PSIKOFARMAKA
Disusun Oleh :
1. Alexandre Dasilva
2. Dwi Septian Wijaya
3. Noveliana Naben
4. Martelda Anunut
5. Theresia Ose Kherans
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Skizofrenia dapat merupakan penyakit yang ditentukan secara genetik, tetapi juga
terdapat bukti yang menunjukkan kejadian intra uteri dan komplikasi obstetrik. Obat
neuroleptik banyak mengedalikan banyak gejala skizofrenia. Obat tersebut mempunyai
sebagian besar efek pada gejala positif seperti halusinasi dan waham. Gejala negati f
seperti menarik diri dari lingkungan sosial dan apatis emosional kurang dipengaruhi oleh
obat neuroleptik. (Profitasari, 2010)
Obat neuroleptik membtuhkan waktu beberapa minggu untuk mengendalikan gejala
skizofren dan sebagian pasien akan membutuhkan pengobatan rumatan selama bertahuntahun. Relaps sering terjadi bahkan pada pasien yang dipertahankan dengan obat dan
lebih dari dua pertiganya mengalami relaps dalam satu tahun bila menghentikan terapi.
Sayangnya, neuroleptik juga memblok reseptor dopamin pada gnaglia basalis dan sering
juga menyebabkan gangguan pergerakan (efek ekstra piramidal) yang menyebabkan stres
dan kecacatan. (Mansjoer, 2000)
Berbagai agen farmakologis yang digunakan untuk menerapi berbagai gangguan
psikiatrik disebut dengan tiga istilah umumyang dapat saling menggantikan: obat
psikotropik, obat psikoaktif, dan obat psikoterapuetik. Dahulu agen tersebut dibagi dalam
empat kategori :
1. Obat antipsikotik atau neuroleptik, digunakan untuk menerapi psikosis.
2. Obat anti depresan, digunakan untuk menerapi depresi.
PSIKOFARMAKA
Page 2
3. Obat anti manik dan penstabil mood, digunakan untuk menerapi gangguan
bipolar.
4. Obat anti ansietas dan anti ansiolitik, digunakan untuk menerapi keadaan ansietas.
Meskipun demikian, sekarang ini pembagian tersebut kurang sah disebabkan berbagai
alasan yang mendasari. Sedangkan pendapat lain mengemukakan klasifikasi obat
psikotropika yang baru. Berikut tabel yang menunjukkan klasifikasi obat psikofarmaka
dengan istilah dan obat acuan yang dipakai :
Golongan
Sinonim
Obat acuan
Antipsikosis
Neuroleptika, Major
Chlorpromazine
Tranquillizer, Ataractics
Antidepresan Thymoleptics, Psychic
Amitriptyline
energizers
Anti manik
Lithium Carbonate
stabilizer, Antimanics
Anti ansietas
Anti
insomnia
Psycholeptics, Minor
Diazepam/
Tranquillizer, Anxyolitic
Chlordiazepoxide
Hypnotics, Somnifacient,
Phenobarbital
Hipnotika
Anti obsesif
Drugs used in
konvulsif
Obsesivecompulsive
Chlomipramin
Disorder
Anti panik
PSIKOFARMAKA
Imipramine
Page 3
disorder
(Andri, 2009)
PSIKOFARMAKA
Page 4
BAB II
PSIKOFARMAKA
1. Definisi
Psikofarmaka atau obat psikotropik adalah obat yang bekerja secara selektif pada Sistem
Saraf Pusat (SSP) dan mempunyai efek utama terhadap aktivitas mental dan perilaku,
digunakan untuk terapi gangguan psikiatrik yang berpengaruh terhadap taraf kualitas
hidup pasien. Obat psikotropik dibagi menjadi beberapa golongan, diantaranya:
antipsikosis, anti-depresi, anti-mania, anti-ansietas, anti-insomnia. Pembagian lainnya
