PENGANTAR Suatu hal yang sangat penting dalam masalah utang-piutang adalah adanya kesanggupan dari orang yang berutang untuk mengembalikan utangnya. Hal ni berhubungan dengan jaminan yang diberikan dalam pembayaran utang debitor, terutama bagi pihak yang meminjamkan utang, jaminan mutlak diperlukan dalam utang-piutang, sehingga ada kepastian bahwa uang yang dipinjamkan akan terbayar. Apalagi jika bank sebagai kreditor, maka jaminan mutlak diperlukan. Hal ini disebutkan dalam UU Pokok Perbankan (UU No 7 Tahun 1992). Dalam Pasal 6 UU No 7 Tahun 1992 disebutkan bahwa : “Dalam memberikan kredit, Bank Umum wajib mempunyai keyakinan atas kemampuan dan kesanggupan debitor untuk melunasi utangnya sesuai dengan yang diperjanjikan” Dalam Ilmu Ekonomi Perbankan terdapat suatu azas yang harus diperhatikan oleh bank sebelum memberikan kredit kepada nasabahnya yaitu dikenal dengan istilah The Five C’s of Credit, artinya pada pemberian kredit tersebut harus diperhatikan 5 faktor, yaitu character (watak), capacity (kemampuan), capital (modal), condition of ecconomic (suasana perkembangan ekonomi), dan collateral (jaminan). Sekarang penanggungan sebagai lembaga jaminan banyak dipergunakan dalam praktek, karena alasan-alasan ssb: 1) Si penanggungan mempunyai persamaan kepentingan ekonomi di dalam usaha dengan si peminjam (ada hubungan kepentingan antara si peminjam dengan penanggung) 2) Penanggung memegang peranan penting dan banyak terjadi dalam bentuk bank garansi, dimana yang bertindak selaku penanggung (borg) adalah bank. 3) Penanggungan juga mempunyai peranan yang penting, karena dewasa ini lembaga-lembaga pemerintah lazim mensyaratkan adanya penanggung untuk kepentingan pengusaha-pengusaha kecil. PENGERTIAN PENANGGUNGAN Jaminan perseorangan adalah orang ketiga (borg) yang akan menanggung pengembalian uang pinjaman, apabila pihak peminjam tidak sanggup mengembalikan pinjamannya tersebut. Menurut Pasal 1820 KUP Perdata:
“Penanggungan adalah suatu perjanjiandengan mana
seorang pihak ketiga, guna kepentingan si berpiutang, mengikat diri untuk memenuhi perikatan si berutang manakala orang ini sendiri tidak memenuhi”. Tujuan penanggungan adalah untuk memberikan jaminan dipenuhinya perutangan dalam perjanjian pokok. SIFAT PERJANJIAN PENANGGUNGAN Dalam Pasal 1821 KUH Perdata disebutkan bahwa: “Tiada perjanjian penanggungan kalau tidak ada perjanjian pokok yang sah”. Dalam kedudukannya sebagai perjanjian yang bersifat accessoir, maka perjanjian penanggungan sebagaimana halnya perjanjan accessoir lainnya, akan memperoleh akibat hukum tertentu, yaitu: 1. Adanya perjanjian penanggungan bergantung pada perjanjian pokok. 2. Jika perikatan pokok batal, maka perjanjian penanggungan juga ikut batal. 3. Jika perjanjian pokok hapus, maka perjanjian penanggungan juga ikut hapus. 4. Dengan diperalihkannya piutang pada perjanjian pokok, maka semua perjanjian- perjanjian yang melekat pada piutang tersebut akan ikut beralih. BENTUK PERJANJIAN PENANGGUNGAN Dalam Pasal 1824 KUH Pedata disebutkan bahwa: “Penanggungan utang tidak dipersangkakan, tetapi harus diadakan dengan pernyataan yang tegas, tidaklah diperbolehkan untuk memperluas penanggungan hingga melebihi ketentuan-ketentuan yang menjadi syarat sewaktu mengadakannya”. Dari ketentuan diatas dapat diketahui bahwa bentuk dari perjanjian penanggungan adalah bebas, dalam arti tidak terikat pada bentuk tertentu, sehingga dapat dibuat dengan tertulis maupun lisan. Namun pembuatan perjanjian penanggungan secara lisan dapat menyulitkan kreditor di dalam hal pembuktian. Bentuk tertulis dari akta penanggungan mempunyai fungsi ganda, yaitu a) Pertama adalah sebagai alat bukti (khususnya bagi kreditor) jika terjadi sengketa mengenai hal ini. b) Kedua berisi ketentuan mengenai hal penanggungan itu. Fungsi kedua bagi kreditor sangat penting, karena banyak ketentuan-ketentuan dari penanggungan yang diatur dalam KUH Perdata justru memberatkan si kreditor. Sehingga