Anda di halaman 1dari 9

KONTRAK BAKU

Samsidar Nganro, SH., MH,


1. Pengertian Kontrak Baku
o Kontrak baku adalah kontak yang klausul-klausulnya telah
ditetapkan atau dirancang oleh salah satu pihak.

o Kontrak baku adalah perjanjian yang isinya telah ditetapkan


terlebih dahulu secara tertulis berupa formulir-formulir yang
digandakan dalam jumlah tidak terbatas untuk ditawarkan
kepada para konsumen tanpa memperhatikan perbedaan
kondisi para konsumen.

o Standar kontrak ini lahir dari kebutuhan bisnis di masyarakat


dan memiliki keabsahan yang sama dengan perjanjian pada
umumnya. Standar kontrak ini sering dijumpai dalam hal
perjanjian asuransi, perjanjian menggunakan jasa
transportasi, pembuatan rekening di bank dan lain-lain.
o Dengan ditetapkannya klausul-klausul baku secara sepihak
(perusahaan asuransi, bank, perusahaan jasa transportasi)
bukan tidak mungkin ketentuannya akan lebih
menguntungkan pihak perusahaan dan merugikan
konsumen.
o Apabila dalam suatu perjanjian, kedudukan para pihak tidak
seimbang, pihak lemah biasanya tidak berada dalam
keadaan yang betul-betul bebas menentukan apa yang
diinginkan dalam perjanjian. Dalam hal demikian, pihak yang
memiliki posisi yang lebih kuat biasanya menggunakan
kesempatan kesempatan tersebut untuk menentukan
klausul-klausul tertentu dalam kontrak baku, sehingga
perjanjian yang seharusnya dibuat atau dirancang oleh
pihak yang terlibat dalam perjanjian tidak ditemukan lagi
dalam kontrak baku karena format dan isi kontrak dirancang
oleh pihak yang kedudukannya lebih kuat
o Karena yang merancang format dan isi kontrak adalah pihak
yang memiliki kedudukan yang lebih kuat, dapat dipastikan
bahwa kontrak tersebut memuat klausul-klausul yang
menguntung baginya, atau meringankan atau menghapus
kan beban-beban atau kewajiban-kewajiban tertentu yang
seharusnya menjadi bebannya yang biasa dikenal dengan
klausul eksonerasi
2. Dasar Hukum Kontrak Baku
o Secara khusus keberadaan kontrak baku tidak diatur dalam
perundang undangan dan juga tidak dilarang oleh undang-
undang. Kontrak baku telah ada dan eksis sejak ribuan
tahun yang lalu dalam dunia bisnis.
o Pengaturan kontrak baku dapat kita temukan pada
beberapa peraturan perundang -undangan berikut:
1) Undang-undang Nomor 8 Tahun 1998 tentang Perubah
an Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang
Perbankan.
2) Undang-undang Nomor 8 tentang Perlindungan
Konsumen. UUPK menjelaskan secara khusus
pengertian pasal 1 angka 10 kemudian menjelaskan
ketentuan yang tidak boleh dicantumkan dalam
kontrak baku di dalam pasal 18
3) Peraturan Otoritas Jasa Keungan Nomor: 1/POJK.07/2
013 yang di undangkan pada 6 Agustus 2013.2
3. Hal-Hal Yang Dilarang Dalam Kontrak Baku
o Dalam UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan
Konsumen Pasal 18 ayat
(1) menyatakan pelaku usaha dalam menawarkan barang
dan/atau jasa yang ditujukan untuk diperdagangkan
dilarang membuat atau mencantumkan klausul baku
pada setiap dokumen dan/atau perjanjian apabila:
1. Menyatakan pengalihan tanggung jawab pelaku usaha;
2. Menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak
penyerahan kembali barang yang dibeli konsumen;
3. Menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak
penyerahan kembali uang yang dibayarkan atas
barang dan/atau jasa yang dibeli oleh konsumen;
4. Menyatakan pemberian kuasa dari konsumen kepada
pelaku usaha baik secara langsung maupun tidak
langsung untuk melakukan segala tindakan sepihak
yang berkaitan dengan barang yang dibeli oleh
konsumen secara angsuran;
5. Mengatur perihal pembuktian atas hilangnya kegunaan
barang atau pemanfaatan jasa yang dibeli oleh
konsumen;
6. Memberi hak kepada pelaku usaha untuk mengurangi
manfaat jasa atau mengurangi harta kekayaan
konsumen yang menjadi objek jual beli jasa;
7. Menyatakan tunduknya konsumen kepada peraturan
yang berupa aturan baru, tambahan, lanjutan dan/atau
pengubahan lanjutan yang dibuat sepihak oleh pelaku
usaha dalam masa konsumen memanfaatkan jasa
yang dibelinya;
8. Menyatakan bahwa konsumen memberi kuasa kepada
pelaku usaha untuk pembebanan hak tanggungan, hak
gadai, atau hak jaminan terhadap barang yang dibeli
oleh konsumen secara angsuran.
(2) Pelaku usaha dilarang mencantumkan klausul baku yang
letak atau bentuknya sulit terlihat atau tidak dapat dibaca
secara jelas, atau yang pengungkapannya sulit
dimengerti.
(3) Setiap klausul baku yang telah ditetapkan oleh pelaku
usaha pada dokumen atau perjanjian yang memenuhi
ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat
(2) dinyatakan batal demi hukum.
(4) Pelaku usaha wajib menyesuaikan klausul baku yang
bertentangan dengan undang-undang ini.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai