‘’BATUK’’
Disusun Oleh :
Vicky Bagus Afrilian (1902050281)
Dosen Pengampu :
Apt., Irma Susanti, M.Farm
DAFTAR ISI............................................................................................................2
BAB I.......................................................................................................................3
PENDAHULUAN...................................................................................................3
1.1 Latar Belakang..........................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................4
1.3 Tujuan........................................................................................................4
BAB II......................................................................................................................5
PEMBAHASAN......................................................................................................5
2.1 Pengertian..................................................................................................5
2.2 Jenis Batuk Berdasarkan Produktivitasnya...............................................6
2.3 Jenis Batuk Berdasarkan Waktu Berlangsungnya.....................................7
2.4 Jenis Batuk................................................................................................7
2.5 Penyebab Batuk Berdahak.........................................................................9
2.6 Penyebab Batuk Kering Tidak Berdahak................................................10
2.7 Definisi Dan Penyebab Batuk Akut, Sub Akut Dan Kronis Batuk.........11
2.8 Epidemiologi...........................................................................................15
2.9 Dampak Pada Pasien...............................................................................16
2.10 Etiologi Dan Mekanisme.........................................................................17
2.11 Macam-macam Terapi.............................................................................18
2.1.1 Obat batuk berdahak........................................................................19
2.1.2 Obat batuk kering.............................................................................25
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................30
2
BAB I
PENDAHULUAN
Salah satu cara yang dapat dilakukan dalam membantu meredakan gejala
batuk adalah dengan menggunakan obat-obat simptomatik karena batuk terus-
menerus dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang. Namun, dengan
3
meredakan gejala tidak berarti dapat mengatasi kemungkinan terjadinya penyakit
jangka panjang. Penggunaan obat-obat tersebut secara terus-menerus juga berisiko
terhadap keamanan dan munculnya efek samping obat. Penelitian yang pernah
dilakukan di UK, hanya 5% perokok dari total perokok di London yang mencari
para spesialis seperti dokter dan apoteker untuk keluhan batuk yang dialami.
Setengahnya merasa batuk bukan suatu masalah berarti, tetapi hal ini tetap harus
diwaspadai apabila batuk tersebut terjadi dalam frekuensi waktu yang cukup lama
sekitar 2-3 bulan karena bisa jadi tanda awal adanya penyakit bronkitis kronis
yang berkembang sebagai akibat dari paparan tembakau rokok yang terus-
menerus.Obat batuk yang menjadi pilihan terbanyak perokok untuk mengatasi
batuk yang dialami adalah obat yang dapat dibeli bebas tanpa resep dokter.
1.3 Tujuan
a) Mengetahui pengertian dari batuk.
b) Mengetahui jenis-jenis batuk.
c) Mengetahui penyebaran batuk.
d) Mengetahui terapi apa saja yang digunakan untuk batuk.
4
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Batuk merupakan upaya pertahanan paru terhadap berbagai rangsangan
yang ada dan refleks fisiologis yang melindungi paru dari trauma mekanik, kimia
dan suhu. Batuk menjadi patologis bila dirasakan sebagai gangguan. Batuk seperti
itu sering merupakan tanda suatu penyakit di dalam atau diluar paru dan kadang
berupa gejala awal dari suatu penyakit. Batuk merupakan gejala tersering penyakit
pernapasan dan masalah yang sering kali dihadapi dokter dalam praktik sehari-
hari (Tamaweol et al., 2016).
Batuk merupakan salah satu keluhan klinis yang paling banyak membawa
pasien mencari pertolongan medis.Gangguan yang paling sering adalah kelelahan,
insomnia, suara serak, nyeri otot dan tulang,berkeringat, dan inkontinensia urin.
Tekanan udara tinggi intratorakal yang kemudian dilepaskan mendadak dapat
menyebabkan berbagai komplikasi hampir di semua sistem organ.
