Anda di halaman 1dari 10

Jurnal Ilmu Manajemen & Bisnis / V o l . 0 1 N o .

0 2 Ma r e t 20 1 1

Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Resistensi Individual


pada Transformasi Organisasi di PT. Telkom Indonesia Tbk. Bandung

Rinawati1

Abstrak

Resistensi individual pada transformasi organisasi merupakan penolakan yang muncul pada individu terhadap adanya perubahan
dalam suatu organisasi. Adanya resistensi atau penolakan tersebut dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu: kebiasaan, rasa aman,
faktor ekonomi, rasa takut, dan persepsi selektif. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar faktor-faktor
tersebut berpengaruh terhadap resistensi individual pada transformasi organisasi di PT. Telkom Indonesia Tbk. Bandung.
Metode yang digunakan dalam penelitian metode survey yang mana sebagai populasinya adalah karyawan corporate PT. Telkom
Indonesia yang berjumlah 200 responden, dengan sample 67 responden.
Hasil penelitian menunjukan sebagai berikut: (1) terdapat pengaruh yang signifikan dan positif antara kebiasaan terhadap resistensi
individual pada transformasi organisasi dengan prosentase sebesar 6.45%, (2) terdapat pengaruh yang negatif dan tidak signifikan antara
rasa aman terhadap resistensi individual pada transformasi organisasi dengan prosentase sebesar 2.31%, (3) terdapat pengaruh yang positif
dan signifikan antara faktor ekonomi terhadap resistensi individu pada transformasi organisasi dengan prosentase sebesar 11.76%, (4)
terdapat pengaruh yang signifikan dan positif antara rasa takut terhadap resistensi individu pada transformasi organisasi dengan prosentase
sebesar 22.46%, (5) terakhir terdapat pengaruh negatif dan tidak signifikan antara persepsi selektif terhadap resistensi individu pada
transformasi organisasi prosentase dengan sebesar 8.58%, dan (6) secara bersama-sama kelima variabel independen memberi pengaruh
sebesar 39.81% terhadap variabel dependen.

Kata Kunci : Faktor Ekonomi, Kebiasaan, Persepsi Selektif, Rasa Aman, Rasa Takut, Resistensi Individual

1. Pendahuluan
Persaingan global yang semakin intensif, teknologi Perubahan merupakan sesuatu hal yang pasti
yang berkembang pesat, pergeseran demografi, keadaan terjadi dan akan terjadi, dan hal ini sudah diketahui oleh
perekonomian yang fluktuatif, dan perubahan-perubahan manusia sejak dulu, dengan demikian bahwa manusia
dinamis lainnya telah memicu perubahan kondisi perlu senantiasa berubah sesuai dengan tuntutan
lingkungan di sekitar organisasi. Lingkungan bisnis telah perubahan itu sendiri. Perubahan yang dimaksud adalah
mengalami perubahan, yang pada awalnya stabil, dapat perubahan dalam prilaku, perubahan dalam sistem nilai dan
berubah menjadi lingkungan yang penuh ketidakpastian, penilaian, perubahan dalam metode dan cara-cara bekerja,
kompleks, dan cepat berubah. serta perubahan dalam cara berpikir dan bersikap. Dengan
Menghadapi perubahan tersebut, perusahaan harus kata lain bahwa manusia perlu senantiasa menyesuaikan
lebih kompetitif dan lebih fleksibel. Perusahaan sebaiknya diri dengan perubahan dan tuntutan perubahan. Tidak
mengkaji ulang terhadap kebijakan, praktek manajemen berbeda dengan manusia, organisasi pun perlu
yang sifatnya hirarki dan fungsional, dan bergeser pada menyesuaikan diri terhadap suatu perubahan. Perubahan
praktek-praktek baru dibidang manajemen yang lebih yang terjadi dalam suatu organisasi disebabkan adanya
fleksibel. Fleksibilitas, saat ini menjadi persyaratan penting perkembangan di lingkungan sekitar.
bagi suatu organisasi, karena dalam fleksibilitas Perubahan pada umumnuya mencakup faktor
memungkinkan organisasi untuk lebih inovatif, dan adaptif sosial, politik-yuridis, ekonomi dan teknologi serta
dalam merespon lingkungan yang cepat berubah. lingkungan. Secara khusus, aneka macam perubahan

1
Mahasiswa Magister Manajemen Bisnis / Sekolah Pasca Sarjana Univeritas Pendidikan Indonesia 50-59
Jurnal Ilmu Manajemen & Bisnis

