DISUSUN OLEH :
1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
Rahmat dan Karunia Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Histologi Organ dan Sistem Organ : Respirasi, Digesti, Sirkulasi, Eksresi”. Penulisan makalah
ini merupakan salah satu tugas mata kuliah Sitohistoteknologi. Penulis mengucapkan terima
kasih dan penghargaan setinggi-tingginya kepada :
Penulis menyadari bahwa makalah inimasih banyak kekurangan, sehingga kritik dan
saran yang sifatnya membangun dari setiap pembaca sangat penulis harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.Namun demikian semoga hasil penulisan makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi pembaca.
Penulis
2
DAFTAR ISI
3
BAB I
PENDAHULUAN
4
1.3 Tujuan
1. Mengetahui histologi organ dan sistem organ respirasi
2. Mengetahui histologi organ dan sistem organ digesti
3. Mengetahui histologi organ dan sistem organ sirkulasi
4. Mengetahui histologi organ dan sistem organ ekskresi
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
4. Small granule cells (sel granula kecil)
5. Basal cells
C. Struktur Histologis Traktus Respiratorius
1. Hidung
Rongga hidung dibagi menjadi 2 rongga kanan dan kiri oleh septum nasi. Pintu depan
disebut nares anterior = nostril, Pintu belakang disebut nares posterior = choanae. Terdiri
dari dua ruangan Vestibulum nasi dan Cavum nasi.
Vestibulum Nasi
• Vestibulum nasi terdiri dari epitel pipih berlapis yang kehilangan keratinnya (epitel
peralihan dari kulit ke epitel respiratorius)
• Mengandung rambut hidung (vibrisea) yang berfungsi sebagai filter (penyaring) udara
yang masuk
Cavum nasi
• Dinding lateral ruangan ini ada tiga penonjolan (konka) yaitu superior, media dan
inferior. Konka inferior dan media ditutupi oleh epitel respirasi sedangkan konka superior
ditutupi oleh epitel olfaktorius (reseptor penciuman).
• Pada lamina propria konka terdapat plexus vena besar yang dikenal dengan swelling
bodies.
• Fungsi hidung :
- Jalan masuk udara yang dihirup
- Melindungi asini paru yang halus
- Menghangatkan dan melembabkan udara
- Menangkap partikel debu
- Mencium bau/wewangian
2. Sinus Paranasal
• Sinus paranasalis adalah rongga bilateral di os frontale, maxillae, ethmoidale, dan
sphenoiale.
• Dilapisi oleh epitel respiratorik yang lebih tipis dengan lebih sedikit sel goblet.
• Lamina proprianya mengandung sedikit kelenjar kecil dan menyatu dengan periosteum
di bawahnya.
7
• Epitel bertingkat silindris bersilia, dengan sedikit sel goblet dan lamina basal yang
kurang berkembang
• Ditutupi oleh lapis lendir yang tipis membersihkan zat-zat yang melekat
• Membantu menghangatkan udara inspirasi
3. Epitel Olfaktorius
Epitel olfaktorius sebagai kemoreseptor berupa epitel berderet silindris yang terdiri dari
tiga jenis sel, yaitu :
1. Sel penyokong berbentuk silindris tinggi, mempunyai apeks silindris yang lebar dan
basis yang sempit, inti ovoid terletak pada deretan paling permukaan, terdapat mikrovilli
yaitu striated border
2. Sel basal berukuran kecil, berbentuk bulat atau kerucut, sel terletak dibagian basal
diantara sel-sel penyokong, sel ini sebagai cadangan yang nantinya akan menjadi sel
penyokong.
3. Sel olfaktorius/sel pembau yaitu neuron bipolar sensorik, sel berbentuk spindel tersebar
diantara sel-sel penyokong, intinya bulat, open face type terletak paling dalam dari inti sel
penyokong, juluran sitoplasma ke permukaan sebagai dendrit dengan ujungnya membulat
(vesikula olfaktoria) keluar rambut-rambut halus yang berfungsi menerima rangsang bau
yang disebut olfactory hairs.
Pada Lamina propria epitel olfaktorius memiliki kelenjar Bowman, yang sekretnya
menghasilkan medium cair di sekitar sel-sel olfaktoria, sel goblet tidak ada, terdapat fila
olfaktoria yang merupakan gabungan akson-akson sel pembau, ke superior menjadi n.
Olfaktorius, menembus area cribosa ossa ethmoidalis ke bulbus olfaktorius pada
cerebrum.
