Anda di halaman 1dari 13

Jurnal Spektrum Hukum, Vol. 13/No.

2/Oktober 2016

URGENSI HERMENEUTIKA DALAM HUKUM KONTRAK


Oleh
Sigit Irianto
Fakultas Hukum UNTAG Semarang

ABSTRAK

Hermeneutika merupakan istilah yang terbuka, artinya tidak hanya dipakai untuk
memahami dan mempelajari serta menginterpretasikan hukum saja, tetapi juga dipakai
untuk ilmu-ilmu lain, seperti kedokteran, ekonomi, psikologi, antropologi, dan lain-lain.
Hermeneutika merupakan metode penafsiran yang didalamnya mengandung dua
pengertian yaitu interpretasi dan konstruksi. Metode interpretasi dipergunakan apabila
peraturan perundang-undangannya tidak jelas, dan metode interpretasi ini disebut juga
hermeneutika yuridis atau metode yuridis. Metode konstruksi hukum dipergunakan
apabila peraturannya tidak ada, sehingga terjadi kekosongan hukum (rechts vacuum) atau
kekosongan undang-undang (wet vacuum). Hermeneutika merupakan metode penafsiran
yang mempunyai peranan penting dalam memahami suatu kontrak. Hermeneutika
merupakan cara untuk dapat memahami makna kata-kata yang terdapat dalam pengertian
hukum perjanjian. Berdasarkan Pasal 1342 KUHPerdata, suatu kontrak yang sudah jelas
tidak boleh ditafsirkan. Penafsiran dalam suatu kontrak diperlukan karena substansi
kontrak yang disusun seringkali tidak jelas, baik yang tersurat maupun yang tersirat.
Makna yang terkandung dalam hermeneutika hukum adalah untuk mengungkapkan,
menjelaskan dan menterjemahkan kontrak, sehingga apa yang dikehendaki oleh salah
satu pihak dapat dipahami oleh pihak lawan. Hermeneutika dalam hukum kontak
didasarkan pada asas-asas hukum, yaitu asas kebebasan berkontrak, asas kesepakatan dan
asas kekuatan mengikatnya perjanjian.

Kata Kunci: Hermeneutika, hukum kontrak, makna, asas-asas hukum.

ABSTRACT

Hermeneutics is an open term meaning that it is not only used to understand, study,
and interpret law, but it is also applied to other sciences, such as medicine, economics,
psychology, anthropology, and others. Hermeneutics is a method of interpretation that
contain two terms; interpretation and construction. Interpretation method is used when
laws and regulations are not clear, and it is also called juridical hermeneutic or juridical
methods. Legal construction method is used when the rule of law does not exist so that a
legal vacuum (rechts vacuum) or vacuum of law (wet vacuum) occurs. Hermeneutics is a
method of interpretation which has an important role in understanding a contract.
Hermeneutics is a way to be able to understand the meaning of the words contained in the
sense of legal agreement. Based on Article 1342 of the Civil Code, a clear contract must
not be interpreted. The interpretation of a contract is needed because the substance of a
contract made is often unclear, either expressed or implied. The meaning contained in
legal hermeneutics is to reveal, explain and interpret a contract so that what is wanted by
either party can be understood by the other party. Hermeneutics in contract law is based
on the principles of law, i.e.: the principle offreedom of contract, the principle of
agreement and the principle of the binding force of an agreement.

181
Jurnal Spektrum Hukum, Vol. 13/No. 2/Oktober 2016

Keywords: Hermeneutics, contract law, meaning, the principles of law.

