Anda di halaman 1dari 40

MAKALAH SITOHISTOTEKNOLOGI

“Histologi Organ dan Sistem Organ : Respirasi, Digesti, Sirkulasi, Eksresi”

Dosen Pengampu : Misbahul Huda,S.Si., M.Kes

DISUSUN OLEH :

1. Gita Nathania Asri 2013353009


2. Nela Masrurotul Rohma 2013353020
3. Ajeng Nurfitandari 2013353035

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNGKARANG


SARJANA TERAPAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS
2023

1
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
Rahmat dan Karunia Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Histologi Organ dan Sistem Organ : Respirasi, Digesti, Sirkulasi, Eksresi”. Penulisan makalah
ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Sitohistoteknologi. Penulis mengucapkan terima
kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada :

1. Ibu Nurminha, S.Pd.,M.Sc, Ketua Program Studi Diploma IV Teknologi Laboratorium


Medis
2. Ibu Misbahul Huda,S.Pd., M.Kes, Dosen Pengampu Mata Kuliah Sitohistoteknologi.
3. Semua pihak yang telah membantu, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa makalah inimasih banyak kekurangan, sehingga kritik dan
saran yang sifatnya membangun dari setiap pembaca sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.Namun demikian semoga hasil penulisan makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi pembaca.

Bandar Lampung, 28 Juli 2023

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................................... 2


DAFTAR ISI.............................................................................................................................. 3
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................ 4
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 4
1.3 Tujuan.......................................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 6
2.1 Histologi Organ dan Sistem Organ Respirasi ............................................................. 6
2.2 Histologi Organ dan Sistem Organ Digesti ............................................................... 13
2.3 Histologi Organ dan Sistem Organ Sirkulasi ........................................................... 25
2.4 Histologi Organ dan Sistem Organ Eksresi .............................................................. 35
BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 39
3.1 Kesimpulan................................................................................................................ 39
3.2 Saran .......................................................................................................................... 39
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 40

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Histologi adalah cabang ilmu kedokteran yang mempelajari struktur dan sifat
jaringan dan organ tubuh untuk menjelaskan fungsinya dalam keadaan normal, termasuk
perubahannya sepanjang usia dan dalam keadaan sakit (Wonodirekso, 2003). Histologi
berasal dari bahasa Yunani histos, yang berarti “jaringan” dan logia yang berarti “ilmu
yang mempelajari” atau pengetahuan atau ilmu mengenai jaringan, baik tumbuh-
tumbuhan maupun hewan (Leeson,1996).
Salah satu ciri makhluk hidup adalah bernapas, semua makhluk hidup melakukan
proses ini, demikian juga manusia. Pernapasan merupakan rangkaian proses sejak
pengambilan udara dan gas. Penggunaannya untuk memecah zat, mengeluarkan gas yang
dihasilkan dari sisa metabolisme, dan memanfaatkan energi yang dihasilkan. Bernafas
adalah kegiatan menghirup udaradan mengeluarkan udara. Udara mengandung berbagai
komponen gas, salahsatunya adalah oksigen (O2) dan karbon dioksida (CO2).
Saluran pencernaan merupakan saluran yang berfungsi menerima makanan yang
masuk dan mempersiapkan untuk diserap oleh tubuh. Makanan yang masuk ke dalam
tubuh di metabolisme dan akan menghasilkan energi bagi tubuh, memperbaiki jaringan
yang rusak,membentuk enzim serta hormon. Apabila saluran pencernaan mengalami
gangguan maka berakibat pada tubuh, salah satunya pada organ apendiks
(Sjamsuhidajat& DeJong, 2011).
Sistem peredaran darah adalah suatu sistem organ yang berfungsi memindahkan
zat dari sel ke sel. Sistem peredaran darah manusia merupakan suatu sistem pemindahan
nutrisi dan zat-zat tertentu melalui sistem peredaran darah dari jantung ke seluruh sel-sel
organ dalam tubuh dan begitu pula sebaliknya. Bagian dari sistem sirkulasi yang
mengangkut darah ke seluruh tubuh adalah pembuluh darah.
Sistem ekskresi adalah suatu pengeluaran zat-zat sisa metabolisme yang tidak
berguna bagi tubuh dari dalam tubuh seperti menghembuskan karbondioksida (CO2)
ketika kita bernafas, berkeringat, dan buang air kecil (urine). Pada manusia alat-alat
sistem ekskresi terdiri dari paru-paru (pulmo), hati (hepar), ginjal (ren) dan
kulit (integumen).

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana histologi organ dan sistem organ respirasi ?
2. Bagaimana histologi organ dan sistem organ digesti ?
3. Bagaimana histologi organ dan sistem organ sirkulasi ?
4. Bagaimana histologi organ dan sistem organ ekskresi ?

4
1.3 Tujuan
1. Mengetahui histologi organ dan sistem organ respirasi
2. Mengetahui histologi organ dan sistem organ digesti
3. Mengetahui histologi organ dan sistem organ sirkulasi
4. Mengetahui histologi organ dan sistem organ ekskresi

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Histologi Organ dan Sistem Organ Respirasi


Sistem respiratorius terdiri dari paru dan seperangkat saluran di atasnya yang menghubungkan
tempat pertukaran gas dengan lingkungan luar. Mekanisme ventilasi terdiri dari rongga toraks,
otot-otot intercostal, diafragma, dan komponen elastis/kolagen paru. Secara anatomis traktus
respiratorius dapat dibagi menjadi traktus respiratorius atas dan traktus respiratorius bawah,
sedangkan secara fisiologis traktus respiratorius dapat dibagi menjadi pars konduksi dan pars
respiratorius.

A. Klasifikasi sistem respiratorius (traktus respiratorius)


1. Anatomis:
• Traktus respiratorius atas: cavum nasi, naso pharynx, dan oro pharyngx
• Traktus respiratorius bawah: larynx, trachea, bronchus primarius, dan pulmo
2. Fisiologis:
• Zona konduksi/penyalur : cavum nasi, farinx, larynx, trahcea, bronchus, brochiolus, dan
bronchiolus terminalis. Fungsi zona ini adalah: Sebagai tempat pengkondisian udara yang
masuk yang diperankan cavum nasi. Selain itu berfungsi sebagai penyaring, membasuh,
melembabkan dan menghangatkan udara yang diperankan tulang rawan, serabut elastis,
otot polos.
• Zona respirasi: brochiolus respiratorius, ductus alveolaris, saccus alveolaris dan
alveolus. Zona ini berperan sebagai tempat pertukaran O2 dan CO2.
B. Epitel Traktus Respiratorius
Saluran pernafasan yang mencakup trakea, bronkus dan bronkiolus besar dilapisi oleh epitel
bertingkat semu bersilia (epithelium pseudostratificatum ciliatum), semakin memasuki paru,
epitel akan mengalami perubahan tinggi epitel, jumlah silia dan jumlah sel goblet. pada
alveoli sel goblet tidak ada dan epitel menjadi epitel selapis gepeng .
Terdapat sedikitnya lima tipe sel pada epitel respirasi/epitel bertingkat semu bersilia:
1. Ciliated columnar cells (sel silindris bersilia)
2. Goblet cells (sel piala)
3. Brush cells (sel sikat)