dari obat psikotropik antara lain: transquilizer, neuroleptic, antidepressants dan
psikomimetika1
2. Obat-0bat Psikotropika
1. Obat Anti-Psikosis
Obat-obat neuroleptika juga disebut tranquilizer mayor, obat anti psikotik atau
obat anti skizofren, karena terutama digunakan dalam pengobatan skizofrenia tetapi juga
efektif untuk psikotik lain, seperti keadaan manik atau delirium. Obat-obat anti psikotik
ini terbagi atas dua golongan besar, yaitu :1,3
A. Obat anti psikotik tipikal
1. Phenothiazine
Rantai aliphatic
: CHLORPROMAZINE
LEVOMEPROMAZINE
Rantai piperazine
: PERPHENAZINE
TRIFLUOPERAZINE
FLUPHENAZINE
Rantai piperidine
: THIORIDAZINE
2. Butyrophenone
: HALOPERIDOL
3. diphenyl-butyl-piperidine
: PIMOZIDE
PSIKOFARMAKA
Page 5
: SULPIRIDE
2. Dibenzodiazepine
: CLOZAPINE
OLANZAPINE
QUETIAPINE
3. Benzisoxazole
: RISPERIDON
Mekanisme Kerja
Semua obat anti-psikosis merupakan obat-obat potensial dalam memblokade
reseptor dopamin dan juga dapat memblokade reseptor kolinergik, adrenergik dan
histamin. Pada obat generasi pertama (fenotiazin dan butirofenon), umumnya tidak terlalu
selektif, sedangkan benzamid sangat selektif dalam memblokade reseptor dopamine D2.
Anti-psikosis atypical memblokade reseptor dopamine dan juga serotonin 5HT2 dan
beberapa diantaranya juga dapat memblokade dopamin system limbic, terutama pada
striatum.4
Cara Penggunaan
Umumnya dikonsumsi secara oral, yang melewati first-pass metabolism di
hepar. Beberapa diantaranya dapat diberikan lewat injeksi short-acting Intra muscular
(IM) atau Intra Venous (IV), Untuk beberapa obat anti-psikosis (seperti haloperidol dan
flupenthixol), bisa diberikan larutan ester bersama vegetable oil dalam bentuk depot IM
yang diinjeksikan setiap 1-4 minggu. Obat-obatan depot lebih mudah untuk dimonitor.
Pemilihan jenis obat anti-psikosis mempertimbangkan gejala psikosis yang dominan dan
efek samping obat. Penggantian obat disesuaikan dengan dosis ekivalennya. Apabila obat
psikosis tertentu tidak memberikan respon klinis dalam dosis optimal setelah jangka
waktu memadai, dapat diganti dengan obat anti-psikosis lainnya. Jika obat anti-psikosis
PSIKOFARMAKA
Page 6
tersebut sebelumnya sudah terbukti efektif dan efek sampingnya dapat ditolerir dengan
baik, dapat dipilih kembali untuk pemakaian sekarang.
Dalam pemberian dosis, perlu dipertimbangkan:1,2,3
Onset efek primer (efek klinis) : sekitar 2-4 minggu
Onset efek sekunder (efek samping) : sekitar 2-6 jam
Waktu paruh 12-24 jam (pemberian 1-2 kali perhari)
Dosis pagi dan malam berbeda untuk mengurangi dampak efek samping, sehingga
tidak menganggu kualitas hidup pasien
Mulailah dosis awal dengan dosis anjuran dinaikkan setiap 2-3 hari hingga
dosis efektif (sindroma psikosis reda) dievaluasi setiap 2 minggu dan bila perlu
dinaikkan dosis optimal dipertahankan sekitar 8-12 minggu (stabilisasi)
diturunkan setiap 2 minggu dosis maintenance dipertahankan selama 6 bulan 2
tahun (diselingi drug holiday 1-2 hari/minggu tapering off (dosis diturunkan tiap 2-4
minggu) stop.
