Anda di halaman 1dari 37

MAKALAH

“ ANATOMI SERTA FUNGSI SISTEM PERNAPASAN MANUSIA’’


ILMU BIOMEDIK DASAR

Dosen Pengajar :

I Dewa Putu Gede Putra Yasa,M.Kep.Sp.MB

Kelompok 2 (IA) :

Ni Kadek Intan Ade Mausady (03)

Ni Putu Younita Assa (10)

I Gusti Agung Ayu Trisa Deviyanthi (17)

Luh Alit Dinda Vania Putri (24)

Putu Gitta Savitri (31)

I Gede Eka Setiawan (42)

I Nyoman Putra Wedananta (49)

POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR


KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
JURUSAN KEPERAWATAN
2021
KATA PENGANTAR

Om Swastyastu,

Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa. Atas berkat
dan rahmat-Nya, penulisan makalah dengan judul “Anatomi Serta Fungsi Sistem
Pernapasan Manusia” dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya dan tepat waktu.
Terimakasih kami ucapkan kepada semua pihak yang membantu penyusunan
makalah ini.
Makalah ini disusun bertujuan untuk memenuhi syarat penugasan semester 1
pada mata kuliah ilmu biomedik dasar, sekaligus sebagai media pembelajaran dalam
jaringan di masa pandemic covid-19 ini, dan tidak lupa untuk penambah wawasan
bagi sang pembaca.

Kami menyadari bahwa makalah ini tidak luput dari sebuah kesalahan. Kami
memohon maaf sebesar-besarnya. Serta, kami menerima segala bentuk kritik dan
saran.

Akhir kata kami ucapkan terimakasih,

Om Santih Santih Santih Om.

Denpasar, 12 Agustus 2021

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

KATAPENGANTAR...................................................................................................... ii

DAFTAR ISI....................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ...................................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................................. 1

1.3 Tujuan................................................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Anatomi Sistem Pernafasan.....................................................................................2

2.2 Fungsi Organ Pernafasan.........................................................................................8

2.3 Peranan Sistem Dapar Darah Pernafasan..............................................................29

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan ........................................................................................................ 32

3.2 Saran.................................................................................................................. 32

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 33

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

System pernapasan atau biasa disebut respiratory system merupakan sebuah


system yang disusun oleh organ-organ pernapasan yang membantu manusia dan
mahluk hidup lainnya bisa bernapas. Didalam pernapasan terdiri dari hidung,
faring,laring,trakea,bronkus,bronkiolus,alveolus,dan paru paru. Pernapasan terdiri
dari 2 urutan yaitu inspirasi ( mekanisme masuknya udara ke paru-paru) dan
ekspirasi (mekanisme keluarnya udara dari paru-paru). Sistem respirasi terbagi
menjadi sistem pernafasan atas dan sistem pernafasan bawah. Sistem pernafasan
atas terdiri dari hidung, faring dan laring. Sedangkan sistem pernafasan bawah
terdiri dari trakea, bronkus dan paru-paru Pertukaran udara juga terjadi di dalam
system pernapasan, yaitu pertukaran O2 dengan CO2.

Fungsi utama system respirasi adalah mengekstrak oksigen dalam jumlah yang
cukup untuk metabolism sel dan melepaskan karbon dioksida. Dalam keadaan
normal manusia memerlukan oksigen sebayak 300 liter dalam sehari. Namun, pada
saat tubuh bekerja lebih keras maka kebutuhan oksigen juga akan meningkat.
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikandi atas, maka dirancanglah suatu
makalah yang berjudul Anatomi Serta Fungsi Sistem Pernafasan Manusia,
dimaksudkan agar pembaca dan penulis lebih memahami mengenai anatomi dan
fungsi dari sistem pernafasan manusia.

2. Rumusan Masalah
1. Apa saja komponen anatomi system pernapasan?
2. Apa saja fungsi organ system pernapasan?

3. Apa saja peranan system dapar darah, pernapasan?

3. Tujuan
1. Agar dapat mengenal komponen anatomi system pernapasan

2. Agar dapat mengetahui fungsi organ system pernapasan

3. Agar dapat mengetahui peranan-peranan system pernapasan

1
BAB II

PEMBAHASAN

1. Anatomi Sistem Pernafasan

Gambar 2.1 Anatomi Sistem Penafasan.


System pernapasan adalah system yang membantu kita bernapas sehari-hari, dan
berfungsi sebagai tempat pertukaraan oksigen dan karbon dioksida. System
pernafasan terdiri atas beberapa organ yaitu

a) Hidung ( Nasal)

Gambar 2.1 Anatomi Hidung.

Hidung merupakan pintu utama system pernapasan. Hidung terbagi


menjadi 2 yaitu bagian luar dan bagian dalam. Bagian hidung luar terdiri atas
bridge, dorsum nasi, puncak hidung, ala nasi, . Hidung bagian luar terbentuk
oleh kumpulan keangka tulang (os.nasalis,proc. Frontalis os maxilla,
proc.nasalis os frontal) dan kerangka tulang rawan ( kartilago nasalis lateralis

2
superior, nasalis lateralis inferior, kartilago ala minor, anterior kartilago
septum). Di hidung bagian dalam tersusun ats dinding medial (septum nasi),
diantara concha dan dinding lateral (meatus nasi), dinding lateral (concha).
Di bagian rongga hidung juga terdapat bulu halus, silia, dan lender. Lender
dalam hal ini mempunyai fungsi untuk melembabkan dan menghangatkan
udara yang masuk serta menangkap benda asing yang ikut masuk bersama
udara. Di dalam rongga hidung juga terdapat 4 jenis sinus yaitu, sinus
frontalis, sinusmaxilarris, sinus speinoidalis,dan sinus ethmoidalis. Melalui
sinus ethmoidalis muncul saraf pertama nervus olfactorius sebagai saraf
pembau. Selama pada rongga hidung udara mengalami 3 proses yaitu,
penyaringan oleh silia, kemudian pelembabpan udara oleh lender dan
mukosa, dan yang terakhir udara mengalami pemanasan oleh pembuluh
darah.

b) Tenggorokan (Faring)

Gambar 2.3 Tenggorokan.

Faring terdiri dari 3 bagian yaitu, nasopharyng,


oropharyng,laryngopharyng. Faring ini merupakan pipa berotot. Faring
berhubungan dengan hidung melalui choana, sedangkan dengan mulut
melalui isthmus fausium. Bagian depan faring berhubungan dengan laring
dan belakang faring berhubungan dengan eshophagus (membatasi jalur nafas
dan jalur pencernaan). Nasofaring terletak sejajar dengan hidung, ia
menerima udara dari hidung. Terdapat 3 komponen utama di dalam
nasofaring yaitu mukosa (silia, epitel torak, sel goblet), mucus blanket

3
(enzyme lyzocome, sebagai proteksi), dan otot (melebar dan memendekan
pharyng). Didalam nasofaring terdapat saluran eusthacius yang berfungsi
menyamakan tekanan udara di tengah telinga di belakang nasofaring terdapat
tonsil faring (adenoid). Orofaring terletak sejajar dengan mulut. Ia menerima
udara dari nasofaring dan makanan dari rongga mulut. Di dalam orofaring
terdapat lingual dan palatine tonsil. Sedangkan, laryngofaring terletak sejajar
dengan laring, ia berfungsi menyalurkan makanan ke kerongkongan dan
udara ke laring.

c) Laring

Gambar 2.4 Anatomi Laring.

