Anda di halaman 1dari 16

Putu Eka Trisna Dewi, S.H.

, 0 + ([RQHUDWLRQ« 173

EXONERATION CLAUSE PADA PERJANJIAN STANDAR


PEMBIAYAAN KONSUMEN

Oleh :

Putu Eka Trisna Dewi, S.H., M.H.


Dosen Fakultas Hukum Universitas Ngurah Rai

Abstract
In general, the business activities can not be separated from an agreement to
ensure legal certainty. Testament as we know it is an event where one can promise to
someone other or where two or more mutually pledged to carry out a thing. Currently, there
is a wide range of agreement or contract is a form of derivative agreements of the
agreements already provided for in the Civil Law Act (Civil Code) as a result of the
principle of freedom of contract. The subject of the agreement was not only a person but
also the body, whether incorporated or unincorporated. One of the agreements arising from
the development of the business world is a consumer financing agreement in which the
shape of the agreement in the form of raw agreement. Because of its raw argued that the
treaty does not reflect a sense of fairness and detrimental to one of the parties which are in
the field of contract law known as the exoneration clause.

Keywords : Consumer Financing Agreement, The Exoneration Clause.

Abstrak
Pada umumnya, kegiatan bisnis tidak terlepas dari adanya suatu perjanjian untuk
menjamin suatu kepastian hukum. Perjanjian seperti yang kita kenal adalah suatu peristiwa
dimana seseorang berjanji kepada seseorang lainya atau dimana dua orang atau lebih saling
berjanji untuk melaksanakan suatu hal. Dewasa ini muncul berbagai macam perjanjian atau
kontrak merupakan bentuk perjanjian turunan dari perjanjian yang sudah diatur dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) sebagai akibat dari adanya asas kebebasan
berkontrak. Subyek dari perjanjian pun tidak hanya orang melainkan juga badan, baik yang
berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum.Salah satu perjanjian yang timbul dari
perkembangan dunia usaha adalah perjanjian pembiayaan konsumen di mana bentuk dari
perjanjian ini adalah perjanjian baku.Perjanjian baku (standard) yang beredar dalam
masyarakat dipandang banyak merugikan konsumen yang membutuhkan, karena isinya
tidak mencerminkan rasa keadilan. Isi dari perjanjian standar berat sebelah dan terdapat
klausula yang membatasi tanggung jawab salah satu pihak sehingga merugikan pihak
lainnya atau hanya menguntungkan bagi salah satu pihak saja yang disebut klausula
eksonerasi.

Kata Kunci : Perjanjian Pembiayaan Konsumen, Klausul Eksonerasi.


Putu Eka Trisna Dewi, S.H., 0 + ([RQHUDWLRQ« 174

A. PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Perkembangan ekonomi yang kian bantuan lembaga pembiayaan konsumen

pesat menyebabkan persaingan dalam agar dibiayaai terlebih dahulu dan pihak

dunia perdaganganpun meningkat tajam. debitur selanjutnya akan membayar secara

Lembaga yang erat hubungannya dengan angsuran kepada pihak kreditur yaitu

perkembangan perdagangan dalam lembaga pembiayaan konsumen. Para

praktek dikenal dengan lembaga pihak dalam perjanjian tersebut wajib

pembiayaan yaitu badan usaha yang mematuhi semua isi perjanjian yang telah

melakukan kegiatan pembiayaan dalam disepakati yang natinya menimbulkan hak

bentuk penyediaan dana atau barang dan kewajiban bagi para pihak.

modal dengan tidak menarik dana secara Untuk pemilikan kendaraan

langsung dari masyarakat. Lembaga bermotor tersebut dapat dilakukan dengan

pembiayaan ini terdiri dari lembaga mengadakan jual beli kendaraan bermotor

pembiayaan bank dan lembaga dimana debitur membeli kendaraan

pembiayaan non bank, dimana lembaga tersebut pada dealer dan lembaga

pembiayaan non bank dalam hal ini pembiayaan konsumen yang ditunjuk

adalah pembiayaan konsumen. tersebut yang akan membayar pada pihak

Lembaga pembiayaan konsumen dealer secara kontan selanjutnya pihak

dalam memberikan pembiayaan pun tidak debitur akan membayar kendaraan

lepas dari yang namanya perjanjian bermotor tersebut secara angsuran pada

dimana pihak kreditur dan debitur pihak kreditur yaitu lembaga pembiayaan

menyepakati untuk melakukan perbuatan konsumen, yang sebelumnya telah

hukum yaitu debitur melakukan didahului dengan penandatanganan

pembelian kendaraan bermotor dengan


Putu Eka Trisna Dewi, S.H., 0 + ([RQHUDWLRQ« 175

perjanjian baku (perjanjian standard) klausula yang hanya menguntungkan

yang melibatkan pihak-pihak terkait. sepihak saja yaitu pihak kreditur.

