, 0 + ([RQHUDWLRQ« 173
Oleh :
Abstract
In general, the business activities can not be separated from an agreement to
ensure legal certainty. Testament as we know it is an event where one can promise to
someone other or where two or more mutually pledged to carry out a thing. Currently, there
is a wide range of agreement or contract is a form of derivative agreements of the
agreements already provided for in the Civil Law Act (Civil Code) as a result of the
principle of freedom of contract. The subject of the agreement was not only a person but
also the body, whether incorporated or unincorporated. One of the agreements arising from
the development of the business world is a consumer financing agreement in which the
shape of the agreement in the form of raw agreement. Because of its raw argued that the
treaty does not reflect a sense of fairness and detrimental to one of the parties which are in
the field of contract law known as the exoneration clause.
Abstrak
Pada umumnya, kegiatan bisnis tidak terlepas dari adanya suatu perjanjian untuk
menjamin suatu kepastian hukum. Perjanjian seperti yang kita kenal adalah suatu peristiwa
dimana seseorang berjanji kepada seseorang lainya atau dimana dua orang atau lebih saling
berjanji untuk melaksanakan suatu hal. Dewasa ini muncul berbagai macam perjanjian atau
kontrak merupakan bentuk perjanjian turunan dari perjanjian yang sudah diatur dalam Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPerdata) sebagai akibat dari adanya asas kebebasan
berkontrak. Subyek dari perjanjian pun tidak hanya orang melainkan juga badan, baik yang
berbadan hukum maupun yang tidak berbadan hukum.Salah satu perjanjian yang timbul dari
perkembangan dunia usaha adalah perjanjian pembiayaan konsumen di mana bentuk dari
perjanjian ini adalah perjanjian baku.Perjanjian baku (standard) yang beredar dalam
masyarakat dipandang banyak merugikan konsumen yang membutuhkan, karena isinya
tidak mencerminkan rasa keadilan. Isi dari perjanjian standar berat sebelah dan terdapat
klausula yang membatasi tanggung jawab salah satu pihak sehingga merugikan pihak
lainnya atau hanya menguntungkan bagi salah satu pihak saja yang disebut klausula
eksonerasi.
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
pesat menyebabkan persaingan dalam agar dibiayaai terlebih dahulu dan pihak
Lembaga yang erat hubungannya dengan angsuran kepada pihak kreditur yaitu
pembiayaan yaitu badan usaha yang mematuhi semua isi perjanjian yang telah
bentuk penyediaan dana atau barang dan kewajiban bagi para pihak.
pembiayaan ini terdiri dari lembaga mengadakan jual beli kendaraan bermotor
pembiayaan non bank, dimana lembaga tersebut pada dealer dan lembaga
pembiayaan non bank dalam hal ini pembiayaan konsumen yang ditunjuk
lepas dari yang namanya perjanjian bermotor tersebut secara angsuran pada
dimana pihak kreditur dan debitur pihak kreditur yaitu lembaga pembiayaan
adalah perjanjian yang telah dipersiapkan yang isinya dibakukan dan dituangkan
terlebih dahulu. Banyak terjadi orang dalam bentuk formulir. Adapun ciri-ciri
oleh orang-orang yang awam, kurang ada didalamnya tidak dapat diubah;
