Anda di halaman 1dari 29

TUGAS ILMU KESEHATAN JIWA

PSIKOFARMAKA

Disusun Oleh :
1. Alexandre Dasilva
2. Dwi Septian Wijaya
3. Noveliana Naben
4. Martelda Anunut
5. Theresia Ose Kherans

PRODI ILMU KEPERAWATAN S 1


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KADIRI
2014

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Skizofrenia dapat merupakan penyakit yang ditentukan secara genetik, tetapi juga
terdapat bukti yang menunjukkan kejadian intra uteri dan komplikasi obstetrik. Obat
neuroleptik banyak mengedalikan banyak gejala skizofrenia. Obat tersebut mempunyai
sebagian besar efek pada gejala positif seperti halusinasi dan waham. Gejala negati f
seperti menarik diri dari lingkungan sosial dan apatis emosional kurang dipengaruhi oleh
obat neuroleptik. (Profitasari, 2010)
Obat neuroleptik membtuhkan waktu beberapa minggu untuk mengendalikan gejala
skizofren dan sebagian pasien akan membutuhkan pengobatan rumatan selama bertahuntahun. Relaps sering terjadi bahkan pada pasien yang dipertahankan dengan obat dan
lebih dari dua pertiganya mengalami relaps dalam satu tahun bila menghentikan terapi.
Sayangnya, neuroleptik juga memblok reseptor dopamin pada gnaglia basalis dan sering
juga menyebabkan gangguan pergerakan (efek ekstra piramidal) yang menyebabkan stres
dan kecacatan. (Mansjoer, 2000)
Berbagai agen farmakologis yang digunakan untuk menerapi berbagai gangguan
psikiatrik disebut dengan tiga istilah umumyang dapat saling menggantikan: obat
psikotropik, obat psikoaktif, dan obat psikoterapuetik. Dahulu agen tersebut dibagi dalam
empat kategori :
1. Obat antipsikotik atau neuroleptik, digunakan untuk menerapi psikosis.
2. Obat anti depresan, digunakan untuk menerapi depresi.

PSIKOFARMAKA

Page 2

3. Obat anti manik dan penstabil mood, digunakan untuk menerapi gangguan
bipolar.
4. Obat anti ansietas dan anti ansiolitik, digunakan untuk menerapi keadaan ansietas.
Meskipun demikian, sekarang ini pembagian tersebut kurang sah disebabkan berbagai
alasan yang mendasari. Sedangkan pendapat lain mengemukakan klasifikasi obat
psikotropika yang baru. Berikut tabel yang menunjukkan klasifikasi obat psikofarmaka
dengan istilah dan obat acuan yang dipakai :

Golongan

Sinonim

Obat acuan

Antipsikosis

Neuroleptika, Major

Chlorpromazine

Tranquillizer, Ataractics
Antidepresan Thymoleptics, Psychic

Amitriptyline

energizers
Anti manik

Mood modulator, mood

Lithium Carbonate

stabilizer, Antimanics
Anti ansietas

Anti
insomnia

Psycholeptics, Minor

Diazepam/

Tranquillizer, Anxyolitic

Chlordiazepoxide

Hypnotics, Somnifacient,

Phenobarbital

Hipnotika

Anti obsesif

Drugs used in

konvulsif

Obsesivecompulsive

Chlomipramin

Disorder
Anti panik

PSIKOFARMAKA

Drugs used in Panic

Imipramine

Page 3

disorder
(Andri, 2009)

PSIKOFARMAKA

Page 4

BAB II
PSIKOFARMAKA

1. Definisi
Psikofarmaka atau obat psikotropik adalah obat yang bekerja secara selektif pada Sistem
Saraf Pusat (SSP) dan mempunyai efek utama terhadap aktivitas mental dan perilaku,
digunakan untuk terapi gangguan psikiatrik yang berpengaruh terhadap taraf kualitas
hidup pasien. Obat psikotropik dibagi menjadi beberapa golongan, diantaranya:
antipsikosis, anti-depresi, anti-mania, anti-ansietas, anti-insomnia. Pembagian lainnya
dari obat psikotropik antara lain: transquilizer, neuroleptic, antidepressants dan
psikomimetika1

2. Obat-0bat Psikotropika
1. Obat Anti-Psikosis
Obat-obat neuroleptika juga disebut tranquilizer mayor, obat anti psikotik atau
obat anti skizofren, karena terutama digunakan dalam pengobatan skizofrenia tetapi juga
efektif untuk psikotik lain, seperti keadaan manik atau delirium. Obat-obat anti psikotik
ini terbagi atas dua golongan besar, yaitu :1,3
A. Obat anti psikotik tipikal
1. Phenothiazine

Rantai aliphatic

: CHLORPROMAZINE
LEVOMEPROMAZINE

Rantai piperazine

: PERPHENAZINE
TRIFLUOPERAZINE
FLUPHENAZINE

Rantai piperidine

: THIORIDAZINE

2. Butyrophenone

: HALOPERIDOL

3. diphenyl-butyl-piperidine

: PIMOZIDE

PSIKOFARMAKA

Page 5

B. obat anti psikotik atipikal


1. Benzamide

: SULPIRIDE

2. Dibenzodiazepine

: CLOZAPINE
OLANZAPINE
QUETIAPINE

3. Benzisoxazole

: RISPERIDON

Mekanisme Kerja
Semua obat anti-psikosis merupakan obat-obat potensial dalam memblokade
reseptor dopamin dan juga dapat memblokade reseptor kolinergik, adrenergik dan
histamin. Pada obat generasi pertama (fenotiazin dan butirofenon), umumnya tidak terlalu
selektif, sedangkan benzamid sangat selektif dalam memblokade reseptor dopamine D2.
Anti-psikosis atypical memblokade reseptor dopamine dan juga serotonin 5HT2 dan
beberapa diantaranya juga dapat memblokade dopamin system limbic, terutama pada
striatum.4