Laring tersusun atas 9 tulang kartilago yaitu, epiglotica, tyroid, cricoid,


arytenoid, corniculatum, dan cuneiforme. Tulang – tulang terebut begabung
dengan membrane dan ligament. Epiglottis merupakan bagian tulang rawan
pertama , ia berfungsi menutup saluran pangkal tenggorokan saat makan agar
makanan tidak masuk ke jalur pernafasan. Sedangkan, saat bernapas katup
akan membuka tulang rawan tiroid yang akan melindungi bagian depan
laring. Lipatan membrane mukosa (suppraglotis) menghubungkan sepasang
tulang arythenoid yang berada di belakang dengan tulang rawan tiroid yang
ada di depan. Lipatan vestibular atas (pita suara palsu) mengandung serat
otot yang memungkinkan untuk bernapas dalam waktu tertentu. Lipatan

4
vestibulr bawah (kord vokalis superior) mengandung ligament yang elastis
yang bisa bergetar bila otot rangka menggerakan mereka ke jalur keluarnya
udara. Hal ini yang menyebabkan kita bisa berbicara dan mengeluarkan
suara.

d) Batang tenggorokan (trachea)


Saluran fleksibel berukuran 10-12 cm dengan diameter 2.5 cm, terdiri
dari 16 tulang rawan berbentuk cincing yang salinng dihubungkan oleh
lig.annularis. dinding trakea terdiri atas 4 lapisan yaitu, mukosa (lapisan
terdalam trakea, yang menghasilkan lender dn terdapat epitelpseudostratified
untuk menangkap debu dan benda asing yang masuk ke trakea), submukosa
(jaringan ikat areolar mengelilingi mukosa), tulang rawan hialin (berbentuk
cincin dan mencegah agar tidak kolaps dn membuka jalan udara), dan
adventitia (lapisan terluar trakea dan mengandung jaringan ikat areolar).
Cabang trakea disebut karina, terletak di ketinggian verthebra thorakalis ke
5.

Gambar 2.5 Trachea.


e) Bronkus

Gambar 2.6 Bronkus.

5
Cabang trakea yang terdiri atas bronkus kanan (dextra) dan bronkus kiri
(sinistra), yang masing masing akan berhubungan dengan paru kanan dan
paru kiri. Perbandingan bronkus dextra dan sinistra sebagai berikut :

a. Bronkus dextra (ukurannya pendek, lebih vertical,diameternya lebih


besar,tersusun 3 cabang oleh 6-8 cincin rawan)
b. Bronkus sinistra (ukuran lebih panjang,lebih horizontal,diameter lebih
sempit, tersusun 2 cabang oleh 9-12 cincin rawan)

Di dalam paru-paru masing masing bronkus bercabang membentuk


bronkus lobar (sekunder),bronkus segmental (tersier), bronkiolus
terminal,dan bronkiolus mikroskopis. Dinding utama bronks berbentuk
seperti trakea, cabang dari pohon semakin mengecil, dan cincin tulang rawan
digantikan oleh otot polos.

f) Alveoli

Gambar 2.7 Alveoli.

Saluran alveolus adalah cabang terakhir dari pohon bronkial. Alveoli


berjumlah kuarang lebih 300 juta dengan lua 80-100 m2. Alveoli memiliki
dinding yang sangat tipis, elastis,dan didalamya mengandung kapiler darah.
Alveoli mengisi 50-60% volume paru-paru. Permukaan dalam dinding
alveoli mengandungbiosinteis surfaktan dan sel radang histiosit dan
makrofag. Sedangkan , dinding luar alveoli mengandung kapiler, membrane
alveolo, sebagai tempat pertukaran O2 dan CO2. Sel sel di alveoli terdiri atas
pneumosit tipe 1 (melapiis sebagian besar) dan pneumosit tipe 2 (lebih

6
sedikit, pembuatan dan penyimpanan surfaktan,bentuknya globular). Alveoli
satu dengan yang lainnya dihubungkan oleh lubang yang bernama Porus
Kohn.

g) Paru-Paru (Pulmo)

Gambar 2.8 Paru-paru.

Paru terbagi menjadi 2 yaitu pulmo dextra (kanan) dan pulmo sinistra
(kiri). Berikut merupakan bagian dari pulmo:

a. Pulmo dextra
 3 lobus (superior, media, inferior)
 Fissura horizontalis dan obliqua
 Impresio (oesophageal, v.c superior, a.subclavia dextra, v.
azygos, cardiaca)
 Hylus (bronchus, a.pulmonalis , v.pulmonalis)
b. Pulmo sinistra
 2 lobus (superior, inferior)
 Fissura obliqua, incisura cardiaca
 Impresio (a.subclavia sinistra, a.carrotis comm sinistra, aorta
ascenden, arcus aorta, aorta descenden, cardiaca)
 Hylus (a.pulmonalis , bronchus, v.pulmonalis)

Jaringan paru-paru elastis, berpori dan seperti spons, seperti kerucut,


berbentuk badan yang menempati thorax. Pembuluh darah, pembuluh

7
limfatik, dan saraf menembumasing-masing lobus. Setiap paru-paru
memiliki fitur sebagai berikut :
a. Puncak dan dasar mengidentifikasi bagian atas dan bawah dari paru-
paru.
b. Permukaan masing-masing paru-paru berbatasan tulang rusuk (depan
dan belakang).
c. Di permukaan (mediastinal) medial, di mana masing-masing paru-
paru menghadapi selain paru-paru, saluran pernapasan, pembuluh
darah, dan pembuluh limfatik memasuki paru di hilus.

Pleura adalah membran ganda yang terdiri dari pleura bagian dalam
disebut pleura viseral, yang mengelilingi setiap paru-paru, dan pleura
parietal luar, melapisi rongga dada. Ruang sempit antara dua
membran,rongga pleura, diisi dengan cairan pleura, pelumas disekresikan
oleh pleura.

Gambar 2.9 Letak Pleura.

2. Fungsi Organ Sistem Pernafasan


Sistem organ pada manusia merupakan sekumpulan organ yang saling
mendukung dan bekerja sama agar tubuh tetap berfungsi sebagaimana mestinya.
Kesehatan tubuh manusia ditentukan oleh baik atau tidaknya fungsi sistem organ
tersebut. Organ adalah kumpulan jaringan yang memiliki satu fungsi atau lebih.
Sistem pernapasan merupakan salah satu sistem organ yang memiliki peran vital

8
bagi kelangsungan hidup manusia. Sistem ini berfungsi untuk mengambil
oksigen dari udara yang dihirup dan mengeluarkan karbon dioksida sebagai sisa
metabolisme dari dalam tubuh. Sistem pernapasan terdiri dari hidung,
tenggorokan, laring, trakea dan bronkus, serta paru-paru. Proses penyerapan
oksigen dari udara untuk dialirkan ke seluruh sel dan jaringan tubuh berlangsung
di dalam paru-paru.
a) Mekanisme Pernafasan

Gambar 2.10 Mekanisme Pernafasan.

Selama respirasi/ pernapasan, udara dari atmosfer dihirup ke dalam tubuh


melalui lubang hidung yang disebut dengan inspirasi/ inhalasi. Saat inhalasi,
diagrfagma dan otot dada berkontraksi, volume rongga dada membesar, paru-
paru mengembang dan udara masuk ke paru-paru. Oksigen yang dihirup
kemudian dibawa ke jantung dan seluruh tubuh oleh darah.
Sedangkan untuk proses ekspirasi, udara yang memiliki banyak karbondioksida
dilepaskan kembali melalui lubang hidung. Saat ekspirasi/ ekshalasi, diagfragma
dan otot dada berelaksasi, volume rongga dada kembali normal dan udara keluar
dari paru-paru. Karbondioksida dikeluarkan lewat tenggorokan dan berakhir di
rongga hidung. Dalam mekanisme respirasi/ pernapasan ini memerlukan
kerjasama antara otot tulang rusuk, diagfragma, otot dada, dan otot perut.
Adapun pernapasan ini dibedakan menjadi dua yaitu pernafasan dada dan
pernafasan perut.
 Pernafasan dada
Pernafasan dada terjadi akibat dari kontraksi dan relaksasi otot karena
tulang rusuk dan tulang dada. Dimana, untuk mekanisme inspirasi dan
ekspirasinya antara lain sebagai berikut :

9
a. Inspirasi (inhalasi), otot antara tulang rusuk berkontraksi, rongga
dada mengembang, volume paru-paru membesar dan tekanan
mengecil sehingga udara dari luar masuk ke dalam paru-paru agar
tekanan dalam paru-paru dan udara luar sama.
b. Ekspirasi (ekshalasi), otot antara tulang rusuk relaksasi, rongga dada
mengempis kembali ke semula, tekanan dalam paru-paru membesar,
volume paru-paru mengecil, hal ini menyebabkan tekanan udara
dalam paru-paru lebih besar dibandingkan tekanan udara luar
sehingga udara keluar.
 Pernafasan perut
Pernafasan perut terjadi akibat kontraksi dan relaksasi diafragma dan
otot perut. Adapun untuk mekanisme inspirasi dan ekspirasi pada
pernapasan perut adalah sebagai berikut :
c. Inspirasi (inhalasi), otot perut berkontraksi, diafragma mendatar,
rongga dada membesar, tekanan dalam paru-paru mengembang,
volume paru-paru membesar, udara dari luar masuk ke dalam.
d. Ekspirasi (ekshalasi), otot perut relaksasi, diafragma melengkung
rongga dada mengecil, paru-paru mengempis tekanan besar, volume
mengecil dan udara keluar.
b) Volume dan Kapasitas Paru
Volume dan kapasitas seluruh paru tiap orang berbeda-beda, pada
wanita kira-kira 20 sampai 25 persen lebih kecil dibandingkan pria, dan
lebih besar lagi pada orang yang bertubuh atletis dan bertubuh besar
dibandingkan orang yang astensis dan bertubuh kecil.

Gambar 2.11 Volume Paru


 Metode perhitungan volume dan kapasitas paru-paru adalah sebagai
berikut:

10
1) Volume Tidal atau Volume Alun
Adalah volume udara yang diinspirasi atau diekspirasi pada setiap
kali pernapasan normal. Besarnya 6-7 ml/kgBB atau rata-rata sekitar
± 500 cc pada rata-rata orang dewasa.
2) Volume Cadangan Inspirasi (Inspiratory reserve volume)
Adalah volume udara ekstra yang diinspirasi setelah volume tidal,
dan biasanya mencapai ± 3000 cc.
3) Cadangan Eskpirasi (expiratory reserve volume)
Adalah jumlah udara yang masih dapat dikeluarkan dengan ekspirasi
kuat pada akhir ekspirasi normal, pada keadaan normal besarnya ±
1100 cc.
4) Volume Residu (Residual volume)
Yaitu volume udara yang masih tetap berada dalam paru-paru
setelah ekspirasi kuat. Besarnya ± 1200 ml pada laki-laki dan ±1100
pada perempuan.
 Kapasitas paru merupakan gabungan dari beberapa volume paru dan
dibagi menjadi empat bagian, yaitu:
1) Inspirasi, sama dengan volume tidal + volume cadangan inspirasi,
besarnya ± 3500 cc.
2) Kapasitas Residu Fungsional, sama dengan volume cadangan
inspirasi + volume residu, besarnya ± 2300 cc.
3) Kapasitas Vital, sama dengan volume cadangan inspirasi + volume
tidal + volume cadangan ekspirasi, besarnya ± 4600 cc pada laki-laki
dan ±3500 ml pada perempuan.
4) Kapasitas Paru Total, sama dengan kapasitas vital + volume residu,
besarnya ± 5800 cc atau ±6000 ml pada pria dan ± 4500 pada wanita
c) Ventilasi Paru
Seperti yang telah diketahui pergerakan udara masuk dan keluar paru-
paru dengan merubah volume paru-paru. Perubahan volume paru-paru
terjadi melalui kontraksi otot-otot skeletal, khususnya yang berinsersi pada
tulang rangka iga, dan otot diafragma pada saat inspirasi. Selain hal tersebut,
sifat paru-paru yang elastis (elastic recoil) sehingga dapat diregangkan dan

11
dapat kembali ke posisi semula pada saat ekspirasi juga turut berperan dalam
siklus pernapasan.

Gambar 2.12 Proses pada ventilasi


Paru - paru dapat dikembangkan melalui dua cara: (1) dengan gerakan
naik turun diafragma unruk mempersar atau memperkecil rongga dada, dan
(2) dengan depresi dan elevasi tulang iga untuk memperbesar atau
memperkecil diameter anteroposterior rongga dada.
Siklus respirasi terdiri dari satu siklus inspirasi dan ekspirasi. Pada awal
siklus respirasi tekanan intrapulmonal (intra-alveolus) dan tekanan atmosfer
adalah sama dan tidak ada pergerakan udara (gradien tekanan 0). Inspirasi
adalah proses aktif dan melibatkan satu atau lebih otot diafragma dan
intercostalis eksterna. Kontraksi diafragma akan mendatarkan dasar rongga
dada, meningkatkan volume dada dan turunnya tekanan intrapleura secara
bertahap tekanan ini turun menjadi sekitar -4 sampai -6 mmHg. Selama
periode tersebut tekanan intrapulmonal turun menjadi -1 mmHg yang diikuti
dengan masuknya udara ke paru-paru.
Ekspirasi umumnya adalah proses pasif, namun dapat menjadi aktif
tergantung dari tingkat aktifitas pernafasan. Pada pernapasan tenang,
diafragma mengalami relaksasi dan sifat elastic daya lenting paru (elastic
recoil), dinding dada dan struktur abdomen akan menekan paru sehingga
saat ekspirasi dimulai, tekanan intrapleura dan tekanan intrapulmonal
meningkat dengan cepat mendorong udara keluar paru-paru. Saat akhir
ekspirasi, tidak ada lagi pergerakan udara saat tidak ada lagi perbedaan
tekanan intrapulmonal dengan tekanan atmosfer. Jumlah udara yang masuk
sama dengan yang keluar paru-paru, ini disebut volume tidal.7 Selama siklus
pernapasan, terdapat suatu tekanan transpulmonal yaitu selisih antara
tekanan intrapulmonal dengan tekanan intrapleura, yang biasanya

12
digunakan untuk mengkalkulasi area potensial paru paru. Secara matematis
tekanan transpulmonal dapat dituliskan menjadi Ptranpulmonal =
Pintrapulmonal – Pintrapleura.

 Ventilasi Alveolar

Gambar 2.13 Letak Alveolar.


Tidak semua udara inspirasi masuk ke dalam alveoli. Dari sekitar 500
ml udara yang masuk (Volume tidal atau VT), sekitar 350 ml dapat
mencapai alveoli dan 150 ml hanya sampai saluran nafas dan tidak
pernah mencapai alveoli sehingga tidak ikut dalam pertukaran udara
dengan darah. Hal ini disebut dengan anatomic dead space, disimbolkan
dengan VD.

Ventilasi alveolar (VA) adalah jumlah volume udara yang masuk


alveoli per menit. Ventilasi alveolar lebih kecil dari pada volume
respirasi semenit karena adanya udara yang tidak mencapai alveoli tapi
tetap berada di dead space paru-paru. Ventilasi alveolar dapat dituliskan
secara matematis yaitu VA = f x (VT – VD). Dalam keadaan tenang
ventilasi alveolar (VA) sekitar 4200ml per menit, didapatkan dari
frekuensi napas tenang (12 kali per menit) dikalikan selisih volume tidal
dengan volume dead spaceparu (350 ml).

d) Pengaturan Pernafasan
Pengaturan pernafasan (peningkatan atau penurunan ventilasi) untuk
memenuhi kebutuhan metabolic dilakukan dengan mengupayakan

13
keseimbangann antara volume tidal dan frekuensi peernapasan. Pengaturan
ini dilakukan melalui tiga komponen sistem pengontrol pernapasan yaitu:
1) Pusat control respirasi (respiratory control centers)
berpencar di berberapa level, yaitu di batang otak (pons dan
medulla oblongata) serta korteks. Sentrum pernapasan di korteks
berperan untuk pernapasan yang disadari (voluntary) pusat
pernapasan yang disadari ini penting untuk mengatur pernapasan
selagi bicara, ,menyanyi dan mengedan. Sentrum pernapasan di
batang otak merupakan kelompok neuron luas terletak bilateral di
medulla di substansia retikuler medulla oblongata dan pons yang
berperan dalam pernapasan spontan (involuntary). Daerah ini dibagi
menjadi tiga kelompok neuron utama yaitu kelompok pernapasan
dorsal yang menyebabkan inspirasi, kelompok pernasapan ventral
yang menyebabkan ekspirasi dan pusat pneumotaksik yang
mengatur kecepatan dan kedalaman napas. Area inspiratorik pada
kelompok pernapasan dorsal memegang peranan paling mendasar
dalam mengatur pernapasan dimana sebagian besa neuronnya
terletak di dalam nucleus traktus solitaries. Nukleus ini merupakan
akhir sensoris dari nervus vagus (N.X) dan nervus glossofaringeus
(N.IX) yang mentransmisikan sinyal sensoris ke dalam pusat
pernapasan dari kemoreseptor perifer, baroreseptor dan berbagai
macam reseptor dalam paru. Pusat pneumotaksik mentransmisikan
sinyal ke area inspiratorik untuk mengatur titik ”penghentian”
inspirasi landai dengan demikian mengatur lamanya fase pengisian
pada siklus paru. Fungsi pusat pneumotaksik yang utama adalah
membatasi inspirasi dan memiliki efek sekunder terhadap
peningkatan kecepatan pernapasan, karena pembatasan inspirasi
juga memperpendek inspirasi dan seluruh periode pernapasan. Area
ekspiratotik pada kelompok pernapasan ventral hamper seluruhnya
tetap inaktif selama pernpasan tenang yang normal. Bila rangsang
pernapasan guna meningkatkan ventilasi paru menjadi lebih besar
dari normal, sinyal respirasi yang dari area inspiratorik (dorsal) akan

