Anda di halaman 1dari 46

MAKALAH SISTEM PERNAPASAN

Disusun oleh :

Friesca Farahdea (195060700111049)

Maulidia Nur Saleha (195060700111055)

Silvia Hendarti (195060701111046)

Pramesti Earli Asyanti (195060719111001)

Jurusan Teknik Industri


Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
Tahun 2020
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya, kami dapat
menyelesaikan tugas makalah biologi yang berjudul Sistem Pernafasan ini tepat waktu.
Kami bersyukur atas kelancaran dan kemudahan yang diberikan oleh-Nya sehingga kami
mampu menyelesaikan tugas makalah biologi ini.Makalah Sistem Pernafasan ini membahas
tentang sistem pernafasan dan studi kasus mengenai keterkaitan virus corona terhadap
penyakit pneumonia, SARS,dan MERS yang diharapkan dapat bermanfaat bagi yang
membaca dan mempelajari makalah ini termasuk penyusun.
Penyusun mengucapkan terima kasih kepada Prof.Dr.Ir. Qomariyatus Sholihah,
Amd.Hyp,ST.,M.Kes.IPU., selaku dosen mata kuliah Biologi yang telah memberikan tugas
ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan kami. Kami mengucapkan terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.Kami
menyadari bahwa makalah yang telah kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna, seperti
kata pepatah “Tiada Gading Yang tak Retak” , segala kesempurnaan hanyalah milik Allah.
Dengan demikian kami mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan
makalah ini kedepannya.

Malang, 24 Februari 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...........................................................................................i


DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1
1.2 Tujuan................................................................................................. 4
1.3 Manfaat ............................................................................................... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................... 5
2.1 Definisi Sistem Pernapasan ................................................................. 5
2.2 Organ Sistem Pernapasan .................................................................... 6
2.3 Mekanisme Sistem Pernapasan ............................................................ 8
2.4 Gangguan Sistem Pernapasan ............................................................ 16
BAB III ISI ........................................................................................................ 23
3.1 Deskripsi Studi Kasus ....................................................................... 23
3.2 Definisi Kasus ................................................................................... 24
3.3 Coronavirus ...................................................................................... 25
3.4 Aspek Klinis ..................................................................................... 27
3.5 Manajemen Klinis ............................................................................ 27
BAB IV PENUTUP ........................................................................................... 30
4.1 Kesimpulan ...................................................................................... 30
4.2 Saran................................................................................................. 30
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................... 32
INDEKS............................................................................................................. 34

ii
BAB I
PEMBUKAAN

1.1 LATAR BELAKANG


Sistem pernapasan adalah sistem yang sangat berpengaruh dalam proses metabolisme
tubuh dan sangat penting untuk kehidupan manusia. Selain itu, sistem pernafasan adalah
sistem organ yang memenuhi oksigen dalam tubuh. Fungsi dari pernafasan adalah
menjamin ketersiadiaan oksigen bagi kelangsungan metabolisme sel-sel tubuh serta
mengeluarkan karbondioksida hasil metabolisme sel (Somantri, 2008). Proses sistem
pernapasan yaitu dimulai dari pengambilan oksigen (O2) dari udara bebas pada saat
menarik napas. Selanjutnya oksigen tersebut melewati saluran napas (bronkus) dan hingga
ke dinding alveoli (kantong udara). Pada saat di alveoli, oksigen akan ditransfer ke
pembuluh darah yang didalamnya terdapat aliran sel-sel darah merah untuk dibawa ke sel-
sel di berbagai organ didalam tubuh sebagai energy dalam proses metabolisme
tubuh.Setelah terjadi metabolisme, sisa-sisa metabolisme terutama karbondioksida (CO2)
akan ditransfer darah untuk dibuang kembali ke udara luar (bebas) melalui paru-paru pada
saat membuang napas. (Saminan, 2016)
Saluran-saluran udara yang dilalui oleh oksigen dan karbon dioksida, bukanlah sekadar
terowongan lalu lintas udara. Saluran-saluran tersebut memiliki peran sebagai salah satu
front terdepan mekanisme pertahanan dalam tubuh manusia. Paru-paru mempunyai
permukaan yang terekspos pada dunia luar, yang wilayahnya jauh lebih luas daripada
bagian tubuh lain, termasuk kulit. Sehingga saluran pernapasan harus memiliki fungsi
untuk mengusir kotoran, debu, tungau, dan bakteri yang berasal dari benda-benda asing
yang dapat merugikan lainnya.
Mantel lender yang sudah mengental atau biasa disebut dahak di saluran pernapasan maka
akan mengalami penghambatan aliran udara keluar yang mencakup semua penyakit saluran
napas yang ciri-cirinya seperti penyumbatan (obstruksi) bronki disertai pengembangan
mukosa (uden) dan sekresi dahak (Spuntum) berlebihan. Selama manusia bernapas biasa,
sebagian kerja yang diproduksi oleh otot-otot respirasi digunakan untuk mengembangkan
paru-paru. Sebagian kecil, beberapa persen dari total yang di proses digunakan dalam
mengatasi airway resistance. Tetapi pada pernapasan yang sangat berat, bila udara harus

1
mengalir melalui saluran napas dengan kecepatan sangat tinggi dengan proporsi kerja yang
lebih besar digunakan dalam mengata airway resitance. Compliance work dan tissue
resistance work akan dikembangkan oleh penyakit-penyakit yang mengakibatkan fibrosis
paru, sedangkan airway resistance work akan bertambah oleh berbagai penyakit yang
menimbulkan sempitnya saluran napas. (Saminan, 2016)
Secara garis besar sistem pernapasan dibentuk oleh beberapa struktur yaitu pernapasan
dalam (internal) dan pernapasan luar (eksternal). Pernapasan luar adalah proses pertukaran
gas antara darah dan atmosfer sedangkan pernapasan internal adalah proses pertukaran gas
antara darah sirkulasi dan sel jaringan. Pernapasan dalam berlangsung didalam sistem
tubuh. Struktur utama dalam sistem pernafasan adalah saluran udara pernapasan, yang
terdiri dari pernapasan atas dan bawah , serta paru.Saluran pernapasan atau tractus
respiratorius adalah bagian tubuh manusia yang berfungsi untuk lintasan dan menjadi
tempat pertukaran gas yang diperlukan untuk proses pernapasan. Saluran pernapasan terdiri
dari hidung, faring, laring, trakea, bronkus, dan bronkiolus.Dalam proses bernapas, udara
melewati beberapa organ pernapasan, mulai dari hidung, faring, dan laring, organ-organ
tersebut merupakan termasuk pernapasan atas. Lalu, untuk pernapasan bagian bawah
meliputi trakea, bronkus dan terakhir menuju paru-paru. Saluran napas di trakea merupakan
jalur keluar masuknya udara menuju paru-paru. Pada orang dewasa berkisar umur 20 tahun
keatas, panjang trakea sekitar 9-11 cm tergantung panjang pendeknya trakea pada setiap
individu, kurang lebih 2 cm diameter trakea di setiap individu. (Sri Pujiyanto, 2008)
(Molenaar, 2014)
Sistem pernapasan memegang banyak peranan penting yang secara garis besar dibagi
menjadi 2 fungsi yaitu respirasi dan non-respirasi.Respirasi adalah proses pembakaran
(oksigen) zat-zat makanan (glukosa) di dalam sel-sel tubuh dengan memerlukan oksigen
dan enzim. Sedangkan, fungsi respirasi pada pembahasan kali ini memiliki arti proses
memasukan oksigen dari luar tubuh ke bagian dalam tubuh yang digunakan dalam proses
lebih lanjut dalam metabolisme sel. Karena fungsinya tersebut, sistem pada bagian ini
selalu terpapar terhadap dunia luar sehingga sistem ini rentan untuk mengalami
gangguan.Secara garis besar gangguan pada sistem respirasi dibagi dalam 2 kelompok,yaitu
penyakit paru restriktif dan paru obstruktif yang gangguan tersebut masih banyak dibagi
dalam beberapa kelompok kecil. Namun meskipun gangguan pada sistem respirasi sangat

2
rentan terhadap manusia, tingkat kewaspadaan warga Indonesia masih relatif rendah.
Mungkin disebabkan oleh gejala-gejala yang dianggap biasa atau sepele seperti sesak nafas
dan batuk oleh masyarakat. (Saminan, 2016)Gangguan sistem pernapasan adalah penyebab
utama dari morbiditas dan mortalitas. Gangguan saluran pernapasan lebih sering
menyerang sistem organ tubuh manusia daripada organ tubuh lain, dikarenakan saluran
pernapasan sangat rentan terhadap penyakit atau bakteri. Infeksi yang biasa dialami pada
tubuh manusia yaitu mulai flu biasa dengan gejala ringan sampai infeksi yang sudah lebih
parah yaitu pneumonia berat.Gangguan pernapasan tersebut disebabkan oleh beberapa
banyak hal seperti polusi, keadaan lingkungan yang kotor atau kurang sehat, asap rokok,
dan makanan yang dikonsumsi. (Vivi, 2018)
Dewasa ini, terdapat virus yang menyerang sistem pernapasan manusia, virus tersebut
bernama Coronavirus (CoV). Coronavirus (CoV) adalah keluarga besar virus yang
menyebabkan penyakit mulai dari penyakit gejala ringan samapi berat. Terdapat dua jenis
coronavirus yang diketahui mengakibatkan penyakit yang menimbulkan gejala berat seperti
Middle East Respiratory Syndrome (MERS-CoV) dan Severe Acute Respiratory Syndrome
(SARS-CoV). Novel coronavirus (nCoV) adalah virus jenis baru yang belum pernah
ditemukan virus ini didalam tubuh manusia. Virus corona adalah zoonoziz (ditularkan
antara hewan dengan manusia). Penelitian menyebutkan bahwa SARS-CoV ditransmisikan
dari kucing luwak (civets cats) ke manusia dan MERS-CoV dari unta ke manusia. Beberapa
coronavirus dikenal hanya beredar pada hewan saja dan tidak menginfeksi manusia.
(Novie, 2016)
Virus Corona pertama kali ditemukan di Kota Wuhan, China. Pasar Huanan, Wuhan
merupakan tempat penyebaran utama virus ini. Awal mula kemunculan virus ini diduga
berasalsatwa liar yang diperjualbelikan secara non-ilegal. Tanda-tanda dan gejala klinis
yang dialami masyarakat yang terjangkit infeksi sebagian besar yaitu demam, dengan kasus
mengalami kesulitan bernapas, dan hasil rontgen menunjukkan infiltrat pneumonia luas di
kedua paru-paru.manifestasi klinis biasanya terjadi dalam 2 hari sampai 14 hari setelah
terkena paparan virus tersebut. Menurut hasil penyelidikan awal, penyakit ini umumnya
ditemukan yang memiliki riwayat bekerja, menangani, atau pengunjung yang sering
berkunjung ke Pasar Grosir Makanan Laut Huanan. Sampai saat ini, penyebab penularan
masih belum diketahui secara pasti. (drg. Vensya, 2019)

3
1.2 TUJUAN
Berikut adalah tujuan dari makalah ini
a. Untuk mengetahui sistem pernapasan manusia
b. Untuk mengetahui tentang mekanisme sistem pernapasan
c. Untuk mengetahui gangguan-gangguan yang terjadi pada sistem pernapasan