8
4. Faring
• Ruang pipih yang dapat dilalui oleh udara dan makanan
• Terbagi menjadi:
1. Nasofaring terdapat di bawah dasar tengkorak, belakang naris posterior dan di atas
palatum mole, epitel bertingkat silindris bersilia, lamina propria banyak serat elastin
dan kelenjar.
2. Orofaring terdapat di belakang rongga mulut dan permukaan belakang lidah
3. Laringofaring terdapat di belakang lidah
5. Laring
• Struktur berongga, panjang 4-5 cm, menghubungkan faring dengan trakea
• Fungsi:
1. Membentuk suarapita suara
2. Menutup trakea sewaktu menelan
• Dindingtulang rawan tiroid, krikoid, dan epiglotis
• pita suara sejati epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk, sedang bagian laring yang
lainepitel bertingkat silindris bersilia bersel goblet ke arah faring menggeser partikel
asing, bakteri dan mukus ke arah luar
• Tidak ada submukosa
• Lamina propria dari membran mukosa tebal dan mengandung banyak elastin
6. Epiglotis
• Bagian superior laring
• Kerangka epiglottis tulang rawan elastis
• Permukaan anterior epitel berlapis gepeng tanpa lapisan tanduk
•Mukosa anterior epitel berlapis gepeng lebih rendah dan terjadi peralihan epitel
respratorius epitel bertingkat semu bersilia dengan sel goblet
9
7. Trachea
• Bentuk seperti tabung
• Panjang 10 cm, lebar 2 cm
• Dari ujung larynx sampai percabangan menjadi bronchus primer
• Tersusun 16 sampai 20 cincin tulang rawan hialin dan terbuka pada permukaan posterior
trachea
• Ep. Respirasi
• Kelenjar trakea seromukosa
8. Bronkus
• Secara histologik, bronkus yang lebih besar serupa dengan trakea
• Mempunyai epitel bertingkat kolumnar bersilia dengan banyak sel goblet dan kelenjar
submukosa
• Lamina propriajaringan ikat longgar dengan banyak serat retikulin dan elastin, juga
terdapat limfosit, sel mast, dan eosinofil
• Keseluruhan dindingnya terdapat serat-serat otot polos dan lempeng tulang rawan yang
tidak beraturan
• Semakin mengecil ukuran bronkus, jumlah tulang rawan berkurang dan jumlah otot
polos pada bagian mural dinding bronkus bertambah
• Memiliki kelenjar2 seperti pada trakea yang terkadang mengandung sel-sel mioepitel
9. Bronkiolus
• Tidak mengandung tulang rawan, kelenjar, kelenjar limfe, dan adventisia tipis
mengelilingi struktur ini
• Epitel pada bronkiolus besar epitel bertingkt semu silindris bersilia dengan sedikit sel
goblet
• Mukosa berlipat dan banyak otot polos yang mengelilingi lumennya
10
10. Bronkiolus Terminalis
• Epitel silindris bersilia
• Tidak ada sel goblet
• Lamina propria tipis, selapis otot polos, dan masih ada adventisia
11. Bronkiolus Respiratorius
• Bifurkasi bronkiolus terminalisbronkiolus respiratorius
• Saluran pendek, bercabang2, dengan dindingnya diselingi oleh kantung-kantung
(alveoli) tempat terjadinya pertukaran gas
12. Bronkioli Respiratorius
• Struktur yang lebih besar dilapisi epitel kuboid bersilia
• Saluran yang lebih kecil dilapisi oleh epitel selapis kuboid dan dilanjutkan dengan epitel
selapis gepeng yang membatasi alveolus pada muara alveolus
• Struktur ini akan berlanjut ke duktus alveolaris
11
• Setiap alveolus dikelilingi oleh jala-jala kapiler yang saling bernastomosis
• Mempunyai jala-jala penyokong yang terdiri dari serat-serat elastis dan retikulin
• Lapis pembuluh dan jaringan ikat pada kedua sisinya dilapisi oleh epitel paru yang
sangat tipis
• Alveoli yang berdekatan saling berhubungan melalui porus alveolaris → keseimbangan
perbedaan tekanan.
