Dosen Pengajar :
Kelompok 2 (IA) :
Om Swastyastu,
Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan yang Maha Esa. Atas berkat
dan rahmat-Nya, penulisan makalah dengan judul “Anatomi Serta Fungsi Sistem
Pernapasan Manusia” dapat diselesaikan dengan sebaik-baiknya dan tepat waktu.
Terimakasih kami ucapkan kepada semua pihak yang membantu penyusunan
makalah ini.
Makalah ini disusun bertujuan untuk memenuhi syarat penugasan semester 1
pada mata kuliah ilmu biomedik dasar, sekaligus sebagai media pembelajaran dalam
jaringan di masa pandemic covid-19 ini, dan tidak lupa untuk penambah wawasan
bagi sang pembaca.
Kami menyadari bahwa makalah ini tidak luput dari sebuah kesalahan. Kami
memohon maaf sebesar-besarnya. Serta, kami menerima segala bentuk kritik dan
saran.
Tim Penyusun
ii
DAFTAR ISI
KATAPENGANTAR...................................................................................................... ii
DAFTAR ISI....................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.3 Tujuan................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
3.2 Saran.................................................................................................................. 32
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Fungsi utama system respirasi adalah mengekstrak oksigen dalam jumlah yang
cukup untuk metabolism sel dan melepaskan karbon dioksida. Dalam keadaan
normal manusia memerlukan oksigen sebayak 300 liter dalam sehari. Namun, pada
saat tubuh bekerja lebih keras maka kebutuhan oksigen juga akan meningkat.
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikandi atas, maka dirancanglah suatu
makalah yang berjudul Anatomi Serta Fungsi Sistem Pernafasan Manusia,
dimaksudkan agar pembaca dan penulis lebih memahami mengenai anatomi dan
fungsi dari sistem pernafasan manusia.
2. Rumusan Masalah
1. Apa saja komponen anatomi system pernapasan?
2. Apa saja fungsi organ system pernapasan?
3. Tujuan
1. Agar dapat mengenal komponen anatomi system pernapasan
1
BAB II
PEMBAHASAN
a) Hidung ( Nasal)
2
superior, nasalis lateralis inferior, kartilago ala minor, anterior kartilago
septum). Di hidung bagian dalam tersusun ats dinding medial (septum nasi),
diantara concha dan dinding lateral (meatus nasi), dinding lateral (concha).
Di bagian rongga hidung juga terdapat bulu halus, silia, dan lender. Lender
dalam hal ini mempunyai fungsi untuk melembabkan dan menghangatkan
udara yang masuk serta menangkap benda asing yang ikut masuk bersama
udara. Di dalam rongga hidung juga terdapat 4 jenis sinus yaitu, sinus
frontalis, sinusmaxilarris, sinus speinoidalis,dan sinus ethmoidalis. Melalui
sinus ethmoidalis muncul saraf pertama nervus olfactorius sebagai saraf
pembau. Selama pada rongga hidung udara mengalami 3 proses yaitu,
penyaringan oleh silia, kemudian pelembabpan udara oleh lender dan
mukosa, dan yang terakhir udara mengalami pemanasan oleh pembuluh
darah.
b) Tenggorokan (Faring)
3
(enzyme lyzocome, sebagai proteksi), dan otot (melebar dan memendekan
pharyng). Didalam nasofaring terdapat saluran eusthacius yang berfungsi
menyamakan tekanan udara di tengah telinga di belakang nasofaring terdapat
tonsil faring (adenoid). Orofaring terletak sejajar dengan mulut. Ia menerima
udara dari nasofaring dan makanan dari rongga mulut. Di dalam orofaring
terdapat lingual dan palatine tonsil. Sedangkan, laryngofaring terletak sejajar
dengan laring, ia berfungsi menyalurkan makanan ke kerongkongan dan
udara ke laring.
c) Laring
4
vestibulr bawah (kord vokalis superior) mengandung ligament yang elastis
yang bisa bergetar bila otot rangka menggerakan mereka ke jalur keluarnya
udara. Hal ini yang menyebabkan kita bisa berbicara dan mengeluarkan
suara.
5
Cabang trakea yang terdiri atas bronkus kanan (dextra) dan bronkus kiri
(sinistra), yang masing masing akan berhubungan dengan paru kanan dan
paru kiri. Perbandingan bronkus dextra dan sinistra sebagai berikut :
f) Alveoli
6
sedikit, pembuatan dan penyimpanan surfaktan,bentuknya globular). Alveoli
satu dengan yang lainnya dihubungkan oleh lubang yang bernama Porus
Kohn.
g) Paru-Paru (Pulmo)
Paru terbagi menjadi 2 yaitu pulmo dextra (kanan) dan pulmo sinistra
(kiri). Berikut merupakan bagian dari pulmo:
a. Pulmo dextra
3 lobus (superior, media, inferior)
Fissura horizontalis dan obliqua
Impresio (oesophageal, v.c superior, a.subclavia dextra, v.
