Anda di halaman 1dari 63

Perikatan

(1233)

Perjanjian UU
(1313) (1352)

UU karena Melulu UU
perbuatan a. Psl 625
manusia (1353) b. Psl104

Perbuatan Perbuatan
Menurut Hukum : Melawan Hukum
Psl 1354 (PS) manusia (1365)
Psl 1359 (PTT)
Perjanjian
• Pasal 1313 KUH Pdt menegaskan “Suatu persetujuan
adalah perbuatan dengan mana satu orang atau lebih
mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau
lebih”.
• Subekti menyatakan “Suatu perjanjian adalah suatu
peristiwa di mana seorang berjanji kepada seorang
lain atau di mana dua orang itu saling berjanji untuk
melaksanakan sesuatu hal.”
KELEMAHAN/KRITIKAN PASAL 1313 KUHPDT:
1. SEOLAH-OLAH BERSIFAT SEPIHAK “MENGIKATKAN”
SEHARUSNYA “SALING MENGIKATKAN DIRI” SEHINGGA
MENIMBULKAN ADANYA KONSENSUS ANTAR KE 2 PIHAK
2. Kata perbuatan "mencakup" juga tanpa konsensus
Pengertian "perbuatan" termasuk juga tindakan
melaksanakan tugas tanpa kuasa atau tindakan melawan
hukum yang tidak mengandung konsensus. Seharusnya
digunakan kata "persetujuan".
3.PENGERTIAN TERLALU LUAS MENCAKUP LAPANGAN HUKUM
KELUARGA SEHARUSNYA HANYA MENYANGKUT LAPANGAN
HUKUM HARTA KEKAYAAN
4. TIDAK MENYEBUTKAN TUJUANNNYA YANG DAPAT
MENIMBULKAN AKIBAT HUKUM BAGI PARA PIHAK”.
Definisi Perjanjian Ideal (Suggested)

“ Suatu persetujuan dengan mana dua org


atau lebih, saling mengikatkan diri, utk
melaksanakan sesuatu hal didalam
lapangan harta kekayaan, yg menimbulkan
akibat hukum bagi para pihak”.
• Perjanjian lebih mengarah pada recht
handeling .
• Perjanjian tidak terikat pada suatu bentuk
tertentu, bisa lisan dan tulisan (alat bukti)
• Rechthandeling artinya suatu perbuatan yang oleh orang-orang yang bersangkutan
dengan tujuan agar timbul akibat hukum, dengan demikian suatu perjanjian
adalah hubungan timbal balik atau bilateral maksudnya suatu pihak yang
memperoleh hak-hak dari perjanjian itu juga menerima kewajiban yang
merupakan kensekwensi dari hak-hak yang diperolehnya.
• Perbuatan hukum (rechtshandeling) adalah perbuatan subjek hokum yg akibatnya
diatur oleh hukum, dan timbulnya akibat hukum ini memang dikehendaki oleh
subjek hukum pelaku perbuatan tersebut. Ex : Perjanjian jual-beli (kewajiban
menyerahkan barang pada penjual dan kewajiban menyerahkan sejumlah uang
pada pihak pembeli), demi untuk memperoleh hak yang ditimbulkan oleh
perjanjian itu (barang bagi pembeli dan sejumlah uang bagi penjual).
Subjek Hukum dalam Perjanjian
• Subjek Hukum adalah setiap pendukung hak dan
kewajiban, dapat berupa manusia (naturlijke persoon) dan
badan hukum (recht persoon).
• Kemampuan dalam membuat perjanjian dengan
menafsirkan Pasal 1330 KUHPerdata secara “a contrario”
(orang belum dewasa, di bawah pengampuan, dan
perempuan dalam hal ditetapkan oleh undang-undang)
• Digolongkan orang-orang yang cakap (bekwaamheid)
adalah orang-orang yang sudah dewasa dan mereka yang
tidak di bawah pengampuan.
Subjek Hukum dalam Perjanjian