terjadi disekeliling kehidupan, diantaranya yang terkait kecil, berupa struktur organisasi dirubah menjadi
dengan dunia bisnis adalah makin meluasnya pasar-pasar, boundaryless, dan mengutamakan kualitas layanan kepada
umur produk semakin singkat, orientasi pasar semakin pelanggan. Perubahan ini berjalan lancar, tanpa hambatan
meningkat, fungsi staf versus fungsi garis, otomatisasi (Abrahamson, 2000).
pekerjaan, dan berubahnya nilai-nilai sosial manusia. Ada banyak cara atau pendekatan yang dilakukan
Perubahan yang dimaksud di sini adalah oleh perusahaan dalam melakukan transformasi
transformasi organisasi, yaitu perubahan-perubahan organisasional, yaitu dengan melakukan reengineering,
organisasional yang disebabkan oleh kekuatan-kekuatan membentuk virtual organization, high performing work
internal dan eksternal, sifatnya radikal, atau evolusioner, teams, globalized self-managing work teams, total quality
tetapi dalam konteks lain transformasi organisasional management, empowered organization, boundaryless
sebagai wujud respon organisasi terhadap lingkungan, organization.
Ross Perot seperti dikutip oleh Walker (1988) menyatakan Dari kasus di atas dapat kita simpulkan bahwa
bahwa: “slow, gradual, evolutionary change is the same as keharusan untuk melaksanakan perubahan dewasa ini
none at all”. Perubahan yang terjadi dapat melalui dalam lingkungan yang penuh turbulensi dan dinamika,
evolusioner atau revolusioner. Perubahan-perubahan yang merupakan sebuah fakta kehidupan bagi organisasi-
sifatnya lambat, bertahap, evolusioner dipandang tidak organisasi dan tidak boleh menunggu hingga mereka
dapat mengakomodasi perubahan lingkungan yang cepat. mengalami kemunduran barulah mereka melaksanakan
Jadi, perubahan-perubahan organisasional yang perubahan-perubahan, serta secara terus-menerus
evolusioner tidak relevan dengan perubahan lingkungan memprediksi dan mengantisipasi kebutuhan akan
yang cepat. perubahan.
Perubahan radikal dalam transformasi Perubahan di lingkungan bisnis yang berlangsung
organisasional memunculkan tantangan berat bagi amat cepat, menuntut perubahan paradigma pengelolaan
organisasi saat ini, bagaimana organisasi dapat melakukan di PT. Telkom Indonesia, yang dalam hal ini PT. Telkom
transformasi organisasional tanpa menimbulkan masalah, melakukan transformasi secara menyeluruh yang berkaitan
atau dampak yang menyakitkan bagi anggota dengan bisnis, infrastruktur, sistem dan model operasi,
organisasinya. Perubahan tidak selalu diterima oleh serta transformasi sumber daya manusia. Perubahan ini
anggota organisasi, lebih-lebih oleh anggota yang terkena dilakukan dengan tujuan agar PT. Telkom tetap eksis dan
dampak perubahan tersebut, agar perubahan yang mampu bersaing dengan perusahaan baru yang mimiliki
dilakukan dapat berhasil, dan tidak menimbulkan dampak bidang usaha yang sama.
yang menyakitkan bagi anggota organisasi maka organisasi Transformasi organisasi dilakukan untuk
tidak boleh melakukan perubahan secara terus-menerus, mewujudkan sebuah aplikasi praktis dari keyakinan yang
organisasi harus mengetahui kapan saat yang tepat untuk hakiki (belief) dalam praktek manajemen sehari-hari,
melakukan perubahan. hasilnya akan semakin kuat walaupun hal ini sangat sukar
Perubahan besar dan perubahan kecil harus pada awalnya. Misalnya, transformasi produk dari sekadar
dilakukan pada interval waktu yang tepat. Hal ini disebut meng-copy produk pesaing atau bahkan memalsu merek
dengan dynamic stability (Abrahamson, 2000). Misalnya, pesaing menjadi merek sendiri, akan membawa
General Electric betul-betul mengetahui kapan saat yang ketenangan sekaligus ketegangan dalam implementasinya.
tepat untuk melakukan perubahan besar atau kecil dan Pengalaman selama ini menunjukkan bahwa
untuk berhenti melakukan perubahan. Tahun 1980-an, GE transformasi organisasi senantiasa diawali oleh suatu
melakukan perubahan besar, melakukan restrukturisasi, kebutuhan yang berkaitan dengan tuntutan bisnis. Tujuan
downsizing, dan penutupan sebagian unit bisnisnya. bisnis menjadi pedoman dalam pengelolaan organisasi,
Perubahan besar ini tentu mempunyai dampak yang termasuk dalam transformasi. Tujuan bisnis yang selalu
menyakitkan, tetapi perubahan ini harus dilakukan, jika berkembang (namun tetap dalam koridor visi dan misi)
tidak hal yang lebih menyakitkan akan terjadi di masa yang memberi pengaruh dalam manjemen perusahaan. Satu
akan datang. Tahun 1990-an GE melakukan perubahan diantaranya yaitu penyesuaian dalam struktur organisasi,

