Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH FARMAKOLOGI II

‘’BATUK’’

Disusun Oleh :
Vicky Bagus Afrilian (1902050281)

Dosen Pengampu :
Apt., Irma Susanti, M.Farm

PROGRAM STUDI D-III FARMASI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
LAMONGAN
2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI............................................................................................................2
BAB I.......................................................................................................................3
PENDAHULUAN...................................................................................................3
1.1 Latar Belakang..........................................................................................3
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................4
1.3 Tujuan........................................................................................................4
BAB II......................................................................................................................5
PEMBAHASAN......................................................................................................5
2.1 Pengertian..................................................................................................5
2.2 Jenis Batuk Berdasarkan Produktivitasnya...............................................6
2.3 Jenis Batuk Berdasarkan Waktu Berlangsungnya.....................................7
2.4 Jenis Batuk................................................................................................7
2.5 Penyebab Batuk Berdahak.........................................................................9
2.6 Penyebab Batuk Kering Tidak Berdahak................................................10
2.7 Definisi Dan Penyebab Batuk Akut, Sub Akut Dan Kronis Batuk.........11
2.8 Epidemiologi...........................................................................................15
2.9 Dampak Pada Pasien...............................................................................16
2.10 Etiologi Dan Mekanisme.........................................................................17
2.11 Macam-macam Terapi.............................................................................18
2.1.1 Obat batuk berdahak........................................................................19
2.1.2 Obat batuk kering.............................................................................25
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................30

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Batuk merupakan salah satu gangguan kesehatan yang paling sering
dialami oleh anak. Hasil tersebut sebanding dengan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Soepardi Soedibyo (2013) yang menyebutkan bahwa 100%
anak pernah mengalami episode sakit batuk (Soedibyo,2013). Batuk adalah
proses ekspirasi (penghembusan nafas) yang eksplosif yang akan memberikan
mekanisme proteksi yang normal untuk membersihkan saluran pernafasan
dari adanya sekresi atau benda asing yang mengganggu. Batuk sebenarnya
bukan merupakan suatu penyakit tetapi batuk merupakan gejala adanya
gangguan pada saluran pernafasan yang berfungsi untuk mencegah masuknya
benda asing ke saluran nafas dan untuk mengeluarkan benda asing atau
sekret yang abnormal dari saluran nafas.

Persentase penduduk dunia yang mengonsumsi tembakau didapatkan


sebanyak 57% pada penduduk Asia dan Australia. Sementara itu ASEAN
merupakan kawasan dengan 10% dari seluruh perokok dunia dan 20% penyebab
kematian global akibat tembakau. Persentase perokok pada penduduk di negara
ASEAN tersebar di Indonesia sebesar 46,16%.Menurut data Riskesdas tahun
2013, rerata proporsi perokok saat ini di Indonesia adalah 29,3% dengan jumlah
proporsi perokok di Jawa Timur adalah 23,9% yang merokok setiap hari dan 5,0
yang merokok kadang-kadang.Rokok adalah salah satu ancaman terbesar bagi
kesehatan di dunia karena menyebabkan satu orang meninggal setiap enam detik.
Sepertiga populasi dewasa dunia atau sebanyak 1,1 miliar orang merokok.Rokok
dan asapnya mengandung bahan kimia berbahaya bagi tubuh sehingga
menyebabkan tubuh rentang terserang oleh penyakit,dan ada 98 jenis zat kimia
berbahaya bagi kesehatan yang terkandung di dalam asap rokok.

Salah satu cara yang dapat dilakukan dalam membantu meredakan gejala
batuk adalah dengan menggunakan obat-obat simptomatik karena batuk terus-
menerus dapat mempengaruhi kualitas hidup seseorang. Namun, dengan

3
meredakan gejala tidak berarti dapat mengatasi kemungkinan terjadinya penyakit
jangka panjang. Penggunaan obat-obat tersebut secara terus-menerus juga berisiko
terhadap keamanan dan munculnya efek samping obat. Penelitian yang pernah
dilakukan di UK, hanya 5% perokok dari total perokok di London yang mencari
para spesialis seperti dokter dan apoteker untuk keluhan batuk yang dialami.
Setengahnya merasa batuk bukan suatu masalah berarti, tetapi hal ini tetap harus
diwaspadai apabila batuk tersebut terjadi dalam frekuensi waktu yang cukup lama
sekitar 2-3 bulan karena bisa jadi tanda awal adanya penyakit bronkitis kronis
yang berkembang sebagai akibat dari paparan tembakau rokok yang terus-
menerus.Obat batuk yang menjadi pilihan terbanyak perokok untuk mengatasi
batuk yang dialami adalah obat yang dapat dibeli bebas tanpa resep dokter.

1.2 Rumusan Masalah


a) Apa pengertian batuk ?
b) Apa saja jenis-jenis batuk ?
c) Bagaimana penyebaran batuk ?
d) Jenis terapi apa saja yang digunakan untuk batuk ?

1.3 Tujuan
a) Mengetahui pengertian dari batuk.
b) Mengetahui jenis-jenis batuk.
c) Mengetahui penyebaran batuk.
d) Mengetahui terapi apa saja yang digunakan untuk batuk.

4
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Batuk merupakan upaya pertahanan paru terhadap berbagai rangsangan
yang ada dan refleks fisiologis yang melindungi paru dari trauma mekanik, kimia
dan suhu. Batuk menjadi patologis bila dirasakan sebagai gangguan. Batuk seperti
itu sering merupakan tanda suatu penyakit di dalam atau diluar paru dan kadang
berupa gejala awal dari suatu penyakit. Batuk merupakan gejala tersering penyakit
pernapasan dan masalah yang sering kali dihadapi dokter dalam praktik sehari-
hari (Tamaweol et al., 2016).

Batuk merupakan upaya pertahanan paru terhadap berbagai rangsangan


yang ada dan refleks fisiologis yang melindungi paru dari trauma mekanik, kimia
dan suhu. Batuk menjadi patologis bila dirasakan sebagai gangguan. Batuk seperti
itu sering merupakan tanda suatu penyakit di dalam atau diluar paru dan kadang
berupa gejala awal dari suatu penyakit. Batuk merupakan gejala tersering penyakit
pernapasan dan masalah yang sering kali dihadapi dokter dalam praktik sehari-
hari (Tamaweol et al., 2016).

Beberapa penelitian telah dilakukan tentang hubungan antara batuk kronis


dengan polusi udara. Batuk kronis menjadi perhatian utama di negara
berkembang, sebagai tanda gangguan saluran pernafasaan, seperti tuberkolosis
paru (TB). Gejala batuk terus menerus yang berlangsung selama 2-3 minggu dapat
diduga sebagai indikasi penyakit TB di beberapa negara Asia Tenggara (Song et
al., 2015).

Batuk merupakan salah satu keluhan klinis yang paling banyak membawa
pasien mencari pertolongan medis.Gangguan yang paling sering adalah kelelahan,
insomnia, suara serak, nyeri otot dan tulang,berkeringat, dan inkontinensia urin.
Tekanan udara tinggi intratorakal yang kemudian dilepaskan mendadak dapat
menyebabkan berbagai komplikasi hampir di semua sistem organ.