jika tidak diadakan janji-janji khusus yang sengaja dibuat untuk mengesampingkan ketentuan-ketentuan yang ada dalam KUH Perdata, yaitu untuk melepaskan hak dari penanggung yaitu hak menuntut PESYARATAN MENJADI PENANGGUNG Jaminan berupa orang (borg) bukanlah ia sembarang orang yang akan menanggungnya melainkan orang yang benar-benar akan sanggup membayar utang debitor tidak mampu membayar utangnya. Dalam pasal 1827 KUH Perdata ditentukan syarat-syarat untuk dapat menjadi penanggung yaitu: 1. Cakap untuk mengikat diri Maksudnya adalah sama dengan apa yang ditegaskan dalam Pasal 1330 KUH Perdata, yaitu syarat yuridis untuk dinyatakan cakap membuat perjanjian secara umum. 2. Cukup mampu untuk memenuhi perikatannya Hal ini merupakan syarat ekonomis bahwa penanggung (borg) mempunyai kemampuan finansiil untuk membayar utang si debitor apabila debitor tidak melunasi utangnya. 3. Berada di wilayah Indonesia syarat ini merupakan syarat lokasi yang dimaksudkan untuk memudahkan bagi kreditor melakukan penagihan atau penuntutkan. PERBEDAAN PENANGGUNGAN DENGAN PERJANJIAN LAIN 1. Perbedaan Perjanjian Penanggungan dengan Perjanjian Asuransi Kredit Dalam perjanjian penanggungan, penanggung wajib untuk prestasi memenuhi dari debitor yang tidak memenuhinya. Jadi kewajiban untuk memenuhi prestasi bersifat subsidiair dan perjanjian penanggungan bersifat accessoir. Sedang dalam perjanjian asuransi, penanggungan wajib mengganti kerugian yang diderita oleh si tertanggung, dan perjanjian asuransi bersifat berdiri sendiri. 2. Perjanjian penanggungan dengan perjanjian garansi a. Pada perjanjian garansi, adanya kewajiban untuk memenuhi prestasi oleh pihak ketiga tercantum dalam perjanjian pokok yang berdiri sendiri, di mana seorang berjanji untuk menanggung kerugian yang akan diderita pihak lawannya, manakala pihak ketiga tidak memenuhinya. b. Pada perjanjian garansi kewajiban yang harus dipenuhi guna pihak ketiga itu berwujud kewajiban pengganti kerugian. Sedangkan dalam perjanjian penanggungan adanya kewajiban utuk memenuhi prestasi/perutangan dari si penanggung bersifat subsidiair, yaitu berlangsung jika debitor tidak memenuhinya selain itu perjanjian penanggung bersifat accessoir. Persamaan diantara keduanya adalah dalam kedua perjanjian tersebut terdapat pihak ketiga yang berkewajiban memenuhi prestasi. 3. Perjanjian penanggungan dengan perjanjian tanggung renteng (perjanjian tanggung-menanggung) Dalam perjanjian penanggungan perjanjiannya bersifa accessoir dan si penanggung mempunyai hak untuk membagi utang (voorrecht van schuldsplitshing). Sedangkan perjanjian tanggung renteng, perjanjiannya besifat berdiri sendiri dan debitor tidak mempunyai hak untuk membagi utang. Persamaan di antara keduanya adalah : adanya kewajiban dari penanggung yang mirip dengan kewajiban dari debitor dalam perikatan tanggung menanggung. AKIBAT-AKIBAT HUKUM PERJANJIAN HUKUM PENANGGUNGAN 1. Akibat hukum antara si penanggung dengan kreditor. Disamping kewajiban hukum yang ada pada penanggung untuk melaksanakan prestasi jika debitor tidak memenuhinya, penanggung juga mempunyai beberapa hak yang diberikan oleh undang-undang. Adapun hak-hak dari penanggung adalah: a. Hak untuk menuntut lebih dahulu Pasal 1831 KUH Perdata menyebutkan bahwa: “ Dalam hal si debitor lalai memenuhi prestasi, si penanggung baru wajib membayar utang kepada kreditor setelah menuntut agar harta benda si debitor lebih dahulu disita dan dilelang untuk memenuhi utangnya”. b. Hak untuk membagi utang Pasal 1836 KUH Perdata menyebut bahwa: “Jika dalam perjanjian penanggungan terdapat beberapa orang yang mengikat diri sebagai penanggung untuk suatu utang dan untuk seorang debitor yang sama, maka masing-masing penanggung terikat untuk seluruh utang”. c. Hak untuk diberhentikan sebagai penanggung karena terhalang melakukan subrogasi akibat perbuatan/ kesalahan si kreditor. Dalam Pasal 1848 ditentukan bahwa: “Si penanggung berhak untuk diberhentikan