• Manusia n Bdn Hkum dinyatakan sbg subjek hukum


(pengampu hak dan kewajiban)
• Seseorang dikatakan cakap jika:
1. Menurut BW : lk : 21 n PR : 19 UU Perlindungan Ank : 18
2. Waras
3. Tdk sdg dcabut haknya
4. Tdk dbwh pengampuan
Syarat sahnya suatu perjanjian
(Pasal 1320 KUH Pdt)
“Untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan 4 (empat) syarat :
1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya;
2. Cakap untuk membuat suatu perjanjian;
3. suatu hal tertentu;
4. suatu sebab yang halal.
Note :
• Syarat pertama dan kedua di atas dinamakan syarat subjektif,
apabila tidak terpenuhi perjanjian dapat dibatalkan (Voidable
atau vernietigbaarheid).
• Syarat ketiga dan keempat merupakan syarat obyektif, apabila
tidak terpenuhi perjanjian batal demi hukum (nuul,Void atau
nietig).
Makna Kesepakatan
• Kesepakatan bermakna bahwa kedua subyek yang
mengadakan perjanjian itu harus bersepakat, setuju atau
seia-sekata mengenai hal-hal yang pokok dari perjanjian
yang diadakan.
• Apa yang dikehendaki pihak yang satu, juga dikehendaki
oleh pihak yang lain. Dengan kata lain, mereka
menghendaki sesuatu yang sama secara timbal-balik.
• Secara teoritis, suatu perjanjian lahir pada saat tercapainya
kesepakatan atau persetujuan kedua belah pihak
mengenai hal-hal yang pokok dari apa yang menjadi obyek
perjanjian dimaksud. Apa yang dikehendaki oleh pihak
yang satu juga dikehendaki oleh pihak yang lain.
• Perjanjian lahir pada saat diterimanya penawaran (offerte).
• Yang dapat dijadikan sebagai pedoman ialah pernyataan
yang sepatutnya dapat dianggap melahirkan maksud dari
orang yang hendak mengikatkan dirinya.
• Pasal 1321 : “tidak ada sepakat yang sah apabila itu
diberikan karena kekhilafan, atau diperolehnya dengan
paksaan atau penipuan”.
• Pasal 1322 : Kekhilafan tidak menyebabkan batalnya suatu
perjanjian, selain berkaitan dengan hakikat barang yang menjadi
pokok persetujuan.
• Kekhilafan (dualing) dapat dibedakan atas :
a. Error in persona
kekeliruan pada orangnya, contohnya, sebuah perjanjian
yang dibuat dengan artis yang terkenal tetapi kemudian
perjanjian tersebut dibuat dengan artis yang tidak terkenal
hanya karena dia mempunyai nama yang sama.
b. Error in substansia
kekeliruan yang berkaitan dengan karakteristik suatu
benda, contohnya seseorang yang membeli lukisan Basuki
Abdullah tetapi kemudian setelah sampai di rumah orang
itu baru sadar bahwa lukisan yang dibelinya tadi adalah
lukisan tiruan dari lukisan Basuki Abdullah.
• Pasal 1323 : Paksaan (dwang) yang dilakukan terhadap
orang yang membuat perjanjian, merupakan alasan untuk
batalnya perjanjian. Paksaan ini dapat berupa kekerasan
atau suatu hal yang menyebabkan ketakutan sehingga ia
membuat perjanjian.
• Ancaman ini dapat dilakukan thd dirinya, keluarganya atau
berupa ancaman fisik dg kekerasan atau yg tidak bersifat
fisik (spt: mengancam membuatnya bangkrut/tdk
mendapatkan kekayaan yg mjd haknya).
• Pasal 1328 : Penipuan (bedrong) merupakan suatu alasan
pembatalan perjanjian. Tipu muslihat itu tidak dipersangkakan, tetapi
dibuktikan.
• Dalam hal penipuan gambaran yang keliru sengaja
ditanamkan oleh pihak yang satu kepada pihak yang lain.
Jadi, elemen penipuan tidak hanya pernyataan yang bohong,
melainkan harus ada serangkaian kebohongan (samenweefsel
van verdichtselen), serangkaian cerita yang tidak benar, dan
setiap tindakan/sikap yang bersifat menipu.
PENYALAHGUNAAN KEADAAN (UNDUE INFLUENCE)

• Penyalahgunaan Keadaan dalam hukum Indonesia merupakan padanan dari istilah (misbruik
van omstandigheden/undue influence) yaitu Bila kontrak/perjanjian terbentuk atas dasar
ketidakpatutan atau ketidakadilan yang terjadi pada suatu hubungan para pihak yang tidak
seimbang.
• Penyalahgunaan keadaan bertumpu pada 2 hal :
A. Penyalahgunaan karena keunggulan ekonomis dapat terjadi dengan persyaratan dasar satu
pihak harus mempunyai keunggulan ekonomis terhadap yang lain sehingga pihak lain
terpaksa mengadakan perjanjian atau kontrak.
B. penyalahgunaan karena keunggulan kejiwaan dapat terjadi apabila:
(1) Salah satu pihak menyalahgunakan keuntungan relatif, yaitu terdapat hubungan
kepercayaan istimewa, seperti antara orang tua-anak, suami-isteri, dokter-pasien;
(2) Salah satu pihak menyalahgunakan keadaan jiwa yang istimewa dari pihak lawan, yang
dapat disebabkan oleh gangguan jiwa, usia lanjut, tidak berpengalaman, gegabah,
kurang pengetahuan, dan kondisi badan yang tidak baik. Dengan kondisi kejiwaan yang
demikian, pihak yang dirugikan ada dalam keadaan yang sangat mudah dipengaruhi.
• Van der Burght, “Penyalahgunaan keadaan terjadi karena adanya
pengaruh khusus yang berperan pada saat pembuatan persetujuan,
dimana pihak yang dirugikan menanggung beban yang tidak seimbang
dengan yang semestinya yang disebabkan tekanan situasi dan kondisi yang
disalahgunakan oleh pihak lawannya”.
• Penyalahgunaan (keadaan) menjadi faktor yang membatasi atau
mengganggu adanya kehendak yang bebas untuk menentukan
persetujuan antara kedua belah pihak. Penggolongan penyalahgunaan
keadaan tersebut sebagai salah satu bentuk cacat kehendak dalam
kesepakatan.
Putusan Mahkamah Agung No. 3431K/Pdt/1985 dalam kasus Sri Setianingsih
lawan Ny. Boesono dan R. Boesono.