5
Pada anak, gejala batuk terutama yang kronik atau berulang dapat berakibat
mengganggu aktivitas sehari-hari termasuk kegiatan belajar, mengurangi nafsu
makan, dan pada akhirnya dapat mengganggu proses tumbuh kembang. Orang tua
juga akan terganggu terutama bila gejala batuk lebih sering dan lebih berat pada
malam hari. Batuk tidak selalu berarti patologis atau abnormal. Seperti telah
dikemukakan di atas, sebagai mekanisme pertahanan respiratorik, batuk
diperlukan untuk membersihkan jalan napas dari mukus sekresi respiratorik, pada
orang dewasa mencapai 30 ml/hari.Sebuah studi yang mengukur batuk secara
obyektif menemukan bahwa anak sehat dengan rerata umur 10 tahun biasanya
mengalami 10x batuk (rentang hingga 34) dalam 24 jam, sebagian besar batuk
terjadi pada siang hari.

Angka ini meningkat selama infeksi respiratorik, yang bisa terjadi hingga 8x
lipat per tahun pada anak sehat. Walaupun sebagian besar anak batuk tidak
mengalami kelainan paru yang serius, batuk dapat sangat mengganggu dan sulit
untuk diatasi. Sampai batas tertentu batuk kronik pada anak adalah normal dan
mempunyai prognosis yang baik. Jika batuk kronik yang terjadi sangat sering atau
berat, maka sangat mungkin terdapat penyakit yang mendasarinya.

Batuk merupakan respon fisiologis normal terhadap iritasi pada sistem


laring – trakea –bronkial. Respon ini dapat disebabkan karena patogen atau
rangsangan mekanis/kimia sehingga terjadi pengeluaran lendir sebagai respon
rangsangan ini (Gail et al. 2012).

Menurut (Junaidi, 2010) ada 2 definisi tentang batuk yaitu:

a. Batuk merupakan cara tubuh melindungi paru-paru dari masuknya zat atau
benda asing yang mengganggu.
b. Batuk merupakan refleks alami tubuh, dimana saluran pernapasan berusaha
untuk mengeluarkan benda asing atau produksi lendir yang berlebihan.

2.2 Jenis Batuk Berdasarkan Produktivitasnya


1) Batuk produktif

Batuk produktif adalah batuk yang menghasilkan dahak atau lendir (sputum)
sehingga lebih dikenal dengan sebutan batuk berdahak. Batuk produktif memiliki
ciri khas yaitu dada terasa penuh dan berbunyi. Mereka yang mengalami batuk

6
produktif umumnya mengalami kesulitan bernapas dan disertai pengeluaran
dahak. Batuk produktif sebaiknya tidak diobati dengan obat penekan batuk karena
lendir akan semakin banyak terkumpul di paru-paru (Junaidi, 2010).

2) Batuk tidak produktif

Batuk tidak produktif adalah batuk yang tidak menghasilkan dahak


(sputum), yang juga disebut batuk kering. Batuk tidak produktif sering membuat
tenggorokan terasa gatal sehingga menyebabkan suara menjadi serak atau hilang.
Batuk ini sering dipicu oleh kemasukan partikel makanan, bahan iritan, asap
rokok (baik oleh perokok aktif maupun pasif), dan perubahan temperatur. Batuk
ini dapat merupakan gejala sisa dari infeksi virus atau flu (Junaidi, 2010).

2.3 Jenis Batuk Berdasarkan Waktu Berlangsungnya


1) Batuk akut

Batuk akut adalah batuk yang berlangsung kurang dari 3 minggu, serta
terjadi dalam 1 episode. Batuk jenis ini umumnya disebabkan oleh flu dan alergi.
Bentuk batuk yang sering ditemui, merupakan jenis batuk akut ringan yang
disertai demam ringan dan pilek (Junaidi, 2010)

2) Batuk kronis

Batuk kronis adalah batuk yang berlangsung lebih dari 3 minggu atau terjadi
dalam 3 episode selama 3 bulan berturut-turut. Batuk jenis ini biasanya
disebabkan oleh bronchitis, asma, dan tuberkolosis (Junaidi, 2010).

2.4 Jenis Batuk


1) Batuk menggonggong

Batuk seperti menyalak (menggonggong) umumnya disebabkan oleh


inflamasi atau pembengkakan pada saluran napas atas. Kebanyakan batuk ini
disebabkan oleh croup, yakni inflamasi pada laring (pangkal tenggorok) dan
trakea (batang tenggorok). Croupdapat disebabkan oleh alergi, perubahan suhu
pada malam hari dan infeksi saluran napas atas. Anak dibawah 3 tahun cenderung
terserang croup karena batang tenggoroknya sempit.

2) Pertusis/batuk rejan

7
Batuk rejan atau pertusis adalah infeksi pada saluran napas, yang terjadi
akibat bakteri bordetella pertusis. Penyakit ditandai oleh batuk yang diakhiri
dengan suara keras saat anak menarik napas. Gejala lainnya adalah hidung berair,
bersin, batuk dan sedikit demam (Junaidi, 2010). Penyakit ini biasanya menyerang
anak yang berusia diantara 3 bulan dan 3 tahun, batuk rejan dapat mengancam
kehidupan jika tidak ditangani. Terapi biasanya meliputi pemberian antibiotik dan
cairan serta anak dipajankan terhadap udara yang dilembapkan, untuk
mempertahankan fungsi pernapasan.

3) Batuk disertai napas berbunyi

Batuk disertai dengan napas berbunyi saat anak mengembuskan napas


merupakan tanda saluran napas bagian bawah mengalami peradangan/inflamasi.
Pada anak yang masih kecil, saluran bagian bawah terhalang oleh benda asing
atau lendir karena infeksi pernapasan. (Junaidi, 2010).

4) Batuk di malam hari

Batuk ini kebanyakan bertambah buruk ketika malam hari karena


penyumbatan dalam hidung dan sinus mengalir disepanjang tenggorokan serta
menyebabkan iritasi saat anak berbaring. Ini menimbulkan masalah karena anak
menjadi sulit tidur. Asma juga dapat memicu batuk dimalam hari karena saluran
napas cenderung menjadi sensitif dan mudah teriritasi pada malam hari (Junaidi,
2010).

5) Batuk di siang hari

Batuk di siang hari disebabkan alergi, asma, kedinginan, dan infeksi


pernapasan. Udara dingin dan aktivitas yang berat dapat memperparah batuk ini,
tetapi biasanya akan mereda dimalam hari ketika anak beristirahat. Perlu
dipastikan bahwa dirumah tidak ada faktor pencetus batuk seperti pengharum
ruangan, binatang peliharaan, dan asap terutama asap rokok (Junaidi, 2010).