azygos, cardiaca)
Hylus (bronchus, a.pulmonalis , v.pulmonalis)
b. Pulmo sinistra
2 lobus (superior, inferior)
Fissura obliqua, incisura cardiaca
Impresio (a.subclavia sinistra, a.carrotis comm sinistra, aorta
ascenden, arcus aorta, aorta descenden, cardiaca)
Hylus (a.pulmonalis , bronchus, v.pulmonalis)
7
limfatik, dan saraf menembumasing-masing lobus. Setiap paru-paru
memiliki fitur sebagai berikut :
a. Puncak dan dasar mengidentifikasi bagian atas dan bawah dari paru-
paru.
b. Permukaan masing-masing paru-paru berbatasan tulang rusuk (depan
dan belakang).
c. Di permukaan (mediastinal) medial, di mana masing-masing paru-
paru menghadapi selain paru-paru, saluran pernapasan, pembuluh
darah, dan pembuluh limfatik memasuki paru di hilus.
Pleura adalah membran ganda yang terdiri dari pleura bagian dalam
disebut pleura viseral, yang mengelilingi setiap paru-paru, dan pleura
parietal luar, melapisi rongga dada. Ruang sempit antara dua
membran,rongga pleura, diisi dengan cairan pleura, pelumas disekresikan
oleh pleura.
8
bagi kelangsungan hidup manusia. Sistem ini berfungsi untuk mengambil
oksigen dari udara yang dihirup dan mengeluarkan karbon dioksida sebagai sisa
metabolisme dari dalam tubuh. Sistem pernapasan terdiri dari hidung,
tenggorokan, laring, trakea dan bronkus, serta paru-paru. Proses penyerapan
oksigen dari udara untuk dialirkan ke seluruh sel dan jaringan tubuh berlangsung
di dalam paru-paru.
a) Mekanisme Pernafasan
9
a. Inspirasi (inhalasi), otot antara tulang rusuk berkontraksi, rongga
dada mengembang, volume paru-paru membesar dan tekanan
mengecil sehingga udara dari luar masuk ke dalam paru-paru agar
tekanan dalam paru-paru dan udara luar sama.
b. Ekspirasi (ekshalasi), otot antara tulang rusuk relaksasi, rongga dada
mengempis kembali ke semula, tekanan dalam paru-paru membesar,
volume paru-paru mengecil, hal ini menyebabkan tekanan udara
dalam paru-paru lebih besar dibandingkan tekanan udara luar
sehingga udara keluar.
Pernafasan perut
Pernafasan perut terjadi akibat kontraksi dan relaksasi diafragma dan
otot perut. Adapun untuk mekanisme inspirasi dan ekspirasi pada
pernapasan perut adalah sebagai berikut :
c. Inspirasi (inhalasi), otot perut berkontraksi, diafragma mendatar,
rongga dada membesar, tekanan dalam paru-paru mengembang,
volume paru-paru membesar, udara dari luar masuk ke dalam.
d. Ekspirasi (ekshalasi), otot perut relaksasi, diafragma melengkung
rongga dada mengecil, paru-paru mengempis tekanan besar, volume
mengecil dan udara keluar.
b) Volume dan Kapasitas Paru
Volume dan kapasitas seluruh paru tiap orang berbeda-beda, pada
wanita kira-kira 20 sampai 25 persen lebih kecil dibandingkan pria, dan
lebih besar lagi pada orang yang bertubuh atletis dan bertubuh besar
dibandingkan orang yang astensis dan bertubuh kecil.
10
1) Volume Tidal atau Volume Alun
Adalah volume udara yang diinspirasi atau diekspirasi pada setiap
kali pernapasan normal. Besarnya 6-7 ml/kgBB atau rata-rata sekitar
± 500 cc pada rata-rata orang dewasa.
2) Volume Cadangan Inspirasi (Inspiratory reserve volume)
Adalah volume udara ekstra yang diinspirasi setelah volume tidal,
dan biasanya mencapai ± 3000 cc.
3) Cadangan Eskpirasi (expiratory reserve volume)
Adalah jumlah udara yang masih dapat dikeluarkan dengan ekspirasi
kuat pada akhir ekspirasi normal, pada keadaan normal besarnya ±
1100 cc.
4) Volume Residu (Residual volume)
Yaitu volume udara yang masih tetap berada dalam paru-paru
setelah ekspirasi kuat. Besarnya ± 1200 ml pada laki-laki dan ±1100
pada perempuan.
Kapasitas paru merupakan gabungan dari beberapa volume paru dan
dibagi menjadi empat bagian, yaitu:
1) Inspirasi, sama dengan volume tidal + volume cadangan inspirasi,
besarnya ± 3500 cc.
2) Kapasitas Residu Fungsional, sama dengan volume cadangan
inspirasi + volume residu, besarnya ± 2300 cc.
3) Kapasitas Vital, sama dengan volume cadangan inspirasi + volume
tidal + volume cadangan ekspirasi, besarnya ± 4600 cc pada laki-laki
dan ±3500 ml pada perempuan.