• Dalam kasus ini Sri Setianingsih selaku penggugat telah meminjamkan sejumlah
uang kepada Ny. Boesono dan R. Boesono selaku tergugat dengan syarat bunga
10% per bulan dan buku pembayaran pensiUn diserahkan sebagai jaminan dari
pinjaman tersebut.
• Meskipun dalam putusan Mahkamah Agung tersebut tidak disebutkan secara
eksplisit, bahwa pertimbangannya didasarkan atas penyalahgunaan keadaan,
dikatakan secara tidak langsung peradilan kasasi ini telah menerapkan ajaran
penyalahgunaan keadaan, baik mengenai unsur kerugian (materiil) maupun
mengenai unsur penyalahgunaan kesempatan oleh pihak penggugat.
• bahwa hakim memperhatikan adanya indikasi tertentu yang menjadi dasar bagi
kesimpulan, yaitu telah terjadi penyalahgunaan keadaan yang dimungkinkan
karena adanya ketidakseimbangan dan ketidakserasian kedudukan para pihak.
Ternyata bunga sebesar 10% per bulan, sedang tergugat selaku debitur hanyalah
seorang purnawirawan, di samping itu buku pembayaran pensiun dijadikan
jaminan
Makna Kecakapan
• Pasal 1329 : Pada dasarnya setiap orang yang
sudah dewasa dan sehat pikirannya dianggap
cakap oleh hukum.
• Pasal 1330 menegaskan bahwa orang yang tidak
cakap membuat perjanjian (a contrario) adalah :
a. Orang yang belum dewasa;
b. Mereka yang ditaruh dalam pengampuan; dan
c. Orang-orang perempuan dalam hal-hal yang
ditetapkan oleh undang-undang (SEMA No. 3
Tahun 1963).
Suatu Hal Tertentu
• Adapun yg dimaksud dgn suatu hal atau objek tertentu dalam
Psl 1320 angka 3 KUHPdt adalah Prestasi yg mnjd Pokok
Perjanjian yg bersangkutan.
• Dalam perjanjian hrs dipenuhi mengenai obj tertentu ini. Hal
ini dimaksudkan agar sifat dan luasnya kewajiban para pihak
(prestasi) dapat dilaksanakan oleh para pihak.
• Bahwa “tertentu” tdk hrs dlm artian gramatikal dan sempit
hrs sudah ada ketika kontrak dibuat, adalah dimungkinkan utk
hal atau obj tertentu tsb sekedar ditentukan jenisnya, sdgkan
mengenai jml dpt ditentukan kemudian hari
• Dalam praktik, hal ini sering dilakukan, misal dalam transaksi
berjgka, pembelian melalui sistem panjar (utk hsl pertanian)
dsb
Suatu Hal Tertentu
• Apa yang diperjanjikan akan hak dan kewajiban
kedua belah pihak jika timbul suatu perselisihan.
• Yang diperjanjikan dalam perjanjian harus memenuhi
syarat –syarat berikut :
a. Sudah ada barangnya dan dapat diperdagangkan
(Pasal 1332);
b. Tidak berupa barang milik umum;
c. Dapat ditentukan jenisnya (Pasal 1333).
d. Jumlah tidak perlu disebutkan, asal dikemudian
hari dapat di hitung atau ditetapkan (Pasal 1334).
Isi Perjanjian
• Pasal 1339 menegaskan bahwa “persetujuan tidak hanya
mengikat untuk hal-hal yang secara tegas dinyatakan
didalamnya, tetapi juga untuk segala sesuatu yang menurut
sifat perjanjian, diharuskan oleh kepatutan, kebiasaan dan
undang-undang”.
• Pasal 1347 menegaskan bahwa “hal-hal yang menurut
kebiasaan selamanya diperjanjikan dianggap secara diam-diam
di masukkan di dalam perjanjian meskipun tidak dengan tegas
dinyatakan”.
• Elemen perjanjian meliputi isi perjanjian, kepatutan, kebiasaan,
dan undang-undang
• Menurut Pasal 3 Algemene Bepalingen (AB) menegaskan
bahwa kebiasaan hanya diakui sebagai sumber hukum apabila
ditunjuk oleh undang-undang.
• Pasal 1340 menegaskan :
- Persetujuan-persetujuan hanya berlaku antar pihak-pihak
yang membuatnya.
- Persetujuan-persetujuan itu tidak dapat membawa rugi
kepada pihak-pihak ketiga; tak dapat pihak-pihak ketiga
mendapat karenanya selain dalam hal yang diatur dalam
Pasal 1317.
Suatu Sebab yang Halal
• Berkaitan dengan isi perjanjian.
• Sebab (causa atau oorzaak) bukan dalam makna
alasan orang membuat perjanjian, tetapi berkaitan
dengan tindakan seseorang dalam masyarakat.
• Perjanjian yang dibuat atas dasar causa yang palsu
atau terlarang tidak mempunyai kekuatan (Pasal
1335 ).
• Suatu sebab yang halal (Pasal 1337).
• Sebab terlarang yaitu sesuatu yang dilarang oleh
undang-undang, atau bertentangan dengan
kesusilaan atau ketertiban umum
Suatu Sebab yang Halal
• Causa yg halal (sebab yg diperbolehkan) : Apa yg
hendak dicapai oleh para pihak dlm suatu perjanjian
hrs disertai dg I”tikad baik dan tdk boleh
bertentangan dg ketertiban umum, kesusilaan dan
peraturan perundangan-undangan.
Sistem Terbuka Hukum Perjanjian dalam
KUH Perdata
• Sistem terbuka, artinya memberikan kebebasan kepada para
pihak (dalam hal menentukan isi, bentuk, serta macam
perjanjian) untuk mengadakan perjanjian akan tetapi isinya
selain tidak bertentangan dengan perundang-undangan,
kesusilaan, dan ketertiban umum, juga harus memenuhi
syarat sahnya perjanjian.
• Sistem terbuka juga bermakna bahwa perjanjian-perjanjian
khusus yang diatur dalam KUH Perdata tidak hanya
merupakan perjanjian yang paling terkenal saja (perjanjian
bernama yg diatur dlam KUHPdt) tetapi jg pejj yang
berkembang dalam masyarakat (pjj tdk bernama/innominat)
SISTEM PENGATURAN TERTUTUP (BUKU 2 KUHPdt)
Sistem tertutup artinya orang tidak dapat
mengadakan/membuat hak-hak kebendaan yang baru selain
yang sudah ditetapkan dalam undang-undang. Jadi hak-hak
kebendaan yang diakui itu hanya hal-hak kebendaan yang sudah
diatur oleh undang-undang.
Kita tidak boleh misalnya mengadakan hak milik baru yang tidak
sama dengan hak milik yang sudah diatur oleh undang-undang.
JENIS-JENIS PERJNJIAN
• Perjanjian timbal balik
• Perjanjian Sepihak berdasarkan hak dan kewajiban
