Latar Belakang
Respirasi adalah pertukaran gas, yaitu oksigen (O) yang dibutuhkan tubuh
untuk metabolisme sel dan karbondioksida (CO) yang dihasilkan dari metabolisme
tersebut dikeluarkan dari tubuh melalui paru.
Fungsi sistem pernapasan adalah untuk mengambil Oksigen dari atmosfer
kedalam sel-sel tubuh dan untuk mentransport karbon dioksida yang dihasilkan selsel tubuh kembali ke atmosfer. Organorgan respiratorik juga berfungsi dalam
produksi wicara dan berperan dalam keseimbanga asam basa, pertahanan tubuh
melawan benda asing, dan pengaturan hormonal tekanan darah.
1.2.
1.
2.
3.
Rumusan Masalah
Apa definisi anatomi sistem pernapasan?
Bagaimana proses inspirasi dan ekspirasi?
Apa itu pernapasan eksternal dan internal?
Tujuan
Dalam penyusunan makalah ini, penulis bertujuan untuk :
Mengetahui definisi anatomi sistem pernapasan
Mengetahui proses inspirasi dan ekspirasi
Mengetahui pernapasan eksternal dan internal
Mengetahui transport gas pernapasan
Mengetahui hubungan sistem pernapasan dalam kehamilan, persalinan, nifas
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
tubuh untuk metabolisme sel dan karbondioksida (CO) yang dihasilkan dari
metabolisme tersebut dikeluarkan dari tubuh melalui paru.
Fungsi sistem pernapasan adalah untuk mengambil Oksigen dari atmosfer
kedalam sel-sel tubuh dan untuk mentranspor karbon dioksida yang dihasilkan selsel tubuh kembali ke atmosfer. Organorgan respiratorik juga berfungsi dalam
produksi wicara dan berperan dalam keseimbanga asam basa, pertahanan tubuh
melawan benda asing, dan pengaturan hormonal tekanan darah.
Sistem pernapasan pada manusia mencakup dua hal, yakni saluran
pernapasan dan mekanisme pernapasan. Urutan saluran pernapasan adalah
sebagai berikut: rongga hidung - faring laring - trakea - bronkus - paru-paru
(bronkiolus dan alveolus).
Adapun alat-alat Pernapasan pada manusia adalah sebagai berikut :
1. alat pernafasan atas
a. Rongga Hidung (Cavum Nasalis)
Udara dari luar akan masuk lewat rongga hidung (cavum nasalis). Rongga
hidung berlapis selaput lendir, di dalamnya terdapat kelenjar minyak (kelenjar
b. Faring
Udara dari rongga hidung masuk ke faring. Faring merupakan percabangan 2
saluran, yaitu saluran pernapasan (nasofarings) pada bagian depan dan saluran
pencernaan (orofarings) pada bagian belakang.
Gambar.Faring
c. Laring
laring (tekak) adalah tempat terletaknya pita suara (pita vocalis). Masuknya
udara melalui faring akan menyebabkan pita suara bergetar dan terdengar sebagai
suara. Laring berparan untuk pembentukan suara dan untuk melindungi jalan nafas
terhadap masuknya makanan dan cairan. Laring dapat tersumbat, antara lain oleh
benda asing ( gumpalan makanan ), infeksi ( misalnya infeksi dan tumor).
Gambar.Laring
2. Alat pernafasan bawah
a. Trakea
Tenggorokan berupa pipa yang panjangnya 10 cm, terletak sebagian di
leher dan sebagian di rongga dada (torak). Dinding tenggorokan tipis dan kaku,
dikelilingi oleh cincin tulang rawan, dan pada bagian dalam rongga bersilia. Silia-silia
ini berfungsi menyaring benda-benda asing yang masuk ke saluran pernapasan.
b. Bronkus
Tenggorokan (trakea) bercabang menjadi dua bagian, yaitu bronkus kanan
dan bronkus kiri. Struktur lapisan mukosa bronkus sama dengan trakea, hanya
tulang rawan bronkus bentuknya tidak teratur dan pada bagian bronkus yang lebih
besar cincin tulang rawannya melingkari lumen dengan sempurna. Bronkus
bercabang-cabang lagi menjadi bronkiolus.
Gambar.Bronkus
c. Paru-paru
Paru-paru terletak di dalam rongga dada bagian atas, di bagian samping
dibatasi oleh otot dan rusuk dan di bagian bawah dibatasi oleh diafragma yang
berotot kuat. Paru-paru ada dua bagian yaitu paru-paru kanan (pulmo dekster) yang
terdiri atas 3 lobus dan paru-paru kiri (pulmo sinister) yang terdiri atas 2 lobus.
Paru-paru dibungkus oleh dua selaput yang tipis, disebut pleura. Selaput
bagian dalam yang langsung menyelaputi paru-paru disebut pleura dalam (pleura
visceralis) dan selaput yang menyelaputi rongga dada yang bersebelahan dengan
tulang rusuk disebut pleura luar (pleura parietalis).
Gambar.paru-paru
Antara selaput luar dan selaput dalam terdapat rongga berisi cairan pleura
yang berfungsi sebagai pelumas paru-paru. Cairan pleura berasal dari plasma darah
yang masuk secara eksudasi. Dinding rongga pleura bersifat permeabel terhadap air
dan zat-zat lain.
Paru-paru tersusun oleh bronkiolus, alveolus, jaringan elastik, dan pembuluh
darah. Paru-paru berstruktur seperti spon yang elastis dengan daerah permukaan
dalam yang sangat lebar untuk pertukaran gas.
Di dalam paru-paru, bronkiolus bercabang-cabang halus dengan diameter 1
mm, dindingnya makin menipis jika dibanding dengan bronkus. Bronkiolus ini
memiliki gelembung-gelembung halus yang disebut alveolus. Bronkiolus memiliki
dinding yang tipis, tidak bertulang rawan, dan tidak bersilia.
Gas memakai tekanannya sendiri sesuai dengan persentasenya dalam
campuran, terlepas dari keberadaan gas lain (hukum Dalton). Bronkiolus tidak
mempunyi tulang rawan, tetapi rongganya masih mempunyai silia dan di bagian
ujung mempunyai epitelium berbentuk kubus bersilia. Pada bagian distal
kemungkinan tidak bersilia. Bronkiolus berakhir pada gugus kantung udara
(alveolus).
Alveolus terdapat pada ujung akhir bronkiolus berupa kantong kecil yang
salah satu sisinya terbuka sehingga menyerupai busa atau mirip sarang tawon. Oleh
karena alveolus berselaput tipis dan di situ banyak bermuara kapiler darah maka
memungkinkan terjadinya difusi gas pernapasan.
2.2.
