PENDAHULUAN
Sering kali kita mendengar orang-orang Indonesia yang menggunakan bahasa yang tidak
baku dalam kegiatan-kegiatan resmi atau menggunakan kata serapan yang salah, bahkan dalam
penulisanpun masih terjadi kesalahan penggunaan tanda baca, sehingga mengakibatkan
kesalahan makna, padahal Pemerintah Indonesia telah membuat aturan-aturan resmi tentang tata
bahasa baik itu kata serapan maupun penggunaan tanda baca.
Pelajaran Bahasa Indonesia sebenarnya sudah diajarkan sejak dari Sekolah Dasar (SD)
sampai ke perguruan tinggi. Tapi kesalahan ini masih sering terjadi, bahkan berulang-ulang kali.
Ketidak fahaman terhadap tata bahasa Indonesialah yang mengakibatkan orang-orang sering
melanggar aturan resmi yang telah dibuat pemerintah tentang tata bahasa Indonesia. Yang
mengkhawatirkan ialah ketika aturan ini terlalu sering diacuhkan oleh masyarakat Indonesia,
karena salah satu dampak negatifnya ialah hal ini akan dianggap lazim oleh masyarakat
Indonesia terlebih lagi oleh anak-cucu yang akan menjadi penerus negeri ini, karena akan
mempersulit masyarakat dalam berkomunikasi.
Maka dari itu dalam makalah ini, penulis akan memaparkan bagaimana tata bahasa yang
benar tentang kata serapan dan tanda-tanda baca, sehingga kita memahami dan dapat
menerapkan aturan berbahasa yang baik dan benar dalam kehidupan sehari-hari terlebih dalam
acara-acara resmi. Karena Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia telah
membuat keputusan Nomor 0543a/U/1987, tanggal 9 September 1987, dicermatkan pada Rapat
Kerja ke-30 Panitia Kerja Sama Kebahasaan di Tugu, tanggal 16-20 Desember 1990 dan
diterima pada Sidang Ke-30 Majelis Bahasa Brunei Darussalam-Indonesia-Malaysia di Bandar
Seri Begawan, tanggal 4-6 Maret 1991, tentang Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indoensia yang
Disempurnakan. Berarti adanya keseriusan dari pihak Pemerintah tentang Ejaan dan Tata Bahasa
Indonesia dan harus kita terapkan.
B. Permasalahan
Fungsi tanda baca yaitu untuk membantu pembaca memahami arti kalimat, teks, atau paragraf
yang di bacanya. Secara umum, fungsi tanda baca yaitu untuk menjaga keefektifan komunikasi.
Setiap tanda baca dapat mengartikan apakah sebuah kalimat berbentuk kalimat tanya, kalimat
perintah ataupun kalimat deklaratif. Pemberian tanda baca yang salah dapat membuat arti
kalimat menjadi berbeda dengan konsep maknanya.
Sayangnya, inovasi dari Aristophanes sempat ditinggalkan, ketika orang Romawi mulai
mengambil alih hegemoni Yunani dalam kekaisaran. Sistem tulis Aristophanes yang telah mulai
memudahkan pembaca itu menjadi tak berguna.
Tradisi berbicara di depan umum, sebagaimana kebiasaan lama orang Yunani, lebih
disukai orang Romawi. Mereka berbicara dengan jeda irama, sebagai penanda akhir kalimat dan
dimulainya ucapan kalimat baru.
Masa perubahan baru terjadi saat orang Romawi mulai memeluk agama Kristen dan
menuliskan kitab suci. Mereka menjadi merasa perlu menghidupkan kembali sistem menulis
yang dulu dikembangkan Aristophanes.
Kesadaran akan kebutuhan tanda baca kembali mencuat. Meskipun Penganut paganisme
Romawi tetap memilih bahasa lisan untuk mewarisi tradisi, orang-orang Kristen teguh
menyebarluaskan kitab Mazmur dan Injil melalui bantuan teks tertulis.
Penyebarluasan agama Kristen ke seluruh Eropa berbarengan dengan pengembangan
terhadap tanda baca dari sistem Aristophanes. Para uskup memiliki peran yang besar dalam
pengembangan dan penemuan tanda baca baru, yang menggantikan peran tanda titik tengah,
bawah, dan atas, dari Aristophanes. Mereka pun menambahkan beragam huruf berhias, atas dasar
estetika, sebab mereka yakin bahwa buku ialah identitas agama yang mesti terlihat anggun.
Tanda baca mengalami berbagai koreksi signifikan pada abad-abad berikutnya, setelah
abad ke-4, sejalan dengan pengaruh dari para penulis di berbagai negara di Eropa. Bahkan
hampir selalu ada perubahan fungsi atau penambahan tanda baca baru pada setiap zaman. Koma,
titik koma (;), tanda tanya (?) garis miring (/), dan tanda baca lainnya, mulai bermunculan dan
saling menggantikan peran.
Selama perkembangannya pada abad ke-4 sampai ke-15 itu, hampir tidak ada ketetapan
fungsi tanda baca yang seragam di berbagai negeri. Tak ayal, hal ini sungguh merepotkan bagi
pembaca teks.
Akan tetapi, pada akhirnya, revisi dan inovasi tanda baca berhenti pada sekitar tahun 1450,
ketika percetakan memberlakukan standarisasi untuk mesin-mesin mereka. Tidak ada lagi
penulis yang bisa seenaknya mengubah peran tanda baca lama, pun tidak dapat menciptakan
yang baru. Fungsi-fungsi tanda baca dipermanenkan sejak saat itu dan diwariskan sampai kepada
kita saat ini.
A. KESIMPULAN
Begitu banyak kesalahan yang seringkali kita lakukan tentang penggunaan kata serapan dan
tanda baca baik disengaja maupun tidak disengaja. Maka dengan dibuatnya makalah ini
pennyusun berharap kita dapat mengurangi kesalahan-kesalahan yang kita lakukan.
Bangsa Indonesia memang banyak sekali mengambil kata-kata asing ataupun kata daerah
Salah satu bentuk perkembangan bahasa Indonesia adalah berupa penyerapan kata ke dalam
bahasa Indonesia yang berasal dari bahasa-bahasa asing pemberi pengaruh. Begitu juga dengan
penggunaan tanda-tanda baca. Karena dengan salahnya penggunaan tanda baca, maka akan
menimbulkan makna ganda dalam kalimat tersebut.
B.SARAN
Penulis menyadari akan kekurangan bahan dari materi makalah ini jadi penulis menyarankan
apabila terdapat kekurangan atau isi dari makalah ini maka saran – saran kritik dari pembaca
adalah penutup dari semua kekurangan kami dan menjadikan semua itu guna menjadi bahan
acuan untuk memotivasi dan menyempurnakan makalah kami.
Daftar Pustaka
Tanda baca-Wikipedia Bahasa Indonesia, Ensiklopedia Bebas. https://id.wikipedia.org . 1
November 2022. 28 November 2022. https://id.wikipedia.org/wiki/Tanda_baca
Asal Mula Koma, Titik, dan Tanda Baca Lainnya: Diciptakan untuk Memanjakan Kita.
https://kumparan.com . 12 Januari 2021. 28 November 2022. https://kumparan.com/absal-
bachtiar/asal-mula-koma-titik-dan-tanda-baca-lainnya-diciptakan-untuk-memanjakan-kita-
1uxltGrHNr7#:~:text=Menurut%20BBC%20International%20%2C%20faktor%2Dfaktor,tanda
%20baca%20untuk%20memudahkan%20tugasnya.