4) Kapasitas Paru Total, sama dengan kapasitas vital + volume residu,
besarnya ± 5800 cc atau ±6000 ml pada pria dan ± 4500 pada wanita
c) Ventilasi Paru
Seperti yang telah diketahui pergerakan udara masuk dan keluar paru-
paru dengan merubah volume paru-paru. Perubahan volume paru-paru
terjadi melalui kontraksi otot-otot skeletal, khususnya yang berinsersi pada
tulang rangka iga, dan otot diafragma pada saat inspirasi. Selain hal tersebut,
sifat paru-paru yang elastis (elastic recoil) sehingga dapat diregangkan dan
11
dapat kembali ke posisi semula pada saat ekspirasi juga turut berperan dalam
siklus pernapasan.
12
digunakan untuk mengkalkulasi area potensial paru paru. Secara matematis
tekanan transpulmonal dapat dituliskan menjadi Ptranpulmonal =
Pintrapulmonal – Pintrapleura.
Ventilasi Alveolar
d) Pengaturan Pernafasan
Pengaturan pernafasan (peningkatan atau penurunan ventilasi) untuk
memenuhi kebutuhan metabolic dilakukan dengan mengupayakan
13
keseimbangann antara volume tidal dan frekuensi peernapasan. Pengaturan
ini dilakukan melalui tiga komponen sistem pengontrol pernapasan yaitu:
1) Pusat control respirasi (respiratory control centers)
berpencar di berberapa level, yaitu di batang otak (pons dan
medulla oblongata) serta korteks. Sentrum pernapasan di korteks
berperan untuk pernapasan yang disadari (voluntary) pusat
pernapasan yang disadari ini penting untuk mengatur pernapasan
selagi bicara, ,menyanyi dan mengedan. Sentrum pernapasan di
batang otak merupakan kelompok neuron luas terletak bilateral di
medulla di substansia retikuler medulla oblongata dan pons yang
berperan dalam pernapasan spontan (involuntary). Daerah ini dibagi
menjadi tiga kelompok neuron utama yaitu kelompok pernapasan
dorsal yang menyebabkan inspirasi, kelompok pernasapan ventral
yang menyebabkan ekspirasi dan pusat pneumotaksik yang
mengatur kecepatan dan kedalaman napas. Area inspiratorik pada
kelompok pernapasan dorsal memegang peranan paling mendasar
dalam mengatur pernapasan dimana sebagian besa neuronnya
terletak di dalam nucleus traktus solitaries. Nukleus ini merupakan
akhir sensoris dari nervus vagus (N.X) dan nervus glossofaringeus
(N.IX) yang mentransmisikan sinyal sensoris ke dalam pusat
pernapasan dari kemoreseptor perifer, baroreseptor dan berbagai
macam reseptor dalam paru. Pusat pneumotaksik mentransmisikan
sinyal ke area inspiratorik untuk mengatur titik ”penghentian”
inspirasi landai dengan demikian mengatur lamanya fase pengisian
pada siklus paru. Fungsi pusat pneumotaksik yang utama adalah
membatasi inspirasi dan memiliki efek sekunder terhadap
peningkatan kecepatan pernapasan, karena pembatasan inspirasi
juga memperpendek inspirasi dan seluruh periode pernapasan. Area
ekspiratotik pada kelompok pernapasan ventral hamper seluruhnya
tetap inaktif selama pernpasan tenang yang normal. Bila rangsang
pernapasan guna meningkatkan ventilasi paru menjadi lebih besar
dari normal, sinyal respirasi yang dari area inspiratorik (dorsal) akan
14
akan tercurah ke area ekspiratorik (ventral) sehingga area
ekspiratorik akan turut pernapsan ekstra. Neuron-neuron pada area
pernapasan ventral tersebut akan menghasilkan sinyal ekspirasi yang
kuat ke otot - otot abdomen selama ekspirasi yang sangat sulit.
Dengan demikian area ini lebih berperan sebagai suatu mekanisme
pendorong bila dibutuhkan ventilasi paru yang besar, khususnya
selama latihan fisik yang berat.
2) Efektor pernapasan (respiratory effectors)
Transmisi impuls dari pusat napas ke otot pernapasan berjalan
melalui Nervus frenikus yang menuju diafragma, yang berasal dari
radix saraf C3-C5. Blokade atau paralisis nervus frenikus unilateral
hanya sedikit mengurangi fungsi pulmoner (sekitar 25%) pada orang
normal. Walaupun paralisis pada nervus frenikus bilateral
menyebabkan gangguan yang lebih berat, aktivitas otot penyokong
pernapasan mempertahankan ventilasi yang adekuat pada sebagian
pasien. Otot-otot intercostal disarafi oleh radix saraf thoraks masing-
masing. Cedera kordaservikal di atas C5 tidak sesuai dengan
ventilasi spontan karena baik nervusfrenikus maupun interkostalis
sama-sama dikenai. Nervus aksesorius menuju ke muskulus
sternokledomastoideus, serta nervus servikalis inferior ke muskulus
skalenus. Nervus vagus memberikan inervasi sensorik pada
percabangan tracheobronchial. Terdapat inervasi autonomic
simpatik maupun parasimpatik, pada otot polos bronchial dan
kelenjar sekretorik. Aktivitas
3) Sensor pernapasan (respiratory sensors)
Sensor pernapasan terdiri dari kemoreseptor sentral,
kemoreseptor perifer, reseptor sensoris di dinding dada, serta
reseptor sensoris didalam paru. Kemoreseptor sentral terletak pada
area kemosensitif yang terletak sepersekian millimeter dibawah
permukaan ventral medulla oblongata. Area ini merespon dengan
cepat setiap peningkatan konsentrasi CO2 ataupun peningkatan
konsentrasi ion H+ dengan menambah ventilasi. Hipoksia tidak
15
berperan sebagai stimulant terhadap kemoreseptor sentral,
melainkan menekan kemoreseptor ini. Sebaliknya kemoreseptor
perifer yang terletak di bifurkasio arteri karotis dan sepanjang arkus
aorta diaktifkan oleh hipoksia dan oleh CO2 dan ion H+. Pada
suasana normal, reseptor ini sangat peka dan menjaga PaCO2 tetap
konstan walaupn ada peubahan produksi CO2. Sensor pernapasan
juga peka terhadap penurunan tekanan darah seperti yang didapatkan
pada shock yang mengakibatkan terjadinya hiperventilasi.
Kemoreseptor sentral hanya berperan linier terhadap PaO2,
sedangkan kemoreseptor perifer hanya menyebabkan kenaikan
ventilasi bila terjadi hipoksemia yang signifikan (PaO2 <60 mmHg).
Mekanoreseptor padadindiing dada bereaksi terhadap penegangan
otot dinding interkostal yang secara reflex mengatur irama
pernapasan dan dalamnya tarikan
e) Mekanisme Pertukaran O2 dan CO2 di dalam Paru-paru
Bagaimanakah oksigen masuk ke dalam darah di paru-paru? Bagaimana
karbon dioksida dikeluarkan ke udara dan paru-paru? Selain oksigen dan
karbon dioksida, udara mengandung nitrogen. Apakah nitrogen diserap oleh
tubuh?
Mari kita perhatikan data dalam tabel berikut ini. Tentang tekanan O2
dan CO2 di udara, alveolus, dan di jaringan tubuh.
16
berdifusi dari darah ke sel-sel jaringan tubuh termasuk ke dalam
mitokondria. Di dalam mitokondria, O2 akan dimanfaatkan untuk respirasi
intraseluler. Pernapasan intraseluler menghasilkan zat sisa, yaitu CO2. Sisa
respirasi ini harus dikeluarkan dari tubuh karena bersifat toksik (racun). Pada
tabel di atas, tekanan CO2 di jaringan tubuh lebih tinggi dari alveolus (45 :
40 mmHg). CO2 berdifusi ke dalam kapiler darah vena dan diangkut ke
alveolus. Tekanan CO2 di alveolus lebih tinggi dibandingkan dengan udara
di luar tubuh (40 : 0,3 mmHg). Dengan demikian, CO2 berdifusi dari
alveolus ke udara untuk dibuang ke luar tubuh. Jadi, pertukaran oksigen dan
karbon dioksida terjadi melalui proses difusi. Nitrogen juga diserap tubuh
melalui paru-paru dalam jumlah kecil. Tekanan nitrogen dalam paru-paru
dan jaringan sama, yaitu 569 mmHg sehingga nitrogen tidak diedarkan ke
jaringan tubuh.
Kemoreseptor Sentral
Kemoreseptor Perifer
17
terutama untuk meningkatkan ventilasi sewaktu kadar O2 rendah.
Kemoreseptor ini kurang sensitif dari pada kemoreseptor sentral.
f) Pergerakan Udara
Hukum Boyle
Pergerakan udara mengikuti gradient penurunan tekanan, yaitu
mengalir dari tekanan tinggi ke tekanan rendah. Oleh karena itu agar
udara dapat masuk ke intra-alveolus harus lebih kecil dari tekanan
atmosfer sehingga udara dapat mengalir masuk sewaktu inspirasi. Sama
halnya sewaktu ekspirasi, tekanan intra-alveolus harus lebih besar dari
tekanan atmosfer agar udara dapat mengalir keluar. Tekanan intra-
alveolus dapat diubah dengan mengubah volume paru-paru, sesuai
dengan Hukum Boyle.
Hukum Boyle menyatakan bahwa pada suhu konstan, tekanan yang
ditimbulkan oleh suatu gas berbanding terbalik dengan volume. Sewaktu
volume gas meningkat, tekanan yang ditimbulkan oleh gas berkurang
secara proporsional. Demikian sebaliknya bila tekanan meningkat secara
proporsional sewaktu volume gas berkurang, maka secara matematis
Hukum Boyle dapat dituliskan sebagai P = 1/V. Perubahan volume paru-
paru, dan karenanya tekanan intra-alveolus, ditimbulkan secara tidak
langsung oleh aktivitas otot-otot pernapasan.
18
Tekanan intrapleura atau dikenal juga sebagai tekanan intrathoraks
adalah tekanan cairan di dalam kantung pleura (ruang antara pleura
parietalis dan pleura visceralis). Tekanan intrapleura lebih rendah
dari tekanan atmosfer, rerata tekanan intrapleura yaitu 756 mmHg
pada saat instirahat. Tekanan udara pernapasan menggunakan
tekanan atmosfer sebagai titik referensi.2 Hal tersebut berarti tekanan
sebesar 756 mmHg pada intrapleura saat istirahat dapat pula disebut
sebagai tekanan -4 mmHg. Meskipun sebenarnya tidak ada tekanan
negatif absolut, tekanan 756 mmHg pada ruang tertutup kantung
pleura menjadi tekanan – 4 mmHg karena lebih rendah 4 mmHg
dibandingkan tekanan atmosfer. Selama inspirasinormal
pengembangan rangka dada akan menarik paru kea rah luar sehingga
tekanan intrapleura menjadi semakin negative, menjadi rata - rata 6
mmHg. Peningkatan negativitas tekanan intrapleura dari -4 menjadi
-6 mmHg selama inspirasi meningkatkan volume paru sebanyak 0,5
liter. Tekanan intrapleura dapat mencapai -18mmHg selama inspirasi
kuat. Pada kantung pleura, tekanan tidak menyeimbangkan dengan
tekanan atmosfer maupun intra-alveolus karena tidak ada komunikasi
langsung dengan atmosfer atau alveolus.
Tekanan intra-alveolus atau tekanan intrapulmonal adalah tekanan di
dalam alveolus. Arah dari aliran udara ditentukan oleh hubungan
antara tekanan atmosfer dan tekanan intra-alveolus. Ketika glottis
terbuka, dan tidak ada udara yang mengalir ke dalam atau ke luar paru
maka tekanan pada semua saluran napas sampai alveoli sama dengan
tekanan atmosfer, yang dianggap sebagai tekanan acuan 0 dalam
jalan napas yaitu 0 mmHg.2 Saat tubuh relaksasi dan bernafas tenang,
perbedaan tekanan intra-alveolus dan tekanan atmosfer relatif kecil.
Saat inspirasi paru-paru mengembang dan tekanan intra-alveolus
turun menjadi 759 mmHg atau dapat dinyatakan sebagai -1 mmHg.
Tekanan yang sedikit negative ini cukup untuk menarik sekitar 0,5
liter udara kedalam paru dalam waktu 2 detik. Saat ekspirasi paru-
paru kembali ke ukuran semula dan tekanan intra pulmonal
19
meningkat menjadi 761 mmHg atau +1 mmHg, tekanan ini
mendorong sekitar 0,5 liter udara inspirasi keluar paru saat ekspirasi
selama 2 sampai 3 detik. Udara berhenti mengalir pada saat tekanan
intra-alveolus sama dengan tekanan atmosfer.
Terdapat perbedaan antara tekanan alveolus dan tekanan pleura.
Perbedaan ini disebut tekanan transpulmonal yang merupakan
perbedaan antara tekanan alveoli dan tekanan pada permukaan luar
paru. Perbedaan tekanan menerminkan nilai dalam paru yang
cenderung mengempiskan paru pada setiap pernapasan atau disebut
juga tekanan daya lenting paru.
g) Pertukaran Gas
Pertukaran gas di tingkat kapiler paru dan kapiler jaringan berlangsung
secara difusi pasif sederhana O2 dan CO2 menuruni gradien tekanan parsial.
Peristiwa difusi merupakan peristiwa pasif yang tidak memerlukan energi
ekstra. Tidak terdapat mekanisme transport aktif dalam pertukaran gas-gas
ini. Suatu tekanan yang ditimbulkan secara independen atau tersendiri oleh
masing-masing gas dalam suatu campuran gas disebut tekanan parsial gas.
Hukum Dalton Tentang Tekanan Parsial Gas
20
21% dari tekanan atmosfer (sekitar 160 mmHg) ditimbulkan oleh
molekul O2 di udara. Untuk tekanan udara atmosfer dapat dituliskan
sebagai PN2 + PO2 PH2O + PCO2 + Pgaslain = 760 mmHg.
Tekanan Parsial O2 dan CO2 Di Alveolus
Saat udara melewati rongga hidung, udara difiltrasi, dihangatkan dan
dilembabkan. Filtrasi dan pelembaban udara berlanjut selama udara
melalui faring, trachea, dan bronkus. Semua hal tadi akan merubah
karakteristik udara atmosfer ketika memasuki jalan napas.4 Saat
mencapai alveoli, udara yang baru masuk akan bercampur dengan udara
residu alveoli dari siklus napas sebelumnya. Udara alveoli mengandung
lebih banyak CO2 dan lebih sedikit O2 dibanding udara atmosfer. Selama
ekspirasi, udara yang keluar dari alveoli bercampur dengan 150 ml udara
di dead space menghasilkan campuran udara yang berbeda dengan udara
atmosfer dan udara alveoli.
