Anda di halaman 1dari 9

PERJANJIAN KREDIT

Oleh :
RENINTA MAYANG SARI/9071010180
HUKUM PERIKATAN/KELAS A

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR


PROGDI ILMU HUKUM
FAKULTAS HUKUM
I. PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Saat ini sering kali dilakukannya perjanjian dalam masyarakat dari segala golongan.
Perjanjian diatur dalam pasal 1313 KUHPerdata yang mana dijelaskan bahwa perjanjian adalah
suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain
atau lebih. Perjanjian itu sendiri memiliki beberapa macam atau jenis. Dalam perjanjian yang
paling sering dijumpai pada masyarakat adalah perjanjian kredit. Menurut Pasal 1 angka 11 UU
Perbankan, kredit diartikan sebagai penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan
pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu
tertentu dengan pemberian bunga. Maka dapat diperingkas perjanjian kredit adalah perjanjian
pinjam-meminjam antara bank sebagai kreditur dengan pihak lain sebagai debitur yang
mewajibkan debitur untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian
bunga.

Dengan adanya perjanjian kredit tentunya masyarakat sangat diuntungkan, akan tetapi tak jarang
masyarakat malah dirugikan karena kelalaian yang dibuatnya sendiri atau bahkan tindakan buruk
oknum - oknum yang tidak bertanggung jawab seperti penipuan dan berbagai macam tindakan
merugikan yang lain. Oleh sebab itu masyarakat patutnya harus benar – benar megetahui apa itu
perjanjian kredit, apa saja macam atau jenisnya, manfaat dari perjanjian kredit, dan bagaimana
perjanjian kredit dalam aspek hukum agar masyarakat tau apa dampak hukum atau peristiwa
hukum yang terjadi di dalam perjanjian kredit. Dalam essay ini akan di jelasakan apa itu
perjanjian kredit serta unsur - unsur yang berkaitan dengan perjanjian kredit, agar masyarakat
dapat mengetahui dan membedakannya.

B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa itu perjanjian kredit?


2. Apa saja subjek dan objek dalam perjanjian kredit
3. Apa saja jenis perjanjian kredit?
4. Apa bentuk perjanjian kredit?
5. Bagaimana berakhirnya perjanjian kredit?
6. Perlindungan hukum perjanjian kredit?

II. PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN PERJANJIAN KREDIT

Perjanjian sering kali dilakukan dalam kehidupan sehari-hari masyarakat, seperti perjanjian sewa
menyewa, perjanjian kredit dan berbagai macam perjanjian yang lain.

PERJANJIAN

Perjanjian, baik ditinjau dari sudut hukum privat maupun publik, sama-sama memiliki kekuatan
mengikat bagi para pihak yang memperjanjikan jika sudah memenuhi syaratsyarat yang
ditentukan untuk dinyatakan sah. Perbedaan Perikatan dan Perjanjian adalah sepertinya sama
namun berbeda. Perikatan adalah suatu hubungan hukum antara dua pihak, dimana pihak yang
satu berhak menuntut sesuatu hal dari pihak lain dan yang lain berkewajiban memenuhi tuntutan
tersebut. Sedangkan perjanjian adalah suatu peristiwa dimana seseorang berjanji kepada orang
lain, atau dimana dua pihak saling berjanji untuk melaksanakan suatu hal. Suatu perjanjian akan
menimbulkan perikatan. Perjanjian sendiri dapat diartikan sebagai suatu perbuatan dengan mana
satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain/lebih. Hal ini berdasarkan
dengan Pasal 1313 Kitab undang – undang hukum perdata. Dengan demikian dala kitab undang
– undang hukum perdata juga diatur apa saja syarat sah dari suatu perjanjian yaitu terdapat pada
pasal 1323 yakni :

1. Adanya kata sepakat bagi mereka yang mengikatkan dirinya;

2. Kecakapan para pihak untuk membuat suatu perikatan;

3. Suatu hal tertentu; dan

4. Suatu sebab (causa) yang halal.


Berakhirnya perjanjian sesuai dengan ketentuan perjanjian itu yaitu ditentukan oleh para pihak
berlaku untuk waktu tertentu, undang-undang menentukan batas berlakunya perjanjian, para
pihak atau undang-undang menentukan bahwa dengan terjadinya peristiwa tertentu maka
persetujuan akan hapus (Peristiwa tertentu yang dimaksud adalah keadaan memaksa (overmacht)
yang diatur dalam Pasal 1244 dan 1245 KUH Perdata).