Cara Penggunaan
Umumnya dikonsumsi secara oral, yang melewati first-pass metabolism di
hepar. Beberapa diantaranya dapat diberikan lewat injeksi short-acting Intra muscular
(IM) atau Intra Venous (IV), Untuk beberapa obat anti-psikosis (seperti haloperidol dan
flupenthixol), bisa diberikan larutan ester bersama vegetable oil dalam bentuk depot IM
yang diinjeksikan setiap 1-4 minggu. Obat-obatan depot lebih mudah untuk dimonitor.
Pemilihan jenis obat anti-psikosis mempertimbangkan gejala psikosis yang dominan dan
efek samping obat. Penggantian obat disesuaikan dengan dosis ekivalennya. Apabila obat
psikosis tertentu tidak memberikan respon klinis dalam dosis optimal setelah jangka
waktu memadai, dapat diganti dengan obat anti-psikosis lainnya. Jika obat anti-psikosis

PSIKOFARMAKA

Page 6

tersebut sebelumnya sudah terbukti efektif dan efek sampingnya dapat ditolerir dengan
baik, dapat dipilih kembali untuk pemakaian sekarang.
Dalam pemberian dosis, perlu dipertimbangkan:1,2,3
Onset efek primer (efek klinis) : sekitar 2-4 minggu
Onset efek sekunder (efek samping) : sekitar 2-6 jam
Waktu paruh 12-24 jam (pemberian 1-2 kali perhari)
Dosis pagi dan malam berbeda untuk mengurangi dampak efek samping, sehingga
tidak menganggu kualitas hidup pasien
Mulailah dosis awal dengan dosis anjuran dinaikkan setiap 2-3 hari hingga
dosis efektif (sindroma psikosis reda) dievaluasi setiap 2 minggu dan bila perlu
dinaikkan dosis optimal dipertahankan sekitar 8-12 minggu (stabilisasi)
diturunkan setiap 2 minggu dosis maintenance dipertahankan selama 6 bulan 2
tahun (diselingi drug holiday 1-2 hari/minggu tapering off (dosis diturunkan tiap 2-4
minggu) stop.
Obat anti-psikosis tidak menimbulkan gejala lepas obat yang hebat walaupun
diberikan dalam jangka waktu lama, sehingga potensi ketergantungan sangat kecil. Jika
dihentikan mendadak timbul gejala cholinergic rebound, yaitu: gangguan lambung, mual,
muntah, diare, pusisng, gemetar dan lain-lain dan akan mereda jika diberikan
anticholinergic agents (injeksi sulfas atropine 0,25 mg IM dan tablet trihexylfenidil 3x2
mg/hari). Obat anti-psikosis parenteral berguna untuk pasien yang tidak mau atau sulit
teratur makan obat atau tidak efektif dengan medikasi oral. Dosis dimulai dengan 0,5 cc
setiap bulan. Pemberiannya hanya untuk terapi stabilisasi dan pemeliharaan terhadap
skizofrenia.
Penggunaan CPZ sering menimbulkan hipotensi orthostatik pada waktu merubah
posisi tubuh. Hal ini dapat diatasi dengan injeksi nor-adrenalin (effortil IM). Haloperidol
juga dapat menimbulkan sindroma Parkinson, dan diatasi dengan tablet trihexylfenidil 34x2 mg/hari.

Indikasi

PSIKOFARMAKA

Page 7

Obat anti-psikosis merupakan pilihan pertama dalam menangani skizofreni, untuk


memgurangi delusi, halusinasi, gangguan proses dan isi pikiran dan juga efektif dalam
mencegah kekambuhan. Major transquilizer juga efektif dalam menangani mania,
Tourettes syndrome, perilaku kekerasan dan agitasi akibat bingung dan demensia. Juga
dapat dikombinasikan dengan anti-depresan dalam penanganan depresi delusional.2

Efek Samping

Extrapiramidal: distonia akut, parkinsonism, akatisia, dikinesia tardiv

Endokrin: galactorrhea, amenorrhea

Antikolinergik: hiperprolaktinemia
Bila terjadi gejal tersebut, obat anti-psikosis perlahan-lahan dihentikan. Bisa

diberikan obat reserpin 2,5 mg/hari. Obat pengganti yang yang paling baik adalah
klozapin 50-100 mg/hari.
Reaksi idiosinkrasi yang timbul dapat berupa diskrasia darah, fotosensitivitas,
jaundice, dan Neuroleptic Malignant Syndrome(NSM). NSM berupa hiperpireksia,
rigiditas, inkontinensia urin, dan perubahan status mental dan kesadaran. Bila terejadi
NSM, hentikan pemakaian obat, perawatan suportif dan berikan agonis dopamine
(bromokriptin 3x 7,5 sampai 60 mg/hari, L-Dopa 2x100 mg atau amantidin 200 mg/hari)