14
akan tercurah ke area ekspiratorik (ventral) sehingga area
ekspiratorik akan turut pernapsan ekstra. Neuron-neuron pada area
pernapasan ventral tersebut akan menghasilkan sinyal ekspirasi yang
kuat ke otot - otot abdomen selama ekspirasi yang sangat sulit.
Dengan demikian area ini lebih berperan sebagai suatu mekanisme
pendorong bila dibutuhkan ventilasi paru yang besar, khususnya
selama latihan fisik yang berat.
2) Efektor pernapasan (respiratory effectors)
Transmisi impuls dari pusat napas ke otot pernapasan berjalan
melalui Nervus frenikus yang menuju diafragma, yang berasal dari
radix saraf C3-C5. Blokade atau paralisis nervus frenikus unilateral
hanya sedikit mengurangi fungsi pulmoner (sekitar 25%) pada orang
normal. Walaupun paralisis pada nervus frenikus bilateral
menyebabkan gangguan yang lebih berat, aktivitas otot penyokong
pernapasan mempertahankan ventilasi yang adekuat pada sebagian
pasien. Otot-otot intercostal disarafi oleh radix saraf thoraks masing-
masing. Cedera kordaservikal di atas C5 tidak sesuai dengan
ventilasi spontan karena baik nervusfrenikus maupun interkostalis
sama-sama dikenai. Nervus aksesorius menuju ke muskulus
sternokledomastoideus, serta nervus servikalis inferior ke muskulus
skalenus. Nervus vagus memberikan inervasi sensorik pada
percabangan tracheobronchial. Terdapat inervasi autonomic
simpatik maupun parasimpatik, pada otot polos bronchial dan
kelenjar sekretorik. Aktivitas
3) Sensor pernapasan (respiratory sensors)
Sensor pernapasan terdiri dari kemoreseptor sentral,
kemoreseptor perifer, reseptor sensoris di dinding dada, serta
reseptor sensoris didalam paru. Kemoreseptor sentral terletak pada
area kemosensitif yang terletak sepersekian millimeter dibawah
permukaan ventral medulla oblongata. Area ini merespon dengan
cepat setiap peningkatan konsentrasi CO2 ataupun peningkatan
konsentrasi ion H+ dengan menambah ventilasi. Hipoksia tidak

15
berperan sebagai stimulant terhadap kemoreseptor sentral,
melainkan menekan kemoreseptor ini. Sebaliknya kemoreseptor
perifer yang terletak di bifurkasio arteri karotis dan sepanjang arkus
aorta diaktifkan oleh hipoksia dan oleh CO2 dan ion H+. Pada
suasana normal, reseptor ini sangat peka dan menjaga PaCO2 tetap
konstan walaupn ada peubahan produksi CO2. Sensor pernapasan
juga peka terhadap penurunan tekanan darah seperti yang didapatkan
pada shock yang mengakibatkan terjadinya hiperventilasi.
Kemoreseptor sentral hanya berperan linier terhadap PaO2,
sedangkan kemoreseptor perifer hanya menyebabkan kenaikan
ventilasi bila terjadi hipoksemia yang signifikan (PaO2 <60 mmHg).
Mekanoreseptor padadindiing dada bereaksi terhadap penegangan
otot dinding interkostal yang secara reflex mengatur irama
pernapasan dan dalamnya tarikan
e) Mekanisme Pertukaran O2 dan CO2 di dalam Paru-paru
Bagaimanakah oksigen masuk ke dalam darah di paru-paru? Bagaimana
karbon dioksida dikeluarkan ke udara dan paru-paru? Selain oksigen dan
karbon dioksida, udara mengandung nitrogen. Apakah nitrogen diserap oleh
tubuh?
Mari kita perhatikan data dalam tabel berikut ini. Tentang tekanan O2
dan CO2 di udara, alveolus, dan di jaringan tubuh.

Tekanan O2 di udara lebih besar dibandingkan dengan di alveolus (160 :


105 mmHg). Molekul oksigen berdifusi dari udara ke darah dalam kapiler
alveolus mengikuti gradien konsentrasi. Selanjutnya, darah dari alveolus
dipompa jantung ke seluruh jaringan tubuh. Konsentrasi O2 di dalam darah
lebih tinggi dibanding di jaringan tubuh (105 : 40 mmHg) sehingga O2

16
berdifusi dari darah ke sel-sel jaringan tubuh termasuk ke dalam
mitokondria. Di dalam mitokondria, O2 akan dimanfaatkan untuk respirasi
intraseluler. Pernapasan intraseluler menghasilkan zat sisa, yaitu CO2. Sisa
respirasi ini harus dikeluarkan dari tubuh karena bersifat toksik (racun). Pada
tabel di atas, tekanan CO2 di jaringan tubuh lebih tinggi dari alveolus (45 :
40 mmHg). CO2 berdifusi ke dalam kapiler darah vena dan diangkut ke
alveolus. Tekanan CO2 di alveolus lebih tinggi dibandingkan dengan udara
di luar tubuh (40 : 0,3 mmHg). Dengan demikian, CO2 berdifusi dari
alveolus ke udara untuk dibuang ke luar tubuh. Jadi, pertukaran oksigen dan
karbon dioksida terjadi melalui proses difusi. Nitrogen juga diserap tubuh
melalui paru-paru dalam jumlah kecil. Tekanan nitrogen dalam paru-paru
dan jaringan sama, yaitu 569 mmHg sehingga nitrogen tidak diedarkan ke
jaringan tubuh.

 Kemoreseptor Sentral

Kemoreseptor sentral di otak berespon terhadap perubahan konsentrasi


ion hidrogen dalam cairan cerebrospinalis. Ion hidrogen meningkatkan
kecepatan pelepsan muatan kemoreseptor. Sebaliknya penurunan
konsentrasi ion hidrogen menurunkan kecepatan konsentrasi muatan
kemoreseptor. Informasi dari kemoreseptor pusat disalurkan ke pusat
pernapasan otak sebagai respon nyata, meningkatkan atau menurunkan
kecepatan pernapasan. Konsentrasi ion hidrigen biasanya mencerminkan
konsentrasi CO2. Dengan demikian, sewaktu kadar CO2 meningkat,
kadar ion hidrogen meningkat dan kecepatan pelepasan neuron – neuron
inspirasi meningkat. Pada kadar CO2 dan ion hidrogen yang rendah,
kecepatan pelepasan muatan oleh neuron – neuron inspirasi berkurang.

