Anda di halaman 1dari 22

PENANGGUNGAN

RITA FAURA, SH., MH


PENGANTAR
 Suatu hal yang sangat penting dalam masalah utang-piutang adalah
adanya kesanggupan dari orang yang berutang untuk mengembalikan
utangnya.
 Hal ni berhubungan dengan jaminan yang diberikan dalam pembayaran
utang debitor, terutama bagi pihak yang meminjamkan utang, jaminan
mutlak diperlukan dalam utang-piutang, sehingga ada kepastian bahwa
uang yang dipinjamkan akan terbayar.
 Apalagi jika bank sebagai kreditor, maka jaminan mutlak diperlukan.
Hal ini disebutkan dalam UU Pokok Perbankan (UU No 7 Tahun 1992).
 Dalam Pasal 6 UU No 7 Tahun 1992 disebutkan bahwa : “Dalam
memberikan kredit, Bank Umum wajib mempunyai keyakinan atas
kemampuan dan kesanggupan debitor untuk melunasi utangnya sesuai
dengan yang diperjanjikan”
 Dalam Ilmu Ekonomi Perbankan terdapat suatu azas yang harus
diperhatikan oleh bank sebelum memberikan kredit kepada nasabahnya
yaitu dikenal dengan istilah The Five C’s of Credit, artinya pada
pemberian kredit tersebut harus diperhatikan 5 faktor, yaitu character
(watak), capacity (kemampuan), capital (modal), condition of ecconomic
(suasana perkembangan ekonomi), dan collateral (jaminan).
Sekarang penanggungan sebagai lembaga jaminan banyak dipergunakan
dalam praktek, karena alasan-alasan ssb:
1) Si penanggungan mempunyai persamaan kepentingan ekonomi di dalam
usaha dengan si peminjam (ada hubungan kepentingan antara si
peminjam dengan penanggung)
2) Penanggung memegang peranan penting dan banyak terjadi dalam
bentuk bank garansi, dimana yang bertindak selaku penanggung (borg)
adalah bank.
3) Penanggungan juga mempunyai peranan yang penting, karena dewasa ini
lembaga-lembaga pemerintah lazim mensyaratkan adanya penanggung
untuk kepentingan pengusaha-pengusaha kecil.
PENGERTIAN PENANGGUNGAN
 Jaminan perseorangan adalah orang ketiga (borg) yang akan
menanggung pengembalian uang pinjaman, apabila pihak
peminjam tidak sanggup mengembalikan pinjamannya
tersebut.
 Menurut Pasal 1820 KUP Perdata:

“Penanggungan adalah suatu perjanjiandengan mana


seorang pihak ketiga, guna kepentingan si berpiutang,
mengikat diri untuk memenuhi perikatan si berutang
manakala orang ini sendiri tidak memenuhi”.
 Tujuan penanggungan adalah untuk memberikan jaminan
dipenuhinya perutangan dalam perjanjian pokok.
SIFAT PERJANJIAN
PENANGGUNGAN
 Dalam Pasal 1821 KUH Perdata disebutkan bahwa: “Tiada perjanjian
penanggungan kalau tidak ada perjanjian pokok yang sah”.
 Dalam kedudukannya sebagai perjanjian yang bersifat accessoir, maka
perjanjian penanggungan sebagaimana halnya perjanjan accessoir
lainnya, akan memperoleh akibat hukum tertentu, yaitu:
1. Adanya perjanjian penanggungan bergantung pada perjanjian pokok.
2. Jika perikatan pokok batal, maka perjanjian penanggungan juga ikut
batal.
3. Jika perjanjian pokok hapus, maka perjanjian penanggungan juga ikut
hapus.
4. Dengan diperalihkannya piutang pada perjanjian pokok, maka semua
perjanjian- perjanjian yang melekat pada piutang tersebut akan ikut
beralih.
