PENDAHULUAN
1
M Bahsan, Hukum Jaminan dan Jaminan Kredit Perbankan Indonesia (Jakarta: Raja
Grafindo Persero, 2007). hlm. 1.
1
2
2
Gatot Supramono, Perjanjian Pinjam Meminjam (Jakarta: Kencana Prenada Media Grup),
2013, hlm. 9.
3
Ibid., hlm. 10.
3
4Mariam Darus Badrulzaman, Perjanjian Kredit Bank (Bandung: Alumni, 1983), hlm. 24.
5
Subekti, Hukum Perjanjian (Jakarta: Intermasa, 1979), hlm. 46.
6
Mariam Darus, Kompilasi Hukum Perikatan (Bandung: Citra Aditya Bakti. 2010), hlm.
19.
7
Gatot Supramono, Perjanjian ... op.cit., hlm. 31.
4
penyalahgunaan keadaan adalah setiap pemaksaan yang tidak patut atau salah,
akal bulus, atau bujukan dalam keadaan yang mendesak, kehendak seseorang
tersebut dapat dikatakan sebagai perbuatan yang tidak beritikad baik. Secara
umum terdapat dua macam penyalahgunaan keadaan yaitu :
1. Ketika seseorang menggunakan posisi psikologis dominannya yang
digunakan secara tidak adil untuk menekan pihak yang lemah supaya mereka
menyetujui sebuah perjanjian ketika pihak yang lemah sebenarnya mereka
tidak ingin menyetujuinya.
2. Ketika seseorang menggunakan wewenang, kedudukan, dan
kepercayaannya yang digunakan secara tidak adil untuk membujuk pihak lain
melakukan suatu perjanjian atau transaksi.
Pada saat sudah dilakukan peringatan atau sudah dengan tegas ditagih
janjinya oleh kreditur, tetapi debitur tetap tidak melakukan prestasinya, ia berada
dalam keadaan lalai atau alpa dan terhadap debitur dapat diberlakukan
sanksi-sanksi sebagaimana disebutkan yaitu ganti rugi, pembatalan perjanjian atau
peralihan risiko. Terlebih apabila debitur tidak memiliki itikad baik untuk
melakukan prestasinya.12
Dalam perjanjian pinjam-meminjam antar subjek hukum individu dengan
subjek hukum individu lainnya, sering terjadi kelalaian atau kealpaan oleh salah
satu pihak yang dapat mengakibatkan terjadinya wanprestasi. Terlebih apabila
perjanjian yang dibuat menggunakan akta di bawah tangan. Akta di bawah tangan
atau onderhands acte adalah akta yang dibuat tidak oleh atau tanpa perantaraan
seseorang pejabat umum, melainkan dibuat dan ditandatangani sendiri oleh para
pihak yang mengadakan perjanjian, misalnya perjanjian jual beli atau perjanjian
sewa menyewa. Dengan pengertian tersebut dapat diperkirakan bahwa masyarakat
lebih memilih untuk menggunakan akta di bawah tangan dibanding dengan akta
otentik, karena dalam proses pembuatannya akta di bawah tangan memiliki
beberapa kemudahan, antara lain tidak membutuhkan pejabat khusus dalam
pembuatannya, lebih efisien, cepat, dan hemat.13
12
Subekti, Hukum ... op.cit., hlm. 49.
13
Soeroso, Perjanjian Di Bawah Tangan : Peristilahan Yang Berhubungan Dengan
Perjanjian (Jakarta: Sinar Grafika, 2010), hlm. 7.
7
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian tersebut di atas maka penulis dalam hal ini
mengidentifikasikan masalah-masalah yang akan dibahas dalam penulisan skripsi
ini sebagai berikut:
1. Apakah perjanjian pinjam meminjam antara anak dengan orang tua
pada Putusan Pengadilan Negeri Garut Nomor 01/Pdt/G/2017/Pn.Grt
dapat dihubungkan dengan KUHPerdata ?
8
C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang hendak dicapai oleh penulis berdasarkan uraian
identifikasi masalah di atas diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui perjanjian pinjam meminjam antara anak dengan
orang tua pada Putusan Pengadilan Negeri Garut Nomor
01/Pdt/G/2017/Pn.Grt dapat dihubungkan dengan KUHPerdata.
2. Untuk mengetahui akibat hukum yang ditimbulkan dari perjanjian
pinjam meminjam antara anak dengan orang tua berdasarkan Putusan
Pengadilan Negeri Garut Nomor 01/Pdt/G/2017/Pn.Grt.
3. Untuk mengetahui upaya hukum yang dapat dilakukan berkaitan
dengan perjanjian pinjam meminjam antara anak dengan orang tua
berdasarkan Putusan Pengadilan Negeri Garut Nomor
01/Pdt/G/2017/Pn.Grt jika dihubungkan dengan Kitab
Undang-Undang Hukum Perdata.
D. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan yang ingin dicapai oleh penulis melalui penulisan
skripsi ini adalah sebagai berikut:
1. Secara teoritis
Hasil kajian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan kajian
kepustakaan untuk pengembangan ilmu pengetahuan tentang tindakan
wanprestasi dalam perjanjian pinjam meminjam dengan objek jaminan
pada umumnya.
9
2. Secara praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran
bagi pihak-pihak yang berkaitan dan khususnya untuk hakim dalam
memutus perkara yang ditimbukan dari perjanjian pinjam meminjam
antara anak dengan orang tuanya.
