0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
31 tayangan9 halaman
Kontrak baku adalah perjanjian yang klausul-klausulnya telah ditetapkan secara sepihak oleh salah satu pihak tanpa memperhatikan kondisi pihak lain. Kontrak baku sering digunakan dalam perjanjian asuransi, jasa transportasi, dan rekening bank. UU Perlindungan Konsumen melarang kontrak baku yang menghapus tanggung jawab pelaku usaha atau memberikan kuasa sepihak kepada pelaku usaha.
Kontrak baku adalah perjanjian yang klausul-klausulnya telah ditetapkan secara sepihak oleh salah satu pihak tanpa memperhatikan kondisi pihak lain. Kontrak baku sering digunakan dalam perjanjian asuransi, jasa transportasi, dan rekening bank. UU Perlindungan Konsumen melarang kontrak baku yang menghapus tanggung jawab pelaku usaha atau memberikan kuasa sepihak kepada pelaku usaha.
Kontrak baku adalah perjanjian yang klausul-klausulnya telah ditetapkan secara sepihak oleh salah satu pihak tanpa memperhatikan kondisi pihak lain. Kontrak baku sering digunakan dalam perjanjian asuransi, jasa transportasi, dan rekening bank. UU Perlindungan Konsumen melarang kontrak baku yang menghapus tanggung jawab pelaku usaha atau memberikan kuasa sepihak kepada pelaku usaha.
1. Pengertian Kontrak Baku o Kontrak baku adalah kontak yang klausul-klausulnya telah ditetapkan atau dirancang oleh salah satu pihak.
o Kontrak baku adalah perjanjian yang isinya telah ditetapkan
terlebih dahulu secara tertulis berupa formulir-formulir yang digandakan dalam jumlah tidak terbatas untuk ditawarkan kepada para konsumen tanpa memperhatikan perbedaan kondisi para konsumen.
o Standar kontrak ini lahir dari kebutuhan bisnis di masyarakat
dan memiliki keabsahan yang sama dengan perjanjian pada umumnya. Standar kontrak ini sering dijumpai dalam hal perjanjian asuransi, perjanjian menggunakan jasa transportasi, pembuatan rekening di bank dan lain-lain. o Dengan ditetapkannya klausul-klausul baku secara sepihak (perusahaan asuransi, bank, perusahaan jasa transportasi) bukan tidak mungkin ketentuannya akan lebih menguntungkan pihak perusahaan dan merugikan konsumen. o Apabila dalam suatu perjanjian, kedudukan para pihak tidak seimbang, pihak lemah biasanya tidak berada dalam keadaan yang betul-betul bebas menentukan apa yang diinginkan dalam perjanjian. Dalam hal demikian, pihak yang memiliki posisi yang lebih kuat biasanya menggunakan kesempatan kesempatan tersebut untuk menentukan klausul-klausul tertentu dalam kontrak baku, sehingga perjanjian yang seharusnya dibuat atau dirancang oleh pihak yang terlibat dalam perjanjian tidak ditemukan lagi dalam kontrak baku karena format dan isi kontrak dirancang oleh pihak yang kedudukannya lebih kuat o Karena yang merancang format dan isi kontrak adalah pihak yang memiliki kedudukan yang lebih kuat, dapat dipastikan bahwa kontrak tersebut memuat klausul-klausul yang menguntung baginya, atau meringankan atau menghapus kan beban-beban atau kewajiban-kewajiban tertentu yang seharusnya menjadi bebannya yang biasa dikenal dengan klausul eksonerasi 2. Dasar Hukum Kontrak Baku o Secara khusus keberadaan kontrak baku tidak diatur dalam perundang undangan dan juga tidak dilarang oleh undang- undang. Kontrak baku telah ada dan eksis sejak ribuan tahun yang lalu dalam dunia bisnis. o Pengaturan kontrak baku dapat kita temukan pada beberapa peraturan perundang -undangan berikut: 1) Undang-undang Nomor 8 Tahun 1998 tentang Perubah an Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan. 2) Undang-undang Nomor 8 tentang Perlindungan Konsumen. UUPK menjelaskan secara khusus pengertian pasal 1 angka 10 kemudian menjelaskan ketentuan yang tidak boleh dicantumkan dalam kontrak baku di dalam pasal 18 3) Peraturan Otoritas Jasa Keungan Nomor: 1/POJK.07/2 013 yang di undangkan pada 6 Agustus 2013.2 3. Hal-Hal Yang Dilarang Dalam Kontrak Baku o Dalam UU Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen Pasal 18 ayat (1) menyatakan pelaku usaha dalam menawarkan barang dan/atau jasa yang ditujukan untuk diperdagangkan dilarang membuat atau mencantumkan klausul baku pada setiap dokumen dan/atau perjanjian apabila: 1. Menyatakan pengalihan tanggung jawab pelaku usaha; 2. Menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali barang yang dibeli konsumen; 3. Menyatakan bahwa pelaku usaha berhak menolak penyerahan kembali uang yang dibayarkan atas barang dan/atau jasa yang dibeli oleh konsumen; 4. Menyatakan pemberian kuasa dari konsumen kepada pelaku usaha baik secara langsung maupun tidak langsung untuk melakukan segala tindakan sepihak yang berkaitan dengan barang yang dibeli oleh konsumen secara angsuran; 5. Mengatur perihal pembuktian atas hilangnya kegunaan barang atau pemanfaatan jasa yang dibeli oleh konsumen; 6. Memberi hak kepada pelaku usaha untuk mengurangi manfaat jasa atau mengurangi harta kekayaan konsumen yang menjadi objek jual beli jasa; 7. Menyatakan tunduknya konsumen kepada peraturan yang berupa aturan baru, tambahan, lanjutan dan/atau pengubahan lanjutan yang dibuat sepihak oleh pelaku usaha dalam masa konsumen memanfaatkan jasa yang dibelinya; 8. Menyatakan bahwa konsumen memberi kuasa kepada pelaku usaha untuk pembebanan hak tanggungan, hak gadai, atau hak jaminan terhadap barang yang dibeli oleh konsumen secara angsuran. (2) Pelaku usaha dilarang mencantumkan klausul baku yang letak atau bentuknya sulit terlihat atau tidak dapat dibaca secara jelas, atau yang pengungkapannya sulit dimengerti. (3) Setiap klausul baku yang telah ditetapkan oleh pelaku usaha pada dokumen atau perjanjian yang memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dinyatakan batal demi hukum. (4) Pelaku usaha wajib menyesuaikan klausul baku yang bertentangan dengan undang-undang ini. TERIMA KASIH