Kontraindikasi
Penyakit hati, penyakit darah, epilepsi, kelainan jantung, febris yang tinggi,
ketergantungan alkohol, penyakit SSP dan gangguan kesadaran

PSIKOFARMAKA

Page 8

SEDIAAN ANTIPSIKOSIS DAN DOSIS ANJURAN


No Nama Generik

Nama Dagang

Sediaan

Dosis Anjuran

LARGACTIL

Tab. 25 mg, 100 mg

150-600 mg/h

Chlorpromazine

PROMACTIL
MEPROSETIL

Haloperidol

ETHIBERNAL

Amp.25 mg/ml

SERENACE

Tab. 0,5 mg, 1,5&5 5-15 mg/h


mg
Liq. 2 mg/ml

HALDOL
GOVOTIL
LODOMER
HALDOL
DECA-

Amp. 5 mg/ml
Tab. 0,5 mg, 2 mg
Tab. 2 mg, 5 mg
Tab. 2 mg, 5 mg

50 mg / 2-4

Amp. 50 mg/ml

minggu

Tab. 2 mg, 4&8 mg

12-24 mg/h

NOAS
3

Perphenazine

PSIKOFARMAKA

TRILAFON

Page 9

Fluphenazine

ANATENSOL

Tab. 2,5 mg, 5 mg

10-15 mg/h

Fluphenazine-

MODECATE

Vial 25 mg/ml

25 mg / 2-4
minggu

decanoate
5

Levomepromazine

NOZINAN

Tab.25 mg

25-50 mg/h

Amp. 25 mg/ml

Trifluoperazine

STELAZINE

Tab. 1 mg, 5 mg

10-15 mg/h

Thioridazine

MELLERIL

Tab. 50 mg, 100 mg

150-600 mg/h

Sulpiride

DOGMATIL

Tab. 200 mg

300-600 mg/h

FORTE

Amp. 50 mg/ml

PSIKOFARMAKA

Page 10

Pimozide

ORAP FORTE

Tab. 4 mg

2-4 mg/h

10

Risperidone

RISPERDAL

Tab. 1,2,3 mg

Tab 2-6 mg/h

NERIPROS

Tab. 1,2,3 mg

NOPRENIA

Tab. 1,2,3 mg

PERSIDAL-2

Tab. 2 mg

RIZODAL

Tab. 1,2,3 mg

11

Clozapine

CLOZARIL

Tab. 25 mg, 100 mg

25-100 mg/h

12

Quetiapine

SEROQUEL

Tab. 25 mg, 100 mg, 50-400 mg/h


200 mg

PSIKOFARMAKA

Page 11

13

Olanzapine

ZYPREXA

Tab. 5 mg, 10 mg

10-20 mg/h

2. Anti Depresan
Antidepresan terutama digunakan untuk mengobati depresi, gangguan obsesifkompulsif, gangguan ansietas menyeluruh, gangguan panik, gangguan fobik dan pada kasus
tertentu, enuresis nokturnal (antidepresn trisiklik) dan bulimia nervosa (fluoxetine). 1,3
Penggolongan obat antidepresan yaitu sebagai berikut :

Pengaruh

antidepressan

pada

neurotransmitter

biogenik

amin

memiliki

mekanisme yang berbeda pada setiap golongan antidepressan. Terapi jangka panjang
dengan obat-obat tersebut telah membuktikan pengurangan reuptake norepinephrine atau
serotonin atau keduanya, penurunan jumlah reseptor beta pascasinaptik, dan
berkurangnya pembentukan cAMP.1,6

PSIKOFARMAKA

Page 12

Gambar : skema diagram kemungkinan tempat kerja obat antidepressan

Tiga Fase Pengobatan Gangguan Depresif


Saat merencanakan intervensi pengobatan, penting untuk menekankan kepada
penderita bahwa ada beberapa fase pengobatan sesuai dengan perjalanan gangguan
depresif : 6
Fase akut bertujuan untuk meredakan gejala
Fase kelanjutan untuk mencegah relaps
Fase pemeliharaan/rumatan untuk mencegah rekuren

Di pelayanan kesehatan primer, obat anti depresan yang tersedia biasanya


golongan trisiklik. Meskipun antidepresan trisiklik sampai saat ini merupakan obat
PSIKOFARMAKA

Page 13

antidepresan yang paling banyak digunakan, tetapi penggunaannya masih belum optimal
karena kemampuan diagnostik dari pelayanan kesehatan primer belum ditingkatkan juga
belum berperannya konselor apoteker. Dari hasil penelitian ternyata dosis yang
digunakan masih terlalu rendah. Akibatnya, efek terapi yang ingin dihasilkan tidak
tercapai.2,6
Efek samping antidepresan trisiklik cukup banyak, tetapi hal ini tidak
menghalangi penggunaannya, karena obat ini telah terbukti efektif dalam mengobati
depresi. Dengan memberikan obat ini sebagai dosis tunggal pada malam hari, dan
melakukan titrasi peningkatan dosis, maka efek samping yang mengganggu sedikit
banyak akan dapat diatasi. 7
Antidepresan baru terlihat efeknya dalam 4 sampai 12 minggu, sebelum ia
mengurangi atau menghapus gejala-gejala gangguan depresif meski hasilnya dirasakan
sudah membuat perbaikan dalam 2 sampai 3 minggu. Selama masa ini efek samping akan
terasa. Banyak efek samping bersifat sementara dan akan menghilang ketika obat
diteruskan, dan beberapa efek samping menetap seperti mulut kering, konstipasi dan efek
seksual. Orang berusia lanjut perlu mendapatkan perhatian atas daya absorbsi dan
kepekaannya terhadap efek obat. Monitor obat dan gejala perlu lebih cermat.7,8