16. Dinding Alveolaris
• Septum jaringan tipis yang memisahkan dua alveoli yang berdekatan
• Alveoli dibatasi oleh epitel alveoli, terdiri dari 2 jenis sel berbeda yang dihubungkan
dalam suatu lembaran epitel via kompleks tautan apikal
• Sel-sel epitel alveoli → sel alveolar gepeng dan sel alveolar besar
12
Makrofag Alveolar
• Disebut juga sel debu
• Merupakan bagian sistem fagosit mononuklear
• Terdapat dalam jaringan interstisial septa interalveolaris atau di ruang alveol
• Membersihkan permukaan epitel dan melindungi epitel alveoli dari kerusakan oleh
mikroorganisme atau iritan yang dihirup dengan menangkap dan mencerna bahan asing
13
- Lamina propria merupakan jaringan ikat yang kaya dengan pembuluh darah,
pembuluh limfe, dan sel-sel otot polos.
- Lamina muscularis (muscularis mucosa) terdiri atas lapisan otot sirkuler dalam
yang tipis dan lapisan longitudinal luar, terdapat kelenjar limfoid, dan sel-sel
limfosit.
2. Sub mucosa, terdiri dari jaringan ikat padat dengan pembuluh darah, pembuluh
limfe, dan pleksus saraf sub mucosa, kelenjar dan jaringan limfoid.
3. Tunica muscularis, mempunyai dua bentuk lapisan:
- Stratum sirkuler, terletak di lapisan dalam dekat dengan lume
- Stratum longitudinal (memanjang), terletak di lapisan luar
Pada stratum muscular, terdapat pleksus saraf mienterikus yang terletak di antara
kedua lapisan otot.
4. Tunica serosa, terdiri dari jaringan ikat longgar, kaya dengan pembuluh darah,
limfe, dan jaringan lemak
RONGGA MULUT
Dilapisi oleh epitel pipih berlapis tanpa penandukan, terdapat pada palatum mole,
bibir, pipi dan dasar mulut. Organ yang terdapat dalam rongga mulut antara
lain:
14
- Lingua (Lidah)
- Gigi
- Kelenjar
a. Pars Cutanea:
b. Pars Intermedia:
- Pars rubra, bagian yang lebih lebar berwarna merah karena di lamina
c. Pars Mucosa:
15
LIDAH = LINGUA
Lidah terdiri dari massa otot kerangka yang dilapisi oleh membran mukosa.
- Serabut otot serat lintang, letaknya saling menyilang dalam tiga bidang
berkelompok membentuk berkas: vertical, horizontal, longitudinal
- Membran mukosa di bawah lidah licin dan dipermukaan atas lidah tampak tidak
teratur
- Dua per tiga bagian depan (anterior) berlipat-lipat merupakan peninggian epitel
mulut dan lamina propria yang disebut papilla (papilla lingualis)
- Satu per tiga bagian prosterior dibatasi oleh batas berbentuk huruf V. Di bagian
belakang pembatas ini, terdapat tonjolan-tonjolan, yaitu kumpulan nodulus limfoid
dan tonsila lingualis
Fungsi :
- pengunyahan
- menelan
- pembentukan suara
- dapat merasa
PAPILA LINGUALIS
1. Papilla Filiformis
- Sel Basalis
- Sel Gustatoria
16
- Sel Sustentakularis
PAPILLA FILIFORMIS
PAPILLA FUNGIFORMIS
- Berbentuk cendawan
PAPILLA FOLIATA
PAPILLA SIRKUMVALATA
- Jumlahnya 7 – 12 buah
17
- Berukuran sangat besar dan mendatar
- Daerah sub mucosa banyak terdapat kelenjar serosa (VON EBNER) yang berfungsi
membersihkan kuncup pengecap
KUNCUP PENGECAP
- Bagian apeknya, sel kecap (sel olfaktoria) menjulur mikrovili melalui lubang yang
disebut pori kecap.
o Sel gustatoria → sel yang dapat menerima persepsi rasa dari makanan
KERONGKONGAN = OESOPHAGUS
Dinding oesophagus:
1. Tunica Mucosa
18
2. Tela Sub Mucosa, terdapat kelenjar mucus (kelenjar oesophagus)
3. Tunica Muscularis
- Stratum Sirkular
- Stratum Longitudinal
Bagian proksimal terdiri dari otot kerangka dan otot polos, sedangkan bagian distal
terdiri atas otot polos.
- Mengubah makanan yang dibantu oleh kontraksi otot menjadi massa yang kental
• Tunica mucosa
- Banyak terdapat lipatan-lipatan yang membentuk alur yang dalam disebut faveola
gastrica (gasterpic)
19
- Kelenjar lambung bermuara ke faveola gastrica
• Sub mucosa
Jaringan ikat longgar kaya pembuluh darah, limfoid, sel-sel jaringan ikat.