orang tidak mau pusing atau susah. perjanjian baku atau standard ini tumbuh
sejenis yang selalu terjadi dan berulang- sepihak dapat juga berasal dari rumusan
dicetak dalam jumlah banyak sehingga tidak bersalah dan inilah yang
banyak merugikan konsumen yang dirinya tidak bersalah sehingga bebas dari
mencerminkan rasa keadilan. Isi dari semakin kuatnya kedudukan kreditur yang
perjanjian standard berat sebelah dan sebenarnya sudah kuat tanpa pencantuman
Perjanjian standard dalam praktek di berupa antara lain akta jual beli model
debitur. Kedua pihak lazimnya terikat bantuan notaris atau advokat yang
agrrement dari pihak kreditur disinilah standard yang disodorkan pihak kreditur
sedikitnya hak yang diperoleh oleh pihak kendaraan yang diinginkan tersebut tidak
debitur dan sebalikknya. Namun bisnis jarang konsumen (debitur) harus terlebih
pembiayaan ini tetap tumbuh pesat, dulu membayar uang tanda jadi (booking
jasa lembaga ini untuk memenuhi kemuadian akan dibantu mengisi oleh
agrrement deari pihak pengembang dan angsuran uang muka.Hal ini jelas
dalam perjanjian standard pembiayaan pelaku bisnis, yang dalam hal ini pihak
konsumen namun hal ini tentunya tidak yang kedudukannya lebih tinggi memang
bisa hanya disalahkan hanya pada pihak memiliki peluang lebih besar untuk
karena pihak konsumen (debitur) kerap untuk menghindari tanggung jawab dan
Mengenai keadaan yang demikian, selaku pemilik modal dengan modal yang
berkaitan dengan kedudukan hukum yang tidak kecil dan sangat tinggi,
antara pihak kreditur dan pihak debitur terutama terhadap risiko kerugian akibat
dipahami sepenuhnya. Dimana kedudukan nakal dan tidak bertanggung jawab. Jadi
hukum pihak kreditur lebih tinggi karena disini wajar apabila pihak kreditur yaitu
Kemudian kedudukan pihak debitur yang konsumen selama klausula tersebut tidak
lebih lemah karena sebagai pihak yang bertentangan dengan undang-undang dan
pilihan menerima atau menolak perjanjian pemberian penalti baik ringan atau berat
tersebut dan sebagai konsekwensi apabila terhadap pihak debitur bahkan diancam
pihak debitur menerimanya maka pihak dengan eksekusi obyek jaminan fidusia,
debitur harus mematuhi seluruh ketentuan bila pihak debitur tidak memenuhi isi
yang pertuang dalam isi perjanjian. Dalam perjanjian atau bahkan melanggarnya
hal ini memang seolah-olah hanya pihak (wanprestasi) masih dianggap wajar
debitur selaku konsumen yang terlihat dalam kegiatan bisnis karena secara tidak
Masih berkaitan dengan hal diatas, kerugian yang lebih besar sanksi seperti
bila kita dapat melihat suatu permasalah diatas dianggap perlu agar perjanjian
dari tengah-tengah tentunya hal ini dapat menjadi tegas dan ada efek penaatan
dimaklumi. Pihak kreditur yang tidak lain perjanjian dari pihak debitur selaku
mendapat perhatian khusus adalah yang dari jumlah angsuran yang telah jatuh
GLQDPDNDQ ³exonerasi klause´ GDQ GDODP besarnya denda ditentukan lebih lanjut
,QGRQHVLD GDSDW NLWD VHEXW ³.ODXVXOD angsuran yang telah jatuh tempo tetapi
4
pihak debitur dan pemberi jaminan
Ibid, hal. 67.
Putu Eka Trisna Dewi, S.H., 0 + ([RQHUDWLRQ« 181
NHSDGD SLKDN NUHGLWXU ´ +al ini berarti d. Persen besarnya dari nilai pelunasan.