Obat anti-psikosis tidak menimbulkan gejala lepas obat yang hebat walaupun
diberikan dalam jangka waktu lama, sehingga potensi ketergantungan sangat kecil. Jika
dihentikan mendadak timbul gejala cholinergic rebound, yaitu: gangguan lambung, mual,
muntah, diare, pusisng, gemetar dan lain-lain dan akan mereda jika diberikan
anticholinergic agents (injeksi sulfas atropine 0,25 mg IM dan tablet trihexylfenidil 3x2
mg/hari). Obat anti-psikosis parenteral berguna untuk pasien yang tidak mau atau sulit
teratur makan obat atau tidak efektif dengan medikasi oral. Dosis dimulai dengan 0,5 cc
setiap bulan. Pemberiannya hanya untuk terapi stabilisasi dan pemeliharaan terhadap
skizofrenia.
Penggunaan CPZ sering menimbulkan hipotensi orthostatik pada waktu merubah
posisi tubuh. Hal ini dapat diatasi dengan injeksi nor-adrenalin (effortil IM). Haloperidol
juga dapat menimbulkan sindroma Parkinson, dan diatasi dengan tablet trihexylfenidil 34x2 mg/hari.
Indikasi
PSIKOFARMAKA
Page 7
Efek Samping
Antikolinergik: hiperprolaktinemia
Bila terjadi gejal tersebut, obat anti-psikosis perlahan-lahan dihentikan. Bisa
diberikan obat reserpin 2,5 mg/hari. Obat pengganti yang yang paling baik adalah
klozapin 50-100 mg/hari.
Reaksi idiosinkrasi yang timbul dapat berupa diskrasia darah, fotosensitivitas,
jaundice, dan Neuroleptic Malignant Syndrome(NSM). NSM berupa hiperpireksia,
rigiditas, inkontinensia urin, dan perubahan status mental dan kesadaran. Bila terejadi
NSM, hentikan pemakaian obat, perawatan suportif dan berikan agonis dopamine
(bromokriptin 3x 7,5 sampai 60 mg/hari, L-Dopa 2x100 mg atau amantidin 200 mg/hari)
Kontraindikasi
Penyakit hati, penyakit darah, epilepsi, kelainan jantung, febris yang tinggi,
ketergantungan alkohol, penyakit SSP dan gangguan kesadaran
PSIKOFARMAKA
Page 8
Nama Dagang
Sediaan
Dosis Anjuran
LARGACTIL
150-600 mg/h
Chlorpromazine
PROMACTIL
MEPROSETIL
Haloperidol
ETHIBERNAL
Amp.25 mg/ml
SERENACE
HALDOL
GOVOTIL
LODOMER
HALDOL
DECA-
Amp. 5 mg/ml
Tab. 0,5 mg, 2 mg
Tab. 2 mg, 5 mg
Tab. 2 mg, 5 mg
50 mg / 2-4
Amp. 50 mg/ml
minggu
12-24 mg/h
NOAS
3
Perphenazine
PSIKOFARMAKA
TRILAFON
Page 9
Fluphenazine
ANATENSOL
10-15 mg/h
Fluphenazine-
MODECATE
Vial 25 mg/ml
25 mg / 2-4
minggu
decanoate
5
Levomepromazine
NOZINAN
Tab.25 mg
25-50 mg/h
Amp. 25 mg/ml
Trifluoperazine
STELAZINE
Tab. 1 mg, 5 mg
10-15 mg/h
Thioridazine
MELLERIL
150-600 mg/h
Sulpiride
DOGMATIL
Tab. 200 mg
300-600 mg/h
FORTE
Amp. 50 mg/ml
PSIKOFARMAKA
Page 10
Pimozide
ORAP FORTE
Tab. 4 mg
2-4 mg/h
10
Risperidone
RISPERDAL
Tab. 1,2,3 mg
NERIPROS
Tab. 1,2,3 mg
NOPRENIA
Tab. 1,2,3 mg
PERSIDAL-2
Tab. 2 mg
RIZODAL
Tab. 1,2,3 mg
11
Clozapine
CLOZARIL
25-100 mg/h
12
Quetiapine
SEROQUEL
PSIKOFARMAKA
Page 11
13
Olanzapine
ZYPREXA
Tab. 5 mg, 10 mg
10-20 mg/h
2. Anti Depresan
Antidepresan terutama digunakan untuk mengobati depresi, gangguan obsesifkompulsif, gangguan ansietas menyeluruh, gangguan panik, gangguan fobik dan pada kasus
tertentu, enuresis nokturnal (antidepresn trisiklik) dan bulimia nervosa (fluoxetine). 1,3
Penggolongan obat antidepresan yaitu sebagai berikut :
Pengaruh
antidepressan
pada
neurotransmitter