V o l . 0 1 N o . 0 2 Ma r e t 2 01 1 51-59
Jurnal Ilmu Manajemen & Bisnis

yang mana menyesuaikan terhadap strategi yang telah banyak kesalahan, bekerja lambat, banyak absensi, bahkan
ditetapkan untuk mencapai tujuan. dalam bentuk terang-terangan misalnya menyatakan
PT. Telkom telah melakukan perubahan-perubahan ketidaksetujuan, protes, atau lebih keras lagi dalam bentuk
diantaranya adanya nilai-nilai baru yakni peluncuran demonstrasi (Cummings dan Worley, 1997: 480).
identitas perusahaan baru, menerapkan budaya yang lebih Resistensi atau Penolakan atas transformasi
selaras dengan trend dan kebutuhan pelanggan. Adapun organisasional yang dilakukan oleh karyawan terjadi pula di
budaya atau nilai-nilai baru yang tengah diinternalisasikan perusahaan besar seperti PT. Telkom Indonesia, Tbk.
kepada seluruh karyawan adalah meliputi expertise, yakni Penolakan yang terjadi disebabkan adanya persepsi dari
mencerminkan tradisi pengetahuan dan pengalaman karyawan, ketidak jelasan nasib karyawan atau tidak
Telkom yang luas di industri, empowering, yaitu dijaminnya nasib karyawan berkaitan dengan kesejahteraan
memberdayakan pelanggan untuk meraih cita-cita, assured dan karir karyawan, hingga masalah kompetensi seluruh
yaitu memberikan keyakinan pada pelanggan untuk bisa karyawan apakah mampu dijamin akan dapat sejalan
mengandalkan Telkom di industri telekomunikasi yang dengan organisasi baru ini. Transformasi organisasional ini
terus berkembang, progressive yaitu menyiratkan dinilai oleh Serikat Karyawan (SEKAR) lebih mementingkan
pergerakan menuju teknologi yang lebih canggih dan bisnisnya saja daripada sumber daya manusianya sehingga
menjauhi budaya yang terkait kepemerintahan, serta heart akan ada sumber daya manusianya yang tenggelam. Hal
yaitu mewakili sikap kepedulian Telkom dalam bekerja ini sesuai dengan yang dijelaskan oleh pengurus SEKAR
sama dengan para pelanggan. se-Indonesia bahwa ”Transfomasi Organisasi tidak jelas,
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa adanya terutama menyangkut people atau karyawan, ditegaskan
transformasi organisasi yang diikuti oleh adanya perubahan kepada ketua Transformasi Organisasi yaitu Arief Yahya,
budaya organisasi merupakan suatu strategi dan alasan penolakan semakin jelas karena tidak adanya
implementasi untuk membawa organisasi dari bentuk dan jaminan terhadap nasibnya karyawan karyawati yang
sistem yang lama ke bentuk dan sistem yang baru dengan berjumlah kurang lebih 24.000 dan hal ini tidak
menyesuaikan seluruh elemen ikutannya (sistem, struktur, dikehendaki oleh Serikat Karyawan (SEKAR) (Nursidik,
people, culture) dalam rangka meningkatkan efektivitas DPW5,18032010)
organisasi untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka
selaras dengan visi dan misi organisasi/perusahaan. Peneliti tertarik untuk meneliti tentang analisis faktor-faktor
Proses implementasi transformasi organisasional yang mempengaruhi resistensi (penolakan) individual pada
tidak selalu sukses, ada banyak hambatan dalam proses tranformasi organisasi di PT. Telkom Indonesia, Tbk
perubahan tersebut. Hambatan terbesar yang sering Bandung.
ditemukan adalah adanya resistensi (penolakan) anggota
organisasi terhadap perubahan tersebut. Resistensi atau 2. Kerangka Pemikiran
penolakan terhadap perubahan (resistance to change)
adalah suatu hal yang sering terjadi dan bersifat alamiah Pengalaman selama ini menunjukkan bahwa
jika dalam suatu organisasi terjadi perubahan transformasi organisasi senantiasa diawali oleh suatu
(Reksohadiprojo dan Handoko, 2001: 324). kebutuhan yang berkaitan dengan tuntutan bisnis. Tujuan
Sikap resistensi atau penolakan terhadap bisnis menjadi pedoman dalam pengelolaan organisasi,
perubahan yang terjadi pada setiap individual dapat termasuk dalam transformasi. Tujuan bisnis yang selalu
dipengaruhi faktor-faktor kebiasaan kerja, ekonomis, berkembang namun tetap dalam koridor visi dan misi
persepsi terhadap informasi, yang berhubungan dengan memberi pengaruh dalam manjemen perusahaan. Satu
orang lain, ideologis atau nilai-nilai individual keamanan diantaranya yaitu penyesuaian dalam struktur organisasi,
dalam kerja, dan aspek loyalitas terhadap organisasi. yang menyesuaikan terhadap strategi yang telah ditetapkan
Penolakan terhadap perubahan pada pegawai untuk mencapai tujuan.
dapat terjadi dalam bermacam-macam bentuk misalnya Banyak masalah yang bisa terjadi ketika perubahan
hilangnya kesetiaan, hilangnya motivasi kerja, timbul akan dilakukan. Masalah yang paling sering dan menonjol
adalah "penolakan atas perubahan itu sendiri". Istilah yang

52-59 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Resistensi Individual pada Transformasi Organisasi / Rinawati
Jurnal Ilmu Manajemen & Bisnis