KREDIT
Kredit berasal dari bahasa romawi “Credere” yang artinya percaya.maksud dari percaya bagi si
pemberi kredit adalah ia percaya kepada si penerima kredit bahwa kredit yang di salurkannya
pasti akan di kembalikan sesuai dengan perjanjian,berarti si debitur mampu memenuhi perikatan
nya.sedangkan bagi si penerima kredit adalah mendapatkan suatu kepercayaan dari pihak bank
bahwa suatu waktu yang telah di tentukan sesuai dengan kesepakatan ia mampu untuk
mengembalikan pinjaman nya kepada bank.

Sedangkan pengertian kredit menurut undang –undang No.10 tahun 1998 pasal 1 ayat (11)
“kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat di persamakan dengan itu,berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan
pihak peminjam untuk melunasi utang nya setelah jangka waktu dengan pemberian bunga”.

PERJANJIAN KREDIT

Sebagaimana diketahui, perjanjian kredit (credit/loan agreement) merupakan salah satu


perjanjian yang dilakukan antara bank dengan pihak ketiga, yang dalam hal ini adalah
nasabahnya. Perjanjian kredit sebenarnya dapat dipersamakan dengan perjanjian utang-piutang.
Perbedaannya, istilah perjanjian kredit umumnya dipakai oleh bank sebagai kreditur, sedangkan
perjanjian utang-piutang umumnya dipakai oleh masyarakat dan tidak terkait dengan bank. Jika
didasarkan dengan pasal Pasal 1 angka 11 UU Perbankan perjanjian kredit dapat diartikan
sebagai perjanjian pinjam-meminjam antara bank sebagai kreditur dengan pihak lain sebagai
debitur yang mewajibkan debitur untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan
pemberian bunga.

Perjanjian kredit adalah Perjanjian konsensuil (Perjanjian konsensuil adalah bentuk perjanjian


yang paling sederhana, karena hanya mensyaratkan adanya kesepakatan antara mereka yang
membuatnya) antara debitur dengen kreditur (dalam hal ini Bank) yang melahirkan hubungan
hutang-piutang, dimana debitur berkewajiban membayar kembali pinjaman yang diberikan oleh
kreditur dengan berdasarkan syarat dan kondisi yang telah disepakati para pihak. Unsur-unsur
perjanjian kredit adanya subjek hukum, adanya objek hukum, adanya prestasi, dan adanya jangka
waktu.

B. SUBJEK DAN OBJEK PERJANJIAN KREDIT

Subjek dalam perjanjian kredit adalah kreditur dan debitur. Sedangkan objek dalam perjanjian
kredit adalah kredit. Kredit itu sendiri adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan
dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank dengan
pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya dalam jangka waktu
tertentu dengan pemberian bunga. Para pihak dalam perjanjian kredit adalah debitur dan kreditur.
Kreditur adalah bank yang menyediakan kredit kepada debitur berdasarkan perjanjian kredit.
Debitur adalah badan hukum atau badan lain yang menerima kredit dari kreditur berdasarkan
perjanjian kredit. Bank dalam undang-undang nomor 10 tahun 1998 adalah badan usaha yang
menghimpun dana masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat.

Obyek dalam perjanjian kredit adalah sejumlah uang tertentu yang sistim pembayaranya
dilakukan secara mengangsur dalam jangka waktu tertentu sesuai kesepakatan. Kewajiban
debitur adalah menyerahkan kredit atau uang kepada debitur dengan hak untuk menerima pokok
angsuran dan bunganya. Hak debitur adalah menerima sejumlah uang yang dipinjamkan oleh
kreditur kepada debitur. Kewajiban debitur adalah membayar pokok angsuran dan bunga sesuai
dengan yang ditentukan oleh pihak kreditur dalam jangka waktu tertentu.

