Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH PATOFISIOLOGI

”SISTEM RESPIRASI”

OLEH KELOMPOK 1:

1.SUSANA BATLAJANGIN
2.MEY TAMAELA
3.JEIN DINI F RUMATRA
4.SHANIA A KLAFIU
5.LAURA LOUW
6.JEAN
7.MEYANI A TUBUR
8.NATALIA SEGETMENA

YAYASAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PAPUA (YPMP)


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) PAPUA
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang mana atas
limpahan rahmat dan karuniaNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “
SISTEM RESPIRASI” ini dengan lancar.

Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang kami peroleh dari
berbagai sumber yang berkaitan dengan SISTEM RESPIRASI serta infomasi dari media massa
yang berhubungan dengan SISTEM RESPIRASI.

Disamping itu kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu kami mengharapkan kritikan dan saran dari pembaca untuk kesempurnaan makalah ini
dimasa yang akan datang, akhir kata kami ucapkan terima kasih dari semua pihak,semoga
makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR ISI

JUDUL.......................................................................................................................
KATA PENGANTAR...............................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................

A.LATAR BELAKANG....................................................................................
B.RUMUSAN MASALAH................................................................................
C.TUJUAN.........................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................
A.DEFINISI........................................................................................................
B.ANATOMI DAN FISIOLOGI........................................................................
C.MACAM-MACAM PENYAKIT(GANGGUAN YANG DAPAT TERJADI)

BAB III PENUTUP...................................................................................................


A.KESIMPULAN............................................................................................
B.SARAN.........................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

Manusia bernafas secara tidak langsung, artinya udara untuk pernapasan tidak berdifusi
secara langsung, melalui permukaan kulit. Difusi udara untuk manusia terjadi terjadi dibagian
dalam tubuh,yaitu gelembung paru-paru (alveolus).Pada pernafasan secara tidak langsung,udara
masuk kedalam tubuh manusia dengan perantara alat-alat pernafasan.
Alat-alat pernapasan pada manusia terdiri dari rongga hidung,faring (tekak),laring (pangkal
tenggorokan),trakea (batang tenggorokan),bronkus (cabang tenggorokan),dan pulmo (paru-paru).

B.RUMUSAN MASALAH

Dalam mempelajari sistem pernapasan ada beberapa hal yang perlu dipahami dan dimengerti.
Beberapa hal tersebut yakni:
1. Apa itu sistem pernapasan
2. Bagaimana anatomi dan fisiologi dari sistem pernapasan
3. Jelaskan macam-macam penyakit (gangguan yang dapat terjadi)

C.TUJUAN

1. Kita dapat mengetahui apa itu sistem pernapasan


2. Mengetahui bagaimana anatomi dan fisiologi dari sistem pernapasan
3. Mengetahui macam-macam penyakit (gangguan yang dapat terjadi)
BAB II
PEMBAHASAN

A.Definisi

Sistem Pernapasan atau sistem Respirasi adalah sistem pada manusia yang berfungsi untuk
mengambil oksigen dari luar dan mengeluarkan karbondioksida melalui paru-paru.Pernapasan
adalah suatu proses yang yang terjadi secara otomatis walau dalam keadaan tertidur sekalipun
karena sistem pernapasan dipengaruhi oleh susunan saraf otonom.
Menurut tempat terjadinya pertukaran gas maka pernapasan dapat dibedakan atas 2
jenis,yaitu pernapasan luar dan pernapasan dalam.
Pernapasan luar adalah pertukaran udara yang terjadi antara udara dalam alveolus dengan
darah dalam kapiler,Sedangkan pernapasan dalam adalah pernapasan yang terjadi antara darah
dalam kapiler dengan sel-sel tubuh.
Masuk keluarnya udara dalam paru-paru dipengaruhi oleh perbedaan tekanan udara dalam
rongga dada dengan tekanan udara diluar tubuh.Jika tekanan diluar rongga dada lebih besar maka
udara akan masuk.Sebaliknya,apabila tekanan dalam rongga dada lebih besar maka udara akan
keluar.

B.Anatomi dan Fisiologi


Sistem Respirasi atau Pernapasan terbagi menjadi sistem pernapasan atas dan sistem pernapasan
bawah. Sistem pernapasan atas terdiri dari hidung, faring dan laring. Sedangkan sistem
pernapasan bawah terdiri dari trakea, bronkus dan paru-paru (Peate and Nair, 2011).