Gambar.pernapasan dada
b. Pernapasan perut
Pernapasan perut merupakan pernapasan yang mekanismenya melibatkan
aktifitas otot-otot diafragma yang membatasi rongga perut dada.
Mekanisme pernapasan perut dapat dibedakan menjadi dua tahap yakni :
1. Fase Inspirasi.
Pada fase ini otot diafragma berkontraksi sehingga diafragma mendatar,
akibatnya rongga dada membesar dan tekanan menjadi kecil sehingga udara luar
masuk.
2. Fase Ekspirasi.
Fase ekspirasi merupakan fase berelaksasinya otot diafragma (kembali ke
posisi semula, mengembang) sehingga rongga dada mengecil dan tekanan menjadi
lebih besar, akibatnya udara keluar dari paru-paru.
Beberapa fungsi pernafasan antara lain adalah:
1. Mengambil oksigen yang kemudian dabawa oleh darah keseluruh tubuh.
2. Mengeluarkan karbon dioksida yang terjadi sebagai sisa dari pembakaran
pernafasan kemudian dibawa oleh darah ke paru-paru untuk di buang ke luar tubuh.
Gambar.pernapasan perut
Inspirasi
Tepatnya proses inspirasi adalah sebagai berikut diafragma berkontraksi,
bergerak ke arah bawah, dan mengembangkan rongga dada dari atas ke bawah.
Otot-otot
interkosta
eksternal
menarik
iga
ke
atas
dan
ke
luar,
yang
mengembangkan rongga dada ke arah samping kiri dan kanan serta ke depan dan
ke belakang.
Dengan mengembangnya rongga dada, pleura parietal ikut mengembang.
Tekanan intrapleura menjadi makin negatif karena terbentuk isapan singkat antara
membran pleura. Perlekatan yang diciptakan oleh cairan serosa, memungkinkan
pleura viseral untuk mengembang juga, dan hal ini juga mengembangkan paru-paru.
Dengan mengembangnya paru-paru, tekanan intrapulmonal turun di bawah
tekanan atmosfir, dan udara memasuki hidung dan terus mengalir melalui saluran
pernapasan sampai ke alveoli. Masuknya udara terus berlanjut sampai tekanan
intrapulmonal sama dengan tekanan atmosfir; ini merupakan inhalasi normal. Tentu
saja inhalasi dapat dilanjutkan lewat dari normal, yang disebut sebagai napas dalam.
Pada napas dalam diperlukan kontraksi yang lebih kuat dari otot-otot pernapasan
Ekspirasi
Ekspirasi atau yang juga disebut ekshalasi dimulai ketika diafragma dan otototot interkosta rileks. Karena rongga dada menjadi lebih sempit, paru-paru terdesak,
dan jaringan ikat elastiknya yang meregang selama inhalasi, mengerut dan juga
mendesak alveoli. Dengan meningkatnya tekanan intrapulmonal di atas tekanan
atmosfir, udara didorong ke luar paru-paru sampai kedua tekanan sama kembali.
Perhatikan bahwa inhalasi merupakan proses yang aktif yang memerlukan
kontraksi otot, tetapi ekshalasi yang normal adalah proses yang pasif, bergantung
pada besarnya regangan pada elastisitas normal paru-paru yang sehat. Dengan
kata lain, dalam kondisi yang normal kita harus mengeluarkan energi untuk inhalasi
tetapi tidak untuk ekshalasi.
Namun begitu kita juga dapat mengalami ekshalasi diluar batas normal,
seperti ketika sedang berbicara, bernyanyi, atau meniup balon. Ekshalasi yang
demikian adalah proses aktif yang membutuhkan kontraksi otot-otot lain.
Otot-otot ekspirasi menurunkan volume rongga toraks. Ekspirasi pada
pernafasan yang tenang dipengaruhi oleh relaksasi otot dan disebut proses pasif.
Pada ekspirasi dalam, otot interkostal internal menarik kerangka iga ke bawah dan
otot abdomen berkontraksi sehingga mendorong isi abdomen menekan diafragma.
a)
Ventilasi paru mengacu kepada pergerakan udara dari atmosfir masuk dan
keluar paru. Ventilasi berlangsung secara bulk flow.Bulk flow adalah perpindahan
atau pergerakan gas atau cairan dari tekanan tinggi ke rendah.
Faktor-faktor yang mempengaruhi ventilasi antara lain :
tekanan
resistensi bronkus
persyarafan bronkus
c)
Distribusi arus udar dan arus darah sedemikian sehingga jumlah tepat dari
Struktur.pernapasan eksternal
yang
telah
dijernihkan
hemoglobinnya
dengan
oksigen
darah bergerak sangat lambat. Sel jaringan memungut oksigen dari hemoglobin
untuk memungkinkan sel melakukan oksidasi pernafasan, sebagai gantunya hasil
dari oksidasi yaitu karbondioksida.
Perubahan-parubahan berikut terjadi dalam komposisi udara dalam olveoli,
yang disebabkan pernafasan externa dan interna.
-
Gambar.ventilasi paru
b) Difusi gas
Difusi merupakan gerakan molekul dari suatu daerah dengan konsentrasi
yang lebih tinggi ke konsentrasi yang lebih rendah. Difusi gas pernapasan terjadi di
membran kapiler alveolar dan kecepatan difusi dapat dipengaruhi oleh ketebalan
membran. Peningkatan ketebalan membrane merintangi proses kecepatan difusi
karena hal tersebut membuat gas memerlukan waktu lebih lama untuk melewati
membrane tersebut. Klien yang mengalami edema pulmonar, atau efusi pulmonar
Membrane memiliki ketebalan membrane alveolar kapiler yang meningkat akan
mengakibatkan
proses difusi yang lambat, pertukaran gas pernapasan yang lambat dan menganggu
proses pengiriman oksigen ke jaringan. Daerah permukaan membran dapat
mengalami perubahan sebagai akibat suatu penyakit kronik, penyakit akut, atau
proses pembedahan. Apabila alveoli yang berfungsi lebih sedikit maka darah
permukaan menjadi berkurang O2 alveoli berpindah ke
kapiler paru, CO2 kapiler paru berpindah ke alveoli.
Faktor yang mempengaruhi difusi :
Luas permukaan paru
Tebal membrane respirasi
Jumlah eryth/kadar Hb
Perbedaan tekanan dan konsentrasi gas
Waktu difusi
Afinitas gas
Gambar.difusi gas
c) Transportasi gas
Transpor O2
Sistem transportasi oksigen terdiri dari system paru dan
sitem
oksigen
dipengaruhi
oleh
jumlah
oksigen
yang
larut
pembawa
oksigen
oksigen
dan
untuk
mudah
karbon
membentuk
berbalik
Transpor CO2
oksi
Molekul
hemoglobin.
