Anda di halaman 1dari 17

KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
limpahan rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah yang
berjudul “OBAT BATUK”.

Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Farmakologi II
Program Studi Farmasi tahun ajaran 2019/2020 semester genap. Penyusun mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam proses penulisan makalah ini.

Dalam makalah ini masih terdapat kekurangan-kekurangan. Oleh karena itu,


penyusun mengharapkan masukan, kritik dan saran demi perbaikan karya tulis ini di masa
mendatang.Akhir kata, penyusun berharap makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
pembaca.

Pangkalpinang , 15 Januari 2020

Penyusun

1
DAFTAR ISI

COVER.....................................................................................................................i
LEMBARPENGESAHAN...................................................................................... ii
KATAPENGANTAR.............................................................................................. iii
DAFTARISI............................................................................................................ iv

BAB I PENDAHULUAN
I. 1. LATAR BELAKANG ............................................................................ 1
I. 2. TUJUAN ......................................................................................... 2
1.3. MANFAAT.............................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
II. 1. PENGERTIAN...................................................................................... 3
II. 2. MEKANISME KERJA .......................................................................... 4
II. 3. PENGGOLONGAN OBAT ................................................................... 9
II. 4. PENANGANAN DAN PEMILIHAN OBAT........................................ 9
BAB III PENUTUP
III. 1. KESIMPULAN............................................................................................11
III.2. SARAN..........................................................................................................11
DAFTARPUSTAKA..............................................................................................12
LAMPIRAN

2
BAB I PENDAHULUAN

I. 1. LATAR BELAKANG

Batuk merupakan simptom umum bagi penyakit respiratori dan non- respiratori.
Batuk bisa menyebabkan morbiditas yang tinggi dan simptom seperti letargi, imsomnia, suara
serak, nyeri muskuloskeletal, berkeringat, dan inkotinensia urin. Batuk akut merupakan salah
satu simptom yang utama yang dikeluhkan penderita di praktik dokter. Mayoritas dari kasus
batuk akut ini disebabkan oleh infeksi virus saluran pernafasan atas yang merupakan satu
self-limiting disease (Susanti, 2009).

Satu penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa terdapat kira- kira 26 juta
kasus batuk akut rawat jalan pada tahun 2004. Hal ini menunjukkan bahwa masih banyak
yang tidak mengetahui batuk akut merupakan self-limiting symptom yang bisa ditangani tanpa
berobat ke dokter. Batuk kronis merupakan kondisi umum yang menyebabkan morbiditas
fisik dan psikologi yang tinggi. Batuk kronis yang terus-menerus mempunyai efek pada
kualitas hidup dan menyebabkan isolasi sosial serta depresi klinis (Susanti, 2009).

Obat batuk terdapat banyak jenisnya yaitu antitusif sebagai obat menekan refleks
batuk, ekspektoran untuk merangsang dahak dikeluarkan dari saluran pernafasan, dan
mukolitik untuk mengencerkan dahak. Antitusif akan diberikan kepada penderita batuk yang
tidak berdahak, sedangkan ekspektoran dan mukolitik akan diberikan kepada penderita batuk
yang berdahak. Obat batuk banyak diiklankan dan bisa diperoleh tanpa resep dokter atau
dikenal sebagai obat bebas (over-the-counter medicine) (Susanti, 2009).

Jenis obat batuk bebas yang sering ada di pasaran adalah jenis ekspektoran dan
antitusif. Amerika Serikat, biaya pertahun untuk obat batuk bebas kira-kira berjumlah
milyaran dolar. Pada tahun 1994, di Amerika Serikat penjualan obat bebas antitusif berharga
US$19 milyar. Statistika dari Departemen Kesehatan Farmasi di Hong Kong menunjukkan
pasien rawat jalannya telah menggunakan sebanyak 370.000 liter antitusif yang berharga
HK$2 juta pada tahun 2000. Hal ini jelas menunjukkan beban ekonomi yang berat (Susanti,
2009).