Mekanisme Kerja
Trisiklik (TCA) memblokade reuptake dari noradrenalin dan serotonin yang
menuju neuron presinaps. SSRI hanya memblokade reuptake dari serotonin. MAOI
menghambat pengrusakan serotonin pada sinaps. Mianserin dan mirtazapin memblokade
reseptor alfa 2 presinaps. Setiap mekanisme kerja dari antidepresan melibatkan modulasi
pre atau post sinaps atau disebut respon elektrofisiologis.

Cara Penggunaan
Umumnya bersifat oral, sebagian besar bisa diberikan sekali sehari dan
mengalami proses first-pass metabolism di hepar. Respon anti-depresan jarang timbul
PSIKOFARMAKA

Page 14

dalam waktu kurang dari 2-6 minggu. Untuk sindroma depresi ringan dan sedang,
pemilihan obat sebaiknya mengikuti urutan:
Langkah 1

: golongan SSRI (Selective Serotonin Reuptake Inhibitor)

Langkah 2

: golongan tetrasiklik (TCA)

Langkah 3

:golongan tetrasiklik, atypical, MAOI (Mono Amin Oxydase Inhibitor)


reversibel.

Tabel 1. Gambaran obat anti depresan TCA.

Tabel 2. Gambaran obat anti depresan SSRI.

PSIKOFARMAKA

Page 15

Pertama-tama menggunakan golongan SSRI yang efek sampingnya sangat


minimal (meningkatkan kepatuhan minum obat, bisa digunakan pada berbagai kondisi
medik), spectrum efek anti-depresi luas, dan gejala putus obat minimal, serta lethal
dose yang tinggi (>6000 mg) sehingga relatif aman. 1,6
Bila telah diberikan dengan dosis yang adekuat dalam jangka waktu yang cukup
(sekitar 3 bulan) tidak efektif, dapat beralih ke pilihan kedua, golongan trisiklik, yang
spektrum anti depresinya juga luas tetapi efek sampingnya relatif lebih berat.
Bila pilihan kedua belum berhasil, dapat beralih ketiga dengan spectrum anti
depresi yang lebih sempit, dan juga efek samping lebih ringan dibandingkan trisiklik,
yang teringan adalah golongan MAOI. Disamping itu juga dipertimbangkan bahwa
pergantian SSRI ke MAOI membutuhkan waktu 2-4 minggu istirahat untuk washout
period guna mencegah timbulnya serotonin malignant syndrome.

Pemberian Dosis
Dalam pengaturan dosis perlu mempertimbangkan:

onset efek primer (efek klinis) : sekitar 2-4 minggu

efek sekunder (efek samping) : sekitar 12-24 jam

waktu paruh : 12-48 jam (pemberian 1-2 kali perhari).

Ada lima proses dalam pengaturan dosis, yaitu:


a) Initiating Dosage (dosis anjuran), untuk mencapai dosis anjuran selama minggu I.
Misalnya amytriptylin 25 mg/hari pada hari I dan II, 50 mg/hari pada hari III dan IV,
100 mg/hari pada hari V dan VI.
b) Titrating Dosage (dosis optimal), dimulai pada dosis anjuran sampai dosis efektif
kemudian menjadi dosis optimal. Misalnya amytriptylin 150 mg/hari selama 7
sampai 15 hari (miggu II), kemudian minggu III 200 mg/hari dan minggu IV 300
mg/hari.
c) Stabilizing Dosage (dosis stabil), dosis optimal dipertahankan selama 2-3 bulan.
Misalnya amytriptylin 300 mg/hari (dosis optimal) kemudian diturunkan sampai
dosis pemeliharaan.

PSIKOFARMAKA

Page 16

d) Maintining Dosage (dosis pemeliharaan), selama 3-6 bulan. Biasanya dosis


pemeliharaan dosis optimal. Misalnya amytriptylin 150 mg/hari.
e) Tappering Dosage (dosis penurunan), selama 1 bulan. Kebalikan dari initiating
dosage. Misalnya amytriptylin 150 mg/hari 100 mg/hari selama 1 minggu, 100
mg/hari 75 mg/hari selama 1 minggu, 75 mg/hari 50 mg/hari selama 1 minggu, 50
mg/hari 25 mg/hari selama 1 minggu.

Dengan demikian obat anti depresan dapat diberhentikan total. Kalau kemudian
sindrom depresi kambuh lagi, proses dimulai lagi dari awal dan seterusnya. Pada dosis
pemeliharaan dianjurkan dosis tunggal pada malam hari (single dose one hour before
sleep), untuk golongan trisiklik dan tetrasiklik. Untuk golongan SSRI diberikan dosis
tunggal pada pagi hari setelah sarapan. Pemberian obat anti depresi dapat dilakukan
dalam jangka panjang oleh karena addiction potential-nya sangat minimal. 7

PSIKOFARMAKA

Page 17

Indikasi
Obat antidepresan ditujukan kepada penderita depresi dan kadang berguna juga
pada penderita ansietas fobia, obsesif-kompulsif, dan mencegah kekambuhan depresi.