E. Kerangka Pemikiran
Untuk menganalisis permasalahan yang ditimbulkan dalam kasus
perjanjian pinjam meminjam uang antara anak dengan orang tua ini, penulis akan
mengaitkannya dengan teori hukum perjanjian untuk dapat menyelesaikan
permasalahan yang muncul dalam permasalahan yang akan diteliti oleh penulis.
Menurut Utrecht dalam Djindang , mengatakan bahwa
“Hukum adalah himpunan petunjuk hidup, perintah dan larangan yang
mengatur tata tertib dalam sesuatu masyarakat dan seharusnya ditaati oleh
anggota masyarakat yang bersangkutan, oleh karena pelanggaran
petunjuk hidup tersebut dapat menimbulkan tindakan oleh pemerintah
atas penguasa masyarakat itu”.14
14
E Utrecht dalam Moh. Saleh Djindang, Pengantar Dalam Hukum Indonesia (Jakarta:
Ichtiar Baru, 1983), hlm. 3.
15
Ibid., hlm. 11.
10
18
R. Setiawan, Pokok-pokok Hukum Perikatan (Bandung: Bina Cipta, 2007), hlm. 49
19
Ibid, hlm. 50.
12
yang telah ditegaskan dalam pasal 1320 KUHPerdata. Mengenai pinjaman uang
dengan bunga Pasal 1765 KUHPerdata menyebutkan bahwa “diperbolehkan
memperjanjikan bunga atas pinjaman uang atau lain barang yang telah
menghabiskan karena pemakaian”.
Suatu perjanjian hakikatnya adalah suatu persetujuan antara para pihak
yang membuat pejanjian tersebut, yang menimbulkan kewajiban bagi para pihak
untuk memberikan, melakukan, atau tidak melakukan sesuatu. Pengertian
perjanjian yang disebutkan di atas menunjukkan bahwa untuk lahirnya suatu
perjanjian haruslah tercapainya kata sepakatnya hubungan hukum antara para
pihak yang membuat perjanjian tersebut dan masing-masing pihak terikat satu
sama lainnya. Terhadap hal ini, Subekti mengatakan bahwa dengan sepakat atau
yang dinamakan perizinan, dimaksudkan bahwa kedua subjek yang mengadakan
perjanjian itu harus sepakat, setuju mengenai hal-hal yang pokok dalam perjanjian
yang diadakan itu. Apa yang dikehendaki oleh pihak kreditur juga dikehendaki
oleh pihak debitur, mereka menghendaki sesuatu yang sama. Debitur
menginginkan sejumlah uang sedangkan kreditur meminjamkan sejumlah uang
kepada debitur.20
Dengan kata sepakat untuk mengadakan suatu perjanjian, maka kedua
pihak mempunyai kebebasan untuk menentukan sendiri bentuk perjanjian. Hal ini
sesuai dengan sistem terbuka yang dianut dalam KUHPerdata. Dalam buku ketiga
para pihak dapat menyingkirkan pasal-pasal hukum perjanjian jika mereka
menghendakinya. Umumnya, suatu perjanjian dibuat dalam bentuk tulisan
sehingga dapat diketahui dengan jelas apa yang mereka sepakati. Disamping itu
juga berguna untuk pembuktian jika suatu saat terjadi perselisihan antara mereka
yang membuat perjanjian. Namun, dalam KUHPerdata tidak jelaskan apakah
perjanjian itu harus tertulis atau tidak tertulis selama perjanjian tersebut
memenuhi syarat sah perjanjian dalam Pasal 1320 KUHPerdata maka perjanjian
itu dinyatakan sah. Mengenai perjanjian pinjam-meminjam pengaturannya
terdapat dalam buku ke III bab XIII KUHPerdata. Pasal 1754 KUHPerdata yang
menyebutkan bahwa:
20
Ibid, hlm. 14.
13
21
Notaris dan PPAT, hukum perjanjian dan asas perjanjian pinjam meminjam
https://www.notarisdanppat.com/hukum-perjanjian-dan-asas-perjanjian-pinjam-meminjam/,
diakses pada 15 April 2019.
14
F. Metode Penelitian
Dalam penyusunan skripsi ini penulis menggunakan metode penelitian
yang dibagi dalam beberapa tahap sebagai berikut:
1. Spesifikasi Penelitian
Spesifikasi penelitian merupakan sifat dari penelitian yang akan
dilakukan, dapat berupa penelitian deskriptif (descriptive research)
suatu metode penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan
fenomena-fenomena yang ada, yang berlangsung saat ini atau saat
yang lampau, penelitian eksploratif (explorative research) yaitu jenis
penelitian sosial yang tujuannya untuk memberikan sedikit definisi
atau penjelasan mengenai konsep atau pola yang digunakan dalam
penelitian dan penelitian eksplanatoris (explanatory research) yaitu
penelitian yang bertujuan untuk menguji suatu teori atau hipotesis
guna memperkuat atau bahkan menolak teori atau hipotesis hasil
penelitian yang sudah ada sebelumnya. Spesifikasi penelitian yang
digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah deskriptif analitis 27 ,
dalam arti bahwa dalam penelitian ini penulis bermaksud untuk
menggambarkan dan melaporkan secara sistematis, faktual baik
peraturan perundang-undangan maupun teori hukum yang relevan
menyangkut masalah tanggung jawab para pihak dalam perjanjian
pinjam meminjam.
2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian hukum terdiri dari penelitian yuridis normatif 28
(yuridis dogmatis) yakni penelitian yang difokuskan untuk mengkaji
penerapan atau kaidah-kaidah atau norma-norma dalam hukum
positif. dan yuridis empiris (yuridis sosiologis), atau dapat disebut
dengan penelitian lapangan, yaitu mengkaji ketentuan hukum yang