Saat udara atmosfer memasuki jalan napas yang lembab, maka segera
udara tersebut akan jenuh oleh H2O. Pada suhu tubuh tekanan parsial
H2O sekitar 47 mmHg. Sehingga masing-masing gas dalam campuran
gas udara atmosfer akan “diencerkan” oleh tekanan uap air kemudian
tekanannya akan menurun, dengan kata lain tekanan campuran gas
berubah menjadi 713 mmHg dalam saluran napas. Maka dapat
diperkirakan dalam udara lembab PN2 sekitar 563 mmHg dan PO2 150
mmHg.2,7Pada akhir inspirasi, kurang 15% udara di alveolus adalah
udara segar karena udara yang masuk selain mengalami pelembaban juga
bercampur dengan udara sisa ekspirasi sebelumnya dan udara di dead
space paru. Akibat dari pelembaban dan pertukaran udara alveolus yang
rendah maka PO2 di alveolus rerata adalah 100 mmHg.
Pada CO2 terjadi situasi serupa tetapi berkebalikan dengan O2 pada
jalur napas. Alveoli mengandung lebih banyak CO2 dan lebih sedikit O2
dibanding udara atmosfer akibat produksi CO2 sebagai sisa metabolisme.
Di kapiler paru CO2 berdifusi menuruni gradien tekanannya dari darah
ke alveoli, maka sewaktu di alveoli konsentrasi CO2 di alveoli
ditambahkan dengan konsentrasi CO2 yang terkandung dalam udara
21
inspirasi sehingga tekanannya pun meningkat. Seperti halnya PO2,
PCO2 di alveoli juga relatif tetap tetapi dengan nilai yang berbeda yaitu
40 mmHg.
Gradien PO2 dan PCO2 Menembus Kapiler Paru
22
dari darah ke dalam alveolus sampai tidak ada lagi gradien tekanan
parsial. Setelah meninggalkan kapiler kembali ke sirkulasi, darah.
h) Pengaruh Lingkungan pada Pernafasan
Dampak buruk polusi udara bagi kesehatan manusia tidak dapat dibantah
lagi, baik polusi udara yang terjadi di alam bebas (Outdoor air polution)
ataupun yang terjadi di dalam ruangan (Indoor air polution), polusi yang
terjadi diluar ruangan terjadi karena bahan pencemar yang berasal dari
industri, transportasi, sementara polusi yang terjadi di dalam ruangan dapat
berasal dari asap rokok, dan gangguan sirkulasi udara. Pencemaran udara
disebabkan oleh zat-zat pencemar udara atau yang biasa disebut dengan
polutan. Polutan udara yang dapat mengakibatkan gangguan pada saluran
pernafasan adalah gas Nitrogen Dioksida (NO2) ,Sulfur Dioksida (SO2) ,
formaldehid, ozon, dan partikel debu. Polutan tersebut bersifat mengiritasi
saluran pernafasan yang dapat mengakibatkan gangguan fungsi paru. Gas
SO2 dapat menimbulkan efek iritasi pada saluran pernafasan bagian atas
karena mudah larut dalam air yang mengakibatkan produksi lendir
meningkat sehingga terjadi penyempitan pada saluran pernafasan. Nitrogen
dioksida bersifat iritan dan radikal. Gas NO2 termasuk salah satu gas utama
dalam reaksi kimia di atmosfer karena dapat menghasilkan ozon di lapisan
troposfer setelah bereaksi dengan sinar ultraviolet
Akibat-akibat yang timbul pada pernafasan karena bahan pencemar udara
dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti jenis bahan pencemar,
toksisitasnya, dan ukuran partikelnya. Bahan oksidan seperti ozon dapat
mengiritasi mukosa saluran pernafasan yang berakibat pada peningkatan
insiden penyakit saluran pernafasan kronik yang non spesifik atau Chronic
non Spesific respiratory diseases (CNSRD), seperti asma dan bronkitis.
Beberapa bahan organik berupa partikel debu dapat menyebabkan
pneumokoniosis. Bahan pencemar lain seperti oksida nitrogen (NOx) dan
sulfur dioksida (S02) juga dapat mengakibatkan CNSRD.
i) Bioenergetika
Bioenergetika adalah bidang biokimia dan biologi sel yang menyangkut
aliran energi melalui system kehidupan. Ini adalah area aktif penelitian
23
biologi yang mencakup respirasi seluler dan banyak proses metabolisme dan
enzimatik lainnya yang mengarah pada produksi dan pemanfaatan energi.
Bentuk seperti molekul Adenosine trifosfat (ATP). Artinya, tujuan bioenergi
adalah untuk menggambarkan bagaimana organisasi yang hidup
memperoleh dan mengubah energi untuk melakukan pekerjaan biologis.
Bioenergetika atau termodinamika biokimia adalah ilmu pengetahuan
mengenai perubahan energi yang menyertai reaksi biokimia. Reaksi ini
diikuti oleh pelepasan energi selama sistem reksi bergerak dari tingkat energi
yang lebih tinggi ke tingkat energi yanng lebih rendah. Sebagian besar energi
dilepaskan dalam bentuk panas. Pada sistem non biologik dapat
menggunakan energi panas untuk melangsungkan kerjanya dan dapat diubah
menjadi energi mekanik atau energi listrik. Sedangkan pada sistem biologik
bersifat isotermik dan menggunakan energi kimia untuk memberikan tenaga
bagi proses kehidupan.