Efek Samping
Trisklik dan MAOI : antikolinergik(mulut kering, retensi urin, penglihatan kabur,
konstipasi, sinus takikardi) dan antiadrenergik (perubahan EKG, hipotensi.
SSRI : nausea, sakit kepala
MAOI : interaksi tiramin
PSIKOFARMAKA

Page 18

Jika pemberian telah mencapai dosis toksik timbul atropine toxic syndrome
dengan gejala eksitasi SSP, hiperpireksia, hipertensi, konvulsi, delirium, confusion dan
disorientasi. Tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasinya:

Gastric lavage

Diazepam 10 mg IM untuk mengatasi konvulsi

Kegagalan Terapi
Kegagalan terapi pada umumnya disebabkan:

Kepatuhan pasien menggunakan obat (compliance), yang dapat hilang oleh karena
adanya efek samping, perlu diberikan edukasi dan informasi

Pengaturan dosis obat belum adekuat

Tidak cukup lama mempertahankan pada dosis minimal

Dalam menilai efek obat terpengaruh oleh presepsi pasien yang tendensi negative,
sehingga penilaian menjadi bias.

3. Anti-Mania
Mania merupakan gangguan mood atau perasaan ditandai dengan aktivitas fisik
yang berlebihan dan perasaan gembira yang luar biasa yang secara keseluruhan tidak
sebanding dengan peristiwa positif yang terjadi. Hal ini terjadi dalam jangka waktu
paling sedikit satu minggu hampir setiap hari terdapat keadaan afek (mood, suasana
perasaan) yang meningkat ekspresif atau iritabel.1,2 Sindroma mania disebabkan oleh
tingginya kadar serotonin dalam celah sinaps neuron, khususnya pada sistem limbik,
yang berdampak terhadap dopamine receptor supersensitivity. Lithium karbonat
merupakan obat pilihan utama untuk meredakan sindroma mania akut dan profilaksis
terhadap serangan sindroma mania yang kambuh pada gangguan afektif bipolar.2 Bentuk
mania yang lebih ringan adalah hipomania. Mania seringkali merupakan bagian dari
kelainan bipolar (penyakit manik-depresif). Beberapa orang yang tampaknya hanya
menderita mania, mungkin sesungguhnya mengalami episode depresi yang ringan atau
singkat. Baik mania maupun hipomania lebih jarang terjadi dibandingkan dengan depresi.
Mania dan hipomania agak sulit dikenali, kesedihan yang berat dan berkelanjutan akan
PSIKOFARMAKA

Page 19

mendorong seseorang untuk berobat ke dokter, sedangkan kegembiraan jarang


mendorong seseorang untuk berobat ke dokter karena penderita mania tidak menyadari
adanya sesuatu yang salah dalam keadaan maupun perilaku mentalnya.10

Cara Penggunaan Obat


Pada mania akut diberikan haloperidol IM atau tablet litium karbonat. Pada
gangguan afektif bipolar dengan serangan episodik mania depresi diberi litium karbonat
sebagai obat profilaks. Daapt mengurangi frekwensi, berat dan lamanya suatu
kekambuahan. Bila penggunaan obat litium karbonat tidak memungkinkaan dapat
digunakan karbamezin. Obat ini terbukti ampuh meredakan sindroma mania akut dan
profilaks serangan sindroma mania pada gangguan afektif bipolar.
Pada ganguan afektif unipolar, pencegahan kekambuhan dapat juga denagn obat
antidepresi SSRI yang lebih ampuh daripada litium karonat. Dosis awal harus lebih rendah
PSIKOFARMAKA

Page 20

pada pasien usia lanjut atau pasien gangguan fisik yang mempengaruhi fungsi ginjal.
Pengukuran serum dilakukan dengan mengambil sampeel darah pagi hari, yaitu sebelum
makan obat dan sekitar 12 jam setelah dosis petang.

Mekanisme kerja
Lithium Carbonate merupakan obat pilihan utama untuk meredakan Sindrom mania
akut atau profilaksis terhadap serangan Sindrom mania yang kambuhan pada gangguan
afektif bipolar.
Hipotesis: Efek anti-mania dari Lithium disebabkan kemampuannya mengurangi
dopamine receptor supersensitivity, meningkatnya cholinergic-muscarinic activity,
dan menghambat cyclic AMP (adenosine monophosphate) dan phosphoinositides.

Indikasi
Gejala sasaran: Sindrom mania. Butir-butir diagnostik terdiri dari:

Dalam jangka waktu paling sedikit satu minggu hampir setiap hari terdapat keadaan
afek (mood, suasana perasaan) yang meningkat, ekspresif dan iritabel.

Keadaan tersebut paling sedikit 4 gejala berikut:\


1. Peningkatan aktivitas (ditempat kerja, dalam hubungan sosial atau seksual),
atau ketidak-tenangan fisik
2. Lebih banyak bicara dari lazimnya ataun adanya dorongan untuk bicara
terus menerus
3. Lompat gagasan (flight of ideas) atau penghayatan subjektif bahwa
pikirannya sedang berlomba
4. Rasa harga diri yang melambung (grandiositas, yang dapat bertaraf sampai
waham/delusi)
5. Berkurangnya kebutuhan tidur
6. Mudah teralih perhatian, yaitu perhatiannya terlalu cepat tertarik kepada
stimulus luar yang tidak penting

PSIKOFARMAKA

Page 21

7. Keterlibatan berlebihan dalam aktivitas-aktivitas yang mengandung


kemungkina resiko tinggi dengan akibat yang merugikan apabila tidak
diperhitungkan secara bijaksana.