6
4. Small granule cells (sel granula kecil)
5. Basal cells
C. Struktur Histologis Traktus Respiratorius
1. Hidung
Rongga hidung dibagi menjadi 2 rongga kanan dan kiri oleh septum nasi. Pintu depan
disebut nares anterior = nostril, Pintu belakang disebut nares posterior = choanae. Terdiri
dari dua ruangan Vestibulum nasi dan Cavum nasi.
Vestibulum Nasi
• Vestibulum nasi terdiri dari epitel pipih berlapis yang kehilangan keratinnya (epitel
peralihan dari kulit ke epitel respiratorius)
• Mengandung rambut hidung (vibrisea) yang berfungsi sebagai filter (penyaring) udara
yang masuk
Cavum nasi
• Dinding lateral ruangan ini ada tiga penonjolan (konka) yaitu superior, media dan
inferior. Konka inferior dan media ditutupi oleh epitel respirasi sedangkan konka superior
ditutupi oleh epitel olfaktorius (reseptor penciuman).
• Pada lamina propria konka terdapat plexus vena besar yang dikenal dengan swelling
bodies.
• Fungsi hidung :
- Jalan masuk udara yang dihirup
- Melindungi asini paru yang halus
- Menghangatkan dan melembabkan udara
- Menangkap partikel debu
- Mencium bau/wewangian
2. Sinus Paranasal
• Sinus paranasalis adalah rongga bilateral di os frontale, maxillae, ethmoidale, dan
sphenoiale.
• Dilapisi oleh epitel respiratorik yang lebih tipis dengan lebih sedikit sel goblet.
• Lamina proprianya mengandung sedikit kelenjar kecil dan menyatu dengan periosteum
di bawahnya.

7
• Epitel bertingkat silindris bersilia, dengan sedikit sel goblet dan lamina basal yang
kurang berkembang
• Ditutupi oleh lapis lendir yang tipis membersihkan zat-zat yang melekat
• Membantu menghangatkan udara inspirasi
3. Epitel Olfaktorius
Epitel olfaktorius sebagai kemoreseptor berupa epitel berderet silindris yang terdiri dari
tiga jenis sel, yaitu :
1. Sel penyokong berbentuk silindris tinggi, mempunyai apeks silindris yang lebar dan
basis yang sempit, inti ovoid terletak pada deretan paling permukaan, terdapat mikrovilli
yaitu striated border
2. Sel basal berukuran kecil, berbentuk bulat atau kerucut, sel terletak dibagian basal
diantara sel-sel penyokong, sel ini sebagai cadangan yang nantinya akan menjadi sel
penyokong.
3. Sel olfaktorius/sel pembau yaitu neuron bipolar sensorik, sel berbentuk spindel tersebar
diantara sel-sel penyokong, intinya bulat, open face type terletak paling dalam dari inti sel
penyokong, juluran sitoplasma ke permukaan sebagai dendrit dengan ujungnya membulat
(vesikula olfaktoria) keluar rambut-rambut halus yang berfungsi menerima rangsang bau
yang disebut olfactory hairs.
Pada Lamina propria epitel olfaktorius memiliki kelenjar Bowman, yang sekretnya
menghasilkan medium cair di sekitar sel-sel olfaktoria, sel goblet tidak ada, terdapat fila
olfaktoria yang merupakan gabungan akson-akson sel pembau, ke superior menjadi n.
Olfaktorius, menembus area cribosa ossa ethmoidalis ke bulbus olfaktorius pada
cerebrum.

8
4. Faring
• Ruang pipih yang dapat dilalui oleh udara dan makanan
• Terbagi menjadi:
1. Nasofaring terdapat di bawah dasar tengkorak, belakang naris posterior dan di atas
palatum mole, epitel bertingkat silindris bersilia, lamina propria banyak serat elastin
dan kelenjar.
2. Orofaring terdapat di belakang rongga mulut dan permukaan belakang lidah
3. Laringofaring terdapat di belakang lidah
5. Laring
• Struktur berongga, panjang 4-5 cm, menghubungkan faring dengan trakea
• Fungsi:
1. Membentuk suarapita suara
2. Menutup trakea sewaktu menelan
• Dindingtulang rawan tiroid, krikoid, dan epiglotis
• pita suara sejati epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk, sedang bagian laring yang
lainepitel bertingkat silindris bersilia bersel goblet ke arah faring menggeser partikel
asing, bakteri dan mukus ke arah luar
• Tidak ada submukosa
• Lamina propria dari membran mukosa tebal dan mengandung banyak elastin
6. Epiglotis
• Bagian superior laring
• Kerangka epiglottis tulang rawan elastis
• Permukaan anterior epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk
•Mukosa anterior epitel berlapis gepeng lebih rendah dan terjadi peralihan epitel
respratorius epitel bertingkat semu bersilia dengan sel goblet

9
7. Trachea
• Bentuk seperti tabung
• Panjang 10 cm, lebar 2 cm
• Dari ujung larynx sampai percabangan menjadi bronchus primer
• Tersusun 16 sampai 20 cincin tulang rawan hialin dan terbuka pada permukaan posterior
trachea
• Ep. Respirasi
• Kelenjar trakea seromukosa

8. Bronkus
• Secara histologik, bronkus yang lebih besar serupa dengan trakea
• Mempunyai epitel bertingkat kolumnar bersilia dengan banyak sel goblet dan kelenjar
submukosa
• Lamina propriajaringan ikat longgar dengan banyak serat retikulin dan elastin, juga
terdapat limfosit, sel mast, dan eosinofil
• Keseluruhan dindingnya terdapat serat-serat otot polos dan lempeng tulang rawan yang
tidak beraturan
• Semakin mengecil ukuran bronkus, jumlah tulang rawan berkurang dan jumlah otot
polos pada bagian mural dinding bronkus bertambah
• Memiliki kelenjar2 seperti pada trakea yang terkadang mengandung sel-sel mioepitel
9. Bronkiolus
• Tidak mengandung tulang rawan, kelenjar, kelenjar limfe, dan adventisia tipis
mengelilingi struktur ini
• Epitel pada bronkiolus besar epitel bertingkt semu silindris bersilia dengan sedikit sel
goblet
• Mukosa berlipat dan banyak otot polos yang mengelilingi lumennya