6) Batuk disertai demam

Jika anak batuk disertai demam dan hidung meler, kemungkinan anak
terserang flu. Namun batuk disertai demam tinggi (39°C) atau lebih mungkin

8
disebabkan oleh pneumonia, terutama jika anak terlihat lesu dan bernapas tidak
cepat. Bila ini terjadi, segera bawa anak ke dokter (Junaidi, 2010).

7) Batuk disertai muntah

Umumnya anak batuk karena dipicu oleh reflex penyumbatan. Anak yang
menderita batuk disertai flu atau asma dapat muntah jika terlalu banyak lendir
yang mengalir ke dalam perut dan menimbulkan rasa mual (Junaidi, 2010).

8) Batuk menetap

Batuk yang disebabkan flu dapat hilang dalam seminggu. Asma, alergi, atau
infeksi kronis di sinus atau saluran napas mungkin penyebab pada batuk yang
menetap (persisten). Jika batuk terjadi selama seminggu, segera hubungi dokter
(Junaidi, 2010).

2.5 Penyebab Batuk Berdahak


Sobat tahu gak, ternyata salah satu penyebab batuk berdahak itu disebabkan
oleh adanya peradangan atau inflamasi pada pernafasan. Tetapi peradangan
pernafasan juga bisa memicu terjadinya batuk kering / tidak berdahak. Batuk
berdahak disebabkan oleh adanya permasalahan pada saluran pernafasan bagian
atas. Ada 5 hal yang dapat menjadi penyebab batuk berdahak diantaranya yaitu :

A. Peradangan (Inflamasi) Pernafasan


Penyebab batuk berdahak yang pertama yaitu karena adanya inflamasi pernafasan
yang bisa memicu terjadinya batuk berdahak dan batuk tidak berdahak.

B. Asap Rokok, Asap kendaraan dan Polusi


Batuk berdahak juga dapat disebabkan oleh asap rokok, asap kendaraan dan
polusi, maka dari itu, jauhkanlah asap dari sekitar tempat tinggal anda. Kalaupun
anda ingin keluar rumah, pakailah selalu masker

C. Infeksi Pada Saluran Pernafasan


Penyebab selanjutnya yaitu karena adanya infeksi pada saluran pernafasan yang
disebabkan oleh bakteri jahat atau virus

D. Flu yang berlebihan


Flu berlebihan merupakan salah satu penyebab mengapa anda bisaterkena

9
penyakit batuk berdahak. Untuk mengurangi batuk anda, anda bisa menjaga agar
tubuh anda tetap hangat.

E. Meningkatnya asam Lambung


Meskipun pada kebanyakan kasus jarang terjadi, namun ternyata meningkatnya
asam lambung bisa picu terjadinya batuk berdahak yang membandel 

2.6 Penyebab Batuk Kering Tidak Berdahak


Batuk meruakan penyakit yang sering kali kita anggap sepele, namun
tahukan anda ternyata batuk juga bisa menyebabkan penyakit yang berbahaya.
Terutama batuk kering, yang bisa menyebabkan tenggorokan berdarah. Anda
tidak mau kan ini terjadi pada anda? untuk itu yuk kita cari tahu apa saja sih
penyebabnya? berikut penyebab batuk kering tidak berdahak :

1. Infeksi Pernafasan

Jika anda menderita infeksi pada saluran pernafasan, biasanya anda akan
mengalami batuk kering tak berdahak. Batuk kering bisa berlangsung kurang
lebih selama 2 minggu. Namun jika sakit berlanjut, anda harus segera
berkonsultasi dengan dokter spesialis dibidangnya.

2. Meningkatnya asam lambung dan Refluks Asam

Hal ini bisa terjadi saat anda mengkonsumsi makanan pedas yang bisa
menjadi penyebab meningkatnya jumlah asam lambung dalam tubuh. Sehingga
asam lambung naik ke tenggorokan.

3. Penyakit Serius / berbahaya

Batuk juga dapat disebabkan oleh beberapa jenis penyakit serius seperti
radang paru-paru, atau bahkan kanker.

4. Effek Samping Obat


Tahukan anda, ternyata beberapa obat juga bisa menimbulkan effek samping yang
bisa jadi penyebab batuk kering. Karena sebagian obat sifatnya untuk mengontrol
tekanan darah yang bisa menjadi salah satu hal yang menyebabkan terjadinya
batuk kering.

5. Reaksi Alergi
Salah satu penyebab batuk kering yang karena adanya alergi, yang menyebabkan

10
tenggorokan gatal mata memerah atau iritasi dan menyebabkan batuk kering.
Untuk menghentikan batuk karena alergi, anda harus bisa menemukan penyebab
alergi terlebih dahulu, agar anda bisa mengobati batuk kering

2.7 Definisi Dan Penyebab Batuk Akut, Sub Akut Dan Kronis
Batuk
Akut secara sewenang-wenang disebut sebagai batuk yang berlangsung
selama maksimal 3 minggu. Pada sebagian besar pasien, ini disebabkan oleh
infeksi saluran pernapasan atas (ISP A), bronkitis akut atau tracheo-bronkitis
karena infeksi bakteri atau lebih sering virus . Diperkirakan hanya sedikit pasien
dengan batuk yang diinduksi ISK yang mencari pertolongan medis. Batuk akut
akibat infeksi semacam itu biasanya sembuh sendiri dan mereda dalam satu
hingga dua minggu seiring dengan penyembuhan infeksi.( De Blasio,2011)

Tidak ada target atau ukuran yang dapat diandalkan untuk memprediksi
durasi batuk pada permulaannya (yaitu, resolusi dalam 3 minggu). Juga tidak
mungkin untuk memprediksi batuk mana yang akan bertahan hingga stadium sub
akut atau kronis. Masalah ini semakin diperumit oleh fakta bahwa terapi yang
efektif dapat menggugurkan atau mempersingkat durasi batuk, sedangkan
kegagalan untuk menerapkan terapi yang efektif dapat mengubah apa yang
tadinya batuk akut menjadi batuk sub akut atau kronis. Lebih lanjut, episode batuk
akut berulang dapat menjadi manifestasi dari penyakit kronis tanpa hidung (mis.,
Asma). Namun demikian, dengan mengingat peringatan ini, pendekatan
diagnostik dan terapeutik yang relatif '' standar '' berdasarkan durasi batuk telah
terbukti berguna .