Kontra Indikasi
Wanita hamil karena bersifat teratogenik. Lithium dapat melalui plasenta dan
masuk peredaran darah janin, khususnya mempengaruhi kelenjar tiroid.

Efek samping
Efek samping Lithium berhubungan erat dengan dosis dan kondisi fisik pasien.
Gejala efek samping pada pengobatan jangka lama: mulut kering, haus, gastrointestinal
distress (mual, muntah, diare, feses lunak), kelemahan otot, poliuria, tremor halus (fine
tremor, lebih nyata pada pasien usia lanjut dan penggunaan bersamaan dengan
neuroleptika dan antidepresan) Tidak ada efek sedasi dan gangguan akstrapiramidal.
Efek samping lain : hipotiroidisme, peningkatan berat badan, perubahan fungsi tiroid,
edema pada tungkai metalic taste, leukositosis, gangguan daya ingat dan kosentrasi
pikiran
Gejala intoksikasi
o Gejala dini : muntah, diare, tremor kasar, mengantuk, kosentrasi pikiran menurun,
bicara sulit, pengucapan kata tidak jelas, berjalan tidak stabil.
o Dengan semakin beratnya intoksikasi terdapat gejala: kesadaran menurun,
oliguria, kejang-kejang.
o Penting sekali pengawasan kadar lithium dalam darah.
Faktor predisposisi terjadinya intoksikasi lithium :
o Demam (berkeringat berlebihan)
o Diet rendah garam
o Diare dan muntah-muntah
o Diet untuk menurunkan berat badan
o Pemakaian bersama diuretik, antireumatik, obat anti inflamasi nonsteroid
Tindakan mengatasi intoksikasi lithium :
PSIKOFARMAKA

Page 22

o Mengurangi faktor predisposisi


o Diuresis paksa dengan garam fisiologis NaCl diberikan secara IV sebanyak 10 ml
Tindakan pencegahan intoksikasi lithium dengan edukasi tentang faktor predisposisi,
minum secukupnya, bila berkeringat dan diuresis banyak harus diimbangi dengan
minum lebih banyak, mengenali gejala dan intoksikasi dan kontrol rutin.
4. Anti-Ansietas

Antiansietas adalah obat obat yang digunakan untuk mengatasi kecemasan dan
juga mempunyai efek sedative, relaksasi otot, amnestic, dan antiepileptic.1
Antiansietas yang terutama adalah benzodiazepine. Banyak golongan obat yang
mendepresi system saraf pusat (SSP) lain telah digunakan untuk sedasi siang hari pada
pengobatan ansietas, namun penggunaannya saat ini telah ditinggalkan. Alasannya ialah
antara lain golongan barbiturate dan meprobamat, lebih toksik pada takar lajak
(overdoses).2
Dari golongan benzodiazepine, yang dianjurkan untuk antiansietas adalah
klordiazepoksid, diazepam, oksazepam, klorazepat, lorazepam, prazepam, alprazolam,
dan halozepam. Sedangkan klorazepam lebih dianjurkan untuk pengobatan panic
disorder.2
Klasifikasi yang sering dipakai adalah :1
1. Derivate benzodiazepine :
-

Diazepam (valium)

Bromazepam (lexotan)

Lorazepam (ativan)

Alprazolam (xanax)

Clobazam (frisium)

2. Derivate gliserol :
-

Meprobamat

3. Derivate berbiturat :
PSIKOFARMAKA

Page 23

Fenobarbital

Mekanisme Kerja
Mayoritas neurotransmitter yang melakukan inhibisi di otak adalah asam amino
GABA (gamma-aminobutyric acid A). Secara selektif reseptor GABA akan membiarkan
ion Chlorid masuk ke dalam sel, sehingga terjadi hiperpolarisasi neuron dam
menghambat penglepasan transmisi neuronal. Secara umum obat obat antiansietas ini
bekerja di reseptor GABA. Benzodiazepine menghasilkan efek pengikatan terhadap
reseptor GABA tersebut.1
Cara Penggunaan

Benzodiazepine memiliki rasio terapetik yang tinggi sebagai anti ansietas dan
kurang menimbulkan adiksi dengan toksisitas yang rendah dibandingkan dengan
meprobamate atau fenobarbital.

Benzodiazepine sebagai drug of choice karena memiliki spesifisitas, potensi


dan kemanannya.

Spectrum klinis benzodiazepine memliputi efek anti ansietas (lorazepam,


clobazam, bromazepam), antikonvulsan, anti insomnia (nitrazepam/flurazepam),
dan premedikasi tingkat operatif (midazolam).

Efek klinis terlihat bila kadar obat dalam darah telah mencapai steady state
dimana dapat dicapai 5-7 hari dengan dosis 2-3 kali sehari. Onset of action cepat
dan langsung memberikan efek.

Mulai dengan dosis awal (dosis anjuran) kemudian dinaikkan dosis setiap 3-5 hari
sampai mencapai dosis optimal. Dosis ini dipertahankan 2-3 minggu. Kemudian
diturunkan 1/8 x dosis awal setiap 2-4 minggu sehingga tercapai dosis
pemeliharan. Bila kambuh dinaikkan lagi dan tetap efektif pertahankan 4-8
minggu.