(revesibel),
membuat
dioksida.
oksigen
sehingga
menjadi
bereaksi
dengan
ini
kelompok
dapat
asam
bereaksi
amino
dengan
dengan
karbon
dioksida
dengan lebih
midah
daripada
oksi
pulmonal
adalah
aliran
dalam
darah
eritrosit
aktual
melalui
bergabung
dgn
sirkulasi
pulmonal
Hb(oksi
Hb)
volume tidal (TV) volume udara yang dihirup dan dihembuskan setiap kali bernafas.
Volume cadangan inspirasi (IRV) , volume udara maksimal yg dapat dihirup
setelah inhalasi normal.
Volume Cadangan Ekspirasi (ERV), volume udara maksimal yang dapat
dihembuskan dengan kuat setelah exhalasi normal.
Volume residual (RV) volume udara yg tersisa dalam paru-paru setelah
ekhalasi maksimal.
Kapasitas Paru :
Kapasitas vital (VC), volume udara maksimal dari poin inspirasi maksimal
Kapasitas inspirasi (IC) Volume udara maksimal yg dihirup setelah ekspirasi normal.
Kapasitas residual fungsiunal (FRC), volume udara yang tersisa dalam paru-
akan diatur oleh kebutuhan oksigen serta rasa sakit dan frekwensi kontraksi.
C) NIFAS
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
buku
kedokteran. Jakarta.
Setiadi, 2007. Anatomi dan Fisiologi Manusia. Graha Ilmu, Yogyakarta.
http://nursecerdas.wordpress.com/2009/01/12/sistem-pernapasan
http://id.wikipedia.org/wiki/sistem_pernapasan
Pernafasan bagian atas, meliputi hidung, faring, laring, trakea, bronkus dan bronkiolus.
Saluran pernafasan dari hidung sampai bronkiolus dilapisi oleh membrane mukosa bersilia.
Ketika masuk ronga hidung, udara disaring, dihangatkan dan dilembabkan. Ketiga proses ini
merupakan fungsi utama mukosa respirasi yang terdiri dari epitel toraks bertingkat, bersilia
dan bersel goblet. Permukaan epitel diliputi oleh lapisan mucus yang disekresi oleh sel goblet
dan kelenjar mukosa. Partikel debu yang kasar disaring oleh rambut-rambut yang terdapat
dalam lubang hidung, sedangkan partikel yang halus akan terjerat dalam lapisan mucus.
Gerakan silia mendorong lapisan mucus ke posterior didalam rongga hidung, dank e superior
didalam sistem pernafasan bagian bawah menuju ke faring. Dari sini partikel halus akan
tertelan atau dibatukkan keluar. Lapisan mucus memberikan air untuk kelembaban, dan
banyaknya jaringan pembuluh darah dibawahnya akan menyuplai panas ke udara inspirasi.
Jadi udara inspirasi telah disesuaikan sedemikian rupa, sehingga udara yang mencapai faring
hampir bebas debu, bersuhu mendekati suhu tubuh dan kelembabannya mencapai 100%.
Udara mengalir dari faring menuju laring atau kotak suara. Laring terdiri dari rangkaian
cincin tulang rawan yang dihubungkan oleh otot-otot dan mengandung pita suara. Ruang
berbentuk segitiga diantara pita suara (yaitu glotis) bermuara kedalam trachea dan
membentuk bagian antara saluran pernafasan atas dan bawah.
Hidung
Hidung bagian luar (eksternal) merupakan bagian hidung yang terlihat. Dibentuk oleh dua
tulang nasal dan tulang rawan. Keduanya dibungkus dan dilapisi oleh kulit dan sebelah
dalamnya terdapat bulu-bulu halus (rambut) yang membantu mencegah benda-benda asing
masuk ke dalam hidung. Kavum Nasalis (Nasal Cavity) adalah suatu lubang besar yang
dipisahkan oleh septum. Nares anterior adalah bagian terbuka yang masuk kedalam dari
sebelah luar dan posterior nares terbuka dengan cara yang sama pada bagian belakang, masuk
kedalam faring. Langit-langit dibentuk aloe tulang athmoidalis pada bagian dasar tengkorak
dan lantai yang keras serta palatum lunak pada bagian langit-langit mulut. Dinding lateral
rongga dibentuk oleh maksila, konkanasalis tengah dan sebelah luar tulang ethmoidalis yang
tegak lurus dan vomertis, sementara bagian anterior dibentuk oleh tulang rawan.
Ketiga konka nasalis tersebut diproyeksikan kedalam rongga nasal pada setiap sisi sehingga
memperbesar luas bagian dalam hidung. Rongga hidung dilapisi oleh membrane mukosa
bersilia yang memiliki banyak pembuluh darah dan udara dihangatkan setelah melewati
epithelium yang mengandung banyak kapiler. Mucus membasahi udara dan menangkap
banyak debu dan silia menggerakan/memindahkan mukus belakang kedalam faring untuk
menelan dan meludah. Ujung-ujung saraf indra penciuman terletak dibagian tertinggi rongga
hidung disekitar lembaran cribriform tulang ethmoidalis.
Beberapa tulang disekitar rongga dasar berlubang. Lubang didalam tulang tersebut disebut
sinus parasinalis, yang memperlunak tulang dan berfungsi sebagai ruang bunyi suara,
menjadikan suara beresonansi. Sinus maksilaris terletak dibawah orbit dan terbuka melalui
dinding lateral hidung. Sinus frontalis terletak diatas orbit kea rah garis tengah tulang
frontalis. Sinus frontalis cukup banyak dan merupakan bagian tulang ethmoidalis yang
memisahkan lingkaran hidung dan sinus sfeinoidalis berada didalam tulang sfenoidalis.
Semua sinus paranasalis dilapisi oleh membrane bermukosa dan semua terbuka kedalam
rongga nasal, dimana mereka dapat terinfeksi.
FARING
Bagian sebelah atas faring dibentuk oleh badan tulan sfenoidalis dan sebelah dalamnya
berhubungan langsung dengan esophagus. Pada bagian belakang faring dipisahkan dari
vertebra servikalis oleh jaringan penghubung, semntara dinding depannya tidak sempurna
dan berhubungan dengan hidung, mulut dan laring. Faring dibagi kedalam tiga bagian,
nasofaring yang terletak dibelakang hidung, orofaring yang terletak dibelakang mulut dan
laringofaring yang terletak dibelakang laring.