Diketahui bahwa obat batuk tidak bisa disamaratakan untuk semua jenis batuk. Oleh
sebab itu, perlu dicapai pengetahuan yang benar mengenai penggunaan jenis-jenis obat batuk
terhadap jenis batuk yang diderita. Masyarakat seharusnya mendapat edukasi tentang jenis

3
obat batuk yang diambil, supaya penanganan sendiri simptom batuk yang diderita dapat
diobati dengan baik (Susanti, 2009).

I.2. TUJUAN

Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :

1. Untuk mengetahui variasi obat batuk.


2. Untuk mengetahui fungsi setiap jenis obat batuk.
3. Untuk mengetahui pemilihan obat batuk sesuai dengan jenis batuk.
4. Untuk mengetahui efek samping obat batuk.

4
I.3. MANFAAT

Manfaat dari pembuatan makalah ini adalah :

1. Mahasiswa mengetahui variasi obatbatuk.


2. Mahasiswa mengetahui fungsi setiap jenis obatbatuk.
3. Mahasiswa mengetahui pemilihan obat batuk sesuai dengan jenis batuk.
4. Mahasiswa mengetahui efek samping obatbatuk.

BAB II

PEMBAHASAN

II. PENGERTIAN

Batuk adalah suatu refleks fisiologi protektif yang bermanfaat untuk


mengeluarkan dan membersihkan saluran pernafasan dari dahak, debu, zat- zat

5
perangsang asing yang dihirup, partikel-partikel asing dan unsur-unsur infeksi.
Orang sehat hampir tidak batuk sama sekali berkat mekanisme pembersihan dari
bulu getar di dinding bronchi, yang berfungsi untuk menggerakkan dahak keluar
dari paru-paru menuju batang tenggorok. Cillia ini membantu untuk
menghindarkna masuknya zat-zat asing ke saluran nafas (Tjay, 2007).

Batuk dapat dibedakan menjadi dua, yakni batuk produktif (dengan dahak)
dan batuk non-produktif (kering).

1. Batuk produktif merupakan suatu mekanisme perlindungan dengan fungsi


mengeluarkan zat-zat asing (kuman, debu,dsb) dan dahak dari batang
tenggorok (Tjay, 2007).
2. Batuk non-produktif bersifat “kering” tanpa adanya dahak, misalnya pada
batuk rejan (pertussis, kinkhoest), atau juga karena pengeluarannya
memang tidak mungkin, seperti pada tumor (Tjay, 2007).
Penyebab utama penyakit batuk dalam pernafasan, antara lain:

1. Mikroorganisme pathogen yang mampu bertahan terhadap fagositos


(Susanti, 2009).
2. Partikel-partikel mineral yang menyebabkan kerusakan atau kematian
makrofag yang menelannya, sehingga menghambat pembersihan dan
merangsang reaksi jaringan (Susanti, 2009).
3. Partikel-partikel organik yang merangsang respon imun (Susanti, 2009).
4. Kelebihan beban sistem akibat paparan terus-menerus terhadap debu
respirasi berkadar tinggi yang memupuk di sekitar saluran nafas terminal
(Susanti, 2009).
Gangguan pada saluran pernafasan , ditandai dengan gejala-gejala yaitu:

1. Gejala lokal, seperti:


a. Batuk; Batuk merupakan gejala yang paling umum akibat penyakit
pernafasan. Batuk bisa bersifat kering maupun basah tergantung dari
pada produk sekret.
b. Sesak nafas;

6
c. Pengeluaran dahak;
d. Nyeri dada;
e. Batuk darah.
2. Gejala umum
Gejala-gejala yang disebut diatas bersifat setempat. Beberapa penyakit memberi
juga gejala umum, seperti suhu badan meninggi, pusing dan mabuk kepala, tidak
mau makan, rasa lesu/lemah, keringat dingin dan sebagainya (Susanti, 2009).

