”SISTEM RESPIRASI”
OLEH KELOMPOK 1:
1.SUSANA BATLAJANGIN
2.MEY TAMAELA
3.JEIN DINI F RUMATRA
4.SHANIA A KLAFIU
5.LAURA LOUW
6.JEAN
7.MEYANI A TUBUR
8.NATALIA SEGETMENA
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang mana atas
limpahan rahmat dan karuniaNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “
SISTEM RESPIRASI” ini dengan lancar.
Makalah ini ditulis dari hasil penyusunan data-data sekunder yang kami peroleh dari
berbagai sumber yang berkaitan dengan SISTEM RESPIRASI serta infomasi dari media massa
yang berhubungan dengan SISTEM RESPIRASI.
Disamping itu kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu kami mengharapkan kritikan dan saran dari pembaca untuk kesempurnaan makalah ini
dimasa yang akan datang, akhir kata kami ucapkan terima kasih dari semua pihak,semoga
makalah ini bisa bermanfaat bagi kita semua.
DAFTAR ISI
JUDUL.......................................................................................................................
KATA PENGANTAR...............................................................................................
DAFTAR ISI.............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................
A.LATAR BELAKANG....................................................................................
B.RUMUSAN MASALAH................................................................................
C.TUJUAN.........................................................................................................
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................
A.DEFINISI........................................................................................................
B.ANATOMI DAN FISIOLOGI........................................................................
C.MACAM-MACAM PENYAKIT(GANGGUAN YANG DAPAT TERJADI)
A.LATAR BELAKANG
Manusia bernafas secara tidak langsung, artinya udara untuk pernapasan tidak berdifusi
secara langsung, melalui permukaan kulit. Difusi udara untuk manusia terjadi terjadi dibagian
dalam tubuh,yaitu gelembung paru-paru (alveolus).Pada pernafasan secara tidak langsung,udara
masuk kedalam tubuh manusia dengan perantara alat-alat pernafasan.
Alat-alat pernapasan pada manusia terdiri dari rongga hidung,faring (tekak),laring (pangkal
tenggorokan),trakea (batang tenggorokan),bronkus (cabang tenggorokan),dan pulmo (paru-paru).
B.RUMUSAN MASALAH
Dalam mempelajari sistem pernapasan ada beberapa hal yang perlu dipahami dan dimengerti.
Beberapa hal tersebut yakni:
1. Apa itu sistem pernapasan
2. Bagaimana anatomi dan fisiologi dari sistem pernapasan
3. Jelaskan macam-macam penyakit (gangguan yang dapat terjadi)
C.TUJUAN
A.Definisi
Sistem Pernapasan atau sistem Respirasi adalah sistem pada manusia yang berfungsi untuk
mengambil oksigen dari luar dan mengeluarkan karbondioksida melalui paru-paru.Pernapasan
adalah suatu proses yang yang terjadi secara otomatis walau dalam keadaan tertidur sekalipun
karena sistem pernapasan dipengaruhi oleh susunan saraf otonom.
Menurut tempat terjadinya pertukaran gas maka pernapasan dapat dibedakan atas 2
jenis,yaitu pernapasan luar dan pernapasan dalam.
Pernapasan luar adalah pertukaran udara yang terjadi antara udara dalam alveolus dengan
darah dalam kapiler,Sedangkan pernapasan dalam adalah pernapasan yang terjadi antara darah
dalam kapiler dengan sel-sel tubuh.
Masuk keluarnya udara dalam paru-paru dipengaruhi oleh perbedaan tekanan udara dalam
rongga dada dengan tekanan udara diluar tubuh.Jika tekanan diluar rongga dada lebih besar maka
udara akan masuk.Sebaliknya,apabila tekanan dalam rongga dada lebih besar maka udara akan
keluar.