1) Hidung
Masuknya udara bermula dari hidung. Hidung merupakan organ pertama dalam sistem
respirasi yang terdiri dari bagian eksternal (terlihat) dan bagian internal. Di hidung bagian
eksternal terdapat rangka penunjang berupa tulang dan hyaline kartilago yang terbungkus
oleh otot dan kulit. Struktur interior dari bagian eksternal hidung memiliki tiga fungsi :
(1) menghangatkan,melembabkan, dan menyaring udara yang masuk; (2) mendeteksi
stimulasi olfaktori (indra pembau); dan (3) modifikasi getaran suara yang melalui bilik
resonansi yang besar dan bergema. Rongga hidung sebagai bagian internal digambarkan
sebagai ruang yang besar pada anterior tengkorak (inferior pada tulang hidung; superior
pada rongga mulut); rongga hidung dibatasi dengan otot dan membrane mukosa (Tortorra
and Derrickson, 2014).
2) Faring
Faring, atau tenggorokan, adalah saluran berbentuk corong dengan panjang 13 cm.
Dinding faring disusun oleh otot rangka dan dibatasi oleh membrane mukosa. Otot
rangka yang terelaksasi membuat faring dalam posisi tetap sedangkan apabila otot rangka
kontraksi maka sedang terjadi proses menelan. Fungsi faring adalah sebagai saluran
untuk udara dan makanan, menyediakan ruang resonansi untuk suara saat berbicara, dan
tempat bagi tonsil (berperan pada reaksi imun terhadap benda asing) (Tortorra and
Derrickson, 2014).
3) Laring
Laring tersusun atas 9 bagian jaringan kartilago, 3 bagian tunggal dan 3 bagian
berpasangan. 3 bagian yang berpasangan adalah kartilago arytenoid, cuneiform, dan
corniculate. Arytenoid adalah bagian yang paling signifikan dimana jaringan ini
mempengaruhi pergerakan membrane mukosa (lipatan vokal sebenarnya) untuk
menghasilkan suara. 3 bagian lain yang merupakan bagian tunggal adalah tiroid,
epiglotis, dan cricoid. Tiroid dan cricoid keduanya berfungsi melindungi pita suara.
Epiglotis melindungi saluran udara dan mengalihkan makanan dan minuman agar
melewati esofagus (Peate and Nair, 2011).
4) Trakea
Trakea atau batang tenggorokan merupakan saluran tubuler yang dilewati udara dari
laring menuju paru-paru. Trakea juga dilapisi oleh epitel kolumnar bersilia sehingga
dapat menjebak zat selain udara yang masuk lalu akan didorong keatas melewati esofagus
untuk ditelan atau dikeluarkan lewat dahak. Trakea dan bronkus juga memiliki reseptor
iritan yang menstimulasi batuk, memaksa partikel besar yang masuk kembali keatas
(Peate and Nair, 2011).
5) Bronkus
Setelah laring, trakea terbagi menjadi dua cabang utama, bronkus kanan dan kiri, yang
mana cabang-cabang ini memasuki paru kanan dan kiri pula. Didalam masing-masing
paru, bronkus terus bercabang dan semakin sempit, pendek, dan semakin banyak jumlah
cabangnya, seperti percabangan pada pohon. Cabang terkecil dikenal dengan sebutan
bronchiole (Sherwood, 2010). Pada pasien PPOK sekresi mukus berlebih ke dalam
cabang bronkus sehinga menyebabkan bronkitis kronis.
6) Paru-paru
Paru-paru dibagi menjadi bagian-bagian yang disebut lobus. Terdapat tiga lobus di paru
sebelah kanana dan dua lobus di paru sebelah kiri. Diantara kedua paru terdapat ruang
yang bernama cardiac notch yang merupakan tempat bagi jantung. Masing-masing paru
dibungkus oleh dua membran pelindung tipis yang disebut parietal dan visceral pleura.
Parietal pleura membatasi dinding toraks sedangkan visceral pleura membatasi paru itu
sendiri. Diantara kedua pleura terdapat lapisan tipis cairan pelumas. Cairan ini
mengurangi gesekan antar kedua pleura sehingga kedua lapisan dapat bersinggungan satu
sama lain saat bernafas. Cairan ini juga membantu pleura visceral dan parietal melekat
satu sama lain, seperti halnya dua kaca yang melekat saat basah (Peate and Nair, 2011)

C.Macam-macam penyakit (gangguan yang dapat terjadi)

1) Influenza (Flu)
Influenza (Flu) merupakan infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus yang
bernama influenza.

 Klasifikasi penyakit influenza :


1. Virus influenza tipe A, merupakan virus yang mampu menyerang hewan. Akan
tetapi, sering kali virus influenza tipe ini juga menyerang manusia dan bisa
menyebabkan kerusakan serius pada sistem pernapasan. Hewan jenis unggas
merupakan penyebar utama virus ini pada hewan lain maupun manusia. Influenza
tipe A merupakan virus influenza yang sering kali menjadi wabah di negara-
negara tropis karena mampu tersebar tidak hanya melalui hewan unggas, tetapi
juga melalui kontak antar manusia.
2. Virus influenza tipe B, merupakan virus yang hanya ditemui pada manusia. Tipe
B memiliki tingkat bahaya yang lebih rendah dibandingkan dengan A, akan tetapi
masih memiliki kemungkinan untuk berkembang menjadi virus mematikan.
Influenza tipe ini digolongkan tidak memiliki potensi untuk menjadi wabah.
3. Virus influenza tipe C, merupakan jenis yang paling ringan jika dibandingkan
dengan tipe lainnya.Virus ini hanya menyerang manusia dan tidak dapat
menimbulkan kerusakan serius pada sistem pernapasan.Sama halnya dengan tipe
B, virus ini juga tidak menyebabkan wabah.
Virus ini biasanya menyerang tubuh melalui membran dalam hidung, mata, atau
mulut. Setiap kali Anda menyentuh bagian-bagian ini dengan tangan Anda, maka
Anda memiliki risiko untuk terjangkit virus influenza. Cegah hal ini dengan
kebiasaan selalu mencuci tangan. Mencuci tangan dapat membunuh bakteri dan
kuman, serta melenyapkan virus yang menempel. Tanamkan kebiasaan mencuci
tangan ini sejak dini agar tubuh selalu terjaga dari penyakit.
 Penyebab
Penyebab influenza adalah virus yang menginfeksi jaringan saluran nafas bagian atas.
Terdapat 3 jenis virus yang dikenal yaitu A,B dan C.Virus tipe A akan menyebabkan
gejala yang berat,menyebar secara cepat dan dapat menyebabkan infeksi di suatu Negara
atau wilayah (pandemi).Virus tipe B akan menyebabkan gejala yang lebih ringan dan
penyebaranya tidak secepat virus tipe A.Virus tipe C hanya memberikan gejala yang
ringan saja.Perbedaan dari virus ini dapat diketahui melalui pemeriksaan dari cairan
ludah dengan mempergunakan test secara genetik.
 Gejala
Gejala yang muncul antara lain: pilek, hidung tersumbat,bersin-bersin dan tenggorokan
terasa gatal.
 Patogenesis
Patogenesis dari penyakit influenza (flu) dimulai dari inhalasi droplet virus influenza,
diikuti replikasi virus kemudian infeksi virus menyebabkan inflamasi pada saluran
pernapasan.Virus influenza masuk melalui inhalasi dari droplet yang infeksius,aerosol
partikel mikro,maupun langsung lewat sentuhan tangan dari penderita.Virus kemudian
mengikat reseptor asam sialat yang terdapat pada sel epitel jalan napas,khusunya di
trakea dan bronkus.Kemudian replikasi virus mencapai puncaknya dalam 48 jam pasca
infeksi dan jumlah virus berhubungan langsung dengan derajat keparahan penyakit.
 Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan penunjang jarang diperlukan pada kasus influenza yang ringan, karena
diagnosis biasanya dapat ditegakkan cukup jelas dengan anamnesis dan pemeriksaan
fisik. Pemeriksaan penunjang yang digunakan untuk mengidentifikasi tipe strain virus
influenza biasanya hanya diperlukan pada kasus epidemik ataupun pandemic.
1. Uji Diagnostik Cepat Influenza
Pemeriksaan immunoassay untuk mengenali antigen nukleoprotein virus tipe A
dan B dari spesimen sekret jalan napas.
-Sensitivitas uji diagnostik cepat influenza:
a) Sensitivitas bervariasi antara 40-80% dibandingkan kultur virus
b) Sensitivitas pada anak-anak lebih tinggi sehubungan dengan jumlah virus
yang dikandung dalam sekret hidung anak-anak dibanding dewasa
c) Sensitivitas lebih tinggi pada hari-hari pertama sejak mulai muncul gejala
Sampel terbaik adalah usapan atau aspirasi nasofaringeal dibandingkan usap
tenggorok atau sekret kumur.
2. Uji Diagnostik Molekuler
Pemeriksaan bertujuan untuk mendeteksi asam nukleat virus dari specimen
dengan tekniik hibridisasi asam nukleat dan polymerase chain reaction (PCR). 
PCR berpotensi lebih sensitif dibandingkan kultur virus dan dapat mendeteksi
subtipe virus secara cepat. Sensitivitas PCR lebih baik menggunakan usapan
nasofaringeal maupun aspirat trakeal dan sputum (pada pasien dengan gejala
infeksi saluran napas bawah). 
3. Pemeriksaan Serologi
Berguna dalam diagnosis retrospektif infeksi influenza menggunakan teknik
fiksasi komplemen dan inhibisi hemaglutinasi.  Pemeriksaan ini memerlukan
perbandingan serum spesimen akut (dalam 7 hari sejak awitan gejala) dan
konvalesen dengan jarak pengumpulan spesimen 10-20 hari. Sangat terbatas
manfaatnya untuk diagnosis influenza akut namun sangat penting dalam
penelitian virus influenza dan investigasi epidemiologi serta evaluasi respon
antibodi terhadap vaksinasi.
4. Isolasi Virus
Virus dapat diisolasi dari spesimen usap rongga hidung, tenggorok, bilasan
rongga hidung, maupun sputum.  Sampel ditempatkan pada wadah tertutup
dengan medium transpor virus dan segera dikirim ke laboratorium rujukan. 
Spesimen kemudian diinokulasi pada biakan sel ginjal hewan tertentu untuk
melihat efek sitopatik/hemadsorpsi. 90% kultur menunjukkan hasil positif setelah
3 hari sejak inokulasi, atau maksimal 7 hari.

2) Asma atau sesak napas


Asma atau sesak napas merupakan suatu penyakit penyumbatan saluran pernapasan yang
disebabkan alergi terhadap rambut,bulu,debu,atau tekanan psikososial.
 Klasifikasi penyakit asma terbagi atas 4 derajat,yaitu :
1. Derajat intermiten, gejalanya yaitu :
- <1x/minggu (bulanan)
- Tanpa gejala diluar serangan dan
- Serangan singkat
2. Persisten ringan, gejalanya yaitu :
- >1x/minggu,tapi <1x sehari (mingguan) dan
- Serangan dapat mengganggu aktivitas dan tidur
3. Persisten sedang, gejalanya yaitu :
-Gejalanya setiap hari (harian) dan
-Serangan mengganggu aktivitas dan tidur
-Membutuhkan bronkodilator setiap hari
4. Persisten berat :
-Gejalanya terus-menerus (kontinyu) dan sering kambuh
-Aktivitas fisik terbatas.
 Penyebab
Penyebab asma paling sering disebabkan oleh debu,asap rokok,bulu binatang, udara
dingin,aktivitas fisik,infeksi virus sampai paparan zat kimia.
 Patogenesis
Patogenesis asma melibatkan banyak faktor,yang terdiri atas faktor respon imun,Faktor
lingkungan berupa polusi udara.Inflamasi pada asma terjadi akut maupun kronis melalui
proses yang kompleks,melibatkan faktor genetik,antigen,sel-sel inflamasi dan mediator
inflamasi.
1. Inflamasi akut : terdiri dari reaksi asma tipe cepat dan tipe lambat.
a) Reaksi tipe cepat berlangsung dalam hitungan menit dengan gejala puncak
15 menit dan berkurang dalam waktu 1 jam
b) Respons asma tipe lambat menyebabkan perubahan inflamasi yang lebih
kompleks.
2. Inflamasi kronis : Inflamasi kronis asma akan menimbulkan kerusakan jaringan
secara fisiologis diikuti proses penyembuhan.Proses penyembuhan menghasilkan
perbaikan dan pergantian sel atau jaringan yang rusak.Sel atau jaringan yang
rusak diganti dengan sel baru yang sama atau jaringan penyambung sehingga
terbentuk skar.Proses tersebut dikenal dengan airway remodeling.
 Pemeriksaan penunjang
1) Radiologi
Normal atau bisa Hiperinflasi
2) Uji Faal Paru (Volume Eksiprasi Paksa (VEP-1) dan APE)
-Paru Normal : VEP-1=75%
-Asma : VEP-1<75% dan Variabilitas nilai APE antara pagi dan malam sebesar
20% lebih
3) Pemeriksaan Laboratorium
Eosinofil meningkat sekitar 5-15% (>300/mm)