• Hukum I Termodinamika
“Dalam setiap perubahan fisika atau kimia jumlah total energy pada
lingkungan adalah tetap”
• Hukum II Termodinamika
“Entropi total suatu system harus meningkat bila suatu proses
berlangsung spontan”
Senyawa Berenergi Tinggi
1. ATP (adenosine trifosfat) sebagai senyawa antara utama yang
menghubungkan reaksi kimia penghasil energy dan reaksi yang
menghasilkan energy
2. ATP terhidrolisis menjadi ADP (adenosine difosfat) dan Pi (fosfat
anorganik) atau AMP (adenosine monofosfat) dan PPi (pirofosfat)
24
2. Setiap anggota dapat menerima electron dari anggota sebelumnya dan
memindahkan electron ke molekul anggota berikutnya dalam urutan
reaksi yang spesifik
3. Elektron yang masuk kaya akan energy, saat electron tersebut melalui
rantai menuju oksigen dengan setahap demi setahap electron kehilangan
energy bebasnya
j) Rantai Pernafasan
Rantai respirasi adalah rangkaian proses transferelektron hidrogen yang
terjadi pada bagian membrandalam mitokodria dengan melibatkan sejumlah
enzim. Hasil akhir dari rangkaian proses transfer elektron ialah sejumlah
energi berbentuk ATP yang diperlukan dalam berbagai aktivitas organisme
hidup.
Respirasi sebagai suatu proses oksidasi yang terdiri banyak tahapan reaksi
dan juga respirasi adalah oksidasi selular di mana energi yang disimpan
dalam molekul-molekul makanan dilepaskan dan digunakan oleh sel. Dalam
reaksi tersebut H2O dan CO2 merupakan hasil akhir dn energi terlepas reaksi
umum respirasi.
Reaksi respirasi merupakan reaksi katabolisme yang memecah molekul-
molekul gula menjadi molekeul anorganik berupa CO2 dan H2O.Tujuan
respirasi adalah untuk mendapatkan energi melalui melalui proses glikolisis.
Senyawa gula diperoleh dari proses fotosintesis. Butiran amilum yang yang
tersimpan dalam jaringan dan organ penyimpan cadangan makananakan
diubah kembali piruvat dan masuk ke dalam siklus Krebs. Selama glikolisis
berlangsung dan dalam siklus Krebs akan dihasilkan gas CO2 yang akan
dikeluarkan dari dalam sel. Gas tersebut dengan berdifusi akan terkumpul
dalam rongga-rongga antara sel dan bila terkena telah cukup akan keluar dari
jaringan.
k) Sifat Elastik Paru
Elastisitas paru berkaitan dengan dua konsep, yaitu compliance paru dan
elastic recoil. Compliance paru adalah luasnya pengembangan paru untuk
setiap peningkatan tekanan transpulmonal atau seberapa besar upaya yang
dibutuhkan untuk mengembangkan atau meregangkan paru, dianalogikan
25
sebagai seberapa keras kerja yang dibutuhkan untuk meniup sebuah balon.
Secara spesifik, compliance paru adalah ukuran seberapa banyak perubahan
dalam volume paru yang terjadi akibat perubahan tertentu dari gradien
tekanan antara alveoli dan intrapleura yang membuat dinding paru-paru
meregang mengisi dinding thoraks, atau disebut gradien tekanan
transmural/transpulmonal. Hal ini berarti, semakin rendah compliance paru
maka semakin besar gradien tekanan transmural yang harus diciptakan
selama inspirasi agar menghasilkan ekspansi paru normal.
Istilah elastic recoil merupakan seberapa mudah paru-paru kembali ke
bentuknya semula setelah diregangkan. Hal ini berperan mengembalikan
paru-paru kembali ke volume sebelum inspirasi ketika otot-otot pernapasan
relaksasi di akhir inspirasi.2 Sifat elastic recoil paru dipengaruhi oleh
kandungan tinggi serat elastin pada jaringan paru, dan yang lebih penting lagi
yaitu tegangan permukaan alveolus yang bekerja di pertemuan udara – air
pada alveolus.
l) Resistensi Jaringan Paru
Resistensi jaringan paru (RL) adalah hambatan terhadap usaha
pernapasan yang dipengaruhi oleh elastisitas rekoil jaringan paru dan dinding
dada, serta gaya gesekan antara permukaan paru dengan dinding dada.
Resistensi saluran napas (RAW) adalah hambatan yang dihasilkan oleh gaya
gesek aliran udara yang masuk kedalam saluran napas dengan dinding
saluran napas. Faktor-faktor yang mempengaruhi resitensi saluran napas
adalah kontraksi otot polos bronkial, volume paru, densitas dan viskositas
gas respirasi serta diameter saluran napas kecil. Penyakit yang menyebabkan
gangguan resistensi saluran napas antara lain yaitu asma bronkiale, penyakit
paru obstruktif kronik dan obesity hipoventilation syndrome. Pengukuran
resistensi saluran napas dapat menggunakan beberapa modalitas alat antara
lain yaitu spirometri
26
m) Spirometry
27
4. Setelah tes spirometri selesai, ada kemungkinan dokter akan memberi
pasien obat bronkodilator hirup untuk melebarkan jalan napas.