1) Hidung
Masuknya udara bermula dari hidung. Hidung merupakan organ pertama dalam sistem
respirasi yang terdiri dari bagian eksternal (terlihat) dan bagian internal. Di hidung bagian
eksternal terdapat rangka penunjang berupa tulang dan hyaline kartilago yang terbungkus
oleh otot dan kulit. Struktur interior dari bagian eksternal hidung memiliki tiga fungsi :
(1) menghangatkan,melembabkan, dan menyaring udara yang masuk; (2) mendeteksi
stimulasi olfaktori (indra pembau); dan (3) modifikasi getaran suara yang melalui bilik
resonansi yang besar dan bergema. Rongga hidung sebagai bagian internal digambarkan
sebagai ruang yang besar pada anterior tengkorak (inferior pada tulang hidung; superior
pada rongga mulut); rongga hidung dibatasi dengan otot dan membrane mukosa (Tortorra
and Derrickson, 2014).
2) Faring
Faring, atau tenggorokan, adalah saluran berbentuk corong dengan panjang 13 cm.
Dinding faring disusun oleh otot rangka dan dibatasi oleh membrane mukosa. Otot
rangka yang terelaksasi membuat faring dalam posisi tetap sedangkan apabila otot rangka
kontraksi maka sedang terjadi proses menelan. Fungsi faring adalah sebagai saluran
untuk udara dan makanan, menyediakan ruang resonansi untuk suara saat berbicara, dan
tempat bagi tonsil (berperan pada reaksi imun terhadap benda asing) (Tortorra and
Derrickson, 2014).
3) Laring
Laring tersusun atas 9 bagian jaringan kartilago, 3 bagian tunggal dan 3 bagian
berpasangan. 3 bagian yang berpasangan adalah kartilago arytenoid, cuneiform, dan
corniculate. Arytenoid adalah bagian yang paling signifikan dimana jaringan ini
mempengaruhi pergerakan membrane mukosa (lipatan vokal sebenarnya) untuk
menghasilkan suara. 3 bagian lain yang merupakan bagian tunggal adalah tiroid,
epiglotis, dan cricoid. Tiroid dan cricoid keduanya berfungsi melindungi pita suara.
Epiglotis melindungi saluran udara dan mengalihkan makanan dan minuman agar
melewati esofagus (Peate and Nair, 2011).
4) Trakea
Trakea atau batang tenggorokan merupakan saluran tubuler yang dilewati udara dari
laring menuju paru-paru. Trakea juga dilapisi oleh epitel kolumnar bersilia sehingga
dapat menjebak zat selain udara yang masuk lalu akan didorong keatas melewati esofagus
untuk ditelan atau dikeluarkan lewat dahak. Trakea dan bronkus juga memiliki reseptor
iritan yang menstimulasi batuk, memaksa partikel besar yang masuk kembali keatas
(Peate and Nair, 2011).
5) Bronkus
Setelah laring, trakea terbagi menjadi dua cabang utama, bronkus kanan dan kiri, yang
mana cabang-cabang ini memasuki paru kanan dan kiri pula. Didalam masing-masing
paru, bronkus terus bercabang dan semakin sempit, pendek, dan semakin banyak jumlah
cabangnya, seperti percabangan pada pohon. Cabang terkecil dikenal dengan sebutan
bronchiole (Sherwood, 2010). Pada pasien PPOK sekresi mukus berlebih ke dalam
cabang bronkus sehinga menyebabkan bronkitis kronis.
6) Paru-paru
Paru-paru dibagi menjadi bagian-bagian yang disebut lobus. Terdapat tiga lobus di paru
sebelah kanana dan dua lobus di paru sebelah kiri. Diantara kedua paru terdapat ruang
yang bernama cardiac notch yang merupakan tempat bagi jantung. Masing-masing paru
dibungkus oleh dua membran pelindung tipis yang disebut parietal dan visceral pleura.
Parietal pleura membatasi dinding toraks sedangkan visceral pleura membatasi paru itu
sendiri. Diantara kedua pleura terdapat lapisan tipis cairan pelumas. Cairan ini
mengurangi gesekan antar kedua pleura sehingga kedua lapisan dapat bersinggungan satu
sama lain saat bernafas. Cairan ini juga membantu pleura visceral dan parietal melekat
satu sama lain, seperti halnya dua kaca yang melekat saat basah (Peate and Nair, 2011)
1) Influenza (Flu)
Influenza (Flu) merupakan infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus yang
bernama influenza.