apabila ada perbedaan atara bukti Hal ini tentu juga akan membebani
pembukuan kreditur. jadi hal ini tentu usaha tidak ingin dirugikan maka oleh
saja akan sangat merugikan pihak karena itu sebagai kompensadi pihak
dari salah satu pihak dalam tersebut dibebankan atau diberatkan hanya
pilihan setuju atau tidak setuju. kewajiban yang lebih banyak akan
Dan pabila pihak tersebut tidak diberatkan lagi dengan pembayaran premi
setuju maka pihak yang lebih asuransi yang harusnya menjadi tanggung
terhadap asauransi itu tapi juga pihak perjanjian tersebut, hal ini tentunya
kreditur tapi dengan adanya otoritas untuk akan sangat merugikan pihak
Perjanjian Pembiayaan Konsumen pada perjanjian yang dibuat secara sah berlaku
melibatkan pihak kreditur dan debitur. \DQJ PHPEXDWQ\D ´ 'DUL NHWHQWXDQ 3DVDO
tanggung jawab dari kreditur selaku disimpulkan bahwa para pihak dapat
perusahaan pembiayaan konsumen kepada membuat perjanjian berupa apa saja dan
debitur yang tidak lainmerupakan berisi apa saja. Perjanjian yang telah
atau debitur dihadapkan pada pilihan termuat dalam Pasal 1338 ayat (1) Kitab
berdasarkan pada ketentuan Pasal 1338 menentukan bentuk dari perjanjian yang
ayat (1) Kitab Undang-Undang Hukum akan dibuat yang memuat berbagai syarat
menyimpang dari ketentuan yang termuat seperti R. Subekti, E.H Hondius, dan
Perdata (KUHPerdata) itu sendiri (Pasal Subekti seperti yang dikutip dalam salah
1493). Ini berarti bahwa Kitab Undang- satu bukunya yang berjudul Hukum
bersifat melengkapi saja, tidak bersifat untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan
mengikan bagi para pihak yang termuat syarat subyektif, karena mengenai orang-
KUHPerdata, dalam upaya memberikan sendiri atau obyek dari perbuatan hukum
R. Subekti dalam bukunya yang maksud dan tujuan dari perjanjian tersebut
bahwa dengan sepakat atau juga yang saat penandatanganan perjanjian tersebut.
setuju atau seiya-sekata mengenai hal-hal dianggap tau dan mengerti tentang tujuan
yang pokok dari perjanjian yang diadakan dan maksud dari perjanjian tersebut.
itu. Apa yang dikehendaki pihak yang E.H. Hondius mengatakan bahwa
satu juga dikehendaki oleh pihak yang perjanjian standard harus dilengkapi
Dengan adanya kata sepakat dari saja. Hal ini mengandung arti
pihak dalam suatu perjanjian, maka pada penandatanganan tidak hanya terikat kalau
saat itu pula perjanjian tersebut ia mau, juga sepanjang percaya dan kalau
mengikat bagi para pihak yang merupakan lain dengan cara yang dapat
berkontrak. Dalam perjanjian baku atau untuk terikat. Dan kepercayaan ini telah
standard, kesepakatan yang ada sebagai dianggap telah tercipta dapat tergantung
6
Ibid.
Putu Eka Trisna Dewi, S.H., 0 + ([RQHUDWLRQ« 186
tumbuh rasa percaya dan juga telah ditegaskan pada tiap klausula
mungkin orang menandatangai apa yang dalam keadaan terpaksa atau mendesak
7
akibat dorongan atau kebutuhan atau
E.H.Hondius, 1978, Syarat-syarat Baku
dalam Hukum Kontrak, Compedium Hukum,
Belanda, hal. 147. kepentingan, maka perjanjian yang telah
8
Mariam Darus Badrulzaman, Op.cit., ditandatangani tersebut memiliki kekuatan
hal. 27.
Putu Eka Trisna Dewi, S.H., 0 + ([RQHUDWLRQ« 187
debitur selaku konsumen telah dianggap yang berarti kedudukan hukum para
mengetahui dan mengerti tentang isi dari pihak tidaklah sama, dimana
mengetahui dan oleh karena itu pihak konsumen dan pemilik modal. Ketidak
tersebut menyetujui isi perjanjian yang seibangan ini dapat dilihat dari
tersebut telah dibubuhi tandatangan tentu dan sedikitnya hak yang diperoleh
saja secara hukum mempunyai kekuatan oleh pihak debitur dan sebaliknya.
ada bagian atau isi perjanjian yang tidak eksonerasi pada perjanjian standard
saran dari hasil penelitian sebagai berikut: perjanjian standard tersebut harus
tidaklah sama.