Pada umumnya ikatan jual beli Perjanjian sering mencantumkan bahwa

dengan pelunasan atau pembayaran pihak debitur harus membayar tepat

berjangka sering menimbulkan waktu dan setiap keterlambatan

permasalahan berkepanjangan. Salah satu pembiayaan dikenakan denda dan sanksi-

penyebabnya adalah adanya perjanjian sanksi lain yang memberatkan.

dengan syarat-syarat yang baku. Perjanjian baku menurut Mariam

Perjanjian dengan syarat-syarat baku Darus Badrulzaman adalah perjanjian

adalah perjanjian yang telah dipersiapkan yang isinya dibakukan dan dituangkan

terlebih dahulu. Banyak terjadi orang dalam bentuk formulir. Adapun ciri-ciri

menandatangani suatu perjanjian tanpa pada umumnya dari perjanjian standard

membaca dengan teliti syarat-syarat yang adalah sebagai berikut 1:

telah ditetapkan dalam perjanjian tersebut. a. Wujudnya dalam bentuk formulir

Keadaan seperti yang telah standard;

disebutkan diatas tidak hanya dilakukan b. Syarat-syarat standard (baku) yang

oleh orang-orang yang awam, kurang ada didalamnya tidak dapat diubah;

mampu dan kurang berpendidikan, tetapi c. Syarat-syarat standard (baku) yang

oleh orang-orang yang mengerti dan ada didalamnya disusun secara

berpendidikan cukup. Agaknya sepihak.

kecerobohan ini umumnya disebabkan Di dalam prakteknya memang

orang tidak mau pusing atau susah. perjanjian baku atau standard ini tumbuh

Contohnya dalam perjanjian standard sebagai perjanjian tertulis dalam bentuk

pembiayaan konsumen kredit kendaraan


1
Mariam Darus Badrulzaman, 1980,
bermotor dimana terdapat beberapa Perjanjian Baku (Standard) dan
Perkembangannya di Indonesia, USU, hal. 2.
Putu Eka Trisna Dewi, S.H., 0 + ([RQHUDWLRQ« 176

formulir-formulir. Hal ini disebabkan kreditur. Klausula eksonerasi dapat

karena perbuatan-perbuatan hukum berasal dari rumusan pengusaha secara

sejenis yang selalu terjadi dan berulang- sepihak dapat juga berasal dari rumusan

ulang melibatkan banyak orang, pasal undang-undang. Klausula eksonerasi

menimbulkan kebutuhan untuk dapat berasal dari rumusan pengusaha

mempersiapkan isi perjanjian itu terlebih membebankan pembuktian pada

dahulu dan dibakukan, dan seterusnya konsumen (debitur) bahwa ia (kreditur)

dicetak dalam jumlah banyak sehingga tidak bersalah dan inilah yang

memudahkan penyediaan setiap saat bila menyulitkan pihak konsumen (debitur).

diperlukan. Klausula eksonerasi rumusan pasal

Perjanjian baku (standard) yang undang-undang membebankan

beredar dalam masyarakat dipandang pembuktian pada pengusaha bahwa

banyak merugikan konsumen yang dirinya tidak bersalah sehingga bebas dari

membutuhkan, karena isinya tidak tanggung jawab2. Hal ini menunjukkan

mencerminkan rasa keadilan. Isi dari semakin kuatnya kedudukan kreditur yang

perjanjian standard berat sebelah dan sebenarnya sudah kuat tanpa pencantuman

terdapat klausula yang membatasi klausula tersebut.

tanggung jawab salah satu pihak sehingga


B. PEMBAHASAN
merugikan pihak lainnya atau hanya
1. Kedudukan Hukum Para Pihak
menguntungkan bagi salah satu pihak saja Dalam Perjanjian Standard
Pembiayaan Konsumen
yang disebut klausula eksonerasi.
Perjanjian pembiayaan konsumen
Dalam berbagai kegiatan bisnis
yang disusun atau dibuat oleh pihak
banyak yang menggunakan perjanjian
kreditur pada umumnya berbentuk
baku (standard) dimana isinya terdapat
2
eksonerasi penanggung atau eksonerasi Ibid, hal. 47.
Putu Eka Trisna Dewi, S.H., 0 + ([RQHUDWLRQ« 177

perjanjian standard yang dilengkapi Perjanjian baku yang ditetapkan

dengan klausula eksonerasi yang pemerintah ialah perjanjian baku yang

memberatkan pihak konsumen selaku isinya ditentukan pemerintah terhadap

debitur. Isi dari perjanjian standard perbuatan-perbuatan hukum tertentu,

pembiayaan konsumen umumnya tidak misalnya perjanjian-perjanjian yang

seimbang. mempunyai obyek hak-hak atas tanah.