Nasofaring adalah bagian faring yang terletak di belakang hidung diatas spalatum yang
lembut. Pada dinding posterior terdapat lintasan jaringan limfoid yang disebut tonsil faringeal
yang biasanya disebut adenoid. Jaringan ini kadang-kadang membesar dan menutupi faring
serta menyebabkan pernafasan mulut pada anak-anak. Tubulus auditorium terbuka dari
dinding lateral nasofaring dan melalui tabung tersebut udara dibawa ke bagian tengah telinga.
Nasofaring dilapisi membrane mukosa bersilia yang merupakan lanjutan dari membrane yang
melapisi bagian hidung.
Orofaring terletak di belakang mulut diwah palatum lunak, dimana dinding lateralnya saling
berhubungan. Diantara lipatan dinding ini, ada yang disebut arkus palate-glosum yang
merupakan kumpulan jaringan limfoid yang disebut tonsilpalatum. Orofaring merupakan
bagian dari sistem pernafasan dan sistem pencernaan, tetapi tidak dapat digunakan untuk
menelan dan bernafas secara bersamaan. Saat menelan, pernafasan berhenti sebentar dan
orofaring terpisah sempurna dari nasofaring dengan terangkatnya palatum. Orofaring dilapisi
oleh jaringan epitel berjenjang.
LARING
Laring merupakan lanjutan bagian bawah orofaring dan bagian atas trachea. Disebelah atas
laring terletak tulang hyoid dan akar lidah. Otot leher terletak didepan laring dan dibelakang
laring terletak laringofaring dan vertebra servikalis. Pada sisi lain terdapat lubang kelenjar
tiroid. Laring disusun oleh beberapa tulang rawan tidak beraturan yang dipersatukan oleh
ligament dan membrane-membran.
Tulang rawan tiroid dibentuk oleh dua lempeng tulang rawan datar yang digabungkan
bersama kebagian depan untuk membentuk tonjolan laryngeal atau adams apple (buah
jakun). Disebelah atas tonjolan laring tersebut terdapat suatu noktah tiroid. Tulang rawan
tiroid pada pria lebih besar daripada wanita. Bagian atas dilapisi oleh epitel berjenjang dan
bagian bawahnya oleh epitel bersilia.
Tulang rawan krikoideus terletak dibawah tulang rawan tiroid dan berbentuk seperti suatu
cincin bertanda pada bagian belakangnya. Tulang tersebut membentuk dinding lateral dan
posterior laring dan dilapisi oleh epitel bersilia.
Epiglotis adalah tulang rawan berbentuk daun yang terikat pada bagian dalam bagain depan
dinding tulang rawan tiroid, dibagian bawah noktah tiroid. SElama proses menelan, laring
bergerak kea rah atas dan kearah depan, sehingga laring yang terbuka tersebut dapat ditahan
oleh epiglottis.
Tulang rawan aritenoid adalah sepasang piramida kecil yang dibentuk oleh tulang rawan
hialin. Tulang rawan ini terletak pada ujung atas sebelah laur tulang rawan krikoideus dan
ligament suara menyatu pada tulang rawan tersebut. Tulang rawan ini membentuk dinding
posterior laring.
Tulang hyoid dan tulang rawan laringeus digabungkan oleh ligament dan membrane. Salah
satunya ialah membrane krikotiroid, sekelilingnya menyatu dengan sisi atas tulang rawan
krikoid dan memiliki batas sebelah atas yang bebas, yang tidak sirkular seperi batasan
sebelah bawah, tetapi membentuk dua garis paralel yang melintas dari depan kebeakang.
Kedua batasan parallel tersebut adalah ligament suara (vocal ligament). Mereka terikat pada
bagian tengah tulang rawan tiroid disebelah depan dan pada tulang rawan aritenoid pada
bagian belakang dan mengandung banyak jaringan elastic. Ketika otot intrinsic lain
menggantikan posisi tulang rawan aritenoid, ligament suara ditarik bersama, menyempitkan
celah diantara mereka. Apabila udara digerakkan melalui celah sempit yang disebut chink
selama ekspirasi, ligament suara bergetar dan menghasilkan bunyi. Nada dari bunyi yang
dihasilkan tergantung pada panjang dan kekencangan ligament. Tekanan yang meningkat
menghasilkan not yang lebih tinggi sedangkan tekanan yang lebih kendur menghasilkan not
yang lebih rendah. Suara bergantung kepada tenaga yang menyebabkan udara terhisap.
Perubahan suara menjadi kata-kata yang berbeda tergantung pada gerakan mulut, lidah, bibir
dan otot muka.
TRAKEA
Trakea dimulai dari bagian bawah laring dan melewati bgaian depan hidung menuju dada.
Trakea dibagi atas bagian kiri dan kanan bronkus utama yang sejajar dengan vertebrae
thoraciae yang kelima. Panjangnya sekitar 12 cm. istmus kelenjar tiroid memotong bagian
depan trakea dan lengkung aorta terletak disebelah bawahnya dengan manubrium sternum
didepannya. Esophagus terletak dibelakan trakea, memisakannya dari badan vertebra torasik.
Pada sisi-sisi lain trakea terdapat paru-paru, dengan lobus kelenjar tiroid disebelah atasnya.
Dinding trakea tersusun atas otot involunter dan jaringan fibrosa yang diperkuat oleh cincin
tulang rawan hialin yang tidak sempurna. Defisiensi dalam tulang rawan terlertak pada
bagian belakang, dimana trakea bersentuhan dengan esophagus. Ketika suatu bolus makanan
ditelan, esophagus mampu mengembang tanpa gangguan, tetapi tulang rawan
mempertahankan kepatenan jalan nafas. Trakea dihubungkan dengan epithelium yang
mengandung sel-sel goblet yang menyekresi mucus. Silia membersihkan mucus dan partikelpartikel asing yang dihisap ke arah laring.
rongga dada datarannya menghadap ketengah rongga dada/kavum mediastinum. Pada bagian
tengah terdapat tampuk paruparu atau hilus. Pada mediastinum depan terletak jantung. Paruparu
di bungkus oleh selaput yang dinamakan pleura (Syaifuddin, 2006: 196)
ORGAN SISTEM RESPIRASI3 Organ sistem repirasi bagian atas Hidung Faring
Laring Trakhea Organ sistem respirasi bagian bawah Paru-paru Bronkus Alveoli
Hidung5 Terdiri dari eksternal dan internal. Eksternal : menonjol dari wajah dan
disangga oleh tulang hidung dan kartilago. Internal : rongga berlorong yang
dipisahkan menjadi rongga hidung kanan dan kiri oleh pembagi vertikal yang sempit,
yang disebut septum
yang hidung dan secara transversal disebut mukosa hidung. oleh konka superior,
medialis, dan inferior. Lendir di sekresi secara terus- menerus oleh sel-sel goblet
yang melapisi permukaan mukosa hidung dan bergerak ke belakang ke nasofaring
oleh gerakan silia.