BENTUK PERJANJIAN
PENANGGUNGAN
 Dalam Pasal 1824 KUH Pedata disebutkan bahwa:
“Penanggungan utang tidak dipersangkakan, tetapi harus
diadakan dengan pernyataan yang tegas, tidaklah
diperbolehkan untuk memperluas penanggungan hingga
melebihi ketentuan-ketentuan yang menjadi syarat sewaktu
mengadakannya”.
 Dari ketentuan diatas dapat diketahui bahwa bentuk dari
perjanjian penanggungan adalah bebas, dalam arti tidak terikat
pada bentuk tertentu, sehingga dapat dibuat dengan tertulis
maupun lisan. Namun pembuatan perjanjian penanggungan
secara lisan dapat menyulitkan kreditor di dalam hal
pembuktian.
Bentuk tertulis dari akta penanggungan mempunyai fungsi ganda,
yaitu
a) Pertama adalah sebagai alat bukti (khususnya bagi kreditor)
jika terjadi sengketa mengenai hal ini.
b) Kedua berisi ketentuan mengenai hal penanggungan itu.
Fungsi kedua bagi kreditor sangat penting, karena banyak
ketentuan-ketentuan dari penanggungan yang diatur dalam
KUH Perdata justru memberatkan si kreditor. Sehingga jika
tidak diadakan janji-janji khusus yang sengaja dibuat untuk
mengesampingkan ketentuan-ketentuan yang ada dalam
KUH Perdata, yaitu untuk melepaskan hak dari penanggung
yaitu hak menuntut
PESYARATAN MENJADI PENANGGUNG
 Jaminan berupa orang (borg) bukanlah ia sembarang orang yang akan
menanggungnya melainkan orang yang benar-benar akan sanggup
membayar utang debitor tidak mampu membayar utangnya.
Dalam pasal 1827 KUH Perdata ditentukan syarat-syarat untuk dapat menjadi
penanggung yaitu:
1. Cakap untuk mengikat diri
 Maksudnya adalah sama dengan apa yang ditegaskan dalam Pasal 1330 KUH
Perdata, yaitu syarat yuridis untuk dinyatakan cakap membuat perjanjian secara
umum.
2. Cukup mampu untuk memenuhi perikatannya
 Hal ini merupakan syarat ekonomis bahwa penanggung (borg) mempunyai
kemampuan finansiil untuk membayar utang si debitor apabila debitor tidak
melunasi utangnya.
3. Berada di wilayah Indonesia
syarat ini merupakan syarat lokasi yang dimaksudkan untuk memudahkan bagi
kreditor melakukan penagihan atau penuntutkan.
PERBEDAAN PENANGGUNGAN DENGAN
PERJANJIAN LAIN
1. Perbedaan Perjanjian Penanggungan dengan Perjanjian
Asuransi Kredit
 Dalam perjanjian penanggungan, penanggung wajib untuk
prestasi memenuhi dari debitor yang tidak memenuhinya. Jadi
kewajiban untuk memenuhi prestasi bersifat subsidiair dan
perjanjian penanggungan bersifat accessoir.
 Sedang dalam perjanjian asuransi, penanggungan wajib
mengganti kerugian yang diderita oleh si tertanggung, dan
perjanjian asuransi bersifat berdiri sendiri.
2. Perjanjian penanggungan dengan perjanjian garansi
a. Pada perjanjian garansi, adanya kewajiban untuk memenuhi
prestasi oleh pihak ketiga tercantum dalam perjanjian pokok
yang berdiri sendiri, di mana seorang berjanji untuk
menanggung kerugian yang akan diderita pihak lawannya,
manakala pihak ketiga tidak memenuhinya.
b. Pada perjanjian garansi kewajiban yang harus dipenuhi guna
pihak ketiga itu berwujud kewajiban pengganti kerugian.
Sedangkan dalam perjanjian penanggungan adanya kewajiban
utuk memenuhi prestasi/perutangan dari si penanggung bersifat
subsidiair, yaitu berlangsung jika debitor tidak memenuhinya
selain itu perjanjian penanggung bersifat accessoir.