C. JENIS PERJANJIAN KREDIT

1. kredit investasi, yaitu kredit jangka menengah atau panjang yang diberikan kepada debitur
untuk membiayai barang-barang modal dalam rangka rehabilitas, modernisasi, perluasan,
ataupun pendirian proyek baru, misalnya pembelian tanah dan bangunan untuk perluasan pabrik,
yang pelunasanya dari hasil usaha dengan barang-barang modal yang dibiayai tersebut
2. kredit modal kerja, yaitu kredit modal kerja yang diberikan baik dalam rupiah atau valuta
asing untuk memenuhi modal kerja yang habis dalam satu siklus usaha dengan jangka waktu
maksimal satu tahun dan dapat diperpanjang sesuai kesepakatan antara para pihak yang
bersangkutan.

3. kredit konsumsi, yaitu kredit jangka pendek atau panjang yang diberikan kepada debitur untuk
membiayai barang-barang kebutuhan atau konsumsi dalam skala kebutuhan rumah tangga yang
pelunasanya dari penghasilan bulanan nasabah debitur yang bersangkutan.

D. BENTUK PERJANJIAN KREDIT

Bentuk perjanjian kredit biasanya secara tertulis bentuk standart oleh pihak kreditur (bank).
Setiap perjanjian kredit minimal harus memuat identitas para pihak yaitu debitur dan kreditur,
tujuan penggunaan kredit, jumlah uang atau jenis mata uang tertentu, jangka waktu perjanjian,
besar dan tata cara perhitungan bunga, jaminan kredit, hak dan kewajiban kreditur dan debitur,
syarat-syarat penarikan kredit, hal-hal yang menimbulkan kewajiban materil bagi debitur, dan
pernyataan debitur bahwa debitur telah mengerti dan menyetujui isi perjanjian kredit. Menurut
Budi Untung secara yuridis formal ada 2 (dua) bentuk perjanjian kredit yang digunakan bank
dalam memberikan kreditnya pada debitur, yaitu :

1. Perjanjian/pengikatan kredit di bawah tangan atau akta di bawah tangan. Yang dimaksud
dengan akta di bawah tangan adalah perjanjian pemberian kredit oleh bank kepada nasabahnya
yang dibuat hanya di antara bank dan debitur tanpa notaris. Lazimnya penanda tanganan akta
perjanjian kredit, saksi tidak turut serta membubuhkan tanda tangannya karena saksi merupakan
salah satu alat pembuktian dalam perkara perdata di pengadilan.

2. Perjanjian/pengikatan kredit yang dibuat oleh dan di hadapan notaris (akta notariil) atau akta
otentik. Yang dimaksud dengan akta perjanjian kredit bank notariil (otentik) adalah perjanjian
pemberian kredit oleh bank.

E. BERAKHIRNYA PERJANJIAN KREDIT

Perjanjian kredit yang disepakati oleh para pihak suatu saat dapat berakhir. Berakhirnya
perjanjian kredit merupakan selesai atau hapusnya suatu perjanjian yang dibuat antara dua pihak,
yaitu pihak kreditur dan debitur tentang sesuatu hal. Sesuatu hal di sini bisa berarti segala
perbuatan hukum yang dilakukan oleh kedua belah pihak, seperti jual beli, utang piutang.
Berakhirnya perjanjian Kredit Mengenai hapusnya atau berakhirnya perjanjian kredit mengacu
pada ketentuan dalam pasal 1381 KUHPerdata tentang hapusnya perikatan. Pada praktek
hapusnya atau berakhirnya perjanjian kredit lebih banyak disebabkan:

a. Pembayaran;

b. Subrogasi;

c. Pembaharuan utang atau Novasi; dan

d. Perjumpaan utang atau kompensasi.

dapat disimpulkan karena pembayaran, karena penawaran pembayaran tunai, diikuti dengan
penyimpanan atau penitipan, pembebasan hutang, musnahnya barang yang terutang, karena
lewat waktu, kebatalan atau pembatalan, dan karena kesepakatan kedua belah pihak.