10
10. Bronkiolus Terminalis
• Epitel silindris bersilia
• Tidak ada sel goblet
• Lamina propria tipis, selapis otot polos, dan masih ada adventisia
11. Bronkiolus Respiratorius
• Bifurkasi bronkiolus terminalisbronkiolus respiratorius
• Saluran pendek, bercabang2, dengan dindingnya diselingi oleh kantung-kantung
(alveoli) tempat terjadinya pertukaran gas
12. Bronkioli Respiratorius
• Struktur yang lebih besar dilapisi epitel kuboid bersilia
• Saluran yang lebih kecil dilapisi oleh epitel selapis kuboid dan dilanjutkan dengan epitel
selapis gepeng yang membatasi alveolus pada muara alveolus
• Struktur ini akan berlanjut ke duktus alveolaris

13. Duktus Alveolaris


• Saluran berdinding tipis, bentuk kerucut, dan dilapisi oleh epitel selapis gepeng
• Sekeliling muara duktus alveolaris banyak alveolaris dan sakus alveolaris
• Banyak serat otot polos pada muara alveoli dan sakus alveolaris
14. Saccus Alveolaris
• Sekelompok alveoli yang bermuara ke dalam suatu ruangan pusat sedikit lebih besar
• Mempunyai jala-jala penyokong yang terdiri dari serat-serat elastis dan retikulin
15. Alveolus
• Komponen mirip saku berdinding sangat tipis pada ujung bronkioli respiratorius
• Tempat berlangsungnya pertukaran gas antar darah dan udara
• Histologik bulat atau poligonal

11
• Setiap alveolus dikelilingi oleh jala-jala kapiler yang saling bernastomosis
• Mempunyai jala-jala penyokong yang terdiri dari serat-serat elastis dan retikulin
• Lapis pembuluh dan jaringan ikat pada kedua sisinya dilapisi oleh epitel paru yang
sangat tipis
• Alveoli yang berdekatan saling berhubungan melalui porus alveolaris → keseimbangan
perbedaan tekanan.
16. Dinding Alveolaris
• Septum jaringan tipis yang memisahkan dua alveoli yang berdekatan
• Alveoli dibatasi oleh epitel alveoli, terdiri dari 2 jenis sel berbeda yang dihubungkan
dalam suatu lembaran epitel via kompleks tautan apikal
• Sel-sel epitel alveoli → sel alveolar gepeng dan sel alveolar besar

Sel Alveolar Tipe I


• Inti sel gepeng dan kecil
• Sitoplasma sangat tipis dan membentuk taut kedap dengan sel epitel didekatnya dan sel
alveolar tipe I ini membentuk pemisahan yang sempurna antara kapiler dan alveoli
• Sel ini hanya berisi sedikit organel dengan aktivitas metabolisme yang rendah
Sel Alveolar Tipe II
• Bentuk kubus dan menonjol ke dalam ruang alveol dan biasanya terletak di sudut
dinding alveol
• Sel tampak sendiri2 atau sebagai kelompok2 kecil di antar sel-sel epitel gepeng
• Sel ini dihubungkan dengan sel alveolar tipe I melalui taut kedap sehingga membentuk
epitel alveoli
• Inti sel relatif besar dan bulat dengan sitoplasma bervakuola yang berisi badan lamellar

12
Makrofag Alveolar
• Disebut juga sel debu
• Merupakan bagian sistem fagosit mononuklear
• Terdapat dalam jaringan interstisial septa interalveolaris atau di ruang alveol
• Membersihkan permukaan epitel dan melindungi epitel alveoli dari kerusakan oleh
mikroorganisme atau iritan yang dihirup dengan menangkap dan mencerna bahan asing

2.2 Histologi Organ dan Sistem Organ Digesti


Organ Digesti (Saluran Cerna)
Sistem pencernaan terdiri dari organ-organ berbentuk saluran, yaitu: rongga mulut,
oesophagus, lambung, usus halus, usus besar, rektum dan anus, serta kelenjar, yaitu:
kelenjar liur, hati, dan pankreas. Fungsi dari sistem pencernaan adalah untuk
menguraikan makanan dari struktur kompleks yang diubah menjadi molekul-molekul
kecil sehingga dapat diserap dan dipergunakan untuk keperluan metabolism sel.
Sistem pencernaan dapat dibedakan menjadi:
A. Tractus Digestivus
Bagian ini merupakan tabung berongga mulai dari rongga mulut sampai ke anus
(canalis analis).
- Cavitas oris
- Pharynx
- Oesophagus
- Ventriculus
- Intestinum Tenue : Duodenum,Jejunum, Ileum
- Intestinum Crasum: Sekum, Apendiks,Colon
- Rectum
- Anus
B. Glandula Digestorial (Kelenjar Pencernaan)
- Glandula Saliva
- Hepar
- Pancreas
- Vesica Felea
Dinding Saluran Pencernaan
1. Tunica mucosa:
- Epithelium terdiri dari epitel pelapis

13
- Lamina propria merupakan jaringan ikat yang kaya dengan pembuluh darah,
pembuluh limfe, dan sel-sel otot polos.
- Lamina muscularis (muscularis mucosa) terdiri atas lapisan otot sirkuler dalam
yang tipis dan lapisan longitudinal luar, terdapat kelenjar limfoid, dan sel-sel
limfosit.
2. Sub mucosa, terdiri dari jaringan ikat padat dengan pembuluh darah, pembuluh
limfe, dan pleksus saraf sub mucosa, kelenjar dan jaringan limfoid.
3. Tunica muscularis, mempunyai dua bentuk lapisan:
- Stratum sirkuler, terletak di lapisan dalam dekat dengan lume
- Stratum longitudinal (memanjang), terletak di lapisan luar
Pada stratum muscular, terdapat pleksus saraf mienterikus yang terletak di antara
kedua lapisan otot.
4. Tunica serosa, terdiri dari jaringan ikat longgar, kaya dengan pembuluh darah,
limfe, dan jaringan lemak

RONGGA MULUT

Dilapisi oleh epitel pipih berlapis tanpa penandukan, terdapat pada palatum mole,
bibir, pipi dan dasar mulut. Organ yang terdapat dalam rongga mulut antara

lain:

- Labium Oris (Bibir)

14
- Lingua (Lidah)

- Gigi

- Kelenjar

BIBIR = LABIUM ORIS

Dapat dibedakan tiga bagian permukaannya.

a. Pars Cutanea:

- Struktur serupa kulit dengan epitel pipih berlapis mengalami penandukan.