Persamaan diantara keduanya adalah dalam kedua perjanjian
tersebut terdapat pihak ketiga yang berkewajiban memenuhi
prestasi.
3. Perjanjian penanggungan dengan perjanjian tanggung
renteng (perjanjian tanggung-menanggung)
 Dalam perjanjian penanggungan perjanjiannya bersifa
accessoir dan si penanggung mempunyai hak untuk membagi
utang (voorrecht van schuldsplitshing).
 Sedangkan perjanjian tanggung renteng, perjanjiannya
besifat berdiri sendiri dan debitor tidak mempunyai hak
untuk membagi utang.
Persamaan di antara keduanya adalah : adanya kewajiban
dari penanggung yang mirip dengan kewajiban dari debitor
dalam perikatan tanggung menanggung.
AKIBAT-AKIBAT HUKUM PERJANJIAN
HUKUM PENANGGUNGAN
1. Akibat hukum antara si penanggung dengan kreditor.
Disamping kewajiban hukum yang ada pada penanggung untuk
melaksanakan prestasi jika debitor tidak memenuhinya, penanggung juga
mempunyai beberapa hak yang diberikan oleh undang-undang.
Adapun hak-hak dari penanggung adalah:
a. Hak untuk menuntut lebih dahulu
 Pasal 1831 KUH Perdata menyebutkan bahwa: “ Dalam hal si debitor lalai
memenuhi prestasi, si penanggung baru wajib membayar utang kepada
kreditor setelah menuntut agar harta benda si debitor lebih dahulu disita dan
dilelang untuk memenuhi utangnya”.
b. Hak untuk membagi utang
 Pasal 1836 KUH Perdata menyebut bahwa: “Jika dalam perjanjian
penanggungan terdapat beberapa orang yang mengikat diri sebagai
penanggung untuk suatu utang dan untuk seorang debitor yang sama, maka
masing-masing penanggung terikat untuk seluruh utang”.
c. Hak untuk diberhentikan sebagai penanggung karena terhalang
melakukan subrogasi akibat perbuatan/ kesalahan si kreditor.
 Dalam Pasal 1848 ditentukan bahwa: “Si penanggung berhak untuk
diberhentikan dari (kedudukannya sebagai) penanggung, jika karena
perbuatan si kreditor si penanggung menjadi terhalang atau tidak dapat
lagi bertindak terhadap hak-haknya, hipoteknya dan hak-hak utama
dari si kreditor”.
d. Hak untuk mengajukan tangkisan
 Si penanggung dalam menjalankan kewajibannya bewenang
mengajukan tangkisan yang dapat dipakai oleh debitor terhadap
kreditor, kecuali tangkisan yang bertalian dengan pribadi debitor sendiri.
 Hak ini lahir dari perjanjian penanggungan, jadi merupakan hak
penanggung sendiri, di samping itu juga lahir karena sifat accessoir dari
perjanjian penanggungan, maka si penanggung itu dapat mengajukan
tangkisan-tangkisan yang dipakai oleh debitor terhadap kreditor yang
lahir dari perjanjian pokok.
2. Akibat Hukum antara Penanggung dengan Debitor
 Pasal 1839 KUH Perdata menentukan bahwa: “Si
penanggung yang telah membayar utang debitor, ia dapat
menuntut kembali pembayaran tersebut dari si debitor, baik
penanggungan itu terjadi dengan pengetahuan atau tanpa
pengetahuan debitor. Penuntut kembali ini dilakukan baik
mengenai utang pokok, bunga serta biaya-biaya”.
 Mengenai biaya-biaya ini si penanggung hanya menuntutnya
kembali, sekedar ia telah memberitahukan kepada si debitor
tentang tuntutan-tuntutan yang ditujukan kepadanya, di
dalam waktu yang patut. Si penanggung juga mempunyai hak
menuntut penggantian biaya, rugi dan bunga jika ada alasan
untuk itu
 Hak menuntut pengganti kerugian yang timbul dari hak regres yang
merupakan hak penanggungan itu sendiri meliputi:
a. Pembayaran ongkos perkara, yaitu ongkos perkara yang telah dibayar oleh
penggugat, karena ia digugat oleh kreditor untuk memenuhi utang debitor.