5
Pada anak, gejala batuk terutama yang kronik atau berulang dapat berakibat
mengganggu aktivitas sehari-hari termasuk kegiatan belajar, mengurangi nafsu
makan, dan pada akhirnya dapat mengganggu proses tumbuh kembang. Orang tua
juga akan terganggu terutama bila gejala batuk lebih sering dan lebih berat pada
malam hari. Batuk tidak selalu berarti patologis atau abnormal. Seperti telah
dikemukakan di atas, sebagai mekanisme pertahanan respiratorik, batuk
diperlukan untuk membersihkan jalan napas dari mukus sekresi respiratorik, pada
orang dewasa mencapai 30 ml/hari.Sebuah studi yang mengukur batuk secara
obyektif menemukan bahwa anak sehat dengan rerata umur 10 tahun biasanya
mengalami 10x batuk (rentang hingga 34) dalam 24 jam, sebagian besar batuk
terjadi pada siang hari.
Angka ini meningkat selama infeksi respiratorik, yang bisa terjadi hingga 8x
lipat per tahun pada anak sehat. Walaupun sebagian besar anak batuk tidak
mengalami kelainan paru yang serius, batuk dapat sangat mengganggu dan sulit
untuk diatasi. Sampai batas tertentu batuk kronik pada anak adalah normal dan
mempunyai prognosis yang baik. Jika batuk kronik yang terjadi sangat sering atau
berat, maka sangat mungkin terdapat penyakit yang mendasarinya.
a. Batuk merupakan cara tubuh melindungi paru-paru dari masuknya zat atau
benda asing yang mengganggu.
b. Batuk merupakan refleks alami tubuh, dimana saluran pernapasan berusaha
untuk mengeluarkan benda asing atau produksi lendir yang berlebihan.
Batuk produktif adalah batuk yang menghasilkan dahak atau lendir (sputum)
sehingga lebih dikenal dengan sebutan batuk berdahak. Batuk produktif memiliki
ciri khas yaitu dada terasa penuh dan berbunyi. Mereka yang mengalami batuk
6
produktif umumnya mengalami kesulitan bernapas dan disertai pengeluaran
dahak. Batuk produktif sebaiknya tidak diobati dengan obat penekan batuk karena
lendir akan semakin banyak terkumpul di paru-paru (Junaidi, 2010).
Batuk akut adalah batuk yang berlangsung kurang dari 3 minggu, serta
terjadi dalam 1 episode. Batuk jenis ini umumnya disebabkan oleh flu dan alergi.
Bentuk batuk yang sering ditemui, merupakan jenis batuk akut ringan yang
disertai demam ringan dan pilek (Junaidi, 2010)
2) Batuk kronis
Batuk kronis adalah batuk yang berlangsung lebih dari 3 minggu atau terjadi
dalam 3 episode selama 3 bulan berturut-turut. Batuk jenis ini biasanya
disebabkan oleh bronchitis, asma, dan tuberkolosis (Junaidi, 2010).
2) Pertusis/batuk rejan
7
Batuk rejan atau pertusis adalah infeksi pada saluran napas, yang terjadi
akibat bakteri bordetella pertusis. Penyakit ditandai oleh batuk yang diakhiri
dengan suara keras saat anak menarik napas. Gejala lainnya adalah hidung berair,
bersin, batuk dan sedikit demam (Junaidi, 2010). Penyakit ini biasanya menyerang
anak yang berusia diantara 3 bulan dan 3 tahun, batuk rejan dapat mengancam
kehidupan jika tidak ditangani. Terapi biasanya meliputi pemberian antibiotik dan
cairan serta anak dipajankan terhadap udara yang dilembapkan, untuk
mempertahankan fungsi pernapasan.
Jika anak batuk disertai demam dan hidung meler, kemungkinan anak
terserang flu. Namun batuk disertai demam tinggi (39°C) atau lebih mungkin
8
disebabkan oleh pneumonia, terutama jika anak terlihat lesu dan bernapas tidak
cepat. Bila ini terjadi, segera bawa anak ke dokter (Junaidi, 2010).
Umumnya anak batuk karena dipicu oleh reflex penyumbatan. Anak yang
menderita batuk disertai flu atau asma dapat muntah jika terlalu banyak lendir
yang mengalir ke dalam perut dan menimbulkan rasa mual (Junaidi, 2010).
8) Batuk menetap
Batuk yang disebabkan flu dapat hilang dalam seminggu. Asma, alergi, atau
infeksi kronis di sinus atau saluran napas mungkin penyebab pada batuk yang
menetap (persisten). Jika batuk terjadi selama seminggu, segera hubungi dokter
(Junaidi, 2010).