• Perjanjian Cuma-Cuma
• Perjanjian atas beban berdsrkn keuntungan yang diperoleh
• Perjanjian bernama
• Perjanjian tidak bernama berdsrkn kuhpdt/DILUAR KUHPDT
• Perjanjian obligatoir
• Perjanjian kebendaan berdasarkan tjn
• Perjanjian ril
• Perjanjian konsensuil
• Perjanjian Formil berdasrkn cara terbntukny/lahirny
• Perjanjian liberatoir
• Perjanjian pembuktian
• Perjanjian untung-untungan
• Perjanjian publik bersifat istimewa
• Perjanjian campuran
Jenis-Jenis Perjanjian
• Perjanjian timbal balik adalah perjanjian yang melahirkan
kewajiban (pokok) bagi kedua belah pihak, seperti jual beli
Pasal 1457 KUHPerdata dan perjanjian sewa
menyewa Pasal 1548 KUHPerdata. Dalam perjanjian
jual beli hak dan kewajiban ada di kedua belah pihak.
Pihak penjual berkewajiban menyerahkan barang
yang dijual dan berhak mendapat pembayaran dan
pihak pembeli berkewajiban membayar dan hak
menerima barangnya
• Perjanjian sepihak yaitu perjanjian yang dibuat
dengan meletakkan kewajiban pada salah satu pihak
saja.
• Dalam hibah ini kewajiban hanya ada pada orang
yang menghibahkan yaitu memberikan barang yang
dihibahkan sedangkan penerima hibah tidak
mempunyai kewajiban apapun. Penerima hibah
hanya berhak menerima barang yang dihibahkan
tanpa berkewajiban apapun kepada orang yang
menghibahkan.
• Perjanjian Cuma-Cuma (Pasal 1314) yaitu perjanjian yang
memberikan keuntungan hanya pada satu pihak saja, seperti hibah.
• Perjanjian atas beban yaitu perjanjian di mana terhadap suatu
prestasi selalu terdapat kontra prestasi, dan antara kedua prestasi itu
ada hubungannya menurut hukum (dua pihak dalam memberikan
prestasi tidak imbang). Seperti perjanjian penitipan (parkir), pjj pjm
pakai
Ex : Perjanjian pinjam pakai (Psl 1740 KUHPdt)----> debitur
mempunyai beban untuk mengembalikan barang, sedangkan
kreditur tidak.
• Perjanjian bernama (benoemde) yaitu perjanjian yang
mempunyai nama dan diatur tersendiri dalam KUH Perdata
(Jumlah perjanjian ini terbatas dengan nama yang
disesuaikan dengan kebutuhan pihak- pihak yang
mengadakannya). misalnya jual beli, sewa menyewa,
tukar menukar, pertanggungan.
• Perjanjian tidak bernama (onbenoemde) yaitu perjanjian
yang tidak diatur dalam KUH perdata, tetapi ada dalam
masyarakat, seperti perjanjian kerjasama, pemasaran dll.
• Perjanjian obligatoir yaitu perjanjian di mana para pihak
sepakat mengikatkan diri untuk melakukan penyerahan
suatu benda kepada kepada pihak lain, seperti perjanjian
jual beli (baru kesepakatan) di mana harus diikuti oleh
penyerahan (levering). (dilap hrta kekayaan)/pjj yg
menimbulkan kwjiban
• Perjanjian kebendaan (zakelijk) yaitu perjanjian dengan
mana seorang menyerahkan haknya atas suatu benda
kepada pihak lain yang membebankannya kewajiban
(oblige) untuk menyerahkan benda tersebut kepada pihak
lain (levering, transfer) dengan kata lain perjanjian untuk
memindahkan hak milik dalam perjanjian jual beli.
Perjanjian kebendaan ini sebagai pelaksanaan
perjanjian obligatoir.
• Perjanjian konsensuil yaitu perjanjian di mana di antara kedua belah
pihak telah tercapai persetujuan kehendak untuk mengadakan
perikatan (perjanjian yang mengikat sejak tercapainya detik
kesepakatan)
• Perjanjian riel yaitu perjanjian yang berkaitan dengan penyerahan
obyek yang diperjanjikan (perjanjian yg mengikat dsertai tindakan
nyata) seperti perjanjian penitipan, pinjam pakai, menyewa
kendaraan dll.
• Perjanjian Formil yaitu Perjanjian formal adalah Perjanjian yang
terikat pada bentuk tertentu, jadi bentuknya harus sesuai
dengan ketentuan-ketentuan yang berlaku. Jika bentuk
perjanjian tersebut tidak sesuai dengan ketentuan, maka
perjanjian tersebut tidak sah. Misalnya jual beli tanah harus
dengan akta PPAT, pendirian Perseroan Terbatas harus dengan
akta Notaris.
• Perjanjian liberatoir yaitu perjanjian di mana para
pihak membebaskan diri dari kewajiban yang ada,
seperti : pembebasan utang. (Pasal 1438 kuhpdt)
• Perjanjian pembuktian (bewijs overeenkomst) yaitu
di mana para pihak menentukan pembuktian
apakah yang berlaku diantara mereka.
• Perjanjian untung-untungan yaitu perjanjian yang obyeknya
ditentukan kemudian hari, (perjanjian yang pemenuhan
prestasinya digantungkan pada kejadian yang belum tentu
terjadi) seperti perjanjian asuransi (Pasal 1774).
• Perjanjian publik yaitu perjanjian yang sebagian atau seluruhnya
dikuasai oleh publik (perjanjian yang sebagian atau seluruhnya
dikuasai oleh hukum publik karena salah satu pihak bertindak
sebagai Penguasa) ( Dalam hal ini berlaku kedudukan subordinated
dan tidak berlaku co-ordinated,) seperti perjanjian ikatan dinas, dll.
• Perjanjian campuran (contractus sui generis) yaitu perjanjian yang
mengandung berbagai unsur perjanjian, seperti pemilik hotel
menyewakan kamar, akan tetapi juga meliputi makan, titipan dll.
Terdapat dua paham :
a. Contractus kombinasi yaitu penerapan perjanjian khusus
secara analogis.
b. Theory absorbsi yaitu ketentuan yang dipakai adalah
ketentuan dari perjanjian yang paling menentukan
TEORI-TEORI PERJANJIAN
• Teori penawaran dan penerimaan
• Teori kehendak (wills theorie)
• Teori pengiriman (verzendings theorie)
• Teori pengetahuan (vernemings theorie)
• Teori kepercayaan (vertrouwenstheorie)
• Teori kotak pos (mail box theorie)
• Teori ucapan(Uiting Theorie)
• Teori dugaan
DEFINISI TEORI