Penanggung hanya dapat menuntut pembayaran ongkos perkara kepada
debitor, jika pemberitahuan tentang adanya gugatan dari kreditor terhadap
penanggung tidak terlambat.
b. Pembayaran bunga. Yang dimaksud di sini adalah bunga terhadap utang
pokok yang telah dibayar oleh penanggung.
c. Pembayaran kerugian. Penanggungan berhak untuk menuntut pengganti
kerugian yang lain, yang di deritanya sebagai akibat pemenuhan perjanjian
dalam penanggungan.
Mengenai pemberitahuan kepada debitor ini ada dalam Pasal 1842 KUH
Perdata, yang menyatakan bahwa: ”Jika si penanggung lali untuk
memberitahukan kepada debitor mengenai utang yang telah dibayarkannya,
maka ia tidak mempunyai hak regres kepada debitor. Jika seandainya si debitor
kemudian membayar lagi utang tersebut, dengan tidak mengurangi hak dari si
penanggug ini untuk menuntut kembali kepada kreditor.
ISI AKTA PENANGGUNGAN
 Ketentuan-ketentuan atau janji-janji yang biasa dimuat dalam
aka penanggungan adalah sebagai berikut:
1) Janji agar penanggung melepaskan haknya untuk menuntut
penjualan harta benda debitor terlebih dahulu.
2) Janji agar penanggung melepaskan haknya untuk membagi-
bagi uang (voorrecht van schuldsplitsing)
3) Janji agar penanggung melepaskan haknya untuk
diberhentikan sebagai penanggung. Jika karena perbuatannya
si kreditor mengakibatkan tidak dapat lagi menggantikan
hak-haknya, hipoteknya dan hak-hak utama dari kreditor.
 Selain adanya tiga macam janji tersebut, kreditor masih
dimungkinkan untuk membuat janji-janji yang lebih khusus
lagi dalam akta penanggungan, misalnya:
1. Janji untuk tidak dibagi
2. Janji agar penanggungan tetap sah, tidak peduli apakah
penanggung bersama ikut terikat
3. Janji tentang adanya kuasa yang tidak dapat ditarik kembali
untuk melaksanakan hak regres, yaitu janji adanya kuasa
kepada keditor yang tidak dapat ditarik kembali untuk dan
atas nama penanggung melaksanakan hak regres terhadap si
debitor.
PENANGGUNG YANG LEBIH DARI SATU
1. Penanggung utama dan penanggung belakang (achterborg)
Disini terdapat penanggung utama (hoofdborg) dan penanggung belakang
(achterborg). Penanggungan ini diadakan untuk kepentingan pihak kreditor. Jika
penanggung belakang telah membayar seluruh utang, maka ia mempunyai hak
penuntutan kembali pembayaran/hak regres terhadap si penanggung utama dan bukan
hak regres terhadap si debitor.
2. Penanggung Pertama dan Penanggung Kedua
 Dalam hal ini terdapat dua orang penanggung bersama-sama mengikat diri selaku
penanggung dari sutau utang, yaitu penanggung pertama dan penanggung kedua.
3. Penanggung Solider
yaitu seorang penanggung yang mengikatkan diri untuk satu utang bersama-sama
dengan si berutang secara tangggung menanggung. Dalam keadaan seperti ini, si kreditor
dapat menuntut pemenuhan piutangnya baik kepada penanggung maupun kepada
debitor, masing-masing untuk seluruh utang.
4. Penanggungan oleh Beberapa Penanggungan
 Hal ini terjadi bila beberapa orang telah mengikatkan diri sebagai penanggung untuk
seorang debitor dan untuk utang yang sama, maka masing-masing penanggung terikat
untuk seluruh utang itu (Pasal 1836 KUH Perdata).