9
penyakit batuk berdahak. Untuk mengurangi batuk anda, anda bisa menjaga agar
tubuh anda tetap hangat.
1. Infeksi Pernafasan
Jika anda menderita infeksi pada saluran pernafasan, biasanya anda akan
mengalami batuk kering tak berdahak. Batuk kering bisa berlangsung kurang
lebih selama 2 minggu. Namun jika sakit berlanjut, anda harus segera
berkonsultasi dengan dokter spesialis dibidangnya.
Hal ini bisa terjadi saat anda mengkonsumsi makanan pedas yang bisa
menjadi penyebab meningkatnya jumlah asam lambung dalam tubuh. Sehingga
asam lambung naik ke tenggorokan.
Batuk juga dapat disebabkan oleh beberapa jenis penyakit serius seperti
radang paru-paru, atau bahkan kanker.
5. Reaksi Alergi
Salah satu penyebab batuk kering yang karena adanya alergi, yang menyebabkan
10
tenggorokan gatal mata memerah atau iritasi dan menyebabkan batuk kering.
Untuk menghentikan batuk karena alergi, anda harus bisa menemukan penyebab
alergi terlebih dahulu, agar anda bisa mengobati batuk kering
2.7 Definisi Dan Penyebab Batuk Akut, Sub Akut Dan Kronis
Batuk
Akut secara sewenang-wenang disebut sebagai batuk yang berlangsung
selama maksimal 3 minggu. Pada sebagian besar pasien, ini disebabkan oleh
infeksi saluran pernapasan atas (ISP A), bronkitis akut atau tracheo-bronkitis
karena infeksi bakteri atau lebih sering virus . Diperkirakan hanya sedikit pasien
dengan batuk yang diinduksi ISK yang mencari pertolongan medis. Batuk akut
akibat infeksi semacam itu biasanya sembuh sendiri dan mereda dalam satu
hingga dua minggu seiring dengan penyembuhan infeksi.( De Blasio,2011)
Tidak ada target atau ukuran yang dapat diandalkan untuk memprediksi
durasi batuk pada permulaannya (yaitu, resolusi dalam 3 minggu). Juga tidak
mungkin untuk memprediksi batuk mana yang akan bertahan hingga stadium sub
akut atau kronis. Masalah ini semakin diperumit oleh fakta bahwa terapi yang
efektif dapat menggugurkan atau mempersingkat durasi batuk, sedangkan
kegagalan untuk menerapkan terapi yang efektif dapat mengubah apa yang
tadinya batuk akut menjadi batuk sub akut atau kronis. Lebih lanjut, episode batuk
akut berulang dapat menjadi manifestasi dari penyakit kronis tanpa hidung (mis.,
Asma). Namun demikian, dengan mengingat peringatan ini, pendekatan
diagnostik dan terapeutik yang relatif '' standar '' berdasarkan durasi batuk telah
terbukti berguna .
Batuk sub akut didefinisikan sebagai batuk yang berlangsung selama 3-8
minggu. Setelah infeksi spesifik (misalnya M. pneumoniae), peningkatan hiper-
responsif bronkus dapat menetap, yang dapat menyebabkan atau mempertahankan
batuk sub akut yang dapat tetap mengganggu selama beberapa minggu bahkan
setelah infeksi yang menghasut telah benar-benar teratasi. Hiperresponsivitas
saluran napas pasca infeksi yang mengakibatkan batuk sub akut masih jarang
diteliti. Uji coba terkontrol secara acak untuk mencegah dan / atau mengobati
kondisi ini tidak ada. Meskipun oid kortikoster hirup atau antagonis reseptor
leukotrien sering diresepkan untuk kondisi ini, tidak ada bukti ilmiah terkontrol
11
untuk mendukung penggunaannya, yang pada banyak kasus dapat dibatasi dengan
sendirinya. Penyebab lebih lanjut dari batuk sub akut termasuk B. pertusis, di
mana batuk berlanjut dengan paroksisma yang melumpuhkan, meskipun infeksi
sudah sembuh. Sementara tingkat orang yang divaksinasi menurun, batuk yang
diinduksi pertus sis menjadi lebih sering di beberapa negara [5]. Infeksi pertusis
baru-baru ini harus disingkirkan pada anak-anak dan orang dewasa dengan batuk
sub akut terlepas dari vaksinasi sebelumnya. Batuk akibat infeksi pertusis B.