3) Tuberkulosis (TBC)
Tuberkulosis (TBC) merupakan penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobakterium
tuberculosis.Bakteri ini dapat menyerang seluruh organ tubuh manusia,namun yang
paling sering diserang adalah paru-paru (maka secara umun sering disebut sebagai
penyakit paru-paru/TB paru).
Klasifikasi penyakit tuberculosis (TBC) dibedakan menjadi 2,yaitu :
1. Klasifikasi berdasarkan lokasi anatomi :
a) TB Paru : adalah kasus TB yang melibatkan parenkim paru atau
trakeobronkial
b) TB ekstraparu : adalah kasus TB yang melibatkan organ diluar parenkim
paru seperti pleura,kelenjar getah bening,abdomen,saluran
genitourinaria,kulit,sendi dan tulang,selaput otak.Kasus TB ekstraparu
dapat ditegahkan secara klinis atau histoligis setelah diupayakan
semaksimal mungkin dengan konfimasi bakteriologis.
2. Klasifikasi berdasarkan riwayat pengobatan
a) Kasus baru adalah pasien yang belum pernah mendapat OAT sebelumnya
atau riwayat mendapatkan OAT kurang dari 1 bulan.
b) Kasus dengan riwayat pengobatan sebelumnya adalah pasien yang penuh
mendapatkan OAT 1 bulan atau lebih.Kasus ini diklasifikasikan lebih
lanjut berdasarkan hasil pengobatan terakhir.
Penyebab
Penyebab utama penyakit tuberculosis adalah bakteri yang disebut Mycobacterium
tuberculosis.Selain itu ada pula faktor yang dapat meningkatkan risiko terkena penyakit
tuberculosis yaitu,mulai dari gaya hidup yang tidak sehat hingga sistem imun yang
lemah.
Gejala
Gejala yang mungkin muncul,antara lain : batuk berdahak selama tiga minggu atau
lebih,dalam dahak pernah didapati bercak darah,demam selama satu bulan lebih terutama
pada siang dan sore,menurunya nafsu makan dan juga berat badan,seering berkeringat
saat malam hari dan sesak nafas.
Patogenesis
tuberculosis menular melalui aerosol dari membrane mukosa paru-paru individu yang
telah terinfeksi.Ketika seseorang dengan TB paru yang aktif batuk,bersin atau meludah,
droplet akan keluar ke udara bebas dan bakteri tersebut akan masuk ke tubuh orang lain
melalui udara yang dihirupnya.
Pemeriksaan penunjang
Skrining TB bisa dilakukan dengan tes Mantoux atau IGRA (interferon release
assays). Selain itu, pasien yang dicurigai mengalami TB dapat menjalani pewarnaan BTA
(basil tahan asam) dan kultur sputum. Pemeriksaan radiologis seperti rontgen toraks juga
dapat menunjang diagnosis.
1. Pemeriksaan dahak mikroskopi
Pemeriksaan dahak berfungsi untuk menegahkan diagnosis,melalui keberhasilan
pengobatan dan menentukan potensi penularan.Pemeriksaan dahak untuk
penegahkan diagnosis dilakukan dengan mengumpulkan 3 spesimen dahak yang
dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang berurutan berupa sewaktu-pagi-
sewaktu (SPS).
2. Tes Tuberkulin Kulit atau Tes Mantoux Tes tuberkulin kulit atau tes Mantoux
dilakukan dengan menginjeksi purified protein derivate (PPD). Pemeriksaan ini
merupakan skrining tradisional untuk mengetahui adanya paparan tuberkulosis.
Setelah injeksi pada kulit, hasil akan diinterpretasikan bersama dengan risiko
paparan masing-masing pasien. Pasien dengan risiko paparan rendah (pasien yang
tidak memiliki risiko terpapar TB) memiliki hasil Mantoux positif bila terdapat
indurasi pada kulit yang diinjeksikan PPD hingga mencapai ukuran 15 mm.