Pada umumnya perjanjian standard Dalam bidang agrarian, lilatlah

lebih menguntungkan pihak yang misalnya formulir-formulir perjanjian

membuatnya atau pihak kreditur dan sebagaimana yang diataur dalam SK

cenderung merugikan pihak konsumen. Menteri Dalam Negeri tanggal 6

Walaupun tidak semuanya demikian. Agustus 1977 No. 104/Dja/1977

Perjanjian standard dalam praktek di berupa antara lain akta jual beli model

masyarakat dapat dibedakan dalam 1156727, akta hipotik model 1045055

beberapa jenis, antara lain3 : dan sebagainya.

a. Perjanjian Baku Sepihak c. Perjanjian Baku Yang Ditentukan di

Perjanjian baku sepihak adalah Lingkungan Notaris dan advokat

perjanjian yang isinya ditentukan oleh Perjanjian baku yang ditentukan di

pihak yang kuat kedudukanya di lingkungan notaris dan advokatadalah

dalam perjanjian itu. Pihak yang kuat perjanjian-perjanjian yang sejak

disini ialah pihak kreditur yang semula konsepnya sudah disediakan

lazimnya mempunyai posisi untuk memenuhi permintaan dari

(ekonomi) kuat dibandingkan pihak anggota masyarakat yang minta

debitur. Kedua pihak lazimnya terikat bantuan notaris atau advokat yang

dalam organisasi, misalnya pada bersangkutan. Di dalam kepustakaan

perjanjian buruh kolektif. Belanda, jenis ini disebut contract

b. Perjanjian Baku Yang Ditetapkan model.

Pemerintah Dalam prakteknya baik format


3
Ibid, hal. 55. maupun isi perjanjian pembiayaan
Putu Eka Trisna Dewi, S.H., 0 + ([RQHUDWLRQ« 178

konsumen telah ditentukan oleh memahami secara rinci biasanya pihak

perusahaan pembiayaan konsumen selaku konsumen (debitur) langsung

kreditur dan kurang adanya gentlemen menandatangani semua form perjanjian

agrrement dari pihak kreditur disinilah standard yang disodorkan pihak kreditur

dimulai ketidak seimbangan dari tanpa membacanya dengan seksama

perjanjian yang berlaku di perusahaan karena faktor kebutuhan dan keinginan

pembiayaan konsumen.Ketidak pihak konsumen akan kredit kendaraan

seimbangan ini dapat dilihat dari yang diinginkan.

banyaknya kewajiban pihak debitur dan Untuk memperoleh kredit

sedikitnya hak yang diperoleh oleh pihak kendaraan yang diinginkan tersebut tidak

debitur dan sebalikknya. Namun bisnis jarang konsumen (debitur) harus terlebih

pembiayaan ini tetap tumbuh pesat, dulu membayar uang tanda jadi (booking

walaupun terjadi ketidakseimbangan fee), baru kemudian disodorkan perjanjian

kedudukan debitur tetap menggunakan pembiayaan konsumennya yang

jasa lembaga ini untuk memenuhi kemuadian akan dibantu mengisi oleh

kebutuhannya karena syarat-syaratnya pegawai kantor pembiayaan konsumen

lebih mudah dibanding melalui jasa yang bersangkutan. Padahal pada

perbankkan. hakikatnya uang tanda jadi (booking fee)

Walaupun tidak adanya gentlemen tidak lain adalah sebagai pembayaran

agrrement deari pihak pengembang dan angsuran uang muka.Hal ini jelas

lemahnya posisi konsumen (debitur) menunjukan adanya ketidak jujuran dari

dalam perjanjian standard pembiayaan pelaku bisnis, yang dalam hal ini pihak

konsumen namun hal ini tentunya tidak yang kedudukannya lebih tinggi memang

bisa hanya disalahkan hanya pada pihak memiliki peluang lebih besar untuk

perusahaan pembiayaan (kreditur) saja melakukan penyalahgunaan keadaan

karena pihak konsumen (debitur) kerap untuk menghindari tanggung jawab dan

kali mengabaikan isi perjanjian memperoleh keuntungan yang besar.