3) Tuberkulosis (TBC)
Tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobakterium
tuberculosis.Bakteri ini dapat menyerang seluruh organ tubuh manusia,namun yang
paling sering diserang adalah paru-paru (maka secara umun sering disebut sebagai
penyakit paru-paru/TB paru).
 Klasifikasi penyakit tuberculosis (TBC) dibedakan menjadi 2,yaitu :
1. Klasifikasi berdasarkan lokasi anatomi :
a) TB Paru : adalah kasus TB yang melibatkan parenkim paru atau
trakeobronkial
b) TB ekstraparu : adalah kasus TB yang melibatkan organ diluar parenkim
paru seperti pleura,kelenjar getah bening,abdomen,saluran
genitourinaria,kulit,sendi dan tulang,selaput otak.Kasus TB ekstraparu
dapat ditegahkan secara klinis atau histoligis setelah diupayakan
semaksimal mungkin dengan konfimasi bakteriologis.
2. Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan
a) Kasus baru adalah pasien yang belum pernah mendapat OAT sebelumnya
atau riwayat mendapatkan OAT kurang dari 1 bulan.
b) Kasus dengan riwayat pengobatan sebelumnya adalah pasien yang penuh
mendapatkan OAT 1 bulan atau lebih.Kasus ini diklasifikasikan lebih
lanjut berdasarkan hasil pengobatan terakhir.
 Penyebab
Penyebab utama penyakit tuberculosis adalah bakteri yang disebut Mycobacterium
tuberculosis.Selain itu ada pula faktor yang dapat meningkatkan risiko terkena penyakit
tuberculosis yaitu,mulai dari gaya hidup yang tidak sehat hingga sistem imun yang
lemah.
 Gejala
Gejala yang mungkin muncul,antara lain : batuk berdahak selama tiga minggu atau
lebih,dalam dahak pernah didapati bercak darah,demam selama satu bulan lebih terutama
pada siang dan sore,menurunya nafsu makan dan juga berat badan,seering berkeringat
saat malam hari dan sesak nafas.
 Patogenesis
tuberculosis menular melalui aerosol dari membrane mukosa paru-paru individu yang
telah terinfeksi.Ketika seseorang dengan TB paru yang aktif batuk,bersin atau meludah,
droplet akan keluar ke udara bebas dan bakteri tersebut akan masuk ke tubuh orang lain
melalui udara yang dihirupnya.
 Pemeriksaan penunjang
Skrining TB bisa dilakukan dengan tes Mantoux atau IGRA (interferon release
assays). Selain itu, pasien yang dicurigai mengalami TB dapat menjalani pewarnaan BTA
(basil tahan asam) dan kultur sputum. Pemeriksaan radiologis seperti rontgen toraks juga
dapat menunjang diagnosis.
1. Pemeriksaan dahak mikroskopi
Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegahkan diagnosis,melalui keberhasilan
pengobatan dan menentukan potensi penularan.Pemeriksaan dahak untuk
penegahkan diagnosis dilakukan dengan mengumpulkan 3 spesimen dahak yang
dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang berurutan berupa sewaktu-pagi-
sewaktu (SPS).
2. Tes Tuberkulin Kulit atau Tes Mantoux Tes tuberkulin kulit atau tes Mantoux
dilakukan dengan menginjeksi purified protein derivate (PPD). Pemeriksaan ini
merupakan skrining tradisional untuk mengetahui adanya paparan tuberkulosis.
Setelah injeksi pada kulit, hasil akan diinterpretasikan bersama dengan risiko
paparan masing-masing pasien. Pasien dengan risiko paparan rendah (pasien yang
tidak memiliki risiko terpapar TB) memiliki hasil Mantoux positif bila terdapat
indurasi pada kulit yang diinjeksikan PPD hingga mencapai ukuran 15 mm.
Pasien dengan risiko sedang (pasien yang berasal dari negara endemik TB, tenaga
kesehatan, dan sebagainya) memiliki hasil Mantoux positif bila indurasi
berukuran >10 mm.Pasien dengan risiko tinggi (pasien dengan HIV positif,
riwayat TB, dan kontak erat dengan pasien TB lain) memiliki hasil Mantoux
positif bila indurasi berukuran >5 mm. Pembacaan hasil dilakukan 48–72 jam
setelah injeksi 0,1 ml PPD secara intradermal. Suntikan akan menimbulkan
gelembung kulit pucat berdiameter 6–10 mm.
3. Interferon Release Assays atau IGRA merupakan tes skrining tuberkulosis yang
lebih spesifik dengan sensitivitas yang serupa dengan tes Mantoux.Pemeriksaan
ini dapat dilakukan untuk skrining infeksi TB laten. Konversi interferon-gamma
release assay yang positif merupakan cerminan reaksi hipersensitivitas yang
lambat terhadap protein Mycobacterium tuberculosis.Kekurangan pemeriksaan
IGRA bila dibandingkan dengan tes Mantoux adalah biaya yang lebih mahal.
Selain itu, tes IGRA membutuhkan sarana laboratorium yang lebih memadai dan
proses yang lebih rumit.
4. Kultur Sputum adalah pemeriksaan diagnostik yang sangat sensitif untuk
mengisolasi Mycobacterium dan mendeteksi minimal 10 hingga 100 basil.
Spesifisitas kultur sputum mencapai >99% dalam mendiagnosis tuberkulosis paru,
sehingga kultur merupakan pemeriksaan baku emas. Akan tetapi, pemeriksaan ini
memerlukan waktu yang lama (hingga >2 minggu) untuk mendapatkan hasil.
5. Pemeriksaan Radiologis Pada pasien TB paru, rontgen toraks dapat menunjukkan
bercak atau nodul infiltrat, terutama di lobus atas paru-paru. Selain itu, rontgen
toraks juga dapat menunjukkan pembentukan kavitas, nodul kalsifikasi seperti
tuberkuloma, dan lesi nodular kecil banyak yang menunjukkan infeksi TB milier.
Sekitar seperempat pasien dengan TB primer dapat menunjukkan efusi pleura
pada rontgennya. CT scan dapat dilakukan untuk melihat adanya limfadenopati
dan lebih superior dalam mengevaluasi infeksi TB paru daripada rontgen toraks.

4) Emfisema

Emfisema adalah penyakit pada paru-paru yang ditandai dengan pembengkakan pada
paru-paru,karena pembuluh darahhnya kemasukan udara.

 Klasifikasi penyakit emfisema terbagi 2,yaitu :

1. Emfisema Sentrilobular (CLE)


-Secara selektif hanya menyerang bagian bronkiolus respiratorik dan duktus
alveolaris, dindingnya berlubang, membesar dan bergabung sehingga akhirnya
menjadi satu ruangan.

-Emfisema tipe ini lebih sering menyerang bagian atas paru dan tidak merata

-Emfisema sentrilobular paling sering terjadi pada perokok yang tidak menderita
defisiensi congenital antiprotease.

2. Emfisema Panlobular (PLE)

-Emfisema ini secara merata menyerang asinus,sehingga asinus membesar mulai


dari bronkiolus respiratorius sampai alveolus.

-Tersebar secara merata akan tetapi bagian basal paru cendrung lebih parah

-PLE merupakan tipe emfisema yang mengalami defisiensi congenital


antiprotease.

 Penyebab

Penyebab emfisema yang paling umum ialah paparan asap rokok,selain itu adanya
paparan polusi dalam jangka panjang serta bahaya bahan kimia di lingkungan industry
dapat memicu kondisi ini.

 Gejala yang ditimbulkan ialah: Nafsu makan yang menurun dan berat badan yang
menurun juga bisa dialami pada penderita emfisema, sesak nafas, batuk kronis, kelelahan,
sesak nafas dalam waktu lama dan tidak dapat disembuhkan dengan obat pelega yang
biasa digunakan penderita sesak nafas.
 Patogenesis
Emfisema dapat diawali dengan paparan zat yang berbahaya atau asap rokok dalam
jangka panjang akan memicu respon inflamasi oleh sel-sel imun inflamatorik seperti sel
polimorfonuklear,eosinofil,makrofag,limfosit CD4+ dan limfosit CD8+.

