi utama system pencernaan adalah menyediakan zat nutrisi yang sudah
dicerna secara berkesinambungan untuk didistribusikan kedalam sel melalui sirkulasi
dengan unsure – unsure air, elektrolit, dan zat gizi. Sebelum zat ini diserap oleh tubuh,
makanan harus bergerak sepanjang saluran pencernaan( Syafuddin. 2009 ).
1. Pencernaan mekanis
Pencernaan mekanis yaitu proses pengubahan molekul kompleks menjadi
molekular mekanis, misalnya penghancuran makanan dengan gigi atau oleh otot
lambung.
2. Pencernaan kimiawi
Pencernaan kimiawi adalah proses pengubahan senyawa organic yang ada dalam
bahan makanan dari bentuk yang kompleks menjadi molekul yang lebih sederhana
dengan bantuan enzim (Anonim, 2011).
Saluran pencernaan pada manusia dimulai dari rongga mulut dan diakhiri oleh anus (
lubang pelepasan ). Adapun alat – alat dari system pencernaan yaitu terdiri dari :
1. Rongga Mulut
Rongga mulut dibagian depan dibatasi oleh bibir, dibagian belakang oleh
dinding faring posterior, dibagian lateral selaput lender bukalis dan tonsil, dibagian
atas palatum durum dan palatum molle dan dibagian bawah oleh dasar mulut.
Didalam rongga mulut terdapat gigi, lidah dan kelenjar pencernaan yaitu berupa
kelenjar ludah. Gigi dan lidah berguna untuk memecahkan makanan secara
mekanik. Kelenjar ludah menghasilkan enzim ptyalin yang mencerna hidrat arang.
Rongga mulut ( mouth cavity ) mempunyai panjang 15 – 20 cm dengan diameter
10 cm. Didalam mulut sudah mulai terjadi proses penyerapan dengan mekanisme
difusi pasif ( transport pasif ) dan transport konvelisif ( pori ). Dalam mulut
terdapat enzim ptyalin, maltase, dan musin. Sekresi air ludah 500 – 1500 ml per
hari dengan pH 6,4
2. Faring
Daerah faring merupakan persimpangan dari rongga mulut ke
kerongkongan dan dari rongga hidung ke tenggorok. Pada saat menelan makanan,
maka lubang ke saluran napas ditutup oleh anak tekak sehingga makanan akan
terdorong ke kerongkongan.
3. Esofagus
Esofagus merupakan organ silindris berongga dengan panjang sekitar 25 cm
dan diameter 2 cm. Esofagus terletak posterior terhadap jantung dan trakea,
anterior terhadap vertebrata, setinggi C6 menembus diafragma sampai torakal
11.Saluran pencernaan sesudah mulut adalah kerongkongan ( esophagus ).
Esofagus adalah saluran yang terdapat dibelakang rongga mulut yang
menghubungkan rongga mulut dengan lambung. Dinding kerongkongan dibentuk
oleh otot – otot melingkar yang bergerak tanpa kita sadari. Gerakannya disebut
gerak peristaltic, yaitu gerakan otot lingkar yang mengkerut – kerut seperti
meremas – remas sehinga makanan dapat masuk kedalam lambung. Esofagus
mempunyai Ph cairannya 5 – 6, tidak terdapat enzim maupun absorbs. Getah
lambung dihasilkan oleh kelenjar yang terdapat pada dinding lambung, dimana
dinding lambung menghasilkan asam lambung berupa asam klorida, pepsinogen,
rennin lipase lambung, dan mucin.
4. Lambung ( Ventrikulus )
Lambung atau perut besar merupakan organ yang terletak didalam rogga perut
yaitu terletak disebelah kiri atas, dibawah sekat rongga dada ( Diafragma ).
Lambung merupakan sebuah kantong muskuler yang letaknya antara esophagus
dan usus halus, sebelah kiri abdomen dan di bagian depan pancreas dan limpa
yang dibentuk oleh otot polos yang tersusun secara memanjang. Lambung
merupakan saluran yang dapat mengembang karena adanya gerakan peristaltic,
terutama didareah epigaster. Variasi dari bentuk lambung sesuai dengan jumlah
makanan yang masuk, adanya gelombang peristaltic tekanan organ lain dan postur
tubuh. Lambung disebut juga gaster yang panjangnya 20 cm dengan diameter 15
cm dan pHnya 1 – 3,5. Cairan lambung yang disekresi sekitar 2000 – 3000
ml/hari. Kapasitas lambung kira – kira 1,2 liter dan bila kosong 100 liter.
7. Regtum
Regtum terletak dibawah kolon signoid yang menghubungkan intestinum
mayor dengan anus, terletak dalam rongga pullvis didepan os sakrum dan os
koksigis. Regtum panjangnya 15 – 19 cm, diameter 2,5 cm dengan pH 7,5 – 8,0
8. Anus
Anus adalah bagian dari saluran pencernaan yang menghubungkan regtum
dengan bagian luar atau sebagai tempa keluarnya feses (Anonim,2013).
Sistem pencernaan pada menusia ini sering terjadi gangguan dan penyakit,
sehingga kalau tidak ditangani dengan baik dapat mengakibatkan kematian.
Gangguan dan penyakit pada sistem pencernaan tidak mengenal usia dan kelamin.
Mulai dari bayi, balita, remaja, dewasa dan orang tua, laki-laki atau perempuan.
Gangguan pencernaan (dispepsia atau sakit perut) merupakan suatu hal yang
menyebabkan terjadinya ketidaknyamanan di perut bagian atas. Gangguan
pencernaan bukanlah penyakit, melainkan kumpulan gejala, termasuk kembung,
bersendawa dan mual.mestipun gangguan umum dirasakan oleh orang,namun di
setiap orag mengalai gangguan pencernaan yang berbeda-beda. (Darwis 2012 : 1)
Indikasi
Ulkus peptikum, hiperasiditas gastrointestinal, gastritis, mengatasigejala dyspepsia
(ulkus dan don ulkus), gastro-esophageal refluxdisease, hiperfosfatemia.
Efek samping
Konstipasi, mual, muntah, deplesi posfat, penggunaan dalam dosis besar dapat
menyebabkan penyumbatan usus, hipofosfatemia,hipercalciuria, peningkatan
resiko osteomalasia, demensia, anemiamikrositik pada penderita gagal ginjal.
Mekanisme Kerja
Aluminium hidroksida bekerja dengan cara menetralisir asam lambung yang ada.
Dengan demikian, obat ini melindungi dinding lambung dari peradangan akibat
asam yang berlebihan.
Interaksi Obat
Penyerapan aluminium hidroksida oleh tubuh akan meningkat jika dikonsumsi bersama
dengan vitamin C dan asam sitrat. Aluminium hidroksida dapat mengganggu
penyerapan penicillin, tetracycline, indometacin, phenylbutazone, quinidine, digoxin,
suplemen zat besi, naproxen, sejumlah vitamin, dan sulfonamide. Oleh karena itu,
pasien sebaiknya menunggu 2 jam sebelum atau sesudah menggunakan antasida ini
jika ingin mengonsumsi obat lain. Magnesium Hidroksida
Indikasi
Ulkus peptikum, hiperasiditas gastrointestinal, gastritis
Efek Samping
Diare, hipermagnesenia sehingga mengurangi reflek tendon dan depresinafas,
mual, muntah, kemerahan pada kulit, haus, hipotensi,mengantuk, lemah otot, nadi
melemah dan henti jantung (pada kelainanginjal yang berat).
Mekanisme Kerja
Magnesium Hidroksida adalah antasida yang digunakan bersama-sama dengan
Aluminium Hidroksida untuk menetralisir asam lambung. Hal ini mengingat dari
karakteristik Magnesium Hidroksida itu sendiri yang larut dalam asam encer. Di
dalam tubuh manusia, kelenjar lambung setiap harinya memproduksi cairan
lambung yang bersifat asam. Cairan ini mengandung HCl dengan konsentrasi
sekitar 0,03 M, hal ini menyebabkan lambung bersifat asam dengan pH sekitar 1,5.
Produksi asam lambung yang berlebihan akan menyebabkan penyakit tukak
lambung atau maag. Reaksi Magnesium Hidroksida di dalam lambung berlangsung
sebagai berikut:
Mg(OH)2 + 2 HCl → MgCl2 + 2 H2O
Magnesium Hidroksida bereaksi dengan asam lambung menghasilkan magnesium
klorida dan air. Selain menetralkan asam lambung, antasida juga meningkatkan
pertahanan mukosa lambung denagn memicu produksi prostaglandin pada mukosa
lambung, tetapi ketika jumlahnya berlebih akan menjadi obat pencahar yang
menyebabkan diare.
Interaksi Obat
Antikoagulan (misalnya warfarin) karena Magnesium Hidroksida meningkatkan
risiko efek samping antikoagulan. Antijamur azole (misalnya ketoconazole),
bisphosphonate (misalnya alendronate), resin pengganti kasion (misanya sodium
polystyrene sulfonate), cephalosporin (misalnya cephalexin), mycophenolate,
penicillamine, antibiotik quinolone (misalnya ciprofloxacin), atau tetracycline
(misalnya doxycycline) karena Magnesium Hidroksida dapat mengurangi
efektivitas obat.
Magnesium Trisilikat
Indikasi
Ulkus peptikum, gastritis, hiperasiditas gastrointestinal
Efek Samping
Diare, hipermagnesenia sehingga mengurangi reflek tendon dan depresinafas,
mual, muntah, kemerahan pada kulit, haus, hipotensi,mengantuk, lemah otot, nadi
melemah dan henti jantung (pada kelainanginjal yang berat).
Mekanisme Kerja
Netralisasi asam lambung
Interaksi Obat
Magnesium Trisilicate / Sorbitol dapat berinteraksi dengan obat dan produk
berikut ini: Abacavir, Aspirin, Dolutegravir, Lamivudine, Paricalcitol,
Raltegravir, Sodium polystyrene sulfonate
Kalsium Karbonat
Indikasi
Ulkus peptikum, gastritis, heartburn, hiperasiditas GI, Menghilangkan gangguan
lambung yang disebabkan oleh hiperasiditas, tukak lambung, ulkus duodenum,
gastritis
Efek Samping
Dapat terjadi konstipasi, kembung (flatulen) karena pelepasan karbondioksida
(CO2), dosis tinggi atau pemakaian jangka waktu panjang menyebabkan
hipersekresi asam lambung dan acid rebound, muntahdan nyeri abdomen (perut),
hiperkalsemia (pada gangguan ginjal atau setelah pemberian dosis tinggi),
alkalosis
Mekanisme Kerja
Kalsium karbonat merupakan garam organik dasar yang dapat menetralisir asam
hidroklorida dalam sekresi lambung. Senyawa ini membentuk kalsium klorida,
karbondioksida dan air setelah menetralisir hidroklorida. Sekitar 90 % kalsium
klorida akan dirubah dalam bentuk garam kalsium yang tidak larut yaitu kalsium
karbonat dan sedikit kalsium fosfat serta sabun kalsium pada usus halus. Kalsium
klorida bekerja sebagai antasid dengan cara menyeimbangkan asam basa di
lambung, menghambat kerja pepsin dengan meningkatkan pH serta meningkatkan
sekresi bikarbonat dan prostaglandin. Dalam bentuk suplemen, kalsium karbonat
bekerja secara langsung meningkatkan kadar kalsium dalam tubuh.
Interaksi Obat
Kalsium karbonat dapat menghambat penyerapan beberapa jenis obat seperti
antibiotik tetrasiklin (doksisiklin, minosiklin), antibotik jenis kuinolon
(ciprofloxacin, levofloxacin), obat jenis kortikosteroid, atenolol, besi, alendonate,
natrium flouride, zinc dan obat tipe kalsium channel blocker. Oleh karena itu
penggunaan bersamaan dengan beberapa jenis obat ini sebaiknya dihindari.
Konsumsi bersamaan dengan diuretik jenis thiazide dan vitamin D dapat
meningkatkan risiko sindrom milk-alkali dan hiperkalsemia. Dapat meningkatkan
efek negatif pada jantung jika dikonsumsi bersamaan dengan digitalis glycosides
dan dapat memperbesar risiko keracunan digitalis.