pembiayaan konsumen, tanpa harus


Putu Eka Trisna Dewi, S.H., 0 + ([RQHUDWLRQ« 179

Mengenai keadaan yang demikian, selaku pemilik modal dengan modal yang

bahwa ketidakseimbangan yang terjadi tidak sedikit menghadapi risiko bisnis

berkaitan dengan kedudukan hukum yang tidak kecil dan sangat tinggi,

antara pihak kreditur dan pihak debitur terutama terhadap risiko kerugian akibat

dalam hubungannya dengan perjanjian situasi ekonomi yang tidak menentu.

standard pembiayaan konsumen dapat Belum lagi ulah konsumen-konsumen

dipahami sepenuhnya. Dimana kedudukan nakal dan tidak bertanggung jawab. Jadi

hukum pihak kreditur lebih tinggi karena disini wajar apabila pihak kreditur yaitu

sebagai pihak yang membuat perjanjian perusahaan pembiayaan konsumen

standard pembiayaan konsumen tersebut menerapkan klausula eksonerasi pada

dan sekaligus sebagai pemilik modal. perjanjian standard pembiayaan

Kemudian kedudukan pihak debitur yang konsumen selama klausula tersebut tidak

lebih lemah karena sebagai pihak yang bertentangan dengan undang-undang dan

membutuhkan kredit hanya memiliki dua ketertiban umum. Misalnya saja

pilihan menerima atau menolak perjanjian pemberian penalti baik ringan atau berat

tersebut dan sebagai konsekwensi apabila terhadap pihak debitur bahkan diancam

pihak debitur menerimanya maka pihak dengan eksekusi obyek jaminan fidusia,

debitur harus mematuhi seluruh ketentuan bila pihak debitur tidak memenuhi isi

yang pertuang dalam isi perjanjian. Dalam perjanjian atau bahkan melanggarnya

hal ini memang seolah-olah hanya pihak (wanprestasi) masih dianggap wajar

debitur selaku konsumen yang terlihat dalam kegiatan bisnis karena secara tidak

dirugikan, namun sebenarnya tidaklah langsung pihak kreditur juga dirugikan

begitu. dalam hal ini, maka untuk mengantisipasi

Masih berkaitan dengan hal diatas, kerugian yang lebih besar sanksi seperti

bila kita dapat melihat suatu permasalah diatas dianggap perlu agar perjanjian

dari tengah-tengah tentunya hal ini dapat menjadi tegas dan ada efek penaatan

dimaklumi. Pihak kreditur yang tidak lain perjanjian dari pihak debitur selaku

adalah perusahaan pembiayaan konsumen konsumen.


Putu Eka Trisna Dewi, S.H., 0 + ([RQHUDWLRQ« 180

2. Kekuatan Mengikat Klausula pembayaran angsuran, pihak debitur


Eksonerasi Dalam Perjanjian
Standard Pembiayaan Konsumen setuju untuk membayar denda

Syarat perjanjian baku (standard) keterlambatan sebesar

yang paling menonjol yang perlu ««««Å «««SHUPLO SHU KDUL

mendapat perhatian khusus adalah yang dari jumlah angsuran yang telah jatuh

EHUNDLWDQ GHQJDQ ³SHPEDWDVDQ tanggung WHPSR WHWDSL EHOXP GLED\DU ´

MDZDE´ GDUL NUHGLWXU 'alam bahasa Adanya tempat yang dikosongkan

Belanda hal ini disebutkan atau dalam perjanjian dimaksudkan

GLQDPDNDQ ³exonerasi klause´ GDQ GDODP besarnya denda ditentukan lebih lanjut

bahasa InggULV GLVHEXW ³Exemption oleh perhitungan pihak kreditur

Clause´ GDQ NXDOLILNDVLQ\D GDODP EDKDVD GDODP VDWXDQ Å GDUL MXPODK

,QGRQHVLD GDSDW NLWD VHEXW ³.ODXVXOD angsuran yang telah jatuh tempo tetapi

(NVRQHUDVL´4. belum dibayar tanpa harus

Di dalam Perjanjian Pembiayaan mendiskusikan dengan pihak debitur

Konsumen yang berbentuk perjanjian dan besarnya dapat berubah sewaktu-

standard dimuat klausula-klausula waktu. Pihak kreditur hanya

eksonerasi (Exemption Clause) seperti menyampaikan besaran denda

misalnya (dikutip dari isi beberapa keterlambatan tanpa harus

perjanjian baku milik lembaga mendiskusikan apakah pihak debitur

pembiayaan konsumen) : sanggup dan/atau menyetujui besaran

a. Tentang Tata Cara Pembayaran denda tersebut atau tidak.

