Oleh:
Kelas B4
04020180281 Annisa Nurul Sakinah
04020180282 Zafira Nadia Umar
04020180284 Septiara Rizky Trinanda
04020180356 A. Yasmine Safira Unayzah
Fakultas Hukum
2018
A. Penulisan Unsur Serapan
1. Pendahuluan
Penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar juga
ditentukan oleh ketepatan dan kecermatan penulisan unsur
serapan. Ketidaktepatan dan ketidakcermatan penggunaan
unsur serapan dapat mengakibatkan pembaca atau lawan
bicara tidak dapat memahami isi pembicaraan. Berkaitan
dengan itu, penggunaan bahasa dituntut harus tepat dan
cermat menggunakan kaidah-kaidah penulisan unsur serapan.
Untuk mengetahui kaidah penulisan unsur serapan seperti
yang tertera dalam Pedoman Umum Bahasa Indonesia Yang
Disempurnakan. Maka berikut akan dijelaskan pengertian dan
bentuk-bentuk penyerapan.
2. Pengertian Unsur Serapan
Perkembangan bahasa Indonesia hingga saat ini cukup
pesat. Dalam perkembangannya, bahasa Indonesia banyak
menyerap unsur bahasa lain, baik yang berasal dari bahasa
daerah maupun yang berasal dari bahasa asing. Penyerapan
dari bahasa daerah bersumber dari bahasa-bahasa nusantara,
seperti Jawa, Sunda, Bali, Aceh, Batak, Bugis, Makassar, dan
lain-lain. Penyerapan dari bahasa asing bersumber dari
bahasa-bahasa diluar wilayah nusantara, seperti bahasa
Sansekerta, Arab, Inggris, Portugis, dan lain-lain. Penyerapan
unsur bahasa lain kedalam bahasa Indonesia dapat berupa kata
atau istilah dan imbuhan. Unsur serapan yang paling banyak
dibicarakan dalam ejaan yang disempurnakan adalah unsur
serapan dari bahasa asing.
Semua unsur bahasa lain yang digunakan dalam konteks
bahasa Indonesia digolongkan sebagai unsur serapan.
Berdasarkan taraf integrasinya, unsur serapan itu ada yang
sudah disesuaikan dengan kaidah Bahasa Indonesia, baik
pengucapannya maupun penulisannya. Ada pula unsur-unsur
bahasa lain yang belum sepenuhnya disesuaikan dengan
kaidah bahasa Indonesia. Unsur serapan yang disesuaikan
dengan kaidah bahasa Indonesia adalah yang hanya diubah
seperlunya, bentuk serapannya masih dapat dibandingkan
dengan bentuk asalnya. Unsur serapan yang belum sepenuhnya
disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia adalah unsur
bahasa lain yang digunakan dalam bahasa Indonesia, tetapi
pengucapan dan penulisannya masih mengikuti bahasa
asalnya.
3. Bentuk-Bentuk Penyerapan
Bentuk penyerapan yang terjadi dalam bahasa Indonesia dapat
dibedakan atas penyerapan secara alamiah, penyerapan
seperti bentuk asal, penyerapan dengan terjemahan dan
penyerapan akhiran asing. Rincian penjelasan tentang bentuk-
bentuk penyerapan tersebut dapat dilihat pada butir-butir
berikut:
Tanda Koma ( , )
1) Tanda koma diantara unsur-unsur dalam pemerian
Contoh: Universitas Muslim Indonesia memiliki beberapa fakultas
antara lain : Fakultas Hukum, Fakultas Ekonomi, Fakultas Sastra
2) Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang didahului
dengan kata tetapi dan melainkan.
Contoh: Dia bukan mahasiswa Unhas, melainkan mahasiswa UMI
3) Tanda koma dipakai untuk memisahkan anak kalimat dan induk
kalimat
Contoh: Karena harta dan uang, orang bisa lupa daratan
4) Tanda koma dipakai dibelakang kata atau ungkapan penghubung
antar kalimat yang terdapat pada posisi awal.
Contoh: Jadi, masalahnya tidak serumit yang kita bayangkan
5) Tanda koma dipakai dibelakang kata-kata seruan, seperti o,ya wah,
aduh.
Contoh: Aduh, sampai hati engkau memaki-maki pamanmu
6) Tanda koma dipakai untuk petikan langsung di bagian lain
Contoh: “Semua nasehat ayah akan saya ingat selalu,” kata Alimuddin
7) Tanda koma dipakai untuk memisahkan bagian nama yang dibalik
susunannya dalam daftar pustaka
Contoh: Keraf Goris, 1980. Tata Bahasa Indonesia. Ende-Flores; Nusa
Indah
8) Tanda koma dipakai diantara tempat penerbitan, nama penerbit, dan
tahun penerbitan
Contoh: Badudu, J.S. 1983, Pelik-Pelik Bahasa Indonesia, Bandung,
Pustaka Prima
9) Tanda koma dipakai diantara nama orang dan gelar akademik.
Contoh: Ahmad Hasan, SH
Prof. Dr. Husen Abas, M.A.
Tanda Titik Koma ( ; )
1) Tanda titik koma dipakai untuk memisahkan bagian-bagian
kalimat yang sejenis dan setara
Contoh: Ombak telah reda; lautpun tenang; nelayan pulang ke
rumah.
2) Tanda titik koma dipakai untuk memisahkan setara dalam kalimat
majemuk sebagai pengganti kata penghubung.
Contoh: Para petani giat bekerja; anak-anak main layang-layang;
ibu-ibu mempersiapkan makanan dan minuman.
Tanda Hubung ( - )
1) Tanda hubung dipakai untuk menyambung suku-suku kata yang
terpisah karena pergantian baris.
Contoh: Universitas Muslim Indonesia merayakan hari ulang
tahunnya yang kedua puluh lima.
2) Tanda hubung dipakai untuk menyambung awalan dengan bagian
kata dibelakangnya, menyambung unsur-unsur kata ulang.
Contoh: kemerah-merahan dipermain-mainkan
3) Tanda hubung dipakai untuk menyambung awalan se – dengan kata
yang mengikuti yang dimulai dengan huruf kapital, ke dengan angka,
angka dengan –an dan singkatan huruf kapital dengan imbuhan.
Contoh: se-Indonesia timur KTP-nya
Tanda Pisah ( - )
1) Tanda pisah dipakai untuk membatasi penyisipan kata atau kalimat
yang memberi keterangan atau penjelasan.
Contoh: Kemerdekaan bangsa itu – saya yakin akan tercapai –
diperjuangkan dengan jiwa dan rasa bangsa itu.
2) Tanda pisah dipakai untuk menegaskan adanya aposisi atau
keterangan lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.
Contoh: Diskusi yang singkat hari ini – mengenai fonologi, morfologi,
dan sintaksis – mudah – mudahan memperluas pengetahuan kita
mengenai kebahasan.
3) Tanda pisah dipakai di antara dua bilangan atau tunggal yang berarti
sampai dengan.
Contoh: 1978-1980
Tanda Tanya ( ? )
1) Tanda tanya dipakai pada akhir kalimat tanya
Contoh: Sejak kapan ia menjadi mahasiswa UMI?
2) Tanda tanya dipakai untuk menyatakan kesangsian tentang sesuatu
Contoh: Gajinya empat juta rupiah (?) setiap bulan
Tanda Seru ( ! )
Tanda seru dipakai sesudah ungkapan atau pernyataan yang berupa
seruan atau perintah yang menggambarkan kesungguhan, ketidakpercayaan,
ataupun rasa emosi yang kuat.
Contoh: Alangkah seramnya peristiwa itu !