Bismuth Subnitrat
Indikasi
Astringen saluran pencernaan serta untuk mengatasi infeksi pada saluran
cerna.obat penenang,zat dan menyebabkan pergantian. digunakan di dispepsia
lemah, iritasi lambung (bentuk lebih ringan), pyrosis, gas-trodynia, ulkus
lambung,diare dari kelemahan, dll, laringitis kronis, epilepsi, kurap(dalam
bentuk salep) untuk lemak penyakit kulit kronis,klorosis, bila besi tidak
ditoleransi, dll.
Efek Samping
Gelap dari tinja, muntah, buang air kecil menurun, mulut kering, detak jantung
cepat, pusing
Mekanisme Kerja
Dapat membentuk lapisan pelindung yang menutupi tukak, lagipula berkhasiat
bakteriostatik terhadap Helicobacter pylori.
Interaksi Obat
Bismuth Subnitrate dapat berinteraksi dengan obat dan produk berikut ini:
Acetazolamide, Corticosteroids, Methotrexate, Valproic acid.
Natrium Bikarbonat
Indikasi
Menetralkan asam darah (pada keadaan asidosis) dan urine yang terlalu asam.
Pada orang-orang yang berisiko, urine yang terlalu asam dapat memicu
timbulnya batu ginjal. Selain itu, natrium bikarbonat juga dapat berperan
sebagai antasida, yaitu obat yang menetralkan asam lambung.
Efek Samping
Mual, perut kembung, kram perut darah menjadi basa (alkalosis), sehingga
menimbulkan keluhan kedutan pada otot, kaku, dan cepat marah, peningkatan
kadar natrium. Karena zat yang bersifat basa, natrium bikarbonat suntikan dapat
mengakibatkan trauma pada pembuluh darah dan sel, sehingga mengakibatkan
selulitis, luka, dan kematian jaringan.
Mekanisme Kerja
Natrium bikarbonat bekerja pada tubuh sebagai alkalizer sistemik. Dengan
meningkatkan plasma bikarbonat pada darah, senyawa ini menyangga
konsentrasi ion hidrogen berlebih sehingga meningkatkan pH darah. Selain itu,
senyawa ini juga bertindak sebagai alkalizer pada urin dengan meningkatkan
ekskeresi ion bikarbonat bebas dalam urin sehingga secara efektif meningkatkan
pH urin. Pada kondisi urin yang basa, penghancuran batu asam urat dapat
dilakukan. Senyawa ini juga bersifat antasida yang mampu menetralkan atau
menyangga kondisi lambung yang asam sehingga meningkatkan pH lambung
sehingga memberikan kelegaan pada gejala penyakit yang disebabkan oleh
meningkatnya asam lambung.
Interaksi Obat
Jika dikonsumsi secara bersamaan, beberapa obat dapat mempengaruhi kinerja
natrium bikarbonat dalam tubuh pasien. Beberapa obat tersebut adalah:
Memantine, Acetazolamide, Aspirin, Kortikosteroid.
Natrium bikarbonat dapat menurunkan efektivitas beberapa obat berikut ini:
Sukralfat, Pazopanib, Suplemen zat besi, Anti-jamur golongan Azole seperti
ketoconazole dan fluconazole, Ampicilin.
Antagonis Reseptor H2 (H2 Bloker)
Indikasi
Semua antagonis reseptor-H2 mengatasi tukak lambung dan duodenum
dengan cara mengurangi sekresi asam lambung sebagai akibat penghambatan
reseptor histamin-H2. Obat ini dapat juga digunakan untuk mengatasi gejala
refluks gastroesofagus (GERD). Meskipun antagonis reseptor-H2 dosis tinggi
dapat digunakan untuk mengatasi sindroma Zollinger-Ellison, namun
penggunaan penghambat pompa proton lebih dipilih.
Efek Samping
Efek samping antagonis reseptor-H2 adalah diare dan gangguan saluran
cerna lainnya, pengaruh terhadap pemeriksaan fungsi hati (jarang, kerusakan
hati), sakit kepala, pusing, ruam dan rasa letih. Efek samping yang jarang
adalah pankreatitis akut, bradikardi, AV block, rasa bingung, depresi dan
halusinasi, terutama pada orang tua atau orang yang sakit parah, reaksi
hipersensitifitas (termasuk demam, artralgia, mialgia, anafilaksis), gangguan
darah (termasuk agranulositosis, leukopenia, pansitopenia, trombositopenia)
dan reaksi kulit (termasuk eritema ultiform, dan nekrolisis epidermal yang
toksik). Dilaporkan juga kasus ginekomastia dan impotensi, namun jarang
terjadi.
Mekanisme Kerja
Antagonis reseptor H2 menghambat secara sempurna sekresi asam lambung
yang sekresinya diinduksi oleh histamin maupun gastrin, tetapi menghambat
secara parsial sekresi asam lambung yang sekresinya diinduksi oleh
asetilkolin. Hal tersebut dapat terjadi dengan melihat kembali mekanisme
sintesis asam lambung di sel parietal. Antagonis reseptor H2 juga
menghambat sekresi asam lambung yang distimulasi oleh makanan, insulin,
kafein, pentagastrin, dan nokturnal. Antagonis reseptor H2 mengurangi
volume cairan lambung dan konsentrasi H+. Seluruh senyawa yang termasuk
antagonis reseptor H2 efektif menyembuhkan tukak lambung maupun tukak
duodenum. Secara umum kekambuhan setelah terapi umumnya berhenti (60-
100%).
Interaksi Obat
Simetidin menghambat metabolisme obat secara oksidatif di hati dengan cara
mengikat sitokrom P450 di mikrosom. Penggunaannya sebaiknya dihindari
pada pasien yang sedang mendapat terapi warfarin, fenitoin dan teofilin (atau
aminofilin), sedangkan interaksi lain, mungkin kurang bermakna secara
klinis. Famotidin, nizatidin, dan ranitidin tidak memiliki sifat menghambat
metabolisme obat seperti halnya simetidin.
Penghambat Pompa Proton
a. Indikasi
Golongan obat maag yang digunakan untuk menurunkan asam lambung,
menghambat sekresi asam lambung dengan cara menghambat sistem enzim
adenosin trifosfatase hidrogen-kalium (pompa proton) dari sel parietal
lambung. Penghambat pompa proton efektif untuk pengobatan jangka pendek
tukak lambung dan duodenum. Selain itu, juga digunakan secara kombinasi
dengan antibiotika untuk eradikasi H. pylori.
b. Efek Samping
Bisa dikatakan PPI adalah obat maag yang sangat ditoleransi dengan baik dan
aman, namun seaman-amannya obat, pastilah ada efek yang tidak diinginkan.
Bagaimana pun, asam lambung memiliki manfaat bagi tubuh, sehingga jika
produksinya ditekan, ini bisa memudahkan bakteri untuk berkembang di
antaranya Clostridium difficile yang menyebabkan diare. Beberapa patogen
pun bisa berkoloni di saluran atas pencernaan dan memicu pneumonia.
Pemakaian jangka panjang PPI juga bisa mengganggu penyerapan beberapa
nutrisi seperti magnesium, kalsium, vitamin B12, dan zat besi. Seiring
pemakaiannya yang sering dan cenderung berlebihan, sekelompok ahli baru-
baru ini mengeluarkan aturan baru tentang pembatasan penggunaan PPI.
c. Mekanisme Kerja
Obat maag jenis PPI bekerja dengan cara menghambat pompa asam sehingga
asam lambung tidak bisa dikeluarkan ke lumen lambung, dan mengurangi
produksi asam lambung secara signifikan.
Obat maag ini berfungsi meredakan gejala refluks asam atau GERD
(gastroesophageal reflux disease), mengobati tukak lambung dan usus (peptic
ulcer disease, luka pada mukosa lambung dan usus), dan mengobati kerusakan
esofagus bagian bawah yang disebabkan oleh refluks asam.
d. Interaksi Obat
PPI menghambat aktivitas beberapa enzim sitokrom P450 di hati dan
karenanya dapat menurunkan klirens benzodiazepin, warfarin, fenitoin dan
banyak obat lainnya. Dilaporkan bahwa terjadi toksisitas ketika disulfiram
diberikan bersamaan dengan PPI.
Golongan Obat Digestiva
Digestiva adalah obat-obat yang digunakan untuk membantu proses pencernaan lambung
usus terutama pada keadaan defisiensi zat pembantu pencernaan. Disebut juga obat-obat
pencernaan. Proses pencernaan makanan dipengaruhi oleh HCl (asam lambung), enzim
pencernaan dan empedu.
Adapun secara garis besar sediaan digestan yang bermanfaat adalah sebagai berikut:
Obat Yang Bekerja Pada Kandung Empedu
Empedu terdiri dari asam empedu (asam kolat) dan asam kenodeoksikolat serta
kolesterol dan fosfolipid. Zat empedu yang penting untuk manusia ialah garam natrium
asam kolat dan asam kenodeoksikolat. Guna empedu yang berhubungan dengan
pencernaan dan absorbsi lemak yaitu :
Tidak semua orang boleh menggunakan obat ini, penderita yang diketahui memiliki
kondisi di bawah ini tidak boleh menggunakan: Orang yang memiliki riwayat
hipersensitif terhadap kandungan obat ini. Penderita pankreatitis akut atau pankreatitis
akut dalam masa eksaserbasi. Efek samping yang perlu diperhatikan, diantaranya yaitu:
Mual, muntah dan tidak nyaman di perut. Iritasi pada area bukal dan perianal terutama
pemberian dosis tinggi pada anak-anak.
Penggolongan.
1) Anti Hiperaciditas
Obat dengan kandungan aluminium dan atau magnesium ini bekerja secara
kimiawi dengan mengikat kelebihan HCl dalam lambung. Magnesium atau
aluminium tidak larut dalam air dan dapat bekerja lama di dalam lambung sehingga
tujuan pemberian antasida sebagian besar dapat tercapai. Sediaan yang
mengandung magnesium dapat menyebabkan diare (bersifat pencahar) sedangkan
sediaan yang mengandung aluminium dapat menyebabkan konstipasi (sembelit)
maka biasanya kedua senyawa ini dikombinasikan. Persenyawaan molekul antara
Mg dan Al disebut hidrotalsit. (aluminium hidroksida, magnesium karbonat,
magnesium trisilikat, kompleks aluminium magnesium hidrotalsit). Obat dengan
kandungan natrium bikarbonat merupakan antasida yang larut dalam air, dan
bekerja cepat. Tetapi bikarbonat yang terabsorbsi dapat menyebabkan alkalosis bila
digunakan dalam dosis berlebih, terlepasnya CO2 dapat menyebabkan sendawa.
Obat dengan kandungan bismut dan kalsium dapat membentuk lapisan pelindung
pada luka di lambung tetapi sebaiknya dihindari karena bersifat neurotoksik
sehingga dapat menyebabkan encefalopatia (kerusakan otak dengan gejala kejang-
kejang dan kekacauan) juga cenderung menyebabkan konstipasi. Kalsium dapat
menyebabkan sekresi asam lambung berlebih, kelebihan menyebabkan hiper
kalsemia.
a) Anti kolinergik, yaitu zat yang menekan produksi getah lambung dan melawan
kejang- kejang (contohnya ekstrak belladonae).
b) Obat penenang / sedativ, yaitu untuk menekan stress karena dapat memicu sekresi
asam lambung (contohnya klordiazepoksida)
2. DIGESTIVA
Digestiva adalah obat-obat yang digunakan untuk membantu proses pencernaan
lambung usus terutama pada keadaan defisiensi zat pembantu pencernaan. Disebut
juga obat-obat pencernaan.