II.2. MEKANISME KERJA

Debu, aerosol dan gas iritan kuat menyebabkan refleks batuk-batuk atau
spasme laring (penghentian bernapas). Kalau zat-zat ini menembus kedalam paru-
paru, dapat terjadi bronchitis toxic, edema paru-paru atau pneumonitis. Para
pekerja menjadi toleran terhadap paparan iritan berkadar rendah dengan
meningkatkan sekresi mucus, suatu mekanisme yang khas pada bronchitis dan
terlihat pada perokok tembakau (Susanti, 2009).

Ekspektoran ialah obat yang dapat merangsang pengeluaran dahak dari


saluran napas (ekspektorasi). Penggunaan ekspektoran didasarkan pengalaman
empiris. Mekanisme kerjanya berdasarkan stimulasi mukosa lambung dan
selanjutnya secara refleks merangsang sekresi kelenjar saluran napas lewat N.
vagus sehingga menurunkan viskositas dan mempermudah pengeluaran dahak.
Obat yang termasuk golongan ini ialah gliseril guaiakolat. Untuk gliseril
guaiakolat, penggunaan obat ini hanya didasarkan tradisi dan kesan subyektif
pasien dan dokter. Efek samping yang mungkin timbul dengan dosis besar, berupa
ngantuk, mual dan muntah. Gliseril guaikolat tersedia dalam bentuk sirup 100
mg/5 ml. Dosis dewasa yang dianjurkan 2-4 kali 200-400 mg sehari. Sirup ipeka
dan kalium yodida sebaiknya tidak digunakan sebagai ekspektorans karena tidak
jelas kebutuhannya dan dapat menyebabkan efek samping yang serius (Susanti,
2009).

7
Mukolitika ialah obat yang dapat mengencerkan sekret saluran napas
dengan jalan memecah benang-benang mukoprotein dan mukopolisakarida dari
sputum. Contoh mukolitika ialah bromheksin, ambroksol dan asetilsistein.

a. Bromheksin, yaitu derivat sintetik dari vasicine, zat aktif dari Adhatoda
vasica. Obat ini digunakan secara local di bronkus untuk memudahkan
pengeluaran dahak. Efek samping pada pemberian oral berupa mual dan
peninggian transaminase serum. Harus hati-hati digunakan pada pasien
tukak lambung. Dosis oral untuk orang dewasa yang dianjurkan 3 kali 4-8
mg sehari (Susanti, 2009).
b. Ambroksol, suatu metabolit bromheksin diduga sama cara kerja dan
penggunaannya. Ambroksol sedang diteliti tentang kemungkinan
manfaatnya pada keratokonjungtivitis sika dan sebagai perangsang
produksi surfaktan pada anak lahir premature dengan sindrom pernafasan
(Susanti, 2009).
c. Asetilsistein, diberikan secara semprotan (nebulization) atau obat tetes
hidung. Asetilsistein, menurunkan viskositas sekret paru pada pasien
radang paru. Aktivitas mukolitika zat ini langsung terhadap mukoprotein
dengan melepaskan ikatan disulfidanya, sehingga menurunkan viskositas
sputum. Aktivitas mukolitika terbesar pada pH 7-9. Efek samping berupa
spasme bronkus, terutama pada pasien asma. Dapat juga timbul mual,
muntah, stomatisis, pilek, hemoptisis dan terbentuknya sekret berlebihan
sehingga perlu disedot atau suction (Susanti, 2009).
Berikut klasifikasi berdasarkan tanda klinis (batuk berdahak ataupun batuk
kering), yakni:

1. Batuk berdahak; batuk berdahak adalah batuk yang terjadi karena adanya
dahak pada tenggorokan. Lebih sering terjadi pada saluran nafas yang peka
terhadap paparan debu, lembab berlebih dan sebagainya. Pada batuk
berdahak mekanisme pengeluaran sekret atau benda asing disaluran nafas

8
sebaiknya tidak ditekan.
2. Batuk kering; batuk kering seringkali sangat menganggu, tidak
dimaksudkan untuk membersihkan saluran nafas, dan pada kondisi
tertentu berbahaya (pasca operasi) sehingga perlu ditekan. Batuk kering
terjadi apabila tidak ada sekresi saluran nafas, dan iritasi pada
tenggorokan, sehingga timbul rasa sakit.
Obat batuk untuk batuk berdahak:

1. Ekspektoransia
Obat-obat kelompok ini diduga bekerja merangsang sekresi cairan saluran nafas
dengan demikian mempermudah pengeluaran dahak.