Biasanya mengarah ke SODES epi paroksismal dari batuk dengan inspirasi
karakteristik whoop, terutama pada anak-anak. Namun, ini bisa tidak ada,
terutama pada orang dewasa. Penyebab non-infeksi dari batuk sub akut termasuk
12
baru timbul yang belum memenuhi kriteria batuk kronis. Pendekatan umum untuk
pengobatan pasien dengan batuk dimulai dengan mencari penyebab dari setiap
batuk akut dan / atau sub akut. Ini melibatkan diferensiasi menjadi penyebab
yang relatif jinak tetapi juga berpotensi mengancam jiwa. Sejarah rinci adalah
kunci untuk mengidentifikasi penyebab yang mendasari dan keputusan
selanjutnya jika pengobatan untuk batuk atau kondisi yang mendasarinya
diperlukan. Timbulnya batuk dapat memberikan petunjuk awal tentang asalnya.
Onset mendadak bisa berhubungan dengan aspirasi, terutama pada anak kecil dan
orang tua. T anda dan gejala infeksi saluran pernafasan bagian atas menunjukkan
alasan yang paling umum dan biasanya jinak untuk batuk akut atau sub akut.
Namun, mereka dapat mendahului pneumonia berat dan oleh karena itu terkadang
memerlukan pengamatan yang cermat. Riwayat atau tanda dan gejala
gastroesophageal reflux dapat dikaitkan dengan batuk intermiten. Sejarah rinci
pengobatan baru-baru ini dapat mengungkapkan ACE. ( De Blasio,2011)
Penyakit yang menyertai batuk biasanya adalah dorongan untuk batuk terus
menerus dan sulit untuk memuaskan — gejala berbeda yang mewakili komponen
sensorik yang dapat dirasakan dari batuk.3 Ini fenotipe dapat ditemukan pada>
100 kondisi klinis, dan karena itu sekarang diakui sebagai entitas yang berbeda di
sendiri, disebut sebagai hipersensitivitas batuk kronis sindrom (CHS) .Meskipun
heterogenitas pada penyakit yang mendasari, peningkatan kepekaan terhadap
kedua tusif dan rangsangan nontussive (dikenal sebagai hipertensi dan allotussia,
13
masing-masing) di CHS adalah umum di seluruh penyakit, menunjukkan bahwa
hipersensitivitas periph- komponen eral atau sentral dari jalur saraf batuk, atau
keduanya, penting dalam perkembangan disorder. (Keller,2017)
Badan sel dari serat vagal ini adalah terletak dalam dua anatomis dan
embriologis ganglia vagal yang berbeda yang dikenal sebagai jugularis (superior)
dan ganglia nodose (inferior), yang keduanya mengandung populasi neuron
sensorik yang heterogen itu pantau berbagai macam fisiologis dan berbahaya
modalitas sensorik. Meskipun kebanyakan neuron sensorik begitu agak polimodal
di alam, dua pada dasarnya himpunan bagian berbeda dari neuron sensorik yang
mendeteksi bahan kimia (serat kemoreseptor, kadang-kadang disebut nosiseptor)
atau mekanis (serat mekanoreseptor ambang batas rendah, kadang-kadang disebut
reseptor batuk) ada rangsangan.1 Sinyal dari serat ini ditransmisikan secara
terpusat ke berbeda inti sensorik batang otak tempat pemrosesan awal terjadi
sebelum menyampaikan pola pernapasan batang otak generator untuk
menghasilkan pola motorik batuk juga ke daerah otak yang lebih tinggi untuk
persepsi jalan napas iritasi memungkinkan untuk modulasi perilaku
batuk. Jalur sentral yang terlibat dalam batuk pemrosesan telah diselidiki
pada hewan dan studi manusia. Kemoreseptor pemicu batuk mendeteksi berbagai
rangsangan yang berpotensi berbahaya, termasuk bahan kimia eksogen dan
endogen molekul inflamasi. Sebagian besar kemoterapi reseptor adalah serat-C
14
yang tidak bermyelin (konduksi lambat), yang tidak sensitif terhadap peregangan
paru-paru dan karenanya umumnya diam dalam sistem pernapasan yang sehat
tetapi menjadi aktif sebagai respons terhadap iritasi jaringan atau
2.8 Epidemiologi
Batuk adalah masalah medis yang umum dan beban sosial ekonomi yang
cukup besar. Namun,tidak ada data pasti tentang beban batuk kronis,
kemungkinan karena batuk kronis sebelumnya dianggap bukan sebagai entitas
klinis tetapi sebagai gejala konsekuensi dari kondisi pernapasan lainnya. Tidak
ada definisi batuk kronis yang disepakati untuk digunakan dalam studi
epidemiologi. (Morice,2019)
15
Sekitar 35% dari anak-anak prasekolah melaporkan batuk pada waktu
tertentu dalam sebulan Namun, sejauh ini, belum ada penelitian yang secara
sistematis membandingkan prevalensi batuk kronis pada anak-anak di seluruh
dunia. Laporan batuk kronis pada populasi bervariasi antara 1% di India, 9% di
Eropa Timur dan 5-12% di Cina dengan peningkatan di daerah dengan polusi
udara yang lebih tinggi. Persepsi subyektif dan pelaporan orang tua dari gejala
bias lebih lanjut laporan prevalensi. Diperlukan studi yang membandingkan
tingkat prevalensi di seluruh dunia.