Pasien dengan risiko sedang (pasien yang berasal dari negara endemik TB, tenaga
kesehatan, dan sebagainya) memiliki hasil Mantoux positif bila indurasi
berukuran >10 mm.Pasien dengan risiko tinggi (pasien dengan HIV positif,
riwayat TB, dan kontak erat dengan pasien TB lain) memiliki hasil Mantoux
positif bila indurasi berukuran >5 mm. Pembacaan hasil dilakukan 48–72 jam
setelah injeksi 0,1 ml PPD secara intradermal. Suntikan akan menimbulkan
gelembung kulit pucat berdiameter 6–10 mm.
3. Interferon Release Assays atau IGRA merupakan tes skrining tuberkulosis yang
lebih spesifik dengan sensitivitas yang serupa dengan tes Mantoux.Pemeriksaan
ini dapat dilakukan untuk skrining infeksi TB laten. Konversi interferon-gamma
release assay yang positif merupakan cerminan reaksi hipersensitivitas yang
lambat terhadap protein Mycobacterium tuberculosis.Kekurangan pemeriksaan
IGRA bila dibandingkan dengan tes Mantoux adalah biaya yang lebih mahal.
Selain itu, tes IGRA membutuhkan sarana laboratorium yang lebih memadai dan
proses yang lebih rumit.
4. Kultur Sputum adalah pemeriksaan diagnostik yang sangat sensitif untuk
mengisolasi Mycobacterium dan mendeteksi minimal 10 hingga 100 basil.
Spesifisitas kultur sputum mencapai >99% dalam mendiagnosis tuberkulosis paru,
sehingga kultur merupakan pemeriksaan baku emas. Akan tetapi, pemeriksaan ini
memerlukan waktu yang lama (hingga >2 minggu) untuk mendapatkan hasil.
5. Pemeriksaan Radiologis Pada pasien TB paru, rontgen toraks dapat menunjukkan
bercak atau nodul infiltrat, terutama di lobus atas paru-paru. Selain itu, rontgen
toraks juga dapat menunjukkan pembentukan kavitas, nodul kalsifikasi seperti
tuberkuloma, dan lesi nodular kecil banyak yang menunjukkan infeksi TB milier.
Sekitar seperempat pasien dengan TB primer dapat menunjukkan efusi pleura
pada rontgennya. CT scan dapat dilakukan untuk melihat adanya limfadenopati
dan lebih superior dalam mengevaluasi infeksi TB paru daripada rontgen toraks.
4) Emfisema
Emfisema adalah penyakit pada paru-paru yang ditandai dengan pembengkakan pada
paru-paru,karena pembuluh darahhnya kemasukan udara.
-Emfisema tipe ini lebih sering menyerang bagian atas paru dan tidak merata
-Emfisema sentrilobular paling sering terjadi pada perokok yang tidak menderita
defisiensi congenital antiprotease.
-Tersebar secara merata akan tetapi bagian basal paru cendrung lebih parah
Penyebab
Penyebab emfisema yang paling umum ialah paparan asap rokok,selain itu adanya
paparan polusi dalam jangka panjang serta bahaya bahan kimia di lingkungan industry
dapat memicu kondisi ini.
Gejala yang ditimbulkan ialah: Nafsu makan yang menurun dan berat badan yang
menurun juga bisa dialami pada penderita emfisema, sesak nafas, batuk kronis, kelelahan,
sesak nafas dalam waktu lama dan tidak dapat disembuhkan dengan obat pelega yang
biasa digunakan penderita sesak nafas.
Patogenesis
Emfisema dapat diawali dengan paparan zat yang berbahaya atau asap rokok dalam
jangka panjang akan memicu respon inflamasi oleh sel-sel imun inflamatorik seperti sel
polimorfonuklear,eosinofil,makrofag,limfosit CD4+ dan limfosit CD8+.
Pemeriksaan penunjang
-Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan fungsi paru biasanya menunjukan kapasitas paru total (TLC) dan
volume residual (RV),terjadi penurunan dalam kapasitas vital (VC) dan volume
ekspirasi paksa (FEV).Temuan-temuan ini menegaskan kesulitan yang dialami
klien dalam mendorong udara keluar dari paru-paru.