 Pemeriksaan penunjang

-Pemeriksaan Diagnostik

a) Pemeriksaan Fungsi paru (Spirometri)

Pemeriksaan fungsi paru biasanya menunjukan kapasitas paru total (TLC) dan
volume residual (RV),terjadi penurunan dalam kapasitas vital (VC) dan volume
ekspirasi paksa (FEV).Temuan-temuan ini menegaskan kesulitan yang dialami
klien dalam mendorong udara keluar dari paru-paru.

No Normal Pada klien Emfisema

TLC 6000 ml  6000 ml

RV 1200 ml  1200 ml

VC 4800 ml < 4800 ml

FEV 1100 ml < 1100 ml

-Pemeriksaan Laboratorium

Hemoglobin dan hematokrit mungkin normal pada tahap awal penyakit.Dengan


perkembangan penyakit,pemeriksaan gas darah arteri dapat menunjukan adanya hipoksia
ringan dengan hiperkapnea.
a) Hemoglobin normal : 11,0-16,5 gr/dl
b) Hemoglobin pasien emfisema : 17 gr/dl
c) Hematokrit normal : 35,0-50,0%
d) Hematokrit pasien emfisema : 51%
e) PO2 normal : 80-100 mmhg
f) Hipoksia ringan : PaO2 of 60-80 mmhg
g) Hipoksia sedang : PaO2 of 40-60 mmhg
h) Hipoksia berat PaO2<40 mmhg

-Pemeriksaan Radiologis

Rontgen thoraks menunjukan adanya hiperinflasi, pendataan diafragma, pelebaran


margin interkosta, dan jantung sering ditemukan bagai tergantung (Heart till drop).

-Analisis Gas Darah

Ventilasi yang hamper adekuat masih sering dapat dipertahankan oleh pasien
emfisema paru.Sehingga PaCO2 rendah atau normal.Saturasi hemoglobin pasien
hamper mencukupi.PaCO2 normal : 35-45 mmhg, PaCO2 pasien emfisema : <45
mmhg

5) Sinusitis

Sinusitis merupakan penyakit peradangan pada bagian atas rongga hidung atau sinus
paranasalis.

 Klasifikasi penyakit sinusitis terbagi 2 yaitu:

1. Sinusitis akut

Terjadi selama 3 minggu,biasanya terdapat beberapa gejala dan diikuti dengan


pilek berkepanjangan
2. Sinusitis kronis

Terjadi 3-8 minggu,dan dapat berlanjut sampai berbulan-bulan bahkan bertahun-


tahun,dimulai dengan sinusitis akut yang tidak berangsur sembuh.

 Penyebab

Sinusitis disebabkan oleh infeksi bakteri, jamur,virus, menurunnya kekebalan tubuh,flu,


stress, kecanduan merokok dan infeksi pada gigi.

 Gejala

Gejala yang mungkin muncul ialah : Hidung tersumbat dan terasa geli atau gatal, tercium
bau tidak sedap pada hidung ketika bernafas, hidung mengeluarkan ingus kental yang
berwarna putih atau kekuning-kuningan, dan kepala terasa sakit seperti ada yang
menekan.

 Patogenesis

Patogenesis sinusitis melibatkan faktor-faktor seperti obstruksi jalur drainase sinus


(ostium sinus), gangguan pergerakan sillia, serta gangguan keseimbangan jumlah dan
kualitas mukus.Aliran mukus sinus bersifat satu arah dari sinus melalui ostium sinus
menuju rongga hidung. Infeksi saluran pernapasan atas akibat virus atau paparan allergen
dapat menimbulkan edema mukosa yang menyebabkan penyempitan ostium sinus yang
lambat laun akan mengakibatkan obstruksi yang mengganggu aliran mukus sinus.

 Pemeriksaan penunjang

-Pemeriksaan Laboratorium

ESR (Erythoryte Sedimentation Rate) dan C-reactive protein meningkat pada pasien
sinusitis.Tapi hasil ini tidak spesifik.Hasil pemeriksaan darah lengkap juga diperlukan
sebagai acuan pembanding.Pemeriksaan sitologi nasal berguna untuk menjelaskan
beberapa hal seperti,allergic rhinitis,eosinophillia,nasal polyposis dan aspirin
sensitivity.Kita juga dapat melakukan kultur pada produk sekresi nasal,akan tetapi sangat
terbatas karena sering terkontaminasi dengan normal flora.

-Pemeriksaan Imaging

Pemeriksaan ini dilakukan terutama untuk mendapatkan gambaran sinus yang dicurigai
mengalami infeksi.Ada beberapa piliham imaging yang dapat dilakukan yaitu plain
radiography,CT scan (hasilnya lebih baik dari rontgen tapi agak mahal), MRI (berguna
hanya pada infeksi jamur atau curiga tumor) dan USG (penggunaanya terbatas).

6) Pneumonia

Pneumonia adalah suatu penyakit infeksi atau peradangan pada organ paru-paru yang
disebabkan oleh bakteri,virus,jamur dan ataupun parasit dimana pulmonary alveolus
(alveoli) yang bertanggung jawab menyerap oksigen dari atmosfer menjadi inflame dan
terisi oleh cairan.