biogenik
amin
memiliki
mekanisme yang berbeda pada setiap golongan antidepressan. Terapi jangka panjang
dengan obat-obat tersebut telah membuktikan pengurangan reuptake norepinephrine atau
serotonin atau keduanya, penurunan jumlah reseptor beta pascasinaptik, dan
berkurangnya pembentukan cAMP.1,6
PSIKOFARMAKA
Page 12
Page 13
antidepresan yang paling banyak digunakan, tetapi penggunaannya masih belum optimal
karena kemampuan diagnostik dari pelayanan kesehatan primer belum ditingkatkan juga
belum berperannya konselor apoteker. Dari hasil penelitian ternyata dosis yang
digunakan masih terlalu rendah. Akibatnya, efek terapi yang ingin dihasilkan tidak
tercapai.2,6
Efek samping antidepresan trisiklik cukup banyak, tetapi hal ini tidak
menghalangi penggunaannya, karena obat ini telah terbukti efektif dalam mengobati
depresi. Dengan memberikan obat ini sebagai dosis tunggal pada malam hari, dan
melakukan titrasi peningkatan dosis, maka efek samping yang mengganggu sedikit
banyak akan dapat diatasi. 7
Antidepresan baru terlihat efeknya dalam 4 sampai 12 minggu, sebelum ia
mengurangi atau menghapus gejala-gejala gangguan depresif meski hasilnya dirasakan
sudah membuat perbaikan dalam 2 sampai 3 minggu. Selama masa ini efek samping akan
terasa. Banyak efek samping bersifat sementara dan akan menghilang ketika obat
diteruskan, dan beberapa efek samping menetap seperti mulut kering, konstipasi dan efek
seksual. Orang berusia lanjut perlu mendapatkan perhatian atas daya absorbsi dan
kepekaannya terhadap efek obat. Monitor obat dan gejala perlu lebih cermat.7,8
Mekanisme Kerja
Trisiklik (TCA) memblokade reuptake dari noradrenalin dan serotonin yang
menuju neuron presinaps. SSRI hanya memblokade reuptake dari serotonin. MAOI
menghambat pengrusakan serotonin pada sinaps. Mianserin dan mirtazapin memblokade
reseptor alfa 2 presinaps. Setiap mekanisme kerja dari antidepresan melibatkan modulasi
pre atau post sinaps atau disebut respon elektrofisiologis.
Cara Penggunaan
Umumnya bersifat oral, sebagian besar bisa diberikan sekali sehari dan
mengalami proses first-pass metabolism di hepar. Respon anti-depresan jarang timbul
PSIKOFARMAKA
Page 14
dalam waktu kurang dari 2-6 minggu. Untuk sindroma depresi ringan dan sedang,
pemilihan obat sebaiknya mengikuti urutan:
Langkah 1
Langkah 2
Langkah 3
PSIKOFARMAKA
Page 15
Pemberian Dosis
Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan:
PSIKOFARMAKA
Page 16
Dengan demikian obat anti depresan dapat diberhentikan total. Kalau kemudian
sindrom depresi kambuh lagi, proses dimulai lagi dari awal dan seterusnya. Pada dosis
pemeliharaan dianjurkan dosis tunggal pada malam hari (single dose one hour before
sleep), untuk golongan trisiklik dan tetrasiklik. Untuk golongan SSRI diberikan dosis
tunggal pada pagi hari setelah sarapan. Pemberian obat anti depresi dapat dilakukan
dalam jangka panjang oleh karena addiction potential-nya sangat minimal. 7
PSIKOFARMAKA
Page 17
Indikasi
Obat antidepresan ditujukan kepada penderita depresi dan kadang berguna juga
pada penderita ansietas fobia, obsesif-kompulsif, dan mencegah kekambuhan depresi.