BENTUK-BENTUK
PENANGGUNGGAN
1. Jaminan Utang/Jaminan Kredit (kredit garansi, jaminan
orang)
 Perjanjian penanggungan dalam bentuk ini, seorang penanggung
menanggung untuk memenuhi utang dari debitor sebesar
sebagaimana yang tercantum dalam perjanjian pokok. Jaminan
kredit ini dalam praktek perbankan sering disebut dengan istilah
jaminan perseorangan atau jaminan orang (personal garantie)
2. Jaminan Bank (Bank Garantie)
 Dalam bentuk penanggungan in bank yang bertindak sebagai
penanggung (bank penanggung) diwajibkan menanggung pelaksanaan
prestasi tertentu atau menanggung dipenuhinya pembayaran tertentu
pada kreditor.
3. Jaminan Pembangunan (Bouw Garantie)
bentuk penanggungan ini terjadi jika pihak yang memborongkan
mensyaratkan adanya pemborong peserta yang menanggung untuk
menyelesaikan kewajiban pembangunan tersebut, manakala pemborong utama
tidak dapat memenuhinya (misalnya karena wanprestasi, pailit, atau meninggal).
4. Jaminan saldo (Saldo Garantie)
 Saldo garansi merupakan bentuk penanggungan oleh bank, di mana bank
menjamin pemenuhan piutang kreditor, yang akan dibayar dari saldo
rekening debitor pada waktu penutupan rekeningnya. Dengan demikian
bank hanya menjamin pemenuhan piutang tertentu kreditor dan hanya
untuk transaksi tertentu. Bank tidak menjamin seluruh tagihan tehadap
debitor sampai dengan penutuan rekening.
5. Jaminan oleh Lembaga Pemerintah (Staats Garantie)
 Dalam hal ini pemerintah bertindak sebagai penanggung. Pemerintah bersedia
untuk menanggung pemberian kredit yang digunakan untuk membangun
proyek-proyek tertentu atau memberikan perlindungan bagi pengusaha-
pengusaha lemah. Pemerintah akan mengembalikan kredit jika debitor
wanprestasi.
HAPUSNYA PENANGGUNGAN
 Perihal hapusnya perjanjian penanggungan diatur dalam pasal
1845 KUH Perdata, yaitu karena hal-hal sebagai berikut:
1. Perikatan yang diterbitkan dari penanggungan hapus karena
sebab-sebab yang sama sebagaimana yang menyebabkan
berakhirnya perikatan-perikatan lainnya.
2. Karena adanya pencampuran antara pribadi si penanggung
dengan debitor, sehingga hak dan kewajiban kedua belah
pihak berada dalam satu orang.
3. Karena penanggung dapat menggunakan segala tangkisan
yang dapat dipakai oleh debitor tehadap kreditor mengennai
segala utangnya yang ditanggung itu sendiri, namun tak
bolehlah ia mengajukan tangkisan-tangkisan yang khusus
mengenai pribadi si debitur (eksepsi diskualifikatoir).
4. Si penanggung dibebaskan, apabila karena kesalahan
kreditor ia tidak lagi dapat menggantikan hak-hak kreditor,
hipotek kreditor, dan hak-hak istimewa kreditor.
5. Jika si berpiutang secara sukarela menerima suatu benda
tidak bergerak maupun benda lain sebagai pembayaran
atas utang pokok, maka si penanggung dibebaskan
karenanya, biarpun benda itu kemudian karena putusan
hakim oleh si kreditor harus diserahkan kepada orang lain.
6. Suatu penundaan belakan oleh si berpiutang di berikan
kepada si berutang, tidak membebaskan si penanggung
utang, namun si penanggung ini dalam hal seperti itu dapat
menuntut si berutang dengan maksud untuk memaksanya
membayar utangnya atau membebaskan si penanggung
dari penanggungannya.

Anda mungkin juga menyukai