- Terdapat kelenjar sebasea (kelenjar minyak rambut)

- Terdapat kelenjar sudorifera (kelenjar keringat)

b. Pars Intermedia:

- Pars marginalis (tepi bibir)

- Pars rubra, bagian yang lebih lebar berwarna merah karena di lamina

propria banyak pembuluh darah.

c. Pars Mucosa:

- Bagian lebih tebal

- Terdapat glandula labialis bersifat mukosa.

15
LIDAH = LINGUA

Lidah terdiri dari massa otot kerangka yang dilapisi oleh membran mukosa.

- Serabut otot serat lintang, letaknya saling menyilang dalam tiga bidang
berkelompok membentuk berkas: vertical, horizontal, longitudinal

- Membran mukosa di bawah lidah licin dan dipermukaan atas lidah tampak tidak
teratur

- Dua per tiga bagian depan (anterior) berlipat-lipat merupakan peninggian epitel
mulut dan lamina propria yang disebut papilla (papilla lingualis)

- Satu per tiga bagian prosterior dibatasi oleh batas berbentuk huruf V. Di bagian
belakang pembatas ini, terdapat tonjolan-tonjolan, yaitu kumpulan nodulus limfoid
dan tonsila lingualis

Fungsi :

- pengunyahan

- menelan

- pembentukan suara

- dapat merasa

 PAPILA LINGUALIS

1. Papilla Filiformis

2. Papilla Fungiformis, berukuran 0,5 – 1 mm

3. Papilla Sirkumvalata, berjumlah 6 – 14 buah

4. Papilla Foliata, berukuran 1 – 2 mm

 GEMMA GUSTATORIA (Kuncup Pengecap)

- Sel Basalis

- Sel Gustatoria

16
- Sel Sustentakularis

PAPILLA FILIFORMIS

Berbentuk kerucut memanjang, jumlah cukup banyak dan terdapat di seluruh


permukaan lidah, tidak mempunyai kuncup pengecap (taste buds).

PAPILLA FUNGIFORMIS

- Berbentuk cendawan

- Terdapat kuncup pengecap pada permukaan atas

- Tersebar tidak merata antara papilla filiformis.

PAPILLA FOLIATA

- Kurang berkembang pada manusia

- Banyak kuncup pengecap

PAPILLA SIRKUMVALATA

- Jumlahnya 7 – 12 buah

17
- Berukuran sangat besar dan mendatar

- Menonjol di atas papilla lain

- Tersebar di bagian sulkus terminalis bagian posterior lidah.

- Banyak kuncup pengecap yang terletak di bagian sisi papilla

- Daerah sub mucosa banyak terdapat kelenjar serosa (VON EBNER) yang berfungsi
membersihkan kuncup pengecap

KUNCUP PENGECAP

- Struktur berbentuk bawang

- Mengandung 50 – 100 sel

- Terletak di atas lamina basal

- Bagian apeknya, sel kecap (sel olfaktoria) menjulur mikrovili melalui lubang yang
disebut pori kecap.

- Kuncup pengecap terdiri dari sel-sel:

o Sel basal → sebagai regenerasi sel lain

o Sel gustatoria → sel yang dapat menerima persepsi rasa dari makanan

o Sel sustentakular → sebagai penyokong.

KERONGKONGAN = OESOPHAGUS

Merupakan saluran tempat jalannya makanan dari mulut ke lambung.

Dinding oesophagus:

1. Tunica Mucosa

- Epithelium Squamosum Stratificatum Noncornificatum

- Lamina Propria, jaringan ikat longgar, pembuluh darah, pembuluh imfe

- Lamina Muscularis (Muscularis Mucosa)

18
2. Tela Sub Mucosa, terdapat kelenjar mucus (kelenjar oesophagus)

3. Tunica Muscularis

- Stratum Sirkular

- Stratum Longitudinal

Bagian proksimal terdiri dari otot kerangka dan otot polos, sedangkan bagian distal
terdiri atas otot polos.

5. Tunica Serosa (Tunica Adventisia), jaringan ikat longgar.

LAMBUNG = GASTER = VENTRICULUS

Lambung bagian yang melebar dari saluran pencernaan, yang berfungsi:

- Melanjutkan pencernaan karbohidrat yang berasal dari mulut

- Menambah cairan asam pada makanan

- Mengubah makanan yang dibantu oleh kontraksi otot menjadi massa yang kental

- Dimulai pemecahan protein oleh enzim peptin

Lapisan-Lapisan dari Dinding Lambung

• Tunica mucosa

- Epitel silindris selapis melapisi seluruh permukaan

- Banyak terdapat lipatan-lipatan yang membentuk alur yang dalam disebut faveola
gastrica (gasterpic)

19
- Kelenjar lambung bermuara ke faveola gastrica

- Lamina propria jaringan ikat longgar

- Muscularis mucosa, terdiri dari sel otot polos.

• Sub mucosa

Jaringan ikat longgar kaya pembuluh darah, limfoid, sel-sel jaringan ikat.

• Tunica muscularis

- Berkas-berkas berjalan spiral

- Lapisan luar membujur

- Lapisan tengah melintang

- Lapisan luar oblig

• Tunica serosa

Jaringan ikat longgar dan dilapisi oleh mesotelium.

CARDIA

- Merupakan suatu pita melingkar yang sempit

- Diameter 1,5 – 3cm

- Terdapat sebagai batas antara oesophagus sampai lambung

20
- Pada mukosanya terdapat kelenjar-kelenjar tubuler simplex (bercabang)

- Sekresinya menghasilkan mukus dan lisozim.

FUNDUS DAN CORPUS

Fundus dan corpus adalah bagian lambung yang terluas. Dinding lambung terdiri dari
empat lapisan.

Tunica mucosa dibedakan atas tiga bagian:

- Isthmus (bagian atas) → terdiri dari epitel sejenis selapis

- Leher (bagian tengah) → sel mucus, sel varietal

- Bagian basal → sel-sel induk dan sel endokrin gaster

- Terdapat sebagai batas antara oesophagus sampai lambung

- Pada mukosanya terdapat kelenjar-kelenjar tubuler simplex (bercabang)

- Sekresinya menghasilkan mucus dan lisozim.

Sel-sel yang terdapat pada tunica mucosa:

- Sel mukus permukaan

- Sel prinsipalis, menghasilkan pepsin dan lipase

- Sel parietal, menghasilkan asam lambung (HCl)

- Sel endokrin→ gastrin dan hormon, terletak arah di basal

- Sel induk

- Di lamina propria terdapat kelenjar gastric yang bermuara pada dasar faveola
gastrica

PYLORUS

Lapisan-lapisan dari pylorus sama seperti bagian fundus dan cardia. Di lamina propria
terdapat glandula pyloric yang mempunyai struktur serupa dengan glandula cardiaca,
hanya lebih panjang, berkelok-kelok dan bermuara pada dasar

21
faveola gastrica.