Fungsi Hidung7 Hidung berfungsi sebagai saluran untuk udara mengalir ke dan
dari paru-paru. Jalan napas ini berfungsi sebagai penyaring kotoran dan melembabkan
serta menghangatkan udara yang dihirupkan ke dalam paru-paru. Hidung
bertanggung jawab terhadap olfaktori atau penghidu karena reseptor olfaksi terletak
dalam mukosa hidung. Fungsi ini berkurang sejalan dengan pertambahan usia.
3 fungsi Rongga Hidung8 1. Pernafasan udara yang diinspirasi melalui rongga hidung
menjalani 3 proses : a. penyaringan (filtrasi) : oleh membran mukosa pada rongga
hidung yang sangat kaya akan pembuluh darah dan glandula serosa yang
mensekresikan mukus cair untuk membersihkan udara sebelum masuk ke
Oropharynx. b. penghangatan : oleh jaringan pembuluh darah yang sangat kaya pada
ephitel nasal dan menutupi area yang sangat luas dari rongga hidung. c. pelembaban :
oleh concha, yaitu suatu area penonjolan tulang yang dilapisi oleh mukosa. 2.
Epithellium olfactory pada bagian meial rongga hidung memiliki fungsi dalam
penerimaan sensasi bau. 3. Rongga hidung juga berhubungan dengan pembentukkan
suara fenotik dimana ia berfungsi sebagai ruang resonansi.
Orofaring12 Merupakan bagian tengah faring antara palatum lunak dan tulang
hyoid. Refleks menelan berawal dari orofaring menimbulkan dua perubahan,
makanan terdorong masuk ke saluran pencernaan (oesephagus) dan secara simultan
katup menutup laring untuk mencegah makanan masuk ke dalam saluran pernapasan
Fungsi faring adalah untuk menyediakan saluran pada traktus respiratorius dan
digestif
Laring14 Laring tersusun atas 9 Cartilago ( 6 Cartilago kecil dan 3 Cartilago besar ).
Terbesar adalah Cartilago thyroid yang berbentuk seperti kapal, bagian depannya
mengalami penonjolan membentuk adams apple, dan di dalam cartilago ini ada pita
suara. Sedikit di bawah cartilago thyroid terdapat cartilago cricoid. Laring
16
17 Ada 2 fungsi lebih penting selain sebagai produksi suara, yaitu : a. Laring sebagai
katup, menutup selama menelan untuk mencegah aspirasi cairan atau benda padat
masuk ke dalam tracheobroncial b. Laring sebagai katup selama batuk
Trakea18 Trakea merupakan suatu saluran rigid yang memeiliki panjang 11-12 cm
dengan diametel sekitar 2,5 cm. Terdapat pada bagian oesephagus yang terentang
mulai dari cartilago cricoid masuk ke dalam rongga thorax.
BRONKUS22 Terbagi menjadi bronkus kanan dan kiri Disebut bronkus lobaris
kanan (3 lobus) dan bronkus lobaris kiri (2 bronkus) Bronkus lobaris kanan terbagi
menjadi 10 bronkus segmental dan bronkus lobaris kiri terbagi menjadi 9 bronkus
segmental Bronkus segmentalis ini kemudian terbagi lagi menjadi bronkus
subsegmental yang dikelilingi oleh jaringan ikat yang memiliki : arteri, limfatik dan
saraf
23 1. Bronkus Primer(Utama) kanan berukuran lebih pendek, lebih tebal, dan lebih
lurus dibandingkan bronkus primer kiri karena arkus aorta membelokkan trakea
bawah ke kanan. Objek asing yang masuk ke dalam trakea kemungkina di tempatkan
dalam bronkus kanan. 2. Setiap bronkus primer bercabang senbilan ampai dua belas
kali untuk membentuk bronki sekunder dan tertier dengan diameter yang semakin
kecil. Saat tuba semakin menyempit, batang atau lempeng kartilago mengganti cincin
kartilago.
Alveoli26 Pertukaran O2dan CO2 terjadi di alveoli Terdapat sekitar 300 juta
yang jika bersatu membentuk satu lembar akan seluas 70 m2
Respiratory Zone27
29 Terdiri atas 3 tipe : - Sel-sel alveolar tipe I : adalah sel epitel yang membentuk
dinding alveoli - Sel-sel alveolar tipe II : adalah sel yang aktif secara metabolik dan
mensekresi surfaktan (suatu fosfolipid yang melapisi permukaan dalam dan mencegah
alveolar agar tidak kolaps) - Sel-sel alveolar tipe III : adalah makrofag yang
merupakan sel-sel fagotosis dan bekerja sebagai mekanisme pertahanan
PARU-PARU31 Paru-paru adalah organ berbentuk pramid seperti spons dan berisi
udara, terletak dalam rongga toraks. Paru Kanan memiliki 3 Lobus; paru kiri
memiliki 2 lobus. Setiap paru memiliki sebuah apeks yang mencapai bagian atas
iga pertama, sebuah permukaan diafragmatik(bagian dasar)terletak di atas diafragma,
sebuah permukaan mediastinal(medial) yang terpisah dari paru lain oleh mediastinum,
dan permukaan kostal teretak diatas kerangka iga. Permukaan mediastinal memiliki
Hilus(akar), tempat masuk dan keluarnya pembuluh darah bronki, pulmonary, dan
bronkial dari paru.
32
33 Setiap paru2 dilindungi oleh selaput membran yang disebut PLEURA. Pleura
viseral dan parietal.
34
Pleura Viseral dan Parietal35 Pleura viseral adalah yang menyelubingi setiap
paru-paru Pleura parietal adalah yang melapisi rongga toraks(kerangka iga,
diafragma, mediastinum). Pleura parietal Rongga Pleura(ruang intrapleural) adalah
ruang potensial antara pleura parietal dan visceral yang mengandung lapisan tipuis
cairan pelumas. Cairan ini disekresi oleh sel- sel pleural sehingga paru-paru dapat
mengembang tanpa melakukan friksi. Tekanan cairan(tekanan intrapleural) agak
negative dibandingkan tekanan atmosfer. Tekanan dalam rongga pleura lebih
rendah dari tekanan atmosfir, hal ini untuk mencegah kolap paru-paru
36
FISIOLOGI SISTEMPERNAFASAN
Fungsi utama sistem respirasi adalah memenuhi kebutuhan oksigen jaringan tubuh
dan membuang karbondioksida sebagai sisa metabolisme serta berperan dalam
menjaga keseimbangan asam dan basa.