Efek Samping
Trisklik dan MAOI : antikolinergik(mulut kering, retensi urin, penglihatan kabur,
konstipasi, sinus takikardi) dan antiadrenergik (perubahan EKG, hipotensi.
SSRI : nausea, sakit kepala
MAOI : interaksi tiramin
PSIKOFARMAKA
Page 18
Jika pemberian telah mencapai dosis toksik timbul atropine toxic syndrome
dengan gejala eksitasi SSP, hiperpireksia, hipertensi, konvulsi, delirium, confusion dan
disorientasi. Tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasinya:
Gastric lavage
Kegagalan Terapi
Kegagalan terapi pada umumnya disebabkan:
Kepatuhan pasien menggunakan obat (compliance), yang dapat hilang oleh karena
adanya efek samping, perlu diberikan edukasi dan informasi
Dalam menilai efek obat terpengaruh oleh presepsi pasien yang tendensi negative,
sehingga penilaian menjadi bias.
3. Anti-Mania
Mania merupakan gangguan mood atau perasaan ditandai dengan aktivitas fisik
yang berlebihan dan perasaan gembira yang luar biasa yang secara keseluruhan tidak
sebanding dengan peristiwa positif yang terjadi. Hal ini terjadi dalam jangka waktu
paling sedikit satu minggu hampir setiap hari terdapat keadaan afek (mood, suasana
perasaan) yang meningkat ekspresif atau iritabel.1,2 Sindroma mania disebabkan oleh
tingginya kadar serotonin dalam celah sinaps neuron, khususnya pada sistem limbik,
yang berdampak terhadap dopamine receptor supersensitivity. Lithium karbonat
merupakan obat pilihan utama untuk meredakan sindroma mania akut dan profilaksis
terhadap serangan sindroma mania yang kambuh pada gangguan afektif bipolar.2 Bentuk
mania yang lebih ringan adalah hipomania. Mania seringkali merupakan bagian dari
kelainan bipolar (penyakit manik-depresif). Beberapa orang yang tampaknya hanya
menderita mania, mungkin sesungguhnya mengalami episode depresi yang ringan atau
singkat. Baik mania maupun hipomania lebih jarang terjadi dibandingkan dengan depresi.
Mania dan hipomania agak sulit dikenali, kesedihan yang berat dan berkelanjutan akan
PSIKOFARMAKA
Page 19
Page 20
pada pasien usia lanjut atau pasien gangguan fisik yang mempengaruhi fungsi ginjal.
Pengukuran serum dilakukan dengan mengambil sampeel darah pagi hari, yaitu sebelum
makan obat dan sekitar 12 jam setelah dosis petang.
Mekanisme kerja
Lithium Carbonate merupakan obat pilihan utama untuk meredakan Sindrom mania
akut atau profilaksis terhadap serangan Sindrom mania yang kambuhan pada gangguan
afektif bipolar.
Hipotesis: Efek anti-mania dari Lithium disebabkan kemampuannya mengurangi
dopamine receptor supersensitivity, meningkatnya cholinergic-muscarinic activity,
dan menghambat cyclic AMP (adenosine monophosphate) dan phosphoinositides.
Indikasi
Gejala sasaran: Sindrom mania. Butir-butir diagnostik terdiri dari:
Dalam jangka waktu paling sedikit satu minggu hampir setiap hari terdapat keadaan
afek (mood, suasana perasaan) yang meningkat, ekspresif dan iritabel.
PSIKOFARMAKA
Page 21
Kontra Indikasi
Wanita hamil karena bersifat teratogenik. Lithium dapat melalui plasenta dan
masuk peredaran darah janin, khususnya mempengaruhi kelenjar tiroid.
Efek samping
Efek samping Lithium berhubungan erat dengan dosis dan kondisi fisik pasien.
Gejala efek samping pada pengobatan jangka lama: mulut kering, haus, gastrointestinal
distress (mual, muntah, diare, feses lunak), kelemahan otot, poliuria, tremor halus (fine
tremor, lebih nyata pada pasien usia lanjut dan penggunaan bersamaan dengan
neuroleptika dan antidepresan) Tidak ada efek sedasi dan gangguan akstrapiramidal.