Contoh:

a. Gliseril guaiakolat
 Kegunaan: Mengencerkan lendir saluran nafas.
 Hal yang harus diperhatikan: Hati-hati atau minta saran dokter untuk
penggunaan bagi anak dibawah 2 tahun dan ibu hamil.
 Aturan pemakaian:
Dewasa: 1-2 tablet (100-200 mg) setiap 6 jam atau 8 jam.

Anak: 2-6 tahun ½ tablet (50 mg) setiap 8 jam.

6-12 tahun ½ -1 tablet (50-100 mg) setiap 8 jam.

b. Amonium klorida
 Cara kerja obat: Efek ekspektoran diduga berdasarkan peningkatan cairan
disaluran napas dengan refleks melalui rangsangan selapit lendir saluran
cerna. Amonium klorida merupakan salah satu komponen obat batuk
hitam.
 Hal yang harus diperhatikan: Tidak dianjurkan digunakan pada penderita
penyakit hati, ginjal dan jantung kronik, karena dapat mengganggu
keseimbangan kimia darah yang
mempengaruhi ekskresi obat.

9
 Pemberian dosis 5 gram pada penderia ini dapat membahayakan, dan akan
timbul gejala antara lain: Rasa mual, muntah, haus, sakit kepala,
hiperventilasi.
 Aturan pemakaian:
Dewasa: 300 mg setiap 4 jam.

c. Bromheksin
 Kegunaan obat: Mengencerkan lendir saluran nafas atau mengencerkan
dahak
 Nama branded : bisolvon dan bronex
 Hal yang harus diperhatikan: Konsultasikan kedokter atau apoteker untuk
penderita tukak lambung dan wanita hamil 3 bulan pertama.
 Efek samping: Rasa mual, diare dan perut kembung ringan.
 Aturan Pemakaian:
Dewasa: 1 tablet (8 mg) diminum 3x sehari (setiap 8 jam).

Anak: Umur diatas 10 tahun 1 tablet (8 mg diminum 3x sehari (setiap 8 jam).

5-10 tahun ½ tablet (4 mg) diminum 2x sehari (setiap 8 jam).

d. Kombinasi Bromheksin dengan Gliseril Guaiakolat


 Kegunaan obat: Mengencerkan lendir saluran napas.
 Hal yang harus diperhatikan:
Konsultasikan ke dokter atau apoteker bagi anak di bawah 2 tahun.

Konsultasikan ke dokter atau apoteker bagi penderita tukak lambung.

Konsultasikan ke dokter atau apoteker bagi ibu hamil.

 Efek samping: Rasa mual, diare, kembung ringan.


Obat batuk untuk batuk kering :

1. Antitussiva

10
Bekerja sentral pada susunan saraf pusat menekan pusat batuk dan menaikkan
ambang rangsang batuk.

Contoh antitussiva :

a. Dekstrometorfan HBr
 Cara kerja obat: Dekstrometorfan HBr adalah obat penekan batuk yang
cukup efektif, kecuali pada batuk yang mendadak dan berat.
 Hal yang perlu diperhatikan:
1) Jangan digunakan pada batuk kronik akibat rokok, asma, atau emfisema,
karena akan menekan batuk dan berakibat penghambatan pengeluaran
dahak.
2) Penderita penyakit hati sebaiknya tidak menggunakan obat ini.
3) Jangan menggunakan obat ini bersama obat-obat penekan susunan saraf
pusat.
 Efek samping biasanya ringan dan jarang terjadi, antara lain seperti: Mual
dan pusing. Efek sentral dan depresi pernafasan hanya terjadi pada dosis
sangat besar.
 Aturan pemakaian:
Dewasa 10 –20 mg, 3 kali sehari.