1.3 MANFAAT
Berikut adalah manfaat dari makalah ini
a. Mengetahui sistem pernapasan manusia
b. Mengetahui mekanisme sistem pernapasan manusia
c. Mengetahui gangguan-gangguan yang terjadi pada sistem pernapasan

4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 DEFINISI SISTEM PERNAPASAN


Respirasi atau sistem pernafasan adalah peristiwa dimana terjadi pengambilan oksigen
(O2) kemudian pengeluaran karbondioksida hingga penggunaan energi di dalam tubuh.
Proses pernafasan dimulai dengan pergerakan udara dari luar yang mengandung oksigen
(O2) ke dalam paru-paru dan menghembuskan udara yang banyak mengandung
karbodioksida (CO2) sebagai sisa dari oksidasi ke luar dari tubuh,serta pertukaran
karbodioksida antara darah dan atmosfer (Syaifuddin, 1996). Sel tubuh membawa oksigen
dari respirasi sel untuk memproduksi ATP atau energi yang akan dibutuhkan manusia
untuk menjalankan aktivitas sehari-hari.Sistem respirasi dibagi menjadi dua yaitu sistem
respirasi atas dan system respirasi bawah.Bagian organ yang bekerja pada sistem respirasi
atas adalah bagian luar rongga yaitu, hidung , rongga hidung, faring, laring, dan trakea atas.
Sedangkan bagian organ yang bekerja pada sistem respirasi atas adalah bagian dalam
rongga dada yaitu trakea bawah dan paru-paru ,termasuk pembuluh bronchial dan alveoli
serta membran pleura dan otot respirasi. Respirasi dibagi menjadi dua yaitu respirasi luar
dan dalam. Respirasi luar yaitu pertukaran antara oksigen dan karbondioksida antara darah
dan udara. Sedangkan respirasi dalam yaitu pertukaran oksigen dan karbondioksida dari
aliran darah ke sel-sel tubuh.(Gregory,2017)
Cara pengambilan nafas ke dalam tubuh dan membuang napas ke udara dibagi menjadi
dua yaitu pernapasan dada dan pernapasan perut. Proses pernafasan dada terjadi dengan
adanya kontraksi atau mengerutnya otot antar tulang rusuk luar kemudian tulang rusuk
terangkat ke atas sehingga rongga dada membesar yang mengakibatkan tekanan udara
dalam dada kecil sehingga udara masuk ke dalam badan.Sedangkan proses pernafasan perut
terjadi ketika otot diafragma perut mengalami kontraksi sehingga diafragma menjadi datar.
Kemudian volume rongga menjadi besar yang mengakibatkan tekanan udara pada dada
sehingga udara masuk ke paru-paru.

5
2.2 ORGAN SISTEM PERNAPASAN
a. Rongga Hidung (Cavum Nasalis)
Hidung terdiri dari bagian eksternal dan bagian internal. Pada hidung bagian eksternal
terdapat rangka penunjang yang berupa tulang dan hyaline kartilago yang terbungkus oleh
otot dan kulit. Hidung bagian eksternal ini berfungsi untuk
menghangatkan,melembabkan,dan menyaring udara yang masuk,mendeteksi stimulasi
olfaktori atau indra pembau, serta memodifikasi getaran suara yang melalui bilik resonansi
yang besar dan bergema. Hidung bagian internal berupa ruangan besar pada anterior
tengkorak atau inferior pada tulang hidung yang dibatas oleh otot dan membrane mukosa.
Udara dari luar masuk melalui rongga hidung. Rongga hidung memiliki selaput lendir yang
didalamnya ada kelenjar minyak atau kelenjar sebasea dan kelenjar keringat atau kelenjar
sudorifera yang akan menangkap benda asing yang dibawa oleh udara yang masuk saluran
pernafasan. Rongga hidung juga memiliki rambut pendek dan tebal yang akan menyaring
partikel kotoran yang masuk . Selain itu, rongga hidung juga memiliki konka yang
didalamnya ada banyak kapiler darah yang akan menghangatkan udara yang masuk. Di
sebelah belakang rongga hidung terhubung oleh nasofaring melalui dua lubang yaitu
choanae. Permukaan rongga hidung memiliki rambut-rambut halus dan selaput lendir untuk
menyaring udara yang masuk ke dalam rongga hidung.(Gregory,2017)
b. Faring (tenggorokan)
Faring berupa saluran yang berbentuk corong yang berukuran panjang 13 cm.
Dindingnya tesusun oleh otot rangka dan dibatasi membrane mukosa. Proses respirasi pada
faring dimulai dari masuknya udara yang datang dari rongga hidung.Ada dua saluran pada
faring yaitu saluran pernafasan (nasofarings) yang berada di bagian depan dan saluran
perncernaan (orofarings) yang berada di bagian belakang. Pada bagian belakang faring
terdapat pita suara (pita vocalis) yang berada di laring atau tekak. Ketika udara masuk
faring , pita suara akan bergetar dan menghasilkan suara. (Gregory,2017)
c. Batang tenggorokan (trakea)
Tenggorokan adalah saluran udara yang berupa pipa berukuran kurang lebih 10
centimeter.Tenggorokan terletak di sebagian besar leher dan sebagian lainnya berada di
rongga dada (torak). Tenggorokan berongga silia. Dalam proses respirasi , silia-silia
tersebut menyaring benda-benda asing yang dibawa udara masuk ke saluran

6
pernafasan.Trakea bercabang menjadi dua cabang bronkus . Bronkus akan bercabang-
cabang Bronkiolus di dalam paru-paru. Pada ujung Bronkiolus terdapat gelembung-
gelembung kecil yang bernama Alveolus. Alveolus berfungsi sebagai tempat pertukaran
udara antara oksigen dan karbondioksia. Alveolus akan menyerap oksigen dari udara yang
melalui bronkiolus dan mengalirkan ke dalam darah.Sedangkan karbondioksida mengalir
dari darah ke Alveolus untuk dihembuskan keluar.(Gregory, 2017)
d. Bronkus
Bronkus merupakan saluran nafas yang terbentuk dari belahan dua trakea.Struktur
bronkus sama seperti trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama.Arah bronkus ke bawah
dan samping menuju paru-paru dan bercabang menjadi dua ,yaitu bronkus kanan atau
bronkus primer dan bronkus kiri yang menuju paru-paru. Bronkus kanan berdiameter
lumen lebih lebar daripada lumen bronkus kiri,ukuran lebih pendek dan posisi lebih
vertikal. Bronkus kiri memiliki ukuran lebih panjang dan diameter lumennya lebih
sempit.Cabang utama bronkus kanan dan kiri memiliki cabang bronkus lobaris,kemudian
menjadi lobus segmentalis. Bronkus lobaris bercabang lagi menjadi bronkus yang lebih
kecil dengan ujung cabangnya yang disebut bronkiolu. Bronkus berfungsi untuk
menyediakan jalan bagi udara yang masuk dan keluar paru-paru. Bronkus primer bercabang
menjadi 3 cabang bronkus lobaris atau bronkus sekunder. Bronkus sebelah kiri bercabang
menjadi 2 cabang bronkiolus. Di ujung cabang-cabang yang paling kecil terdapat
gelembung-gelembung alveolus yang dindingnya mengandung kapiler darah. Di kapiler-
kapiler darah ini terjadi difusi oksigen dan udara ke dalam darah.(Novia,2013)
e. Bronkiolus
Bronkiolus memasuki lobulus paru dan memiliki 5 sampai 7 cabang bronkiolus
terminalis. Bronkiolus terminalis adalah saluran udara terkecil yang tidak mengandung
alveoli. Garis tengah bronkiolus kurang lebih 1 mm. Bronkiolus dikelilingi oleh otot polos
sehingga ukurannya dapat berubah. Seluruh saluran udara dimulai dari bronkus sampai
bronkiolus terminalis merupakan saluran penghantar udara karena menyalurkan udara ke
tempat pertukaran gas paru-paru.(Novia,2013).
f. Alveolus
Alveolus berupa gelembung-gelembung udara yang terdiri atas satu lapis sel epitelium
pipih. Dinding alveolus tipis,lembap,dan lekat dengan kapiler-kapiler darah. Darah pada

7
alveolus hampir bersentuhan langsung dengan udara. Alveolus memperluas daerah
permukaan yang berperan dalam pertukaran gas oksigen dari udara bebas ke sel-sel darah
dan karbon dioksida dari sel-sel darh ke udara. Proses pertukaran gas pada alveolus terjadi
di permukaan membran alveolaris. Darah yang kaya karbondioksida dipompa dari seluruh
tubuh ke dalam pembuluh darah alveolaris dimana melalui difusi ,melepaskan karbon
dioksida dan menyerap oksigen.(dr.Kadek Agus Heryana Putra,Sp.An,2016)
g. Pangkal tenggorokan (laring)
Laring atau kotak suara merupakan penghubung untuk faring dan trakea. Pada laring ,
terdapat pita suara dan katup epiglotis yang memisahkan saluran makanan dengan saluran
udara. Laring terletak di belakang faring. Laring tersusun atas 9 susunan tulang rawan atau
kartilago yang berbentuk kotak. Fungsi utama laring adalah untuk melindungi jalan nafas
atau udara dari faring ke saluran napas lainnya dan sebagai tempat keluar masuknya udara .
Faring juga merupakan pembentuk suara atau penghasil sebagian besar suara untuk
berbicara dan bernyanyi.(Gregory,2017)
h. Paru-paru (pulmo)
Ada dua bagian paru-paru ,yaitu paru-paru kanan (pulmo dekster) dan paru-paru
kiri(pulmo sinister). Paru-paru kanan terdiri atas 3 lobus yaitu,lobus atas ,tengah, dan
bawah,sedangkan paru-paru kiri terdiri atas 2 lobus, yaitu lobus bawah dan atas. Paru-paru
dibungkus oleh 2 selaput pleura yang tipis. Pleura bagian dalam yang menyelimuti paru-
paru secara langsung disebut pleura dalam (pelura viscelaris) dan pleura bagian luar yang
menyelimuti rongga dada disebut pleura luar (pleura parietalis). Paru-paru tersusun atas
bronkiolus, alveolus, jaringan elastik dan pembuluh darah. Dalam proses respirasi, paru-
paru mengendalikan pernafasan secara kimiawi oleh kadar CO2 serta darah dan dikontrol
oleh syaraf.(Novia,2013)

2.3 MEKANISME SISTEM PERNAPASAN


Saliran pernapasan pada manusia terdiri dari rongga hidung, faring, laring, trakhea,
bronkus, bronkiolus, dan alveolus. Pernapasan pada manusia dapat dibagi menjadi dua,
yaotu pernapasan dalam dan pernapasan luar, hal ini ditinjau dari tempat terjadinya
petukaran gas. Pernapasan dalam adalah proses pernapasan pada manusia yang melibatkan
pertukaran oksigen dan karbondioksida antar sel jaringan tubuh dan darah dalam kapiler.