 J.J.H. Bruggink “Teori adalah proses atau aktivitas dan sebagai produk atau hasil
aktivitas itu, dan hasil itu terdiri atas keseluruhan pernyataan yang saling berkaitan
tentang suatu objek tertentu.
 Jan Gijsells dan Mark Van Hocke “Teori adalah Sebuah sistem pernyataan –
pernyataan (klaim-klaim), pandangan-pandangan dan pengertian-pengertian yang
saling berkaitan secara logikal berkenaan dengan suatu bidang kenyataan yang
dirumuskan sedemikian rupa sehingga menjadi mungkin untuk menjabarkan
(menurunkan) hipotesis-hipotesis yang dapat diuji.
 Labovitz dan Hagedorn mendefinisikan teori sebagai ide pemikiran “pemikiran
teoritis” yang mereka definisikan sebagai “menentukan” bagaimana dan mengapa
variable-variabel dan pernyataan hubungan dapat saling berhubungan.
 Teori dalam ilmu pengetahuan berarti model atau kerangka pikiran yang
menjelaskan fenomena alami atau fenomena sosial tertentu.
Teori hukum merupakan suatu disiplin ilmu pengetahuan yang mempelajari esensi
hukum.
MANFAAT TEORI DALAM ILMU HUKUM

• Manfaat Teoritis “Teori” Dalam Ilmu Hukum :