 Klasifikasi pneumonia terbagi 2 yaitu :

1. Klasifikasi berdasarkan anatomi

Terdapat beberapa pembagian pneumonia, tetapi yang sering digunakan adalah


pembagian secara anatomis.Secara anatomi pembagian peneumonia adalah
pneumonia lobaris, pneumonia lobularis (bronkopneumonia) dan pneumonia
intersitialis (bronkiolotis).

2. Klasifikasi berdasarkan etiologi

a) Pneumonia bacterial
Bacterial pneumonia, atau pneumonia bakterial adalah penyakit pada paru-paru
yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Bakteri ini masuk ke dalam paru-paru
melalui saluran pernapasan atau peredaran darah.

b) Pneumonia atipikal

Pneumonia atipikal adalah jenis infeksi bakteri yang juga dikenal sebagai


pneumonia mikoplasma. Pneumonia jenis ini ringan dan orang-orang biasanya
dapat melanjutkan aktivitas sehari-hari ketika mengidapnya. Oleh karena itu
pneumonia atipikal juga sering disebut sebagai walking pneumonia atau
pneumonia berjalan.

c) Mycoplasma pneumonia

Mycoplasma pneumonia adalah infeksi bakteri di saluran pernafasan yang


disebabkan oleh bakteri Mycoplasma pneumoniae. Mycoplasma pneumonia
kadang dianggap sebagai infeksi yang agak ringan, namun gejalanya dapat
berlangsung lama jika radang paru-paru tidak segera diobati dengan benar dan
cepat.

d) Pneumonia aspirasi

Pneumonia aspirasi adalah peradangan pada paru-paru (pneumonia) yang


disebabkan karena masuknya benda asing ke dalam paru-paru, biasanya benda
asing ini berupa makanan, minuman, atau hal lain yang ditelan.

 Penyebab

Pneumonia dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, dan jamur. Beberapa virus yang
umum menyebabkan pneumonia adalah virus influenza, respiratory syncytial
virus (RSV), dan SARS-CoV-2. Sementara jenis bakteri yang umum menyebabkan
pneumonia adalah Streptococcus pneumonia.
 Gejala yang mungkin muncul antara lain : Ditandai dengan batuk berdahak, demam,
menggigil, sesak napas, nyeri dada ketika bernapas atau batuk, mual dan muntah, nafsu
makan menghilang, serta tubuh yang mudah lelah.
 Patogenesis

Pneumonia terjadi karena respon imun host  terhadap proliferasi mikroorganisme patogen


pada tingkat alveoli. Mikroorganisme masuk ke saluran napas bagian bawah melalui
beberapa cara, yaitu aspirasi dari orofaring, inhalasi droplet, penyebaran melalui
pembuluh darah/hematogen, serta penyebaran dari pleura dan ruang mediastinum.

 Pemeriksaan penunjang

1. Pemeriksaan Laboratorium

Pada pneumonia virus dan mikoplasma umumnya leukosit dalam batas


normal.Pada pneumonia bakteri didapatkan leukositosit yang berkisar antara
15.000-40.000/mm3 dengan predominan PMN.

2. C-Reactive Protein (CRP)

Secara klinis CRP digunakan sebagai alat diagnostic untuk membedakan antara
faktor infeksi dan non infeksi,infeksi virus dan bakteri,atau infeksi bakteri
superfisialis dan profunda.

3. Pemeriksaan mikrobiologis

Diagnosis dikatakan definitive bila kuman ditemukan dari darah,cairan pleura


atau aspirasi paru.

4. Pemeriksaan serologis

Uji serologic untuk mendeteksi antigen dan antibody pada infeksi bakteri
mempunyai sensitivitas dan spesifitas yang rendah.
5. Analisis gas darah (AGDA)

Menunjukan hipoksemia dan hiperkarbia.Pada stadium lanjut dapat terjadi


asidosis metabolic.

6. Pemeriksaan Roentgenografi

Foto rontgen thoraks proyeksi posterior-anterior merupakan dasar diagnosis


utama pneumonia.

7) Kanker paru-paru

Kanker paru-paru merupakan salah satu penyakit yang paling berbahaya.Sel-sel kanker
pada paru-paru terus tumbuh tidak terkendali.Penyakit ini lama kelamaan dapat
menyerang ke seluruh tubuh.

 Klasifikasi penyakit kanker paru-paru

1. Kanker paru-paru primer


Memiliki 2 type utama, yaitu Small cell lung cancer (SCLC) dan Non-small cell
lung cancer (NSCLC). SCLC adalah jenis sell yang kecil-kecil (banyak) dimana
memiliki daya pertumbuhan yang sangat cepat hingga membesar. Biasanya
disebut “oat cell carcinomas” (karsinoma sel gandum). Type ini sangat erat
kaitannya dengan perokok, Penanganan cukup berespon baik melalui tindakan
chemotherapy and radiation therapy. Sedangkan NSCLC adalah merupakan
pertumbuhan sell tunggal, tetapi seringkali menyerang lebih dari satu daerah di
paru-paru. Misalnya Adenoma, Hamartoma kondromatous dan Sarkoma.
2. Kanker paru-paru sekunder
Merupakan penyakit kanker paru yang timbul sebagai dampak penyebaran
kanker dari bagian organ tubuh lainnya, yang paling sering adalah kanker
payudara dan kanker usus (perut). Kanker menyebar melalui darah, sistem limpa
atau karena kedekatan organ.
 Penyebab :

Salah satu penyebab kanker paru-paru ialah kebiasan merokok,,Karena dapat memicu
terjadinya kanker paru-paru dan kerusakan paru.