RV 1200 ml 1200 ml
-Pemeriksaan Laboratorium
-Pemeriksaan Radiologis
Ventilasi yang hamper adekuat masih sering dapat dipertahankan oleh pasien
emfisema paru.Sehingga PaCO2 rendah atau normal.Saturasi hemoglobin pasien
hamper mencukupi.PaCO2 normal : 35-45 mmhg, PaCO2 pasien emfisema : <45
mmhg
5) Sinusitis
Sinusitis merupakan penyakit peradangan pada bagian atas rongga hidung atau sinus
paranasalis.
1. Sinusitis akut
Penyebab
Gejala
Gejala yang mungkin muncul ialah : Hidung tersumbat dan terasa geli atau gatal, tercium
bau tidak sedap pada hidung ketika bernafas, hidung mengeluarkan ingus kental yang
berwarna putih atau kekuning-kuningan, dan kepala terasa sakit seperti ada yang
menekan.
Patogenesis
Pemeriksaan penunjang
-Pemeriksaan Laboratorium
ESR (Erythoryte Sedimentation Rate) dan C-reactive protein meningkat pada pasien
sinusitis.Tapi hasil ini tidak spesifik.Hasil pemeriksaan darah lengkap juga diperlukan
sebagai acuan pembanding.Pemeriksaan sitologi nasal berguna untuk menjelaskan
beberapa hal seperti,allergic rhinitis,eosinophillia,nasal polyposis dan aspirin
sensitivity.Kita juga dapat melakukan kultur pada produk sekresi nasal,akan tetapi sangat
terbatas karena sering terkontaminasi dengan normal flora.
-Pemeriksaan Imaging
Pemeriksaan ini dilakukan terutama untuk mendapatkan gambaran sinus yang dicurigai
mengalami infeksi.Ada beberapa piliham imaging yang dapat dilakukan yaitu plain
radiography,CT scan (hasilnya lebih baik dari rontgen tapi agak mahal), MRI (berguna
hanya pada infeksi jamur atau curiga tumor) dan USG (penggunaanya terbatas).
6) Pneumonia
Pneumonia adalah suatu penyakit infeksi atau peradangan pada organ paru-paru yang
disebabkan oleh bakteri,virus,jamur dan ataupun parasit dimana pulmonary alveolus
(alveoli) yang bertanggung jawab menyerap oksigen dari atmosfer menjadi inflame dan
terisi oleh cairan.
a) Pneumonia bacterial
Bacterial pneumonia, atau pneumonia bakterial adalah penyakit pada paru-paru
yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Bakteri ini masuk ke dalam paru-paru
melalui saluran pernapasan atau peredaran darah.
b) Pneumonia atipikal
c) Mycoplasma pneumonia
d) Pneumonia aspirasi
Penyebab
Pneumonia dapat disebabkan oleh infeksi bakteri, virus, dan jamur. Beberapa virus yang
umum menyebabkan pneumonia adalah virus influenza, respiratory syncytial
virus (RSV), dan SARS-CoV-2. Sementara jenis bakteri yang umum menyebabkan
pneumonia adalah Streptococcus pneumonia.
Gejala yang mungkin muncul antara lain : Ditandai dengan batuk berdahak, demam,
menggigil, sesak napas, nyeri dada ketika bernapas atau batuk, mual dan muntah, nafsu
makan menghilang, serta tubuh yang mudah lelah.
Patogenesis
Pemeriksaan penunjang
1. Pemeriksaan Laboratorium
Secara klinis CRP digunakan sebagai alat diagnostic untuk membedakan antara
faktor infeksi dan non infeksi,infeksi virus dan bakteri,atau infeksi bakteri
superfisialis dan profunda.
3. Pemeriksaan mikrobiologis
4. Pemeriksaan serologis
Uji serologic untuk mendeteksi antigen dan antibody pada infeksi bakteri
mempunyai sensitivitas dan spesifitas yang rendah.
5. Analisis gas darah (AGDA)
6. Pemeriksaan Roentgenografi
7) Kanker paru-paru
Kanker paru-paru merupakan salah satu penyakit yang paling berbahaya.Sel-sel kanker
pada paru-paru terus tumbuh tidak terkendali.Penyakit ini lama kelamaan dapat
menyerang ke seluruh tubuh.
Salah satu penyebab kanker paru-paru ialah kebiasan merokok,,Karena dapat memicu
terjadinya kanker paru-paru dan kerusakan paru.
Gejalanya antara lain : Pembekakan di wajah atau di leher, napas sesak dan
pendek,Kehilangan nafsu makan dan turunnya berat badan,dahak berdarah berubah
warna dan semakin banyak,sakit kepala nyeri dengan sebab tidak jelas,batuk yang terus
menerus atau menjadi hebat dan suara serak/paru.
Patogensis
Pemeriksaan penunjang
1.Pemeriksaan Laboratorium :
-Pemeriksaan Sitokimia
-Pemeriksaan Sitogenetik
A.KESIMPULAN
Didalam sistem pernapasan oksigen merupakan hal yang dibutuhkan dan berdasar kepada
kebutuhan oksigen.Pernapasan seluler dibagi atas pernapasan aerob dan anaerob.
Secara garis besar pernafasan merupakan pemecah glukosa dengan bantuan-bantuan enzim
untuk menghasilkan energy.Pernapasan pada manusia menggunakan paru-paru jalur pernapasan
manusia adalah sebagai berikut :
1. Rongga hidung
2. Faring
3. Laring
4. Trakea
5. Bronkus
6. Bronkiolus
7. Alveolus
8. Paru-paru
Pertukaran difusi O2 dan CO2 pada paru-paru terjadi pada bagian dibagian alveolus.
Pernapasan melibatkan 2 proses yaitu menarik nafas (inspirasi) dan mengeluarkan nafas
(ekpirasi) berdasarkan organ-organ yang terlibat. Pernapasan dibagi 2 yaitu pernapasan dada dan
pernapasan perut.
Ada beberapa gangguan dan kelainan yang menyerang alat pernapasan antara lain :
Influenza, asma, tuberculosis (TBC), emfisema, sinusitis,pneumonia dan kanker paru.
B.SARAN
Jagalah kesehatan organ pernapasan terutama pada paru-paru dan,organ sistem pernapasan
lainnya agar tidak terjadi gangguan pada sistem pernapasan kita.ghindarilah polusi udara dan
gas-gas beracun, dan terutama hindarilah sikap merokok.Serta rawatlah par-paru (pulmo) agar
tetap bersih, karena Paru-paru mudah sekali terserrang penyakit infeksi ssehingga menimbulkan
kerusakan jaringnnya.
DAFTAR PUSTAKA
Ardiyanto, Tonang Dwi. 2011. Sistem Respiratory. Diakses : 16 April 2014. Kuliah-
sistem-respirasi_2.pdf Berkowitz, Aaron. 2013. Patofisiologi Klinik. Tangerang Selatan:
Binapura Aksara. Chang, Ester., Daly, John., dan Elliott Doug. 2010. Patofisiologi Aplikasi pada
Praktik Keperawatan. Dialihbahasakan oleh Hartono A. Jakarta: Buku Kedokteran EGC.
Ishmael FT. TResponse in the Pathogenesis of Asthma. JAOA 2011; (Suppl 7); Vol
111(11): S11-S17.
Taubenberger JK, Morens DM. The pathology of influenza virus infections. Annu Rev
Pathol [Internet]. 2008 [cited 2017 Aug 1];3:499–522. Available from:
http://www.pubmedcentral.nih.gov/articlerender.fcgi?
artid=2504709&tool=pmcentrez&rendertype=abstract
Hayden FG, Fritz R, Lobo MC, Alvord W, Strober W, Straus SE. Local and systemic
cytokine responses during experimental human influenza A virus infection. Relation to symptom
formation and host defense. J Clin Invest [Internet]. 1998 Feb 1 [cited 2017 Aug 1];101(3):643–
Available from: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/9449698
AdigunR,Singh,R.Tuberculosis.StatPearls,Publishing.2021.https://www.ncbi.nlm.nih.gov/
books/NBK441916/,HerchlineT.Tuberculosis(TB).Medscape.2020.https://
emedicine.medscape.com/article/230802.
Soetjipto D,M Mangunkusumo E. Sinus paranasal in buku ajar telinga hidung, tenggorok,
kepala,danleher.Edisike-7.Jakarta:BadanPenerbitFKUI.2014.