memuat beberapa klausula-klausula b. ³3HUMDQMLDQ GDQ SHPEXNXDQ SLKDN

eksonerasi (Exemption Clause) seperti kreditur merupakan bukti mutlak,

misalnya : ³$WDV VHWLDS NHterlambatan sempurna dan mengikat terhadap

4
pihak debitur dan pemberi jaminan
Ibid, hal. 67.
Putu Eka Trisna Dewi, S.H., 0 + ([RQHUDWLRQ« 181

sehubungan dengan pembayaran cepat ditentukan oleh pihak kreditur

seluruh jumlah terhutang pihak debitur yaitu besarannya disesuaikan sekian

NHSDGD SLKDN NUHGLWXU ´ +al ini berarti d. Persen besarnya dari nilai pelunasan.

apabila ada perbedaan atara bukti Hal ini tentu juga akan membebani

cetak yang diberikan kepada pihak dan merugikan konsumen karena

debitur dengan pembukuan milik pihak debitur yang lebih cepat

kreditur maka yang digunakan adalah melunasi kredit tersebut berharap

milik kreditur walaupun seandainya lebih sedikit membayar bungan tetapi

kesalahan tersebut terjadi pada tentunya pihak kreditur sebagai pelaku

pembukuan kreditur. jadi hal ini tentu usaha tidak ingin dirugikan maka oleh

saja akan sangat merugikan pihak karena itu sebagai kompensadi pihak

debitur selaku konsumen. kreditur menerapkan penalty yang

c. ³3HPEHUL IDVLOLWDV GLPXQJNLQNDQ PHPEHUDWNDQ SLKDN GHELWXU ´

untuk melakukan pembayaran 1. Tentang Hak dan Kewajiban Atas

sebelum jatuh tempo pelunasan atau Barang Jaminan memuat beberapa

melakukan pembayaran dipercepat klausula-klausula eksonerasi

sepanjang mengikuti ketentuan- (Exemption Clause) seperti

ketentuan, persyaratan dan/atau misalnya :

perhitungan Pemberi Fasilitas a. Pada beberapa pasal-pasal

termasuk tetapi tidak terbatas yang memuat hak dan

PHPED\DU SLQDOWL VHEHVDU ««« kewajiban selalu dilekatkan

« SHUVHQ GDUL QLODL SHOXQDVDQ ´ +DO kata-NDWD ³3HQHULPD IDVLOLWDV

ini berarti besaran pinalti kepada setuju dan mengikankan diri

debitur yang melunasi kreditnya lebih «« ´ +DO LQL PHQHUDQJNDQ

adanya pemaksaan kehendak


Putu Eka Trisna Dewi, S.H., 0 + ([RQHUDWLRQ« 182

dari salah satu pihak dalam tersebut dibebankan atau diberatkan hanya

perjanjian karena pihak pada pihak debitur sehingga sebenarnya

lainnya dihadapkan pada pihak debitur yang sudah memikul

pilihan setuju atau tidak setuju. kewajiban yang lebih banyak akan

Dan pabila pihak tersebut tidak diberatkan lagi dengan pembayaran premi

setuju maka pihak yang lebih asuransi yang harusnya menjadi tanggung

kuat ini tentunya dapat jawab keduabelah pihak.