16
2.10 Etiologi Dan Mekanisme
Batuk merupakan refleks pelindung vital yang mencegah aspirasi ke dalam
paru-paru. Pasien dengan refleks batuk yang buruk seperti mereka yang menderita
kondisi neurologis menyerah pada episode aspirasi berulang sering salah
didiagnosis sebagai "infeksi dada". Batuk adalah refleks vagal yang ditimbulkan
oleh stimulasi aferen yang dibawa oleh saraf kranial kesepuluh, dengan bidang
reseptifnya terutama di laring dan saluran napas, tetapi juga berpotensi di septa
alveolus dan parenkim paru (misalnya emboli paru, gagal jantung, ketinggian
penyakit), faring dan esofagus, dan bahkan telinga, dengan aferen vagal yang
menjorok ke kanal aurikuler dari ganglia vagal superior ( jugularis) (refleks
Arnolds). (Morice,2019)
Batuk dapat disebabkan oleh stimulasi refleks batuk normal yang berlebihan
seperti yang terjadi setelah menghirup benda asing atau uap berbahaya. Namun,
kebanyakan pasien yang datang dengan batuk kronis memiliki ciri-ciri batuk
hipersensitivitas refleks, menanggapi paparan tingkat rendah dari stimulasi termal,
kimia, atau mekanis. Sindrom hipersensitivitas batuk telah diadopsi sebagai
diagnosis menyeluruh dengan fenotipe yang berbeda tergantung pada jenis dan
lokasi peradangan yang terlihat. Kedua mekanisme sentral dan perifer telah
didalilkan untuk hipersensitivitas refleks batuk .
17
Mekanisme etiologi untuk hipersensitivitas batuk masih kontroversial dan
dibahas lebih dalam di bawah ini. Di saluran udara, peradangan T2 terjadi pada
sekitar seperempat pasien meskipun ini mungkin melalui stimulasi sistem
kekebalan bawaan daripada atopi . Hal ini menimbulkan fenotipe asma varian
batuk dan bronkitis eosinofilik . Refluks, terutama refluks saluran napas gas non-
asam, dan dysmotility esofagus adalah fitur umum . Mekanisme sentral untuk
hipersensitivitas batuk juga telah didalilkan, dengan bukti pendukung yang
dihasilkan menggunakan fMRI . Disarankan bahwa ada proses neuropatik yang
mendasari bertanggung jawab untuk hipersensitivitas batuk , pandangan yang
didukung oleh perkembangan batuk dalam bentuk tertentu dari neuropati
somatosensori herediter. (Morice,2019)
Terapi Non-Farmakologi
1) Minum banyak air akan menolong membersihkan tenggorokan
Terapi Farmakologi
Sebelum memilih obat batuk yang sesuai dengan, Perlu diketahui ada
beberapa Penyebab batuk yang tentunya Juga Membutuhkan agen terapi yang
berbeda pula. Batuk yang terjadi dalam jangka waktu yang lama dapat disebabkan
oleh beberapa hal, Seperti (Iyer and joshi,2013):
1) Infeksi virus
18
2) Gastroesophageal reflux disease(GERD)
3) Batuk yang dipicu asma
4) Bronchitis eosinophil
5) Penggunaan obat antihipertensi, yaitu ACEi, Seperti captopril, Lisinopril,
Dan lain-Lain.