USUS HALUS = INTESTINUM TENUE = SMALL INTESTINE

Merupakan tempat berlangsungnya pencernaan, absorbsi makanan, dan sekresi


endokrin. Panjang usus halus 4 – 7m, terbagi atas tiga segmen:

- Duodenum → 20 cm (8 inci)

- Jejunum → 2,5 m (8 kaki)

- Ileum → 3,6 m (12 kaki)

Lapisan dinding dari ketiga segmen usus halus sama, terutama pada tunica sub
mucosa, tunica muscularis dan serosa. Perbedaannya terletak pada tunica mucosa,
terutama bentuk villinya.

DUODENUM

- Mempunyai vili intestinalis, merupakan penonjolan atau pertumbuhan dari epitel


dan lamina propria, panjangnya 0,5 – 1,5 mm ke dalam lumen usus halus dan
berbentuk seperti daun.

- Di antara vili terdapat muara dari kelenjar intensinalis atau kelenjar lieberkuhn yang
terletak pada lamina propria

- Pada sel epitel silindris selapis terdapat mikrovili atau brush border merupakan
tonjolan silindris dari sitoplasma dan di antara sel silindris terdapat sel goblet.

22
- Setiap sel absorbtif memiliki rata-rata 3000 mikrovili dan setiap 1 mm2 mukosa
mengandung 250 juta mikrovili, dan vili dan mikrovili sangat memperluas permukaan
usus.

- Pada lapisan sub mukosa terdapat kelenjar duodenalis atau kelenjar Brunner yang
sekretnya bersifat basa dengan PH 8,1 – 9,3 yang berfungsi melindungi mukosa
terhadap efek asam dari sifat lambung.

- Lamina propria mengandung noduli limfoid, dikenal sebagai Lempeng Peyer.

- Sel panet terletak di bagian dasar dari kelenjar intensinalis berperan sebagai
pengendali flora usus dan menghasilkan lisozim.

JEJUNUM dan ILEUM

- Lapisan dinding sama dengan duodenum

- Tidak mempunyai kelenjar Brunner

- Vili berbentuk jari

- Kelenjar Lieberkuhn tersebar di lamina propria

- Sekresinya bersama sekresi goblet sel, berfungsi untuk melindungi mukosa.

USUS BESAR = INTESTINUM CRASSUM = LARGE INTESTINE KOLON

Mukosa usus besar licin, tanpa ada lipatan dan tidak mempunyai vili. Kelenjar
intestinalis panjang yang sekretnya penting untuk melapisi mukosa. Fungsi dari usus
besar ini mengabsorbsi air, mineral, atau elektrolit dari bahan makanan yang tidak
dicerna, yang berasal dari usus halus dan juga berfungsi pembentukan tinja atau feses.

23
• Tunica mucosa

- Epitel silindris selapis dengan sel goblet yang padat

- Adanya sel argentaffin sedikit

- Sel goblet cukup padat

- Dalam lamina propria, banyak tersebar sel limfosit dan noduli limfoid, dan
menyebar sampai ke sub mukosa.

• Tunica muscularis

- Terdiri dari stratum longitudinal, tersusun dalam tiga berkas membujur dan berkas
yang mengelompok sebagai pita disebut taenia coli.

• Tunica serosa

- Terdiri dari jaringan ikat dan sel adiposa.

REKTUM

Tempat penampungan feses dalam bentuk setengah padat. Tunica mucosa dilapisi
oleh epitel silindris selapis dengan sel goblet yang padat dan pada lamina propria
tersebar sel limfosit. Pada muscularis mukosa, terdapat sel otot polos yang sirkuler.
Tunica muscularis terdiri dari susunan otot sirkuler bagian dalam dan longitudinal
bagian luar.

24
ANUS

Tunica mucosa dilapisi oleh epitel pipih berlapis tanpa penandukan, karena anus ini
tempat penampungan feses yang padat. Pada lamina propria di bagian ujung luar,
terdapat folikel rambut, kelenjar sebasea, kelenjar sudorifea. Tunica muscularis pada
stratum sirkuler menebal menjadi musculus spinter ani internus (otot polos). Di
bagian distal, terdapat annulus melingkar dari otot kerangka disebut spinter ani
externus. Tunica serosa jaringan ikat longgar.

2.3 Histologi Organ dan Sistem Organ Sirkulasi

1.Pengertian sistem sirkulasi


Sistem sirkulasi meliputi sistem kardiovaskuler, pembuluh darah, dan sistem limfatik
yang tersusun atas (Jeffrey, 2010),
1. Jantung untuk memompa darah.
2. Arteri yang tersusun atas pembuluh eferen yang memiliki cabang berukuran lebih kecil. Peran
utamanya, yaitu mengangkut darah untuk transport nutrisi dan oksigen ke jaringan.
3. Kapiler merupakan jalinan difus yang tersusun atas banyak saluran halus, yang beranastomosis
secara luas dan melalui dinding kapiler terjadi pertukaran antara darah dan jaringan.

25
4. Vena merupakan kapiler yang berkonvergensi membentuk pembuluh darah yang lebih besar
dan berfungsi membawa darah dari seluruh tubuh menuju ke arah jantung.

1.SISTEM KARDIOVASKULER (JANTUNG)


Jantung merupakan komponen utama dari sistem kardiovaskular yang mampu memompa
darah ke seluruh tubuh dan memproduksi hormon, yaitu faktor natriuretik atrial. Jantung terbagi
menjadi empat ruang, antara lain atrium kanan, atrium kiri, ventrikel kanan, dan ventrikel kiri.
Vena kava superior dan inferior membawa darah kembali ke dalam atrium kanan, kemudian
darah mengalir menuju ventrikel kanan. Darah di ventrikel kanan melewati arteri pulmonalis
menuju tempat pertukaran gas dan selanjutnya masuk ke atrium kiri melalui vena pulmonalis.
Dinding jantung terdiri atas tiga lapisan, yaitu (Lesson et al., 1996; Junqueira et al.,1997; Jeffrey,
2010):

a) Endokardium (lapisan terdalam)