membatalkan untuk member 2. $GDQ\D SHQFDQWXPDQ NDOLPDW ³ 7Hlah

fasilitas kredit. dibaca, dimengerti, dan disetujui isi

b. ³ 3HQHULPD )DVLOLWDV 3HPEHUL SHUMDQMLDQ LQL´ KDO LQL GLPDNVXGNDQ

Jaminan setuju untuk oleh pihak kreditur untuk meniadakan

mengasuransikan barang tuntutan oleh pihak debitur

jaminan ke perusahaan dikemudian hari tentang isi perjanjian

asuransi yang ditentukan oleh tersebut. Karena dengan

Pemberi Fasilitas dengan biaya ditandatanganinya nanti perjanjian ini

premi ditanggung oleh maka pihak debitur harus tunduk

Penerima Fasilitas/Pemberi dengan semua ketentuan yang telah

Jaminan yang dibayarkan tertuang dalam isi perjanjian walaupun

melalui Pemberi fasilitas.´ mungkin pada saat

Disini bila ditelaah lebih lanjut menandatanganinya pihak debitur

sebenarnya tidak hanya pihak debitur tidak membacanya ataupun tidak

selaku konsumen yang berkepentingan memahami maksud setian kalimat dari

terhadap asauransi itu tapi juga pihak perjanjian tersebut, hal ini tentunya

kreditur tapi dengan adanya otoritas untuk akan sangat merugikan pihak

menetapkan setiap aturan biaya premi


Putu Eka Trisna Dewi, S.H., 0 + ([RQHUDWLRQ« 183

konsumen yang umumnya awam akan kekuatan mengikat bagi pihak-pihak,

hukum. meskipun isinya berat sebelah.

Hal diatas hanyalah beberapa Pasal 1338 ayat (1) Kitab

contoh klausula eksonerasi sebagaimana Undang-Undang Hukum Perdata

sudah umum dimuat dalam suatu .8+3HUGDWD EHUEXQ\L ³6HPXD

Perjanjian Pembiayaan Konsumen pada perjanjian yang dibuat secara sah berlaku

perusahaan pembiayaan konsumen yang sebagai Undang-Undang bagi mereka

melibatkan pihak kreditur dan debitur. \DQJ PHPEXDWQ\D ´ 'DUL NHWHQWXDQ 3DVDO

Dalam klausula eksonerasi dimaksud 1338 ayat (1) Kitab Undang-Undang

terdapat klausula pengalihan beban Hukum Perdata (KUHPerdata) ini dapat

tanggung jawab dari kreditur selaku disimpulkan bahwa para pihak dapat

perusahaan pembiayaan konsumen kepada membuat perjanjian berupa apa saja dan

debitur yang tidak lainmerupakan berisi apa saja. Perjanjian yang telah

konsumen itu sendiri. dibuat tersebut akan mengikat bagi pihak-

Dengan adanya klausula pihak yang bersangkutan seperti Undang-

eksonerasi didalam Perjanjian Undang.

Pembiayaan Konsumen, maka konsumen Asas kebebasan berkontrak yang

atau debitur dihadapkan pada pilihan termuat dalam Pasal 1338 ayat (1) Kitab

menyetujui jika ia menginginkan atau Undang-Undang Hukum Perdata

menolak jika ia tidak menginginkan. (KUHPerdata) mempunyai sifat terbuka

Perjanjian Pembiayaan Konsumen yang artinya setiap pihak yang akan

berbentuk perjanjian standard tersebut mengadakan perjanjian berhak

berdasarkan pada ketentuan Pasal 1338 menentukan bentuk dari perjanjian yang

ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum akan dibuat yang memuat berbagai syarat

Perdata (KUHPerdata) yang memiliki yang dikehendaki, bahkan dengan


Putu Eka Trisna Dewi, S.H., 0 + ([RQHUDWLRQ« 184

menyimpang dari ketentuan yang termuat seperti R. Subekti, E.H Hondius, dan

dalam Kitab Undang-Undang Hukum Asser Rutten. Adapun pendapat R.

Perdata (KUHPerdata) itu sendiri (Pasal Subekti seperti yang dikutip dalam salah

1493). Ini berarti bahwa Kitab Undang- satu bukunya yang berjudul Hukum

Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) Perjanjian, bahwa menurut Pasal 1320

hanyalah memuat kaidah-kaidah yang Kitab Undang-Undang Hukum Perdata

bersifat melengkapi saja, tidak bersifat untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan

memaksa. empat syarat, yaitu :

Jadi penerapan pasal-pasal yang 1) Sepakat mereka yang mengikatkan

mengandung klausula eksonerasi dalam diri;

Perjanjian Pembiayaan Konsumen 2) Cakap untuk membuat suatu

tersebut diperbolehkan sepanjang tidak perjanjian;

bertentangan dengan Undang-Undang, 3) Mengenai suatu hal tertentu;

ketertiban umum dan kesusilaan. Dan 4) Suatu sebab yang halal.

perjanjian tersebut mempunyai kekuatan Dua syarat pertama, dinamakan

mengikan bagi para pihak yang termuat syarat subyektif, karena mengenai orang-

dalam Perjanjian Pembiayaan Konsumen orangnya atau subyeknya yang

tersebut. mengadakan perjanjian, sedangkan dua

Tanpa mengesampingkan syarat yang terakhir dinamakan syarat

ketentuan Pasal 1338 ayat (1) obyektif karena mengenai perjanjiannya

KUHPerdata, dalam upaya memberikan sendiri atau obyek dari perbuatan hukum

dasar yang lebih kuat lagi bagi yang dilakukannya itu5.

