Anda di halaman 1dari 18

KONTRAK BAKU (STANDARD

CONTRACT)
“TAKE IT”

STANDARD CONTRACT

“LEAVE IT”
STANDARD CONTRACT, CONTRACT OF ADHESION, STANDAARD V
OORWARDEN, ALGEMEINE GESHAFTS BEDINGEN, KONTRAK BAKU,
PERJANJIAN ADHESI

Perjanjian yang isinya telah ditetapkan terlebih dahulu secara


tertulis berupa formulir-formulir yang digandakan dalam jumlah
tidak terbatas, untuk ditawarkan kepada para konsumen tanpa
memperhatikan perbedaan kondisi para konsumen.
Perjanjian yang isinya dibakukan dan dituangkan dalam bentuk
formulir (Mariam Badrulzaman)

“is one in which there is great disparity of bargaining power that


the weaker party has no choice but to accept the terms imposed by
the stronger party or forego the transaction”
Perjanjian baku adalah perjanjian yang dipakai sebagai
patokan atau pedoman bagi siapapun yang menutup
perjanjian dengannya tanpa kecuali, dan disusun terlebih
dahulu secara sepihak serta dibangun oleh syarat-syarat
standar, ditawarkan pada pihak lain untuk disetujui
dengan hampir tidak ada kebebasan bagi pihak yang
diberi penawaran untuk melakukan negosiasi atas apa
yang ditawarkan, sedangkan hal yang dibakukan,
biasanya meliputi model, rumusan, dan ukuran.
INTI STANDARD CONTRACT

Persyaratan kontrak biasanya Salah satu pihak (biasanya debitur


ditetapkan oleh pihak yang memiliki atau pembeli yang berhubungan
kedudukan kontraktual yang lebih bisnis dengan perusahaan besar)
kuat dihadapkan pada harapan- tidak memiliki hak memilih yang
harapan pihak yang berkedudukan berarti terhadap beberapa atau
lebih lemah. seluruh persyaratan kontrak;

QUICK
STANDARD CONTRACT
1. Kontrak yg dibuat secara sepihak dlm format tertentu dan massal
(banyak oleh pihak yg mempunyai kedudukan & posisi tawar yg
yg kuat.
2. Yg di dlmnya terdapat kalusula2 (pasal2) yg tdk dpt & tdk
mungkin dirundingkan atau diubah oleh pihak yg
kedudukan/posisi tawarnya lemah
3. Shg pihak yg posisi tawarnya lemah hanya ada dua pilihan yaitu:
menyetujui (take it) atau menolak (leave it).
4. Tujuan standard contract unk
menghemat waktu, biaya, tenaga &
mempermudah perancangan
kontraknya.
SECARA KONKRET PERKEMBANGAN
STANDARD CONTRACT MEMPUNYAI CIRI-CIRI:

1. Proses pembuatannya secara sepihak oleh pihak yg


posisi tawarnya lebih kuat.
2. Pihak yg posisinya lemah tdk dilibatkan sama sekali
dlm menentukan substansi kontrak.
3. Pihak yg lemah menyepakati kontrak secara terpaksa
karena didorang oleh kebutuhan.
4. Kontrak dibuat secara tertulis, format tertentu dan
secara massal.
KLAUSULA2 YG TDK SEIMBANG
DALAM PRAKTIK MELIPUTI:

1.Dicetak dlm huruf kecil.


2.Bahasa yg tdk jelas artinya
3.Tulisan yg kurang jelas dan sussat dibaca.
4.Bahkan ada kontrak yg tdk berwujud seperti
kontrak (kontrak tersamar), seperti tiket parkir,
dll.
DUA PENDAPAT KEABSAHAN STANDARD
CONTRACT

1. Mariam Darus Badrulzaman dlm Bukunya: Perjanjian Baku (standar)


Perkembangannya di ndonesia: “Bahwa standard contract bertentangan
dg asas kebebasan berkontrak serta dimungkinkan adanya
penylahgunaan kedudukan oleh pihak yg lebih kuat, sehingga perlu
ditertibkan.”
2. Sutan Remy Sjahdeini: Kebebasan Berkontrak dan Perlindungan yang
Seimbang Bagi Para Pihak Dalam Perjanjian Kredit Bank di Indonesia:
“keberlakuan standard contract tdk perlu lagi dipersoalkan krn
eksistensinya sdh merupakan kenyataan
dan meluas dlm bisnis dan untuk bebutuhan masyarakat
sendiri, dunia bisnis tdk dpt berlangsung tanpa
standard contract.
PENENDATANGANAN SUATU
KONTRAK MENUNJUKKAN PARA
PIHAK TELAH SETUJU DG
KONTRAK, TERMASUK
SUBSTANSINYA

SEBELUM MENANDATANGANI
KONTRAK DIKENAL ASAS
“KEWAJIBAN MEMBACA
KONTRAK” (DUTY TO READ)

