Anda di halaman 1dari 8

RITA FAURA, SH.

MH
A. Pengertian Perjanjian

Perjanjian suatu peristiwa di mana seseorang berjanji kepada orang lain atau di
mana dua orang itu saling berjanji untuk melaksanakan sesuatu hal.

menimbulkan suatu hubungan antara dua orang yang yang disebut PERIKATAN.

menerbitkan suatu perikatan antara dua orang yang membuatnya. Bentuk perjanjian itu berupa
suatu rangkaian perkataan yang mengandung janji-janji atau kesanggupan yang diucapkan
atau ditulis.
Perjanjian
merupakan salah satu sumber perikatan.

itu identik sama dengan persetujuan, karena dua pihak setuju


untuk melakukan sesuatu. Jadi dua perkataan (perjanjian dan
persetujuan) itu adalah sama artinya.
Perkataan kontrak, lebih sempit karena ditujukan
kepada perjanjian atau persetujuan yang tertulis.
merupakan sumber terpenting yang melahirkan perikatan.
perikatan oleh suatu perjanjian lebih banyak daripada perikatan
yang dilahirkan oleh UU, karena :
Perjanjian
a. Setiap saat dapat dilakukan oleh siapa saja
b. kegiatan bisnis/kegiatan terus bergulir tanpa henti
c. Tidak perlu pengesahan oleh Negara

karena Perjanjian/Persetujuan

Perikatan Lahir
karena Undang-Undang

Perikatan adalah suatu pengertian abstrak

Perjanjian adalah suatu hal yang konkrit atau suatu peristiwa


B. Syarat-syarat sahnya suatu Perjanjian
1. Sepakat mereka yg mengikatkan dirinya

2. Cakap untuk membuat suatu perjanjian


pasal 1320
KUHPer 3. Mengenai suatu hal tertentu

4. Suatu sebab yang halal

Syarat pertama dan kedua disebut unsur subyektif, karena kedua


syarat itu mengatur tentang orang atau subyeknya yang
mengadakan perjanjian.
syarat ketiga dan keempat disebut unsur obyektif karena
mengatur ttg obyek dari perbuatan hukum yg dilakukan itu.
Pada asasnya bahwa Orang yang membuat suatu perjanjian harus cakap
menurut hukum, apabila sudah dewasa atau akilbaliq dan sehat pikirannya.

Orang-orang yang belum dewasa


Orang yg
Tdk Cakap hukum Mereka yang ditaruh di bawah pengampuan
(Psl 1330 KuhPer)
Orang perempuan dalam hal-hal yang ditetapkan
oleh Undang-Undang, dan semua orang kepada
siapa Undang-Undang telah melarang membuat
perjanjian-perjanjian tertentu.
B.1. Cacat Syarat Subyektif
Karena :
“Tidak ada sepakat yang sah (pasal 1321 Kuhper) bisa karena
kekhilafan,atau diperolehnya dengan paksaan atau penipuan.”

a. “Kekhilafan” (psl 1322 )

“Kekhilafan tidak menjadi sebab kebatalan, jika kekhilafan itu hanya


terjadi mengenai dirinya orang dengan siapa seorang bermaksud
membuat suatu persetujuan, kecuali jika persetujuan itu telah dibuat
terutama karena mengingat dirinya orang tersebut.”

Kekhilafan (Kesesatan), karena :


i. Error In Persona (kekhilafan mengenai orang-orang)

Contoh :
perjanjian yang dibuat oleh seseorang dengan seorang biduanita
terkenal, ternyata kemudian dibuatnya dengan biduanita tidak
terkenal, tetapi namanya sama
ii. error in substansia (kesesatan mengenai hakikat barangnya)
merupakan alasan yang sesungguhnya bagi kedua belah pihak, untuk
mengadakan perjanjian.
Misalnya :
seseorang yang beranggapan bahwa ia membeli lukisan Basuki Abdullah,
kemudian mengetahui bahwa lukisan yang dibelinya itu adalah sebuah
tiruan.

b. Paksaan (psl 1323 Kuhper)

“Paksaan yang dilakukan terhadap orang yang membuat suatu


persetujuan, merupakan alasan untuk batalnya persetujuan, juga
apabila paksaan itu dilakukan oleh seorang pihak ketiga, untuk
kepentingan siapa persetujuan tersebut tidak telah dibuat.”

Anda mungkin juga menyukai