sangat populer dalam manajemen adalah resistensi dalam konteks resistensi terhadap transformasi
perubahan (resistance to change). Jika dikaji lebih lanjut, organisasional adalah orang mungkin menyangkal bahwa
setiap orang memang unik. Sangat menarik bila kita perubahan sedang terjadi, dan orang mungkin menolak
memperhatikan berbeda-bedanya respons setiap orang perubahan dengan berbagai alasan. Alasan yang
terhadap perubahan. Ada teman yang dengan cepat menyebabkan orang menolak dan takut terhadap
masuk ke situasi perubahan, tanpa banyak perlawanan. Dia perubahan inilah yang harus diketahui oleh organisasi,
berpendapat bahwa apa yang dikatakan oleh para senior karena hal tersebut merupakan akar penyebab resistensi
sebaiknya diterima saja, karena para sesepuh ini terhadap transformasi organisasional. Beberapa penelitian,
berpengalaman dan sudah banyak makan asam garam. dan pendapat berikut ini mungkin dapat membantu
Perubahan apapun yang harus dia lakukan, organisasi memahami alasan ketakutan seseorang
dikerjakan dengan sukarela tanpa banyak perlawanan. terhadap perubahan. Kirkman and Shapiro (1997)
Adaptasinya prima, walaupun bisa juga dikatakan teman menyatakan bahwa salah satu faktor yang menyebabkan
kita ini layaknya robot, tidak melakukan perubahan atas resistensi terhadap Globalized SMWT adalah budaya yang
inisiatif sendiri. Sebaliknya, teman yang lebih muda dibawa karyawan masuk ke dalam organisasi. Wellins and
menggunakan pendekatan yang berbeda bila dihadapkan Rick (1995) berpendapat usaha-usaha reengineering
pada segala macam barang baru, instruksi baru, sistem seringkali gagal diimplementasikan karena perusahaan
dan prosedur baru. Ia bisa diam membeku, tidak terlalu fokus pada proses dan pekerjaan, mengabaikan
melakukan apa-apa. Mungkin sebenarnya ingin juga dia faktor manusia yang terlibat dalam proses tersebut.
demo atau protes, tetapi karena status juniornya, ia Pernyataan yang senada dikemukakan oleh Yeung dan
memilih diam. Ketika ditanya mengapa dia tidak menurut Brockbank (1996) perubahan radikal dalam proses
saja bila diberi instruksi, dia menjawab, "Saya perlu tahu reengineering mempunyai resiko akan ditolak oleh status
akar permasalahannya, mengapa dan untuk apa saya quo saat ini, oleh karena itu proses HR juga harus di-
harus berubah". Jadi teman kita ini mempunyai syarat- reengineering agar dapat mendukung perubahan budaya
syarat yang harus dipenuhi untuk mau berubah. organisasi.
Penolakan atas perubahan tidak selalu negatif Menurut Robbins (2003) faktor-faktor yang
karena adanya penolakan tersebut maka perubahan tidak menyebabkan terjadinya resistensi dari karyawan terhadap
bisa dilakukan secara sembarangan. Penolakan atas perubahan diantaranya faktor pertama adalah habit atau
perubahan tidak selalu muncul dipermukaan dalam bentuk kebiasaan, yang dimaksud adalah habit untuk mengerjakan
yang standar. Penolakan bisa jelas kelihatan (eksplisit) dan sesuatau sesuai dengan cara/metode yang telah dipahami.
segera, misalnya mengajukan protes, mengancam mogok, Sebagai contoh dulu di tahun 96 ke bawah kita sudah
demonstrasi, dan sejenisnya; atau bisa juga tersirat terbiasa belajar dan mengajar dengan software yang serba
(implisit), dan lambat laun, misalnya loyalitas pada Under Dos, sesuai dengan perkembangan teknologi yang
organisasi berkurang, motivasi kerja menurun, kesalahan sangat cepat diperkenalkanlah software-software yang
kerja meningkat, tingkat absensi meningkat, dan lain berbasis Under Windows. Pada umumnya selain kaget kita
sebagainya. sulit untuk memahaminya karena untuk beradaptasi
Adanya resistensi terhadap transformasi terhadap perubahan tersebut, jelas kita membutuhkan
organisasional merupakan tanggapan emosional atau waktu dan upaya yang sangat ekstra. Contoh sederhana
perilaku kepada bayangan atau kenyataan dari perubahan lain adalah banyak diantara kita dalam memecahkan
kerja (ancaman kepada pekerjaan rutin yang tidak dapat persoalan sudah terbiasa dengan satu alternatif solusi,
dipungkiri). (Angelo Kinicki,2001), mengatakan bahwa karena menganggap alternatif solusi lain akan banyak
munculnya resistensi individual dikarenakan adanya menghabiskan energi (pemborosan energi).
kebiasaan, rasa aman, faktor ekonomi, takut akan sesuatu Faktor kedua adalah rasa aman. Keamanan
yang tidak diketahui, persepsi. Sedangkan berdasarkan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia. (teori
teori yang dikemukakan oleh T. Hani Handoko (1996) Maslow). Perubahan selalu akan membawa perubahan
bahwa dari kelima faktor penyebab yang paling relevan konfigurasi terhadap keamanan individu. Ancaman