Batuk sub akut didefinisikan sebagai batuk yang berlangsung selama 3-8
minggu. Setelah infeksi spesifik (misalnya M. pneumoniae), peningkatan hiper-
responsif bronkus dapat menetap, yang dapat menyebabkan atau mempertahankan
batuk sub akut yang dapat tetap mengganggu selama beberapa minggu bahkan
setelah infeksi yang menghasut telah benar-benar teratasi. Hiperresponsivitas
saluran napas pasca infeksi yang mengakibatkan batuk sub akut masih jarang
diteliti. Uji coba terkontrol secara acak untuk mencegah dan / atau mengobati
kondisi ini tidak ada. Meskipun oid kortikoster hirup atau antagonis reseptor
leukotrien sering diresepkan untuk kondisi ini, tidak ada bukti ilmiah terkontrol

11
untuk mendukung penggunaannya, yang pada banyak kasus dapat dibatasi dengan
sendirinya. Penyebab lebih lanjut dari batuk sub akut termasuk B. pertusis, di
mana batuk berlanjut dengan paroksisma yang melumpuhkan, meskipun infeksi
sudah sembuh. Sementara tingkat orang yang divaksinasi menurun, batuk yang
diinduksi pertus sis menjadi lebih sering di beberapa negara [5]. Infeksi pertusis
baru-baru ini harus disingkirkan pada anak-anak dan orang dewasa dengan batuk
sub akut terlepas dari vaksinasi sebelumnya. Batuk akibat infeksi pertusis B.
Biasanya mengarah ke SODES epi paroksismal dari batuk dengan inspirasi
karakteristik whoop, terutama pada anak-anak. Namun, ini bisa tidak ada,
terutama pada orang dewasa. Penyebab non-infeksi dari batuk sub akut termasuk

gastroesophageal reflux, aspirasi dan asma bronkial, yang merupakan


diagnosis yang mungkin terjadi ketika sensasi kulit terhadap alergen musiman
dapat ditunjukkan dalam tes kulit alergen atau jika gejala terjadi setelah paparan
alergen lingkungan atau polutan. Gagal jantung kongestif subklinis dapat menjadi
penyebab batuk akut dan sub akut, terutama selama periode kelebihan cairan.
Kasus langka dari batuk sub akut termasuk sekuestrasi paru, dan kadang-kadang
sindrom T our ette, yang dapat memanifestasikan dirinya hanya sebagai episode
batuk paroksismal.batuk

Diagnosis bandingakut dan sub akutbatuk Diagnosis bandingakut dan sub


akut sangat luas dan mencakup kebanyakan penyakit. Batuk kronis paling sering
dikaitkan dengan menghirup asap rokok secara kronis baik oleh perokok aktif atau
pasif . Tantangan diagnostik bagi klinisi yang dihadapkan pada batuk akut atau
subakut adalah identifikasi episode jinak dan sembuh sendiri dari kebanyakan
infeksi yang berhubungan dengan batuk versus penyakit berat yang berpotensi
mengancam jiwa sebagai penyebab yang mendasari munculnya batuk. Paparan
materi partikulat juga telah diidentifikasi sebagai sumber batuk. Namun,
kebanyakan kasus batuk akut dan sub akut disebabkan oleh infeksi paru broncho
dari berbagai organisme . Ada sedikit keraguan bahwa mekanisme lingkungan dan
infeksi dapat secara sinergis berkontribusi pada patogenesis serta tingkat
keparahan dan durasi batuk tetapi ini belum sepenuhnya dievaluasi. T antangan
utama bagi dokter masih tetap menjadi identifikasi dini penyakit yang mendasari
berat, seperti karsinoma bronkial atau tuberkulosis pada pasien dengan batuk yang

12
baru timbul yang belum memenuhi kriteria batuk kronis. Pendekatan umum untuk
pengobatan pasien dengan batuk dimulai dengan mencari penyebab dari setiap

batuk akut dan / atau sub akut. Ini melibatkan diferensiasi menjadi penyebab
yang relatif jinak tetapi juga berpotensi mengancam jiwa. Sejarah rinci adalah
kunci untuk mengidentifikasi penyebab yang mendasari dan keputusan
selanjutnya jika pengobatan untuk batuk atau kondisi yang mendasarinya
diperlukan. Timbulnya batuk dapat memberikan petunjuk awal tentang asalnya.
Onset mendadak bisa berhubungan dengan aspirasi, terutama pada anak kecil dan
orang tua. T anda dan gejala infeksi saluran pernafasan bagian atas menunjukkan
alasan yang paling umum dan biasanya jinak untuk batuk akut atau sub akut.
Namun, mereka dapat mendahului pneumonia berat dan oleh karena itu terkadang
memerlukan pengamatan yang cermat. Riwayat atau tanda dan gejala
gastroesophageal reflux dapat dikaitkan dengan batuk intermiten. Sejarah rinci
pengobatan baru-baru ini dapat mengungkapkan ACE. ( De Blasio,2011)

Batuk merupakan respon fisiologis normal iritasi saluran napas, berperan


penting dalam perlindungan jalan napas dan pemeliharaan patensi jalan napas. Itu
dapat terjadi secara sukarela atau dalam respon terhadap iritasi jalan nafas dan
bisa baik refleksif dan non refleksif (perilaku) di alam. Meskipun batuk itu sendiri
mencerminkan upaya terkoordinasi dari otot pernapasan, mekanisme kontrol yang
mendasari adalah tergantung pada peristiwa neurofisiologis yang kompleks. Jalur
saraf yang mengontrol batuk telah menjadi subjek yang intens investigasi dalam
beberapa tahun terakhir, dan banyak lagi sekarang diketahui tentang bagaimana
sukarela dan membangkitkan dihasilkan batuk. Dalam penyakit, batuk bisa
menjadi berlebihan, tidak produktif, dan hipersensitif, terjadi sebagai respons
terhadap rangsangan yang biasanya tidak menyebabkan batuk. (Keller,2017)

Penyakit yang menyertai batuk biasanya adalah dorongan untuk batuk terus
menerus dan sulit untuk memuaskan — gejala berbeda yang mewakili komponen
sensorik yang dapat dirasakan dari batuk.3 Ini fenotipe dapat ditemukan pada>
100 kondisi klinis, dan karena itu sekarang diakui sebagai entitas yang berbeda di
sendiri, disebut sebagai hipersensitivitas batuk kronis sindrom (CHS) .Meskipun
heterogenitas pada penyakit yang mendasari, peningkatan kepekaan terhadap
kedua tusif dan rangsangan nontussive (dikenal sebagai hipertensi dan allotussia,

13
masing-masing) di CHS adalah umum di seluruh penyakit, menunjukkan bahwa
hipersensitivitas periph- komponen eral atau sentral dari jalur saraf batuk, atau
keduanya, penting dalam perkembangan disorder. (Keller,2017)

Tindakan batuk mencakup spektrum dari murni sukarela untuk refleksif


murni , yang pertama dimulai oleh proses pengambilan keputusan secara sadar di
korteks serebral dan tidak membutuhkan masukan dari sensorik jalur di saluran
udara dan yang terakhir dimulai oleh jalur sensorik di saluran udara dan tidak
membutuhkan pemrosesan saraf pusat di atas tingkat batang otak. Di antara kedua
ekstrem ini ada yang batuk dimulai dari saluran udara tetapi juga di bawah
perilaku modulasi oleh otak yang lebih tinggi (Gambar 1). Dengan pengecualian
dari beberapa gangguan kejiwaan di mana batuk bisa murni sukarela, banyak
penyakit batuk dianggap dibangkitkan dengan berbagai tingkat perilaku kontrol.
Serabut sensorik saluran napas yang memulai batuk semuanya berasal dari vagal,
dengan terminal perifernya terkait di dalam atau tepat di bawah pernapasan
epithelium.

Badan sel dari serat vagal ini adalah terletak dalam dua anatomis dan
embriologis ganglia vagal yang berbeda yang dikenal sebagai jugularis (superior)
dan ganglia nodose (inferior), yang keduanya mengandung populasi neuron
sensorik yang heterogen itu pantau berbagai macam fisiologis dan berbahaya
modalitas sensorik. Meskipun kebanyakan neuron sensorik begitu agak polimodal
di alam, dua pada dasarnya himpunan bagian berbeda dari neuron sensorik yang
mendeteksi bahan kimia (serat kemoreseptor, kadang-kadang disebut nosiseptor)
atau mekanis (serat mekanoreseptor ambang batas rendah, kadang-kadang disebut
reseptor batuk) ada rangsangan.1 Sinyal dari serat ini ditransmisikan secara
terpusat ke berbeda inti sensorik batang otak tempat pemrosesan awal terjadi
sebelum menyampaikan pola pernapasan batang otak generator untuk
menghasilkan pola motorik batuk juga ke daerah otak yang lebih tinggi untuk
persepsi jalan napas iritasi memungkinkan untuk modulasi perilaku

batuk. Jalur sentral yang terlibat dalam batuk pemrosesan telah diselidiki
pada hewan dan studi manusia. Kemoreseptor pemicu batuk mendeteksi berbagai
rangsangan yang berpotensi berbahaya, termasuk bahan kimia eksogen dan
endogen molekul inflamasi. Sebagian besar kemoterapi reseptor adalah serat-C

14
yang tidak bermyelin (konduksi lambat), yang tidak sensitif terhadap peregangan
paru-paru dan karenanya umumnya diam dalam sistem pernapasan yang sehat
tetapi menjadi aktif sebagai respons terhadap iritasi jaringan atau

peradangan. Mekanoreseptor ambang batas rendah batuk yang


menimbulkan batuk diklasifikasikan sebagai mielin (lebih cepat melakukan) Ad-
fiber dan sangat sensitif terhadap rangsangan belang-belang (seperti sentuhan),
penurunan cepat jalan napas pH, dan larutan hipotonik.1 Secara kolektif,
keduanya subset afferent memungkinkan untuk berbagai macam lokal diproduksi,
dihirup, atau disedot bahan kimia dan rangsangan mekanis untuk dirasakan.
Aferen vagal lainnya saraf termasuk yang lambat dan cepat beradaptasi
mechanoreceptors intrapulmoner yang ditampilkan aktivitas ritmik untuk
mengatur pernapasan eupneik. Serat ini tidak langsung menimbulkan batuk tapi
bisa mengatur batuk yang ditimbulkan oleh aferen utama jalur. (Keller,2017)

2.8 Epidemiologi
Batuk adalah masalah medis yang umum dan beban sosial ekonomi yang
cukup besar. Namun,tidak ada data pasti tentang beban batuk kronis,
kemungkinan karena batuk kronis sebelumnya dianggap bukan sebagai entitas
klinis tetapi sebagai gejala konsekuensi dari kondisi pernapasan lainnya. Tidak
ada definisi batuk kronis yang disepakati untuk digunakan dalam studi
epidemiologi. (Morice,2019)

Sebuah meta-analisis memperkirakan prevalensi global batuk kronis pada


populasi orang dewasa umum sekitar 10%. Itu lebih umum di Eropa, Amerika dan
Oseania daripada di Asia dan Afrika. Khususnya, prevalensi batuk kronis pada
orang dewasa dikaitkan dengan sejumlah karakteristik . Dalam survei
internasional baru-baru ini terhadap 10.032 pasien dewasa yang mendatangi klinik
spesialis batuk, dua pertiganya adalah wanita dan usia yang paling umum adalah
pada dekade keenam. Pola demografis yang berbeda diduga terkait dengan
perbedaan jenis kelamin dalam proses sentral sensasi batuk. Kondisi yang paling
sering dikaitkan adalah sindrom iritasi usus besar , obesitas, dan berbagai sindrom
neuropatik. Batuk kronis iatrogenik akibat perawatan obat seringkali tidak
dikenali. (Morice,2019)

15
Sekitar 35% dari anak-anak prasekolah melaporkan batuk pada waktu
tertentu dalam sebulan Namun, sejauh ini, belum ada penelitian yang secara
sistematis membandingkan prevalensi batuk kronis pada anak-anak di seluruh
dunia. Laporan batuk kronis pada populasi bervariasi antara 1% di India, 9% di
Eropa Timur dan 5-12% di Cina dengan peningkatan di daerah dengan polusi
udara yang lebih tinggi. Persepsi subyektif dan pelaporan orang tua dari gejala
bias lebih lanjut laporan prevalensi. Diperlukan studi yang membandingkan
tingkat prevalensi di seluruh dunia.

2.9 Dampak Pada Pasien


Batuk kronis sangat mengganggu individu yang terkena dan orang-orang di
sekitar mereka. Alasan paling umum mengapa pasien dengan batuk mencari
pertolongan medis termasuk kekhawatiran tentang penyakit serius yang
mendasari, muntah, kelelahan, gangguan tidur , rasa malu sosial, kesulitan
berbicara di telepon, inkontinensia urin dan gangguan pada keluarga, teman dan
rekan kerja . (Morice,2019)

Konsekuensi dari batuk kronis adalah berbagai macam komplikasi batuk. Y


ang paling berdampak pada Kualitas Hidup T erkait Kesehatan (HRQOL) adalah
stres inkontinensia urin, gangguan bicara dan depresi. Namun, ada banyak lainnya
yang sama-sama mengganggu, seperti sinkop. Laporan individu, rata-rata, delapan
gejala merugikan yang terkait dengan batuk. Stres inkontinensia urin sangat
berdampak, karena batuk mempengaruhi wanita secara tidak proporsional
dibandingkan dengan pria. Pasien wanita dengan batuk dan inkontinensia urin
memiliki HRQOL yang lebih buruk dibandingkan dengan mereka yang tidak
mengalami inkontinensia.

Pada seperempat pasien, inkontinensia parah tetapi jarang dibahas. Jadi


inkontinensia harus ditanyakan selama konsultasi. Dampak batuk dapat dinilai dan
diukur secara formal dengan alat HRQOL yang telah divalidasi, seperti Leicester
Cough Questionnaire (LCQ) atau Kuesioner Kualitas Hidup Khusus Batuk
(CQLQ) . Kekuatan alat HRQOL batuk adalah dapat digunakan untuk
mendemonstrasikan kemanjuran terapi anti-tusif yang bermakna secara klinis

16
2.10 Etiologi Dan Mekanisme
Batuk merupakan refleks pelindung vital yang mencegah aspirasi ke dalam
paru-paru. Pasien dengan refleks batuk yang buruk seperti mereka yang menderita
kondisi neurologis menyerah pada episode aspirasi berulang sering salah
didiagnosis sebagai "infeksi dada". Batuk adalah refleks vagal yang ditimbulkan
oleh stimulasi aferen yang dibawa oleh saraf kranial kesepuluh, dengan bidang
reseptifnya terutama di laring dan saluran napas, tetapi juga berpotensi di septa
alveolus dan parenkim paru (misalnya emboli paru, gagal jantung, ketinggian
penyakit), faring dan esofagus, dan bahkan telinga, dengan aferen vagal yang
menjorok ke kanal aurikuler dari ganglia vagal superior ( jugularis) (refleks
Arnolds). (Morice,2019)

Stimulus berbahaya (misalnya cairan lambung, proton, asap rokok,


partikulat, hiper atau hipotonisitas) terdeteksi melalui reseptor dan saluran ion
(misalnya TRPV1, TRP A1, TRPV4, ASIC, P2X3) yang terlokalisasi pada
terminasi saraf aferen vagal di mukosa saluran napas . Saraf aferen vagal yang
mengatur batuk bersifat polimodal yaitu menanggapi berbagai rangsangan
kimiawi dan mekanis yang berbeda. A TP yang melepaskan stres seluler
tampaknya menjadi stimulus penting . Lalu lintas saraf aferen diteruskan melalui
akson vagal ke batang otak melalui setidaknya dua jalur biokimia yang berbeda .
Pengaruh kortikal memodulasi refleks, dengan wanita memiliki area korteks
somatosensorik yang lebih luas yang ditujukan untuk batuk. Sistem ini ditandai
dengan redundansi, plastisitas, dan adaptasi yang ditandai. Neurobiologi batuk
baru-baru ini telah ditinjau secara komprehensif .

Batuk dapat disebabkan oleh stimulasi refleks batuk normal yang berlebihan
seperti yang terjadi setelah menghirup benda asing atau uap berbahaya. Namun,
kebanyakan pasien yang datang dengan batuk kronis memiliki ciri-ciri batuk
hipersensitivitas refleks, menanggapi paparan tingkat rendah dari stimulasi termal,
kimia, atau mekanis. Sindrom hipersensitivitas batuk telah diadopsi sebagai
diagnosis menyeluruh dengan fenotipe yang berbeda tergantung pada jenis dan
lokasi peradangan yang terlihat. Kedua mekanisme sentral dan perifer telah
didalilkan untuk hipersensitivitas refleks batuk .

17
Mekanisme etiologi untuk hipersensitivitas batuk masih kontroversial dan
dibahas lebih dalam di bawah ini. Di saluran udara, peradangan T2 terjadi pada
sekitar seperempat pasien meskipun ini mungkin melalui stimulasi sistem
kekebalan bawaan daripada atopi . Hal ini menimbulkan fenotipe asma varian
batuk dan bronkitis eosinofilik . Refluks, terutama refluks saluran napas gas non-
asam, dan dysmotility esofagus adalah fitur umum . Mekanisme sentral untuk
hipersensitivitas batuk juga telah didalilkan, dengan bukti pendukung yang
dihasilkan menggunakan fMRI . Disarankan bahwa ada proses neuropatik yang
mendasari bertanggung jawab untuk hipersensitivitas batuk , pandangan yang
didukung oleh perkembangan batuk dalam bentuk tertentu dari neuropati
somatosensori herediter. (Morice,2019)

2.11 Macam-macam Terapi

Terapi Non-Farmakologi
1) Minum banyak air akan menolong membersihkan tenggorokan

2) Jangan minum soda atau kopi

3) Hentikan kebiasaan merokok

4) Madu dan tablet hisap pelega tenggorokan dapat menolong meringankan


iritasi tenggorokan dan dapat membantu mencegah batuk kalau
tenggorokan kering atau pedih

5) Minum air hangat

6) Menghindari paparan debu, minuman atau makanan yang merangsang


tenggorokan dan udara malam yang dingin (Depkes RI, 1997; Depkes RI,
2007).

Terapi Farmakologi
Sebelum memilih obat batuk yang sesuai dengan, Perlu diketahui ada
beberapa Penyebab batuk yang tentunya Juga Membutuhkan agen terapi yang
berbeda pula. Batuk yang terjadi dalam jangka waktu yang lama dapat disebabkan
oleh beberapa hal, Seperti (Iyer and joshi,2013):

1) Infeksi virus

18
2) Gastroesophageal reflux disease(GERD)
3) Batuk yang dipicu asma
4) Bronchitis eosinophil
5) Penggunaan obat antihipertensi, yaitu ACEi, Seperti captopril, Lisinopril,
Dan lain-Lain.

2.1.1 Obat batuk berdahak


1. Ambroxol

Aspek Informasi obat Pustaka


Komposisi Ambroxol Drugs.com
Indikasi Sebagai sekretolitik pada Pionas.com
gangguan saluran nafas akut
dan kronis. Batuk berdahak.
Dosis Dewasa: kapsul lepas lambat 1 Pionas.com
kali sehari 75 mg, sesudah
makan. Dewasa dan anak di
atas 12 tahun:1 tablet (30 mg)
2-3 kali sehari; Anak 6-12
tahun: 1/2 tablet 2-3 kali sehari.
Sirup tetes (drops): 15 mg/ml
drops (1 mL= 20 tetes): Anak
s/d 2 tahun: 0,5 mL (10 tetes) 2
kali sehari.
Kontraindikasi Hipersensitif terhadap Pionas.com
ambroksol.
Efek samping Reaksi intoleran setelah Pionas.com
pemberian ambroksol pernah
dilaporkan tetapi jarang; efek
samping yang ringan pada
saluran saluran cerna pernah
dilaporkan pada beberapa
pasien; reaksi alergi (jarang);
reaksi alergi yang ditemukan:
reaksi pada kulit,
pembengkakan wajah, dispnea,
demam; tidak diketahui efeknya
terhadap kemampuan
mengendarai atau menjalankan
mesin.
Perhatian ambroksol hanya dapat Pionas.com
digunakan selama kehamilan

19
(terutama trimester awal) dan
menyusui jika memang benar-
benar diperlukan; pemakaian
selama kehamilan dan
menyusui masih memerlukan
penelitian lebih lanjut;
ambroksol tidak boleh
digunakan dalam jangka waktu
yang lama tanpa konsultasi
dokter; dalam beberapa kasus
insufisiensi ginjal, akumulasi
dari metabolit ambroksol
terbentuk di hati.
Interaksi Pemberian bersamaan dengan Pionas.com
antibiotik (amoksisilin
sefuroksim, eritromisin,
doksisiklin) menyebabkan
peningkatan penerimaan
antibiotik kedalam jaringan
paru-paru.
Mekanisme kerja Ambroxol bekerja dengan cara Drugs.com
memecah serat asam
mukopolisakarida yang
membuat dahak lebih encer dan
mengurangi adhesi lendir pada
dinding tenggorokan sehingga
mempermudah pengeluaran
lendir pada saat batuk.