8
Sedangkan pernapasan luar adalah proses pernapasan pada manusia yang melibatkan
pertukaran udara antara darah dalam kapiler dan udara dalam alveolus. (dr. Tjokorda, 2017)
a. Jika ditinjau dari organ-organ yang terlibat dalam sistem pernafasan, mekanisme
pernafasan dibedakan menjadi dua yaitu, pernafasan dada dan pernafasan perut.
(a) Pernapasan Dada
Pada saat terjadinya pernafasan dada, otot dalam tubuh yang berperan penting
adalah otot antar tulang rusuk. Otot tulang rusuk sendiri dibedakan menjadi dua yaitu
otot tulang rusuk luar yang berfungsi untuk mengangkat tulang-tulang rusuk dan otot
tulang rusuk dalam yang berfungsi untuk mengembalikan posisi tulang rusuk ke
semula. Pernafasan dada terjadi saat otot antar tulang rusuk berkontraksi sehingga
menyebabkan tulang rusuk terangkat dan rongga dada membesar. Terjadinya
pengembangan rongga dada menyebabkan paru-paru mengembang karena tekanan
dalam rongga dada mengecil. Pada saat paru-paru mengembang, udara akan masuk
karena tekanan udara di luar lebih besar daripada tekanan di dalam paru-paru.
Sebaliknya, ekpirasi pernapasan dada terjadi ketika tulang rusuk turun saat otot antar
tulang rusuk berelaksasi, akibatnya volume rongga dada mengecil dan tekanan di
dalam paru-paru membesar. Pada saat keadaan ini paru-paru mengempis sehingga
udara keluar. (dr. Tjokorda, 2017)
(b) Pernapasan Perut
Pernapasan perut terjadi saat otot diafragma berkontraksi. Hal ini menyebabkan
paru-paru mengembang dan rongga dada membesar sehingga udara dapat masuk ke
dalam paru-paru. Sebaliknya, ketika otot diafragma berelaksasi diafragma akan
kembali ke keadaan semula. Hal ini menyebabkan rongga dada mengecil dan paru-paru
mengempis. Akibatnya udara akan keluar dari paru-paru. (dr. Tjokorda, 2017)
b. Volume dan kapasitas paru-paru
Kapasitas paru-paru adalah kemampuan penampugan udara di dalam paru-paru pada
saat melakukan pernapasan. Pada paru-paru manusia volume dibedakan menjadi empat
volume paru utama yaitu:

9
(a) Volume tidal
Volume tidal adalah volume udara yang dapat masuk dan keluar ke dalam paru-
paru manusia pada saat melakukan pernapasan biasa. Pada rata-rata orang dewasa
volume tidal normalnya adalah 500 cc. (Arief, 2016)
(b) Volume cadangan ekpirasi
Volume cadangan ekspirasi adalah volume udara yang masih dapat dikeluarkan
dari paru-paru secara maskimal setelah melakukan ekspirasi normal. Besarnya volume
cadangan ekspirasi mencapai 1100 cc. (Arief, 2016)
(c) Volume cadangan inspirasi
Volume cadangan inspirasi adalah volume udara yang masih dapat dimasukkan ke
dalam par-paru secara maksimal setelah melakukan inpirasi normal. Besarnya volume
cadangan inpirasi mencapai 3000 cc. (Arief, 2016)
(d) Volume residu
Volume residu adalah volume udara yang tetap berada di dalam paru-paru setealh
melakukan ekspirasi dengan maksimal. Volume residu besarnya mencapai 1200 cc.
(Arief, 2016)
c. Kapasitas Paru-Paru merupakan volume dari beberapa gabungan volume paru-
paru.Kapasitas paru dibagi menjadi:
(a) Kapasitas inpirasi
Kapasitas inpirasi adalah jumlah udara yang dapat dihirup sampai paru-paru
mengembang dengan maksimum setelah melakukan ekspirasi normal. Total dari
kapasitas inpirasi mencapai 3500 cc, didapat dari jumlah volume tidak ditambah
dengan volume cadangan inspirasi. (Wirya, 2016)
(b) Kapasitas residu fungsional
Kapasitas residu fungsional adalah jumlah total udara yang tersisa di dalam paru-
paru setelah melakukan ekpirasi normal. Total kapasitas residu fungsional mencapai
2300 cc, yaitu jumlah hasil volume residu di tambah dengan volume cadangan ekpirasi.
Kapasitas residu fungsional pada pria berbeda dengan wanita. Pada pria kapasitas
residu fungsional mencapai 2200 cc sedangkan pada wanita mencapai 1800 cc. (Wirya,
2016)

10
(c) Kapasitas vital
Kapasitas vital disebut juga dengan jumlah udara maksimum yaitu jumlah udara
yang dapat dikeluarkan sebanyak-banyaknya setelah mengisi paru-paru secara
maksimum. Total kapasitas vital mencapai 4600 cc yang didapat dari jumalh total
volume cadangan inspirasi dengan volume tidal serta volume cadangan ekspirasi.
Kapasitas vital pada pria berbeda dengan wanita. Pada pria mencapai 4800 cc
sedangkan pada wanita mencapai 3100 cc. (Wirya, 2016)
(d) Kapasitas paru-paru total
Kapasitas paru-paru total adalah volume maksimal yang dapat mengembangkan
paru-paru hingga maksimal setalah melakukan inspirasi dengan kuat. Kapasitas paru-
paru total mencapai 5800cc. Total ini didapat dari jumlah kapasitas vital dengan
volume residu. Kapasitas paru-paru total pria mencapai 6000 cc sedangakan pada
wanita mencapai 4200 cc. (Wirya, 2016)
d. Terdapat dua mekanisme neural terpisah bagi pengaturan pernafasan.
(a) Mekanisme yang berperan pada kendali pernafasan volunter.
Sistem pernapasan volunter terdapat pada corteks cerebri yang mengirimkan
impuls ke neuron motorik melalui traktus kortikospinal. Corteks cerebri berperan
penting dalam mengendalikan pernapasan seperti menahan napas pada saat berbicara
dan makan. Kontrol volunter pernapasan menghantarkan impuls pada neuron motorik
respiratordari medulla spinalis yang mengakomodasi kegiatan berbicara dan makan
sehingga manusia dapat mengatur pernapasan saat berbicara dan makan. (Gregory,
2017)
(b) Mekanisme yang mengendalikan pernafasan otomatis.
Sistem pengendalian pernapasan otomatis ini terletak di medulla oblongata yang
berperan dalam pernapasan automatik atau spontan dan terletak pada batang otak, pons
yang terdiri dari 2 pusat pernapasan yaitu apeneutik terletak pada dipormasio
retikularis pons bagian bawah untuk mengkoordinasi antara inspirasi dan ekspirasi,
serta terdapat eferen dari sistem otomatis ini dikeluarkan di rami alba spinalis yang
terdapat pada antara bagian lateral dan ventral jaras kortikospinal. Impuls inspirasi
yang telah diteruskan oleh serat saraf akan berkumpul pada neuron motoric N.
Phrenicus pada kornu ventral C3-C5serta neuron motorik intercostales externa yang

11
terletak pada sepanjang segmen torocal medulla. Kemudian impuls ekspirasi akan
dibawa oleh serat saraf yang sepanjang segmen toracal medulla bersatu pada neuron
motorik intercostales interna. (Gregory, 2017)Apabila neuron inspirasi telah diaktifkan,
maka otot ekspirasi akan dihambat oleh neuron motorik, dan begitu pula sebaliknya.
Jaras descendens merupakan peran utama pada persarafan timbal balik yang dibantu
dengan reaksi refleks spinal. Otot agonis akan terangsang sehingga akan menghambat
otot antagonis karena kerja impuls yang melalui jaras descendens. Pada inhibisi timbal-
balik terdapat beberapa aktifitas kecil pada akson N.Phrencus dalam jangka waktu
singkat setelah proses inspirasi. Pernafasan yang halus akan dihasilkan dari keluaran
pasca inspirasi yang diredam daya rekoil elastik jaringan paru. (Gregory, 2017)
e. Pengendalian kimiawi pernafasan
Volume pernapasan yang terdapat pada manusia berbanding lurus dengan laju
metabolisme, dan penghubung yang menghubungkan anatara ventilasi dan metabolisme
bukanlah O2 melainkan CO2. Mekanisme dari pengaturan kimiawi pernapasan sendiri
sedemikian rupa akan menyesuaikan dengan ventilasi sehingga PCO2 alveoli akan bertahan
tetap pada keadaan normal. Pada saat PO2 mengalami penurunan pada tingkat yang tinggi,
maka PO2 akan ditingkatkan oleh H+ yang berlebih. Adanya peningkatan PCO2 ataupun
konsentrasi H+ yang terjadi pada arteri atau oleh penurunan PO2 akan merangsang reseptor
yang ada pada glomus karotikum dan aortikum. Selanjutnya, respon penurunan PO2 akan
menghilang setelah terjadinya denevasi kemoreseptor karotikum kemudian dengan adanya
denervasi glomus karotikum ini, pada pusat pernafasan akan terjadi penekanan langsung
yang disebabkan dari efek utama hipoksia. Hal ini juga mengakibatkan respon perubahan
konsentrasi darah arteri dengan pH yang berkisar antara 7,3-7,5 juga akan menghilang,
walaupun perubahan tersebut dapat menimbulkan efek. (dr. Tjokorda, 2017)
(a) Kemoreseptor dalam batang otak
Kemoreseptor yang ada pada batang otak adalah kemoreseptor yang berperan
dalam perantara terjadinya hiperventilasi. Kemoreseptor ini bekerja pada saat
terjadinya peningkatan PCO2 darah arteri setelah glomus karotikum dan aortikum
didenervasi. Reseptor ini terletak pada permukaan ventral medulla oblongata dan
terletak terpisah dari neuron respirasi baik dorsal maupun ventral. Kemoreseptor
batang otak juga memantau cairan interstisiel otak dan konsentrasi H+ yang berada

12
didalam LCS . H+ dan HCO3- memiliki kecepatan yang lebih lambat jika diandingkan
dengan H+ pada saat menembus membran, termasuk sawar darah otak. Kemudian CO2
yang telah memasuki otak akan segera dihidrasi oleh LCS. Konsentrasi H+ lokal akan
meningkat ketika H2CO3 berdisosiasi, dan cairan konsentrasi H+ akan setara dengan
PCO2 darah arteri. (dr. Tjokorda, 2017)
(b) Respons pernafasan terhadap kekurangan oksigen
Terjadinya peningkatan volume pernafasan semenit disebabkan karena terjadinya
penurunan kandungan O2 udara inspirasi. Perangsangan pada pernafasan akan ringan
selama PO2 masih berada diatas 60 mmHg, sedangkan saat PO turun lebih rendah akan
mengakibatkan perangsangan ventilasi yang kuat. Adanya penurunan PO2 arteri
hingga mencapai dibawah 100 mmHg akan menghasilkan peningkatan lepas muatan
dari kemoreseptor karotikum dan aortikum.kenaikan ventilasi tidak ditimbulkan oleh
peningkatan pelepasan impuls sebelum PO2 turun menjadi lebih rendah dari 60mmHg,
hal ini terjadi pada individu normal karena Hb merupakan asam yang lebih lemah jika
dibandingkan dengan HbO2, hal ini menyebabkan hemoglobin kurang tersaturasi dan
PO2 darah arteri berkurang sehngga akan terjadi sedikit penurnan H+dalam darah
arteri yang menghambat pernafasan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa efek
perangsangan hipoksia tidak akan terjadi sebelum rangsang hiposia cukup kuat untuk
melawan efek inhibisi dari penurunan konsentrasi H+ dan PCO2 darah arteri. (dr.
Tjokorda, 2017)
(c) Pengaruh H+ pada respons CO2
Pada pernafasan ,pengaruh perangsangan H+ dan CO2 bersifat aditif dan saling
berkaitan dengan kompleks, serta berbeda halnya dari CO2 dan O2. Sekitar 60%
kemungkinan dapat terjadi karena pengaruh CO2 pada konsentrasi H+ cairan
interstitial otak. Dan 40% respons CO2 dicegah apabila ventilasi terhadap CO2
dihilangkan saat terjadinya peningkatan H+ darah arteri. (dr. Tjokorda, 2017)
f. Pengangkutan oksigen ke jaringan
Didalam tubuh manusia terdapat sistem pengangkutan oksigen yang terdiri atas sistem
kardiovaskuler dan siste paru-paru. Jumlah oksigen yang diterima oleh paru bergantung
pada pengangkutan oksigen yang menuju jaringan tertentu, begitu juga dengan adanya
pertukaran gas yang terjadi dalam paru dan aliran darah yang menuju jaringan serta