Endokardium merupakan lapisan permukaan dalam jantung dan tersusun atas sel endotel
selapis yang terhubung dengan endotel vaskuler yang masuk dan keluar jantung. Di bawah
endotel terdapat lapisan subendotel tipis yang tersusun atas serat kolagen halus dan lapisan
subendotel yang letaknya paling jauh dari lumen akan berkonvergen dengan miokardium
sehingga terbentuk lapisan subendokardial yang mengandung jaringan ikat kendor, sel-sel saraf,
dan percabangan sistem hantar rangsang jantung. Semakin ke dalam lapisan endokardium,
terdapat banyak serat elastin dan serat otot polos.
b) Miokardium (lapisan tengah)
Miokardium merupakan lapisan jantung paling tebal yang tersusun atas banyak sel otot
jantung. Sel otot jantung diklasifikasikan menjadi dua tipe, yaitu sel kontraktil dan pembangkit;
serta sel penghantar rangsang, di mana keduanya berperan dalam membangkitkan dan
menghantar sinyal yang memulai denyut jantung. Pada bagian dalam miokardium terdapat
berkas-berkas yang tersembunyi dan terbungkus oleh endomiokardium, disebut trabekulae
karnae(trabekula karnosa). Lembar-lembar otot atrium dan ventrikel yang melekat dengan
jaringan interstitial (endomisium) kepada bangunan penyangga utama jantung disebut kerangka
jantung.

c) Epikardium/Perikardium (lapisan terluar)


Perikardium visceral merupakan membran serosa dari jantung. Dibawah mesotel

26
terdapat lapisan tipis yang tersusun atas jaringan ikat kendor, serat elastin, tervaskulariasi, sel
saraf, dan lemak yang disebut lapisan subperikardial. Lapisan subperikardial merupakan
penghubung epikardium dan miokardium.

Jantung memiliki daerah pusat fibrosa, yaitu kerangka fibrosa yang berfungsi sebagai pangkal
katup, tempat asal, dan insersi miosit jantung. Jantung terdiri atas jaringan ikat padat fibrosa
untuk tempat pelekatan otot jantung dan katup jantung. Komponen utama jantung ialah septum
membranaseum, trigonum fibrosum, dan anulus fibrosus. Anulus fibrosus atau cincin fibrosa
mengelilingi pangkal aorta, arteri pulmonalis, dan pintu atrioventrikuler. Cincin fibrosa untuk
mengikat serat otot atrium dan ventrikel serta katup atrioventrikuler. Trigonum fibrosum
tersusun atas jaringan fibrosa yang berada di antara pintu arteri dan pintu atrioventrikuler.
Septum membranaseum merupakan bagian fibrosa sekat interventrikel sebagai tempat pelekatan
ujung-ujung bebas serat otot jantung. Pada mamalia jaringan ikat pada annulus dan trigonum
bersifat kondroid dan dapat berwujud tulang rawan atau tulang keras (Lesson et al., 1996;
Junqueira et al., 1997).

Katup jantung tersusun atas jaringan ikat padat yang mengandung serat kolagen dan elastin.
Jaringan ikat tersebut dibungkus oleh lapisan endotel dan pangkal katupnya melekat pada anulus
fibrosa yang merupakan kerangka fibrosa. Katup atrioventrikuler, yaitu katup trikuspidal dan
katup mitral ialah lipatan endokardium yang dilapisi jaringan ikat fibrosa yang bergabung
dengan annulus fibrosa, permukaaan endokardium yang lebih tebal menghadap ke atrium dan
terdapat lebih banyak serat elastis. Katup semilunar aorta dan arteri pulmonalis komponen
penyusunnya seperti katup atrioventrikuler dimana setiap katup tersusun dari tiga daun, bagian
tengah berupa lapisan fibrosa dan setiap katup menebal membentuk nodulus Arantius. Setiap

27
katup jantung terhubung dengan muskulus papilaris ventrikel melalui benang fibrosa yang
disebut korda tendinea (Lesson et al., 1996).

Sistem pembangkit dan penghantar rangsangan jantung tersusun atas komponen yang
memungkinkan atrium dan ventrikel berdetaksecara berkesinambungan untuk memompa darah
secara efisien. Jantung dilengkapi dengan serat jantung khusus yang mampu mengatur detak
jantung melalui pengaturan kontraksi atrium dan ventrikel yang terdapat pada jantung (Lesson et
al., 1996).
Pada jantung terdapat serat Purkinje yang memiliki kecepatan mengirimkan impuls lebih besar
dibandingkan serat otot jantung umumnya. Serat Purkinje memiliki garis tengah yang ukurannya
lebih besar daripada serat otot jantung biasa, terdapat sarkoplasma relatif banyak. Impuls timbul
pada nodus sinoatrial yang terletak pada pertemuan vena kava superior dan atrium kanan. Nodus
sinoatrial berisi jalinan padat serat penghantar kecil-kecil, impuls berjalan menuju ke nodus
atrioventrikuler yang berada di dalam dinding tengah atrium kanan, nodus ini juga tersusun atas
serat penghantar yang membentuk jalinan padat (Lesson et al., 1996).

Struktur sel Purkinje ditandai dengan berkurangnya miofibril, sarkoplasma banyak, berkas
serabut-serabut diliputi sedikit jaringan ikat yang sering disebut lapisan subendokard. Pembuluh
darah jantung memiliki dua arteri koronaria yang membawa darah menuju jantung dan vena
yang mengalirkan darah kembali ke jantung. Arteri yang terdapat di miokardium membentuk
rangkaian kapiler padat dan membawa darah kembali ke vena kardium, menuju sinus koronarius,
dan kembali lagi ke dalam atrium kanan. Daya regenerasinya tidak ada, bila rusak akan
digantikan jaringan ikat (Lesson et al., 1996)

28
SISTEM PEMBULUH DARAH

Struktur arteri membawa darah ke jaringan, bersifat stabil akibat perubahan tekanan darah pada
bagian awal dan mengatur sirkulasi darah di bagian terminal. Dinding arteri pada umumnya
terdiri atas tiga lapis tunika, yaitu (Lesson et al., 1996; Junqueira et al., 1997):

1. Tunika Intima

Merupakan tunika yang terletak di dasar dan terdiri atas sel endotel
selapis pada bagian dalamnya, sedangkan di bagian luarnya tersusun atas lapisan subendotel.
Lapisan subendotel mengandung jaringan ikat fibroelastis halus dan lapisan terluarnya
mengandung serat elastik, yaitu membran elastika interna (tunika elastika interna).
2. Tunika Media

Merupakan tunika yang berada di tengah dan mengandung sel otot polos yang membentuk
lingkaran. Di antara sel-sel otot polos terdapat kumpulan serat elastin dan kolagen dengan jumlah
yang bervariasi.
3. Tunika Adventitia

Merupakan tunika yang berada di lapisan terluar mengandung jaringan ikat yang sebagian besar
susunannya sejajar dengan sumbu panjang pembuluh atau tampak memanjang. Tunika adventitia
terhubung langsung dengan tunika media dan tampak tunika elastika eksterna yang jelas.

29
 Arteri

Arteri dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis, yaitu (Jeffrey, 2010),

1. Arteri Kecil terdiri atas :


• Tunika Intima

Sel-sel endotel berbentuk gepeng. Tidak terlihat lapisan subendotel. Sudah ada lamina elastika
interna terdiri atas jaring-jaring serat elastin.