A. Pendahuluan apa yang dimaksud pihak yang satu


Pengembaraan untuk memahami ditafsirkan lain oleh pihak lawan.
apa hukum itu merupakan sesuatu yang Pemahaman itu harusnya sesuai dengan
dapat dimaknai dengan upaya untuk apa yang dimaksud dalam hukum
memahami secara utuh dan mendalam tersebut, oleh sebab itu hukum
tentang hukum dan mampu menangkap perjanjian membutuhkan penafsiran
apa makna hukum itu. Pemaknaan dan sehingga jelas makna dan maksudnya.
kemudian memunculkan pemahaman Hermeneutika merupakan cara untuk
yang berbeda membutuhkan suatu cara dapat memahami makna kata-kata yang
untuk dapat dipakai dalam memahami terdapat dalam pengertian hukum
hukum. Pemaknaan dan pemahaman perjanjian.
hukum tidak lepas dari permainan Perjanjian/ kontrak yang disusun
bahasa yang seringkah membuat orang secara cermat, sistematis dan jelas dan
memaknai dan memahami sesuatu sesuai dengan maksud dan tujuan
secara berbeda. Hal ini akan sangat besar dibuatnya kontrak, sebenarnya tidak
kemungkinannya terjadi apabila apa memerlukan penafsiran apapun,
yang diungkapkan itu tidak jelas, perbolehkan ditafsirkan, namun yang
sehingga menimbulkan pemaknaan dan seringkah terjadi justru sebaliknya.
pemahaman yang berbeda-beda. Kontrak yang disusun seringkali tidak
Hukum perjanjian/ kontrak yang jelas, baik yang tersurat maupun yang
merupakan hubungan hukum antara dua tersirat dalam substansi kontrak tersebut.
orang atau lebih yang saling Kontrak dapat tertulis secara terurai
mengikatkan diri untuk menimbulkan panjang lebar, atau singkat dan padat
akibat hukum seringkah memunculkan atau bahkan dengan isyarat saja sudah
pemahaman yang berbeda-beda, karena mengandung unsur kontrak dan dapat
ketidakjelasan perjanjian tersebut, menyebabkan sahnya kontrak. Kontrak
meskipun untuk terjadinya perjanjian yang tidak jelas dapat mengandung
dapat dilakukan dengan berbagai cara, makna yang berbeda-beda sesuai
misalnya dengan diam, isyarat atau dengan kehendak pihak yang
dengan cara yang lain. Munculnya menafsirkannya.
pemahaman yang berbeda-beda karena

182
Jurnal Spektrum Hukum, Vol. 13/No. 2/Oktober 2016

Pasal 1342 KUHPerdata kontrak bias terjadi pada kontrak yang


menegaskan bahwa: berbentuk tertulis ataupun lisan ataupun
Jika kata-kata dalam suatu kontrak dalam bentuk-bentuk yang lain.
sudah jelas, maka tidak lagi
diperkenankan untuk C. Pembahasan
menyimpang daripadanya dengan Pengertian Hermeneutika
jalan penafsiran. Akar kata hermeneutika berasal
dari istilah Yunani yaitu dari kata kerja
Pasal 1342 KUHPerdata hermeneuein yang berarti menafsirkan
menegaskan bahwa penafsiran tidak dan kata benda hermeneia,
1
diperlukan apabila kontrak yang disusun interpretasi. Secara sederhana
itu sudah jelas, tidak mendua arti, dapat hermeneutika dipergunakan dalam ilmu
dipahami para pihak, maka penafsiran hukum untuk memahami teks dan
kontrak tidak diperlukan. Pasal ini konteks hukum, baik yang terdapat
mengisyaratkan adanya kontrak yang dalam peraturan perundang-undangan
jelas, namun kenyataan yang muncul, maupun dalam bidang doktrin, naskah
kontrak banyak dibuat secara tidak jelas, kontrak maupun naskah-naskah hukum
sehingga diperlukanpenafsiran. lainnya. Pemahaman ini juga dibutuhkan
dalam memahami nilai-nilai hukum
B. Permasalahan yang berkembang di masyarakat, karena
Penafsiran atau hermeneutika dibutuhkan pengungkapan makna dan
atau interpretasi kontrak adalah suatu menjadi pesan untuk disampaikan pada
metode yang dipergunakan untuk orang lain serta apa yang ada dibalik
memberikan kejelasan / arti yang nilai-nilai hukum tersebut.
sebenarnya yang terkandung dalam Penggunaan hermeneutika pada
kontrak. Suatu kontrak mengandung abad ke-17, banyak di bidang teologi
syarat sahnya, asas-asas, unsur-unsur dan sastra. Selanjutnya hermeneutika
dan akibat hukumnya, sehingga
1
diperlukan pemahaman yang sama bagi Palmer, E.Richard. 1969, Hermeneutics
Interpretation theory in Scheirmacher, Dilthey,
para pihak untuk kontrak yang Heidegger, and
Gadamer, Northwestern Univercity Press, Evanston,
disepakati bersama, namun bentuknya ditetjemahkan oleh Musnur Hery &
Damanhuri
tidak harus tertulis. Penafsiran terhadap Muhammed, 2005, Hermeneutika Teori Baru
Mengenai Interpretasi, Pustaka Pelajar,
Yogyakarta,hlm.14