13
kapaitas darah yang mengangkut oksige. Semua hal tersebut akan bergantung dengan
pengangkutan oksigen menju jaringan tertentu yang berada dalam tubuh. Jumlah oksigen
yang larut, afinitas hemoglobin terhadap oksigen, serta jumlah hemoglobin dalam darah
akan menentukan jumlah oksigen yang ada didalam darah. (Gregory, 2017)
(a) Reaksi hemoglobin dan oksigen
Pada sistem pernafasan, hemoglobin akakn berperan sebagai penkatan O2 dan
membawa O2. Hemoglobin merupakan protein yang terbentuk dari bebrapa sub unit,
yang masing-masing dari sub unit tersebut mengandung gugus heme dan melekat pada
sebuah rantai polipeptida. Pada umumnya, hemoglobin mengandung 2 rantai alfa dan
dua rantai beta, hal ini biasa ditemuka pada seseorang dewasa normal. Heme sendiri
merupakan gabungan kompleks yang dibentuk dari satu atom besi fero dan suatu
porfirin. Setiap satu molekul O2 akan diikat oleh keempat atom besi secara reversibel.
Hal ini akan menyebabkan atom besi akan tetap berada dalam bentuk yang sama yaitu
fero, sehingga seaksi pengikatan O2 bukan merupakan oksidasi, namun reaksi
pengikatan ini merupakan reaksi oksigenisasi. Pada reaksi yang terjadi antara
pengikatan hemoglobin dengan O2 biasa ditulis sebagai Hb + O2 ↔ HbO2. Molekul
hemoglobin dapat dinyatakan sebagai Hb4 karena pada setiap molekulnya
mengandung empat unit Hb, dan saat bereaksi dengan O2 akan membentuk Hb4O8.
Hb4 + O2 ↔ Hb4O2
Hb4O2 + O2 ↔ Hb4O4
Hb4O4 + O2 ↔ Hb4O6
Hb4O6 + O2 ↔ Hb4O8
Reaksi yang terjadi tersebut berlangsung secara cepat, membutuhkan waktu kurang
dari 0,01 detik. (Gregory, 2017)
(b) Pertukaran oksigen dan carbondioksida dalam sistem pernapasan
Oksigen yang dibutuhkan manusia akan masuk ke darah dalam kapiler darah yang
menyelubungi alveolus dengan difusi. Setetah itu, hemoglobin akan mengikat sebagian
besar oksigen untuk diangkut ke sel-sel jaringan tubuh. Hemoglobin adalah senyawa
yang tersusun dari hemin dan mengandung unsur besi dan globin yang berupa protein,
hemoglobin merupakan senyawa yang terdapat dalam butir darah merah atau eritrosit.

14
Pengikatan oksigen oleh hemoglobin dapat ditinjau menurut persamaan reaksi berikut
ini :
Hb4 + O2 4 Hb O2(oksihemoglobin) memiliki warna merah jernih (Gregory, 2017)
Reaksi pengikatan oksigen oleh hemoglobin diatas dipengaruhi oleh kadar O2,
kadar CO2, tekanan O2 (P O2), perbedaan kadar O2 dalam jaringan. Tekanan O2
dalam udara inspirasi dipengaruhi oleh proses difusi oksigen ke dalam arteri demikian
juga difusi CO2 dari arteri. Tekanan oksigen yang berada di lingkungan lebih tinggi
dari pada tekanan oksigen yang berada dalam alveolus paru-paru. Hal itu menyebabkan
oksigen dapat masuk ke paru-paru secara difusi.Selanjutnya, O2 akan mengalir melalui
vena pulmonalis dan menuju ke jantung. Dari jantung O2 mengalir melalui arteri
sistemik menuju ke jaringan tubuh, selain itu O2 ini akan dipergunakan di dalam
jaringan. CO2 akan mengalir melalui vena dari jaringan menuju ke jantung. Tekanan
CO2 di jaringan, lebih tinggi dibandingkan vena. Dari jantung, CO2 mengalir melalui
arteri pulmonalis. CO2 akan dilepaskan ke udara bebas melalui arteri pulmonalis.
(Gregory, 2017)
Pengangkutan C02 keluar dari tubuh, pada umumnya berlangsung menurut reaksi
kimia berikut:
a) 02 + H20 Þ (karbonat anhidrase) H2CO3
Pada umumnya setiap liternya, darah hanya dapat melarutkan 4,3 cc CO2 yang
dapat mempengaruhi perubahan pH pada darah menjadi 4,5. Hal tersebut disebabkan
karena terbentuknya asam karbonat. Ada 3 proses yang dapat dilaksanaka dalam
pengangkutan CO2 yakni karbon dioksida larut dalam plasma, dan membentuk asam
karbonat dengan enzim anhidrase. Proses ini memerlukan 7% dari seluruh C. (Gregory,
2017)
b) Karbomino hemoglobin yang mengikat karbo dioksida pada hemoglobin. Reaksi ini
membutuhkan 23% dari seluruh CO2. (Gregory, 2017)
c) Karbon dioksida terikat dalam gugus ion bikarbonat (HCO3) melalui proses berantai
pertukaran klorida yang membutuhkan 70% dari seluruh CO2. Reaksinya adalah
sebagai berikut. (Gregory, 2017)
CO2 + H2O Þ H2CO3 Þ H+ + HCO-3

15
Gejala asidosis dapat disebabkan karena adanya gangguan terhadap pengangkutan
CO2 karena turunnya kadar basa dalam darah. Hal tersebut terjadi karena keadaan
Pneumoni. Begitupun sebaliknya, gejala akalosis akan muncul ketika terjadi akumulasi
garam basa dalam darah. (Gregory, 2017)

2.4 GANGGUAN SISTEM PERNAPASAN


a. Gangguan pada Saluran Pernapasan
(a) Disebabkan oleh infeksi
a) Faringitis
Faringitis merupakan gangguan pada system pernapasan yang berupa
terjadinya infeksi pada mukosa dan struktur limfa pada faring. Faringitis biasa
disebabkan oleh virus dan bakteri . Virus penyebab faringitis yaitu adeno virus,
ECHO virus, influenza dan herpes. Sedangkan bakteri penyebab faringitis yaitu
bakteri Sreptokokus β haemolitikus group A. Selain itu juga bisa disebabkan oleh
faktor faktor lain yang mendukung seperti misalnya asap, uap, dan zat kimia.
Penyakit faringitis dapat menular melalui semburan ludah si penderita. Gejala
gejala yang timbul dari seseorang yang mengidap penyakit ini yaitu seperti lemas,
anoreksia, temperature tubuh naik, sulit menelan, suara serak, kaku dan nyeri pada
otot leher, faring merah, tonsil membesar, dan leukosit tinggi.
Untuk mendiagnosa pasien yang mengalami penyakit ini dapat dilakukan
pemeriksaan pada suhu tubuh. Selain itu juga dapat dilakukan pemeriksaan pada
beberapa organ tubuh seperti tenggorrokan, sinus, telinga, hidung, paru-paru, dan
leher. Dalam pengobatan faringitis yang disebabkan oleh bakteri, pasien dapat
diberi terapi penisilin. Jika pasien tersebut alergi terhadap penisilin maka sebagai
penggantinya yaitu diberi obat bernama eritromisin.sedangkan dalam pengobatan
faringitis yang disebabkan oleh virus maka penderita diberikan aspiria,
acetominipher. Selain dengan pemberian obat diatas, pasien juga dianjurkan untuk
beristirahat yang cukup, mengonsumsi cairan yang banyak, tidak minum minuman
dingin dan minuman yang mengandung alcohol, berkumur menggunakan cairan
NaCL setiap 2 sampai 3 jam sekali untuk mengurangi rasa nyeri pada tenggorokan
(N.Minasari,2008)

16
b) Difteri
Difteri merupakan penyakit pada system pernapasan yang disebabkan oleh
bakteri basil gram positif Corynebacterium diphteriae. Penularan penyakit ini
yaitu melalui kontak dengan karier atau pasien yang terinfeksi melalui berbagai
cara sepert batuk, bersin, maupun kontak langsung saat berbicara. Difteri biasanya
menyerang organ pernapasan seperti hidung, faring, dan laring.Difteri diawali
dengan masuknya bakteri Corynebacterium diphteriae yang terinkubasi selama 2-
4 hari yang nantinya akan menghasilkan toksin. Dengan berjalannya waktu
produksi toksin ini akan memicu timbulnya eksudat pseudomembran dengan
komponen fibrin. Pseudomembran ini awalnya berwarna putih lama kelamaan
berwarna abu abu gelap disertai bintik hjau yang menunjukkan nekrosis. Toksin
yang dihasilkan akan di distribusikan ke seluruh tubuh melalui darah dan limfa
akbanya organ atau jaringan tubuh dapat mengalami kerusakan.
Pada difteri hidung, biasanya ditandai dengan adanya secret hidung
mukopurulen. Difteri ini merupakan difteri ringan karena kemampuan absorpsi
sistematik toksin yang buruk dan dapat diatasi dengan terapi anti-toksin dan
antibiotik. Sedangkan pada difteri faring gejala awal yang Nampak yaitu seperti
malaise, nyeri tenggorokan, anoreksia, dan demam. Dalam jangka waktu 2-3 hari
akan terbentuk membrane yang berwarna putih kebiruan (pseudomembrane) yang
akan meluas sehingga menyebabkan obstruksi saluran pernapasan. Apabila toksin
ini diserap oleh tubuh dalam jumlah besar maka akan mengakibatkan lemas atau
bahkan kematian. Difteri laring terjadi akibat perluasan dari difteri faring. Difteri
laring juga sama berbahayanya dengan difteri faring. Penderita difteri dapat
diobati dengan pemberian serum antioksidan difteri (ADS) dan
antibiotik.(Ricky.Suanders,Suarca.I Kadek,2019)
c) Tonsillitis
Tonsillitis merupakan gangguan system pernapasan yang terjadi karena
perkembangan infeksi pada tonsil sebelumnya yang umumnya disebabkan oleh
virus herpes simplex, Group A beta-hemolyticus Streptococcus pyogenes