• Tunica muscularis
• Tunica serosa
CARDIA
20
- Pada mukosanya terdapat kelenjar-kelenjar tubuler simplex (bercabang)
Fundus dan corpus adalah bagian lambung yang terluas. Dinding lambung terdiri dari
empat lapisan.
- Sel induk
- Di lamina propria terdapat kelenjar gastric yang bermuara pada dasar faveola
gastrica
PYLORUS
Lapisan-lapisan dari pylorus sama seperti bagian fundus dan cardia. Di lamina propria
terdapat glandula pyloric yang mempunyai struktur serupa dengan glandula cardiaca,
hanya lebih panjang, berkelok-kelok dan bermuara pada dasar
21
faveola gastrica.
- Duodenum → 20 cm (8 inci)
Lapisan dinding dari ketiga segmen usus halus sama, terutama pada tunica sub
mucosa, tunica muscularis dan serosa. Perbedaannya terletak pada tunica mucosa,
terutama bentuk villinya.
DUODENUM
- Di antara vili terdapat muara dari kelenjar intensinalis atau kelenjar lieberkuhn yang
terletak pada lamina propria
- Pada sel epitel silindris selapis terdapat mikrovili atau brush border merupakan
tonjolan silindris dari sitoplasma dan di antara sel silindris terdapat sel goblet.
22
- Setiap sel absorbtif memiliki rata-rata 3000 mikrovili dan setiap 1 mm2 mukosa
mengandung 250 juta mikrovili, dan vili dan mikrovili sangat memperluas permukaan
usus.
- Pada lapisan sub mukosa terdapat kelenjar duodenalis atau kelenjar Brunner yang
sekretnya bersifat basa dengan PH 8,1 – 9,3 yang berfungsi melindungi mukosa
terhadap efek asam dari sifat lambung.
- Sel panet terletak di bagian dasar dari kelenjar intensinalis berperan sebagai
pengendali flora usus dan menghasilkan lisozim.
Mukosa usus besar licin, tanpa ada lipatan dan tidak mempunyai vili. Kelenjar
intestinalis panjang yang sekretnya penting untuk melapisi mukosa. Fungsi dari usus
besar ini mengabsorbsi air, mineral, atau elektrolit dari bahan makanan yang tidak
dicerna, yang berasal dari usus halus dan juga berfungsi pembentukan tinja atau feses.
23
• Tunica mucosa
- Dalam lamina propria, banyak tersebar sel limfosit dan noduli limfoid, dan
menyebar sampai ke sub mukosa.
• Tunica muscularis
- Terdiri dari stratum longitudinal, tersusun dalam tiga berkas membujur dan berkas
yang mengelompok sebagai pita disebut taenia coli.
• Tunica serosa
REKTUM
Tempat penampungan feses dalam bentuk setengah padat. Tunica mucosa dilapisi
oleh epitel silindris selapis dengan sel goblet yang padat dan pada lamina propria
tersebar sel limfosit. Pada muscularis mukosa, terdapat sel otot polos yang sirkuler.
Tunica muscularis terdiri dari susunan otot sirkuler bagian dalam dan longitudinal
bagian luar.
24
ANUS
Tunica mucosa dilapisi oleh epitel pipih berlapis tanpa penandukan, karena anus ini
tempat penampungan feses yang padat. Pada lamina propria di bagian ujung luar,
terdapat folikel rambut, kelenjar sebasea, kelenjar sudorifea. Tunica muscularis pada
stratum sirkuler menebal menjadi musculus spinter ani internus (otot polos). Di
bagian distal, terdapat annulus melingkar dari otot kerangka disebut spinter ani
externus. Tunica serosa jaringan ikat longgar.
25
4. Vena merupakan kapiler yang berkonvergensi membentuk pembuluh darah yang lebih besar
dan berfungsi membawa darah dari seluruh tubuh menuju ke arah jantung.
Endokardium merupakan lapisan permukaan dalam jantung dan tersusun atas sel endotel
selapis yang terhubung dengan endotel vaskuler yang masuk dan keluar jantung. Di bawah
endotel terdapat lapisan subendotel tipis yang tersusun atas serat kolagen halus dan lapisan
subendotel yang letaknya paling jauh dari lumen akan berkonvergen dengan miokardium
sehingga terbentuk lapisan subendokardial yang mengandung jaringan ikat kendor, sel-sel saraf,
dan percabangan sistem hantar rangsang jantung. Semakin ke dalam lapisan endokardium,
terdapat banyak serat elastin dan serat otot polos.
b) Miokardium (lapisan tengah)
Miokardium merupakan lapisan jantung paling tebal yang tersusun atas banyak sel otot
jantung. Sel otot jantung diklasifikasikan menjadi dua tipe, yaitu sel kontraktil dan pembangkit;
serta sel penghantar rangsang, di mana keduanya berperan dalam membangkitkan dan
menghantar sinyal yang memulai denyut jantung. Pada bagian dalam miokardium terdapat
berkas-berkas yang tersembunyi dan terbungkus oleh endomiokardium, disebut trabekulae
karnae(trabekula karnosa). Lembar-lembar otot atrium dan ventrikel yang melekat dengan
jaringan interstitial (endomisium) kepada bangunan penyangga utama jantung disebut kerangka
jantung.