183
Jurnal Spektrum Hukum, Vol. 13/No. 2/Oktober 2016

banyak dipergunakan dalam dan politik jelas terarah pada kelompok


bidang-bidang humaniora, dan salah tertentu tanda-tanda manusia. Kelompok
satunya adalah untuk mengkaji ilmu tanda ini terpampang dalam satu wilayah
hukum. Hermeneutika merupakan istilah yang amat luas, termasuk perbuatan,
yang terbuka, artinya tidak hanya gerak gerik tubuh, telegraf, monumen,
dipakai untuk memahami dan patung-patung dari berbagai jenis,
mempelajari serta menginterpretasikan tanda-tanda gambar dan huruf gambar,
hukum saja, tetapi juga dipakai untuk cap diatas mata uang, segel,
ilmu-ilmu lain, seperti kedokteran, rambu-rambu, lencana, aba-aba,
ekonomi, psikologi, antropologi, dan suara-suara tuturan atau
lain-lain. penggambarannya, yaitu karakteristik
Hermeneutika menurut Lieber fonetik diatas bebatuan, kayu, daun dan
merupakan cabang ilmu pengetahuan sebagainya, tanda titik atau kata-kata
yang membahas prinsip-prinsip dan tunggal.4
aturan interpretasi dan konstruksi. Menurut Gadamer, bahwa
2
Lieber menegaskan bahwa penafsiran inteipretasi bukanlah tindakan tambahan
umumnya meliputi segala cabang (ilmu yang muncul secara berkala sesudah
pengetahuan) dimana tindakan kita terjadi pemahaman, sebaliknya
terhubung secara cermat dengan makna interpretasi merupakan bentuk eksplisit
kata-kata dan mengatur tindakan sesuai pemahaman.5 Hermeneulika merupakan
dengan semangat dan kandungannya bagian penting dalam mengkaji ilmu
3
yang sebenarnya. Hermeneutika hukum, termasuk didalamnya hukum
menyediakan aturan-aturan dan prinsip- perjanjian. Hermeneutika tidak dapat
prinsip untuk memahami segala hal yang dilepaskan dari tujuan untuk
mengandung arti, khususnya memperoleh kejelasan dari makna yang
tanda-tanda dan penggunaannya. terkandung dalam hukum perjanjian.
Meskipun bisa jadi juga ada tanda-tanda Makna tidak sekedar apa yang
ketuhanan, namun hermeneutika hukum terkandung dalam teks dan konteksnya
tetapi juga apa yang dapat ditangkap
2 oleh setiap orang, sehingga apa yang
Levth, George, 1992, Legal Hermeneutics,
University of California Press, California,
diterjemahkan oleh M. Khozim, 2005,
Hermeneutika Hukum, Nusa Media,
4
Bandung, Ibid,hlm.128.
3 5
Loc cit. Op cit.hlm.6

184
Jurnal Spektrum Hukum, Vol. 13/No. 2/Oktober 2016

menjadi tujuan hukum agar dapat mengalahkan hukum yang terdahulu)


dipahami oleh setiap warga masyarakat . dan asas lex superior derogat legi
Hermeneutika selain diartikan inferiori (UU yang lebih tinggi
dengan interpretasi, juga dapat diartikan/ mengalahkan UU yang lebih rendah).
diistilahkan dengan metode konstruksi. Jika norma hukum yg kabur, maka
Sistem hukum Eropa Kontinental tidak berpegang pada metode hermeneutika.
memisahkan secara tegas antara metode Sistem hukum Anglo Saxon
interpretasi dengan metode konstruksi, berpikir secara induktif yaitu dari
sementara pada negara dengan sistem peristiwa khusus yang satu menuju
hukum Anglo Saxon membuat peristiwa khusus yang lain, kemudian
pemisahan secara tegas antara metode sampai pada kesimpulan. Contoh logika
6
interpretasi dan metode konstruksi. induksi dalam hukum adalah
Sistem hukum Eropa Kontinental penanganan perkara di pengadilan.
menggunakan metode deduktif, yaitu Pertama-tama merupakan fakta,
berangkat dari peristiwa umum (yang selanjutnya mencari hubungan sebab
berangkat dari peraturan akibat, selanjutnya mereka-reka
perundang-undangan) menuju peristiwa probabilitas. Hubungan kausal
yang khusus (yaitu kasus yang dihadapi tergantung pada perkara apa yang
kemudian diambil putusannya). Berawal ditangani, karena tidak semua jenis
dari identifikasi peraturan hukum, hukum cocok untuk diterapkan.
seringkali dijumpai adanya: Lieber7memberikan pemikirannya
1. Kekosongan hukum; tentang prinsip-prinsip interpretasi dan
2. Konflik norma hukum; konstruksi. Interpretasi diartikan sebagai
3. Norma hukum yang kabur. upaya menemukan makna yang
Dalam menghadapi kokosongan sebenarnya dari tanda-tanda apapun
hukum, berpegang pada asas ius curia yang digunakan untuk menyampaikan
novit (hakim dianggap tahu hukum), tdk ide-ide. Makna yang sebenarnya dari
boleh menolak menangani perkara tanda tersebut adalah makna yamg
Dalam konflik hukum, berpegang pada memang dikehendaki untuk
asas lex posterior derogat legi
7
priori(hukum yang belakangan James, Faar, 1992,Amerikanisasi Hermeneutika:
legal, and Political
HermeneuticsKaryaFrancis Lieber,
dalam Legal Hermeneutics, University of
6
Ibid,hlm.164 California Press, California.hlm.141-145