F. PERLINDUNGAN HUKUM PERJANJIAN KREDIT

Perlindungan hukum bagi pihak kreditur dalam perjanjian kredit dengan jaminan fidusia sangat
diperlukan, mengingat benda yang menjadi objek jaminan fidusia berada pada pihak debitur,
sehingga apabila debitur melakukan wanprestasi terhadap perjanjian kredit dengan jaminan
fidusia, kepentingan kreditur dapat terjamin dengan adanya perlindungan hukum tersebut.

Perlindungan hukum terhadap kreditur ini diatur secara umum, yaitu: diatur dalam KUH Perdata
Pasal 1131 dan 1132 dan Undang-Undang No.42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia. Pasal
1131 KUH Perdata menyebutkan segala kebendaan, baik yang sudah ada maupun yang baru
akan ada dikemudian hari, menjadi tanggungan untuk segala perikatan perseorangan. Pasal diatas
dapat diartikan, sejak seseorang mengikatkan diri pada suatu perjanjian maka sejak itu semua
harta kekayaan baik yang sudah ada maupun yang baru akan ada di kemudian hari menjadi
tanggungan untuk segala perikatannya. Pasal 1132 KUH Perdata kebendaan tersebut menjadi
jaminan bersama-sama bagi semua orang yang mengutangkan kepadanya, pendapatan penjualan
benda-benda itu dibagi-bagi menurut keseimbangan, yaitu menurut besar kecilnya piutang
masing-masing, kecuali apabila diantara para berpiutang itu ada alasan-alasan yang sah
didahulukan menjelaskan bahwa harta kekayaan debitur menjadi jaminan bagi para krediturnya.
Hasil penjualan dibagi menurut imbangan masing-masing kecuali ada hak untuk didahulukan.

III. PENUTUP

A. KESIMPULAN

Perbankan perjanjian kredit dapat diartikan sebagai perjanjian pinjam-meminjam antara bank
sebagai kreditur dengan pihak lain sebagai debitur yang mewajibkan debitur untuk melunasi
utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Subjek dalam perjanjian kredit
adalah kreditur dan debitur. Sedangkan objek dalam perjanjian kredit adalah kredit. Jenis
perjanjian kredit ada tiga yaitu kredit investasi, kredit modal kerja, dan kredit konsumsi. Bentuk
perjanjian kredit ada dua yaitu perjanjian kredit di bawah tangan dan perjanjian yang dibuat
oleh dan di hadapan notaris yang akan menjadi akta autentik. Berakhirnya perjanjian kredit
mengacu pada ketentuan dalam pasal 1381 KUHPerdata tentang hapusnya perikatan.
Perlindungan hukum terhadap kreditur ini diatur secara umum, yaitu: diatur dalam KUH Perdata
Pasal 1131 dan 1132 dan Undang-Undang No.42 Tahun 1999 tentang Jaminan Fidusia.

B. SARAN

Menurut saya civitas akademika fakultas hukum terlebih lagi seluruh masyarakat harus lebih
mengerti tentang perjanjian kredit agar tidak keliru atau salah mengambil keputusan tentang
perjanjian kredit, dan memahami. Dan saya berharap dengan adanya makalah ini dapat
membantu menjelaskan kurang lebihnya apa itu perjanjian kredit.
DAFTAR PUSTAKA :

KITAB UNDANG – UNDANG HUKUM PERDATA

https://media.neliti.com/media/publications/241522-kekuatan-hukum-perjanjian-kredit-di-bawa-
372aeb9b.pdf

https://www.gresnews.com/berita/tips/86911-perjanjian-kredit/#:~:text=Fungsi%20perjanjian
%20kredit%20adalah%3A,alat%20untuk%20melakukan%20pemantauan%20kredit.

http://repository.uin-suska.ac.id/7098/4/BAB%20III.pdf

https://media.neliti.com/media/publications/265439-perlindungan-hukum-bagi-pihak-kreditur-d-
3289082c.pdf

http://repository.uin-suska.ac.id/14715/8/8.%20BAB%20III__2018388IH.pdf

Anda mungkin juga menyukai