26
terdapat lapisan tipis yang tersusun atas jaringan ikat kendor, serat elastin, tervaskulariasi, sel
saraf, dan lemak yang disebut lapisan subperikardial. Lapisan subperikardial merupakan
penghubung epikardium dan miokardium.
Jantung memiliki daerah pusat fibrosa, yaitu kerangka fibrosa yang berfungsi sebagai pangkal
katup, tempat asal, dan insersi miosit jantung. Jantung terdiri atas jaringan ikat padat fibrosa
untuk tempat pelekatan otot jantung dan katup jantung. Komponen utama jantung ialah septum
membranaseum, trigonum fibrosum, dan anulus fibrosus. Anulus fibrosus atau cincin fibrosa
mengelilingi pangkal aorta, arteri pulmonalis, dan pintu atrioventrikuler. Cincin fibrosa untuk
mengikat serat otot atrium dan ventrikel serta katup atrioventrikuler. Trigonum fibrosum
tersusun atas jaringan fibrosa yang berada di antara pintu arteri dan pintu atrioventrikuler.
Septum membranaseum merupakan bagian fibrosa sekat interventrikel sebagai tempat pelekatan
ujung-ujung bebas serat otot jantung. Pada mamalia jaringan ikat pada annulus dan trigonum
bersifat kondroid dan dapat berwujud tulang rawan atau tulang keras (Lesson et al., 1996;
Junqueira et al., 1997).
Katup jantung tersusun atas jaringan ikat padat yang mengandung serat kolagen dan elastin.
Jaringan ikat tersebut dibungkus oleh lapisan endotel dan pangkal katupnya melekat pada anulus
fibrosa yang merupakan kerangka fibrosa. Katup atrioventrikuler, yaitu katup trikuspidal dan
katup mitral ialah lipatan endokardium yang dilapisi jaringan ikat fibrosa yang bergabung
dengan annulus fibrosa, permukaaan endokardium yang lebih tebal menghadap ke atrium dan
terdapat lebih banyak serat elastis. Katup semilunar aorta dan arteri pulmonalis komponen
penyusunnya seperti katup atrioventrikuler dimana setiap katup tersusun dari tiga daun, bagian
tengah berupa lapisan fibrosa dan setiap katup menebal membentuk nodulus Arantius. Setiap
27
katup jantung terhubung dengan muskulus papilaris ventrikel melalui benang fibrosa yang
disebut korda tendinea (Lesson et al., 1996).
Sistem pembangkit dan penghantar rangsangan jantung tersusun atas komponen yang
memungkinkan atrium dan ventrikel berdetaksecara berkesinambungan untuk memompa darah
secara efisien. Jantung dilengkapi dengan serat jantung khusus yang mampu mengatur detak
jantung melalui pengaturan kontraksi atrium dan ventrikel yang terdapat pada jantung (Lesson et
al., 1996).
Pada jantung terdapat serat Purkinje yang memiliki kecepatan mengirimkan impuls lebih besar
dibandingkan serat otot jantung umumnya. Serat Purkinje memiliki garis tengah yang ukurannya
lebih besar daripada serat otot jantung biasa, terdapat sarkoplasma relatif banyak. Impuls timbul
pada nodus sinoatrial yang terletak pada pertemuan vena kava superior dan atrium kanan. Nodus
sinoatrial berisi jalinan padat serat penghantar kecil-kecil, impuls berjalan menuju ke nodus
atrioventrikuler yang berada di dalam dinding tengah atrium kanan, nodus ini juga tersusun atas
serat penghantar yang membentuk jalinan padat (Lesson et al., 1996).