Anak –anak 5 –10 mg, 3 kali sehari.

b. Dipenhidramin HCl
 Cara kerja obat: Dipenhidramin mempunyai fungsi sebagai antitussiva
yang menyebabkan kantuk. Selain itu juga sebagai antihistamin, sehingga
sesuai untuk batuk yang disebabkan oleh alergi.
 Hal yang harus diperhatikan:
1) Obat ini dapat menyebabkan kantuk. Jika menggunakan obat ini,
diharapkam tidak sedang mengemudikan kendaraan atau menjalankan
mesin.

11
2) Harap jangan digunakan bersama obat influenza yang mengandung
antihistamin.
3) Agar dikonsultasikan dengan dokter atau unit pelayanan kesehatan terlebih
dahulu apabila digunakan pada penderita asma (karena dapat mengurangi
sekresi danmengentalkan dahak), wanita hamil maupun menyusui dan
anak berusia kurand dari 6 tahun.
 Aturan Pemakaian:
Dewasa 1-2 kapsul (25 –50 mg), setiap 8 jam. Anak-anak ½ tablet (12,5 mg)
setiap 6-8 jam.

II. 3. PENGGOLONGAN OBAT

NO. GOLONGAN ZAT AKTIF BRAND NAME

1. Mukolitika Asetilsistein Fliumucil

Fliumucil Pediatric

Pectocil

Ambroxol Ambril

Berea

Bronchopront

2. Antitussiva Codein Codipront

Codipront

Cum Expectorant

Dekstrometorfan Romilar

Zenidex

12
3. Ekspektoransia Gliseril Guaiakolat Woods Pepermint

Versaldex

Pyril

Noscapin Longatin

Mercotine

Neocodin

4. PENANGANAN DAN PEMILIHAN OBAT

Tindakan penting adalah terutama berhenti merokok guna menghindarkan


perangsang lebih lanjut dari saluran napas. Disamping itu dapat dilakukan inhalasi
uap air (mendidih) yang dihirup guna memperbanyak sekret yang diproduksi
ditenggorok. Metode ini efektif dan murah, terutama batuk “dalam” , artinya bila
rangsangan batuk timbulnya dari pangkal tenggorok. Seringkali minum banyak air
juga dapat menghasilkan efek yang sama (Tjay, 2007).

Pengobatan farmakoterapi pada batuk pertama hendaknya ditujukan pada


mencari dan mengobati penyebabnya (terapi kausal), seperti antibiotik terhadap
infeksi kuman dari saluran pernafasan, misalnya:

Pneumonia; bagi orang dewasa pneumonia dapat ditanggulangi dengan


doksisiklin selama 7 hari (permulaan 200 mg, lalu 1 dd 100 mg), bagi wanita
hamil dan menyusui amoksisilin 3 dd 500 mg selama 7 hari atau eritromisin 4 dd
500 mg selama 7 hari. Anak-anak dapat diberikan amoksisilin 30mg/kg selama 7
hari, bila terdapat kontra- indikasi : azitromisin 1 dd 10mg/ kg selama 3 hari.

Batuk rejan; sebenarnya pada hakikatnya batuk rejan hanya dapat diobati
dengan antibiotika bila dilingkungan dekat terdapat bayi atau wanita hamil, jadi
untuk prevensi penularan infeksi sekunder. Dalam hal ini diberikan pada anak-
anak azitromisin 1dd 10mg/ kg selama 3 hari, dewasa 1 dd500mg selama 3 hari,

13
wanita hamil dan menyusui eritromisin 4 dd 500mg selama 7 hari. Dalam kasus
parah obat pilihan utama pada anak-anak adalah noskapin (2-4 dd 7,5-15 mg
tergantung usia) dan untuk dewasa noskapin 3-4 dd 15-30 mg atau kodein 3-4 dd
10-20 mg.