mengikatnya klausula eksonerasi pada

Perjanjian Pembiayaan Konsumen, maka


5
R. Subekti, 1991, Hukum Perjanjian,
dikemukakan juga pendapat para sarjana Intermasa, Jakarta, hal. 17.
Putu Eka Trisna Dewi, S.H., 0 + ([RQHUDWLRQ« 185

R. Subekti dalam bukunya yang maksud dan tujuan dari perjanjian tersebut

berjudul Hukum Perjanjian mengatakan dan dianggap telah terjadi kesepakatan

bahwa dengan sepakat atau juga yang saat penandatanganan perjanjian tersebut.

dinamakan perizinan, dimaksudkan bahwa Sehingga kesepakatan disini dapat

kedua subyek yang mengadakan dikatakan kesepakatan yang diam-diam

perjanjian tersebut harus bersepakat, dan konsekwensinya debitur telah

setuju atau seiya-sekata mengenai hal-hal dianggap tau dan mengerti tentang tujuan

yang pokok dari perjanjian yang diadakan dan maksud dari perjanjian tersebut.

itu. Apa yang dikehendaki pihak yang E.H. Hondius mengatakan bahwa

satu juga dikehendaki oleh pihak yang perjanjian standard harus dilengkapi

lainnya. Mereka menghendaki sesuatu dengan alas an kepercayaan dan tidak

yang sama secara timbal-balik.6 cukup hanya tunduk dengan kemauan

Dengan adanya kata sepakat dari saja. Hal ini mengandung arti

pihak dalam suatu perjanjian, maka pada penandatanganan tidak hanya terikat kalau

saat itu pula perjanjian tersebut ia mau, juga sepanjang percaya dan kalau

merupakan undang-undang yang ia telah menciptakan pada pihak peserta

mengikat bagi para pihak yang merupakan lain dengan cara yang dapat

salah satu perwujudan asas kebebasan diperhitungkan, bahwa adanya kemauan

berkontrak. Dalam perjanjian baku atau untuk terikat. Dan kepercayaan ini telah

standard, kesepakatan yang ada sebagai dianggap telah tercipta dapat tergantung

unsur pertama sebagai syarat sahnya dari keadaan-keadaan dalam penyertaan

perjanjian adalah merupakan kesepakatan persetujuan, kebiasaan dari klausula-

yang diam-diam, dalam artian pihak

debitur tidak pernah diberitahuakan atas

6
Ibid.
Putu Eka Trisna Dewi, S.H., 0 + ([RQHUDWLRQ« 186

klausula dan kemungkinan untuk sadar tidak dikehendakinya (tidak mengetahui

akan kondisi-kondisi tersebut.7 dan menghendaki isinya). Itu berarti

Asser Rutten berpendapat bilamana seseorang tidak menandatangani

sebagaimana dikutip oleh Mariam Darus berarti ia tidak menghendakinya dalam

Badrulzaman bahwa dasar pengikatan artian ia tidak percaya dan tidak

dengan alasan kepercayaan, dinyatakan menghendaki isinya.

sebagai berikut8: Dengan demikian bila

Setiap orang yang dihubungkan dengan Perjanjian


menandatangani perjanjian
bertanggung jawab pada isi Pembiayaan Konsumen yang berbentuk
dan apa yang
ditandatanganinya. Jika ada perjanjian standard, bila para pihak telah
orang yang membutuhkan
tanda tangan pada formulir menandatangani perjanjian tersebut maka
perjanjian standard,
tandatangan itu para pihak tersebut bertanggung jawab
membangkitkan kepercayaan
bahwa yang bertandatangan terhadap apa yang telah ditandatanganinya
mengetahui dan menghendaki
isi formulir yang dengan segala konsekwensinya. Perjanjian
ditandatangani. Tidak
mungkin orang yang telah ditandatangani para pihak
menandatangai apa yang tidak
dikehendakinya. mengikat untuk ditaati oleh para pihak