Struktur sel Purkinje ditandai dengan berkurangnya miofibril, sarkoplasma banyak, berkas
serabut-serabut diliputi sedikit jaringan ikat yang sering disebut lapisan subendokard. Pembuluh
darah jantung memiliki dua arteri koronaria yang membawa darah menuju jantung dan vena
yang mengalirkan darah kembali ke jantung. Arteri yang terdapat di miokardium membentuk
rangkaian kapiler padat dan membawa darah kembali ke vena kardium, menuju sinus koronarius,
dan kembali lagi ke dalam atrium kanan. Daya regenerasinya tidak ada, bila rusak akan
digantikan jaringan ikat (Lesson et al., 1996)
28
SISTEM PEMBULUH DARAH
Struktur arteri membawa darah ke jaringan, bersifat stabil akibat perubahan tekanan darah pada
bagian awal dan mengatur sirkulasi darah di bagian terminal. Dinding arteri pada umumnya
terdiri atas tiga lapis tunika, yaitu (Lesson et al., 1996; Junqueira et al., 1997):
1. Tunika Intima
Merupakan tunika yang terletak di dasar dan terdiri atas sel endotel
selapis pada bagian dalamnya, sedangkan di bagian luarnya tersusun atas lapisan subendotel.
Lapisan subendotel mengandung jaringan ikat fibroelastis halus dan lapisan terluarnya
mengandung serat elastik, yaitu membran elastika interna (tunika elastika interna).
2. Tunika Media
Merupakan tunika yang berada di tengah dan mengandung sel otot polos yang membentuk
lingkaran. Di antara sel-sel otot polos terdapat kumpulan serat elastin dan kolagen dengan jumlah
yang bervariasi.
3. Tunika Adventitia
Merupakan tunika yang berada di lapisan terluar mengandung jaringan ikat yang sebagian besar
susunannya sejajar dengan sumbu panjang pembuluh atau tampak memanjang. Tunika adventitia
terhubung langsung dengan tunika media dan tampak tunika elastika eksterna yang jelas.
29
Arteri
Sel-sel endotel berbentuk gepeng. Tidak terlihat lapisan subendotel. Sudah ada lamina elastika
interna terdiri atas jaring-jaring serat elastin.
• Tunika Media
Terdiri atas 1–5 lapisan serat otot polos. Tidak terdapat serat elastin maupun kolagen.
• Tunika Adventitia
Lapisannya tampak lebih tipis dibandingkan tunika media. Lapisan fibroelastisnya tipis. Tidak
ada lamina elastika interna.
2.Arteri Sedang disebut juga tipe muskular atau “distributing arteries terdiri atas (Jeffrey, 2010),
• Tunika Intima
Sel-sel endotel berbentuk gepeng. Lapisan subendotel sangattipis. Lamina elastika interna jelas,
bertingkat dan melipat-lipat.
30
• Tunika Media Lapisan muskular tebal, dengan 30–40 lapisan serat otot polos yang melingkar.
Terdapat sedikit jaringan elastis. Tidak ada serat kolagen.
• Tunika Adventitia
Sama tebalnya dengan tunika media. Terdiri atas lapisan jaringan fibro-elastis yang dibatasi
bagian luarnya oleh serat-serat kolagen dan bagian dalamnya oleh lamina elastika eksterna.
3.Arteri Besar, contohnya batang pulmoner, aorta, dan cabang-cabang utamanya. Dari dalam ke
luar berturut-turut terdapat lapisan (Jeffrey, 2010)
• Tunika Intima
Sel-sel endotel berbentuk poligonal atau gepeng dengan tepian bergerigi yang saling mengait.
Jaringan ikat subendotel (lapisan subintima) adalah tebal dan mengandung banyak serat-serat
elastin
• Tunika Media
Jaringan otot merupakan lapisan tipis yang mengandung banyak serat otot polos yang tersusun
melingkar. Jaringan elastis sangat banyak, dan membentuk bagian terbesar dari tunika media,
serta terdapat serat-serat kolagen.
31
• Tunika Adventitia
Lapisan ini relatif tipis dengan lapisan fibroelastis yang kurang nyata dan membran elastika
eksterna. Serat-serat kolagen yang teratur memanjang atau spinal terdapat pada permukaan ini
Vena
Bila dibandingkan dengan arteri, lumen vena lebih besar, dindingnya lebih tipis karena jumlah
serat otot dan elastisitasnya jauh berkurang. Terdapat banyak serat kolagen. Tunika media dan
adventitia tidak jelas. Vena dilengkapi katup yang dibentuk oleh lipatan tunika intima dengan
jaringan fibrosa sebagai pusatnya. Potongan melintang lumen vena selalu terlihat kolaps
sebagiannya yang sangat berbeda dengan arteri, yang terlihat berbentuk bulat (Brothers, 1987).