Efek samping lain : hipotiroidisme, peningkatan berat badan, perubahan fungsi tiroid,
edema pada tungkai metalic taste, leukositosis, gangguan daya ingat dan kosentrasi
pikiran
Gejala intoksikasi
o Gejala dini : muntah, diare, tremor kasar, mengantuk, kosentrasi pikiran menurun,
bicara sulit, pengucapan kata tidak jelas, berjalan tidak stabil.
o Dengan semakin beratnya intoksikasi terdapat gejala: kesadaran menurun,
oliguria, kejang-kejang.
o Penting sekali pengawasan kadar lithium dalam darah.
Faktor predisposisi terjadinya intoksikasi lithium :
o Demam (berkeringat berlebihan)
o Diet rendah garam
o Diare dan muntah-muntah
o Diet untuk menurunkan berat badan
o Pemakaian bersama diuretik, antireumatik, obat anti inflamasi nonsteroid
Tindakan mengatasi intoksikasi lithium :
PSIKOFARMAKA
Page 22
Antiansietas adalah obat obat yang digunakan untuk mengatasi kecemasan dan
juga mempunyai efek sedative, relaksasi otot, amnestic, dan antiepileptic.1
Antiansietas yang terutama adalah benzodiazepine. Banyak golongan obat yang
mendepresi system saraf pusat (SSP) lain telah digunakan untuk sedasi siang hari pada
pengobatan ansietas, namun penggunaannya saat ini telah ditinggalkan. Alasannya ialah
antara lain golongan barbiturate dan meprobamat, lebih toksik pada takar lajak
(overdoses).2
Dari golongan benzodiazepine, yang dianjurkan untuk antiansietas adalah
klordiazepoksid, diazepam, oksazepam, klorazepat, lorazepam, prazepam, alprazolam,
dan halozepam. Sedangkan klorazepam lebih dianjurkan untuk pengobatan panic
disorder.2
Klasifikasi yang sering dipakai adalah :1
1. Derivate benzodiazepine :
-
Diazepam (valium)
Bromazepam (lexotan)
Lorazepam (ativan)
Alprazolam (xanax)
Clobazam (frisium)
2. Derivate gliserol :
-
Meprobamat
3. Derivate berbiturat :
PSIKOFARMAKA
Page 23
Fenobarbital
Mekanisme Kerja
Mayoritas neurotransmitter yang melakukan inhibisi di otak adalah asam amino
GABA (gamma-aminobutyric acid A). Secara selektif reseptor GABA akan membiarkan
ion Chlorid masuk ke dalam sel, sehingga terjadi hiperpolarisasi neuron dam
menghambat penglepasan transmisi neuronal. Secara umum obat obat antiansietas ini
bekerja di reseptor GABA. Benzodiazepine menghasilkan efek pengikatan terhadap
reseptor GABA tersebut.1
Cara Penggunaan
Benzodiazepine memiliki rasio terapetik yang tinggi sebagai anti ansietas dan
kurang menimbulkan adiksi dengan toksisitas yang rendah dibandingkan dengan
meprobamate atau fenobarbital.
Efek klinis terlihat bila kadar obat dalam darah telah mencapai steady state
dimana dapat dicapai 5-7 hari dengan dosis 2-3 kali sehari. Onset of action cepat
dan langsung memberikan efek.
Mulai dengan dosis awal (dosis anjuran) kemudian dinaikkan dosis setiap 3-5 hari
sampai mencapai dosis optimal. Dosis ini dipertahankan 2-3 minggu. Kemudian
diturunkan 1/8 x dosis awal setiap 2-4 minggu sehingga tercapai dosis
pemeliharan. Bila kambuh dinaikkan lagi dan tetap efektif pertahankan 4-8
minggu.
Pemberian obat tidak boleh lebih dari 1-3 bulan dan penghentian selalu secara
bertahap.