V o l . 0 1 N o . 0 2 Ma r e t 2 01 1 53-59
Jurnal Ilmu Manajemen & Bisnis

terhadap keamanan ini dapat bervariasi, mulai dari belum pasti, maka orang akan cenderung memilih kondisi
kehilangan teman, rotasi, kehilangan peran, kehilangan sekarang dan menolak perubahan. Satu contoh perubahan
andalan bahkan sampai pada kehilangan pekerjaan dari sistem manual ke komputerisasi (mesin tik-PC),
(PHK/Permintaan diri). Baik promosi, restrukturisasi, rotasi, Upgrading Software, Upgrading Hardware dengan
sistem mutasi, Tugas Struktural dan Fungsional, PHK teknologi terkini, ini memungkinkan munculnya resistensi
secara langsung/tidak langsung yang ada di dalam suatu dari karyawan karena kekhawatiran terancam mutasi,
institusi jelas berimplikasi pada karyawan itu sendiri, stagnas, perampingan karyawan bahkan sampai
resistennya adalah karyawan baik individu ataupun dirumahkan. Program–program perubahan dibidang
komunitas akan melakukan “perlawanan”, sinisme yang teknologi dan komputerisasi ini biasanya mendapat
ditujukan kepada pengambil kebijakan (police maker) resistensi dengan alasan ketidaktahuan.
selaku konseptor perubahan itu sendiri. “Hujatan, cercaan, Faktor kelima adalah persepsi selektif. Manusia
makian” dari kadar rendah sampai tinggi baik dalam bentuk sebagai makhluk sosial yang sekaligus juga makhluk
unjuk “gigi” ataupun unjuk rasa sebagai akumulasi dari individual, maka terdapat perbedaan antara individu yang
kekecewaan para resisten tersebut. satu dengan yang lainnya (Wolberg, 1967). Adanya
Faktor ketiga adalah faktor ekonomi. Level atau perbedaan inilah yang antara lain menyebabkan mengapa
gradasi dari alasan ekonomi ini cukup beragam mulai dari seseorang menyenangi suatu obyek, sedangkan orang lain
turun atau ditiadakannya bonus, hilangnya kesempatan tidak senang bahkan membenci obyek tersebut. Persepsi
promosi jabatan (stagnas) sampai kehilangan pekerjaan itu cara pandang individu terhadap dunia sekitarnya. Cara
sendiri. Barangkali motif ini yang paling banyak muncul dari pandang ini mempengaruhi sikap.Manusia memandang
kasus-kasus resistensi terhadap perubahan. Hal ini wajar realita melalui persepsinya. Sekali dia mengartikan suatu
karena dilihat dari sudut pandang organisasi, salah satu realita, dia akan menolak perubahan yang merusak
variabel penting dari perubahan adalah efesiensi, cutting keyakinannya. Hal ini sangat tergantung bagaimana individu
cost. Mesikpun tidak selalu, efesiensi sering berdampak menanggapi obyek tersebut dengan persepsinya. Pada
pada turunnya penerimaan karyawan. Di setiap Institusi kenyataannya sebagian besar sikap, tingkah laku dan
atau pada institusi kita mungkin? sering dijumpai promosi penyesuaian ditentukan oleh persepsinya.
jabatan, bahkan tidak jarang hal ini menjadi head line (topik Berdasarkan apa yang telah diuraikan sebelumnya
pembicaraan) pada setiap kesempatan baik iming-iming maka paragidma penelitian dari penelitian ini adalah
dari atasan dalam berbagai rapat sampai pada bisik-bisik sebagai berikut :
(ngerumpi) sesama kita dalam melepas kepenatan dan
kejenuhan (intermezo). Idealnya promosi jabatan adalah X1
perbaikan status ekonomi, namun dirasa tanggungjawab
yang dibebankan tidak seimbang dengan penyesuaian e
salary (income). Meskipun pada prakteknya manifestasi X2
dari resistensi ini dapat beragam.
Faktor Keempat adalah takut terhadap X3 Y
Ketidaktahuan (far of the unknown). Ketakutan terhadap
munculnya dampak yang tak diinginkan. Perubahan
X4
menimbulkan ketidak-pastian, karena perubahan membuat
seseorang bergerak dari suatu situasi yang sudah diakrabi
menuju pada situasi yang asing dan tidak dia pahami. X5
Akibatnya orang merasa cemas bahwa ujung-ujungnya
perubahan akan merugikan dirinya. Sebagian besar Gambar 1
perubahan tidak mudah diprediksi hasilnya. Oleh karena itu Paradigma Penelitian
muncul ketidak pastian dan keragu-raguan. Kalau kondisi
sekarang sudah pasti dan kondisi nanti setelah perubahan

54-59 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Resistensi Individual pada Transformasi Organisasi / Rinawati
Jurnal Ilmu Manajemen & Bisnis

Yang menggambarkan adanya pengaruh dari oleh Sugiyono (2006:7), bahwa yang dimaksud dengan
variabel independen terhadap variabel dependen yaitu metode survei adalah: Metode penelitian yang dilakukan
resistensi individual pada tranformasi organisasional. Kelima pada populasi besar maupun kecil, tetapi data yang
variabel independen (bebas) itu adalah X1 = dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari
Kebiasaan/habit, X2 = Rasa aman, X3 = Faktor ekonomi, populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian
X4 = Rasa takut, X5 = Persepsi selektif dan Y = relatif, distribusi, dan hubungan-hubungan antar variabel
Resistensi individual pada transformasi organisasi sosiologis maupun psikologis.
Berdasarkan paradigma penelitian di atas maka di Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit
peroleh suatu model : analisis yang ciri-cirinya akan diduga (Masri
Singarimbun,1989:152) sedangkan Nawawi (2003)
Y = f (X1, X2, X3, X4, X5) mengatakan bahwa, “populasi adalah totalitas semua nilai
= bo + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4 + b5X5 + e yang mungkin, baik hasil menghitung atau pengukuran
kuantitatif maupun kualitatif pada karakteristik tertentu
2. 1 Hipotesis Penelitian mengenai sekumpulan objek yang lengkap”.
Dalam penelitian ini yang menjadi populasi adalah
Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap
karyawan PT. Telkom Indonesia, Tbk Bandung di Unit
rumusan masalah penelitian. Dikatakan sementara, karena
Corporate berjumlah 200 responden.
jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang
Adapun sampel dalam penelitian ini adalah
relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empirik yang
sebagian dari karyawan coorporate PT. Telkom Indonesia
diperoleh melalui pengumpulan data. Sesuai tujuan
Bandung, yang berjumlah 67 responden dengan
penelitian di muka, maka hipotesis dalam penelitian ini
menggunakan rumus yang dikemukakan oleh Slovin.
sebagai berikut :
Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:
1. Terdapat hubungan yang positif antara tingkat
N
kebiasaan/habit dengan tingkat resistensi individual
n=
pada transformasi organisasi.
1 + Ne²
2. Terdapat hubungan yang positif antara tingkat rasa
Dimana :
aman dengan tingkat resistensi individual pada
n = ukuran sampel
transformasi organisasi.
N = ukuran populasi
3. Terdapat hubungan yang positif antara faktor-faktor
e = taraf kesalahan
ekonomi dengan tingkat resistensi individual pada
(sumber : Husein Umar, 2002:141)
transformasi organisasi.
4. Terdapat hubungan yang positif antara tingkat rasa
berdasarkan rumus tersebut diperoleh jumlah
takut dengan tingkat resistensi indvidual pada
sampel sebagai berikut:
transformasi organisasi
200
5. Terdapat hubungan yang positif antara tingkat
n=
persepsi selektif dengan tingkat resistensi individual
1 + (200)(0.1²)
pada transformasi organisasi.
6. Terdapat hubungan yang positif antara
= 66.67 = 67
kebiasaan/habit, rasa aman, faktor ekonomi, rasa
takut dan persepsi selektif dengan resistensi individual
pada transformasi organisasi. 4. Hasil Pengujian
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini
3. Metode Penelitian menggunakan analisis regresi yang bertujuan untuk
menganalisa besarnya pengaruh dua atau lebih variabel
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian
bebas (independen) terhadap variabel terikat (dependen).
ini adalah metode survey. Menurut Ker Linger yang dikutip