• Tunika Media
Terdiri atas 1–5 lapisan serat otot polos. Tidak terdapat serat elastin maupun kolagen.
• Tunika Adventitia

Lapisannya tampak lebih tipis dibandingkan tunika media. Lapisan fibroelastisnya tipis. Tidak
ada lamina elastika interna.

2.Arteri Sedang disebut juga tipe muskular atau “distributing arteries terdiri atas (Jeffrey, 2010),
• Tunika Intima

Sel-sel endotel berbentuk gepeng. Lapisan subendotel sangattipis. Lamina elastika interna jelas,
bertingkat dan melipat-lipat.
30
• Tunika Media Lapisan muskular tebal, dengan 30–40 lapisan serat otot polos yang melingkar.
Terdapat sedikit jaringan elastis. Tidak ada serat kolagen.
• Tunika Adventitia

Sama tebalnya dengan tunika media. Terdiri atas lapisan jaringan fibro-elastis yang dibatasi
bagian luarnya oleh serat-serat kolagen dan bagian dalamnya oleh lamina elastika eksterna.

3.Arteri Besar, contohnya batang pulmoner, aorta, dan cabang-cabang utamanya. Dari dalam ke
luar berturut-turut terdapat lapisan (Jeffrey, 2010)
• Tunika Intima

Sel-sel endotel berbentuk poligonal atau gepeng dengan tepian bergerigi yang saling mengait.
Jaringan ikat subendotel (lapisan subintima) adalah tebal dan mengandung banyak serat-serat
elastin

• Tunika Media
Jaringan otot merupakan lapisan tipis yang mengandung banyak serat otot polos yang tersusun
melingkar. Jaringan elastis sangat banyak, dan membentuk bagian terbesar dari tunika media,
serta terdapat serat-serat kolagen.

31
• Tunika Adventitia

Lapisan ini relatif tipis dengan lapisan fibroelastis yang kurang nyata dan membran elastika
eksterna. Serat-serat kolagen yang teratur memanjang atau spinal terdapat pada permukaan ini

Vena
Bila dibandingkan dengan arteri, lumen vena lebih besar, dindingnya lebih tipis karena jumlah
serat otot dan elastisitasnya jauh berkurang. Terdapat banyak serat kolagen. Tunika media dan
adventitia tidak jelas. Vena dilengkapi katup yang dibentuk oleh lipatan tunika intima dengan
jaringan fibrosa sebagai pusatnya. Potongan melintang lumen vena selalu terlihat kolaps
sebagiannya yang sangat berbeda dengan arteri, yang terlihat berbentuk bulat (Brothers, 1987).

1. Vena Kecil

Bergaris tengah antara 0,1–1 mm. Sel-sel endotelnya gepeng, disokong oleh jaring-jaring serat
elastin. Pada tunika medianya terdapat 1–3 lapisan otot. Tidak ada jaringan kolagen atau elastis.
Tunika adventitia termasuk lapisan vena lapisan paling tebal dan mengandung banyak serat
kolagen (Brothers, 1987).

32
2.Vena Sedang, bergaris antara 1–9 mm, terdiri atas (Brothers, 1987),
• Tunika Intima

Sel-sel endotelnya pendek dan berbentuk poligonal. Terdapat lapisan subendotel tipis.
• Tunika Media
Lapisan ini mengandung berkas serat otot polos yang berupa lempeng-lempeng.

• Tunika Adventitia

Terdapat lapisan fibro-elastis luar dan lapisan otot polos yang longitudinal.

3. Vena Besar, bergaris tengah lebih dari 9 mm, terdiri atas (Brothers,1987),
• Tunika Intima

Sel-sel endotel berbentuk poligonal. Pada lapisan subendotel tersebar serat-serat otot polos.
Lamina elastika interna sangat tipis.
• Tunika Media

Lapisan ini sangat tipis. Serat otot polosnya sedikit atau sama sekali tidak ada. Terdapat sedikit
serat kolagen.
• Tunika Adventitia
Lapisan ini adalah yang paling tebal dengan banyak serat otot polos yang tersusun memanjang.
Tidak ada lapisan elastis.

Kapiler darah

Ada dua tipe kapiler, yaitu kapiler utuh dan kapiler bertingkat.

1. Kapiler Utuh

Sitoplasma sel endotel dekat intinya terlihat lebih tebal bila dibanding dengan yang
terdapat pada tepian. Salah satu cirinya adalah terdapatnya filamen kontraktil di dalam
sitoplasma. Permukaan lumen dilengkapi filopodia (tonjolan-tonjolan) dan banyak lekukan ke
dalam dan kaveola. Sitoplasma di bawah kaveola terisi banyak vesikel yang diperlukan
33
mengangkut bahan ke luar atau ke dalam. Sel-sel endotel yang berbatasan saling melekat melalui
taut kedap (tight junction) dan pada tempat-tempat tertentu tersisa celah selebar 20 nm, terisi zat
amorf. Kapiler ini terdapat pada kulit, jaringan ikat, otot, otak, dan paru (Brothers, 1987).
2. Kapiler Bertingkat

Sel-sel endotelnya tipis dan hanya sedikit filamen kontraktil. Sitoplasmanya berlubang-lubang
dengan ukuran 50–80 nm. Lubang-lubang ini ditutupi “diafragma” atau selaput yang dibentuk
oleh

lamina basal. Kapiler demikian bersifat lebih permeabel. Terdapat pada kelenjar endokrin,
pankreas, vilus intestinal, dan glomerulus ginjal (Brothers, 1987).

Sinusoid

Sinusoid merupakan saluran khusus yang terdapat di antara pembuluh-pembuluh. Mereka


mungkin menghubungkan suatu arteriol dengan suatu venul, seperti yang terdapat pada limpa
dan sumsum tulang. Atau menghubungkan suatu venul dengan venul lain, seperti dalam hati.
Sinusoid merupakan saluran berdiameter lebih kurang 30 nm, tetapi ukuran ini tidak merata.
Dilapisi sel endotel. Membran basalnya sangat tipis dan terdapat celah-celah di antara sel-sel
endotel. Mungkin terdapat makrofag tetap pada dindingnya. Sinusoid terdapat dalam sumsum
tulang, hati, limpa, kelenjar paratiroid, suprarenal, dan “carotic body” (Brothers, 1987).

34
2.4 Histologi Organ dan Sistem Organ Ekskresi

Pengertian Sistem Ekskresi Manusia

Ekskresi adalah proses pengeluaran zat-zat sisa metabolisme tubuh yang tidak diperlukan
lagi. Zat-zat tersebut perlu dikeluarkan agar tidak menjadi racun dan penyakit bagi organ-organ
di dalam tubuh.