1. Vena Kecil
Bergaris tengah antara 0,1–1 mm. Sel-sel endotelnya gepeng, disokong oleh jaring-jaring serat
elastin. Pada tunika medianya terdapat 1–3 lapisan otot. Tidak ada jaringan kolagen atau elastis.
Tunika adventitia termasuk lapisan vena lapisan paling tebal dan mengandung banyak serat
kolagen (Brothers, 1987).
32
2.Vena Sedang, bergaris antara 1–9 mm, terdiri atas (Brothers, 1987),
• Tunika Intima
Sel-sel endotelnya pendek dan berbentuk poligonal. Terdapat lapisan subendotel tipis.
• Tunika Media
Lapisan ini mengandung berkas serat otot polos yang berupa lempeng-lempeng.
• Tunika Adventitia
Terdapat lapisan fibro-elastis luar dan lapisan otot polos yang longitudinal.
3. Vena Besar, bergaris tengah lebih dari 9 mm, terdiri atas (Brothers,1987),
• Tunika Intima
Sel-sel endotel berbentuk poligonal. Pada lapisan subendotel tersebar serat-serat otot polos.
Lamina elastika interna sangat tipis.
• Tunika Media
Lapisan ini sangat tipis. Serat otot polosnya sedikit atau sama sekali tidak ada. Terdapat sedikit
serat kolagen.
• Tunika Adventitia
Lapisan ini adalah yang paling tebal dengan banyak serat otot polos yang tersusun memanjang.
Tidak ada lapisan elastis.
Kapiler darah
Ada dua tipe kapiler, yaitu kapiler utuh dan kapiler bertingkat.
1. Kapiler Utuh
Sitoplasma sel endotel dekat intinya terlihat lebih tebal bila dibanding dengan yang
terdapat pada tepian. Salah satu cirinya adalah terdapatnya filamen kontraktil di dalam
sitoplasma. Permukaan lumen dilengkapi filopodia (tonjolan-tonjolan) dan banyak lekukan ke
dalam dan kaveola. Sitoplasma di bawah kaveola terisi banyak vesikel yang diperlukan
33
mengangkut bahan ke luar atau ke dalam. Sel-sel endotel yang berbatasan saling melekat melalui
taut kedap (tight junction) dan pada tempat-tempat tertentu tersisa celah selebar 20 nm, terisi zat
amorf. Kapiler ini terdapat pada kulit, jaringan ikat, otot, otak, dan paru (Brothers, 1987).
2. Kapiler Bertingkat
Sel-sel endotelnya tipis dan hanya sedikit filamen kontraktil. Sitoplasmanya berlubang-lubang
dengan ukuran 50–80 nm. Lubang-lubang ini ditutupi “diafragma” atau selaput yang dibentuk
oleh
lamina basal. Kapiler demikian bersifat lebih permeabel. Terdapat pada kelenjar endokrin,
pankreas, vilus intestinal, dan glomerulus ginjal (Brothers, 1987).
Sinusoid
34
2.4 Histologi Organ dan Sistem Organ Ekskresi
Ekskresi adalah proses pengeluaran zat-zat sisa metabolisme tubuh yang tidak diperlukan
lagi. Zat-zat tersebut perlu dikeluarkan agar tidak menjadi racun dan penyakit bagi organ-organ
di dalam tubuh.
Maka, dapat diartikan bahwa sistem ekskresi manusia adalah sistem yang berlangsung di dalam
tubuh untuk mengeluarkan zat-zat sisa metabolisme tubuh.Selayaknya sistem lain dalam tubuh
seperti pernapasan dan pencernaan, ada organ-organ yang bekerja untuk menjalankan sistem
tersebut.Organ-organ ekskresi juga memiliki fungsi untuk mengatur homeostasis tubuh dan
mengatur tingkat keasaman (pH) cairan dalam tubuh.
1. Kulit
Kulit melakukan ekskresi untuk mengeluarkan keringat yang terdiri dari air, garam, sisa
metabolisme sel, urea, dan asam.
1.Pusat pengatur suhu di otak yaitu hipotalamus mendapatkan rangsangan, misalnya perubahan
suhu pada pembuluh darah.
35
3.Kelenjar keringat memproduksi keringat dengan menyerap air, ion, garam, dan urea dari
kapiler darah.
4.Keringat yang dihasilkan dikirim ke permukaan kulit dan keluar melalui pori-pori.
5.Keringat menguap dan menyerap panas, sehingga suhu tubuh normal kembali.