V o l . 0 1 N o . 0 2 Ma r e t 2 01 1 55-59
Jurnal Ilmu Manajemen & Bisnis

Untuk jelasnya dapat kita lihat hasil pengujian hipotesis Tabel 2


pada tabel di bawah ini: Hasil Pengujian Hipotesis Secara Simultan
Ukuran Kriteria Hasil
Kesimpulan
Pengujian Uji Perhitungan
Uji F 3.14 8.058 Ho ditolak
Sumber : hasil pengolahan data
α = 0.05

Berdasarkan Tabel 2 diperoleh hasil bahwa Ho


ditolak, artinya menolak dugaan yang menyatakan bahwa
variable independen (X1, X2, X3, X4, X5) tidak
berpengaruh positif terhadap variable dependen (Y).
Berikut ini adalah hasil perhitungan SPSS diperoleh
Gambar 2 hasil pengujian hipotesis untuk masing-masing variabel
Hasil Pengujian Hipotesis independen terhadap variable dependen sebagaimana
ditunjukan pada Tabel 3.
Dengan bantuan program Amos 5 dan SPSS, di
peroleh persamaan struktural sebagai berikut : Y = Tabel 3
0,254X1- 0,146 X2 + 0,343 X3 + 0,474 X4 – 0,293 Hasil Pengujian Hipotesis Secara Individu
X5 + 0,601e. variabel t hit α Sig Ho
Berdasarkan perhitungan analisis regresi, struktur X1
2.294 .002 signifikan ditolak
tersebut memberikan informasi sebagai berikut : (Kebiasaan)
X2 tidak
Tabel 1 -.687 .495 diterima
(Rasa aman) signifikan
Pengaruh X1, X2, X3, X4, dan X5 terhadap Y
X3
1.885 .004 signifikan ditolak
Koef. Pengaruh Pengaruh (Faktor Ekonomi)
Variable
Regresi Terhadap Y Bersama X4
3.599 .001 signifikan diterima
0.0645 atau (Rasa Takut)
X1 0,254 -
6,45%
0,0213 atau X5 tidak
X2 -0,146 - -1.908 .061 ditolak
(Persepsi Selektif) signifikan
21,3%
0.0117 atau Sumber : lampiran analisis regresi
X3 0,343 -
11,71% t tabel = 1.671,α = 0.05
0.224 atau
X4 0,474 -
22,46%
X5 -0.293
0.0858 atau
- 5. Pembahasan Penelitian
8.58%
1 - 0.631= Dari hasil perhitungan melalui metode SPSS bahwa
ε 0,601
0.369
variable kebiasaan/habit memberikan pengaruh yang positif
X1,X2,X3,X4,X5 - - 0.631
terhadap variable resistensi individu pada transformasi
Sumber : hasil pengolahan data organisasi sebesar 0,254 atau 6.45% dan sisanya
dipengaruhi oleh variable lain.
Berdasarkan hasil perhitungan SPSS diperoleh nilai Pengaruh yang diberikan oleh variable
F untuk pengujian hipótesis yang sudad ditetapkan. Tabel kebiasaan/habit terhadap variable resistens memang tidak
2 memperlihatkan pengujian hipotesis secara simultan besar tetapi cukup signifikan artinya bahwa semakin tinggi
dengan menggunakan uji F. pengaruh yang diberikan oleh variable kebiasaan akan
semakin kuat resistensi individu yang terjadi pada
transformasi organisasi. Begitu pula dengan yang terjadi di
PT. Telkom Indonesia, Tbk Bandung. Hal tersebut sesuai

56-59 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Resistensi Individual pada Transformasi Organisasi / Rinawati
Jurnal Ilmu Manajemen & Bisnis

dengan yang dijelaskan oleh Robbins dan Kreitner & Kinicki secara ekonomi cukup besar terhadap seseorang, maka
(2001) bahwa pada dasarnya, manusia adalah mahluk dapat diramalkan bahwa resistensi dari orang orang yang
yang hidup dari kebiasaan yang dibangunnya karena bersangkutan terhadap perubahan akan semakin kuat.
dengan demikian manusia lebih mudah menjalani hidup Turunnya penghasilan, kenaikan gaji tidak sesuai harapan,
yang dirasa sudah cukup kompleks. Begitu dihadapkan naiknya biaya transport adalah faktor-faktor ekonomi yang
pada perubahan, maka manusia cenderung enggan memicu resistensi. Bila dampak ekonominya dirasa cukup
merubah kebiasaannya. nyata, maka resistensi karyawan terkait pada perubahan
Dari hasil perhitungan melalu metode SPSS bahwa akan makin menguat.
variable rasa aman memberikan pengaruh secara negatif Dari hasil perhitungan dengan metode SPSS
sebesar -0,146 atau 2.31% dan tidak signifikan. bahwa untuk variable rasa takut memberikan pengaruh
Adanya hubungan yang negatif antara variabel rasa sebesar 0,474. atau 22.46% terhadap resistensi individual
aman dengan variabel Y menunjukan bahwa semakin pada transformasi organisasi. Pengaruh yang diberikan
tingginya rasa aman yang dimiliki oleh individu dalam oleh variabel ini paling besar dibanding variabel lainnya hal
bekerja maka semakin rendah penolakan/resistensi individu ini menunjukan bahwa rasa takut menjadi faktor yang
pada transformasi organisasi. Begitu pun dengan yang cukup penting dan berpengaruh terhadap resistensi
terjadi di PT. Telkom Indonesia Tbk, Bandung individu pada transformasi organisasi.
Seperti yang diuraikan oleh Robbins (2003) bahwa Variabel ekonomi secara positif berpengaruh
Perasaan yang nyaman adalah Sebuah rasa dimana kita terhadap variabel resistensi individu pada transformasi
merasa dapat melakukan segala hal tanpa ada gangguan organisasi yang berati bahwa semakin tinggi rasa takut
sama sekali, atau rasa dimana kita akan merasa tenang jika maka semakin tinggi resistensi individu pada transformasi
apa yang kita miliki tidak diusik oleh orang yang tidak kita organisasi. Begitupun hal ini terjadi di PT. Telkom
kehendaki, atau perasaan yang nyaman dimana kita tidak Indonesia, Tbk Bandung.
mempunyai prasangka yang buruk kepada seseorang. Jika Dari hasil perhitungan melalui metode SPSS bahwa
kondisi sekarang telah memberikan rasa aman, dan kita variable persepsi selektif memberikan pengaruh sebesar -
memiliki kebutuhan akan rasa aman relatif tinggi, maka 0.293 atau 8.58% terhadap variabel resistensi individual
potensi menolak perubahan pun besar . pada transformasi organisasi. Berpengaruh secara negatif
Dari hasil perhitungan melalu metode SPSS bahwa menunjukan bahwa semakin tinggi persepsi selektif
variabel faktor ekonomi memberikan pengaruh sebesar semakin rendah resistensi individu terhadap transformasi
0.343 atau 11.76% terhadap resistensi individual pada organisasi. Begitu juga dengan yang terjadi PT. Telkom
transformasi organisasi. Indonesia, Tbk Bandung apabila persepsi selektif yang
Variabel faktor ekonomi berpengaruh secara positif dimiliki oleh pegawai tinggi maka tingkat resistensi individu
terhadap resistensi individual pada transformasi organisasi, pada transformasi organisasi akan rendah.
menunjukan semakin tingginya faktor ekonomi maka Seperti yang telah diuraikan sebelumnya bahwa
semakin tinggi pula tingkat resistensi/penolakan individu persepsi selektif adalah merupakan proses penilaian
pada transformasi organisasi, begitupun dengan yang seseorang terhadap obyek tertentu. cara pandang
terjadi di PT. Telkom Indonesia, Tbk Bandung. seseorang dalam yang dimiliki oleh setiap individu karena
Ditinjau dari prosentase tanggapan responden adanya ketidakpastian dalam suatu perubahan, hal ini
tentang hal ini diperoleh kesimpulan bahwa sebesar sesuai dengan yang dijelaskan oleh Robbins dan Kreitner &
34,62% memberi tanggapan selalu, 36,11% memberi Kinicki (2001) bahwa Persepsi cara pandang individu
tanggapan sering, dan 27.58% memberi tanggapan terhadap dunia sekitarnya. Cara pandang ini
kadang-kadang. Hal ini berarti bahwa faktor ekonomi mempengaruhi sikap. Adanya perbedaan inilah yang antara
sering menjadi sebab adanya resistensi individu pada lain menyebabkan mengapa seseorang menyenangi suatu
transformasi organisasi. obyek, sedangkan orang lain tidak senang bahkan
Seperti yang telah diuraikan, menurut Kreitner serta membenci obyek tersebut. Hal ini sangat tergantung
Kinicki (2001) bahwa jika perubahan memberikan dampak