sebagai alat atau instrumen dalam
menganalisis dan mengkaji penelitian-
penelitian hukum yang akan dikembangkan.
• Manfaat Praktis “Teori” Dalam Ilmu Hukum :
sebagai alat atau instrumen dalam
menganalisis dan mengkaji fenomena yg
timbul/berkembang dalam masyarakat,
bangsa dan negara.
TEORI-TEORI KONTRAK
• Teori Penawaran dan penerimaan (offer and acceptance)
Yang merupakan teori dasar dari adanya kesepakatan
kehendak adalah teori “penawaran dan penerimaan”.
Yang dimaksudkan adalah bahwa pada prinsipnya suatu
kesepakatan kehendak baru terjadi setelah adanya
penawaran (offer) dari salah satu pihak dan diikuti
dengan penerimaan (acceptance) oleh pihak lain dalam
kontrak /pjj tersebut.
• Teori Kehendak (wilstheorie)
Teori ini mengajarkan bahwa kesepakatan terjadi
pada saat kehendak pihak penerima dinyatakan (pjj
itu tjd apabila ada persesuaian antara kehendak
dengan pernyataan).misalnya dengan menuliskan
surat.
• Teori Pengiriman (verzend theorie) Menurut teori pengiriman ini, suatu
kesepakatan terjadi pada saat kehendak yang dinyatakan itu dikirim
oleh pihak yang menerima tawaran. Dengan kata lain suatu kata
sepakat terbentuk pada saat dikirimnya surat jawaban oleh
pihak yang kepadanya telah ditawarkan suatu kontrak, karena
sejak saat pengiriman tersebut, si pengirim jawaban telah
kehilangan kekuasaan atas surat yang dikirimnya itu (ex: tgl/cap
pos dpt dijadikan patokan).
• Teori pengetahuan (vernemings theorie)
Yang dimaksud dengan pengetahuan dalam teori ini adalah
pengetahuan dari pihak yang menawarkan. Jadi menurut teori ini
suatu kata sepakat dianggap telah terbentuk pada saat orang yang
menawarkan tersebut mengetahui bahwa penawarannya itu telah
disetujui oleh pihak lainnya. Jadi teori ini pada hakikatnya
mengajarkan bahwa pihak yang menawarkan seharusnya
sudah mengetahui bahwa tawarannya diterima.
• Teori kepercayaan (vertrouwens theorie)
Mengajarkan bahwa kesepakatan itu terjadi pada saat pernyataan
kehendak dianggap layak (secara objektif) diterima oleh pihak yang
menawarkan. Pedoman teori ini adalah pernyataan seseorang,
tetapi dengan batasan yang secara objektif dapat dipercaya.
• Teori kotak pos (mail box theorie)
Menurut teori ini suatu penerimaan tawaran dari suatu kontrak
sehingga kontrak dianggap mulai terjadi, adalah pada saat surat
jawaban yang berisikan penerimaan tersebut dimasukkan dalam
kotak pos.
• Teori ucapan (uiting theorie)
Menurut teori ini bahwa kesepakatan (toesteming) terjadi pada
saat pihak yang menerima penawaran itu menyatakan
(mengucapkan) bahwa ia menerima penawaran itu.
• Teori Dugaan
Teori ini bersifat subjektif ini antara lain dianut oleh Pitlo. Menurut
teori ini saat tercapainya kata sepakat sehingga saat itu juga
dianggap sebagai saat terjadinya suatu kontrak adalah pada saat
pihak yang menerima tawaran telah mengirim surat jawaban dan dia
secara patut dapat menduga bahwa pihak lainnya (pihak yang
menawarkan) telah mengetahui isi surat itu.
Asas –asas Perjanjian
DEFINSI ASAS :
• Asas hukum adalah norma dasar yang dijabarkan dari hukum positif (norma dasar
terbentuknya suatu peraturan hukum yang dimana asas hukum tersebut terjabarkan
dalam peraturan hukum tersebut)
• Asas hukum tidak boleh dianggap sebagai norma hukum yang kongkret, tetapi dijadikan
sebagai dasar-dasar umum atau petunjuk yang berlaku.
• Asas hukum lebih bersifat latar belakang dari peraturan yang konkret dan bersifat umum
atau abstrak.
• Dengan demikian, Asas hukum adalah pikiran dasar yang umum dan abstrak atau
merupakan latar belakang peraturan konkrit yang terdapat dalam setiap sistem
hukum yang terjelma dalam peraturan perundang-undangan dan putusan hakim
yang merupakan hukum positif dan dapat diketemukan dengan mencari sifat-sifat
atau ciri -ciri yang umum dalam peraturan konkrit tersebut.
CIRI-CIRI ASAS
Bersifat Abstrak,

merupakan suatu persangkaan (presumption), yang tidak menggambarkan suatu kenyataan, tetapi
suatu ideal atau harapan.

Bersifat Universal,

Berlaku kapan saja dan dimana saja, tidak terpengaruh waktu dan tempat.

Bersifat Umum,

Tidak hanya berlaku bagi satu peristiwa khusus tertentu saja. Oleh karena bersifat umum, maka
asas hukum itu membuka kemungkinan penyimpangan-penyimpangan atau pengecualian-
pengecualian.