SIAPA YG MENENDATANGANI
KONTRAK, MAKA IA TERIKAT
DLM KONTRAK TERSEBUT,
MESKIPUN IA TDK MEMBACA.
KLAUSULA EKSONERASI
1. Eksonerasi (Exonoratie Clausule, Exemption Clause): merupakan klausula
yang mengandung kondisi membatasi, atau bahkan menghapus sama
sekali tanggung jawab yg semestinya dibebankan kepada pihak
produsen/penyalur produk.
2. Wujud klausula eksonerasi berupa:
a. pembebasan tanggung jawab yg hrs dilaksanakan oleh pihak yg
lebih kuat jika terjadi wanprestasi.
b. pembatasan jumlah dan cara ganti rugi yg dpt dituntut oleh salah
satu pihak yg lemah kedudukannya.
c. pembatasan waktu bagi yg lebih lemah kedudukannya, untuk dapat
menuntut ganti rugi atau mengajukan gugatan
Pelaksanaan Perjanjian
1. Kewajiban pokok (fundamental essencial/prestasi), pelengkap
(formal procedural/pembayaran), diam-diam (cacat
tersembunyi).
2. Pembayaran: dg jaminan/borg, jenis mata uang/alat bayar (cek,
BG dlsb).
3. Penyerahan benda, Ps 1477 BW penyerahan pd pjj jual beli hrs
dilakukan ditempat benda yg dijual itu berada, kecuali dipjjkan
lain. Ps 1476 BW biaya penyerahan jadi beban penjual, biaya
pengambilan jadi beban pembeli, jika tdk diperjanjikan.
4. Klausula “Eksonerasi”, klausula ini adalah untuk membatasi
tanggung jawab debitur (barang yg sudah dibeli tdk dpt
dikembalikan, perubahan harga dpt berubah sewaktu-waktu
tanpa pemberitahuan, dlsb)
• EKSONERASI Membebaskan seseorang atau badan usaha dari
suatu tuntutan atau tanggung jawab.” (pengecualian
kewajiban/tanggung jawab dalam perjanjian)
•   Pembatasan atau larangan klausula eksonerasi diatur dalam
Pasal 18
UU No. 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen
(“UUPK”). Dalam UUPK ini klausula eksonerasi merupakan
salah satu bentuk “klausula baku” yang dilarang oleh UU
tersebut. 
• Dalam penjelasan Pasal 18 ayat (1) UUPK menyebutkan tujuan
dari larangan pencantuman klausula baku yaitu bahwa
larangan ini dimaksudkan untuk menempatkan kedudukan
konsumen setara dengan pelaku usaha berdasarkan prinsip
kebebasan berkontrak. Karena pada dasarnya, hukum
perjanjian di Indonesia menganut asas kebebasan berkontrak
(Pasal 1338 KUHPerdata).
Contohnya dalam praktik perbankan. Sebelum adanya UUPK, pemberikan
kredit, bank mencantumkan syarat sepihak (ada klausula bahwa Bank
sewaktu-waktu diperkenankan untuk merubah (menaikan/menurunkan)
suku bunga pinjaman (kredit) yang diterima oleh Debitur, tanpa
pemberitahuan atau persetujuan dari debitur terlebih dahulu)
 
Dengan adanya UUPK klausula demikian pada perjanjian kredit Bank, maka
perjanjiannya DAPAT DIMINTAKAN PEMBATALAN oleh Debitur. Ketentuan
ini sepenuhnya bertujuan untuk melindungi kepentingan konsumen
(debitur) pengguna jasa perbankan.
 
Klausula baku ini juga kita jumpai dalam tiket pesawat maupun karcis parkir.
Dalam beberapa kasus, Pengadilan telah menyatakan pencantuman
klausula baku dalam tiket pesawat maupun karcis parkir adalah batal demi
hukum:
-         MA Tetap ‘Larang’ Pengelola Parkir Terapkan Klausula Baku,
-         Putusan Delay Pesawat Lion Air Dieksekusi
-         Air Asia Kalah Lawan Konsumen
Contoh Berakhirnya Perikatan
1. Pembayaran: utang dibayar atau benda di serahkan.
2. Penawaran pembayaran diikuti penitipan: debitur
menawarkan pembayaran melalui notaris/juru sita lalu
kreditur menolak pembaran tsb, maka debitur menitipkan
pembayaran tsb pd panitera PN untuk disimpan.
3. Novasi : utang lama diganti utang baru (novasi obyektif),
bila debiturnya yg diganti (novasi subyektif pasif)
sebaliknya kalau krediturnya (novasi subyektif aktif).
4. Kompensasi: utang pitang debitur-kreditur scr timbal balik
diperhitungkan. A utang pd B 5 jt, ternyata sebelumnya B
juta utang pd A sebesar 4 jt.
5. Percampuran hutang (konfusio): terjadi krn
kedudukan kreditur & debitur jadi satu. A sbg
ahli waris mempunyai utang pd B sbg pewaris,
lalu A meninggal dan B menerima warisan
termasuk utang atas dirinya.
6. Pembebasan utang: kreditur dg tegas (hrs ada
alat buti) menyatakan tdk menghendaki lagi
prestasi dari debitur dan melepaskan haknya.
7. Musnahnya brg terutang: hilangnya brng di sini
bukan krn kesalahan debitur (overmacht).
8. Pembatalan: dengan cara mengajukan
pembatalan khusus bagi yang dpt dibatalkan.
9. Berlakunya syarat batal: syarat ini hanya
ditentukan oleh keduabelah pihak, bila syarat
tsb dilanggar perikatan menjadi batal. A
mengadakan pjj sewa gedung dg B, bahwa
selama pjj berlangsung A tidak boleh
menyewakan kembali gedung tsb, tetapi A
melanggar syarat tsb & perikatan menjadi batal.
10. Daluarsa: daluarsa untuk dibebaskan dr suatu
perikan (evtinctieve verjaring: 30 tahun),
sedangkan untuk memperoleh hak
milik(acquisitive verjaring: 20 th hrs ada alas
hak, 30 th tanpa alas hak).

Anda mungkin juga menyukai