V o l . 0 1 N o . 0 2 Ma r e t 2 01 1 57-59
Jurnal Ilmu Manajemen & Bisnis

bagaimana individu menanggapi obyek tersebut dengan individu pada transformasi organisasi. Hal ini ditunjukan
persepsinya. dengan nilai koefisien regresi yang diperoleh sebesar -
Dijelaskan secara bersama-sama bahwa kelima 0.146 dengan tingkat signifikan 0.495 di atas
variabel independen (faktor kebiasaan/habit, rasa aman, α=0.005 . dengan kata lain Ho diterima, yang berarti
faktor ekonomi, rasa takut , dan persepsi selektif) memiliki H1 ditolak yang menjelaskan bahwa adanya hubungan
pengaruh terhadap resistensi individual pada transformasi negatif antara variabel rasa aman dengan resistensi
organisasi sebesar 0.631 atau 39.81%. Yang perlu individu pada transformasi organisasi PT. Telkom
diketahui dalam hal ini adalah seberapa besar pengaruh Indonesia, Tbk Bandung.
dari setiap variabel independen terhadap variabel dependen 3. Variabel faktor ekonomi (X3) berpengaruh secara
(Y). Oleh karena itu diantara kelima variabel indpenden ada positif terhadap variable Y. Hal ini berarti bahwa
yang memberikan pengaruh yang besar terhadap variabel semakin tingggi faktor ekonomi maka semakin tinggi
dependen, yakni faktor rasa takut (X4) bila dilihat dari resistencia individu pada transformasi organisasi. Hal ini
koefisien regresi yang diperoleh sebesar 0.474 atau ditunjukan dengan nilai koefisien regresi yang diperoleh
22,46% artinya apabila ada peningkatan atau kenaikan sebesar 0.447 dengan tingkat signifikan 0.000 di
satu point faktor ekonomi maka akan mengakibatkan bawah α=0.005. dengan kata lain Ho ditolak, yang
kenaikan atau penolakan individu pada transformasi berarti H1 diterima yang menjelaskan bahwa faktor
organisasi atau sekitar 22,46% rasa takut memberikan ekonomi berpengaruh positif terhadap resistensi
pengaruh terhadap resistensi individual di PT. Telkom individu pada transformasi organisasi PT. Telkom
Indonesia Tbk, Bandung. Bila kita lihat faktanya dilapangan Indonesia, Tbk Bandung.
bahwa adanya ketakutan yang diakibatkan ketidaktahuan 4. Variabel rasa takut (X4) berpengaruh secara positif
akan sesuatu hal, atau kecemasan terhadap perubahan terhadap variable Y. Hal ini berarti bahwa semakin
yang terjadi sehingga penolakan itu muncul di sebagian tingggi rasa takut maka semakin tinggi resistensi
besar karyawan dari PT. Telkom. Sehingga apabila pada individu pada transformasi organisasi. Hal ini ditunjukan
awalnya saat transformasi akan digulirkan dikenalkan atau dengan nilai koefisien regresi yang diperoleh sebesar
disosialisasikan dengan baik maka rasa takut terhadap 0.264 dengan tingkat signifikan 0.001 di bawah
sesuatu hal yang belum diketahui dengan baik tidak akan α=0.005. dengan kata lain Ho ditolak, yang berarti
terjadi minimal bisa diantisipasi. H1 diterima yang menjelaskan bahwa rasa takut
berpengaruh positif terhadap resistensi individu pada
6. Kesimpulan transformasi organisasi PT. Telkom Indonesia, Tbk
Bandung.
1. Variabel kebiasaan (X1) berpengaruh positif terhadap 5. Variabel persepsi selektif (X4) berpengaruh secara
variable Y yakni resistensi individu pada transformasi negatif terhadap variable Y. Hal ini berarti bahwa
organisasi yang artinya semakin tinggi atau kuatnya semakin tingggi persepsi selektif maka semakin rendah
kebiasaan/habit yang dimiliki individu maka semakin resistencia individu pada transformasi organisasi. Hal ini
tinggi resistensi individu pada transformasi organisasi. ditunjukan dengan nilai koefisien regresi yang diperoleh
Hal ini dtunjukan oleh nilai koefisien regresi yang sebesar -0.293 dengan tingkat signifikan 0.061 di
diperoleh sebesar 0.413 dengan tingkat signifikan atas α=0.005 . dengan kata lain Ho diterima yang
sebesar 0.000 yang lebih kecil dari α=0.005, berarti H1 ditolak yang menjelaskan bahwa persepsi
Dengan kata lain maka Ho di tolak, yang berarti H1 selektif berpengaruh positif terhadap resistensi individu
diterima yang menjelaskan adanya hubungan positif pada transformasi organisasi PT. Telkom Indonesia,
antara variable kebiasaan dengan resistensi individu Tbk, Bandung.
pada tranformasi organisasi di PT. Telkom 6. Variabel independen (X) secara bersama-sama
Indonesia,Tbk. berpengaruh positif terhadap variabel dependen (Y)
2. Variabel rasa aman (X2) berpengaruh secara negatif sebesar 0.631 atau 39,81% dan signifikan, hal
terhadap variable Y. Hal ini berarti bahwa semakin menunjukan bahwa Ho ditolak.
tingggi rasa aman maka semakin rendah resistensi

58-59 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Resistensi Individual pada Transformasi Organisasi / Rinawati
Jurnal Ilmu Manajemen & Bisnis

7. Rekomendasi
1. Adanya pengaruh kebiasaan, rasa takut dan faktor
ekonomi yang tinggi menyebabkan terjadinya
penolakan individu pada transformasi organisasi hal ini
akan menghambat terhadap pelaksanaan transformasi
organisasi, maka untuk mengantisipasi hal ini
perusahaan perlu melakukakan pendekatan baik
secara individu atau kelompok untuk memberikan
penjelasan kembali tentang tujuan daripada
transformasi organisasi tersebut.

Secara teoritis: sebagai bahan tambahan referensi


dan menambah literatur bagi peneliti berikutnya, bahwa
kelima variabel independen yang mempengaruhi resistensi
individual pada transformasi orgasnisasi menurut teori
Robbins (2003), tidak dapat dibuktikan semuanya untuk
penelitian ini yaitu variabel rasa aman dan persepsi selektif
tidak berpengaruh terhadap variabel dependen yaitu
resistensi individual pada transfomasi organisasi. Untuk
mengatasinya adalah memasukan fakor-faktor lain yang
dikemukakan oleh teori lain seperti yang dijelaskan oleh
Kreitner serta Kinicki (2001).

8. Daftar Pustaka
Abrahamson, E. 2000. Change without Pain, Harvard
Business Review. July-August. hal 75-79.

Kreitner, Robert and Angelo Kinicki, 2001. Organization


Behavior, Singapore: McGraw-Hill, Inc., Hal. 659.

Nawawi Hadari, 2003. Kepemimpinan Mengefektifkan


Organisas. Gajah Mada University Press.
Yogyakarta.

Robbins, Stephen P. 2003. Organization Behavior, New


Jersey: Prentice Hall Intrnational Inc. Hal. 6.

Singarimbun, Masri. 1989. Metode Penelitian Survey,


LP3ES, Jakarta.

Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Bisnis. Bandung:


Alfabeta.

T. Hani Handoko. 1996. Manajemen, Edisi kedua, BPFE-


Yogyakarta.

V o l . 0 1 N o . 0 2 Ma r e t 2 01 1 59-59

Anda mungkin juga menyukai