 Gejalanya antara lain : Pembekakan di wajah atau di leher, napas sesak dan
pendek,Kehilangan nafsu makan dan turunnya berat badan,dahak berdarah berubah
warna dan semakin banyak,sakit kepala nyeri dengan sebab tidak jelas,batuk yang terus
menerus atau menjadi hebat dan suara serak/paru.
 Patogensis

Patofisiologi kanker paru banyak dikaitkan dengan paparan zat karsinorgen,termasuk


tembakau dalam rokok yang memicu kerusakan sel pelapis paru-paru.Kanker paru
berkembang akibat gangguan proliferasi sel dan transformasi sel normal menjadi sel
dengan sifat malignansi. Proliferasi sel kanker yang tidak terkendali akan menginvasi dan
merusak jaringan paru sehingga dapat menimbulkan manifestasi klinis.

 Pemeriksaan penunjang

1.Pemeriksaan Laboratorium :

-Darah rutin dan hitung jenis (anemia,tromositopenia,leukositsit)

-Pemeriksaan Sitokimia

-Pemeriksaan Sitogenetik

2. Foto thorkas AP dan Lateral


BAB III
PENUTUP

A.KESIMPULAN

Didalam sistem pernapasan oksigen merupakan hal yang dibutuhkan dan berdasar kepada
kebutuhan oksigen.Pernapasan seluler dibagi atas pernapasan aerob dan anaerob.
Secara garis besar pernafasan merupakan pemecah glukosa dengan bantuan-bantuan enzim
untuk menghasilkan energy.Pernapasan pada manusia menggunakan paru-paru jalur pernapasan
manusia adalah sebagai berikut :
1. Rongga hidung
2. Faring
3. Laring
4. Trakea
5. Bronkus
6. Bronkiolus
7. Alveolus
8. Paru-paru
Pertukaran difusi O2 dan CO2 pada paru-paru terjadi pada bagian dibagian alveolus.
Pernapasan melibatkan 2 proses yaitu menarik nafas (inspirasi) dan mengeluarkan nafas
(ekpirasi) berdasarkan organ-organ yang terlibat. Pernapasan dibagi 2 yaitu pernapasan dada dan
pernapasan perut.
Ada beberapa gangguan dan kelainan yang menyerang alat pernapasan antara lain :
Influenza, asma, tuberculosis (TBC), emfisema, sinusitis,pneumonia dan kanker paru.

B.SARAN
Jagalah kesehatan organ pernapasan terutama pada paru-paru dan,organ sistem pernapasan
lainnya agar tidak terjadi gangguan pada sistem pernapasan kita.ghindarilah polusi udara dan
gas-gas beracun, dan terutama hindarilah sikap merokok.Serta rawatlah par-paru (pulmo) agar
tetap bersih, karena Paru-paru mudah sekali terserrang penyakit infeksi ssehingga menimbulkan
kerusakan jaringnnya.

DAFTAR PUSTAKA

Ardiyanto, Tonang Dwi. 2011. Sistem Respiratory. Diakses : 16 April 2014. Kuliah-
sistem-respirasi_2.pdf Berkowitz, Aaron. 2013. Patofisiologi Klinik. Tangerang Selatan:
Binapura Aksara. Chang, Ester., Daly, John., dan Elliott Doug. 2010. Patofisiologi Aplikasi pada
Praktik Keperawatan. Dialihbahasakan oleh Hartono A. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Ishmael FT. TResponse in the Pathogenesis of Asthma. JAOA 2011; (Suppl 7); Vol
111(11): S11-S17.

Taubenberger JK, Morens DM. The pathology of influenza virus infections. Annu Rev
Pathol [Internet]. 2008 [cited 2017 Aug 1];3:499–522. Available from:
http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?
artid=2504709&tool=pmcentrez&rendertype=abstract

Hayden FG, Fritz R, Lobo MC, Alvord W, Strober W, Straus SE. Local and systemic
cytokine responses during experimental human influenza A virus infection. Relation to symptom
formation and host defense. J Clin Invest [Internet]. 1998 Feb 1 [cited 2017 Aug 1];101(3):643–
Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/9449698

AdigunR,Singh,R.Tuberculosis.StatPearls,Publishing.2021.https://www.ncbi.nlm.nih.gov/
books/NBK441916/,HerchlineT.Tuberculosis(TB).Medscape.2020.https://
emedicine.medscape.com/article/230802.

Soetjipto D,M Mangunkusumo E. Sinus paranasal in buku ajar telinga hidung, tenggorok,
kepala,danleher.Edisike-7.Jakarta:BadanPenerbitFKUI.2014.

Thai A A, Solomon B J, et al. Lung Cancer. Lancet. 2021;398:535–54 DOI:


https://doi.org/10.1016/S0140-6736(21)00312-3 Ettinger DS,Wood D E, Aisner D L, et al. Non–
Small Cell Lung Cancer Version 2.2021 Featured Updates to the NCCN Guidelines.

Anda mungkin juga menyukai