Dengan membubuhkan yang bersangkutan. Bila hal tersebut

tandatangan tersebut menunjukkan telah dilanggar, tentu ada sanksi sebagaimana

tumbuh rasa percaya dan juga telah ditegaskan pada tiap klausula

yangbertandatangan mengetahui dan pada isi perjanjian. Meskipun

menghendaki isinya dengan dalih tidak penandatanganan tersebut dilakukan

mungkin orang menandatangai apa yang dalam keadaan terpaksa atau mendesak

7
akibat dorongan atau kebutuhan atau
E.H.Hondius, 1978, Syarat-syarat Baku
dalam Hukum Kontrak, Compedium Hukum,
Belanda, hal. 147. kepentingan, maka perjanjian yang telah
8
Mariam Darus Badrulzaman, Op.cit., ditandatangani tersebut memiliki kekuatan
hal. 27.
Putu Eka Trisna Dewi, S.H., 0 + ([RQHUDWLRQ« 187

mengikat, karena sebelumnya pihak kedudukan hukum antara para pihak

debitur selaku konsumen telah dianggap yang berarti kedudukan hukum para

mengetahui dan mengerti tentang isi dari pihak tidaklah sama, dimana

perjanjian tersebut dan telah kedudukan hukum pihak debitur yang

menyepakatinya. tidak lain adalah konsumen lebih

Penandatanganan merupakan bukti lemah dibanding pihak kreditur selaku

bahwa yang bersangkutan telah pihak perusahaan pembiayaan

mengetahui dan oleh karena itu pihak konsumen dan pemilik modal. Ketidak

tersebut menyetujui isi perjanjian yang seibangan ini dapat dilihat dari

ditandatangani itu. Karena perjanjian banyaknya kewajiban pihak debitur

tersebut telah dibubuhi tandatangan tentu dan sedikitnya hak yang diperoleh

saja secara hukum mempunyai kekuatan oleh pihak debitur dan sebaliknya.

mengikat, yang meskipun dalam hati kecil b. Kekuatan mengikat klausula

ada bagian atau isi perjanjian yang tidak eksonerasi pada perjanjian standard

sesuai dengan hati nurani. pembiayaan kredit kendaraan

bermotor pada lembaga pembiayaan

C. PENUTUP konsumen adalah klausula eksonerasi


1. Simpulan
merupakan bagian dari perjanjian
Adapun simpulan yang dapat
standard pembiayaan kredit kendaraan
ditarik dari pembahasan sebelumnya
bermotor pada lembaga pembiayaan
adalah sebagai berikut :
konsumen, sehingga apabila para
a. Kedudukan hukum para pihak dalam
pihak dalam perjanjian tersebut sudah
perjanjian pembiayaan konsumen
menandatangani perjanjian tersebut
pada lembaga pembiayan konsumen
maka perjanjian tersebut dinyatakan
adalah adanya ketidakseibangan
sah dan para pihak dianggap
Putu Eka Trisna Dewi, S.H., 0 + ([RQHUDWLRQ« 188

mengetahui dan telah mengerti b. Kepada pihak pemerintah, hendaknya

maksud dan isi perjanjian tersebut. membentuk Komisi Pengawas

2. Saran Perjanjian Standard. Sehingga ada

Setelah penulis memberikan pengawasan yang signifikan terhadap

kesimpulan sebagaimana telah diuraikan peredaran perjanjian standar, sehingga

diatas, selanjutnya penulis memberikan sebelum diedarkan kepada masyarakat

saran dari hasil penelitian sebagai berikut: perjanjian standard tersebut harus

a. Kepada pihak debitur selaku didaftarkan serta diteliti isinya agar

konsumen hendaknya sebelum tidak berat sebelah dan cenderung

menandatangani perjanjian merugikan pihak konsumen.

pembiayaan konsumen yang


DAFTAR PUSTAKA
berbentuk perjanjian standard,
Buku
sebaiknya lebih teliti dan selektif
Mariam Darus Badrulzaman, 1980,
terhadap klausula-klausula yang ada di
Perjanjian Baku (Standard) dan
dalam perjanjian tersebut. Upayakan Perkembangannya di Indonesia,
USU.
negosiasi dengan pihak perusahaan
R. Subekti, 1991, Hukum Perjanjian,
pembiayaan konsumen selaku kreditur Intermasa, Jakarta.
untuk menyepakati hal-hal prinsip
E. H. Hondius, 1998, Syarat-Syarat Baku
dalam perjanjian, terutama mengenai dalam Hukum Kontrak,
Compedium hukum Belanda.
hak dan kewajiban para pihat dan juga
Sumber Hukum
tata cara pembayaran. Hal ini
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata.
mengingat pada kemampuan

konsumen yang satu dan yang lainya

tidaklah sama.

Anda mungkin juga menyukai