17
(GABHS), Epstein-Barr virus (EBV), sitomegalovirus, adenovirus, dan virus
campak. Tonsillitis disebabkan oleh bakteri disebut juga peradangan local primer.
Infeksi pada tonsil akan mengakibatkan nyeri saat menelan atau seperti ada yang
mengganjal saat menelan. Gejala gejala yang dirasakan penderita tonsillitis yaitu
seperti rasa nyeri atau bahkan sakit di tenggorokan dan susah untuk menelan.
Selain itu juga rasa tidak enak badan, nyeri kepala demam, nyeri otot dan
persendian. Gejala lainnya yaitu pembesaran tonsil disertai dengan permukaannya
yang tidak rata sehingga mengakibatkan tenggorokan kering dan napas terasa bau.
Tonsillitis dapat diobati dengan cara seperti memberikan antibiotik golongan
penisilin sekurang kurangnya selama 10 hari. (Ricky.Suanders,Suarca.I
Kadek,2019)
d) Bronchitis
Bronkitis adalah gangguan infeksi pada bronkus. Secara umum bronchitis ini
dibagi menjadi dua jenis aitu bronchitis akut dan bronchitis kronis. Bronchitis akut
disebabkan oleh infeksi mikroorganisme. Bronchitis akut menyerang organ trakea.
Sedangkan bronchitis kronis disebabkan sekresi mucus yang berlebian pada
saluran pernapasan dan biasanya disertai dengan batuk. Jika dilihat dari penyebab
terjadinya bronchitis dibagi menjadi dua yaitu bronchitis infeksiosa dan bronchitis
iritatif. Bronkitis ineksiosa yaitu bronchitis yang disebabkan oleh virus dan
bakteri. Sedangkan bronchitis iritatif yaitu bronchitis yang disebabkan oleh zat
atau benda dari luar yang bersifat iridatif misalnya debu, asap, polusi udara, serta
rokok.Gejala awal yang timbul dari penderita penyakit brnkitis yaitu seperti batuk
yang memiliki lender kental dan terjadi secara terus meneurs, sesak napas, dan
suara napas berbunyi yang dikarenakan adanya penyempitan saluran napas. Untuk
penatalaksanaan fisioterapi dapat dilakukan berbagai cara berikut seperti sinar
infra merah dan chest fisioterapi ( menggunakan tekhnik tapotement, batuk efektif,
dan breathing exercise). (Ricky.Suanders,Suarca.I Kadek,2019)
(b) Disebabkan oleh non-bakteri
a) Rhinitis alergi
Rhinitis alergi merupakan penyakit yang disebabkan adanya reaksi alergi pada
penderita atopi. Rhinitis dibagi menjadi dua macam berdasarkan sifat

18
berlangsungnya, yaitu intermiten apabila gajala gejala muncul kurang dari 4
hari/minggu dan persiten apabla gejala gejala muncul lebih dari 4 hari/minggu.
Sedangkan berdasarkan level keparahannya rhinitis dibagi menjadi dua yaitu
rhinitis ringan apabila tidak diemukan gangguan pada tidur, aktifitas harian, dan
hal hal lain yang mengganggu dan rhinitis sedang atau berat apabila sampai
mengganggu hal hal tersebut. Faktor utama yang terjadi yaitu genetic. Pada rhinitis
yang menyerang anak –anak biasanya disertai dengan alergi lain misalnya urtikaria
dan gangguan pencernaan. Allergen yang menjadi penyebab rhinitis musiman
yaitu serbuk sari atau jamur. Sedangkan allergen pada rhinitis tahunan yaitu debu
dan tungau. Gejala gejala klinis yang dialami penderita rhinitis yaitu diantaranya
bersin bersin berulang ulang. Bersin dianggap sebuah penyakit apabila terjadi
selama 5 kali secara berturut turut. Gejala lainnya yaitu keluar ingus yang cair dan
banyak, hidung tersumbat, hidung dan mata gatal,dan lubang hidung bengkak.
Tanda lainnya yang sebenarnya bukan menjadi ciri khas dari rhinitis yaitu
misalnya batuk, sakt kepala, masalah penciuma.pengobatan penderita peyakit ini
dapat dilakukan dengan cara berikut seperi dengan melakukan terapi dengan
allergen penyebabnya dan eliminasi dan simptomatis. (Ricky.Suanders,Suarca.I
Kadek,2019)
b) Asma
Asma merupakan penyakit inflamasi saluran pernapasan dimana aliran udara
dalam saluran pernapasan terganggu. Faktor terbesar yang mempengaruhi
perkembangan asma yaitu atopi. Pada manusia faktor penyebab dari asma yaitu
debu dan tugau. Selain itu juga dipengaruhi oleh faktor lingkunganseperti perokok
aktif maupun pasif. Asma diawali dengan penyempitan saluran pernapasan yang
disebabkan oleh kontraksi otot polos, edema pada saluran pernapasan, penebalan
dinding slauran pernapasan, dan hipersekresi mucus. Selain hal hal diatas, asma
juga dipengaruhi oeh faktor genetic, obesitas, dan jenis kelamin.Gejala gejala yang
diderita oleh penderita asma yaitu seperti sesak napas, batuk, dan suara napas
terdengar. Pengobatan penderita asma dapat dilakukan dengan cara cara berikut ini
seperti pemberian pemahaman mengenai asma, menilai waktu berlangsungnya
asma, mengenali dan mengendalikan faktor penyebab, dan memberikan obat

19
jangka panjang dengan mempertimbangkan tiga faktor yaitu medikasi, tahapan
pengobatan, dan penanggulangan asma. (Setiawan Kayan,2018)
b. Gangguan pada Alveolus atau Paru Paru
(a) Disebabkan oleh infeksi
a) Pneumonia
Pneumonia merupakan peradangan pada parenkim paru paru distal yang
mengakibatkan onsoidasi jaringan dan ganggua pertukaran gas. Pneumonia dibagi
menjadi dua yaitu pneumonia komunitas dan pneumonia nosocomial. Pneumonia
kounitas merupakan penuonia yag terjadi dilura rumah sakit dengangan
pneumonia nosocomial terjadi lebih dari 2 hari dirawat di rumah sakit selain itu
penuomonia juga dapat diklasifikasikan berdasarkan area paru yang terinfeksi
seperti lobar, multilobar, bronchial, dan intertisial. Pneumonia disebabkan oleh
bakteri, virus, jamur, dan protozoa. Umumnya pneumonia komunitas dibsebabkan
oleh bakteri gram positif seperti Streptococcus pneumonia,
Mycoplasmapneumonia, Hemophilus influenza, Legionella pneumonia, Chlamydia
pneumonia, anaerob oral, adenovirus, dan influenza tipe Adan B. Sedangkan
pneumonia nosocomial disebabkan oleh bakteri gram negatif seperti E.coli,
Klebsiella pneumonia, Pseudomonas aeruginosa, Staphylococcus aureus, dan
anaerob oral.
Penyerangan pneumonia berhubungan dengan 3 faktor berikut yaitu imunitas,
mikroorganisme yang menyerang dan lingkungan. Pada tubuh yang sakit terjadi
ketidakseimbangan antara imunitas dan lingkungan sehingga mikrooorganisme
dapat tumbuh pada paru paru. Umumnya mikroorganisme dapat menyebar dengan
kolonisasi. Bakter berukuran o.5-2 mikron dapat mencapai bronkusul terminal atau
alveolus melalui udara selanjutnya terjadi infeksi pada bagain paru paru.
Mikroorganisme yang masuk bersama dengan secret bronkus ke alveoli
menyebabkan edema atau reaksi radang seluruh alveoli sehingga terjadi
perlawanan fagositoseis oleh antibody.Gejala-gejala yang timbul yaitu sperti
demam, menggigil, berkeringat, batuk (baik yang menghasilkan lender atau tidak,
baik yang menghasilkan darah atau tidak), sakit dada, dan sesak napas. Penyakit
ini dapat diobati dengan melakukan beberapa cara berikut yaitu memberikan

20
antibiotik tertentu terhadap mikroorganisme penginfeksi. (Artini,I Gusti
Ayu.Baharirama,Made Virgo,2017)
b) Tuberkolosis (TBC)
Tuberculosis merupakan penyakit yang menyerang paru paru atau organ
lainnya yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium Tuberculosis. Penyakit ini
ditularkan oleh penderita TB BTA positif melalui percikan dahak saat batuk atau
bersin. Bakteri yang masuk pada paru paru akan berkembang dan membentuk
koloni di paru paru. Lokasi pertama disebut Fokus Primer GOHN lalu menyebar
melalu saluran limfe.Gejala gejala penyakit yang dirasakan yaitu seperti batuk
selama lebih dari 3 minggu dapat disertai dengan darah, demam yang tidak terlalu
tinggi dan biasanya berlangsung lama, penurunan nafsu makan, sesak napas, dan
sakit dada.(Suharyo,2013)
c) SARS-CoV (Severe Acute Respiratory Syndrome-Corrona Virus)
SARS merupakan suatu penyakit yang menyerang paru paru, dimana terjadi
sebuah peradangan yang diakibatkan oleh virus. SARS ditularkan umumnya
melalui binatang. Salah satu virus yang dapat menyebabkan penyait ini yaitu virus
corona Penyakit ini digambarkan merupakan salah satu jenis penyakit pneumonia.
Cara penularan penyakit ini yaitu melalui kontak langsung dengan penderitanya
dengan percikan batuk atau bersin dan penularan melalui udara. Kemunculan
penyakit ini dapat didiagnosis melalui hasil CXR dimana nantinya terdapat lubang
lubang di paru-paru.Gejala gejala yang dialami penderita penyakit ini yaitu
demam, diatas 38 derajat celcius, sesak napas, myalgia, lethargy, gejala
gastrointestinal, batuk, dan radang tenggorokan. Gejala lainnya yang mungkin
timbul ayitu sakit kepala, otot kaku, diare, bintik btintik merah pada kulit, dan
badan terasa lemas.(Julius,2002)
d) MERS-CoV (Middle-East Respiratory Syndrome-Corona Virus)
MERS merupakan penyakit yang menyerang system pernapasan baik ringan
maupun berat. Salah satu penyebab dari penyakit ini yaitu virus corona yang juga
sama halnya dengan penyebab penyakit SARS.penyebaran virus ini diduga dibawa
oleh salah satu jenis kelelelawar di Timur Tengah. Sampai saat ini belum ada
vaksin yang dapat menumpaskan penyakit ini. Selain pada kelelawar virus ii juga

21
dapat dibawa oleh unta. Penularan penyakit ini yaitu melalui kontak langsung
seperti percikan dahak saat bersin atau batuk selain itu jug aterjai penularan tidak
langsung melalui kontak dengan benda yang terkontaminasi virus.
Gejala yang dialami penderita MERS adalah seperti demam, sesak napas,
yang bersifat aku dan biasanya penderita memiliki ko-morbid seperti diabetes,
penyakit ginjal kronik., penyait jantung kronik, hipertensi, dan penyakit paru
kronik. (Andila Ramadhani,2015)
(b) Disebabkan oleh non-bakteri
a) Emfisma Paru-Paru
Emfisma adalah suatu penyakit dimana paru paru mengalami pelebaran
abnormal disertai kerusakan dindingnya. Penyebab utama emfisma yaitu merokok.
Kondisi emfisma ditandai dengan keterbatasan aliran udara akibat napas kecil dan
kerusakan parenkim paru. Berdasarkan strukturnya emfisma dibagi menjadi 4
yaitu,emfisma sentrilobular, emfisma paraseptal, emfisma panlobular, dan
emfisma irregular.Gejala gejala yang dirasakan penderita emfisema yaitu seperti
batuk, napas menjadi pendek, cepat lelah, berat badan turun, bibir dan kuku
menjadi biru. Sedangkan pengobatannya sendiri yaitu melalui obat obatan, terapi
rehabilitasi paru, dan operasi. (Amira,2019)
b) Hipoksia
Hipoksia merupakan keadaan dimana terjadi kekurangan pengikatan oksigen
dalam sel, yang mengakibatkan kerusakan sel. Berdasarkan sebabnya hipoksia
dibagi menjadi 4 kelompok yaitu hipoksia hipoksik apabila kurangnya oksigen
yang masuk ke dalam paru paru, hipoksia anemic apabila darah tidak membawa
oksigen yang cukup, hipoksia stagnan apabila darah tidak mampu membawa
oksigen ke jaringan, hipoksia histotokik apabila jaringan tidak mampu menyerap
oksigen.Akibat dari hipoksia ini antara lain yaitu mengantuk, apatis, kurang focus,
lambat berpikir, dan menurunnya kapasitas kerja. Sedangkan hipoksia akut dapat
mengakibatkan beberapa gangguan seperti pada pertimbnagan, inkoordinasi
motoric, dan alkoholisme akut.(Silvia,2009)