2.Paru-paru
Paru-paru melakukan ekskresi untuk mengeluarkan karbon dioksida dan uap air dari proses
respirasi.
1.Oksigen di udara masuk ke alveoli dan berdifusi memasuki kapiler darah yang mengelilingi
alveoli.
3.Sisa peredaran darah akan menghasilkan karbon dioksida yang kemudian dibawa oleh
pembuluh kapiler jaringan tubuh.
36
3. Ginjal
Ginjal melakukan ekskresi untuk mengeluarkan urine yang mengandung air, garam, urea, dan
urobilin. Urobilin merupakan zat yang memberi warna kuning pada urine, sementara urea adalah
zat yang memberi bau pada urine.
3.Tubulus proksimal menyaring kembali urine primer agar zat-zat yang sekiranya masih
dibutuhkan tubuh dapat diserap kembali, seperti glukosa, asam amino, dan ion kalium.
4.Sisa penyaringan selanjutnya berupa urine sekunder, kemudian mengalir ke lengkung Henle
hingga ke tubulus distal.
5.Tubulus distal menyaring kembali urine sekunder hingga menjadi urine sesungguhnya.
6.Urine sesungguhnya mengalir ke pelvis renalis, lalu diteruskan ke ureter dan kandung kemih
sebagai tempat akhir penampungan urine sebelum dikeluarkan.
7.Ketika kandung kemih penuh, kandung kemih memberi sinyal yang memicu kontraksi otot
perut dan otot kandung kemih, sehingga urine keluar dari tubuh melalui uretra.
37
4. Hati
Hati melakukan ekskresi untuk mengeluarkan urea, pigmen, empedu, dan racun. Empedu
merupakan cairan hijau kebiruan berasa pahit dengan pH sekitar 7-7,6 yang mengandung
kolesterol, garam mineral, garam empedu, dan pigmen yang disebut bilirubin dan biliverdin.
1.Sel-sel di hati merombak sel darah merah (eritrosit) yang sudah tua dan rusak menjadi senyawa
hemin, zat besi, dan globulin.
2.Zat besi diambil dan dikembalikan ke sumsum tulang, sementara globin digunakan untuk
metabolisme protein atau membentuk hemoglobin baru.
3.Senyawa hemin diubah menjadi zat warna empedu, yaitu bilirubin dan biliverdin.
4.Zat warna empedu dikirim ke usus dua belas jari dan dioksidasi menjadi urobilin yang
diteruskan ke feses
38
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sistem Organ adalah cara organ bekerja sama untuk melakukan tugas. Keterkaitan masing-
masing organ ini tidak bisa berfungsi sendiri-sendiri, namun susunan organ ini kemudian saling
bergantung dan saling mempengaruhi satu sama lain cara kerjanya dalam tubuh. Tanpa kerja
sama organ lain, proses tersebut tidak terjadi di dalam tubuh. Menurut Brum (1994)
Sistem organ manusia adalah kumpulan organ yang menopang tubuh dan bekerja sama agar
berfungsi dengan baik. Kesehatan tubuh manusia tergantung pada berfungsinya sistem organ.
Organ adalah kumpulan jaringan dengan satu atau lebih fungsi. Berdasarkan letaknya, organ
dalam tubuh dibedakan menjadi organ dalam dan organ luar. Jantung, ginjal, lambung, dan usus
adalah contoh organ dalam, sedangkan contoh organ luar adalah hidung dan kulit.
Berbagai jenis organ ini bekerja sama membentuk sistem organ tubuh manusia. Jika salah satu
organ tidak berfungsi dengan baik, maka organ tubuh lainnya akan berpengaruh. Oleh karena itu,
untuk menjaga kesehatan tubuh, penting untuk menjaga fungsi sistem organ setiap saat. Seperti
yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa setiap sistem oragan ini memiliki fungsi dan cara
kerjanya masing-masing
3.2 Saran
Sistem organ merupakan sistem pembentuk tubuh kita yang fungsinya sangat vital. Oleh karena
itu kita harus menjaga kesehatan tubuh kita dengan sebaik-baiknya
39
DAFTAR PUSTAKA
http://pendidikandokter.fk.unsyiah.ac.id/wp-content/uploads/2021/06/Modul-Pratikum-
Histologi-Blok-2.pdf
http://pendidikandokter.fk.unsyiah.ac.id/wp-content/uploads/2021/06/Modul-Pratikum-
Histologi-Blok-3.pdf
https://doc.lalacomputer.com/makalah-sistem-organ-pada-manusia/
40