PSIKOFARMAKA
Page 24
peningkatan
nafsu
makan
yang
mungkin
ditimbulkan
oleh
derivate
Pada
pasien
dengan
gangguan
pernapasan,
benzodiazepine
dapat
Page 25
PSIKOFARMAKA
Page 26
Initial Insomnia (sulit masuk ke dalam proses tidur). Obat yang dibutuhkan adalah
bersifat Sleep inducing anti-insomnia yaitu golongan benzodiazepine (Short
Acting) Misalnya pada gangguan anxietas.
Delayed Insomnia (proses tidur terlalu cepat berakhir dan sulit masuk kembali ke
proses tidur selanjutnya). Obat yang dibutuhkan adalah bersifat Prolong latent phase
Anti-Insomnia, yaitu golongan heterosiklik antidepresan (Trisiklik dan Tetrasiklik).
Misalnya pada gangguan depresi.
Broken Insomnia (siklus proses tidur yang normal tidak utuh dan terpecah-pecah
menjadi beberapa bagian (multiple awakening). Obat yang dibutuhkan adalah bersifat
Sleep Maintining Anti-Insomnia, yaitu golongan phenobarbital atau golongan
benzodiazepine (Long acting). Misalnya pada gangguan stres psikososial.
Pengaturan Dosis
Dosis awal dapat dinaikkan sampai mencapai dosis efektif dan dipertahankan sampai
1-2 minggu, kemudian secepatnya tapering off (untuk mencegah timbulnya rebound
dan toleransi obat)
Pada usia lanjut, dosis harus lebih kecil dan peningkatan dosis lebih perlahan-lahan,
untuk menghindari oversedation dan intoksikasi
Ada laporan yang menggunakan antidepresan sedatif dosis kecil 2-3 kali seminggu
(tidak setiap hari) untuk mengatasi insomnia pada usia lanjut
Lama Pemberian
Pemakaian obat antiinsomnia sebaiknya sekitar 1-2 minggu saja, tidak lebih dari 2
minggu, agar resiko ketergantungan kecil. Penggunaan lebih dari 2 minggu dapat
menimbulkan perubahan Sleep EEG yang menetap sekitar 6 bulan lamanya.
PSIKOFARMAKA
Page 27
Efek Samping
Hati hati pada pasien dengan insufisiensi pernapasan, uremia, gangguan fungsi hati,
oleh karena keadaan tersebut terjadi penurunan fungsi SSP, dan dapat memudahkan
timbulnya koma. Pada pasien usia lanjut dapat terjadi over sedation, sehingga
resiko jatuh dan trauma menjadi besar, yang sering terjadi adala hip fracture.
disinhibiting effect yang menyebabkan rage reaction (perilaku penyerang dan ganas)
Perhatian Khusus
Kontraindikasi :
o Sleep apneu syndrome
o Congestive Heart Failure
o Chronic Respiratory Disease
PSIKOFARMAKA
Page 28
DAFTAR PUSTAKA
1. Gunawan SG, Setabudy R, Nafrialdi, dan Elysabeth. Farmakologi dan terapi. Edisi kelima. Jakarta: Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI. 2007. hal. 171-7
2. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Synopsis of Psychiatry : Behavioral Sciences/Clinical
4. Mycek MJ, Harvey RA, Champe PC. Lippincotts Illustatrated Reviews: Pharmacology. 2nd ed.
Philadelphia: Lippincott Williams&Wilkins; 2000.
5. Lieberman JA, Tasman A. Handbook of Psychiatric Drugs. Chester city : John Wiley&Sons
Ltd ; 2006.
6. Hollister LE. Obat antidepresan. Dalam: Farmakologi dasar dan klinik. Katzung BG.
kesehatan Jiwa. Buku pedoman pelayana kesehatan jiwa di fasilitas pelayanan kesehatan
dasar. Jakarta: Departemen Kesehatan Ditjen Bina Pelayanan Medik Direktorat Bina
Pelayanan kesehatan Jiwa.2006. hal. 59-64.
9. Elvira SD, Hadisukanto G. Buku ajar psikiatri. Jakarta: Badan Penerbit FKUI. 2010. hal.
356-60.
10. Support Hope Inc. Antipsychotic : Haloperidol, Haldol. Disitasi tanggal : 05 Mei 2009 dari
PSIKOFARMAKA
Page 29