5. Sekitar 15 menit kemudian, dokter akan meminta pasien untuk
melakukan tes spirometri ulang.
6. Dokter akan membandingkan hasil kedua tes tersebut untuk menilai
efektivitas bronkodilator dalam memperbaiki jalan napas pasien.
Adapun efek samping spirometri yang mungkin terjadi adalah merasa
sedikit pusing dan terkadang sesak napas setelah melakukan tes.
Ada beberapa kondisi kesehatan yang perlu diperiksa dengan tes
spirometri, antara lain:
a. Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)
PPOK adalah penyakit paru akibat peradangan kronis yang
menyebabkan aliran udara di paru-paru terhambat. Kondisi ini umumnya
menimbulkan gejala berupa batuk, sesak napas, dan mengi. Untuk
menilai fungsi pernapasan pada penderita PPOK, tes spirometri biasanya
dilakukan setiap 1–2 tahun.
28
c. Fibrosis kistik
29
oksigen / respirasi aerob maupun yg tak membutuhkan oksigen / respirasi
anaerob. Dari respirasi tersebut akan diperoleh energi baik dalam bentuk atp atau
pun lainnya. Energi tersebutlah yang akan digunakan oleh tubuh untuk
melakukan aktifitas. Jika tubuh memerlukan banyak energi, respirasi kita akan
meningkat dan denyut jantung juga akan semakin cepat yang mana merupakan
respon tubuh untuk mencukupi suplai oksigen dalam tubuh.
Darah bersih yang mengandung O2 dibawa dari paru-paru melalui vena
pulmonalis masuk ke serambi kiri dan diteruskan ke bilik kiri lalu dipompa ke
seluruh tubuh melalui aorta. Darah kotor yang mengandung CO2 dibawa dari
seluruh tubuh ke paru-paru melalui arteri pulmonalis. Di dalam proses
pertukaran O2 dan CO2, oksigen yang dibutuhkan berdifusi masuk ke darah
dalam pembuluh kapiler yang menyelubungi alveolus.Selanjutnya, oksigen
diikat oleh hemoglobin (Hb) untuk diangkut ke sel-sel jaringan tubuh. Darah
adalah komponen, termasuk jaringan penghubung dalam tubuh yang berfungsi
vital darah berfungsi mengangkut sari makanan yang terlarut di dalamnya, dan
mengangkut oksigen dengan hemoglobin yang terdapat pada sel darah merah.
Darah berada dalam sistem sirkulasi, bersama komponen lain yaitu pembuluh
darah, dan jantung sebagai pusatnya sirkulasi manusia termasuk sirkulasi ganda,
dimana darah memasuki jantung 2 kali sehingga darah kotor (kaya CO2) dan
darah bersih (kaya O2) tidak tercampur.
30
6. Setelah itu darah terpisah, ada yang menuju arteri sublavia dextra menuju
ke tangan kanan, dan carotis komunis dextra menuju leher dan kepala
kanan.sisanya menuju arcus aorta
7. Sebagian menuju ke trucnkus brachiocephalica untuk s. selanjutnya ke
arteri subclavia dan carotis sinistra untuk kepala dan tangan kiri
8. Selanjutnya darah menuju aorta descenden (turun ke bawah) untuk
memperdarahi daerah bawah.dan organ lainya.
9. Darah dari jaringan akan kembali ke jantung. Dari bagian atas (kepala
dan lengan) akan menuju vena cava superior dan menuju jantung di
atrium kanan
10. Bagian bawah menuju vena cava inferior menuju ke atrium dextra pula
(perhatikan anatomi jantung)
11. Ketika atrium dextra kontraksi, maka darah akan melalui katup
trikuspidalis menuju ventrikel dextra dan siklus akan berulang hubungan
dengan sistem respirasi berulang
31
BAB III
PENUTUP
1. Kesimpulan
2. Saran
Mari jaga system pernafasan terutama pada paru-paru dan organ system
pernafasan lainnya. Karena system pernafasan sangat penting bagi tubuh. Agar
tidak terjadi gangguan pada system pernafasan kita, hindari gas-gas beracun,
polusi udara dan terutama hindari sikap merokok. Paru-paru (pulmo) mudah
sekali terserang penyakit infeksi sehingga menimbulkan kerusakan jaringan.
32
DAFTAR PUSTAKA
A. Rifa’i,dkk.2013. Aplikasi Sensor Tekanan Gas MPX5100 Dalam Alat Ukur Kapasitas
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_pendidikan_dir/a1d04c3b9e3dc280961b
b70c95ebc83d.pdf diakses pada 8 Agustus pukul 14.15
33
Viswanatha, P. A., & KAH, P. (2017). Keseimbangan Asam Basa. Gangguan
Keseimbangan Air-Elektrolit dan Asam-Basa, 60-71. Tersedia pada:
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/5a1f9a2d9b46df3dbcb6
34