185
Jurnal Spektrum Hukum, Vol. 13/No. 2/Oktober 2016

diekspresikan oleh orang yang hal untuk menjelaskan yaitu penjelasan


menggunakan tanda itu. umum dan pasal demi pasal.
Ada tiga bentuk makna dasar dari Penjelasan umum dan pasal demi
hermeneuein, yaitu: pasal dalam suatu undang-undang
1. mengungkapkan kata-kata, tujuannya adalah untuk memperjelas dan
misalnya to say; mengungkapkan apa yang dimaksud
2. menjelaskan, seperti dalam maksud dan tujuan serta apa yang
menjelaskan sebuah situasi; terkandung dalam pasal-pasal dalam
3. menterjemahkan, seperti undang-undang tersebut. Tujuan yang
didalam transliterasi bahasa asing. lain adalah untuk menghindari
Ketiga makna itu bisa diwakilkan pemaknaan yang berbeda-beda.
dengan bentuk kata kerja Kenyataan yang timbul adalah
Inggris”interpret", namun bahwa apa yang sudah dijelaskan
masing-masing ketiga makna itu tersebut tetap belum memberikan
membentuk sebuah makna independen penjelasan yang sejelas-jelasnya, artinya
dan signifikan bagi interpretasi.8 Ketiga masih mengandung penafsiran yang
makna tersebut yang akan menjadi berbeda-beda.
bahan pengkajian ilmu hukum. Kata-kata atau isyarat dalam
Kata mengungkapkan fungsinya kontrak/ perjanjian seringkah belum
tidak hanya untuk menjelaskan tetapi dipahami oleh pihak lawan. Berdasarkan
juga untuk menyatakan. Di bidang pemahaman tentang mengungkapkan
hukum, kata mengungkapkan yang tidak hanya menjelaskan, tetapi juga
mengandung makna menjelaskan adalah menyatakan, maka apa yang
untuk memperjelas apa yang terkandung dikehendaki oleh salah satu pihak harus
dalam hukum itu. Kata-kata yang dikomunikasikan dengan penjelasan dan
tersusun rapi sebagai suatu kalimat pernyataan tentang apa yang ada dalam
dalam suatu pasal dalam sebuah perjanjian/ kontrak.
undang-undang atau perjanjian tertulis, Makna menjelaskan dalam kata
seringkah belum dapat dipahami, hermeneutika adalah pemahaman
sehingga perlu diberikan penjelasan. -pemahaman pada aspek diskursif
Setiap Undang-undang mengandung dua (berkenaan dengan nalar atau
disimpulkan secara akal), dan titik
8
Ibid,hlm.15