Bersifat Dinamis,

Berkembang mengikuti kaedah hukumnya, sedangkan kaedah hukum akan berubah mengikuti
perkembangan masyarakat.
Asas-asas Perjanjian
• Asas Pacta sunt Servanda (Psl 1338) yaitu perjanjian
yang dibuat secara sah berlaku sebagai UU bagi mereka
yang membuatnya, sehingga perjanjian tidak dapat ditarik
kembali secara sepihak.
• Asas Kebebasan Berkontrak atau asas otonomi (partij
otonomi, contract vrijheid, freedom of contract).
- Asas ini paling esensial dan bersifat universal dari suatu
perjanjian dan berkaitan dengan isi perjanjian yang
didasarkan pada theory laissez fair.
- Dalam perkembangannya asas ini semakin mengerucut
dilihat dari segi kepentingan umum, perjanjian standar, dan
perjanjian dengan pemerintah.
- Asas Kebebasan Berkontrak (Freedom of Contract) meliputi :
1. Kebebasan untuk membuat perjanjian yang meliputi:
2. Kebebasan untuk menentukan kehendak untuk menutup
atau tidak menutup perjanjian.
3. Kebebasan untuk memilih dengan pihak mana akan
ditutup suatu perjanjian;
4. Kebebasan untuk menetapkan isi perjanjian;
5. Kebebasan untuk menetapkan bentuk perjanjian;
6. Kebebasan untuk menetapkan cara penutupan perjanjian.
- Asas ini tercantum di dalam pasal 1338 KUHPerdata.
• Asas konsensualisme yaitu asas yang mendasari lahirnya
suatu perjanjian didasarkan atas kehendak (will). Asas ini
terdapat dalam pasal 1320 dan 1338 dan berkaitan dengan
contrat vrijheid.
• Asas kepercayaan (vertrouwensbeginsel) yang terlihat
dari prestasi dari suatu perjanjian dikemudian hari dan
sekaligus asas ini sebagai dasar dari asas pacta sun
servanda.
• Asas kekuatan mengikat tidak semata-mata terbatas dari
apa yang diperjanjikan, tetapi meliputi unsur-unsur lain
sepanjang dikehendaki oleh kebiasaan, kepatutan, dan
moral.
• Asas persamaan hukum sebagai dasar persamaan
derajat (non discriminative).
• Asas keseimbangan berkaitan dengan prestasi yang
harus dilaksanakan oleh para pihak (hak dan kewajiban).
Asas ini kelanjutan dari asas persamaan hukum.
• Asas kepastian hukum yang terlihat dari kekuatan
mengikat dari perjanjian sebagai UU bagi para pihak.
• Asas moral terlihat dari perikatan wajar yang berkaitan
dengan perbuatan sukarela (zaakwarneming) yang
berdampak pada kewajiban (hukum) meneruskan
perbuatan tersebut (Pasal 1339).
• Asas kepatutan yang berkaitan dengan isi perjanjian yang
didasarkan atas rasa keadilan dalam masyarakat.
• Asas Itikad Baik (Good Faith)
a. Prof. Subekti, SH merumuskan bahwa “Itikad baik
diwaktu membuat suatu perjanjian berarti kejujuran.
Orang yang beritikad baik menaruh kepercayaan
sepenuhnya kepada pihak lawan, yang dianggapnya
jujur dan tidak menyembunyikan sesuatu yang buruk
yang dikemudian hari dapat menimbulkan kesulitan-
kesulitan”.
b. Pasal 1338 ayat (3) KUHPerdata menegaskan
“Perjanjian-perjanjian harus dilaksanakan dengan
itikad baik”
c. Terlihat dari sikap batin yang meliputi kejujuran,
keterbukaan, keikhalasan, dan kesungguhan.
Berakhirnya Perjanjian
• Berakhirnya perjanjian berbeda dengan
berakhirnya suatu perikatan.
• Suatu perikatan dapat hapus sementara
perjanjian yang menjadi sumbernya masih
tetap ada.
• Suatu perjanjian baru akan berakhir apabila
segala perikatan yang timbul dari perjanjian
tersebut telah hapus seluruhnya.
• Berakhirnya perikatan tidak dengan sendirinya
mengakibatkan berakhirnya perjanjian,
sedangkan berakhirnya perjanjian dengan
sendirinya mengakibatkan berakhirnya
perikatan.
• Dengan berakhirnya suatu perjanjian maka
perikatan-perikatan yang terdapat di dalam
perjanjian tersebut secara otomatis menjadi
hapus.
Cara-cara Berakhirnya Perjanjian
Ada beberapa hal yang mengakibatkan
berakhirnya perjanjian, yaitu:
1. Ditentukan dalam perjanjian oleh para pihak.
Suatu perjanjian berakhir pada saat yang telah
ditentukan oleh para pihak dalam perjanjian.
2. Batas berlakunya suatu perjanjian ditentukan oleh
undang-undang, misalnya dalam Pasal 1066 KUH
Perdata bahwa para ahli waris dapat mengadakan
perjanjian untuk tidak melakukan pemecahan harta
selama jangka waktu tertentu, yaitu hanya mengikat
selama lima tahun
3. Perjanjian menjadi hapus dengan terjadinya suatu
peristiwa baik yang ditentukan oleh para pihak maupun
undang-undang, misalnya:
a. Pasal 1603 KUH Perdata menentukan bahwa
perjanjian kerja berakhir dengan meninggalnya si
buruh.
b. Pasal 1646 KUH Perdata menentukan salah satu
sebab berakhirnya suatu persekutuan adalah:
• dengan musnahnya barang atau diselesaikannya
perbuatan yang menjadi pokok persekutuan;
• jika salah seorang sekutu meninggal atau
ditaruh di bawah pengampuan, atau dinyatakan
pailit.
4. Pernyataan menghentikan perjanjian baik oleh
kedua belah pihak maupun oleh salah satu pihak
(Opzegging). Hanya dapat dilakukan pada
perjanjian yang bersifat sementara, misalnya dalam
Pasal 1603 ayat (1) ditentukan bahwa para pihak
dapat mengakhiri perjanjian kerja jika diperjanjikan
suatu waktu percobaan atau pada perjanjian sewa-
menyewa.
5. Adanya putusan hakim, Misalnya dalam suatu
perjanjian sewa-menyewa rumah tidak ditentukan
kapan berakhirnya, maka untuk mengakhiri
perjanjian ini dapat dilakukan dengan putusan
Pengadilan Negeri.
6. Apabila tujuan perjanjian telah tercapai. Dengan
dicapainya tujuan perjanjian, maka perjanjian itu
akan berakhir. Misalnya dalam perjanjian jual beli
televisi, setelah televisi diserahkan oleh penjual
dan pembeli telah membayar harganya, maka
perjanjian itupun berakhir.
7. Dengan adanya perjanjian para pihak (Heroping).
Pasal 1338 ayat (2) KUH Perdata memberi
kemungkinan berakhirnya suatu perjanjian
dengan adanya kesepakatan antara kedua belah
pihak.
UNSUR-UNSUR PERJANJIAN
1. Unsur Esensialia (Essential Elements)
 Sesuatu yang mesti ada dalam suatu kontrak dan
merupakan hal pokok sebagai syarat yang tidak
boleh tidak ada dalam suatu kontrak.
 Jika unsur esensialia tidak ada dalam suatu kontrak,
maka kontrak tersebut tidak sah dan tidak mengikat
No Jenis Perjanjian Unsur Esensialia
para pihak yang membuat perjanjian tersebut.
1 Perj. Jual-Beli Harga dan barang
2 Perj. Sewa-Menyewa Barang dan harga sewanya
3 Perj. Kontrak Kerja Obyek pekerjaan dan biayanya
2. Unsur Naturalia (Naturalia Elements);
Ketentuan hukum umum suatu perjanjian dan merupakan
syarat yang biasa dicantumkan dalam perjanjian.
Tanpa mencantumkan syarat tersebut, unsur ini dianggap
ada dan perjanjian tetap sah serta mengikat para pihak,
kecuali dinyatakan sebaliknya. Misalnya, dalam perjanjian
jual-beli, tidak diatur mengenai siapa yang membayar
biaya balik nama, maka yang berlaku ketentuan dalam
undang-undang, yaitu segala biaya akta jual beli dan
biaya tambahan lain dipikul oleh si pembeli (Pasal 1466
KUH Perdata).
Ketentuan ini berkaitan dengan cara pembayaran, waktu
dan tempat penyerahan, biaya angkutan dan biaya
pemasangan, dll.
3. Unsur Aksidentalia (Accidental Elements).
 Berbagai hal khusus (particular) yang dinyatakan dalam
perjanjian yang disetujui oleh para pihak. Keberadaan
unsur accidentalia tergantung pada keinginan para pihak
berdasarkan asas kebebasan berkontrak. (syarat khusus
yang ditentukan oleh para pihak sesuai kehendaknya)
 Contoh : mengenai pilihan domisili, pilihan hukum, cara
penyerahan barang.
ACTIO PAULIANA
• Perusahaan, dalam rangka pengembangan usahanya dimungkinkan mempunyai utang.
Perusahaan yang mempunyai utang bukanlah merupakan suatu hal yang buruk, asalkan
perusahaan itu masih dapat membayar kembali. Perusahaan yang seperti ini biasanya disebut
sebagai perusahaan yang solvabel, artinya perusahaan yang mampu membayar utangnya.