19
(terutama trimester awal) dan
menyusui jika memang benar-
benar diperlukan; pemakaian
selama kehamilan dan
menyusui masih memerlukan
penelitian lebih lanjut;
ambroksol tidak boleh
digunakan dalam jangka waktu
yang lama tanpa konsultasi
dokter; dalam beberapa kasus
insufisiensi ginjal, akumulasi
dari metabolit ambroksol
terbentuk di hati.
Interaksi Pemberian bersamaan dengan Pionas.com
antibiotik (amoksisilin
sefuroksim, eritromisin,
doksisiklin) menyebabkan
peningkatan penerimaan
antibiotik kedalam jaringan
paru-paru.
Mekanisme kerja Ambroxol bekerja dengan cara Drugs.com
memecah serat asam
mukopolisakarida yang
membuat dahak lebih encer dan
mengurangi adhesi lendir pada
dinding tenggorokan sehingga
mempermudah pengeluaran
lendir pada saat batuk.
2. GG
20
pengobatan sendiri, Medscape
jangan gunakan tablet
lepas-lambat pada anak-
anak <12 tahun
hipersensitivitas.
Efek samping Kantuk, mual, muntah. Farmakologi dan terapi
tahun 2012.
Perhatian Saat menggunakan Medscape
sebagai pengobatan
sendiri pada batuk kronik
atau terus menerus
beritahu praktisi
perawatan kesehatan jika
tidak ada perbaikan
dalam 7 hari.
Interaksi Dulfisiram: dapat Drug.com
meningkatkan efek
merugikan atau toksik
dari produk yang
mengandung etanol.
Metotrimeprazine:
produk mengandung
etanol dapat
meningkatkan efek
merugikan atau toksik.
Mekanisme kerja GG memiliki aktivitas Drug.com
sebagai ekspektoran
dengan meningkatkan
volume dan mengurangi
kekentalan sputum yang
terdapat ditrachea dan
bronki, dapat
meningkatkan reflek
batuk dan memudahkan
untuk membuang
sputum. Akan tetapi
bukti objektif masih
sedikit.
3. Ammonium chloride
21
Indikasi Batuk berdahak, Pionas.com
mengencerkan dahak
Dosis larutan injeksi 5mEq / mL, Medscape
diberikan sebagai infus ke Drugs.com
pembuluh darah selama
jangka waktu tertentu setelah
ditambahkan ke cairan.
Kontraindikasi Gangguan hati dan Ginjal. Medscape
22
-Pantau daya kombinasi CO2
pasien sebelum pemberian IV
untuk menghindari asidosis
serius.
Interaksi -amitriptyline Drugs.com
-amoxapine
-amphetamine
-benzphetamine
-clomipramine
-desipramine
-dextroamphetamine
-doxepin
-doxepin topical
-ephedrine
-ephedrine nasal
-flecainide
-imipramine
-lisdexamfetamine
-ma huang
-methadone
-methamphetamine
-mexiletine
-nortriptyline
-protriptyline
-pseudoephedrine
-trimipramine
23
dengan meningkatkan jumlah
kosentrasi ion hidrogen.
4. Bromheksin
24
jika terjadi lesi kulit atau
mukosa.
Interaksi Pemberian bersamaan Drugs.com
dengan antibiotika
(amoksisilin, sefuroksim,
doksisiklin) akan
meningkatkan konsentrasi
antibiotika pada jaringan
paru.
Mekanisme Bromheksin bekerja dengan Drugs.com
kerja mengencerkan dahak
dengan memecah serat
mukopolisakarida yang
terdapat pada dahak.
1. Dekstrometorfan
25
- Perhatian pada anak-anak
dibawah 6 tahun.
-Tidak untuk digunakan
pada anak <4 tahun.
-Berhati-hatilah pada
pasien yang dibius, lemah
atau terbatas pada posisi
terlentang.
26
reseptor batuk dan
mengganggu transmisi
implus batuk.
2. Codein
3. Mercotine
27
Indikasi Batuk kering. Semua Mims.com
kondisi memerlukan efek
antitusif.