186
Jurnal Spektrum Hukum, Vol. 13/No. 2/Oktober 2016

beratnya adalah pada penjelasannya maksud pihak lain atau juga dapat
bukan pada penafsiran ekspresif. Kata dilakukan oleh pihak lain sebagai
menjelaskan mengandung makna tidak mediator.
sekedar mengatakan sesuatu tetapi Disamping ketiga hal tersebut,
membuat menjadi jelas atau secara hermeneutika telah berkembang dalam
rasional apa yang dijelaskan itu dapat bentuk yang berbeda-beda, karena selain
diterima pihak lain. Ekspresi berarti sebagai ilmu penafsiran, hermeneutika
mengungkapkan gagasan atau perasaan juga juga berkembang sebagai ilmu
yang tidak dapat dilepaskan dari suasana pemahaman linguistik, pendekatan
hati seseorang. Seseorang dapat saintifik, eksistensial, kultural, fondasi
mengekspresikan situasi tanpa metodologis, sistem interpretasi, dan
menjelaskannya juga merupakan bentuk lain-lain.
interpretasi.9 Penggunaan Hermeneutika Dalam
Makna ketiga dari hermeneutika Hukum Kontrak
adalah menterjemahkan (to translate). Esensi sebuah kontrak adalah
Menterjemahkan (to translate) pemahaman bersama yang dicapai oleh
merupakan bentuk khusus dari proses dua pihak “yang saling
interpretasi dasar “membawa sesuatu berhadapan”. 11 Pemahaman bersama ini
untuk dipahami”. Dalam konteks ini, mengandung arti bahwa dalam kontrak
seseorang membawa apa yang asing, para pihak bebas untuk menentukan
jauh dan tidak dapat dipahami ke dalam mulai dari bentuk, isi kontrak,
mediasi bahasa seseorang itu pelaksanaan kontrak sampai berakhirnya
10
sendiri. Penterjemah mempunyai kontrak, dan yang dimaksud kebebasan
kedudukan sebagai mediator antara dua ini adalah system terbuka atau
hal yang berbeda untuk membawa pada kekebasan berkontrak Sistem terbuka
situasi yang dapat dipahami oleh para atau kebebasan berkontrak yang melekat
pihak. Penterjemah dapat dilakukan oleh dalam hukum kontrak 12 menunjukkan
salah satu pihak untuk
11
mengkomunikasikan maksud dirinya Shippey, Karla C, 2004, A Short Course in
International Contracts, diterjemahkan oleh
dengan mencari titik temu dengan HestiWidyaningrum, Menyusun Kontrak Bisnis
Internasional, Panduan Menyusun Draft
Kontrak Internasional, PPM, Jakarta.hlm.1.
12
Istilah Kontrak masih banyak mengundang
9
Ibid,hlm.23. perbedaan pendapat para ahli hukum.
10
Op cit,hlm.31 Peristilahan tentang kontrak dalam KUHperdata,

187
Jurnal Spektrum Hukum, Vol. 13/No. 2/Oktober 2016

bahwa apa yang dituangkan dalam suatu tanda-tanda dan bahkan dengan diampun
kontrak dapat dipahami dalam berbagai dapat ditafsirkan sebagai
13
dimensi. Kontrak merupakan salah satu setuju. Kontrak tertulispun dapat
materi hukum yang mempunyai mengundang berbagai penafsiran
kebebasan untuk dilakukan interpretasi, apabila apa yang ditulis dalam perjanjian
baik yang dilakukan para pihak, dapat menimbulkan multi tafsir, karena
undang-undang ataupun hakim. Salah yang tertulis dalam perjanjian itu tidak
satu syarat sahnya perjanjian kontrak jelas sebagaimana yang dimaksudkan
adalah sepakat mereka yang para pihak. Misalnya: barang akan
mengikatkan dirinya. Kata sepakat ini diserahkan setelah pembuatannya
berarti setuju, dan untuk dapat dikatakan selesai, hal ini tidak tegas karena kapan
setuju itu tidak harus dinyatakan dengan selesaiannya pembuatan barang itu tidak
tegas ataupun ditulis secara rinci, karena diatur lebih lanjut dalam perjanjian
dengan isyarat tertentu ataupun diam tertulis.
saja ditafsirkan setuju. Penafsiran Cara untuk memperoleh
terhadap sepakat dapat diketahui dengan pemahaman yang sama ini
berbagai cara Hal ini dapat dilihat dalam membutuhkan penafsiran yang sama,
bentuk kontrak, yaitu bahwa kontrak itu sehingga hal ini berarti hermeneutika
bisa tertulis, lisan, dengan isyarat atau merupakan bagian penting dan tidak
terpisahkan dalam memahami suatu
dapat di ketemukan umum yang mengatur
perjanjian didasarkan pada Buku Ketiga Bab kontrak.
Kedua tentang “Perikatan Yang Dilahirkan dari
Kontrak atau Perjanjian”. Hal ini berarti
Hermeneutika merupakan metode
perjanjian (overeenskomst) adalah Kontrak. penafsiran yang didalamnya
Subekti memberikan pengertian yang berbeda
tentang kontrak. Istilah Kontrak mempunyai mengandung dua pengertian yaitu
pengertian lebih sempit karena ditujukan pada
perjanjian atau persetujuan yang tertulis. interpretasi dan konstruksi. Metode
Pendapat senada juga dapat diperoleh dari
Budiono Kusumohamidjojo yang menegaskan interpretasi dipergunakan apabila
bahwa : ciri kontrak yang utama adalah bahwa
dia merupakan suatu tulisan(cetak tebal oleh
peraturan perundang-undangannya tidak
penulis)yang memuat tentang adanya jelas, dan metode interpretasi ini disebut
(seperangkat) kewajiban. Berdasarkan beberapa
penggunaan istilah perjanjian dan kontrak yang juga hermeneutika yuridis atau metode
dapat dibedakan, penulis akan tetap
menggunakan istilah perjanjian dan kontrak
secara bergantian, karena landasan yang
dipergunakan adalah hukum perdata yang
13
berlaku di indonesia yang dalam hal ini adalah Sigit Irianto, et al. Logika dan Logika Hukum,
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas 17
(KUHPerdata) Agustus 1945 (UNTAG) Semarang.