dari (kedudukannya sebagai) penanggung, jika karena perbuatan si kreditor si penanggung menjadi terhalang atau tidak dapat lagi bertindak terhadap hak-haknya, hipoteknya dan hak-hak utama dari si kreditor”. d. Hak untuk mengajukan tangkisan Si penanggung dalam menjalankan kewajibannya bewenang mengajukan tangkisan yang dapat dipakai oleh debitor terhadap kreditor, kecuali tangkisan yang bertalian dengan pribadi debitor sendiri. Hak ini lahir dari perjanjian penanggungan, jadi merupakan hak penanggung sendiri, di samping itu juga lahir karena sifat accessoir dari perjanjian penanggungan, maka si penanggung itu dapat mengajukan tangkisan-tangkisan yang dipakai oleh debitor terhadap kreditor yang lahir dari perjanjian pokok. 2. Akibat Hukum antara Penanggung dengan Debitor Pasal 1839 KUH Perdata menentukan bahwa: “Si penanggung yang telah membayar utang debitor, ia dapat menuntut kembali pembayaran tersebut dari si debitor, baik penanggungan itu terjadi dengan pengetahuan atau tanpa pengetahuan debitor. Penuntut kembali ini dilakukan baik mengenai utang pokok, bunga serta biaya-biaya”. Mengenai biaya-biaya ini si penanggung hanya menuntutnya kembali, sekedar ia telah memberitahukan kepada si debitor tentang tuntutan-tuntutan yang ditujukan kepadanya, di dalam waktu yang patut. Si penanggung juga mempunyai hak menuntut penggantian biaya, rugi dan bunga jika ada alasan untuk itu Hak menuntut pengganti kerugian yang timbul dari hak regres yang merupakan hak penanggungan itu sendiri meliputi: a. Pembayaran ongkos perkara, yaitu ongkos perkara yang telah dibayar oleh penggugat, karena ia digugat oleh kreditor untuk memenuhi utang debitor. Penanggung hanya dapat menuntut pembayaran ongkos perkara kepada debitor, jika pemberitahuan tentang adanya gugatan dari kreditor terhadap penanggung tidak terlambat. b. Pembayaran bunga. Yang dimaksud di sini adalah bunga terhadap utang pokok yang telah dibayar oleh penanggung. c. Pembayaran kerugian. Penanggungan berhak untuk menuntut pengganti kerugian yang lain, yang di deritanya sebagai akibat pemenuhan perjanjian dalam penanggungan. Mengenai pemberitahuan kepada debitor ini ada dalam Pasal 1842 KUH Perdata, yang menyatakan bahwa: ”Jika si penanggung lali untuk memberitahukan kepada debitor mengenai utang yang telah dibayarkannya, maka ia tidak mempunyai hak regres kepada debitor. Jika seandainya si debitor kemudian membayar lagi utang tersebut, dengan tidak mengurangi hak dari si penanggug ini untuk menuntut kembali kepada kreditor. ISI AKTA PENANGGUNGAN Ketentuan-ketentuan atau janji-janji yang biasa dimuat dalam aka penanggungan adalah sebagai berikut: 1) Janji agar penanggung melepaskan haknya untuk menuntut penjualan harta benda debitor terlebih dahulu. 2) Janji agar penanggung melepaskan haknya untuk membagi- bagi uang (voorrecht van schuldsplitsing) 3) Janji agar penanggung melepaskan haknya untuk diberhentikan sebagai penanggung. Jika karena perbuatannya si kreditor mengakibatkan tidak dapat lagi menggantikan hak-haknya, hipoteknya dan hak-hak utama dari kreditor. Selain adanya tiga macam janji tersebut, kreditor masih dimungkinkan untuk membuat janji-janji yang lebih khusus lagi dalam akta penanggungan, misalnya: 1. Janji untuk tidak dibagi 2. Janji agar penanggungan tetap sah, tidak peduli apakah penanggung bersama ikut terikat 3. Janji tentang adanya kuasa yang tidak dapat ditarik kembali untuk melaksanakan hak regres, yaitu janji adanya kuasa kepada keditor yang tidak dapat ditarik kembali untuk dan atas nama penanggung melaksanakan hak regres terhadap si debitor. PENANGGUNG YANG LEBIH DARI SATU 1. Penanggung utama dan penanggung belakang (achterborg) Disini terdapat penanggung utama (hoofdborg) dan penanggung belakang (achterborg). Penanggungan ini diadakan untuk kepentingan pihak kreditor. Jika penanggung belakang telah membayar seluruh utang, maka ia mempunyai hak penuntutan kembali pembayaran/hak regres terhadap si penanggung utama dan bukan hak regres terhadap si debitor. 