• Permasalahan akan timbul apabila debitor mengalami kesulitan untuk mengembalikan


utangnya tersebut. Dengan kata lain, debitor berhenti membayar utangnya, keadaan berhenti
membayar utang dapat terjadi karena tidak mampu membayar, atau tidak mau membayar.

• Suatu perusahaan yang sudah tidak mampu membayar utang-utangnya lagi disebut
insolvable, artinya tidak mampu membayar. Keadaan yang demikian ini banyak muncul
pelanggaran terhadap kewajiban pembayaran utang kepada Kreditor-kreditornya. Pada saat
terjadi hal yang demikian, diperlukan peranan hukum kepailitan untuk menyelesaikan
permasalahan tersebut baik melalui proses penundaan kewajiban pembayaran utang oleh
pihak Debitor kepada Kreditor maupun dengan jalan Debitor dipailitkan.
• T ujuan utama kepailitan adalah untuk melakukan pembagian antara para Kreditor
atas kekayaan Debitor oleh Kurator. Kepailitan tersebut dimaksudkan untuk
menghindari terjadinya sitaan terpisah atau eksekusi terpisah oleh Kreditor dan
menggantikannya dengan mengadakan sitaan bersama sehingga kekayaan Debitor
dapat dibagikan kepada semua Kreditor sesuai dengan hak masing-masing karena
kepailitan ada untuk menjamin para Kreditor memperoleh hak-haknya atas harta
Debitor Pailit.

• Debitor mungkin dapat melakukan suatu tindakan yang meniadakan arti Pasal
1131 KUHPerdata, yaitu Debitor yang merasa akan dinyatakan pailit melakukan
tindakan hukum untuk memindahkan hak atas sebagian kekayaannya atau secara
lain merugikan Kreditornya.

• Undang-Undang telah mengatur bagaimana cara untuk melindungi Kreditor dari


tindakan hukum Debitor yang merugikan Kreditor. Istilah yang dimaksud sebagai
perlindungan Kreditor adalah actio pauliana yang diatur dalam Pasal 1341
KUHPerdata, sedangkan peraturan umum yang mengatur actio pauliana untuk
kepailitan terdapat dalam Pasal 41 sampai dengan Pasal 50 Undang-Undang
Nomor 37 Tahun 2004.
ACTIO PAULIANA
• Actio Pauliana yaitu hak kreditur untuk membatalkan perjanjian yang
diadakan debiturnya dengan pihak ketiga sepanjang merugikan
kepentingannya (Pasal 1341 kuhpdt).
• Actio pauliana adalah upaya hukum untuk membatalkan
transaksi yang dilakukan oleh debitur untuk kepentingan
debitur tersebut yang dapat merugikan kepentingan para
krediturnya. Tindakan ini diatur dalam pasal 41 ayat (1) dan
ayat (2) UU No. 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (“UUK”).
• Secara khusus Actio Pauliana diatur dalam pasal 41
ayat (1) dan ayat (2) UU No. 37 Tahun 2004 tentang
Kepailitan dan Penundaan Kewajiban Pembayaran
Utang (“UUK”).
• Untuk kepentingan harta pailit, kepada Pengadilan
dapat dimintakan pembatalan segala perbuatan
hukum Debitor yang telah dinyatakan pailit yang
merugikan kepentingan Kreditor, yang dilakukan
sebelum putusan pernyataan pailit diucapkan

Anda mungkin juga menyukai