 Kemoreseptor Perifer

Terdapat di arteri karotis dan aorta dan memantau konsentrasi O2 di


dalam darah arteri. Reseptor2 ini disebut badan karotis dan aorta,
mengirim impuls mereka ke pusat pernapasan di medula dan pons

17
terutama untuk meningkatkan ventilasi sewaktu kadar O2 rendah.
Kemoreseptor ini kurang sensitif dari pada kemoreseptor sentral.

f) Pergerakan Udara
 Hukum Boyle
Pergerakan udara mengikuti gradient penurunan tekanan, yaitu
mengalir dari tekanan tinggi ke tekanan rendah. Oleh karena itu agar
udara dapat masuk ke intra-alveolus harus lebih kecil dari tekanan
atmosfer sehingga udara dapat mengalir masuk sewaktu inspirasi. Sama
halnya sewaktu ekspirasi, tekanan intra-alveolus harus lebih besar dari
tekanan atmosfer agar udara dapat mengalir keluar. Tekanan intra-
alveolus dapat diubah dengan mengubah volume paru-paru, sesuai
dengan Hukum Boyle.
Hukum Boyle menyatakan bahwa pada suhu konstan, tekanan yang
ditimbulkan oleh suatu gas berbanding terbalik dengan volume. Sewaktu
volume gas meningkat, tekanan yang ditimbulkan oleh gas berkurang
secara proporsional. Demikian sebaliknya bila tekanan meningkat secara
proporsional sewaktu volume gas berkurang, maka secara matematis
Hukum Boyle dapat dituliskan sebagai P = 1/V. Perubahan volume paru-
paru, dan karenanya tekanan intra-alveolus, ditimbulkan secara tidak
langsung oleh aktivitas otot-otot pernapasan.

 Tekanan dan Aliran Udara Ke Paru-Paru


Terdapat tiga tekanan yang berperan penting dalam proses ventilasi
pernapasan yaitu tekanan atmosfer (barometrik), tekanan intrapleura dan
tekanan intra-alveolus.
 Tekanan atmosfer adalah tekanan yang ditimbulkan oleh udara di
atmosfer pada benda di permukaan bumi, termasuk tubuh manusia.
Pada ketinggian permukaan laut, tekanan atmosfer sama adengan 760
mmHg atau 1 atm. Tekanan atmosfer akan berkurang seiring dengan
penambahan ketinggian di atas permukaan laut.

18
 Tekanan intrapleura atau dikenal juga sebagai tekanan intrathoraks
adalah tekanan cairan di dalam kantung pleura (ruang antara pleura
parietalis dan pleura visceralis). Tekanan intrapleura lebih rendah
dari tekanan atmosfer, rerata tekanan intrapleura yaitu 756 mmHg
pada saat instirahat. Tekanan udara pernapasan menggunakan
tekanan atmosfer sebagai titik referensi.2 Hal tersebut berarti tekanan
sebesar 756 mmHg pada intrapleura saat istirahat dapat pula disebut
sebagai tekanan -4 mmHg. Meskipun sebenarnya tidak ada tekanan
negatif absolut, tekanan 756 mmHg pada ruang tertutup kantung
pleura menjadi tekanan – 4 mmHg karena lebih rendah 4 mmHg
dibandingkan tekanan atmosfer. Selama inspirasinormal
pengembangan rangka dada akan menarik paru kea rah luar sehingga
tekanan intrapleura menjadi semakin negative, menjadi rata - rata 6
mmHg. Peningkatan negativitas tekanan intrapleura dari -4 menjadi
-6 mmHg selama inspirasi meningkatkan volume paru sebanyak 0,5
liter. Tekanan intrapleura dapat mencapai -18mmHg selama inspirasi
kuat. Pada kantung pleura, tekanan tidak menyeimbangkan dengan
tekanan atmosfer maupun intra-alveolus karena tidak ada komunikasi
langsung dengan atmosfer atau alveolus.
 Tekanan intra-alveolus atau tekanan intrapulmonal adalah tekanan di
dalam alveolus. Arah dari aliran udara ditentukan oleh hubungan
antara tekanan atmosfer dan tekanan intra-alveolus. Ketika glottis
terbuka, dan tidak ada udara yang mengalir ke dalam atau ke luar paru
maka tekanan pada semua saluran napas sampai alveoli sama dengan
tekanan atmosfer, yang dianggap sebagai tekanan acuan 0 dalam
jalan napas yaitu 0 mmHg.2 Saat tubuh relaksasi dan bernafas tenang,
perbedaan tekanan intra-alveolus dan tekanan atmosfer relatif kecil.
Saat inspirasi paru-paru mengembang dan tekanan intra-alveolus
turun menjadi 759 mmHg atau dapat dinyatakan sebagai -1 mmHg.
Tekanan yang sedikit negative ini cukup untuk menarik sekitar 0,5
liter udara kedalam paru dalam waktu 2 detik. Saat ekspirasi paru-
paru kembali ke ukuran semula dan tekanan intra pulmonal

19
meningkat menjadi 761 mmHg atau +1 mmHg, tekanan ini
mendorong sekitar 0,5 liter udara inspirasi keluar paru saat ekspirasi
selama 2 sampai 3 detik. Udara berhenti mengalir pada saat tekanan
intra-alveolus sama dengan tekanan atmosfer.
Terdapat perbedaan antara tekanan alveolus dan tekanan pleura.
Perbedaan ini disebut tekanan transpulmonal yang merupakan
perbedaan antara tekanan alveoli dan tekanan pada permukaan luar
paru. Perbedaan tekanan menerminkan nilai dalam paru yang
cenderung mengempiskan paru pada setiap pernapasan atau disebut
juga tekanan daya lenting paru.
g) Pertukaran Gas
Pertukaran gas di tingkat kapiler paru dan kapiler jaringan berlangsung
secara difusi pasif sederhana O2 dan CO2 menuruni gradien tekanan parsial.
Peristiwa difusi merupakan peristiwa pasif yang tidak memerlukan energi
ekstra. Tidak terdapat mekanisme transport aktif dalam pertukaran gas-gas
ini. Suatu tekanan yang ditimbulkan secara independen atau tersendiri oleh
masing-masing gas dalam suatu campuran gas disebut tekanan parsial gas.
 Hukum Dalton Tentang Tekanan Parsial Gas

Gambar 2.14 Tekanan Parsial

Dalam Hukum Dalton disebutkan bahwa total tekanan suatu campuran


gas adalah sama dengan jumlah tekanan parsial dari masing-masing
bagian gas. Sebagai contoh, udara yang kita hirup merupakan campuran
gas, terdiri dari Nitrogen (N2) 79%, Oksigen (O2) 21%, dan 1% terdiri
dariuap air (H2O), karbondioksida (CO2) dan gas lain-lain. Berdasarkan
hal tersebut maka 79% dari tekanan atmosfer 760 mmHg (sekitar 600
mmHg) ditimbulkan oleh molekul N2, begitu juga dengan oksigen yaitu

20
21% dari tekanan atmosfer (sekitar 160 mmHg) ditimbulkan oleh
molekul O2 di udara. Untuk tekanan udara atmosfer dapat dituliskan
sebagai PN2 + PO2 PH2O + PCO2 + Pgaslain = 760 mmHg.
 Tekanan Parsial O2 dan CO2 Di Alveolus
Saat udara melewati rongga hidung, udara difiltrasi, dihangatkan dan
dilembabkan. Filtrasi dan pelembaban udara berlanjut selama udara
melalui faring, trachea, dan bronkus. Semua hal tadi akan merubah
karakteristik udara atmosfer ketika memasuki jalan napas.4 Saat
mencapai alveoli, udara yang baru masuk akan bercampur dengan udara
residu alveoli dari siklus napas sebelumnya. Udara alveoli mengandung
lebih banyak CO2 dan lebih sedikit O2 dibanding udara atmosfer. Selama
ekspirasi, udara yang keluar dari alveoli bercampur dengan 150 ml udara
di dead space menghasilkan campuran udara yang berbeda dengan udara
atmosfer dan udara alveoli.
Saat udara atmosfer memasuki jalan napas yang lembab, maka segera
udara tersebut akan jenuh oleh H2O. Pada suhu tubuh tekanan parsial
H2O sekitar 47 mmHg. Sehingga masing-masing gas dalam campuran
gas udara atmosfer akan “diencerkan” oleh tekanan uap air kemudian
tekanannya akan menurun, dengan kata lain tekanan campuran gas
berubah menjadi 713 mmHg dalam saluran napas. Maka dapat
diperkirakan dalam udara lembab PN2 sekitar 563 mmHg dan PO2 150
mmHg.2,7Pada akhir inspirasi, kurang 15% udara di alveolus adalah
udara segar karena udara yang masuk selain mengalami pelembaban juga
bercampur dengan udara sisa ekspirasi sebelumnya dan udara di dead
space paru. Akibat dari pelembaban dan pertukaran udara alveolus yang
rendah maka PO2 di alveolus rerata adalah 100 mmHg.
Pada CO2 terjadi situasi serupa tetapi berkebalikan dengan O2 pada
jalur napas. Alveoli mengandung lebih banyak CO2 dan lebih sedikit O2
dibanding udara atmosfer akibat produksi CO2 sebagai sisa metabolisme.
Di kapiler paru CO2 berdifusi menuruni gradien tekanannya dari darah
ke alveoli, maka sewaktu di alveoli konsentrasi CO2 di alveoli
ditambahkan dengan konsentrasi CO2 yang terkandung dalam udara

21
inspirasi sehingga tekanannya pun meningkat. Seperti halnya PO2,
PCO2 di alveoli juga relatif tetap tetapi dengan nilai yang berbeda yaitu
40 mmHg.
 Gradien PO2 dan PCO2 Menembus Kapiler Paru

Gambar 2.15 Gradien PO2 dan CO2.