Pemberian obat tidak boleh lebih dari 1-3 bulan dan penghentian selalu secara
bertahap.

PSIKOFARMAKA

Page 24

Efek Samping dan Kontra Indikasi


Pada penggunaan dosis terapi jarang timbul efek samping seperti rasa mengantuk,
tetapi pada kadar takar lajak (overdoses) benzodiazepine menimbulkan efek depresi SSP.
Efek samping akibat depresi susunan saraf pusat berupa kantuk dan ataksia yang
merupakan kelanjutan dari efek farmakodinamik obat obat tersebut. Efek antiansietas
diazepam dapat diharapkan terjadi bila kadar dalam darah mencapai 300-400 ng/mL dan
pada kadar ini sudah terjadi efek sedasi dan gangguan psikomotor. Intoksikasi SSP yang
menyeluruh terjadi pada kadar di atas 900-1000 ng/mL.2
Hal yang ganjil adalah sesekali terjadi peningkatan ansietas. Respon semacam ini
terjadi khusus pada pasien yang merasa ketakutan dan terjadi penumpulan daya pikir
sebagai akibat efek samping sedasi antiansietas.Efek yang unik juga adalah dimana
terjadi

peningkatan

nafsu

makan

yang

mungkin

ditimbulkan

oleh

derivate

benzodiazepine secara mental.2


Umumnya, toksisitas klinik benzodiazepine rendah. Bertambahnya berat badan,
yang mungkin disebabkan karena perbaikan nafsu makan, terjadi pada beberapa pasien.
Banyak efek samping yang dilaporkan pasien tumpang tindih dengan dengan gejala
ansietas, oleh sebab itu anamnesis yang cermat sangat penting sehingga dapat dibedakan
apakah benar merupakan efek samping atau merupakan gejala ansietas.2
Pemberian dalam jumlah besar dan jangka waktu lama dapat menyebabkan
toleransi dan dependensi, serta gejala putus zat apabila obat dihentikan secara tiba tiba.1
Derivate benzodiazepine sebaiknya jangan diberikan bersama dengan alcohol,
barbiturate dan atau fenotiazin. Kombinasi ini mungkin menimbulkan efek depresi yang
berlebihan.

Pada

pasien

dengan

memperberat gejala sesak napas.

gangguan

pernapasan,

benzodiazepine

dapat

Indikasi dan Sediaan


Derivate benzodiazepine digunakan untuk menimbulkan sedasi, menghilangkan
rasa cemas, dan keadaan psikosomatik yang ada hubungan dengan rasa cemas. Selain
PSIKOFARMAKA

Page 25

sebagai antiansietas, derivate benzodiazepine juga digunakan sebagai hipnotik,


antikonvulsan, pelemas otot, dan induksi anestesi umum yang tentunya dosis untuk
masing masing tujuan penggunaan berbeda.
Sebagai antiansietas, klordiazepoksid dapat diberikan secara oral atau bila sangat
diperlukan, suntikan dapat diulang 2-4 jam dengan dosis 25 100 mg sehari dalam 2 atau
4 pemberian. Dosis diazepam adalah 2-20 mg sehari, dan pemberian suntik dapat diulang
tiap 3-4 jam. Klorazepat diberikan secara oral 30 mg sehari dalam dosis terbagi.
Klodiazepoksid tersedia dalam bentuk tablet 5 mg dan 10 mg. diazepam tersedia
dalam bentuk tablet 2 mg dan 5 mg. diazepam tersedia sebagai larutan untuk pemberian
rektal pada anak dengan kejang demam. Alprazolam tersedia dalam bentuk tablet 0,5 mg,
1 mg, dan 2 mg.2
Toleransi dan Ketergantungan Fisik
Keadaan ini terjadi apabila benzodiazepine diberikan dalam dosis tinggi dan
dalam jangka waktu yang lama. Jadi pemberian golongan obat ini lebih dari 3 minggu
sebaiknya dihindari. Habituasi dapat terjadi akibat benzodiazepine, namun karena waktu
paruhnya panjang dan terjadi perubahan menjadi metabolit aktif, gejala putus obat
mungkin tidak akan Nampak selama 1 minggu sesudah penghentian obat pada pemakaian
kronik. Umumnya pada pemberian dengan dosis biasa tidak akan terjadi gejala putus
obat.2
5. Anti-Insomnia
Pengobatan insomnia secara farmakologi dibagi menjadi dua golongan yaitu
benzodiazepine dan non-benzodiazepine.
A. Benzodiazepine (Nitrazepam,Trizolam, dan Estazolam)
B. Non benzodiazepine (Chloral-hydrate, Phenobarbital)

PSIKOFARMAKA

Page 26

Pemilihan obat, ditinjau dari sifat gangguan tidur :

Initial Insomnia (sulit masuk ke dalam proses tidur). Obat yang dibutuhkan adalah
bersifat Sleep inducing anti-insomnia yaitu golongan benzodiazepine (Short
Acting) Misalnya pada gangguan anxietas.

Delayed Insomnia (proses tidur terlalu cepat berakhir dan sulit masuk kembali ke
proses tidur selanjutnya). Obat yang dibutuhkan adalah bersifat Prolong latent phase
Anti-Insomnia, yaitu golongan heterosiklik antidepresan (Trisiklik dan Tetrasiklik).
Misalnya pada gangguan depresi.