Dosis Dewasa 10 tetes, anak 6- Mims.com
12 tahun 5 tetes, bayi 2
tetes. Diberikan 3-
4kali/hari.
Kontraindikasi Asma bronchial, Mims.com
peningkatan TIK, depresi
pernafasan, penggunaan
dengan MAOI.
Efek samping -Sakit kepala. Drugs.com
-Mengantuk.
-Peningkatan
denyut jantung.
-Mual.
-Halusinasi.
28
DAFTAR PUSTAKA
29
Badan POM RI. Pusat Informasi Obat Nasional. Available from:
http://pionas.pom.go.id/monografi.
Chung KF. The clinical and pathophysiological chal-70 lenge of cough. Dalam:
Chung KF, Widdicombe J,Boushey H, Penyunting. Cough. Massachusetts :
Blackwell Publishing, 2003. h. 3-10.
De Blasio, F., Virchow, J. C., Polverino, M., Zanasi, A., Behrakis, P. K., Kilinç,
G., … Lanata, L. (2011). Cough management: a practical approach. Cough,
7(1), 7. doi:10.1186/1745-9974-7-7
Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI.2012.Farmakologi dan Terapi
Edisi 5. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Depkes RI, 2011, MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi, Edisi 11, UBM Medica
Asia, Jakarta.
Depkes RI, 2012, MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi, Edisi 12, UBM Medica
Asia, Jakarta.
Dirjen POM RI. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan
RI, 1979; Jakarta: Depkes RI.
Drugs.com, 2021, Prescription Drug Information, Interactions & Side
Effects, Terdapat di: https://www.drugs.com/drug_interactions.html
Gail, Ernst, Stephen Gos, Rupprecht Kulzer, Jürgen Lorösch, Andreas Rubo,
Manfred Sauer, Raf Kellens, Jay Reddy, Norbert Steier, and Wolfgang
Hasenpusch. 2012. “Cyano Compounds, Inorganic.” Ullmanns
Encyclopedia of Industrial Chemistry, no. January: 673–710.
doi:10.1002/14356007.a08.
Iyer RK, Joshi JM. Future drugs for the treatment of dry cough. J Assoc
Physicians India. 2013; 61 (Suppl5 ): 14–6
Junaidi, Iskandar. 2010. Penyakit Paru & Saluran napas. Jakarta: BIP Gramedia
Keller, J. A., McGovern, A. E., & Mazzone, S. B. (2017). Translating Cough
Mechanisms Into Better Cough Suppressants. Chest, 152(4), 833–841.
doi:10.1016/j.chest.2017.05.016
Medscape, 2021, Drug Interaction Checker, (online),
(http://www.reference.medscape.com/drug-interactionchecker)
MIMS Online. https://www.mims.com/indonesia/drug/info.
Morice, A. H., Millqvist, E., Bieksiene, K., Birring, S. S., Dicpinigaitis, P., Ribas,
C. D., … Zacharasiewicz, A. (2019). ERS guidelines on the diagnosis and
treatment of chronic cough in adults and children. European Respiratory
Journal, 1901136. doi:10.1183/13993003.01136-2019
30
Soedibyo, S. Arie, Yulianto. Wardhana. 2013. Profil Penggunaan Obat Batuk
Pilek Bebas pada Pasien Anak di Bawah Umur 6 tahun. Departemen
Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/RS Dr.
Cipto MangunKusumo. Jakarta.
Song, W.J., Faruqi, S., Klaewsongkram, J., Lee, S.E., Chang, Y.S. 2015. Chronic
Cough: an Asian Perspective. Part 1: Epidemiology. Asia Pacific allergy.
Vol.5. pp.136-144
Tamaweol, D., Ali, R.H., Simanjuntak, M.L. 2016. Gambaran Foto Toraks Pada
Penderita Batuk Kronis di Bagian/SMF Radiologi FK Unsrat/RSUP Prof.
Dr. R. D. Kandou Manado. Jurnal e-Clinic (eCl).Vol. 4, No.1
World Health Organization. Global Helath Observatory (GHO) Data: Prevalence
of Tobacco Smoking. 2015. [Diakses 20 Agustus 2018]. Available at:
http://www.who.int/gho/tobacco/use/en/.
31