Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS YURIDIS PERJANJIAN

PEMBIAYAAN KONSUMEN DAN


AKIBAT HUKUM JIKA TERJADI
WANPRESTASI DALAM PERJANJIAN
PEMBIAYAAN KONSUMEN DI
INDONESIA

VIA JULI ARTIKA


201010274
LATAR BELAKANG MASALAH
Dalam konteks perjanjian pembiayaan konsumen, wanprestasi dapat timbul dari
berbagai faktor, seperti ketidakmampuan konsumen untuk membayar cicilan tepat
waktu atau pelanggaran ketentuan lainnya yang diatur dalam perjanjian. Keberhasilan
suatu sistem hukum dalam melindungi pihak yang terlibat dalam perjanjian
pembiayaan konsumen sangat tergantung pada ketepatan dan kejelasan regulasi yang
mengaturnya. Oleh karena itu, penelitian ini akan membahas kerangka hukum yang
ada, mengidentifikasi kelemahan atau celah hukum yang mungkin ada, dan
mengevaluasi apakah kerangka hukum tersebut memberikan kepastian hukum yang
memadai dalam mengatasi situasi wanprestasi
RUMUSAN MASALAH

1
Bagaimana kerangka hukum
2
Apa akibat hukum
yang mengatur perjanjian yang timbul jika
pembiayaan konsumen di terjadi wanprestasi dalam
perjanjian
Indonesia?
pembiayaan konsumen?
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi Perjanjian
Perjanjian adalah suatu perbuatan hukum yang melibatkan setidaknya satu orang atau lebih yang
mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih. Dalam konteks hukum perdata, perjanjian menjadi
salah satu instrumen penting untuk mengatur hubungan antara pihak-pihak yang terlibat.
Syarat-syarat sah suatu perjanjian, sebagaimana diatur dalam Pasal 1320 KUHPdt, empat syarat utama
harus terpenuhi, yaitu
1) adanya persetujuan kehendak,
2) kecakapan pihak-pihak untuk membuat perjanjian,
3) keberadaan suatu hal tertentu sebagai objek perjanjian, dan
4) adanya sebab yang halal
3. Wanprestasi
Wanprestasi adalah suatu keadaan di mana salah satu pihak dalam suatu perjanjian tidak memenuhi
kewajibannya sebagaimana yang telah disepakati
Ada 4 akibat adanya wanprestasi, sebagaimana telah dikemukakan berikut ini.
• Perikatan tetap ada Kreditur masih dapat menuntut kepada debitur pelaksanaan prestasi, apabila
ia terlambat memenuhi prestasi. Disamping itu kreditur berhak untuk menuntut ganti rugi akibat
keterlambatan melaksanakan prestasinya.
• Debitur harus membayar ganti rugi kepada kreditur (Pasal 1243 KUH Perdata)
• Beban resiko beralih untuk kerugian debitur jika halangan itu timbul setelah debitur wanprestasi,
kecuali bila ada kesengajaan atau kesalahan besar dari pihak kreditur, oleh karena itu debitur
tidak dibebankan untuk berpegang pada keadaan memaksa.
• Jika perikatan lahir dari perjanjian timbal balik, kreditur dapat membebaskan diri dari kewajiban
memberikan kontra prestasi dengan menggunakan Pasal 1266 KUH Perdata.
2. Pembiayaan Konsumen

Menurut Pasal 1 Peraturan Presiden Nomor 9 tahun 2009 tentang lembaga


pembiayaan, Pembiayaan Konsumen (Consumer Finance) adalah kegiatan
pembiayaan untuk pengadaan barang berdasarkan kebutuhan konsumen dengan
pembayaran secara angsuran. dapat disimpulkan bahwa pembiayaan konsumen
dapat didefinisikan sebagai penyediaan dana bagi konsumen oleh perusahaan
pembiayaan untuk membeli barang atau jasa yang pembayarannya dilakukan
secara angsuran.
Metode Penelitian
Jenis dan Sifat Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode penelitian hukum normatif yakni
penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau
data sekunder belaka. Sedangkan sifat penelitian yang digunakan adalah
penelitian deskriptif analitis, yakni memberikan gambaran dan uraian
terhadap objek yang diteliti melalui data atau sampel yang telah terkumpul
tanpa melakukan analisis dan membuat rangkuman yang berlaku untuk
umum.
Konsep Operasional
• Perjanjian Pembiayaan Konsumen:
Definisi: Perjanjian yang melibatkan pemberi pembiayaan dan penerima pembiayaan konsumen
untuk tujuan konsumtif.
• Akibat Hukum:
·Definisi: Konsekuensi atau dampak hukum yang timbul akibat terjadinya wanprestasi dalam
perjanjian pembiayaan konsumen.
• Wanprestasi:
Definisi: Ketidakmampuan penerima pembiayaan konsumen untuk memenuhi kewajiban
pembayaran sesuai dengan yang diatur dalam perjanjian

Anda mungkin juga menyukai