Broken Insomnia (siklus proses tidur yang normal tidak utuh dan terpecah-pecah
menjadi beberapa bagian (multiple awakening). Obat yang dibutuhkan adalah bersifat
Sleep Maintining Anti-Insomnia, yaitu golongan phenobarbital atau golongan
benzodiazepine (Long acting). Misalnya pada gangguan stres psikososial.

Pengaturan Dosis

Pemberian tunggal dosis anjuran 15 sampai 30 menit sebelum pergi tidur.

Dosis awal dapat dinaikkan sampai mencapai dosis efektif dan dipertahankan sampai
1-2 minggu, kemudian secepatnya tapering off (untuk mencegah timbulnya rebound
dan toleransi obat)

Pada usia lanjut, dosis harus lebih kecil dan peningkatan dosis lebih perlahan-lahan,
untuk menghindari oversedation dan intoksikasi

Ada laporan yang menggunakan antidepresan sedatif dosis kecil 2-3 kali seminggu
(tidak setiap hari) untuk mengatasi insomnia pada usia lanjut

Lama Pemberian

Pemakaian obat antiinsomnia sebaiknya sekitar 1-2 minggu saja, tidak lebih dari 2
minggu, agar resiko ketergantungan kecil. Penggunaan lebih dari 2 minggu dapat
menimbulkan perubahan Sleep EEG yang menetap sekitar 6 bulan lamanya.

PSIKOFARMAKA

Page 27

Kesulitan pemberhetian obat seringkali oleh karena Psychological Dependence


(habiatuasi) sebagai akibat rasa nyaman setelah gangguan tidur dapat ditanggulangi.

Efek Samping

Supresi SSP (susunan saraf pusat) pada saat tidur.

Hati hati pada pasien dengan insufisiensi pernapasan, uremia, gangguan fungsi hati,
oleh karena keadaan tersebut terjadi penurunan fungsi SSP, dan dapat memudahkan
timbulnya koma. Pada pasien usia lanjut dapat terjadi over sedation, sehingga
resiko jatuh dan trauma menjadi besar, yang sering terjadi adala hip fracture.

Efek samping dapat terjadi sehubungan dengan farmakokinetik obat anti-insomnia


(waktu paruh) :
o Waktu paruh singkat, seperti Triazol
berat pada pagi harinya dan dapat sampai menjadi panik
o
o
pada pagi harinya dan juga intensifying daytime sleepiness
Penggunaan lama obat anti-insomnia golongan benzodiazepine dapat terjadi

disinhibiting effect yang menyebabkan rage reaction (perilaku penyerang dan ganas)

Perhatian Khusus

Kontraindikasi :
o Sleep apneu syndrome
o Congestive Heart Failure
o Chronic Respiratory Disease

Penggunaan Benzodiazepine pada wanita hamil mempunyai risiko menimbulkan


teratogenic effect (e.g.cleft-palate abnormalities) khususnya pada trimester
pertama. Juga benzodiazepine dieksresikan melalui ASI, berefek pada bayi
(penekanan fungsi SSP)

PSIKOFARMAKA

Page 28

DAFTAR PUSTAKA
1. Gunawan SG, Setabudy R, Nafrialdi, dan Elysabeth. Farmakologi dan terapi. Edisi kelima. Jakarta: Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI. 2007. hal. 171-7
2. Kaplan HI, Sadock BJ, Grebb JA. Synopsis of Psychiatry : Behavioral Sciences/Clinical

Psychiatry, 10th Ed. Lippincott Williams & Wilkins, 2007.


3.

Maslim R. Panduan Praktis : Penggunaan Obat Psikotropik (Psychotropic Medication). Edisi


ketiga. Jakarta : Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK-Unika Ama

4. Mycek MJ, Harvey RA, Champe PC. Lippincotts Illustatrated Reviews: Pharmacology. 2nd ed.
Philadelphia: Lippincott Williams&Wilkins; 2000.
5. Lieberman JA, Tasman A. Handbook of Psychiatric Drugs. Chester city : John Wiley&Sons

Ltd ; 2006.
6. Hollister LE. Obat antidepresan. Dalam: Farmakologi dasar dan klinik. Katzung BG.

Edisi ke-enam.1998. Jakarta: EGC. hal. 467-77.


7. Richard F, Michelle C, and Luigi C. Antidepressants; in Lippincott's Illustrated Reviews:

Pharmacology. Harvey AR and Champe PC. 4th Edition. Philadelphia: Lippincott


Williams & Wilkins. 2009. p. 142-50.
8. Departemen Kesehatan Ditjen Bina Pelayanan Medik Direktorat Bina Pelayanan

kesehatan Jiwa. Buku pedoman pelayana kesehatan jiwa di fasilitas pelayanan kesehatan
dasar. Jakarta: Departemen Kesehatan Ditjen Bina Pelayanan Medik Direktorat Bina
Pelayanan kesehatan Jiwa.2006. hal. 59-64.
9. Elvira SD, Hadisukanto G. Buku ajar psikiatri. Jakarta: Badan Penerbit FKUI. 2010. hal.

356-60.
10. Support Hope Inc. Antipsychotic : Haloperidol, Haldol. Disitasi tanggal : 05 Mei 2009 dari

http://www.supporthope.com/medication/anti_anxiety/index.html. Last update : Januari


2008.

PSIKOFARMAKA

Page 29

Anda mungkin juga menyukai