Ventilasi dipengaruhi oleh : Kadar oksigen pada atmosfer Kebersihan jalan nafas
Daya recoil & complience (kembang kempis) dari paru-paru Pusat pernafasan
difusi Difusi dalam respirasi merupakan proses pertukaran gas antara alveoli dengan
darah pada kapiler paru. Proses difusi terjadi karena perbedaan tekanan, gas berdifusi
dari tekanan tinggi ke tekanan rendah.
Setelah transportasi maka terjadilah difusi gas pada sel/jaringan. Difusi gas pada
sel/jaringan terjadi karena tekanan parsial oksigen (PO2) intrasel selalu lebih rendah
dari PO2 kapiler karena O2 dalam sel selalu digunakan oleh sel. Sebaliknya tekanan
parsial karbondioksida (PCO2) intrasel selalu lebih tinggi karena CO2 selalu
diproduksi oleh sel sebagai sisa metabolisme.
2.2 Anatomi
Sistem Pernapasan
2.2.1 Anatomi Saluran Pernapasan Bagian Atas
Saluran pernapasan bagian atas terdiri atas:
a.
Lubang hidung (
cavum nasalis
)
Hidung dibentuk oleh tulang sejati (
os
) dan tulang rawan (
kartilago
). Hidung
dibentuk oleh sebagian kecil tulang sej
ati, sisanya terdiri atas kartilago dan jaringan
ikat (
connective tissue
). Bagian dalam hidung merupakan suatu lubang yang
dipisahkan menjadi lubang kiri dan kanan oleh sekat (
septum
). Rongga hidung
mengandung rambut (
fimbriae
) yang berfungsi sebagai penya
ring (filter) kasar
terhadap benda asing yang masuk. Pada permukaan (
mukosa
) hidung terdapat epitel
bersilia yang mengandung sel goblet. Sel tersebut mengeluarkan lendir sehingga
dapat menangkap benda asing yang masuk ke dalam saluran pernapasan. Kita
dapa
t
mencium aroma karena di dalam lubang hidung terdapat reseptor. Reseptor bau
terletak pada cribriform plate, di dalamnya terdapat ujung dari saraf kranial I
(
Nervous Olfactorius
).
Universitas
Sumatera
Utara
Faring merupakan pipa berotot berbentuk cerobong yang letaknya bermula dari
dasar
tengkorak sampai persambungannya dengan esofagus pada ketinggian tulang
rawan
(kabrtilago) krikoid. Faring digunakan pada saat
digestion
(menelan) seperti pada
saat bernapas. Berdasarkan letaknya faring dibagi menjadi tiga yaitu di
belakang
Universitas
Sumatera
Utara
hidung (
naso-faring
), belakang mulut (
oro
faring
), dan belakang laring (
lari
ngofaring
).
Naso
faring terdapat pada superior di area yang terdapat epitel bersilia
(
pseudo stratified
) dan tonsil (
adenoid
), serta merupakan muara
tube eustachius
.
Tenggorokan dikelilingi oleh tonsil, adenoid, dan jaringan limfoid lainnya.
Struktur
ter
sebut penting sebagai mata rantai nodus limfatikus untuk menjaga tubuh dari
invasi organisme yang masuk ke dalam hidung dan tenggorokan.
Oro
faring berfungsi untuk menampung udara dari naso
faring dan makanan
4.
Kartilago krikoid; cincin kartilago yang utuh di
laring (terletak di bawah
kartilago tiroid).
5.
Kartilago aritenoid; digunakan pada pergerakan pita suara bersama dengan
kartilago tiroid.
6.
Pita suara; sebuah ligamen yang dikontrol oleh pergerakan otot yang
menghasilkan suara dan menempel pada lumen laring.
14
Gambar 2
2: Laring
Sumber
: www.dtc.prima.edu/~biology
2.2.2 Anatomi Saluran Pernapasan Bagian Bawah
Saluran pernapasan bagian bawah (
tracheobronchial tree
) terdiri atas:
a.
Trakhea
Trakhea merupakan perpanjangan laring pada ketinggian tulang vertebre torakal
ke
7
yang bercabang menjadi dua bronkhus. Ujung cabang trakhea disebut carina.
Trakhea
bersifat sangat fleksibel, berotot, dan memiliki panjang 12 cm dengan cincin
kartilago
berb
entuk huruf C.
Universitas
Sumatera
Utara
b.
Bronkhus dan Bronkhiolus
Cabang bronkhus kanan lebih pendek, lebih lebar, dan cenderung lebih vertikal
daripada cabang yang kiri. Hal tersebut menyebabkan benda asing lebih mudah
masuk ke dalam cabang sebelah kanan daripada bronkhus sebe
lah kiri.
Segmen dan subsegmen bronkhus bercabang lagi dan berbentuk seperti
ranting masuk ke setiap paru
paru. Bronkhus disusun oleh jaringan kartilago
sedangkan bronkhiolus, yang berakhir di alveoli, tidak mengandung kartilago.
Tidak
adanya kartilago
menyebabkan bronkhiolus mampu menangkap udara, namun juga
dapat mengalami kolaps. Agar tidak kolaps alveoli dilengkapi dengan
poros/lubang
kecil yang terletak antar alveoli yang berfungsi untu mencegah kolaps alveoli.
Saluran pernapasan mulai dari trakhea
sampai bronkhus terminalis tidak
mengalami pertukaran gas dan merupakan area yang dinamakan Anatomical
Dead
Space. Awal dari proses pertukaran gas terjadi di bronkhiolus respiratorius.
14
dan CO
2
dan CO
2
dianta
ra kapiler pulmoner dan alveoli.
Universitas
Sumatera
Utara
Gambar 2
3: Alveolus
Sumbe
r:
www.mercksource.com/pp/us/cns
b.
Paru
paru
Paru
paru terletak pada rongga dada, berbentuk kerucut yang ujungnya berada di atas
tulang iga pertama dan dasarnya berada pada diafragma. Paru
paru kanan mempunyai
tiga lobus sedangkan paru
Gambar 2
4: Paru
paru
Sumber:
www.wikipedia/paru.com
Universitas
Sumatera
Utara
c.
Dada, Diafragma, dan Pleura
Tulang dada (
sternum
) berfungsi melindungi paru
paru, jantung, dan pembuluh darah
besar. Bagian luar rongga dada terdiri atas 12 pasang tulang iga (
costae).
Bagian atas
dada pada daerah leher terdapat dua otot tambahan inspirasi yaitu otot scaleneus
dan
sternocleido mastoid.
Diafragma terletak di bawah rongga dada. Diafragma berbentuk seperti kubah
pada keadaan relaksasi. Pengaturan saraf diafragma (
Nervus Phrenicus
) terdapat pada
Gambar 2
5: Pleura
Sumber
:
www.memorialhermann.org
Universitas
Sumatera
Utara
d.