Kodein, noskapin, dan d-metorfan; ketiga antibiotik tersebut boleh


digunakan selama kehamilan dan laktasi, begitu pula mukolitika, amonium
klorida dan sirup ipekak. Bagi oksolamin dan mesna belum tersedia cukup data
mengenai keamanannya. Pentoksiverin tidak boleh digunakan selama laktasi,
karena mencapai air susu ibu dan dapat mengakibatkan sesak napas pada bayi.

BAB III PENUTUP

III.1. KESIMPULAN

14
Batuk merupakan gejala penting yang ditimbulkan oleh terpicunya refleks
batuk. Variasi obat batuk untuk batuk produktif yakni ekspektoransia, dan
mukolitika. Dan untuk obat batuk non-produktif yaitu antitussiva.

Fungsi untuk ekspektoran ialah obat yang dapat merangsang pengeluaran


dahak dari saluran napas (ekspektorasi). Mukolitika ialah obat yang dapat
mengencerkan sekret saluran napas dengan jalan memecah benang-benang
mukoprotein dan mukopolisakarida dari sputum. Antitussiva bekerja sentral pada
susunan saraf pusat menekan pusat batuk dan menaikkan ambang rangsang batuk.

Pengobatan pada batuk pertama hendaknya ditujukan pada mengobati


penyebabnya misalnya seperti antibiotika terhadap infeksi bakterial dari saluran
pernapasan. Namun sebelumnya haruslah diadakan perbedaan antara batuk
produktif (dahak) dan batuk non-produktif (kering).

Bromheksin mempunyai efek samping pada pemberian oral berupa mual


dan peninggian transaminase serum. Asetilsistein mempunyai efek samping
berupa spasme bronkus, terutama pada pasien asma. Dapat juga menimbulkan
mual, muntah, stomatisis, pilek, hemoptisis dan terbentuknya sekret secara
berlebihan sehingga perlu disedot atau yang disebut suction. Dekstrometorfan
HBr mempunyai efek samping biasanya ringan dan jarang terjadi, antara lain
seperti mual dan pusing. Efek sentral dan depresi pernafasan biasanya hanya
terjadi pada dosis sangat besar.

III. 2. SARAN

Diharapkan mahasiwa dan masyarakat pada umumnya menjadi paham


tentang bagaimana pengobatan pada penyakit batuk. Mengetahui tentang obat-
obat batuk, dan mengetahui cara-cara dalam menghindari penyakit batuk.

DAFTAR PUSTAKA

15
Mardjono, Profesor Dr. Mahar. 2009. Farmakologi dan Terapi Edisi Ke V.
Departemen Farmakologi dan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta.

Muchid, Apt., Drs. Abdul. 2005. PHARMACEUTICAL CARE


UNTUK PENYAKIT INFEKSI SALURAN PERNAPASAN. Departemen
Kesehatan RI. Jakarta.

http://ilmufarmasis.file.wordpress.com/2011/03/ph-care-ispa.pdf Diakses tanggal


09 September 2013

Sanjoyo, Raden. 2009. Obat (Biomedik Farmakologi). FMIPA Universitas Gadjah


Mada. Yogyakarta.

http://yoyoke.web.ugm.ac.id/download/obat.pdf Diakses tanggal 09 September


2013

Susanti, Dewi dkk. 2009. BATUK. Universitas Sumatera Utara. Medan.


http://ocw.usu.ac.id/course/download/1129-PENGOBATAN-
SENDIRI/swamedikasi_slide_batuk.pdf

Diakses tanggal 09 September 2013

Tjay, Tan Hoan dan Kirana Rahardja. 2007. OBAT-OBAT PENTING : Khasiat,
Penggunaan dan Efek-Efek Sampingnya Edisi Ke VI. Elex Media Komputindo.
Jakarta.

16
17

Anda mungkin juga menyukai