Kelarutan gas dalam cairan dijelaskan dalam Hukum Henry. Dalam
Hukum Henry disebutkan bahwa, pada temperatur konstansemakin besar
tekanan parsial suatu gas dan semakin besar tingkat kelarutanya maka
semakin banyak gas yang terlarut dalam cairan tubuh. Ini berarti
perbedaan tekanan parsial yang tinggi akan memudahkan kelarutan suatu
gas.7 Ventilasi secara terus-menerus mengganti O2 alveolus dan
mengeluarkan CO2 sehingga gradien parsial antara darah dan alveolus
dipertahankan. Darah yang masuk ke kapiler paru berasal dari vena
sistemik yang relatif kekurangan O2 (PO2 40mmHg) dan relatif kaya
CO2 (PCO2 46mmHg). Karena PO2 di alveolus lebih tinggi
dibandingkan PO2 di kapiler paru yaitu 100 mmHg, maka O2 berdifusi
menuruni gradien memasuki kapiler paru hingga tidak ada lagi gradien
tekanan parsial. Sehingga sewaktu meninggalkan kapiler kembali ke
sirkulasi, darah memiliki PO2 sama dengan alveolus yaitu 100
mmHg.2,6. Gradien PCO2 memiliki arah yang berlawanan, yaitu darah
yang memasuki kapiler paru memiliki PCO2 lebih tinggi (46 mmHg)
dibandingkan PCO2 di alveolus (40 mmHg), sehingga terjadi difusi CO2

22
dari darah ke dalam alveolus sampai tidak ada lagi gradien tekanan
parsial. Setelah meninggalkan kapiler kembali ke sirkulasi, darah.
h) Pengaruh Lingkungan pada Pernafasan
Dampak buruk polusi udara bagi kesehatan manusia tidak dapat dibantah
lagi, baik polusi udara yang terjadi di alam bebas (Outdoor air polution)
ataupun yang terjadi di dalam ruangan (Indoor air polution), polusi yang
terjadi diluar ruangan terjadi karena bahan pencemar yang berasal dari
industri, transportasi, sementara polusi yang terjadi di dalam ruangan dapat
berasal dari asap rokok, dan gangguan sirkulasi udara. Pencemaran udara
disebabkan oleh zat-zat pencemar udara atau yang biasa disebut dengan
polutan. Polutan udara yang dapat mengakibatkan gangguan pada saluran
pernafasan adalah gas Nitrogen Dioksida (NO2) ,Sulfur Dioksida (SO2) ,
formaldehid, ozon, dan partikel debu. Polutan tersebut bersifat mengiritasi
saluran pernafasan yang dapat mengakibatkan gangguan fungsi paru. Gas
SO2 dapat menimbulkan efek iritasi pada saluran pernafasan bagian atas
karena mudah larut dalam air yang mengakibatkan produksi lendir
meningkat sehingga terjadi penyempitan pada saluran pernafasan. Nitrogen
dioksida bersifat iritan dan radikal. Gas NO2 termasuk salah satu gas utama
dalam reaksi kimia di atmosfer karena dapat menghasilkan ozon di lapisan
troposfer setelah bereaksi dengan sinar ultraviolet
Akibat-akibat yang timbul pada pernafasan karena bahan pencemar udara
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jenis bahan pencemar,
toksisitasnya, dan ukuran partikelnya. Bahan oksidan seperti ozon dapat
mengiritasi mukosa saluran pernafasan yang berakibat pada peningkatan
insiden penyakit saluran pernafasan kronik yang non spesifik atau Chronic
non Spesific respiratory diseases (CNSRD), seperti asma dan bronkitis.
Beberapa bahan organik berupa partikel debu dapat menyebabkan
pneumokoniosis. Bahan pencemar lain seperti oksida nitrogen (NOx) dan
sulfur dioksida (S02) juga dapat mengakibatkan CNSRD.
i) Bioenergetika
Bioenergetika adalah bidang biokimia dan biologi sel yang menyangkut
aliran energi melalui system kehidupan. Ini adalah area aktif penelitian

23
biologi yang mencakup respirasi seluler dan banyak proses metabolisme dan
enzimatik lainnya yang mengarah pada produksi dan pemanfaatan energi.
Bentuk seperti molekul Adenosine trifosfat (ATP). Artinya, tujuan bioenergi
adalah untuk menggambarkan bagaimana organisasi yang hidup
memperoleh dan mengubah energi untuk melakukan pekerjaan biologis.
Bioenergetika atau termodinamika biokimia adalah ilmu pengetahuan
mengenai perubahan energi yang menyertai reaksi biokimia. Reaksi ini
diikuti oleh pelepasan energi selama sistem reksi bergerak dari tingkat energi
yang lebih tinggi ke tingkat energi yanng lebih rendah. Sebagian besar energi
dilepaskan dalam bentuk panas. Pada sistem non biologik dapat
menggunakan energi panas untuk melangsungkan kerjanya dan dapat diubah
menjadi energi mekanik atau energi listrik. Sedangkan pada sistem biologik
bersifat isotermik dan menggunakan energi kimia untuk memberikan tenaga
bagi proses kehidupan.
• Hukum I Termodinamika
“Dalam setiap perubahan fisika atau kimia jumlah total energy pada
lingkungan adalah tetap”
• Hukum II Termodinamika
“Entropi total suatu system harus meningkat bila suatu proses
berlangsung spontan”
Senyawa Berenergi Tinggi
1. ATP (adenosine trifosfat) sebagai senyawa antara utama yang
menghubungkan reaksi kimia penghasil energy dan reaksi yang
menghasilkan energy
2. ATP terhidrolisis menjadi ADP (adenosine difosfat) dan Pi (fosfat
anorganik) atau AMP (adenosine monofosfat) dan PPi (pirofosfat)

Hubungan Rantai Pernapasan dengan Senyawa Fosfat Berenergi


Tinggi:

1. Rantai Respirasi (pernapasan) terdiri dari serangkaian protein dengan


gugus protestik yang terikat kuat, dan mampu menerima dan
memberikan electron

24
2. Setiap anggota dapat menerima electron dari anggota sebelumnya dan
memindahkan electron ke molekul anggota berikutnya dalam urutan
reaksi yang spesifik
3. Elektron yang masuk kaya akan energy, saat electron tersebut melalui
rantai menuju oksigen dengan setahap demi setahap electron kehilangan
energy bebasnya
j) Rantai Pernafasan
Rantai respirasi adalah rangkaian proses transferelektron hidrogen yang
terjadi pada bagian membrandalam mitokodria dengan melibatkan sejumlah
enzim. Hasil akhir dari rangkaian proses transfer elektron ialah sejumlah
energi berbentuk ATP yang diperlukan dalam berbagai aktivitas organisme
hidup.
Respirasi sebagai suatu proses oksidasi yang terdiri banyak tahapan reaksi
dan juga respirasi adalah oksidasi selular di mana energi yang disimpan
dalam molekul-molekul makanan dilepaskan dan digunakan oleh sel. Dalam
reaksi tersebut H2O dan CO2 merupakan hasil akhir dn energi terlepas reaksi
umum respirasi.
Reaksi respirasi merupakan reaksi katabolisme yang memecah molekul-
molekul gula menjadi molekeul anorganik berupa CO2 dan H2O.Tujuan
respirasi adalah untuk mendapatkan energi melalui melalui proses glikolisis.
Senyawa gula diperoleh dari proses fotosintesis. Butiran amilum yang yang
tersimpan dalam jaringan dan organ penyimpan cadangan makananakan
diubah kembali piruvat dan masuk ke dalam siklus Krebs. Selama glikolisis
berlangsung dan dalam siklus Krebs akan dihasilkan gas CO2 yang akan
dikeluarkan dari dalam sel. Gas tersebut dengan berdifusi akan terkumpul
dalam rongga-rongga antara sel dan bila terkena telah cukup akan keluar dari
jaringan.
k) Sifat Elastik Paru
Elastisitas paru berkaitan dengan dua konsep, yaitu compliance paru dan
elastic recoil. Compliance paru adalah luasnya pengembangan paru untuk
setiap peningkatan tekanan transpulmonal atau seberapa besar upaya yang
dibutuhkan untuk mengembangkan atau meregangkan paru, dianalogikan