Penggolongan
Empedu terdiri dari asam empedu (asam kolat) dan asam kenodeoksikolat
serta kolesterol dan fosfolipid. Guna empedu yang berhubungan dengan
pencernaan dan absorbsi lemak yaitu :
Asam klorida (HCl) adalah suatu cairan yang dikeluarkan oleh dinding lambung yang
memiliki fungsi utama:
3. ANTI DIARE
Antidiare adalah obat-obatan yang digunakan untuk menanggulangi atau
mengobati penyakit yang disebabkan oleh bakteri atau kuman, virus, cacing atau
keracunan makanan. Gejala diare adalah buang air besar berulang kali dengan banyak
cairan kadang-kadang disertai mulai (kejang-kejang perut) kadang-kadang disertai
darah atau lendir. Diare terjadi karena adanya rangsangan terhadap saraf otonom di
dinding usus sehingga menimbulkan reflek mempercepat peristaltik usus, rangsangan
ini dapat ditimbulkan oleh :
Penggolongan
Obat – obat yang diberikan untuk mengobati diare ini dapat berupa :
1. Kemoterapi
2. Obstipansia
3. Spasmolitik
Sebelum diberikan obat yang tepat maka pertolongan pertama pengobatan diare
akut seperti pada gastro enteritis ialah mencegah atau mengatasi pengeluaran cairan
atau elektrolit yang berlebihan (dehidrasi) terutama pada pasien bayi dan usia lanjut,
karena dehidrasi dapat mengakibatkan kematian. Gejala dehidrasi : haus, mulut dan
bibir kering, kulit menjadi keriput (kehilangan turgor), berkurangnya air kemih, berat
badan turun dan gelisah. Pencegahan dehidrasi dilakukan dengan pemberian larutan
oralit, yaitu campuran dari :
1) Kemoterapi
2) Obstipansia
Untuk terapi simptomatis dengan tujuan untuk menghentikan diare, yaitu dengan
cara :
Zat yang dapat melemaskan kejang-kejang otot perut (nyeri perut) pada
diare misalnya Atropin sulfat
Ada beberapa penyakit infeksi usus lain yang menyebabkan diare, antara lain:
Kolera
Penyakit infeksi usus disebabkan bakteri Vibrio cholarae asiatica atau
Vibrio cholerae eltor. Gejala-gejala kolera adalah diare seperti air beras,
muntah-muntah dan kejang-kejang, anuria (terhentinya pengeluaran air seni).
Pengobatannya adalah dengan pemberian oralit atau teh susu untuk
menghindari bahaya dehidrasi disusul dengan pemberian antibiotik
(tetrasiklin, kloramfenicol) sebagai terapi kausal.
Disentri basiler
Disebut juga shigellosis adalah penyakit infeksi usus yang diakibatkan
oleh beberapa jenis basil gram negatif genus shigella. Ciri-ciri penyakit :
- Kejang dan nyeri perut
- Mulas waktu buang air besar
- Diare berlendir dan berdarah
Obat-obat yang biasa dipakai antara lain :
- Golongan sulfonamida (sulfadiazin dan derivatnya serta kotrimoksazol)
- Golongan antibiotik (ampisilin, tetrasiklin)
Thypus
Disebabkan oleh salmonella typhosa yang menyerang usus penderita dengan gejala
demam tinggi secara berkala, nyeri kepala, lidah menjadi putih dan bila terjadi
perforasi usus, terjadi diare berdarah.
Pengobatan thypus :
- Chloramfenicol : merupakan obat pilihan (drug of choice) . Efek samping
mengakibatkan anemia aplastis
- Kotrimoksazol merupakan obat pilihan lainnya pada pemakaian lama (lebih dari 14
hari) dapat menimbulkan gangguan darah.
- Antibiotik lain seperti ampisilin – amoksisilin dan tetrasiklin, baru digunakan bila
terjadi resistensi terhadap chlorampenicol atau kotrimoksazol.
Efek samping yang cukup sering ditemukan pada pemakaian obat antispasmodik ialah:
Efek samping lainnya yang lebih jarang terjadi tetapi pernah dilaporkan adalah:
Pada umumnya obat tidak digunakan pada diare, ada beberapa pengecualian
dimana obat antimikroba diperlukan pada diare yag disebabkan oleh infeksi beberapa
bakteri dan protozoa. Pemberian antimikroba dapat mengurangi parah dan lamanya
diare dan mungkin mempercepat pengeluaran toksin. Kemoterapi digunakan untuk
terapi kausal, yaitu memberantas bakteri penyebab diare dengan antibiotika
(tetrasiklin, kloramfenikol, dan amoksisilin, sulfonamida, furazolidin, dan kuinolon)
Obstipansia untuk terapi simtomatis yang menghentikan diare dengan beberapa cara
yaitu:
Zat penekan peristaltik usus: Obat golongan ini bekerja memperlambat motilitas
saluran cerna dengan mempengaruhi otot sirkuler dan longitudinal usus.
Adsorbensia : Adsorben memiliki daya serap yang cukup baik. Khasiat obat ini adalah
mengikat atau menyerap toksin bakteri dan hasil-hasil metabolisme serta melapisi
permukaan mukosa usus sehingga toksin dan mikroorganisme tidak dapat merusak
serta menembus mukosa usus.
Adstrigensia: Akan menciutkan selaput lendir usus
Spasmolitik
Antimotilitas
Mekanisme
Loperamid: bekerja secara local pada ujung saraf dinding usus besar dengan
menurunkan peristaltik sehingga memperbesar ambilan cairan Opioid: Menstimulasi
aktivasi reseptor μ pada neuron mienterikus dan menyebabkan hiperpolarisasi dengan
meningkatkan konduktansi kaliumnya sehingga menghambat pelepasan asetilkolin
dari pleksus mienterikus dan menurunkan motilitas usus.
Muntah
Konstipasi
Kram abdomen
Pusing
Mengnatuk
Ileus paralitik
dan perut kembung
Interaksi Obat
Loperamid dan amiodaron dapat meningkatkan kadar loperamid di dalam darah dan
menyebabkan komplikasi yang serius.
Loperamid dan cintemidine dapat meningkatkan kadar loperamid di dalam darah dan
menyebabkan komplikasi yang serius.
Lopermaid pemberian bersama Transqulizer atau alkoho, monoamine oxydase harus
hati-hati
Loperamid dan Ritonavir akan meningkatkan kadar loperamid di dalam darah dan
menyebabkan komplikasi yang serius.
Pencahar Lubrikan
Minyak mineral akan melunakkan tinja dan memudahkan tinja keluar dari tubuh.
Tetapi bahan ini akan menurunkan penyerapan dari vitamin yang larut dalam lemak.
Jika seseorang yang dalam keadaan lemah menghirup minyak mineral secara tidak
sengaja, bisa terjadi iritasi yang serius pada jaringan paru-paru. Selain itu, minyak
mineral juga bisa merembes dari rektum.
Cara kerja: minyak mineral melapisi tinja dan usus untuk mencegah kehilangan air.
Pencahar ini juga melumasi tinja untuk membantu bergerak lebih mudah.
Pertimbangan penggunaan: minyak mineral tidak untuk digunakan secara teratur. Hal
ini dapat mengganggu penyerapan vitamin larut lemak tubuh, seperti vitamin A, D, E,
dan K. Obat pencahar pelumas biasanya hanya merupakan pilihan yang baik untuk
menghilangkan sembelit jangka pendek.
Bahan Osmotik
Bahan-bahan osmotik mendorong air dalam jumlah besar ke dalam usus besar,
sehingga tinja menjadi lunak dan mudah dilepaskan. Cairan yang berlebihan juga
meregangkan dinding usus besar dan merangsang kontraksi. Pencahar ini
mengandung garam-garam (fosfat, sulfat dan magnesium) atau gula (laktulosa dan
sorbitol). Beberapa bahan osmotik yang mengandung natrium, menyebabkan retensi
(penahanan) cairan pada penderita penyakit ginjal atau gagal jantung, terutama jika
diberikan dalam jumlah besar. Bahan osmotik yang mengandung magnesium dan
fosfat sebagian diserap ke dalam aliran darah dan berbahaya untuk penderita gagal
ginjal.Pencahar ini pada umumnya bekerja dalam 3 jam dan lebih baik digunakan
sebagai pengobatan daripada untuk pencegahan. Bahan ini juga digunakan untuk
mengosongkan usus sebelum pemeriksaan rontgen pada saluran pencernaan dan
sebelum kolonoskopi.
Cara kerja: pencahar ini mempunyai efek menahan cairan dalan usus dan mengatur
distribusi cairan dalam tinja. Jenis ini mempunyai cara kerja seperti spon sehingga
tinja mudah melewati usus.
Pertimbangan penggunaan: Obat pencahar hiperosmolar juga dapat digunakan untuk
jangka waktu yang lebih lama dengan sedikit risiko efek samping. Seperti obat
pencahar pembentuk massal, ini adalah pilihan tepat bagi penderita sembelit kronis
dan mereka membutuhkan waktu lebih lama dari obat pencahar lainnya untuk bekerja.
Sebaiknya tidak menggunakannya secara terus menerus selama lebih dari satu minggu
Pencahar Perangsang
Secara langsung merangsang dinding usus besar untuk berkontraksi dan
mengeluarkan isinya. Obat ini mengandung substansi yang dapat mengiritasi seperti
senna, kaskara, fenolftalein, bisakodil atau minyak kastor. Obat ini bekerja setelah 6-8
jam dan menghasilkan tinja setengah padat, tapi sering menyebabkan kram perut.
Dalam bentuk supositoria (obat yang dimasukkan melalui lubang dubur), akan bekerja
setelah 15-60 menit. Penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan kerusakan pada
usus besar, juga seseorang bisa menjadi tergantung pada obat ini sehingga usus
menjadi malas berkontraksi (Lazy Bowel Syndromes). Pencahar ini sering digunakan
untuk mengosongkan usus besar sebelum proses diagnostik dan untuk mencegah atau
mengobati konstipasi yang disebabkan karena obat yang memperlambat kontraksi
usus besar (misalnya narkotik).
Pertimbangan penggunaan: obat pencahar stimulan tidak boleh digunakan secara
teratur. Bila digunakan secara teratur, bisa menyebabkan dehidrasi dan
ketidakseimbangan elektrolit.
Efek Samping
Kembung.
Nyeri perut, kram.
Kelebihan gas perut.
Dehidrasi, hingga membuat pusing, sakit kepala dan urin berwarna lebih gelap.
Kunjungi dokter untuk saran yang lebih lengkap jika Anda masih mengalami
konstipasi setelah minum obat pencahar lebih dari seminggu. Jangan biasakan
langsung mengonsumsi laksatif untuk mengurangi sembelit yang terjadi.
Penggunaan jangka panjang tanpa pengawasan dokter dapat menyebabkan diare
parah, hingga obstruksi usus (saluran usus terhalang oleh kotoran) serta terjadinya
ketidak seimbangan kadar garam dan mineral dalam tubuh.
Interaksi Obat
Beberapa laksatif dapat menimbulkan interaksi dengan obat lain (DRPs).
Parafin liquid dapat mengganggu penyerapan vitamin yang larut lemak.
Laktulosa dapat berinteraksi dengan furosemid, ondansentron bahkan laksatif
yang bergolongan sama seperti PEG. Sedangkan bisakodil memiliki interaksi
dengan beberapa obat yaitu furosemid, albuterol, prednison, trazodone. Dalam
suatu penelitian terdapat kemungkinan interaksi obat antara laksatif laktulosa
dengan diuretik furosemid. Suatu pustaka menyatakan bahwa penggunaan
furosemid bersamaan dengan obat yang memiliki efek laksatif harus
dikonsultasikan dahulu dengan dokter. Mengkombinasikan obat ini, terutama
dalam waktu lama, dapat menyebabkan resiko dehidrasi dan abnormalitas
elektrolit. Pada beberapa kasus berat, dehidrasi dan abnormalitas elektrolit dapat
berujung pada tidak teraturnya ritmik jantung, seizures, dan permasalahan pada
ginjal. Perlu segera menghubungi dokter apabila paien mengalami kemungkinan
gejala seperti deplesi elektrolit dan cairan seperti pusing, mulut kering, rasa
haus, kelelahan, kramp otot, berkurangnya urin, dan detak jantung.
a. mekanisme kerja
Ada 3 jenis obat - obatan kolagoga dengan dosis pemakaian yang berbeda yaitu:
Asam kenodeoksikolat
10-15 mg/kg bb/hari sebagai dosis tunggal menjelang tidur malam dan dalam dosis
terbagi selama 3-24 bulan (bergantung pada besarnya batu). Pengobatan diteruskan paling
tidak selama 3 bulan setelah batunya melarut. Dianjurkan melakukan diet kolesterol rendah
(meningkatkan laju pelarutan batu empedu sampai 2 kali lipat).