Sirkulasi Pulmoner
Paru
paru mempunyai dua sumber suplai darah yaitu arteri bronkhialis dan arteri
pulmonalis. Sirkulasi bronkhial menyediakan darah teroksigenasi dari sirkulasi
Proses oksigenasi
PROSES OKSIGENASI
Proses pemenuhan kebutuhan oksigenasi di dalam tubuh terdiri at as tiga
tahapan, yaitu ventilasi, difusi, dan transportasi.
1. Ventilasi
Proses ini merupakan proscs keluar dan masuknya oksigen dan atmosfer ke
dalem alveoli atau dari alveoli ke atmosfer. Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain:
a. Adanya perbedaan twkanan antara atmosfer dengan paru, semakin tinggi
tempat, maka twkanan udara semakin rendah. Demikian pula sebaliknya,
semakin rendah, maka tempat tekanan udara semakin tinggi.
b. Adanya kemampuan toraks dan paru pada alveoli dalam melaksanakan
ekspansi atau kembang kempis.
c. Adanya jalan napas yang dimulai dari hidung hingga alveoli yang terdiri atas
berbagai otot polos yang kcrjanya sangat dipengaruhi oleh sistem saraf otonom.
Terjadinya rangsangan simpatis dapat mc:nycbabkan relaksasi schingga dapat
terjadi vasodilatasi, kcmudian kerja saraf parasimpatis dapat mcnycbabkan
kontriksi schingga dapat mcnvebabkan vasokontriksi atau proses penyempitan.
d. Adanya rcflcks batuk dan muntah.
e. Adanva peran mukus siliaris scbagai pcnangkal benda asing yang
mengandung interveron dan dapat rnengikat virus. Pengaruh proses ventilasi
selanjutnya adalah contpliemce recoil. Complience yaitu kemampuan paru untuk
mengembang yang dipengaruhi oleh berbagai faktor, yaitu adanya surfaktan
pada lapisan alveoli vang berfungsi untuk menurunkan tegangan permukaan dan
adanva sisa udara yang menyebabkan tidak terjadinya kolaps dan gangguan
toraks. Surfaktan diproduksi saat terjadi peregangan sel alveoli, dan disekresi
saat pasien menarik napas, sedangkan recoil adalah kemampuan untuk
mengeluarkan CO2 atau kontraksi menyempitnya paru. Apabila contplience baik
akan tetapi recoil terganggu maka CO2 tidak dapat di keluar secara maksimal.
Pusat pernapasan yaitu medulla oblongata dan pons dapat memengaruhi proses
ventilasi, karena CO2 memiliki kemampuan merangsang pusat pernapasan.
Peningkatan CO, dalam batas 60 mmHg dapat dengan baik merangsang pusat
pernapasan dan bila paCO, kurang dari sama dengan 80 mmHg maka dapat
menyebabkan depresi pusat pernapasan.
2. Difusi Gas
Difusi gas merupakan pertukaran antara oksigen di alveoli dengan kapiler paru
dan CO, di kapiler dengan alveoli. Proses pertukaran ini dipengaruhi oleh
beberapa faktor, yaitu:
a. Luasnya permukaan paru.
b. Tebal membran respirasi/permeabilitas yang terdiri atas epitel alveoli dan
interstisial keduanya ini dapat memengaruhi proses difusi apabila terjadi proses
penebalan.
c. Perbedaan tekanan dan konsentrasi O hal ini dapat terjadi sebagaimana O,
dari alveoli masuk ke dalam darah oleh karena tekanan O, dalam rongga alveoli
lebih tinggi dari tekanan O, da1am darah vena pulmonalis, (masuk dalam darah
secara berdifusi) dan paCOJ dalam arteri pulmonalis juga akan berdifusi ke dalam
alveoli.
d. Afinitas gas yaitu kemampuan untuk menembus dan saling mengikat Hb.
3. Transportasi Gas
Transportasi gas merupakan proses pendistribusian antara O2 kapile;r ke
jaringan tubuh dan CO2 jaringan tubuh ke kapiler. Pada proses transportasi, akan
berikatan dengan Hb membentuk Oksihemoglobin (97%) dan larut dalam plasma
(3%), sedangkan C02 akan berikatan dengan Hb membentuk
karbominohemoglobin (30%), dan larut dalam plasma (50%), dan sebagian
menjadi HC03 berada pada darah (65%).
Transportasi gas dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranva:
a. Kardiak output yang dapat dinilai melalui isi sekuncup dan frekuensi denyut
jantung.
b. Kondisi pembuluh darah, latihan, dan lain-lain.
Faktor-faktor yang Memengaruhi Kebutuhan Oksigenasi
1. Saraf Otonomik
Pada rangsangan simpatis dan parasimpatis dari saraf otonom dapat
memengaruhi kemampuan untuk dilatasi dan konstriksi. Hal ini dapat terlihat
baik oleh simpatis maupun parasimpatis ketika terjadi rangsangan, ujung saraf
dapat mengeluarkan neurotransmiter (untuk simpatis dapat mengeluarkan
noradrenalin yang berpengaruh pada bronkodilatasi dan untuk parasimpatis
mengeluarkan asetilkolin yang berpengaruh pada bronkokonstriksi) karena pada
saluran pernapasan terdapat resoptor adrenergik dan reseptor kolinergik.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Oksigenasi
Oksigenasi adalah proses penambahan O2 ke dalam sistem (kimia atau fisika).
Oksigen (O2) merupakan gas tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan dalam
proses metabolisme sel. Sebagai hasilnya, terbentuklah karbondioksida, energi, dan air. Akan
tetapi, penambahan CO2 yang melebihi batas normal pada tubuh akan memberikan dampak
yang cukup bermakna terhadap aktifitas sel.
1. Fungsi pernapasan
Pernapasan atau respirasi adalah proses pertukaran gas antara individu dan
lingkungan. Fungsi utama pernapasan adalah untuk memperoleh O 2 agar dapat digunakan
oleh sel-sel tubuh dan mengeluarkan CO2 yang dihasilkan oleh sel. Saat bernapas, tubuh
mengambil O2 dari lingkungan untuk kemudian diangkut ke seluruh tubuh (sel-selnya)
melalui darah yang digunakan untuk pembakaran. Selanjutnya sisa pembakaran berupa CO 2
akan kembali diangkut oleh darah ke paru-paru untuk dibuang ke lingkungan karena tidak
berguna lagi oleh tubuh.
2. Kebutuhan Oksigen
Kapasitas (daya muat) udara dalam paru-paru adalah 4.500-5.000 ml (4,5-5 L) udara
yang diproses di paru-paruhanya sekitar 10% (500 ml), yakni yang dihirup (inspirasi) dan
yang dihembuskan (ekspirasi) pada pernapasan biasa.