25
sebagai seberapa keras kerja yang dibutuhkan untuk meniup sebuah balon.
Secara spesifik, compliance paru adalah ukuran seberapa banyak perubahan
dalam volume paru yang terjadi akibat perubahan tertentu dari gradien
tekanan antara alveoli dan intrapleura yang membuat dinding paru-paru
meregang mengisi dinding thoraks, atau disebut gradien tekanan
transmural/transpulmonal. Hal ini berarti, semakin rendah compliance paru
maka semakin besar gradien tekanan transmural yang harus diciptakan
selama inspirasi agar menghasilkan ekspansi paru normal.
Istilah elastic recoil merupakan seberapa mudah paru-paru kembali ke
bentuknya semula setelah diregangkan. Hal ini berperan mengembalikan
paru-paru kembali ke volume sebelum inspirasi ketika otot-otot pernapasan
relaksasi di akhir inspirasi.2 Sifat elastic recoil paru dipengaruhi oleh
kandungan tinggi serat elastin pada jaringan paru, dan yang lebih penting lagi
yaitu tegangan permukaan alveolus yang bekerja di pertemuan udara – air
pada alveolus.
l) Resistensi Jaringan Paru
Resistensi jaringan paru (RL) adalah hambatan terhadap usaha
pernapasan yang dipengaruhi oleh elastisitas rekoil jaringan paru dan dinding
dada, serta gaya gesekan antara permukaan paru dengan dinding dada.
Resistensi saluran napas (RAW) adalah hambatan yang dihasilkan oleh gaya
gesek aliran udara yang masuk kedalam saluran napas dengan dinding
saluran napas. Faktor-faktor yang mempengaruhi resitensi saluran napas
adalah kontraksi otot polos bronkial, volume paru, densitas dan viskositas
gas respirasi serta diameter saluran napas kecil. Penyakit yang menyebabkan
gangguan resistensi saluran napas antara lain yaitu asma bronkiale, penyakit
paru obstruktif kronik dan obesity hipoventilation syndrome. Pengukuran
resistensi saluran napas dapat menggunakan beberapa modalitas alat antara
lain yaitu spirometri

26
m) Spirometry

Gambar 2.16 Alat Spirometer


Spirometri adalah salah satu metode pemeriksaan untuk mengevaluasi
fungsi dan mendiagnosis kondisi paru-paru. Dalam pemeriksaan ini, dokter
akan meminta pasien untuk bernapas menggunakan alat yang disebut
spirometer. Tes ini akan menunjukkan kondisi paru-paru, termasuk seberapa
banyak udara yang dapat dihirup dan dikeluarkan serta kapasitas paru-paru.
Langkah Prosedur Spirometri Sekitar 24 jam sebelum melakukan spirometri,
pasien disarankan untuk berhenti merokok dan tidak mengonsumsi minuman
beralkohol. Pasien juga dianjurkan untuk tidak menjalani olahraga berat atau
makan dalam porsi besar beberapa jam sebelum pemeriksaan spirometri.
Saat hendak melakukan tes spirometri, sebaiknya hindari mengenakan
pakaian yang ketat. Dokter juga mungkin akan meminta pasien
menghentikan penggunaan obat tertentu sebelumnya.
Berikut ini adalah urutan prosedur tes spirometri:
1. Pasien akan diminta duduk di tempat yang telah disediakan oleh dokter.
Setelah itu, dokter akan menempatkan semacam klip di hidung yang
berfungsi untuk menutup kedua hidung pasien.
2. Dokter akan memasang masker pernapasan di mulut pasien, kemudian
meminta pasien untuk menarik napas dalam-dalam, menahan napas
selama beberapa detik, lalu mengembuskan napas sekuat mungkin ke
dalam masker pernapasan.
3. Dokter biasanya akan meminta pasien untuk mengulang hal tersebut
sebanyak 3 kali untuk memastikan hasil yang konsisten. Setelah
pemeriksaan selesai dilakukan dan hasilnya diperoleh, dokter akan
menilai fungsi paru pasien.

27
4. Setelah tes spirometri selesai, ada kemungkinan dokter akan memberi
pasien obat bronkodilator hirup untuk melebarkan jalan napas.
5. Sekitar 15 menit kemudian, dokter akan meminta pasien untuk
melakukan tes spirometri ulang.
6. Dokter akan membandingkan hasil kedua tes tersebut untuk menilai
efektivitas bronkodilator dalam memperbaiki jalan napas pasien.
Adapun efek samping spirometri yang mungkin terjadi adalah merasa
sedikit pusing dan terkadang sesak napas setelah melakukan tes.
Ada beberapa kondisi kesehatan yang perlu diperiksa dengan tes
spirometri, antara lain:
a. Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)
PPOK adalah penyakit paru akibat peradangan kronis yang
menyebabkan aliran udara di paru-paru terhambat. Kondisi ini umumnya
menimbulkan gejala berupa batuk, sesak napas, dan mengi. Untuk
menilai fungsi pernapasan pada penderita PPOK, tes spirometri biasanya
dilakukan setiap 1–2 tahun.

Gambar 2.17 Kondisi Paru-Paru pengidap PPOK


b. Asma
Asma adalah jenis penyakit kronis akibat peradangan dan penyempitan
saluran napas yang menimbulkan sesak napas dan batuk. Gejala asma
bisa muncul jika terjadi infeksi, alergi, terpapar polusi, hingga rasa cemas
berlebihan.

28
c. Fibrosis kistik

Gambar 2.18 Anak mengidap Fibrosis Kistik.


Fibrosis kistik adalah kondisi genetik ketika paru-paru dan sistem
pencernaan tersumbat oleh lendir yang tebal dan lengket. Fibrosis kistik
yang menyerang saluran pernapasan dapat memicu gejala hidung
tersumbat, mengi, sesak napas, dan batuk berdahak yang
berkepanjangan.
d. Fibrosis paru
Penyakit fibrosis paru terjadi saat jaringan paru rusak dan terbentuk
jaringan parut pada jaringan paru. Jaringan parut ini membuat paru
menjadi lebih kaku, sehingga mengganggu pernapasan.Tes spirometri
juga dapat membantu dokter dalam menentukan tingkat keparahan
penyakit paru-paru yang Anda alami atau sebagai metode untuk menilai
respons pengobatan Anda. Jika Anda memiliki masalah paru-paru atau
pernapasan, segera periksakan diri ke dokter. Dokter akan melakukan
serangkaian tes seperti spirometri, pemeriksaan fisik paru, foto Rontgen,
atau CT scan paru-paru, untuk mengetahui gangguan yang Anda alami
dan memberikan pengobatan yang tepat.