Asam ursodeoksikolat
Pelarutan batu empedu, 8-12 mg/kg bb sehari dalam dosis tunggal menjelang tidur atau
dalam 2 dosis terbagi sampai selama 2 tahun, obat diminum bersama dengan susu atau
makanan; pengobatan dilanjutkan selama 3-4 bulan setelah batunya melarut.
Sirosis empedu primer: 10-15 mg/kg bb sehari dalam 2-4 dosis terbagi.
Asam kenat
Mekanisme kerja dari asam kenodeoksikolat, asam ursodeoksikolat, dan Asam kenat
adalah melarutkan batu empedu radiolusen yang berukuran kecil dan terutama tersusun atas
kolesterol dengan menghambat sintesis kolesterol dalam hati dan sekresinya sehingga terjadi
desaturasi getah empedu.
b. Efek Samping
1) Asam kenodeoksikolat: diare terutama pada dosis awal yang tinggi (kurangi dosis selama
beberapa hari), gatal-gatal, gangguan hati ringan dan transaminase serum naik sementara.
2) Asam urodeoksikolat: mual, muntah, diare, kalsifikasi batu empedu; pruritus, ruam kulit,
kulit kering, keringat dingin, rambut rontok, gangguan pencernaan makanan, rasa logam,
nyeri abdominal, kolesistitis, konstipasi, stomatitis, flatulen, pusing, lelah, ansietas, depresi,
gangguan tidur, atralgia, mialgia, nyeri punggung, batuk, rinitis.
c. Interaksi obat
Asam kenodeoksikolat
Selain beinteraksi dengan obat-obatan diatas, asam kenodeoksikolat juga memberikan efek
negative apabila dikombinasikan dengan obat – obatan yang mempengaruhi hati atau
beresiko hepatotoksik karena asam kenodeoksikolat merupakan obat yang memiliki
mekanisme kerja mempengaruhi organ hati.
Asam urodeoksikolat
Meskipun obat-obatan tertentu sama sekali tidak boleh digunakan bersamaan, pada kasus
lain dua obat-obatan yang berbeda dapat digunakan bersamaan meskipun interaksi dapat
terjadi. Pada kasus-kasus seperti ini, dokter mungkin akan mengganti dosis, atau pencegahan
lain yang diperlukan. Beritahu penyedia layanan kesehatan Anda apabila Anda menggunakan
obat resep atau nonresep lain.
Hepatoprotektor adalah suatu senyawa obat yang dapat memberikan perlindungan pada
hati dari kerusakan yang ditimbulkan oleh obat, senyawa kimia, dan virus. Zat-zat beracun,
baik yang berasal dari luar tubuh seperti obat maupun dari sisa metabolisme yang dihasilkan
sendiri oleh tubuh akan didetoksifikasi oleh enzim-enzim hati sehingga menjadi zat yang
tidak aktif.
Mekanisme kerja
Mekanisme kerja obat hepatoprotektor antara laindengan cara detoksikasi senyawa racun
baik yang masuk dari luar maupun yang terbentuk didalam tubuh pada proses metabolisme,
meningkatkan regenerasi sel hati yang rusak, antiradang,dan sebagai imunostimulator.
Biasanya hepatoprotektor merupakan bahan yang memiliki sifatantioksidanj sehingga dapat
mengurangi reaksi oksidasi pada kerusakan hati.
b. Efek samping
Efek samping tergantung pada kandungan – lihat lembaran informasi mengenai masing-
masing jamu, bila ada. Sering kali produsen tidak menjelaskan apakah produknya dapat
menimbulkan efek samping.
c. interaksi obat
Belum diketahui interaksi apa pun antara hepatoprotektor dan obat atau jamu lain.
Namun belum diteliti interaksi antara hepatoprotektor dengan sebagian besar obat atau jamu
lain.
2.3 Anatomi Fisiologi Sistem Organ Pencernaan
A. Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air pada
hewan. Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan bagian awal dari
sistem pencernaan lengkap yang berakhir di anus.
Mulut merupakan jalan masuk untuk sistem pencernaan. Bagian dalam dari
mulut dilapisi oleh selaput lendir. Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang
terdapat di permukaan lidah. Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari manis, asam,
asin dan pahit. Penciuman dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung dan lebih rumit,
terdiri dari berbagai macam bau.
Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh gigi
belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna.
Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut
dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga mengandung
antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri
secara langsung. Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis.
B. Tenggorokan (Faring)
1. Bagian superior
2. Bagian media
3. Bagian inferior
Bagian yang sama tinggi dengan laring. bagian inferior disebut laring gofaring
yang menghubungkan orofaring dengan laring.
C. Kerongkongan (Esofagus)
Esofagus bertemu dengan faring pada ruas ke-6 tulang belakang. Menurut
histologi. Esofagus dibagi menjadi tiga bagian:
D. Lambung
2. Fundus.
3. Antrum.
1. Lendir
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh
pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan
sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri.
Usus halus atau usus kecil adalah bagian dari saluran pencernaan yang
terletak di antara lambung dan usus besar. Dinding usus kaya akan pembuluh
darah yang mengangkut zat-zat yang diserap ke hati melalui vena porta.
Dinding usus melepaskan lendir (yang melumasi isi usus) dan air (yang
membantu melarutkan pecahan-pecahan makanan yang dicerna). Dinding usus
juga melepaskan sejumlah kecil enzim yang mencerna protein, gula dan
lemak. Lapisan usus halus ; lapisan mukosa ( sebelah dalam ), lapisan otot
melingkar ( M sirkuler ), lapisan otot memanjang ( M Longitidinal ) dan
lapisan serosa ( Sebelah Luar ). Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus
dua belas jari (duodenum), usus kosong (jejunum), dan usus penyerapan
(ileum).
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang
terletak setelah lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum).
Bagian usus dua belas jari merupakan bagian terpendek dari usus halus,
dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di ligamentum Treitz.
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus.
Pada sistem pencernaan manusia, ) ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan
terletak setelah duodenum dan jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu.
Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit basa) dan berfungsi
menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu.
Usus besar atau kolon dalam anatomi adalah bagian usus antara usus
buntu dan rektum. Fungsi utama organ ini adalah menyerap air dari feses.
2. Kolon transversum
Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, “buta”) dalam istilah
anatomi adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta
bagian kolon menanjak dari usus besar. Organ ini ditemukan pada mamalia,
burung, dan beberapa jenis reptil. Sebagian besar herbivora memiliki sekum
yang besar, sedangkan karnivora eksklusif memiliki sekum yang kecil, yang
sebagian atau seluruhnya digantikan oleh umbai cacing.
H. Umbai Cacing (Appendix)
Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu.
Infeksi pada organ ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing.
Apendisitis yang parah dapat menyebabkan apendiks pecah dan membentuk
nanah di dalam rongga abdomen atau peritonitis (infeksi rongga abdomen).
Banyak orang percaya umbai cacing tidak berguna dan organ vestigial
(sisihan), sebagian yang lain percaya bahwa apendiks mempunyai fungsi
dalam sistem limfatik. Operasi membuang umbai cacing dikenal sebagai
appendektomi.
Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini,
tetapi bayi dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam
pengendalian otot yang penting untuk menunda BAB. Anus merupakan lubang
di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh. Sebagian
anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari usus.
Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari
tubuh melalui proses defekasi (buang air besar – BAB), yang merupakan
fungsi utama anus.
J. Pankreas
K. Hati
Zat-zat gizi dari makanan diserap ke dalam dinding usus yang kaya
akan pembuluh darah yang kecil-kecil (kapiler). Kapiler ini mengalirkan darah
ke dalam vena yang bergabung dengan vena yang lebih besar dan pada
akhirnya masuk ke dalam hati sebagai vena porta. Vena porta terbagi menjadi
pembuluh-pembuluh kecil di dalam hati, dimana darah yang masuk diolah.
Hati melakukan proses tersebut dengan kecepatan tinggi, setelah darah
diperkaya dengan zat-zat gizi, darah dialirkan ke dalam sirkulasi umum.
L. Kandung Empedu
Ada beberapa penyakit yang akan mengancam sistem pencernaan manusia. Untuk menambah
pengetahuan, di bawah ini kami uraikan apa saja penyakit yang dapat menyerang sistem
pencernaan.
1. Diare
Diare merupakan salah satu gangguan sistem pencernaan yang banyak dialami. Dimana
gangguan pencernaan ini akan membuat perut terasa mulas dan feses penderita menjadi
encer. Gangguan ini terjadi karena selaput dinding usus besar si penderita mengalami iritasi.
Ada beberapa hal yang menyebabkan seseorang menderita diare, dimana salah satunya yaitu
karena penderita mengkonsumsi makanan yang tidak higenis atau mengandung kuman,
sehingga dengan begitu gerakan peristaltik usus menjadi tidak terkendali serta di dalam usus
besar tidak terjadi penyerapan air. Jika fases penderita bercampur dengan nanah atau darah,
maka gejala tersebut menunjukan bahwa si penderita mengalami desentri yang mana
gangguan itu disebabkan karena adanya infeksi bakteri Shigella pada dinding usus besar
orang yang menderitanya.
2. Gastritis
Ketika gastritis terjadi, ada penderita yang merasakan gejalanya dan ada juga yang tidak.
Beberapa gejala gastritis di antaranya:
0) Penyebab Gastritis
Sejumlah hal akan dilakukan oleh dokter dalam mendiagnosis gastritis, mulai dari
menanyakan gejala, meninjau riwayat kesehatan pribadi dan keluarga, melakukan
pemeriksaan fisik, hingga melakukan pemeriksaan lanjutan. Beberapa contoh pemeriksaan
lanjutan tersebut di antaranya adalah:
Endoskopi guna melihat adanya tanda-tanda peradangan di dalam lambung. Pemeriksaan ini
terkadang dikombinasikan dengan biopsi (pengambilan sampel jaringan pada daerah yang
dicurigai mengalami radang untuk selanjutnya diteliti di laboratorium). Metode biopsi juga
bisa diterapkan oleh dokter untuk melihat keberadaan bakteri H. pylori.
Pemeriksaan X-ray dan cairan barium guna melihat adanya tukak di dalam lambung.
Pemeriksaan tinja untuk melihat adanya pendarahan dan infeksi di dalam lambung.
Pemeriksaan kadar sel darah untuk melihat apakah pasien menderita anemia.
3. Maag
Maag merupakan penyakit yang sudah tidak aneh lagi untuk kita semua, karena penyakit
yang satu ini biasanya dialami oleh banyak orang. Maag merupakan penyakit atau gangguan
sistem pencernaan yang ditandai dengan adanya rasa perih pada dinding lambung, selain itu
maag juga disertai dengan adanya rasa mual dan perut menjadi kembung. Gangguan ini
terjadi karena tingginya kadar asam lambung. Penyebab utama gangguan ini yaitu karena
pola makan penderita tidak baik atau tidak teratur, stres dan lain sebagainya. Helicobakter
pylori, merupakan bakteri penyebab terjadinya maag pada manusia.
Sembelit merupakan salah satu gangguan pada sistem pencernaan dimana si penderita akan
mengeluarkan fases yang keras. Gangguan ini terjadi disebabkan karena usus besar menyerap
air terlalu banyak. Sembelit disebabkan karena kurang mengkonsumsi makanan berserat
seperti misalkan buah dan sayur atau kebiasaan buruk yang selalu menunda buang air besar.