188
Jurnal Spektrum Hukum, Vol. 13/No. 2/Oktober 2016

yuridis. 14 Metode interpretasi dilakukan disampaikan oleh Munir Fuady yang


dalam hal peraturannya ada, tetapi tidak membedakan antara metode penafsiran
jelas untuk dapat diterapkan pada dengan metode konstruksi dalam
peristiwa konkrit, interpretasi pada teks membahas hukum kontrak. Kata
tetap berpegang pada bunyi teks penafsiran (interpretasi) lebih
15
itu. Penggunaan interpretasi dalam menitikberatkan kepada pemberian arti
hukum perjanjian adalah dengan melihat terhadap bahasa yang digunakan,
klausula perjanjian yang mengandung sedangkan kata konstruksi diartikan
multi tafsir, yaitu dengan menafsirkan sebagai penentuan akibat hukum dari
klausula perjanjian itu paling tidak kontrak yang sudah ditafsirkan
mendekati apa yang dikehendaki para tersebut. 17 Pada prinsipnya penggunaan
pihak atau apa yang menjadi tujuan hermeneutika dalam hukum kontrak
dilakukannya perjanjian. didasarkan pada metode interpretasi dan
Konstruksi adalah penarikan metode konstruksi.
kesimpulan mengenai pokok bahasan Interpretasi dalam perjanjian/
yang ada dibalik ekspresi langsung teks, kontrak adalah materi hukum yang
dari unsur-unsur yang diketahui dan mempunyai kebebasan untuk dilakukan
terdapat dalam teks-kesimpulan yang interpretasi, baik yang dilakukan oleh
terkandung dalam semangat, dan bukan para pihak, undang-undang ataupun
18
pada huruf yang tertera pada hakim. Asas yang melandasi
16
teks. Metode konstruksi hukum interpretasi dalam kontrak/ perjanjian
dipergunakan apabila peraturannya tidak adalah asas kebebasan berkontrak. Asas
ada, sehingga terjadi kekosongan hukum kebebasan berkontrak adalah salah satu
(rechts vacuum) atau kekosongan asas terpenting dalam hukum kontrak,
undang-undang (wet vacuum). bahwa setiap orang bebas untuk
Penafsiran terhadap perjanjian dapat membuat atau tidak membuat perjanjian,
dilakukan dengan mengkonstruksikan bebas untuk menentukan isi perjanjian
apa yang dikehendaki para pihak. dan bebas untuk menentukan
Pendapat yang agak berbeda
17
MunirFuady, 2003, Hukum Kontrak (dari
Sudut, Pandang Hukum Bisnis, Buku
14Sigit Irianto, et al.,Ibid,hlm.165 Kedua) .CitraAdityaBhakti, Bandung,
15Op cit,hlm.142 hlm. 54.
16 18
Leyth George,Op cit, hlm.142 Sigit Irianto,et.,al,Op cit,hkm.170