2. GG

Aspek Informasi Obat Pustaka


Komposisi Glycerly gualacolate Medscape
200mg
Indikasi Membantu Drug.com
mengencerkan
dahak(lendir) dan
mengencerkan sekresi
bronkus agar batuk lebih
produktif.
Dosis 1xp : 100mg-200mg FI edisi III Hal 969
Kontraindikasi Jika digunakan untuk Drug.com

20
pengobatan sendiri, Medscape
jangan gunakan tablet
lepas-lambat pada anak-
anak <12 tahun
hipersensitivitas.
Efek samping Kantuk, mual, muntah. Farmakologi dan terapi
tahun 2012.
Perhatian Saat menggunakan Medscape
sebagai pengobatan
sendiri pada batuk kronik
atau terus menerus
beritahu praktisi
perawatan kesehatan jika
tidak ada perbaikan
dalam 7 hari.
Interaksi Dulfisiram: dapat Drug.com
meningkatkan efek
merugikan atau toksik
dari produk yang
mengandung etanol.
Metotrimeprazine:
produk mengandung
etanol dapat
meningkatkan efek
merugikan atau toksik.
Mekanisme kerja GG memiliki aktivitas Drug.com
sebagai ekspektoran
dengan meningkatkan
volume dan mengurangi
kekentalan sputum yang
terdapat ditrachea dan
bronki, dapat
meningkatkan reflek
batuk dan memudahkan
untuk membuang
sputum. Akan tetapi
bukti objektif masih
sedikit.

3. Ammonium chloride

aspek Informasi obat Pustaka


Komposisi larutan injeksi 5mEq / mL Medscape

21
Indikasi Batuk berdahak, Pionas.com
mengencerkan dahak
Dosis larutan injeksi 5mEq / mL, Medscape
diberikan sebagai infus ke Drugs.com
pembuluh darah selama
jangka waktu tertentu setelah
ditambahkan ke cairan.
Kontraindikasi Gangguan hati dan Ginjal. Medscape

Efek samping Reaksi alergi, seperti ruam; Drugs.com


gatal-gatal; gatal; kulit
merah, bengkak, melepuh,
atau mengelupas dengan atau
tanpa demam; mengi; sesak
di dada atau tenggorokan
kesulitan bernapas, menelan,
atau berbicara suara serak
yang tidak biasa; atau
pembengkakan pada mulut,
wajah, bibir, lidah, atau
tenggorokan.
Tanda-tanda kadar amonia
tinggi seperti detak jantung
yang tidak terasa normal,
pernapasan yang tidak
normal, perasaan bingung,
kulit pucat, detak jantung
lambat, kejang, berkeringat,
muntah, atau kedutan.
Demam. Obat ini bisa
mengiritasi pembuluh darah.
Jika obat bocor dari
pembuluh darah, itu juga
dapat menyebabkan iritasi di
sekitar area itu.
Perhatian - Insufisiensi paru, edema Medscape
jantung, gangguan ginjal
berat ( jangan berikan NH$Cl
saja jika terjadi kehilangan
Na bersamaan)
-Resiko toksisitas amonia
(monitor)

22
-Pantau daya kombinasi CO2
pasien sebelum pemberian IV
untuk menghindari asidosis
serius.
Interaksi  -amitriptyline Drugs.com

 -amoxapine

 -amphetamine

 -benzphetamine

 -clomipramine

 -desipramine

 -dextroamphetamine

 -doxepin

 -doxepin topical

 -ephedrine

 -ephedrine nasal

 -flecainide

 -imipramine

 -lisdexamfetamine

 -ma huang

 -methadone

 -methamphetamine

 -mexiletine

 -nortriptyline

 -protriptyline

 -pseudoephedrine

 -trimipramine

Mekanisme kerja Meningkatkan keasaman Medscape

23
dengan meningkatkan jumlah
kosentrasi ion hidrogen.

4. Bromheksin

Aspek Informasi obat Pustaka


Komposisi -tablet (oral) 8 mg/tablet, MIMS, 2011/2012
-sirup mengandung
bromheksin 4 mg/5 m
Indikasi batuk berdahak (obat Pionas.com
mukolitik)
Dosis -Oral: diminum saat perut Pionas.com
kosong (1 jam sebelum – 2
jam sesudah makan).
Tablet 8 mg atau sirup 4
mg/5mL: Dewasa dan
anak-anak >10 tahun: 1
tablet atau 10 mL sirup 3
kali sehari, anak 5-10
tahun: 1/2 tablet atau 5 ml
sirup 3 kali sehari, anak 2-5
tahun: 1/2 tablet atau 5 mL
sirup 2 kali sehari.
-Cairan injeksi 4 mg/2 mL:
1 ampul (waktu pemberian
2-3 menit) sebanyak 2-3
kali sehari, dapat diberikan
sebagai cairan infus
intravena bersama glukosa,
fruktosa, garam fisiologis,
dan larutan ringer
Kontraindikasi Hipersensitivitas. Pionas.com
Efek samping Hipersensitivitas, syok dan Pionas.com
reaksi anafilaktik,
bronkospasme, mual,
muntah, diare, nyeri perut
bagian atas, ruam,
angioedema, urtikaria,
pruritus.
Perhatian Tukak lambung, Pionas.com
kehamilan, menyusui,
penghentian pengobatan

24
jika terjadi lesi kulit atau
mukosa.
Interaksi Pemberian bersamaan Drugs.com
dengan antibiotika
(amoksisilin, sefuroksim,
doksisiklin) akan
meningkatkan konsentrasi
antibiotika pada jaringan
paru.
Mekanisme Bromheksin bekerja dengan Drugs.com
kerja mengencerkan dahak
dengan memecah serat
mukopolisakarida yang
terdapat pada dahak.

2.1.2 Obat batuk kering

1. Dekstrometorfan

Aspek Informasi obat Pustaka


Komposisi Dextromethorphan 15mg Medscape
Indikasi batuk kering tidak Pionas.com
produktif.
Dosis Dewasa 10-20 mg tiap 4 Pionas.com
jam atau 30 mg tiap 6-8
jam maksimal 120 mg/hari
Anak 1 mg/kg bb/hari
dalam 3-4 dosis terbagi.
Kontraindikasi asma, batuk produktif, Pionas.com
gangguan fungsi hati, Medscape
sensitif terhadap
dekstrometorfan.
Penghambat MAO non
selektif bersama Sindrom
serotonin.
Efek samping psikosis (hiperaktif dan Pionas.com
halusinasi) pada dosis
besar, depresi pernapasan
pada dosis besar.
Perhatian -kehamilan dan menyusui, Pionas.com
data keamanan pada anak Medscape
kurang lengkap.

25
- Perhatian pada anak-anak
dibawah 6 tahun.
-Tidak untuk digunakan
pada anak <4 tahun.
-Berhati-hatilah pada
pasien yang dibius, lemah
atau terbatas pada posisi
terlentang.