Hemaroid atau yang lebih dikenal dengan wasir yaitu pembengkakan berisi pembuluh darah
yang membesar. Pembuluh darah yang terkena gangguan ini yaitu berada di sekitar atau di
dalam bokong, entah itu di dalam anus atau di dalam rektum. Biasanya kebanyakan hemaroid
yaitu penyakit ringan serta tidak menimbulkan adanya gejala. Jika saja seseorang terdapat
gajala wasir, maka hal yang sering terjadi seperti misalkan:
Adanya pendarahan setelah buang air besar, dimana dengan warna darah merah
terang.
Adanya benjolan yang tergantung di luar anus. Biasanya benjolan ini harus didorong
kembali ke dalam anus setelah melakukan buang air besar.
Adanya rasa gatal di sekitaran anus.
Hemaroid atau wasir biasanya sering dialami oleh mereka yang terlalu lama duduk
atau wanita yang tengah hamil.
6. Apendisitis
Apendisitis merupakan gangguan sistem pencernaan yang mana umbai cacing atau usus
buntu mengalami peradangan. Apendisitis ini biasanya terjadi ketika ada sisa-sisa makanan
yang terjebak serta tidak bisa keluar di umbai cacing. Sehingga lama kelamaan umbai cacing
tersebut akan menjadi busuk serta akan menimbulkan peradangan yang menjalar ke usus
buntu. Jika umbai cacing tidak segera dibuang, maka lama kelamaan akan pecah. Dimana
peradangan usus buntu ini biasanya ditandai dengan terdapatnya nanah. Bila gangguan atau
penyakit ini tidak terawat, maka akan menyebabkan angka kematian yang cukup tinggi.
7. Tukak lambung
Tukak lambung merupakan keadaan dimana dinding lambung terluka. Gangguan ini
disebabkan karena terkikisnya lapisan dinding lambung itu sendiri. Luka yang muncul ini
juga bisa saja muncul pada dinding duodenum atau usus kecil serta esofagus atau
kerongkongan.
Penyakit yang satu ini dapat menyerang siapa saja tanpa mengenal usia. Namun meskipun
begitu, orang di atas usia 60 tahun memiliki resiko yang lebih tinggi mengalmi penyakit ini.
Gejala yang biasanya muncul yaitu, penderita akan merasa nyeri atau perih pada bagian
perut. Rasa nyeri yang muncul akan menyebar ke leher, terasa semakin perih saat perut
kosong, muncul ketika malam hari, akan hilang dan kambuh lagi pada minggu kemudian.
Gangguan atau penyakit yang satu ini menyerang usus buntu. Dimana keadaan ini terjadi
karena usus buntu terinfeksi oleh bakteri. Radang usus buntu terjadi karena lubang antara
usus buntu dan usus besar tersumbat oleh lendir atau biji cabai.
9. Sariawan
Seperti yang kita ketahui, sariawan merupakan gangguan sistem pencernaan yang biasanya
muncul di sekitar mulut. Ketika kita mengalami gangguan ini maka ketika makan akan
merasakan perih. Sariawan terjadi karena panas dalam pada rongga lidah atau rongga mulut.
Dimana penyebab yang paling mendasar dari penyakit ini yaitu kurangnya vitamin C.
10. Kolik
Kolik merupakan suatu rasa nyeri yang muncul pada perut, dimana rasa nyeri ini akan hilang
dan timbul. Rasa nyeri yang timbul biasanya disebabkan karena saluran di dalam rongga
perut tersumbat, seperti misalkan usus, saluran kencing, empedu da
Organ lain yang terlibat dalam sistem ini antara lain kelenjar ludah, hati,
empedu dan pancreas. Semua bekerja sama untuk mencerna makanan,
menghancurkan , menyerap komponen yang penting atau nutrisi dari makanan dan
membuang sisanya dalam bentuk feses (tinja).
Proses pencernaan merupakan suatu proses yang melibatkan organ-organ
pencernaan dan kelenjar-kelenjar pencernaan. Antaraproses dan organ-organ serta
kelenjarnya merupakan kesatuan sistem pencernaan. Sistem pencernaan berfungsi
memecah bahan- bahan makanan menjadi sari-sari makanan yang siap diserap dalam
tubuh.
Proses mekanis, yaitu pengunyahan oleh gigi dengan dibantu lidah serta peremasan
yang terjadi di lambung.
Proses kimiawi, yaitu pelarutan dan pemecahan makanan oleh enzim-enzim pencernaan
dengan mengubah makanan yang bermolekul besar menjadi molekul yang berukuran kecil.
Makanan mengalami proses pencernaan sejak makanan berada di dalam mulut hingga proses
pengeluaran sisa-sisa makanan hasil pencernaan. Adapun proses pencernaan makanan
meliputi hal-hal berikut :
Digesti: pengubahan makanan menjadi molekul yang lebih sederhana dengan bantuan enzim,
terdapat di lambung.
Defekasi: pengeluaran sisa makanan yang sudah tidak berguna untuk tubuh melalui anus.
Mulut
Makanan pertama kali masuk ke dalam tubuh melalui mulut. Makanan ini mulai
dicerna secara mekanis dan kimiawi., terdapat beberapa alat yang berperan dalam
proses pencernaan didalam mulut yaitu gigi, lidah, dan kelenjar ludah (glandula
salivales).
Gigi
Pada manusia, gigi berfungsi sebagai alat pencernaan mekanis. Di sini, gigi
membantu memecah makanan menjadi potongan-potongan yang lebih kecil. Hal
ini akan membantu enzim-enzim pencernaan agar dapat mencerna makanan lebih
efisien dan cepat. Selama pertumbuhan dan perkembangan, gigi manusia
mengalami perubahan, mulai dari gigi susu dan gigi tetap (permanen). Gigi
pertama pada bayi dimulai saat usia 6 bulan. Gigi pertama ini disebut gigi
susu(dens lakteus). Pada anak berusia 6 tahun, gigi berjumlah 20, dengan susunan
sebagai berikut :
- Akar gigi (radix) merupakan bagian gigi yang tertanam di dalam rahang.
Email (glazur atau enamel) merupakan bagian terluar gigi. Email merupakan struktur terkeras
dari tubuh, mengandung 97% kalsium dan 3% bahan organik.
Tulang gigi (dentin), berada di sebelah dalam email, tersusun atas zat dentin.
Sumsum gigi (pulpa), merupakan bagian yang paling dalam. Di pulpa terdapat kapiler, arteri,
vena, dan saraf.
Lidah
Kelenjar ludah
Terdapat tiga pasang kelenjar ludah di dalam rongga mulut, yaitu glandula parotis,
glandula submaksilaris, dan glandula sublingualis atau glandula submandibularis.
Amati gambar 6.4 agar Anda mengenali letak ketiga kelenjar ludah tersebut. Air
ludah berperan penting dalam proses perubahan zat makanan secara kimiawi yang
terjadi di dalam mulut. Setelah makanan dilumatkan secara mekanis oleh gigi, air
ludah berperan secara kimiawi dalam proses membasahi dan membuat makanan
menjadi lembek agar mudah ditelan. Ludah terdiri atas air (99%) dan enzim
amilase. Enzim ini menguraikan pati dalam makanan menjadi gula sederhana
(glukosa dan maltosa). Makanan yang telah dilumatkan dengan dikunyah dan
dilunakkan di dalam mulut oleh air liur disebut bolus. Bolus ini diteruskan ke
sistem pencernaan selanjutnya.
Kerongkongan (Esofagus)
Lambung
Bagian atas disebut kardiak, merupakan bagian yang berbatasan dengan esofagus.
Bagian tengah disebut fundus, merupakan bagian badan atau tengah lambung.
Mengaktifkan beberapa enzim yang terdapat dalam getah lambung, misalnya pepsinogen
diubah menjadi pepsin. Enzim ini aktif memecah protein dalam bolus menjadi proteosa dan
pepton yang mempunyai ukuran molekul lebih kecil.
Mengasamkan lambung (pH turun 1–3), sehingga dapat membunuh kuman yang ikut masuk
ke lambung bersama bolus.
Mengatur membuka dan menutupnya katup antara lambung dan usus dua belas jari.
Kimus yang berasal dari lambung mengandung molekul- molekul pati yang telah
dicernakan di mulut dan lambung, molekul-molekul protein yang telah dicernakan di
lambung, molekul-molekul lemak yang belum dicernakan serta zat-zat lain. Selama di
usus halus, semua molekul pati dicernakan lebih sempurna menjadi molekul-molekul
glukosa. Sementara itu molekul-molekul protein dicerna menjadi molekul-molekul
asam amino, dan semua molekul lemak dicerna menjadi molekulgliserol dan asam
lemak. Pencernaan makanan yang terjadi di usus halus lebih banyak bersifat kimiawi.
Berbagai macam enzim diperlukan untuk membantu proses pencernaan kimiawi ini.
Hati, pankreas, dan kelenjar-kelenjar yang terdapat di dalam dinding usus halus
mampu menghasilkan getah pencernaan. Getah ini bercampur dengan kimus di dalam
usus halus. Getahpencernaan yang berperan di usus halus ini berupa cairan empedu,
getah pankreas, dan getah usus.
Cairan Empedu
Cairan empedu berwarna kuning kehijauan, 86% berupa air, dan tidak
mengandung enzim. Akan tetapi, mengandung mucin dan garam empedu yang
berperan dalam pencernaan makanan. Cairan empedu tersusun atas bahan-bahan
berikut :
2) Mucin, berguna untuk membasahi dan melicinkan duodenum agar tidak terjadi
iritasi pada dinding usus.
Cairan ini dihasilkan oleh hati. Hati merupakan kelenjar pencernaan terbesar
dalam tubuh yang beratnya ± 2 kg. Dalam sistem pencernaan, hati berfungsi
sebagai pembentuk empedu, tempat penimbunan zat-zat makanan dari darah dan
penyerapan unsur besi dari darah yang telah rusak. Selain itu, hati juga berfungsi
membentuk darah pada janin atau pada keadaan darurat, pembentukan fibrinogen
dan heparin untuk disalurkan ke peredaran darah serta pengaturan suhu tubuh.
Empedu mengalir dari hati melalui saluran empedu dan masuk ke usus halus.
Dalam proses pencernaan ini, empedu berperan dalam proses pencernaan lemak,
yaitu sebelum lemak dicernakan, lemak harus bereaksi dengan empedu terlebih
dahulu. Selain itu, cairan empedu berfungsi menetralkan asam klorida dalam
kimus, menghentikan aktivitas pepsin pada protein, dan merangsang gerak
peristaltik usus.
Getah Pankreas
Getah Usus
Pada dinding usus halus banyak terdapat kelenjar yang mampu menghasilkan
getah usus. Getah usus mengandung enzim-enzim seperti berikut :
Melalui pembuluh kil, emulsi lemak menuju vena sedangkan garam empedu
masuk ke dalam darah menuju hati dan dibentuk lagi menjadi empedu. Bahan-
bahan yang tidak dapat diserap di usus halus akan didorong menuju usus besar
(kolon).
Usus besar
Usus besar atau kolon memiliki panjang ± 1 meter dan terdiri atas kolon
ascendens, kolon transversum, dan kolon descendens. Di antara intestinum tenue
(usus halus) dan intestinum crassum (usus besar) terdapat sekum (usus buntu). Pada
ujung sekum terdapat tonjolan kecil yang disebut appendiks (umbai cacing) yang
berisi massa sel darah putih yang berperan dalam imunitas. Zat-zat sisa di dalam usus
besar ini didorong kebagian belakang dengan gerakan peristaltik. Zat-zat sisa ini
masih mengandung banyak air dan garam mineral yang diperlukan oleh tubuh. Air
dan garam mineral kemudian diabsorpsi kembali oleh dinding kolon, yaitu kolon
ascendens. Zat-zat sisa berada dalam usus besar selama 1 sampai 4 hari. Pada saat itu
terjadi proses pembusukan terhadap zat-zat sisa dengan dibantu bakteri Escherichia
coli, yang mampu membentuk vitamin K dan B12. Selanjutnya dengan gerakan
peristaltik, zat-zat sisa ini terdorong sedikit demi sedikit ke saluran akhir dari
pencernaan yaitu rektum dan akhirnya keluar dengan proses defekasi melewati anus.