22
BAB III
ISI

3.1 DESKRIPSI STUDI KASUS


Dewasa ini, seluruh penjuru dunia sedang dihebohkan dengan virus yang menyebabkan
terjadinya gangguan terhadap sistem pernapasan. Orang-orang yang tidak menunjukkan
gejala nampaknya dapat menularkan coronavirus baru yang telah menyebabkan wabah di
China.Seorang wanita yang berasal dari Shanghai melakukan perjalanan ke Jerman untuk
tujuan bisnis pada tanggal 19-22 Januari 2020 tidak menunjukkan tanda-tanda penyakit,
termasuk diantaranya batuk dan demam. Dia baru merasa sakit akan melakukan
penerbangan kembali ke China, dan selanjutnya dikonfirmasi wanita tersebut memiliki
virus yang sementara dikenal sebagai 2019-nCoV pada 26 Januari lalu. (WHO,
2019).Namun, pada 24 Januari, seorang pengusaha Jerman berusia 33 tahun yang
mengadakan pertemuan dengan wanita tersebut pada 20-21 Januari, menderita sakit
tenggorokan, kedinginan, dan sakit otot disertai deman dan batuk yang muncul pada hari
berikutnya. Dia mulai merasa lebih baik dan mulai kembali bekerja pada 27
Januari.Setelahnya wanitu itu terkonfirmasi bahwa memilki virus tersebut di Tiongkok,
detektif penyakit mulai bekerja, dengan memeriksa orang-orang yang telah berhubungan
dengan wanita itu – termasuk pengusaha Jerman, yang pada saat itu telah pulih kembali
dari menderita sakit dan tampak sehat selama pemeriksaan di Munich. Namun, hasil tes
menunjukkan bahwa ia memiliki virus tersebut.Rekan kerja wanita tersebut tanggal 28
Januari dinyatakan positif terkena virus tersebut. Satu dari ketiga pasien tersebut yang
memiliki kontak langsung dengan wanita dari Shanghai, dua diantaranya hanya
berhubungan dengan pengusaha Jerman. (Widya, 2020)
Jerman merupakan salah satu negara dari empat negara yaitu Vietnam, Jepang, dan
Amerika Serikat yang dikabarkan terkena infeksi virus lokal luar China. Sebagian besar
kasus di luar China teridentifikasi terkena virus di Tiongkok lalu melakukan perjalanan ke
negara lain.Sampai saat ini, beberapa perdebatan apakah penularan virus corona
asimptomatik. Petinggi kesehatan di China, pada akhir Januari lalu, mengatakan bahwa
mereka telah melihat bukti penyebaran virus macam itu, tetapi petinggi kesehatan AS di

23
WHO telah berulang kali mengatakan bahwa pertanyaan itu yang masih dicoba untuk
mereka jawab. (Widya, 2020)
3.2 DEFINISI KASUS
Corona vorus pertama kali diisolasi dari virus bronkitis yang terdapat pada unggas
pada tahun 1937. Virus ini mampu menghancurkan unggas secara pesat. Sekitar 70 tahun
belakangan ini para ilmuwan telah menemukan penelitian bahwa coronavirus dapat
menginfeksi manusia dan hewan (kucing, tikus, anjimg, kalkun, kuda, babi, dan hewan
ternak lainnya). Baru-baru ini, pihak berenang telah mengidentifikasi bahwa virus tersebut
mulai berkembang pada kawasan Cina dan bahkan sudah menyebar ke negara-negara lain.
Pada tahun 2020, wabah corona telah menyebar hingga ke 25 negara hingga menginfeksi
lebih dari 20 ribu orag di seluruh dunia. Telah diketahui bahwa virus corona telah
menimbulkan korban jiwa mencapai 425 orang per 3 Februari 2020. Pada 30 Januari lalu
WHO menyatakan bahwa penyebaran virus corona patut untuk menjadi perhatian
internasional. Dengan demikian WHO mampu mendesak oranisasi di seluruh dunia dan
pemerintah untuk mengantisipasi penybaran virus corona. Penyakit infeksi yang
disebabkan virus corona ini dinilai sangat mengancam kesehatan manusia dan mirip dengan
penyakit pneumonia selain itu corona virus juga dapat menybabkan penyakit yang dapat
menimbulkan gejala berat seperti SARS dan MERS. Tanda gejalan umum pada infeksi viru
ini adalah demam, batuk dan sesak napas bahkan sampai gangguan pernapasan akut.
(Dirjen Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, 2020)
Pada akhir Desember 2019, terdeteksi kasus pneumonia di Kota Wuhan yang
etiloginya tidak diketahui, hal ini dilaporkan oleh WHO China Country Office. Kemudian
pada tanggal 7 Januari, coronavirus jenis baru telah terdentifikasi dari kasus pneumonia
tersebut. Virus tersebut merupakan jenis (novel coronavirus, 2019 –nCov) . Penyebaran
kasus nCov berlangsung dengan pesat bahlan telah menyebar hingga luar wilayah Wuhan
dan negara lain. Peningkatan jumlah kasus corona tersebut diidentifikasi telah menyebar
secara global hingga tercapai 1320 kasus ke 10 negara dengan 41 kematian hingga pada
tanggal 26 Januari. Rincian kasus tersebut dikonfirmasi telah mencapai 1297 kasus di Cina
(termasuk Hongkong, Taiwan, dan Makau) dengan 41 kematian (39 kematian di Provinsi
Hubei, 1 kematian di Provinsi Heilongjang), jepang (3 kasus), Thailand (4 kasus), Korea
Selatan (2 kasus), Vietnam (2 kasus), Singapura (3 kasus), USA (2 kasus Nepal (1 kasus),

24
Prancis (3 kasus), Australia (3 kasus). Diantara kasus yang ada, telah diidentifikasi bahwa
ada beberapa tenaga kerja yang tlah terinfeksi. Hingga 24 Januari 2020, WHO
menyampikan bahwa penularan virus tersebut terjadi secara terbatas antara manusia dengan
manusia. Tanda-tanda yang ditimbulkan virus tesebu dapat dilihat dengan adanya demam,
kesulitan bernapas. Sebagian besar kasus di Wuhan memiliki riwayat bekerja, menangani,
atau pengunjung yang sering berkunjung ke pasar. Sampai saat ini, penyebab utamanya
belum diketahui secara pasti. (Dirjen Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, 2020)

3.3 CORONAVIRUS
Coronavirus adalah jenis virus yang biasanya mempengaruhi saluran pernapasan
mamalia, termasuk manusia. Mereka mereka terkait dengan pilek, pneumonia, dan sindrom
pernapasan akut yang parah (SARS) dan juga dapat mempengaruhi usus.Coronavirus
pertama kali diisolasi pada tahun 1937 dari virus bronkitis infeksi pada unggas yang
memiliki kemampuan untuk menghancurkan stok unggas secara serius. Virus ini memiliki
kadar infeksi 15 hingga 30 persen flu biasa.(Nanshan, 2019)
Dari data geneteic sequencing, tampaknya ada salah satu yang menularkan ke manusia
lalu, diikuti dari manusia ke manusia. Virus baru ini 79,5% dari urutan genetik dengan
SARS-CoV dan meiliki 96,2% homologi menjadi virus kelelawar. Selain itu, 2019-nCoV
berbagi reseptor entri dengan sel yang sama ACE2 dengan SARS-CoV. Penularan dari
objek apapun itu masih belum jelas yaitu hewan mana yang merupakan spesies peralihan
antara kelelawar dan manusia.Virus corona sebelumnya hanya ditemukan di hewan saja,
tidak ditemukan pada manusia. Penelitian menyebutkan bahwa SARS-CoV ditularkan dari
kucing luwak ( Civet Cats) ke manusia. Sedangkan MERS-CoV dari unta ke manusia.
Coronavirus memang hanya dikenal beredar di hewan saja, belum sampai menginfeksi
pada manusia.WHO telah mengumumkan bahwa nCoV saat ini belum bisa dikategorikan
sebagai Public Health Emergency of International Concern (PHEIC), namun kasus ini
memiliki resiko tinggi di China ataupun global.Umumnya gejala-gejala awal yang terjadi di
pasien yang terinfeksi adalah 90% kasusnya yaitu demam, batuk kering, Distress
pernapasan, dan juga terdapatnya sel darah putih yang rendah. (Daniel, 2020)
Namun, untuk saat ini,dibandingkan dengan 2 coronavirus zoonosis lainnya yang
terjadi dalam 20 tahun terakhir (SARS pada 2002 dan sindrom pernapasan Timur Tengah

25
MERS pada 2012), 2019-nCoV sepertinya memilki infektivitas yang lebih besar (misalnya,
R0 yang lebib tinggi) dan tingkat kematian kasus yang lebih rendah.Masa inkubasi virus ini
dilaporkan 5.2 hari (95% Cl, 4, 1-7, 0),6 meskipun bisa diprediksi sealama 14 hari.
Penularan pada kasus ini pun masih kurang jelas kapan dimulainya, meskipun kasus yang
telah dilaporkan menunjukkan fase penularan selama ini tanpa gejala, kemungkinan
sebagian besar kasus sekunder berasal dari individu yang memiliki gejala-gejala
tersebut.Sebagian besar tanda-tanda gejala klinis yang dilaporkan adalah demam dengan
beberapa kasus mengalami kesulitan bernapas dan hasil rontgen menunjukkan infiltrat
pneumonia luas di kedua paru-paru.menurut hasil penyelidikan epidemiologi awal,
sebagian besar kasus di Wuhan memiliki riwayat bekerja atau pengunjung yang sering
berkunjung ke pasar grosir makanan laut Huanan yang dikaitkan secara epidemiologis.
Beberapa pasien diantaranya juga memiliki gejala lain seperti mialgia, sakit kepala, sakit
tenggorokan, dan diare.Usia rata-rata pasien adalah antara 49 dan 56 tahun. Kasus pada
anak-anak masih jarang terjadi. Meskipun sebagian besar kasus tampaknya ringan, semua
pasien yang dirawat di rumah sakit menderita pneumonia dengan infiltrat pada rontgen
dada dan opasitas glass ground pada tomografi komputer yang dikomputasi. (Carlos, 2020)
Sekitar sepertiga pasien tersebut kemudian ditelusuri menderita sindrom gangguan
pernapasan akut dan memerlukan perawatan di unit perawatan intensif. Terutama untuk
pasien dengan kondisi komorbiditas seperti diabetes atau hipertensi. Ketika seorang pasien
datang dengan gejala demam dan pernapasan (khususnya batuk kering). Dokter harus
mengindentifikasi riwayat pasien tersebut dengan detail. Jika pasien tersebut sebelumnya
melakukan perjalanan ke Hubei dalam 14 hari terakhir, maka mereka harus dianggap
sebgaai orang yang masuk dalam penyelidikan (PUI).Standar pencegahan awal penyebaran
infeksi tersebut termasuk mencuci tangan secara teratur, menutupi mulut dan hidung ketika
batuk dan bersin, memasak daging dan telur dengan seksama. Hindari kontak dekat dengan
siapapun yang menunjukkan gejala-gejala penyakit pernapasan seperti batuk dan bersin.
(Daniel, 2020)