Interaksi -Mengonsumsi obat Drugs.com


dextromethorphan dengan
obat-obatan lain
bersamaan dapat
menyebabkan beberapa
interaksi, seperti:
Antihistamin,psikotropika,
dan obat depresi SSP
lainnya Penggunaan
bersama obat obatan di
atas dapat menambah efek
pada sistem saraf
pusat.Penghambat enzim
CYP2D6 poten, seperti
fluoxetine, paroxetine, dan
quinidine
Penggunaan bersama obat
di atas dapat menyebabkan
keracunan.
MAOI (obat depresi) atau
SSRI Penggunaan bersama
obat di atas dapat
meningkatkan risiko
sindrom serotonin, seperti
halusinasi dan
hiperpireksia, yaitu
demam dengan suhu tubuh
mencapai 41,5°C, atau
bahkan lebih.

Mekanisme kerja Bertindak pada pusat Medscape


batuk di medula;
menurunkan sensitivitas

26
reseptor batuk dan
mengganggu transmisi
implus batuk.

2. Codein

Aspek Informasi obat Pustaka


Komposisi Codein 20mg 1 tab Medscape
Indikasi Meringankan batuk Drugs.com
kering
Dosis Dewasa:15-60mg per Drugs.com
oral hingga setiap 4 jam
sesuai kebutuhan.
Kontraindikasi -hipersensitivitas Medscape
terhadap obat codein.
-depresi pernafasan yang
signifikan
-Anak-anak dibawa 12
tahun
-asma bronchial akut
atau berat dalam keadaan
tidak terpantau atau
tanpa peralatan
resusitasi.
Efek samping Gatal-gatal, sulit Drugs.com
bernafas.
Perhatian -codein tidak untuk Drugs.com
anak-anak dibawah umur
12 tahun.
-jika menggunakan
codein saat hamil, bayi
akan ketergantungan.
-jangan menggunakan
codein saat menyusui
karena bisa masuk ke
dalam ASI.
Interaksi Diazepam, lorazepam, Drugs.com
alprazolam, amlodipine.
Mekanisme kerja Agonis opioid; analgesia medscape

3. Mercotine

Aspek Informasi obat Pustaka


Komposisi noscapine Mims.com

27
Indikasi Batuk kering. Semua Mims.com
kondisi memerlukan efek
antitusif.
Dosis Dewasa 10 tetes, anak 6- Mims.com
12 tahun 5 tetes, bayi 2
tetes. Diberikan 3-
4kali/hari.
Kontraindikasi Asma bronchial, Mims.com
peningkatan TIK, depresi
pernafasan, penggunaan
dengan MAOI.
Efek samping  -Sakit kepala. Drugs.com
 -Mengantuk.
 -Peningkatan
denyut jantung.
 -Mual.
 -Halusinasi.

Perhatian Penyakit ginjal dan hati Mims.com


mendapat terapi bersama
obat depresan SSP.
Penggunaan jangka lama
dapat menyebabkan
ketergantungan fisik.
Interaksi Tidak boleh di berikan Medscape
bersamaan dengan
alkohol, warfarin, Obat-
obat golongan
monoamine oksidase
(MAO), obat yang
mengatasi gangguan
tidur contohnya
estazolam.
Mekanisme kerja obat dengan efek Medscape
antitusif atau penekan
batuk dengan
menghambat zat
bradikinin yang dapat
menstimulasi batuk.

28
DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemeterian Kesehatan RI. Riset


Kesehatan Dasar: Riskesdas 2013.2013. [Diakses 20 Agustus 2018].
Available at: http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil
%20Riskesdas%202013.pdf.

29
Badan POM RI. Pusat Informasi Obat Nasional. Available from:
http://pionas.pom.go.id/monografi.
Chung KF. The clinical and pathophysiological chal-70 lenge of cough. Dalam:
Chung KF, Widdicombe J,Boushey H, Penyunting. Cough. Massachusetts :
Blackwell Publishing, 2003. h. 3-10.
De Blasio, F., Virchow, J. C., Polverino, M., Zanasi, A., Behrakis, P. K., Kilinç,
G., … Lanata, L. (2011). Cough management: a practical approach. Cough,
7(1), 7. doi:10.1186/1745-9974-7-7
Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI.2012.Farmakologi dan Terapi
Edisi 5. Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Depkes RI, 2011, MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi, Edisi 11, UBM Medica
Asia, Jakarta.
Depkes RI, 2012, MIMS Indonesia Petunjuk Konsultasi, Edisi 12, UBM Medica
Asia, Jakarta.
Dirjen POM RI. Farmakope Indonesia. Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan
RI, 1979; Jakarta: Depkes RI.
Drugs.com, 2021, Prescription Drug Information, Interactions & Side
Effects, Terdapat di: https://www.drugs.com/drug_interactions.html
Gail, Ernst, Stephen Gos, Rupprecht Kulzer, Jürgen Lorösch, Andreas Rubo,
Manfred Sauer, Raf Kellens, Jay Reddy, Norbert Steier, and Wolfgang
Hasenpusch. 2012. “Cyano Compounds, Inorganic.” Ullmanns
Encyclopedia of Industrial Chemistry, no. January: 673–710.
doi:10.1002/14356007.a08.
Iyer RK, Joshi JM. Future drugs for the treatment of dry cough. J Assoc
Physicians India. 2013; 61 (Suppl5 ): 14–6
Junaidi, Iskandar. 2010. Penyakit Paru & Saluran napas. Jakarta: BIP Gramedia
Keller, J. A., McGovern, A. E., & Mazzone, S. B. (2017). Translating Cough
Mechanisms Into Better Cough Suppressants. Chest, 152(4), 833–841.
doi:10.1016/j.chest.2017.05.016
Medscape, 2021, Drug Interaction Checker, (online),
(http://www.reference.medscape.com/drug-interactionchecker)
MIMS Online. https://www.mims.com/indonesia/drug/info.
Morice, A. H., Millqvist, E., Bieksiene, K., Birring, S. S., Dicpinigaitis, P., Ribas,
C. D., … Zacharasiewicz, A. (2019). ERS guidelines on the diagnosis and
treatment of chronic cough in adults and children. European Respiratory
Journal, 1901136. doi:10.1183/13993003.01136-2019

30
Soedibyo, S. Arie, Yulianto. Wardhana. 2013. Profil Penggunaan Obat Batuk
Pilek Bebas pada Pasien Anak di Bawah Umur 6 tahun. Departemen
Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/RS Dr.
Cipto MangunKusumo. Jakarta.
Song, W.J., Faruqi, S., Klaewsongkram, J., Lee, S.E., Chang, Y.S. 2015. Chronic
Cough: an Asian Perspective. Part 1: Epidemiology. Asia Pacific allergy.
Vol.5. pp.136-144
Tamaweol, D., Ali, R.H., Simanjuntak, M.L. 2016. Gambaran Foto Toraks Pada
Penderita Batuk Kronis di Bagian/SMF Radiologi FK Unsrat/RSUP Prof.
Dr. R. D. Kandou Manado. Jurnal e-Clinic (eCl).Vol. 4, No.1
World Health Organization. Global Helath Observatory (GHO) Data: Prevalence
of Tobacco Smoking. 2015. [Diakses 20 Agustus 2018]. Available at:
http://www.who.int/gho/tobacco/use/en/.

31

Anda mungkin juga menyukai