Defekasi diawali dengan terjadinya penggelembungan bagian rektum akibat suatu
rangsang yang disebut refleks gastrokolik. Kemudian akibat adanya aktivitas
kontraksi rektum dan otot sfinkter yang berhubungan mengakibatkan terjadinya
defekasi. Di dalam usus besar ini semua proses pencernaan telah selesai dengan
sempurna.
Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan ini, tetapi bayi dan anak yang
lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang penting untuk menunda
BAB. Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari
tubuh. Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lannya dari usus.
Pembukaan dan penutupan anus diatur oleh otot sphinkter. Feses dibuang dari tubuh melalui
proses defekasi (buang air besar – BAB), yang merupakan fungsi utama anus.
Pada saat makanan tiba dibagian akhir usus halus, molekul-molekul nutrisi
yang besar sudah dihancurkan menjadi molekul yang kecil dan dapat diserap oleh
darah melalui dinding usus. Darah mengangkut nutrisi ke organ hati kemudian ke sel-
sel tubuh makanan/ nutrisi yang tidak terserap masuk ke dalam usus besar dimana
sebagian besar air diserap kembali oleh tubuh sebelum sisanya terbuang melalui anus
sebagai feses atau tinja.
Usus buntu adalah struktur berbentuk cacing yang menjuntasi dari usus besar
dan sampai saat ini belum diketahui fungsinya. Bila terjadi peradangan/
pembengkakan pada usus buntu ini didiagnosa sebagai appendicitis (radang umbai
cacing atau usus buntu). Gangguan ini sering terjadi pada orang dewasa dan menjadi
penyebab utama keluhan nyeri perut akut. Operasi pengangkatan usus buntu
merupakan operasi darurat.
Mulut
Merupakan tempat dimulainya pencernaan makanan. Di mulut
berlangsung dua jenis pencernaan, yaitu:
Gigi
Berfungsi untuk memotong dan mengoyak makanan yang masuk ke
mulut (sebagai alat pencernaan mekanik). Tujuan makanan dipotong dan
dikoyak menjadi lebih kecil agar mudah untuk dicerna oleh lambung.
Perkembangan gigi dimulai saat anak berusia sekitar enam bulan. Gigi
yang pertama kali tumbuh disebut gigi susu. Selanjutnya, pada usia 6-14
tahun gigi susu akan diganti menjadi gigi sulung, selanjutnya akan
berkembang menjadi gigi tetap.
Gigi susu terdiri dari 4 gigi geraham belakang, 2 gigi taring dan 4 gigi seri
pada rahang atas. Pada rahang bawah terdiri dari 4 gigi geraham belakang,
2 gigi seri dan 4 gigi seri. Gigi tetap memiliki rumusan 6 gigi geraham
belakang, 4 geraham depan, 2 gigi taring, dan 4 gigi seri pada masing-
masing rahang, baik rahang atas maupun rahang bawah.
Lambung
Setelah makanan dikunyah di dalam mulut selanjutnya dibawa ke
lambung melalui kerongkongan. Makanan dapat turun ke lambung atas
bantuan kontraksi otot-otot kerongkongan tersebut. Selama di lambung,
makanan akan diproses secara kimiawi menggunakan enzim-enzim
pencernaan, diantaranya:
1) Renin, zat renin ini hanya dimiliki oleh bayi yang fungsinya untuk
mengendapkan protein susu dari air susu ibu (ASI).
2) Pepsin, zat yang satu ini fungsinya untuk memecah protein menjadi
pepton.
3) Asam Klorida (HCI), fungsinya untuk mengaktifkan pepsinogen
menjadi pepsin.
4) Lipase, zat lipase fungsinya untuk memecah lemak menjadi asam
lemak dan gliserol.
Usus 12 Jari
Makanan diproses dalam lambung sekitar 3-4 jam, setelah itu
dibawa menuju usus 12 jari dan akan dicerna dengan bantuan enzim-
enzim dari pankreas. Disamping itu juga terdapat empedu yang
dihasilkan oleh hati fungsinya untuk mengemulsikan lemak kemudian
dialirkan ke usus 12 jari.
Usus Halus
Setelah itu makanan dibawa ke usus halus untuk diserap
kandungannya, seperti lemak diserap dalam bentuk asam lemak dan
gliserol, Karbohidrat diserap dalam bentuk glukosa, dan protein
diserap dalam bentuk asam amino. Sedangkan vitamin dan mineral
dapat langsung diserap oleh usus halus tanpa dicerna.
Usus Besar
Kemudian makanan yang tidak dicerna usus halus akan menuju
usus besar dan menjadi fases. Air yang masih ada dalam usus besar
akan diserap kembali ke usus besar.
Anus
Sisa makanan yang tidak diserap akan dibuang melalui anus.
Anti Hiperasiditas
Obat dengan kandungan aluminium atau magnesium bekerja secara kimiawi
mengikat kelebihan HCl dalam lambung. Sediaan yang mengandung
magnesium menyebabkan diare karena bersifat pencahar, sedangkan sedangkan
sediaan yang mengandung aluminium dapat menyebabkan sembelit maka biasanya
kedua senyawa ini dikombinasikan. Persenyawaan molekul antara Mg dan Al disebut
hidrotalsit.
a. Antasida
Aluminium Hidroksida
Al Oksida
Magnesium Karbonat
Mg Trisilikat
Mg Oksida
Mg Hidroklorida
Natrium Karbonat
Bismuth Subnitrat
Bismuth Subsitrat
Kalsium Karbonat
Simetidin
Famotidin
Nizatidin
Bekerja dengan cara mngurangi sekresi asam lambung sebagai akibat hambatan
reseptor H2.
Lansoprazol
Pantoprazol
Fentonium
Ekstrak Belladon
e. AnalogProstaglandin
Misoprostol Anti sekresi dan proteksi
f. Pelindung mukosa
Sukralfat
Domperidon
h. Zat pembantu
(Dimetilpolisiloksan) Memperkecil gelembung gas yang timbul
sehingga mudah di serap dan dapat mencegah masuk angin, kembung dan
kentut
i. Penenang
Diazepam
Klordiazepoksida
j. Digestiva
Digestiva adalah obat yang digunakan untuk membantu proses pencernaan
lambung-usus terutama pada keadaan difensiensi zat pembantu pencernaan.
Natrium fosfat
Agar-agar
gliserin (supositoria)
p. Anti Spasmodika
Anti Spasmodika adalah at yang digunakan untuk mengurangi atau melawan
kejang - kejang otot.
Atropin Sulfat
Alkaloida belladona
Hiosin Butil Bromida
Papaverin HCl
Mebeverin HCl
Propantelin Bromida
Pramiverin HCl
Cisaprid
Mengurangi atau melawan kejang otot
q. Kolagoga
Kolagoga adalah obat yang digunakan untuk peluruh batu empedu.
Asam Kenodeoksikolat
Asam Ursodeoksikolat
Asam Kenat
Membantu melarurkan batu empedu
r. Protektor Hati
Protektor htai adalah obat yang digunakan sebagai vitamin tambahan untuk
meringankan, mengurangi bahkan melindungi gangguan funsi hati. Obat
protektor Hati adalah :
1. Antasida
1) Antasida
Aluminium Hidroksida (Al(OH)3)
Ø Indikasi
Ø Kontra-indikasi
Ø Dosis
Dewasa: 1-2 tablet dikunyah, 4 kali sehari dan sebelum tidur atau 5-10 ml suspensi 4
kali sehari diantara waktu makan dan sebelum tidur.
Ø Efek samping
Konstipasi, mual, muntah, deplesi posfat, penggunaan dalam dosis besar dapat
menyebabkan penyumbatan usus, hipofosfatemia, hipercalciuria, peningkatan resiko
osteomalasia, demensia, anemia mikrositik pada penderita gagal ginjal.
2) Magnesium Hidroksida
Ø Indikasi
Ulkus peptikum, hiperasiditas gastrointestinal, gastritis
Ø Kontra-indikasi
Ø Dosis
Ø Efek samping
Diare, hipermagnesenia sehingga mengurangi reflek tendon dan depresi nafas, mual,
muntah, kemerahan pada kulit, haus, hipotensi, mengantuk, lemah otot, nadi melemah
dan henti jantung (pada kelainan ginjal yang berat).
3) Magnesium Trisiklat
Ø Indikasi
Ø Kontra-indikasi
Ø Dosis
4) Kalsium Karbonat
Ø Indikasi
Ø Kontra-indikasi
Glukoma sudut tertutup, obstruksi saluran kemih atau GI, ileus paralitik, penyakit
jantung berat, Hipersensitif terhadap salah satu bahan tablet, Hiperkalsemia,
Hiperkalsiuria berat, gagal ginjal berat.
Ø Efek samping
Pada dosis lazim tidak terjadi efek samping yang berarti. Dapat terjadi konstipasi,
kembung (flatulen) karena pelepasan karbon dioksida (CO2), dosis tinggi atau
pemakaian jangka waktu panjang menyebabkan hipersekresi asam lambung dan acid
rebound, muntah dan nyeri abdomen (perut), hiperkalsemia (pada gangguan ginjal
atau setelah pemberian dosis tinggi), alkalosis (karena anion karbonat), kadang-
kadang terjadi kalsifikasi jaringan dan milk-alkali syndrome (hiperkalsemia, alkalosis
metabolik, gagal ginjal). Hiperkalsemia dapat menimbulkan mual, muntah, anoreksia,
kelemahan (weakness), sakit kepala, pusing dan perubahan status mental
1) Ranitidin
Ø Indikasi : menghambat sekresi asam lambungnya lebih kuat dari
Cimetidin
2) Famatidin
Ø Indikasi : Tukak usus duodenun
tukak lambung
Ø Kontra indikasi
Ø Efek samping
dialami oleh lebih dari 1 % yang memakai obat adalah sakit kepala, diare,
sakit perut, mual, pusing, masalah kebangkitan dan kurang tidur, meskipun
dalam uji klinis efek ini dengan omeprazol sebanding dengan yang
ditemukan dengan placebo
Lansoprazol
Ø Indikasi
pengobatan ulkus lambung dan duodenum ,
Ø Kontraindikasi
Ø Efek samping
Esomeprazol
Ø Indikasi
Ø Kontraindikasi
Ø Efek samping
sakit kepala, diare, mual, penurunan nafsu makan, konstipasi, mulut kering,
dan sakit perut
pantoprazol
Ø Indikasi
Ø Kontraindikasi
Ø Efek samping
a) Pirenzepin
b) Fentonium
c) Ekstrak belladon
5) Analog Prostaglandin
a) Misoprostol
6) Pelindung mukosa
7) Penguat motilitas
a) Metoklorpramid
b) Domperidon
8) Zat pembantu
a) Dimetikon (Dimetilpolisiloksan)
9) Penenang
a) Diazepam
b) Klordiazepoksida
Obat pencernaan jenis regular GIT, antiflatulen (obat kembung) dan anti
inflamasi (digestiva)
· Atropin Sulfat
· Alkaloida belladona
· Mebeverin HCl
· Propantelin Bromida
· Pramiverin HCl
Indikasi
untuk mengatasi kejang pada saluran cerna yang mungkin disebabkan diare,
gastritis, tukak peptik dan sebagainya
d) Laksativa
Obat Laksativa :
1) Bisakodil
2) Dankron
3) Rhei
4) Sennae
5) Aloe
2) Natrium fosfat
3) Agar-agar
5) Tylose
c.pelicin/pelunak tinja
1) Paraffin cair
2) gliserin (supositoria)
· indikasi
· efek samping
rasa tidak enak pada perut termasuk kram, sakit perut, dan diare. termasuk
kasus-kasus angiooedema dan reaksi anafilaktoid juga dilaporkan terjadi
sehubungan dengan pemberian DULCOLAX.
Adapun secara garis besar sediaan digestan yang bermanfaat adalah sebagai
berikut :
1. Enzim pankreas
2. Pepsin
3. Empedu
Dalam jumlah besar, garam empedu dapat menetralkan asam lambung yang
masuk ke duodenum.