26
3.4 ASPEK KLINIS
Virus Corona (Coronavirus (CoV)) adalah virus RNA besar yang berselubung yang
menyerang sistem pernafasan juga dapat mempengaruhi usus . Dua jenis coronavirus yang
sudah teridentifikasi ,yaitu Middle Easr Respiratory Syndrome (MERS-CoV) dan Severe
Acute Respiratory Syndrome (SARS-CoV). Coronavirus berbentuk mahkota yang
strukturny seperti tancapan paku-paku yang terbuat dari S glikoprotein. Struktur ini akan
terikat pada se inang yang dapat menyebabkan virus dapat masuk ke dalam sel inang.
Virus ini merupakan virus RNA strand positif terbesar.Coronavirus ini berkembang biak
pada reseptor yang terdapat di saluran pernapasan. Di tubuh manusia hanya terdapat
beberapa reseptor tempat virus berkembang yakni saluran pernapasan dan saluran cerna.
Dirtinjau dari beberapa laporan, masa inkubasi virus corona mencapai 14 hari dan setelah
itu akan timbul gejala-gejala, namun pada beberapa penelitian masa inkubasi virus korona
dapat mencapai 24 hari yang tidak ditandai dengan munculnya gejala-gejala. (Hidayah,
2020)
Gejala klinis yang ditimbulkan akibat terinfeksi virus corona adalah flu seperti hidung
yang selalu berair. Beberapa pasien terinfeksi virus corona juga mengeluhkan sakit kepala,
memiliki dahak, hingga diare. Ada juga yang merasa nyeri tenggorokan, infeksi saluran
napas berat atau pneumonia dan sesak napas. Pada beberapa orang yang terinfeksi virus
corona dan mengalami pneumonia akan menyebabkan pertukaran oksigen bisa terganggu
sehingga bisa terjadi gagal napas yang berujung kematian. Pada paru-paru seseorang yang
terinfeksi virus corona terdapat bercak putih yang meluas ke bagian bawah paru-paru yang
biasa disebut ground glass opacity atau pengisian parsial rung udara di paru-paru. Untuk
mendeteksi lebih jelas dapat dilakukan menggunakan sinat X. Hasil sinar X pertama akan
memperlihatkan adanya bercak putih di paru-paru . Setelah 3 hari hasil sinar X pertama,
sinat X yang kedua akan menampakkan bercak putih yang tampak yang lebih jelas.
(Hidayah, 2020)

3.5 MANAJEMEN KLINIS


Berdasarkan pedmoan rekomendasi dari WHO terdapat manajemen klinis yang
ditujukan kepada tenaga kerja klinis untuk pasien yang mengidap ISPA akibat iveksi virus
corona. Infeksi ini dapat mengakibatkan penyakit ringan sampai berat seperti pneumonia,

27
SARS, dan MERS. Pasien dengan gejala ringan maka rawat inap tidak diperlukan, berbeda
dengan pasien yang terkena penyakit berat maka perlu tindakan-tindakan khusus di rumah
sakit. Sampai saat ini belum ditemukan obat spesifik penyembuh infeksi virus corona.
Akan tetapi, dapat dilakukan tindakan pencegahan dan tindakan segera atau yang disebut
dengan manajemen klinis ketika seorang pasien terjangkit virus ini. Manajemen klinis juga
berfungsi untuk mencegah perburukan kondisi pasien. Tatalaksana pasien di rumah sakit
dibagi menjadi beberapa jenis berikut ini.
a. Terapi Suportif Dini dan Pemantauan
(a) Pasien ISPA berat, distress pernapasan, dan hipoksemia diberikan suplementasi
oksigen.
(b) Pasien dengan ISPA berat tanpa mengalami syok maka diberi tindakan berupa
manajemen cariran konservatif misalnya cairan intravena. Pemberian cairan ini
harus dilakukan secara hati hati.
(c) Pemberian antibiotik empiric secepatnya berdasarkan diagnosis klinis(pneumonia
komunitas dan nosocomial), epidemiologi, peta kuman dan pedoman pengobatan.
(d) Untuk pengobatan pneumonia maka jangan memberikan kortikoseroid sistemik
secara sering karena dapat menyebabkan efek samping yang serius seperti
terjadinya replikasi virus yang berkelanjutan.
(e) Perlu diperhatikan terapi mana yang akan lanjut dan man ayang harus berhenti
tergantung dnegan kondisi pasien.
b. Pengumpulan Spesimen Untuk Diagnosis Laboratorium
Pasien virus corona dengan perawatan klinis apabila telah melewati hasil pemerikasaan
Real Time-Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) dua kali berturut turut selama 2-4 hari
maka dapat keluar dari rumah sakit
c. Manajemen Gagal Napas Hipoksemi dan ARDS
Gagal napas terjadi apabila pasien dengan distress pernapasan mengalami kegagalan
terapi oksigen standar.
(a) Pemberian HFNO (High-Flow Nasal Oxygen) pada pasien hipoksemi tertentu
dengan pengawasan yang ketat karena apabila terjadi perburukan atau tidak terjadi
perbaikan maka akan dilakukan intubasi segera. Sedangkan penggunaan NIV(Non-
Invasif Ventilasi) tidak direkomen dasikan pada pasien penderita penyakit ini.

28
(b) Melakukan tindakan intubasi endotrakeal pada pasien ARDS oleh tenaga medis
terlatih
(c) Melakukan ventilasi mekanik menggunakan volume tidal sesuai dengan berat
badan. Tindakan ini sangat direkomendasikan untuk pasien ARDS dan disarankan
untuk pasien gagal napas karean sepsis.
(d) Melakukan ventilasi dengan prone position>12 jam perhari pada pasien penderita
ARDS berat.
(e) Manajemen cairan konservatif untuk pasien ARDS tanpa hipoperfusi jaringan
sehingga dapat mempersingkat penggunaan ventilator.
(f) Menggunakan PEEP lebih tinggi pada paasien RDS sedang atau berat.
(g) Tidak dianjurkan menggunakan obat pelumpuh otot pada pasien ARDS sedang atau
berat.
(h) Menggunakan ECLS (Expertise in Extra Corporal Life Support) pada pasien ARDS
(i) Menghindari terputusnya hubungan ventilasi mekanik dengan pasien karena dapat
mengakibatkan terputusnya PEEP.
d. Manajemen Syok Septik
Syok septik terjadi apabila hipotensi yang menetap sehingga diperlukan beberapa
tindakan dibawah.
(a) Pemberian resusitasi. Pada dewasa diberikan cairan kristaloid isotonic 30 ml/kg
sedangkan pada anak anak diberikan bolus secara cepat
(b) Tidak diperbolehkan menggunakan resusitasi kristaloid hipotonik, kanji, atau
gelatin .
(c) Hentikan pemberian resusitasi apabila tidak terjadi respond an muncul tanda-tanda
kelebihan cairan karena dapat mengakibatkan sesak napas.
(d) Pemberian vasopressor ketika syok tetap berlangsung meskipun sudah diberikan
resusitusi yang cukup. Jika kateter vena sentral tidak tersedia, maka dapat melalui
intravena perifer.
(e) Pertimbangkan pemberian obat inotrope seperti dobutamine jika perfusi tetap buruk
dan terjadi disfungsi jantung.(Sitohang,drg.Vensya.M.Epid.,2019)

29
BAB IV
PENUTUP

4.1 KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan,dapat disimpulkan sebagi berikut :
a. Sistem pernafasan atau respirasi adalah suatu sistem dimana manusia menghirup udara
dan mengeluarkan karbondioksida. Proses respirasi dibagi menjadi 2 yaitu :respirasi
luar yaitu pertukaran antara oksigen dan karbondioksida antara darah dan udara dan
respirasi dalam yaitu pertukaran oksigen dan karbondioksida dari aliran darah ke sel-sel
tubuh.
b. Proses pernafasan dibagi menjadi 3 proses dasar ,yaitu inspirasi dan ekspirasi,
pertukaran gas antara paru-paru dan darah, serta respirasi internal. Ada dua cara
pengambilan pernafasan , yaitu pernafasan dada yaitu pernafasan dengan adanya peran
otot-otot tulang dan pernafasan perut yaitu pernafasan dengan adanya peran otot
diafragma.Dalam menjalankan proses pernafasan, sistem pernafasan memiliki berbagai
organ yang saling bekerja sama dalam menghirup udara dan mengeluarkan
karbondiroksida. Respirasi bertujuan untuk memperoleh energi. Proses pernafasan
dimulai dari hidung ,tenggorokan, bronkus, bronkiolus, dan alveolus yang memproses
pengambilan oksigen dan pengeluaran karbondioksida yang dibantu oleh darah.
c. Contoh penyakit pada sistem pernafasan seperti flu,asthma,bronkitis,pneumonia,kanker
paru-paru ,dan lain-lain.Salah satu gangguan yang terjadi di sistem pernafasan adalah
virus corona. Virus corona adalah virus yang menyerang sistem pernafasan dan
berbahaya.Virus berdampak terhadap penyakit pneumonia, SARS , dan MERS. Jadi ,
coronavirus19 yang berada di China ini mirip satu keluarga dengan SARS dan MERS
serta virus Corona tetapi genomnya berbeda. Disinyalir mutasi dari virus corona yang
awalnya menginfeksi kelelawar.

4.2 SARAN
Sistem pernafasan merupakan bagian penting dalam kehidupan manusia karena salah
satu energi yang dibutuhkan oleh manusia diperoleh dari proses pernafasan. Sehingga

30
organ-organ pernafasan perlu dijaga kesehatannya. Ada berbagai upaya menjaga sistem
pernafasan seperti :
a. Olahraga rutin dan teratur
Dengan olahraga yang rutin dan teratur,paru-paru akan dapat bekerja dengan
baik,fungsi otak meningkat,energi meningkat dan tubuh juga menjadi lebih kuat terhadap
berbagai macam virus
b. Menjaga asupan makanan yang sehat dan bergizi
Makanan yang mengandung antioksidan sangat baik untuk menjaga dan memperbaiki
organ pernafasan seperti sayur dan buah.
Menyikapi adanya virus corona memerlukan perhatian dari pemerintah dan masyarakat
karena membutuhkan penanggulangan dan penanganan yang tepat agar tidak berkembang
dan menyebar lebih luas dengan cara :
a. Menjaga kesehatan organ sistem pernafasan terutama paru-paru.
b. Menjaga lingkungan seperti mencegah adanya polusi udara dengan cara penanaman
pohon di lingkungan sekitar.