189
Jurnal Spektrum Hukum, Vol. 13/No. 2/Oktober 2016

pelaksanaan perjanjian. Asas ini dibatasi teks perjanjian/ kontrak. Teks


oleh undang-undang kesusilaan dan perjanjian/kontrak yang jelas sesuai
ketertiban umum serta isi perjanjian itu dengan bunyi Pasal 1342 KUHPerdata
sendiri. tidak memerlukan dan bahkan tidak
Pada dasarnya metode interpretasi diperbolehkan adanya penafsiran,
hukum cukup banyak, misalnya namun seringkali yang muncul adalah
interpretasi gramatikal, historis teks kontrak/ perjanjian yang tidak jelas
ekstensif, interpretasi represif, dan bahkan tidak tegas. Metode
interpretasi subsumpsif, interpretasi penafsiran dipergunakan untuk
otentik, interpretasi futuristik, menemukan makna yang terkandung
interpretasi sosiologis, interpretasi dalam perjanjian/ kontrak. Makna
dalam perjanjian, dan interpretasi dalam merupakan arti yaitu maksud dari
perjanjian internasional. Secara khusus, pembicaraan atau tulisan yang
metode interpretasi perjanjian terkandung dalam perjanjian/ kontrak.
merupakan salah satu metode Makna ini berarti sesuai apa yang
interpretasi yang dapat dipergunakan disepakati para pihak, sehingga untuk
untuk memahami teks atau substansi mengihindari penafsiran yang
perjanjian. Interpretasi merupakan hal berbeda-beda, apa yang dimaksud pihak
yang penting dalam hukum kontrak, dan yang satu juga harus dipahami oleh
aplikasinya dapat menggunakan pihak lawan.
metode-metode interpretasi yang lain, Metode konstruksi hukum adalah
guna untuk memudahkan dalam metode yang dipergunakan apabila
memahami substansi atau teks peraturannya tidak ada Konstruksi
perjanjian. diartikan lain sebagai penentuan akibat
Asas lain yang dapat menjadi hukum dari kontrak yang sudah
landasan perjanjian/ kontrak adalah asas ditafsirkan tersebut. Secara gramatikal,
kekuatan mengikatnya perjanjian/ konstruksi merupakan susunan, tata
kontrak. Asas ini menegaskan bahwa letak, dan model sebuah bangunan, atau
perjanjian merupakan undang- undang juga diartikan sebagai susunan dan
bagi para pihak, sehingga apa yang hubungan kata dalam kalimat atau
dimaksud dengan peraturannya ada
tetapi tidak jelas dapat diterapkan dalam

190
Jurnal Spektrum Hukum, Vol. 13/No. 2/Oktober 2016

19
kelompok kata. Konstruksi hukum kemasyarakatan, atau apa yang
perjanjian berarti maksud dari apa yang dimaksud dalam tulisan sudah
diperjanjikan yang menjadi penentuan dipahami maksudnya. Hal ini
akibat kontrak tersebut dibuat. berarti ketentuan atau istilah dalam
Sesuai dengan asas-asas hukum kontrak disesuaikan dengan kondisi
kontrak, dan makna yang terkandung sosial masyarakat, Misalnya istilah
dalam suatu kontrak sebagaimana yang sering dijumpai adalah rumah
ditegaskan dalam Pasal 1342 dikontrakkan, maksudnya adalah
KUHPerdata, maka metode penafsiran rumah disewakan. Kontrak sendiri
dan konstruksi merupakan metode artinya adalah perjanjian
hermeneutika yang tidak dapat sebagaimana yang disebutkan
dipisahkan satu sama lain dalam dalam bab II Buku III KUHPerdata.
memahami suatu kontrak. Kontrak juga 2. Interpretasi gramatikal.
tidak dapat dilepaskan dari berbagai Interpretasi gramatikal adalah
faktor di luar kontrak itu sendiri, penafsiran menurut bahasa, yaitu
misalnya faktor kemasyarakatan, menafsirkan kata-kata dalam
kebiasan di masyarakat, budaya, dan lain kontrak sesuai dengan pemaknaan
sebagainya. Landasan kesepakatan sehari-hari. Contoh seperti
dalam suatu kontrak merupakan mengartikan kontrak sebagai sewa,
petunjuk untuk mengetahui apa yang sesuai dengan pemaknaan
dimaksud oleh para pihak. sehari-hari di masyarakat,
Beberapa metode interpretasi 3. Interpretasi sistematis/ logis
dalam menafsirkan perjanjian/ kontrak Interpretasi sistematis/ logis adalah
adalah sebagai berikut. menafsirkan hukum kontrak
1. Interpretasi sosiologis/ teleologis. dikaitkan dengan yang lain dalam
Interpretasi sosiologis/ teleologis, sistem hukum perdata, yaitu sebagai
yaitu penafsiran yang ditetapkan suatu sistem dalam hukum.
berdasarkan tujuan Misalnya ketenhran perjanjian
sewa-menyewa rumah tidak boleh
19 dilepaskan dari hukum kebiasaan
Em Zul Fajri dan Rahr Aprilia Senja, 2008,
Kamus Lengkap bahasa Indonesia, setempat.
Difa Publisher, 4. Interpretasi gramatikal
Semarang.,hlm.484