Pada keadaan normal hati mensekresi ± 24 g garam empedu atau 700 - 1000
ml cairan empedu/hari.
i. Kolagoga
Kolagoga adalah obat yang digunakan untuk peluruh batu empedu.
· Asam Kenodeoksikolat
· Asam Ursodeoksikolat
· Asam Kenat
ii.Protektor Hati
Protektor hati adalah obat yang digunakan sebagai vitamin tambahan untuk
meringankan, mengurangi bahkan melindungi gangguan funsi hati
b. Curcuma Xanthorrizae
c. Sylimarin
d. Mekonin
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sistem pencernaan (bahasa Inggris: digestive system) adalah sistem organ dalam
hewan multisel yang menerima makanan, mencernanya menjadi energi dan nutrien, serta
mengeluarkan sisa proses tersebut melalui dubur.
Obat - obat yang digunakan pada sistem pencernaan adalah antasida, digestiva,
anti diare, pencahar / laxativa, anti spasmodika, kolagoga, protektor hati. Contoh obat
dari golongan tersebut adalah antasida (Anti Hiperaciditas), digestiva (pepsin), antidiare
(kemoterapi, spasmolitik).
pertanyaan : Farha lestari
Sebelumnya minta maaf barusan itu kesalahan bicara ,bukan kerongkongan dulu tapi mulut
yang pertama proses pencernaan.
Pertanyaan : Fitrinalis
Terapi menggunakan antagonis reseptor histamin H2 merupakan terapi yang digunakan untuk
mengurangi sekresi asam lambung berlebih. Mekanisme aksi obat golongan antagonis reseptor
histamin H2 yaitu dengan cara mem-blok kerja dari histamin atau berkompetisi dengan histamin
untuk berikatan dengan reseptor H2 pada sel parietal sehingga mengurangi sekresi asam lambung
(Katzung, B.G, 2002).
Ada 4 antagonis reseptor histamin H2 yang sering digunakan dalam pengobatan peptic ulcer disease
yaitu cimetidine, ranitidine, famotidine, dan nizatidine. Keempat obat tersebut dapat secara cepat di
absorbsi di usus halus. Cimetidine, ranitidine dan famotidine akan mengalami first-pass hepatic
metabolism yang akan mengakibatkan bioavailabilitasnya menjadi sekitar 50%. Sedangkan nizatidine
hanya sedikit mengalami first-pass hepatic metabolism sehingga bioavalabilitasnya mendekati 100%.
Waktu paruh (half life) dari keempat obat tersebut adalah 1 hingga 4 jam dan durasinya tergantung
dari besarnya dosis yang diberikan. Obat golongan antagonis reseptor histamin H2 akan dibersihkan
dari tubuh melalui kombinasi metabolisme di hati, flitrasi glomerolus dan sekresi tubulus renal.
(Katzung, B.G, 2002).
No 3. Jika kita makan contohnya seperti biji salak apakah bisa busukdi dalam pencernaan ?
Jika tertelan biji salak maka bisa dikeluarkan dengan memuntahkannya,dan tidak dicerna
oleh tubuh.jika ingin dikeluarkan dengan buang air besar maka bentuknya tetap biji salak.
Pertanyaan : Annisa tresna asih
Kentut keluar melalui lubang dubur karena kepadatannya lebih ringan. Gerak peristaltik
usus mendorong isinya ke arah bawah. Tekanan di sekitar anus lebih rendah. Gerak
peristaltik usus menjadikan ruang menjadi bertekanan, sehingga memaksa isi usus,
termasuk gasnya untuk bergerak ke kawasan yang bertekanan lebih rendah, yaitu sekitar
anus. Dalam perjalanan ke arah anus, gelembung-gelembung kecil bergabung jadi
gelembung besar. Kalau tidak ada gerak peristaltik, gelembung gas akan menerobos ke atas
lagi, tetapi tidak terlalu jauh, karena bentuk usus yang rumit & berbelit-belit. Itulah kenapa
gas kentut tidak melakukan perjalanan ke tubuh bagian atas.
Di jawab : Mediana
Irianto,kus.2005. “Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia Untuk Paramedis”. Yrama Widya
Syafuddin. 2009. Anatomi Tubuh Manusia Edisi 2. Salemba Medika Press : Jakarta
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Swt. karena berkat rahmat, karunia,
serta taufik dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang
berjudul “Sistem Endokrin”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu tugas untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah Farmakologi Sistem Organ.
Penulisan makalah ini bertujuan dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan
kita mengenai sistem endokrin.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan
jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis berharap adanya kritik, saran dan usulan
demi perbaikan makalah yang telah penulis buat di masa yang akan datang, mengingat tidak
ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi penulis sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya penulis mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata
yang kurang berkenan.
Penulis ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini. Penulis berharap semoga Allah Swt. memberikan imbalan dan
dapat menjadikan semua bantuan ini sebagai ibadah, Aamiin Yaa Robbal ‘Alamiin.
Penulis
DAFTAR ISI
1.1.Latar Belakang
Kelenjar tanpa saluran atau kelenjar buntu digolongkan bersama dibawah nama organ
endokrin, sebab sekresi yang dibuat tidak meninggalkan kelenjar melalui satu saluran, tetapi
langsung masuk ke dalam darah yang beredar di dalam kelenjar. Kata “endokrin” berasal dari
bahasa Yunani yang berarti “sekresi ke dalam”; zat aktif utama dari sekresi internal ini
disebut hormon, dari kata Yunani yang berarti “merangsang”.
Beberapa dari organ endokrin menghasilkan satu hormon tunggal,sedangkan yang lain
lagi dua atau beberapa jenis hormon: misalnya kelenjar hipofisis menghasilkan beberapa jenis
hormon yang mengendalikan kegiatan banyak organ lain, karena itulah maka kelenjar
hipofisis dilukiskan sebagai ”kelenjar pemimpin tubuh”.
Sistem endokrin adalah sistem kontrol kelenjar tanpa saluran (ductless) yang
menghasilkan hormon yang tersirkulasi di tubuh melalui aliran darah untukmempengaruhi
organ-organ lain. Sistem endokrin disusun oleh kelenjar-kelenjarendokrin. Kelenjar endokrin
mensekresikan senyawa kimia yang disebuthormon. Hormon merupakan senyawa protein
atau senyawa steroid yang mengatur kerja proses fisiologis tubuh.Kelenjar endokrin dalam
tubuh terdiri dari kelenjar hipofisis, kelenjar adrenal,kelenjar tiroid, kelenjar paratiroid,
kelenjar pineal. Kelenjar tersebut memiliki struktur yang berbeda satu sama lain. Selain
struktur, yang membedakan setiap kelenjar adalah sekresi yang dihasilkan dan fungsinya.
1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimana anatomi fisiologi sistem organ endokrin?
2. Bagaimana mekanisme kerja sistem endokrin?
3. Apa saja golongan-golongan obat endokrin dan bagaimana mekanisme, efek samping,
dan interaksinya?
4. Apa saja contoh masing-masing golongan obat tersebut beserta dosisnya?
1.3.Tujuan
1. Untuk mengetahui anatomi fisiologi sistem orgam endokrin.
2. Untuk mengetahui mekanisme kerja sistem endokrin.
3. Untuk mengetahui golongan - golongan obat endokrin beserta mekanisme, efek
samping, dan interaksinya.
4. Untuk mengetahui contoh masing-masing golongan obat tersebut beserta dosisnya.
BAB II
PEMBAHASAN
c. Hipotiroidisme
a. Nama obat Tyrax
f. kontra indikasi -
g. pendokumentasian 1x100mcg
h. Mekanisme Levothyroxine
Levothyroxine meningkatkan kondisi pasien dengan melakukan fungsi
Mengganti hormon tiroid yang biasanya diproduksi oleh tubuh. Mekanisme aksi :
Hormon-hormon tiroid, yaitu tiroksin (T4 ) dan triiodotironin (T3), disintesis
dengan jalan mereaksikan molekul Iodium dengan senyawa protein prekursor
hormon tiroid yang disebut tiroglobulin. Reaksi ini berlangsung dengan katalisator
enzim tiroperoksidase. Propiltiourasil (PTU) bekerja menghambat kerja enzim
tiroperoksidase sehingga sintesis T4 dan T3 terhambat. PTU juga menghambat
kerja enzim 5′-deiodinase (tetraiodotironin 5′ deiodinase) yang mengkonversi T4
menjadi T3. Karena T3 lebih kuat daya hormon tiroidnya dibandingkan T4, maka
hal ini juga akan mengurangi aktivitas hormon-hormon tiroid secara keseluruhan.
d. Hipertiroidisme
Propylthiouracil
Sama seperti obat-obat lainnya, propylthiouracil juga bisa menimbulkan
efek samping yang cukup serius, meskipun dokter telah mempertimbangkan
mengenai perbandingan antara manfaat dengan risiko meminum obat ini.
Berikut adalah reaksi efek samping yang mungkin terjadi setelah
mengonsumsi obat ini yaitu mual, muntah, sakit perut, sangat mengantuk,
ruam atau gatal dalam skala ringan, sakit kepala, rambut rontok dalam skala
ringan, nyeri otot ringan, berkurang atau hilangnya kemampuan indera
perasa.
Tapazole
Berikut adalah daftar efek samping yang memungkinkan yang dapat terjadi
dari semua bahan-bahan konstitusi Tapazole Tablet. Ini bukanlah daftar
yang komprehensif. Efek-efek samping ini memungkinkan, tetapi tidak
selalu terjadi. Beberapa efek samping ini langka tetapi serius, yaitu sakit
kepala, trombositopenia, anemia aplastik, demam, insulin sindrom
autoimun, hepatitis, hipoprotrombinemia, ruam kulit, urtikaria dan mual.
Interaksi Lain
a. Terapi antidiabetes
Penambahan Levotiroksin terapi natrium tablet pada pasien dengan diabetes mellitus
dapat memperburuk kontrol glikemik dan mengakibatkan peningkatan agen atau insulin
persyaratan antidiabetes. Hati-hati memantau kontrol glikemik, terutama ketika terapi
tiroid dimulai, berubah, atau dihentikan.
b. Antikoagulan oral
Levothyroxine sodium tablet meningkatkan respon terhadap terapi antikoagulan oral.
Oleh karena itu, penurunan dosis antikoagulan dapat dibenarkan dengan koreksi dari
negara hipotiroid atau ketika tablet natrium Levotiroksin dosis meningkat. Memonitor tes
koagulasi untuk mengizinkan penyesuaian dosis yang tepat dan tepat waktu. digitalis
Glikosida tablet natrium levothyroxine dapat mengurangi efek terapi dari glikosida
digitalis. tingkat glikosida digitalis serum dapat menurunkan ketika seorang pasien
hipotiroid menjadi eutiroid, sehingga diperlukan peningkatan dosis glikosida digitalis.
Interaksi Metformin
Glyburide - Dalam studi interaksi dosis tunggal pada pasien diabetes tipe 2,
pemberian metformin dan glyburide tidak menghasilkan perubahan baik dalam
farmakokinetik Metformin atau farmakodinamik. Penurunan glyburide AUC dan Cmax
diamati, tetapi sangat bervariasi. Sifat dosis tunggal dari penelitian ini dan kurangnya korelasi
antara kadar darah glyburide dan efek farmakodinamik, membuat signifikansi klinis dari
interaksi ini tidak pasti.
Furosemide - Sebuah studi interaksi obat metformin-furosemide dosis tunggal pada
subjek yang sehat menunjukkan bahwa parameter farmakokinetik dari kedua senyawa
dipengaruhi oleh pemberian bersama. Furosemide meningkatkan Metformin plasma dan
darah Cmax sebesar 22% dan darah AUC sebesar 15%, tanpa perubahan signifikan dalam
pembersihan ginjal Metformin. Ketika diberikan dengan Metformin, C max dan AUC dari
furosemide masing-masing 31% dan 12% lebih kecil, dibandingkan ketika diberikan sendiri,
dan waktu paruh terminal menurun sebesar 32%, tanpa perubahan signifikan dalam
pembersihan renal furosemide. Tidak ada informasi yang tersedia tentang interaksi
Metformin dan furosemide ketika digunakan secara kronis.