2. Penanggung Pertama dan Penanggung Kedua Dalam hal ini terdapat dua orang penanggung bersama-sama mengikat diri selaku penanggung dari sutau utang, yaitu penanggung pertama dan penanggung kedua. 3. Penanggung Solider yaitu seorang penanggung yang mengikatkan diri untuk satu utang bersama-sama dengan si berutang secara tangggung menanggung. Dalam keadaan seperti ini, si kreditor dapat menuntut pemenuhan piutangnya baik kepada penanggung maupun kepada debitor, masing-masing untuk seluruh utang. 4. Penanggungan oleh Beberapa Penanggungan Hal ini terjadi bila beberapa orang telah mengikatkan diri sebagai penanggung untuk seorang debitor dan untuk utang yang sama, maka masing-masing penanggung terikat untuk seluruh utang itu (Pasal 1836 KUH Perdata). BENTUK-BENTUK PENANGGUNGGAN 1. Jaminan Utang/Jaminan Kredit (kredit garansi, jaminan orang) Perjanjian penanggungan dalam bentuk ini, seorang penanggung menanggung untuk memenuhi utang dari debitor sebesar sebagaimana yang tercantum dalam perjanjian pokok. Jaminan kredit ini dalam praktek perbankan sering disebut dengan istilah jaminan perseorangan atau jaminan orang (personal garantie) 2. Jaminan Bank (Bank Garantie) Dalam bentuk penanggungan in bank yang bertindak sebagai penanggung (bank penanggung) diwajibkan menanggung pelaksanaan prestasi tertentu atau menanggung dipenuhinya pembayaran tertentu pada kreditor. 3. Jaminan Pembangunan (Bouw Garantie) bentuk penanggungan ini terjadi jika pihak yang memborongkan mensyaratkan adanya pemborong peserta yang menanggung untuk menyelesaikan kewajiban pembangunan tersebut, manakala pemborong utama tidak dapat memenuhinya (misalnya karena wanprestasi, pailit, atau meninggal). 4. Jaminan saldo (Saldo Garantie) Saldo garansi merupakan bentuk penanggungan oleh bank, di mana bank menjamin pemenuhan piutang kreditor, yang akan dibayar dari saldo rekening debitor pada waktu penutupan rekeningnya. Dengan demikian bank hanya menjamin pemenuhan piutang tertentu kreditor dan hanya untuk transaksi tertentu. Bank tidak menjamin seluruh tagihan tehadap debitor sampai dengan penutuan rekening. 5. Jaminan oleh Lembaga Pemerintah (Staats Garantie) Dalam hal ini pemerintah bertindak sebagai penanggung. Pemerintah bersedia untuk menanggung pemberian kredit yang digunakan untuk membangun proyek-proyek tertentu atau memberikan perlindungan bagi pengusaha- pengusaha lemah. Pemerintah akan mengembalikan kredit jika debitor wanprestasi. HAPUSNYA PENANGGUNGAN Perihal hapusnya perjanjian penanggungan diatur dalam pasal 1845 KUH Perdata, yaitu karena hal-hal sebagai berikut: 1. Perikatan yang diterbitkan dari penanggungan hapus karena sebab-sebab yang sama sebagaimana yang menyebabkan berakhirnya perikatan-perikatan lainnya. 2. Karena adanya pencampuran antara pribadi si penanggung dengan debitor, sehingga hak dan kewajiban kedua belah pihak berada dalam satu orang. 3. Karena penanggung dapat menggunakan segala tangkisan yang dapat dipakai oleh debitor tehadap kreditor mengennai segala utangnya yang ditanggung itu sendiri, namun tak bolehlah ia mengajukan tangkisan-tangkisan yang khusus mengenai pribadi si debitur (eksepsi diskualifikatoir). 4. Si penanggung dibebaskan, apabila karena kesalahan kreditor ia tidak lagi dapat menggantikan hak-hak kreditor, hipotek kreditor, dan hak-hak istimewa kreditor. 5. Jika si berpiutang secara sukarela menerima suatu benda tidak bergerak maupun benda lain sebagai pembayaran atas utang pokok, maka si penanggung dibebaskan karenanya, biarpun benda itu kemudian karena putusan hakim oleh si kreditor harus diserahkan kepada orang lain. 6. Suatu penundaan belakan oleh si berpiutang di berikan kepada si berutang, tidak membebaskan si penanggung utang, namun si penanggung ini dalam hal seperti itu dapat menuntut si berutang dengan maksud untuk memaksanya membayar utangnya atau membebaskan si penanggung dari penanggungannya.