191
Jurnal Spektrum Hukum, Vol. 13/No. 2/Oktober 2016

Interpretasi gramatikal yaitu para pihak karena para pihak bersetuju


interpretasi yang didasarkan pada untuk membuat perjanjian. Asas
penggunaan bahasa untuk kebebasan berkontrak merupakan asas
menafsirkan kata-kata dalam kebebasan para pihak untuk membuat
perjanjian. Penggunaan atau tidak membuat perjanjian,
interprestasi gramatikal ini menurut menenhrkan bentuk dan isi perjanjian,
A. Pitlo unhrk mencoba menangkap meskipun perjanjian itu dibatasi oleh
arti sesuatu teks/ peraturan menurut undang-undang , kesusilaan dan
bunyi kata-katanya.20 ketertiban umum. Asas kekuatan
D. Penutup mengikatnya perjanjian adalah asas yang
Kesimpulan menegaskan bahwa perjanjian
Kebebasan berkontrak yang merupakan undang-undang bagi para
merupakan dasar kontrak tidak berarti pihak. Ketiga asas ini menjadi dasar
bahwa para pihak bebas untuk pemakaian hermeneutika, karena ketiga
menafsirkan substansi kontrak. Pada asas ini menrpakan asas -asas dasar yang
dasarnya setiap kontrak yang sudah secara tegas menjadi bagian tidak
tegas dan pasti tidak memerlukan terpisahkan dalam memahami suatu
adanya penafsiran hukum dan bahkan perjanjian.
tidak boleh ditafsirkan. Penafsiran DAFTAR PUSTAKA
hukum diperlukan apabila perjanjian itu Budiono Kusumohamidjojo'2007,
tidak jelas, ambigu dan banyak Panduan Negosiasi Kontrak, Mandar
mengundang pengertian yang Maju, Bandung.
berbeda-beda. Hal ini berarti tidak
semua substansi hukum dapat ataupun Em Zul Fajri dan Rahr Aprilia Senja,
perlu ditafsirkan. 2008, Kamus Lengkap bahasa
Asas-asas hukum perjanjian Indonesia, Difa Publisher,
mempakan landasan bagi diberlakukan Semarang.
berbagai penafsiran di bidang hukum
perjanjian. Asas kesepakatan merupakan James, Faar, 1992,Amerikanisasi
asas yang merupakan titik pertemuan Hermeneutika: legal, and
Political
20
SudiknoMertokusumo 1995, Penemuan
Hukum, Sebuah Pengantar, Liberty,
HermeneuticsKaryaFrancis
Yogyakarta.

192
Jurnal Spektrum Hukum, Vol. 13/No. 2/Oktober 2016

Lieber, dalam Legal HestiWidyaningrum,


Hermeneutics, University of Menyusun Kontrak Bisnis
California Press, California. Internasional, Panduan
Menyusun Draft Kontrak
Levth, George, 1992, Legal Internasional, PPM, Jakarta.
Hermeneutics, University of
California Press, California, Sigit Irianto, et al. Logika dan Logika
diterjemahkan oleh M. Khozim, Hukum, Badan Penerbit
2005, Hermeneutika Hukum, Fakultas Hukum Universitas 17
Nusa Media, Bandung, Agustus 1945 (UNTAG)
Semarang.
MunirFuady, 2003, Hukum Kontrak
(dari Sudut, Pandang Hukum Subekti, 1996, Hukum Perjanjian,
Bisnis, Buku Kedua) Intemtasa, Jakarta.
.CitraAdityaBhakti, Bandung,
hlm. 54. SudiknoMertokusumo 1995, Penemuan
Hukum, Sebuah Pengantar,
Palmer, E.Richard. 1969, Hermeneutics Liberty, Yogyakarta.
Interpretation theory in
Scheirmacher, Dilthey,
Heidegger, and Gadamer,
Northwestern Univercity Press,
Evanston, ditetjemahkan oleh
Musnur Hery & Damanhuri
Muhammed, 2005,
Hermeneutika Teori Baru
Mengenai Interpretasi, Pustaka
Pelajar, Yogyakarta,

Shippey, Karla C, 2004, A Short Course


in International Contracts,
diterjemahkan oleh

193

Anda mungkin juga menyukai