Nifedipine - Sebuah studi interaksi obat metformin-nifedipine dosis tunggal pada
sukarelawan sehat yang normal menunjukkan bahwa pemberian bersama nifedipine
meningkatkan plasma Metformin Cmax dan AUC sebesar 20% dan 9%, masing-masing, dan
meningkatkan jumlah yang diekskresikan dalam urin. T max dan paruh tidak terpengaruh.
Nifedipine tampaknya meningkatkan penyerapan Metformin memiliki efek minimal pada
nifedipine.
Obat-obatan yang mengurangi pembersihan Metformin-Penggunaan bersamaan obat-
obatan yang mengganggu sistem transportasi tubular ginjal umum yang terlibat dalam
eliminasi ginjal Metformin (misalnya, transporter kationik-2 organik [OCT2] / multidrug dan
ekstrusi racun [MATE] inhibitor seperti ranolazine, vandetanib, dolutegravir, dan cimetidine
) dapat meningkatkan paparan sistemik terhadap Metformin dan dapat meningkatkan risiko
asidosis laktat. Pertimbangkan manfaat dan risiko penggunaan bersamaan. Interaksi antara
Metformin dan cimetidine oral telah diamati pada sukarelawan sehat normal baik dalam studi
interaksi obat metformin-cimetidine tunggal maupun multipel, dengan peningkatan 60% pada
puncak Metformin plasma dan konsentrasi darah utuh dan peningkatan 40% dalam plasma.
dan seluruh darah Metformin AUC. Tidak ada perubahan dalam paruh eliminasi dalam studi
dosis tunggal.
Pada sukarelawan sehat, farmakokinetik Metformin dan propranolol, dan Metformin
dan ibuprofen tidak terpengaruh ketika digunakan dalam studi interaksi dosis tunggal.
Metformin terikat pada protein plasma dan oleh karena itu, lebih kecil kemungkinannya
untuk berinteraksi dengan obat-obatan yang terikat dengan protein tinggi seperti salisilat,
sulfonamid, kloramfenikol, dan probenesid, dibandingkan dengan sulfonilurea, yang secara
ekstensif terikat dengan protein serum.
Interaksi lain - Obat-obatan tertentu cenderung menghasilkan hiperglikemia dan dapat
menyebabkan hilangnya kontrol glikemik. Obat-obat ini termasuk tiazid dan diuretik lainnya,
kortikosteroid, fenotiazin, produk tiroid, estrogen, kontrasepsi oral, fenitoin, asam nikotinat,
simpatomimetik, obat penyumbat saluran kalsium, dan isoniazid. Ketika obat-obatan tersebut
diberikan kepada pasien yang menerima tablet hidroklorida Metformin, pasien harus diamati
dengan seksama karena kehilangan kendali glukosa darah. Ketika obat tersebut ditarik dari
pasien yang menerima tablet hidroklorida Metformin, pasien harus diamati secara seksama
untuk hipoglikemia.
Penghambat karbonat anhidrase-Topiramate atau penghambat anhidrase karbonat
lainnya (misalnya, zonisamide, acetazolamide atau dichlorphenamide) sering menyebabkan
penurunan bikarbonat serum dan menginduksi kesenjangan non-anion, asidosis metabolik
hiperkloremik. Penggunaan bersamaan dari obat-obatan ini dengan tablet Metformin
hidroklorida dapat meningkatkan risiko untuk asidosis laktat. Pertimbangkan pemantauan
lebih sering pada pasien-pasien ini.
Alkohol-alkohol dikenal untuk mempotensiasi efek Metformin pada metabolisme
laktat. Peringatkan pasien terhadap asupan alkohol yang berlebihan saat menerima tablet
Metformin hidroklorida.
Interaksi Obat Humulin R
Sejumlah zat mempengaruhi metabolisme glukosa dan mungkin memerlukan
penyesuaian dosis insulin dan terutama pemantauan ketat.
Obat-obatan yang dapat meningkatkan efek penurun glukosa darah Humulin R U-100 dan
kepekaan terhadap hipoglikemia:
Obat antihiperglikemik oral, salisilat, antibiotik sulfa, antidepresan tertentu (inhibitor
monoamine oxidase, inhibitor reuptake serotonin selektif [SSRI]), pramlintide, disopiramid,
fibrat, fluoxetine, propoxyphene, pentoxifylline, inhibitor ACE, agen penghambat reseptor
angiotensin II, beta-adrenergic blocker , inhibitor fungsi pankreas (misalnya, octreotide), dan
alkohol.
Obat-obatan yang dapat mengurangi efek penurun glukosa darah: Kortikosteroid, isoniazid,
obat penurun lipid tertentu (misalnya niacin), estrogen, kontrasepsi oral, fenotiazin, danazol,
diuretik, agen simpatomimetik, somatropin, antipsikotik atipikal, glukagon, protease
inhibitor, dan terapi penggantian tiroid.
Obat-obatan yang dapat meningkatkan atau menurunkan efek penurun-glukosa darah: Beta-
adrenergic blocker, clonidine, garam lithium, dan alkohol.
Pentamidin dapat menyebabkan hipoglikemia, yang kadang-kadang bisa diikuti oleh
hiperglikemia.
Obat-obatan yang dapat menutupi tanda-tanda hipoglikemia: Beta-adrenergic blocker,
clonidine, guanethidine, dan reserpine.
2. Golongan Hipertiroidisme
a. Propiltiourasil
Antikoagulan (oral): Karena penghambatan potensi aktivitas vitamin K oleh
Propylthiouracil, aktivitas antikoagulan oral (misalnya, warfarin) dapat
ditingkatkan; pemantauan tambahan dari PT / INR harus dipertimbangkan,
terutama sebelum prosedur bedah.
Agen Inhibitor beta-adrenergik: Hipertiroidisme dapat menyebabkan clearance
meningkat dari beta blocker dengan rasio ekstraksi yang tinggi. Dosis dikurangi
dari beta blocker-adrenergik mungkin diperlukan bila pasien hipertiroid menjadi
eutiroid.
Glikosida Digitalis: Tingkat serum digitalis dapat meningkat ketika pasien
hipertiroid pada rejimen glikosida digitalis stabil berubah menjadi euthyroid;
pengurangan dosis glikosida digitalis mungkin diperlukan
Teofilin: Theophylline izin dapat menurunkan pasien ketika hipertiroid pada
teofilin rejimen stabil menjadi eutiroid; dosis dikurangi teofilin mungkin
diperlukan.
b. Methamizole
Antikoagulan (oral): Karena potensi penghambatan aktivitas vitamin K oleh
methimazole, aktivitas antikoagulan oral (misalnya, warfarin) dapat ditingkatkan;
pemantauan tambahan dari PT / INR harus dipertimbangkan, terutama sebelum
prosedur bedah.
ß-adrenergik blocking agen: Hipertiroidisme dapat menyebabkan clearance
meningkat dari beta-blocker dengan rasio ekstraksi yang tinggi. Pengurangan dosis
dari antagonis beta blocker-adrenergik mungkin diperlukan bila pasien hipertiroid
menjadi eutiroid.
Glikosida Digitalis: Tingkat serum digitalis dapat meningkat ketika pasien
hipertiroid pada rejimen glikosida digitalis stabil berubah menjadi euthyroid;
pengurangan dosis glikosida digitalis mungkin diperlukan
Teofilin:
Pembersihan teofilin dapat menurun pada rejimen theophylline ketika pasien stabil
hipertiroid menjadi euthyroid; dosis teofilin yang dikurangi mungkin diperlukan
BAB III
KESIMPULAN
Maka dapat disimpulkan bahwa sistem endokrin mencakup semua kelenjar tubuh dan
hormon yang dihasilkan oleh kelenjar tersebut. Kelenjar dikendalikan langsung oleh stimulasi
dari sistem saraf serta oleh reseptor kimia dalam darah. Dengan mengatur fungsi organ dalam
tubuh, kelenjar ini membantu untuk mempertahankan fungsi tubuh. Metabolisme sel,
reproduksi, perkembangan seksual, gula dan homeostasis mineral, denyut jantung, dan
pencernaan adalah salah satu dari banyak proses yang diatur oleh tindakan hormon. Pondasi
dari sistem endokrin adalah hormon dan kelenjar. Sebagai pembawa pesan kimia tubuh,
hormon melakukan transfer informasi dan instruksi dari satu set sel.
Anatomi sistem endokrin terdiri dari kelenjar utama yang membentuk sistem endokrin
manusia meliputi : hipotalamus, hiposis, pineal, tiroid, paratiroid, adrenal, pankreas, gonad,
dan timus.
Obat yang termasuk kedalam sistem endokrin diantaranya yakni, antidiabetes,
antihiperteroid, antihipoteroid, obat kontrasepsi.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2008. Graves “Disease” National Institute of Health Publication. United States
Of America
Bahn et al. 2011. Hypertiroidism and Other Cause of Thyrotocycosis: Management
Guidlines of The American Thyroid Assosiation and American Association of
Clinical Endocrinologist. Endocr Pract. 17 (No.3)
Balley, CJ. 1996. Metformin (Drug Therapy: Human Kinetics. Churchil. Livingstone.
Stagnaro et al. 2011. Guidelines of The American Thyroid Association for Diagnosis and
Mangement of Thyroid Disease During Pregnancy and Postpartum, THYROID 21,
1081-1125.
BERITA ACARA PRESENTASI
3
Pertanyaan Mediana : Kelebihan hormon estrogen dapat meningkatkan
berat badan, jelaskan bagaimana mekanisme hal tersebut dapat terjadi!
Jawaban Risya : Kelebihan hormon estrogen menyebabkan retensi cairan
dalam tubuh sehingga terjadi penumpukan cairan dalam tubuh terutama
pada bagian perut dan pinggang yang dapat menyebabkan bagian tersebut
terlihat bergelambir selain itu karena sel sel lemak dalam tubuh lah yang
menghasilkan estrogen, sel sel lemak tidak membakar kalori sehingga
menyebabkan akumulasi lemak dalam tubuh dan meningkatkan berat badan.
Kemudian dapat juga disebabkan karena akibat kelebihan hormon estrogen
dalam tubuh menyebabkan produksi berlebihan globulin dalam hati.
Globulin bekerja untuk mengikat hormon tiroid dalam darah sehingga tidak
masuk kedalam sel akibatnya proses metabolisme menjadi terganggu. Salah
satu akibat jika proses metabolisme terganggu adalah dapat meningkatkan
berat badan.
Pertanyaan Neneng : Tentang kasus susah tidur,itu termasuk penyakit
hormon bkan,itu gara-gara kekurangan atau kelebihan hormon?penyakit itu
termasuk pada hormon apa? Gmna cara pengobatannya biar ga kesulitan
tidur?
Jawaban Rini : Termasuk penyakit Hormon tiroid, dapat berpengaruh
terhadap tidur. Hormon tiroid yang berlebih berakibat meningkatnya
metabolisme tubuh menjadikan seseorang overaktif dan kurang istirahat
sepanjang hari. Disamping itu juga dapat membuat seseorang kesulitan
untuk tidur di malam hari. Hormon yang berperan dalam tidur yakni
melatonin, hormon yang berperan penting sehingga kita dapat tidur di
malam hari dengan baik. Cara pengobatannya : tidur teratur sesuai dengan
jadwalnya dan pola hidup yang sehat.
Pertanyaan Hilman Fitriaji S.P : Apakah orang (laki-laki) yang terkena
hernia dapat ereksi ?
Jawaban Wildan Fauzan A.A : Tidak, karena orang yang mengalami
hernia organ testisnya turun ke bawah atau tidak pada tempatnya sehingga
menimbulkan disfungsi testis sebagai tempat pembentukan sperma dan juga
rangsangan ke hipotalamusnya pun bukan ingin melakukan ereksi tetapi
malah memberikan impuls mediator nyeri.
4
5