CONTRACT)
“TAKE IT”
STANDARD CONTRACT
“LEAVE IT”
STANDARD CONTRACT, CONTRACT OF ADHESION, STANDAARD V
OORWARDEN, ALGEMEINE GESHAFTS BEDINGEN, KONTRAK BAKU,
PERJANJIAN ADHESI
QUICK
STANDARD CONTRACT
1. Kontrak yg dibuat secara sepihak dlm format tertentu dan massal
(banyak oleh pihak yg mempunyai kedudukan & posisi tawar yg
yg kuat.
2. Yg di dlmnya terdapat kalusula2 (pasal2) yg tdk dpt & tdk
mungkin dirundingkan atau diubah oleh pihak yg
kedudukan/posisi tawarnya lemah
3. Shg pihak yg posisi tawarnya lemah hanya ada dua pilihan yaitu:
menyetujui (take it) atau menolak (leave it).
4. Tujuan standard contract unk
menghemat waktu, biaya, tenaga &
mempermudah perancangan
kontraknya.
SECARA KONKRET PERKEMBANGAN
STANDARD CONTRACT MEMPUNYAI CIRI-CIRI:
SEBELUM MENANDATANGANI
KONTRAK DIKENAL ASAS
“KEWAJIBAN MEMBACA
KONTRAK” (DUTY TO READ)
SIAPA YG MENENDATANGANI
KONTRAK, MAKA IA TERIKAT
DLM KONTRAK TERSEBUT,
MESKIPUN IA TDK MEMBACA.
KLAUSULA EKSONERASI
1. Eksonerasi (Exonoratie Clausule, Exemption Clause): merupakan klausula
yang mengandung kondisi membatasi, atau bahkan menghapus sama
sekali tanggung jawab yg semestinya dibebankan kepada pihak
produsen/penyalur produk.
2. Wujud klausula eksonerasi berupa:
a. pembebasan tanggung jawab yg hrs dilaksanakan oleh pihak yg
lebih kuat jika terjadi wanprestasi.
b. pembatasan jumlah dan cara ganti rugi yg dpt dituntut oleh salah
satu pihak yg lemah kedudukannya.
c. pembatasan waktu bagi yg lebih lemah kedudukannya, untuk dapat
menuntut ganti rugi atau mengajukan gugatan
Pelaksanaan Perjanjian
1. Kewajiban pokok (fundamental essencial/prestasi), pelengkap
(formal procedural/pembayaran), diam-diam (cacat
tersembunyi).
2. Pembayaran: dg jaminan/borg, jenis mata uang/alat bayar (cek,
BG dlsb).
3. Penyerahan benda, Ps 1477 BW penyerahan pd pjj jual beli hrs
dilakukan ditempat benda yg dijual itu berada, kecuali dipjjkan
lain. Ps 1476 BW biaya penyerahan jadi beban penjual, biaya
pengambilan jadi beban pembeli, jika tdk diperjanjikan.
4. Klausula “Eksonerasi”, klausula ini adalah untuk membatasi
tanggung jawab debitur (barang yg sudah dibeli tdk dpt
dikembalikan, perubahan harga dpt berubah sewaktu-waktu
tanpa pemberitahuan, dlsb)
• EKSONERASI Membebaskan seseorang atau badan usaha dari
suatu tuntutan atau tanggung jawab.” (pengecualian
kewajiban/tanggung jawab dalam perjanjian)
• Pembatasan atau larangan klausula eksonerasi diatur dalam
Pasal 18
UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
(“UUPK”). Dalam UUPK ini klausula eksonerasi merupakan
salah satu bentuk “klausula baku” yang dilarang oleh UU
tersebut.
• Dalam penjelasan Pasal 18 ayat (1) UUPK menyebutkan tujuan
dari larangan pencantuman klausula baku yaitu bahwa
larangan ini dimaksudkan untuk menempatkan kedudukan
konsumen setara dengan pelaku usaha berdasarkan prinsip
kebebasan berkontrak. Karena pada dasarnya, hukum
perjanjian di Indonesia menganut asas kebebasan berkontrak
(Pasal 1338 KUHPerdata).
Contohnya dalam praktik perbankan. Sebelum adanya UUPK, pemberikan
kredit, bank mencantumkan syarat sepihak (ada klausula bahwa Bank
sewaktu-waktu diperkenankan untuk merubah (menaikan/menurunkan)
suku bunga pinjaman (kredit) yang diterima oleh Debitur, tanpa
pemberitahuan atau persetujuan dari debitur terlebih dahulu)
Dengan adanya UUPK klausula demikian pada perjanjian kredit Bank, maka
perjanjiannya DAPAT DIMINTAKAN PEMBATALAN oleh Debitur. Ketentuan
ini sepenuhnya bertujuan untuk melindungi kepentingan konsumen
(debitur) pengguna jasa perbankan.
Klausula baku ini juga kita jumpai dalam tiket pesawat maupun karcis parkir.
Dalam beberapa kasus, Pengadilan telah menyatakan pencantuman
klausula baku dalam tiket pesawat maupun karcis parkir adalah batal demi
hukum:
- MA Tetap ‘Larang’ Pengelola Parkir Terapkan Klausula Baku,
- Putusan Delay Pesawat Lion Air Dieksekusi
- Air Asia Kalah Lawan Konsumen
Contoh Berakhirnya Perikatan
1. Pembayaran: utang dibayar atau benda di serahkan.
2. Penawaran pembayaran diikuti penitipan: debitur
menawarkan pembayaran melalui notaris/juru sita lalu
kreditur menolak pembaran tsb, maka debitur menitipkan
pembayaran tsb pd panitera PN untuk disimpan.
3. Novasi : utang lama diganti utang baru (novasi obyektif),
bila debiturnya yg diganti (novasi subyektif pasif)
sebaliknya kalau krediturnya (novasi subyektif aktif).
4. Kompensasi: utang pitang debitur-kreditur scr timbal balik
diperhitungkan. A utang pd B 5 jt, ternyata sebelumnya B
juta utang pd A sebesar 4 jt.
5. Percampuran hutang (konfusio): terjadi krn
kedudukan kreditur & debitur jadi satu. A sbg
ahli waris mempunyai utang pd B sbg pewaris,
lalu A meninggal dan B menerima warisan
termasuk utang atas dirinya.
6. Pembebasan utang: kreditur dg tegas (hrs ada
alat buti) menyatakan tdk menghendaki lagi
prestasi dari debitur dan melepaskan haknya.
7. Musnahnya brg terutang: hilangnya brng di sini
bukan krn kesalahan debitur (overmacht).
8. Pembatalan: dengan cara mengajukan
pembatalan khusus bagi yang dpt dibatalkan.
9. Berlakunya syarat batal: syarat ini hanya
ditentukan oleh keduabelah pihak, bila syarat
tsb dilanggar perikatan menjadi batal. A
mengadakan pjj sewa gedung dg B, bahwa
selama pjj berlangsung A tidak boleh
menyewakan kembali gedung tsb, tetapi A
melanggar syarat tsb & perikatan menjadi batal.
10. Daluarsa: daluarsa untuk dibebaskan dr suatu
perikan (evtinctieve verjaring: 30 tahun),
sedangkan untuk memperoleh hak
milik(acquisitive verjaring: 20 th hrs ada alas
hak, 30 th tanpa alas hak).