31
DAFTAR PUSTAKA

Setiawan,Kayan.2018,Asma Bronkial,Fakultas Kedokteran Universitas Udayana,RSUP


Sanglah Denpasar.
Suharyo,2013,Determinasi Penyakit Tuberkulosis di Daerah Pedesaan, Program Stud
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Universitas Dian Nuswantoro, Indonesia
Saunders,Ricky.Suarca,I Kadek.Diagnosis dan Tatalaksana Difteri.SMF Ilmu Kesehatan
Anak RSUD Wangaya,Denpasar,Bali.
Silvia,2009,Aktivitas Spesifik Hipoksia, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Ramadani,Andila .2015,Implementasi Surveilans Middle East Respiratory Syndroe-Corona
Virus dan Ebola di Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas 1 Surabaya Wilayah Kerja
Juanda,Bagian Epidemiologi da Biostatistika Kependudukan Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Jember.
Amira Permatasari Tarigan,2019, Jurnal Respirologi Indonesia, Perhimpunan Dokter Paru-
Paru Indonesia
Surjawidjaja,Julius E.Mei-Agustus 2003,Sindrom Pernapasan Akut Parah (severe acute
respiratory syndrom/SARS): suatu epidemi baru yang sangat virulen.Bagian Mikrobiologi
Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti.
Artini,I Gusti Ayu.Baharirama,Made Virgo.Maret 2017.Vol 6 No.3.Pola Pemberian
Antibiotika Untuk Pasien Community Acquired Pneumonia Anak di Instalasi Rawat Inap
RSUD Buleleng Tahun 2013. E-Jurnal Medika. Program Studi Dokter Bagian Farmakologi
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana.
Isbaniah,dr.Fathiyah,Sp.(K),Saputro,dr. Dimas Dwi,Sp.A.,Sitompul,dr.Pompini
Agustina,Sp.P(K),Manalu
,dr.Rudy,SpAn.,Setyawaty,Dr.dr.Vivi,Mbiomed.,Puspandari,dr.Nelly,Sp.MK,Puspa,Kartika
Dewi,S.Si.Apt.,Anjari,S.Kom,SH.,Handayani,Dwi,S.Sos.,Purba,Theresia Rhabina
Noviandari,MKM.,Supriyanto,Kadar,SKM.,Esrawati,drh.Maya.,Hermana,dr.
Rian.,Wulandari,dr.Endang Widuri.,Hapsari,dr. Ratna Budi ,MKM.,Prasetyowati,
drh.Endang Burni,M,Kes.,Dinihari,dr.Triya
Novita,M.Kes.,Irwanda,dr.Mirza,Sp.KP.,Septiawati,dr.Chita,MKM.,dr.Irawati,M.Kes.,Aziz
a,dr.Listiana,Sp.KP.,Aqmarina,Adistikah,SKM.,Ihasan,Maulidiah,SKM.,Wisdhanorita,And

32
ini,SKM,M.Epid.,Putri,Luci
Rahmadani,SKM.,Nasir,dr.A.Muchtar,M.Epid.,Ibrahim,SKM.,Kursianto,SKM,M.SI.,Rosid
a,Mariana
Eka,SKM,Syafri,Perimisdilla,SKM.,Surianti,Rina,SKM.,Suharto,SKM.,Mendra,Leni,SST.,
Fajria,Dwi Annisa,SKM.,2020,Pedoman Kesiapsiagaan Menghadapi Infeksi Novel
Coronavirus (2019-nCoV),Kementrian Kesehatan RI,Direktorat Jendral Pencegahan dan
Pengendalian Penyakit.Jakarta.
Sitohang,drg.Vensya.M.Epid.,2019,Novel Corona Virus (2019-nCoV),Direktur Surbeilans
dan Karantina Kesehatan, Kementrian Kesehatan RI.
Saminan,2016,Efek Obstruksi Pada Saluran Pernapasan Terhadap Daya Kembang Paru.
Rahayu,Agustin E.B.,Muninggar,Jodelin,Ayub,Made R.S.S.N,2016,Menentukan
Karakteristik Dinaika Fluida pada Laju Aliran Pernapasan Upper Respiratory Airway
Para Perokok Aktif,Jurusan Fisika Fakultas Sains dan Matematika,Jurusan Pendidikan
Fisika Fakultas Sains dan Matmatika,Universitas Kristen Satya Wacana,Salatiga.
Marunduh,S.R.,Rampengan,J.J.V.,Molenaar,Ray E.,2014,Forced Expiratory Volume in
One (FEV-1) Pada Penduduk yang Tinggal di Dataran Tinggi,Bagian Fisiologi Fakultas
Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado,Manado.
Fernandez,Gregory James,Saturti,dr.Tjokorda Istri Anom,SpPd.,2017,Sistem
Pernapasan,Fakultas Kedokteran Universitas Udayana,RSUP Sanglah.
Fatahillah,Arif,Suharto,Putra,Andhi Septian Hadi,Agustrus 2017,Analisis Sirkulasi Udara
Pada Sistem Pernafasan Manusia Menggunakan Metode Volume Hingga,Pendidikan
Matematika Universitas Jember
N.Minasari,2008, Infeksi Laring Faring, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera
Utara Medan

33
INDEKS
Acetominipher, 16 Eferen, 11
Adenovirus, 15, 17, 19
Emfisema, 21
Airway resisitance, 1, 2
Empiric, 29
Alkoholisme, 21
Endotrakeal, 30
Alpha tumor faktor, 26
Energy, 1
Alveoli, 1, 5, 7, 12, 20,
Enzim, 2, 15
Atmosfer, 2, 5
Epidemi, 17
Anoreksia, 16, 17
Epidemiologi, 25, 29
Anterior, 6
Eritromisin, 16
Aortikum, 12, 13
Etilogi, 3, 23
ATP, 5
Fagositoseis, 20
Bakteri, 15, 16 17, 18, 19, 20, 21, 26,
Faring, 2, 5, 6, 8, 15, 16, 17
Bradikinin, 26
Faringitis, 15, 16,
Bronkiolus, 2, 7, 8
Front, 1
Bronkus, 1, 2, 7, 8, 17, 18
Gelatin, 30
Chest fisioterapi, 18
Glikoprotein, 25
Choanae, 6
Haemolitikus, 15
Compliance work, 1
Hemoglobin, 13, 14, 15
Coronavirus, 3 , 20, 22, 23, 24, 25, 26, 28,
Herpes, 15, 17
29
Hipotonik, 30
Cortex cerebri, 11
Hipoksemia, 27, 29
Diabetes, 21, 25
Imunitas, 19
Difteri, 16, 14
Infeksi, 19, 20, 22, 23, 24, 25, 26, 28, 29
Difusi, 8, 14,
Inferior, 6
Disfungsi, 30
Infiltrat, 4, 25, 27
Distress pernapasan, 24, 29
Inflamasi, 18, 26
Dobutamine, 30
Influenza, 15, 19
Inhibisi, 11, 13
34
Ebola, 28
Inkubasi, 16, 24, 26 Mekanisme, 8, 9, 11, 12
Intercostales, 11 MERS, 20, 21, 23, 24, 25, 28, 29
Intercostales interna, 11 Metabolisme, 1, 2, 12
Interstisial, 12, 13, 17 Morbiditas, 3, 25
Irreguler, 21 Mortalitas, 3
Kanji, 30 Motorik, 11, 21
Kapiler, 6, 7, 8, 9, 14 Mukosa, 1, 6, 15
Karbondioksida, 1, 5, 7, 8, 9 Myalgia, 20
Kardiovaskuler, 13 Nasofaring, 6
Kartilago, 6, 8 Nekrosis, 16
Klinis, 3, 18, 25, 26, 29, Neuron, 11, 12
Konka, 6 Noninflamasi, 26
Kortikospinal, 11 Nosocomial, 19, 29
Kristaloid, 30 Obesitas, 19
Kronik, 21 Obstruksi, 1, 17
Laring, 2, 5, 6, 8, 16, 17 Obstruktif, 2
Leukosit, 16, 27 Oksigen, 1, 2, 5, 7, 8, 9, 12, 13, 14, 21,
Leukopenia, 27 26, 29,

Leuktorien, 26 Olfaktori, 6

Lethargy, 20 Pandemi, 27

Lobar, 7, 8, 19 Panlobular, 21

Lobaris, 7, 8 Paraseptal, 21

Lobus segmentalis, 7 Penisilin, 16, 17

Malaise, 17, 26 Pneumonia, 3, 19, 20, 23, 24, 25, 26, 29

Malnutrisi, 26 Polipeptida, 13

Manifestasi, 3 Pons, 11, 12, 13

Mantel lender, 1 Porfirin, 14


Prodromal, 27
35
Medulla oblongata, 11, 12
Proporsi, 1 Vaskuler, 13
Protozoa, 19 Vasopressor, 30
Pseudomembran, 16, 17, 19 Ventilator, 30
Radiologis, 27 Virus, 3, 15, 16, 17, 19, 20, 21, 22, 23,
Resonansi, 6 24, 25, 26, 28, 29

Respirasi, 1, 2, 5, 6, 7, 8, 12 Volume residu, 10, 11

Reversibel, 14 Volume tidal, 9, 10, 11

Rhinitis, 18 Volunter, 11

Rontgen, 3
SARS, 3, 20, 23, 24, 25, 26, 27,
Sebasea, 6
Sel, 1, 2, 5, 7, 9, 14, 24, 26
Septik, 30
Silia, 7
Sinus, 16
Sitomegalovirus, 17
Sudorifera, 6
Spuntum, 1
Sreptokus, 17, 19
Thromboxan, 26
Tractus respiratorus, 2
Toksin, 16, 17
Tonsil, 16, 17
Torocal medulla, 11
Tuberkolosis, 20
Tungau, 1, 18
Urtikaria, 18

36
Vaksin, 21, 28

37
SOAL

1. Bagaimana tahapan coronavirus bisa menularkan virusnya?

Jawab :

Coronavirus menularkan virusnya melalui kontak fisik dengan pasien yang terinfeksi dengan
gejala demam, sesak napas, batuk kering dan juga distress pernapasan. Namun, pasien terinfeksi
juga setelah mengalami gangguan tersebut bisa sehat kembali, tetapi,virus dalam tubuh pasien
masih berkembang.

2. Bagaimana mekanisme pernapasan manusia pada saat berbicara dan makan sehingga dapat
stabil?
Jawab :

Mekanisme pernapasan menggunakan sistem volunter yang melibatkan kerja corteks cerebri
dan medulla spinalis. Corteks cerebri akan mengirimkan impuls ke neuron motorik melalui traktus
kortikospinal. Corteks cerebri berperan penting dalam mengendalikan pernapasan seperti menahan
napas pada saat berbicara dan makan. Kemudian kontrol volunter pernapasan akan menghantarkan
impuls pada neuron motorik respiratordari medulla spinalis yang mengakomodasi kegiatan
berbicara dan makan sehingga manusia dapat mengatur pernapasan saat berbicara dan makan.

1
Bab I Bab I

Bab II Bab II
Bab II Bab II

Bab II Bab II
Bab III. Bab III

Bab III
Bab III
Bab III
Bab IV

Kata pengantar
Keterangan :
700 x 3%= 21
996 x 2%= 20
41/9178 x 100%= 0.44%

Anda mungkin juga menyukai