3. Sistem Peredaran Darah (Dapar Darah) pada Sistem pernafasan

Hubungan antara sistem peredaran darah dengan pernafasan adalah ketika


kita bernapas, maka akan terjadi pertukaran antara oksigen dan karbondioksida.
Oksigen akan terikat dalam darah dan dialirkan ke seluruh tubuh. Di bagian-
bagian tubuh (jaringan) akan terjadi pembongkaran / metabolisme yang
berfungsi untuk menghasilkan energi (respirasi), baik yang membutuhkan

29
oksigen / respirasi aerob maupun yg tak membutuhkan oksigen / respirasi
anaerob. Dari respirasi tersebut akan diperoleh energi baik dalam bentuk atp atau
pun lainnya. Energi tersebutlah yang akan digunakan oleh tubuh untuk
melakukan aktifitas. Jika tubuh memerlukan banyak energi, respirasi kita akan
meningkat dan denyut jantung juga akan semakin cepat yang mana merupakan
respon tubuh untuk mencukupi suplai oksigen dalam tubuh.
Darah bersih yang mengandung O2 dibawa dari paru-paru melalui vena
pulmonalis masuk ke serambi kiri dan diteruskan ke bilik kiri lalu dipompa ke
seluruh tubuh melalui aorta. Darah kotor yang mengandung CO2 dibawa dari
seluruh tubuh ke paru-paru melalui arteri pulmonalis. Di dalam proses
pertukaran O2 dan CO2, oksigen yang dibutuhkan berdifusi masuk ke darah
dalam pembuluh kapiler yang menyelubungi alveolus.Selanjutnya, oksigen
diikat oleh hemoglobin (Hb) untuk diangkut ke sel-sel jaringan tubuh. Darah
adalah komponen, termasuk jaringan penghubung dalam tubuh yang berfungsi
vital darah berfungsi mengangkut sari makanan yang terlarut di dalamnya, dan
mengangkut oksigen dengan hemoglobin yang terdapat pada sel darah merah.
Darah berada dalam sistem sirkulasi, bersama komponen lain yaitu pembuluh
darah, dan jantung sebagai pusatnya sirkulasi manusia termasuk sirkulasi ganda,
dimana darah memasuki jantung 2 kali sehingga darah kotor (kaya CO2) dan
darah bersih (kaya O2) tidak tercampur.

Adapun alur sirkulasi darah adalah sebagai berikut.

1. Darah dari ventrikel kanan keluar ketika v. kanan berkontraksi melalui


katup pulmonalis dan menuju arteri pulmonalis.
2. Dari arteri pulmonalis menuju ke paru ( alveoli) dan menukarkan CO2
dengan O2 dengan cara mengikat O2 dengan hemoglobin( penjelasan
lengkap hemoglobin akan dibahas nanti)
3. Darah kembali ke jantung melalui vena pulmonalis menuju ke atrium kiri
4. Atrium kiri berkontraksi, darah melewati katup mitral menuju ke
ventrikel kiri
5. Setelah itu ventrikel kiri berkontraksi, dan darah keluar melalui katup
aorta menuju aorta ascenden (ke arah atas)

30
6. Setelah itu darah terpisah, ada yang menuju arteri sublavia dextra menuju
ke tangan kanan, dan carotis komunis dextra menuju leher dan kepala
kanan.sisanya menuju arcus aorta
7. Sebagian menuju ke trucnkus brachiocephalica untuk s. selanjutnya ke
arteri subclavia dan carotis sinistra untuk kepala dan tangan kiri
8. Selanjutnya darah menuju aorta descenden (turun ke bawah) untuk
memperdarahi daerah bawah.dan organ lainya.
9. Darah dari jaringan akan kembali ke jantung. Dari bagian atas (kepala
dan lengan) akan menuju vena cava superior dan menuju jantung di
atrium kanan
10. Bagian bawah menuju vena cava inferior menuju ke atrium dextra pula
(perhatikan anatomi jantung)
11. Ketika atrium dextra kontraksi, maka darah akan melalui katup
trikuspidalis menuju ventrikel dextra dan siklus akan berulang hubungan
dengan sistem respirasi berulang

Hubungan dengan sistem respirasi fungsi darah sebagai pengangkut O2


berhubungan erat dengan respirasi.

1. Memiliki reseptor dan syaraf yang berfungsi sinergis sehingga


peninggkatan salah satu, biasanya diikuti oleh yang lainya juga.
2. Dalam kasus ini, peningkatan kadar CO2 kan merangsang kemoreseptor
di aorta descenden untuk merangsang saraf simpatis dengan atau tanpa
hormon adrenalin hingga keduanya meningkatkan kinerja secara
sinergis.
3. Secara logika, karena pertukaran O2 dan CO2 berlangsung dalam darah,
maka akan percuma jika salah satu (pernafasan/sirkulasi) saja yang
meningkat

31
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan

System pernapasan adalah system yang membantu kita bernapas sehari-hari,


dan berfungsi sebagai tempat pertukaraan oksigen dan karbon dioksida. System
pernafasan terdiri atas beberapa organ yaitu hidung (cavuum nasalis),
tenggorokan (faring), pangkal tenggorokan (laring), trakea, cabang batang
tenggorokan (bronkus), serta paru-paru (pulmo). Sistem ini berfungsi untuk
mengambil oksigen dari udara yang dihirup dan mengeluarkan karbon dioksida
sebagai sisa metabolisme dari dalam tubuh. Dapar (buffer) atau lebih dikenal
dengan larutan penyangga berperan untuk mempertahankan pH darah. Darah
mempunyai pH yang relatif tetap sekitar 7,4. Hal ini dikarenakan adanya sistem
penyangga (H2CO3 – HCO3- ). Ketika asam memasuki pembuluh darah, maka
ion HCO3- akan berubah menjadi ion H2CO3, kemudian H2CO3 akan terurai
membentuk CO2. Pernapasan akan meningkat untuk mengeluarkan kelebihan
CO2 melalui paru-paru. Mekanisme buffer tersebut bertujuan untuk
mempertahankan pH darah antara 7,35- 7,45.

2. Saran

Mari jaga system pernafasan terutama pada paru-paru dan organ system
pernafasan lainnya. Karena system pernafasan sangat penting bagi tubuh. Agar
tidak terjadi gangguan pada system pernafasan kita, hindari gas-gas beracun,
polusi udara dan terutama hindari sikap merokok. Paru-paru (pulmo) mudah
sekali terserang penyakit infeksi sehingga menimbulkan kerusakan jaringan.

32
DAFTAR PUSTAKA

Adrian,dr.Kevin.2021. Waspadai Bahaya Polusi Udara Terhadap Kesehatan


Paru-Paru. Tersedia pada: https://www.alodokter.com/lindungi-paru-
paruanda-dari-polusi-udara diakses pada 8 Agustus 2021 pukul 13.55

Adrian, dr.Kevin. 2020. Memahami Tes Spirometri dan Kondisi Yang


Memerlukannya. Tersedia pada: https://www.alodokter.com/memahami-
tesspirometri-dan-kondisi-yang-memerlukannya diakses pada 8 Agustus
2021 pukul 15.15

A. Rifa’i,dkk.2013. Aplikasi Sensor Tekanan Gas MPX5100 Dalam Alat Ukur Kapasitas

Vital Paru-Paru. Tersedia Pada: file:///C:/Users/user/Downloads/1360-

Article%20Text-2636-1-10-20130608.pdf diakses pada 7 Agustus Pukul: 20.53

Alodokter.2020. Mengenal Sistem Organ Pada Manusia dan Fungsinya. Tersedia


pada: https://www.alodokter.com/mengenal-sistem-organ-pada-manusia-
danfungsinya diakses pada 7 Agustus 2021 Pukul 20:23

Pintar, Kelas.2021. Mekanisme Respirasi atau Pernafasan. Tersedia Pada:


https://www.kelaspintar.id/blog/tips-pintar/mekanisme-respirasi-
ataupernapasan-11553/ diakses pada 7 Agustus Pukul 20.40

Setya, Rusell. 2021. Rantai Respirasi. Tersedia pada:

https://id.scribd.com/doc/256020945/Rantai-Respirasi diakses pada 8 Agustus


2021 pukul 14.55

Sukmawati, Ni Made Suci. 2016. Bioenergitika. Tersedia pada:

https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_dir/a1d04c3b9e3dc280961b
b70c95ebc83d.pdf diakses pada 8 Agustus pukul 14.15

WikipediA. 2019. Pernafasan. Tersedia pada:


https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/e8f8ecb514f99bf18b3c
a98d18561035.pdf diakses pada 7 Agustus 2021 Pukul 21.15

33
Viswanatha, P. A., & KAH, P. (2017). Keseimbangan Asam Basa. Gangguan
Keseimbangan Air-Elektrolit dan Asam-Basa, 60-71. Tersedia pada:
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/5a1f9a2d9b46df3dbcb6

7e6d3b70f19b.pdf diakses pada 9 Agustus 2021 pukul 10.22

34

Anda mungkin juga menyukai