Maka, dapat diartikan bahwa sistem ekskresi manusia adalah sistem yang berlangsung di dalam
tubuh untuk mengeluarkan zat-zat sisa metabolisme tubuh.Selayaknya sistem lain dalam tubuh
seperti pernapasan dan pencernaan, ada organ-organ yang bekerja untuk menjalankan sistem
tersebut.Organ-organ ekskresi juga memiliki fungsi untuk mengatur homeostasis tubuh dan
mengatur tingkat keasaman (pH) cairan dalam tubuh.

Organ Ekskresi Manusia

Berikut organ-organ yang melakukan sistem ekskresi manusia.

1. Kulit

Kulit melakukan ekskresi untuk mengeluarkan keringat yang terdiri dari air, garam, sisa
metabolisme sel, urea, dan asam.

Berikut urutan sistem ekskresi kulit.

1.Pusat pengatur suhu di otak yaitu hipotalamus mendapatkan rangsangan, misalnya perubahan
suhu pada pembuluh darah.

2.Rangsangan diteruskan oleh saraf simpatetik ke kelenjar keringat.

35
3.Kelenjar keringat memproduksi keringat dengan menyerap air, ion, garam, dan urea dari
kapiler darah.

4.Keringat yang dihasilkan dikirim ke permukaan kulit dan keluar melalui pori-pori.

5.Keringat menguap dan menyerap panas, sehingga suhu tubuh normal kembali.

2.Paru-paru

Paru-paru melakukan ekskresi untuk mengeluarkan karbon dioksida dan uap air dari proses
respirasi.

Berikut urutan sistem ekskresi paru-paru.

1.Oksigen di udara masuk ke alveoli dan berdifusi memasuki kapiler darah yang mengelilingi
alveoli.

2.Darah pada alveolus mengikat oksigen dan mengangkutnya ke jaringan tubuh.

3.Sisa peredaran darah akan menghasilkan karbon dioksida yang kemudian dibawa oleh
pembuluh kapiler jaringan tubuh.

4.Darah mengikat karbon dioksida untuk dikeluarkan bersama uap air

36
3. Ginjal

Ginjal melakukan ekskresi untuk mengeluarkan urine yang mengandung air, garam, urea, dan
urobilin. Urobilin merupakan zat yang memberi warna kuning pada urine, sementara urea adalah
zat yang memberi bau pada urine.

Berikut urutan sistem ekskresi ginjal.

1.Ginjal melalui nefron menyaring darah.

2.Sisa penyaringan berupa urine primer mengalir ke tubulus proksimal.

3.Tubulus proksimal menyaring kembali urine primer agar zat-zat yang sekiranya masih
dibutuhkan tubuh dapat diserap kembali, seperti glukosa, asam amino, dan ion kalium.

4.Sisa penyaringan selanjutnya berupa urine sekunder, kemudian mengalir ke lengkung Henle
hingga ke tubulus distal.

5.Tubulus distal menyaring kembali urine sekunder hingga menjadi urine sesungguhnya.

6.Urine sesungguhnya mengalir ke pelvis renalis, lalu diteruskan ke ureter dan kandung kemih
sebagai tempat akhir penampungan urine sebelum dikeluarkan.

7.Ketika kandung kemih penuh, kandung kemih memberi sinyal yang memicu kontraksi otot
perut dan otot kandung kemih, sehingga urine keluar dari tubuh melalui uretra.

37
4. Hati

Hati melakukan ekskresi untuk mengeluarkan urea, pigmen, empedu, dan racun. Empedu
merupakan cairan hijau kebiruan berasa pahit dengan pH sekitar 7-7,6 yang mengandung
kolesterol, garam mineral, garam empedu, dan pigmen yang disebut bilirubin dan biliverdin.

Berikut urutan sistem ekskresi hati.

1.Sel-sel di hati merombak sel darah merah (eritrosit) yang sudah tua dan rusak menjadi senyawa
hemin, zat besi, dan globulin.

2.Zat besi diambil dan dikembalikan ke sumsum tulang, sementara globin digunakan untuk
metabolisme protein atau membentuk hemoglobin baru.

3.Senyawa hemin diubah menjadi zat warna empedu, yaitu bilirubin dan biliverdin.

4.Zat warna empedu dikirim ke usus dua belas jari dan dioksidasi menjadi urobilin yang
diteruskan ke feses

38
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Sistem Organ adalah cara organ bekerja sama untuk melakukan tugas. Keterkaitan masing-
masing organ ini tidak bisa berfungsi sendiri-sendiri, namun susunan organ ini kemudian saling
bergantung dan saling mempengaruhi satu sama lain cara kerjanya dalam tubuh. Tanpa kerja
sama organ lain, proses tersebut tidak terjadi di dalam tubuh. Menurut Brum (1994)

Sistem organ manusia adalah kumpulan organ yang menopang tubuh dan bekerja sama agar
berfungsi dengan baik. Kesehatan tubuh manusia tergantung pada berfungsinya sistem organ.
Organ adalah kumpulan jaringan dengan satu atau lebih fungsi. Berdasarkan letaknya, organ
dalam tubuh dibedakan menjadi organ dalam dan organ luar. Jantung, ginjal, lambung, dan usus
adalah contoh organ dalam, sedangkan contoh organ luar adalah hidung dan kulit.

Berbagai jenis organ ini bekerja sama membentuk sistem organ tubuh manusia. Jika salah satu
organ tidak berfungsi dengan baik, maka organ tubuh lainnya akan berpengaruh. Oleh karena itu,
untuk menjaga kesehatan tubuh, penting untuk menjaga fungsi sistem organ setiap saat. Seperti
yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa setiap sistem oragan ini memiliki fungsi dan cara
kerjanya masing-masing

3.2 Saran

Sistem organ merupakan sistem pembentuk tubuh kita yang fungsinya sangat vital. Oleh karena
itu kita harus menjaga kesehatan tubuh kita dengan sebaik-baiknya

39
DAFTAR PUSTAKA

http://pendidikandokter.fk.unsyiah.ac.id/wp-content/uploads/2021/06/Modul-Pratikum-
Histologi-Blok-2.pdf

Diakses 27 Juli 2023, 08.12 WIB

http://pendidikandokter.fk.unsyiah.ac.id/wp-content/uploads/2021/06/Modul-Pratikum-
Histologi-Blok-3.pdf

Diakses 27 Juli 2023, 09.30 WIB

https://doc.lalacomputer.com/makalah-sistem-organ-pada-manusia/

Diakses 27 Juli 2023,13.22 wib

HISTOLOGI kedokteran dasar_pdf

Diakses 27 Juli 2023,12.00 wib

40

Anda mungkin juga menyukai