3. Proses Oksigenasi
a. Ventilasi.
Ventilasi adalah proses keluar masuknya udara dari dan paru-paru, jumlahnya sekitar 500
ml. Ventilasi membutuhkan koordinasi otot paru dan thoraks yang elastis serta persyarafan
yang utuh. Otot pernapasan inspirasi utama adalah diagfragma.Diafragma dipersyarafi oleh
saraf frenik, yang keluarnya dari medulla spinalis pada vertebra servikal keempat.
Udara yang masuk dan keluar terjadi karena adanya perbedaan tekanan udara antara
intrapleura dengan tekanan atmosfer, dimana pada inspirasi tekanan intrapleural lebih
negative (725 mmHg) daripada tekanan atmosfer (760 mmHG) sehingga udara masuk ke
alveoli.
Kepatenan Ventilasi tergantung pada faktor :
1)
Kebersihan jalan nafas, adanya sumbatan atau obstruksi jalan napas akan menghalangi
b. Perfusi Paru
Perfusi paru adalah gerakan darah melewati sirkulasi paru untuk dioksigenasi, dimana
pada sirkulasi paru adalah darah deoksigenasi yang mengalir dalam arteri pulmonaris dari
ventrikel kanan jantung.Darah ini memperfusi paru bagian respirasi dan ikut serta dalam
proses pertukaan oksigen dan karbondioksida di kapiler dan alveolus. Sirkulasi paru
merupakan 8-9% dari curah jantung. Sirkulasi paru bersifat fleksibel dan dapat mengakodasi
variasi volume darah yang besar sehingga digunakan jika sewaktu-waktu terjadi penurunan
voleme atau tekanan darah sistemik.
c.
Difusi
Oksigen terus-menerus berdifusi dari udara dalam alveoli ke dalam aliran darah dan
karbon dioksida (CO2) terus berdifusi dari darah ke dalam alveoli. Difusi adalah pergerakan
molekul dari area dengan konsentrasi tinggi ke area konsentrasi rendah. Difusi udara respirasi
terjadi antara alveolus dengan membrane kapiler. Perbedaan tekanan pada area membran
respirasi akan mempengaruhi proses difusi. Misalnya pada tekanan parsial (P) O 2 di alveoli
sekitar 100 mmHg sedangkan tekanan parsial pada kapiler pulmonal 60 mmHg sehingga
oksigen akan berdifusi masuk ke dalam darah. Berbeda halnya dengan CO 2 dengan PCO2
dalam kapiler 45 mmHg sedangkan pada alveoli 40 mmHg maka CO 2 akan berdifusi keluar
alveoli.
B.
1)
2. Fisiologi pernapasan
a.
Pernapasan eksternal
Pernapasan eksternal ( pernapasan pulmoner ) mengacu pada keseluruhan proses
pertukaran O2 dan CO2 antara lingkungan eksternal dan sel tubuh . secara umum, proses ini
berlangsung dalam tiga langkah, yakni,ventilasi pulmoner, pertukaran gas alveolar, serta
transport oksigen dan karbon dioksida.
1.
Ventilasi pulmoner . saat bernapas , udara bergantian masuk-keluar paru melalui proses
ventilasi sehingga terjadi pertukaran gas antara lingkungan eksternal dan alveolus. Proses
ventelasi ini dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu jalan napas yang bersih , system saraf
pusat dan system pernapasan yang utuh , rongga toraks yang mampu mengembang dan
diangkut keseluruh jaringan dalam bentuk okshihemoglobin (HbO 2) dan sisanya terlarut
dalam plasma.
b. Transpor CO2, karbon dioksida sebagai hasil metabolisme sel terus menerus diproduksi dan
diangkut menuju paru dalam tiga cara : (1) sebagian besar karbondioksida (70%) diangkut
dalam sel darah merah dalam bentuk bikarbonat (HCO3-) ; (2) sebanyak (23%) karbon
dioksida berkaitan dengan hemoglobin membentuk karbaminohemoglobin (HbCO2) ; (3)
sebanyak (7%) diangkut dalam bentuk larutan didalam plasma dan dalam bentuk asam
karbonat.
b. pernapasan internal
pernapasan internal (pernapasan jaringan) mengacu pada proses metabolisme intrasel
yang berlangsung dalam mitokondria, yang menggunakan O 2 dan menghasilkan CO2 selama
proses penyerapan energi molekul nutrient. Pada proses ini, darah yang mengandung oksigen
dibawa keseluruh tubuh hingga mencapai kapiler sistematik. Selanjutnya terjadi pertukaran
O2 dan CO2 antara kapiler sistematik dan jaringan. Seperti dikapiler paru, pertukaran ini juga
melalui proses difusi pasif mengikuti penurunan gradient tekanan parsial.
C.
1.
a.
b.
c.
d.
e.
Faktor Fisiologi
Menurunnya kapasitas pengikatan O2 seperti anemia
Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada obstruksi saluran napas bagian atas
Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan transpor O2 terganggu
Meningkatnya metabolisme seperti adanya infeksi, demam, ibu hamil, luka dan lain-lain.
Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada kehamilan, obersitas,
musculus skeleton yang abnormal, penyakit kronik seperti TBC paru
2.
a.
b.
c.
d.
Perkembangan
Bayi prematur : yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan
Bayi dan toodler : adanya resiko infeksi saluran pernafasan akut
Anak usia sekolah dan remaja , resiko saluran pernafasan dan merokok
Dewasa muda dan pertenggahan : diet yang tidak sehat, kurang aktivitas, stress
yang mengakibatkan penyakit jantung dan paru-paru
e. Dewasa tua : adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan arteriosklerosis,
elastisitas menurun, ekspansi paru menurun.
3. Perilaku
a. Nutrisi : misalnya pada obesitas mengakibatkan penurunan ekspansi paru, giziyang buruk
menjadi anemia sehingga daya ikat oksigen berkurang, diet yang terlalu tinggi lemak
menimbulkan arteriosklerosis.
b. Exercise (olahraga berlebih) : Exercise akan meningkatkan kebutuhan oksigen.
c. Merokok : nikotin menyebabkan vasokonstriksi pembuluh darah perifer dan koroner.
batuk, tersedak, dan berbagai gangguan pernapasan lain pada orang yang menghisapnya.
5. Status kesehatan.
Pada orang yang sehat , sistem pernapasan dapat menyediakan kadar oksigen yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan tubuh, proses oksigenasi tersebut dapat terhambat sehingga
mengganggu pemenuhan kebutuhan oksigen tubuh. Kondisi tersebut antara lain gangguan
pada system pernapasan dan kardioveskuler, penyakit kronis, penyakit obstruksi pernapasan
atas.