2/Oktober 2016
ABSTRAK
Hermeneutika merupakan istilah yang terbuka, artinya tidak hanya dipakai untuk
memahami dan mempelajari serta menginterpretasikan hukum saja, tetapi juga dipakai
untuk ilmu-ilmu lain, seperti kedokteran, ekonomi, psikologi, antropologi, dan lain-lain.
Hermeneutika merupakan metode penafsiran yang didalamnya mengandung dua
pengertian yaitu interpretasi dan konstruksi. Metode interpretasi dipergunakan apabila
peraturan perundang-undangannya tidak jelas, dan metode interpretasi ini disebut juga
hermeneutika yuridis atau metode yuridis. Metode konstruksi hukum dipergunakan
apabila peraturannya tidak ada, sehingga terjadi kekosongan hukum (rechts vacuum) atau
kekosongan undang-undang (wet vacuum). Hermeneutika merupakan metode penafsiran
yang mempunyai peranan penting dalam memahami suatu kontrak. Hermeneutika
merupakan cara untuk dapat memahami makna kata-kata yang terdapat dalam pengertian
hukum perjanjian. Berdasarkan Pasal 1342 KUHPerdata, suatu kontrak yang sudah jelas
tidak boleh ditafsirkan. Penafsiran dalam suatu kontrak diperlukan karena substansi
kontrak yang disusun seringkali tidak jelas, baik yang tersurat maupun yang tersirat.
Makna yang terkandung dalam hermeneutika hukum adalah untuk mengungkapkan,
menjelaskan dan menterjemahkan kontrak, sehingga apa yang dikehendaki oleh salah
satu pihak dapat dipahami oleh pihak lawan. Hermeneutika dalam hukum kontak
didasarkan pada asas-asas hukum, yaitu asas kebebasan berkontrak, asas kesepakatan dan
asas kekuatan mengikatnya perjanjian.
ABSTRACT
Hermeneutics is an open term meaning that it is not only used to understand, study,
and interpret law, but it is also applied to other sciences, such as medicine, economics,
psychology, anthropology, and others. Hermeneutics is a method of interpretation that
contain two terms; interpretation and construction. Interpretation method is used when
laws and regulations are not clear, and it is also called juridical hermeneutic or juridical
methods. Legal construction method is used when the rule of law does not exist so that a
legal vacuum (rechts vacuum) or vacuum of law (wet vacuum) occurs. Hermeneutics is a
method of interpretation which has an important role in understanding a contract.
Hermeneutics is a way to be able to understand the meaning of the words contained in the
sense of legal agreement. Based on Article 1342 of the Civil Code, a clear contract must
not be interpreted. The interpretation of a contract is needed because the substance of a
contract made is often unclear, either expressed or implied. The meaning contained in
legal hermeneutics is to reveal, explain and interpret a contract so that what is wanted by
either party can be understood by the other party. Hermeneutics in contract law is based
on the principles of law, i.e.: the principle offreedom of contract, the principle of
agreement and the principle of the binding force of an agreement.
181
Jurnal Spektrum Hukum, Vol. 13/No. 2/Oktober 2016
182
Jurnal Spektrum Hukum, Vol. 13/No. 2/Oktober 2016
183
Jurnal Spektrum Hukum, Vol. 13/No. 2/Oktober 2016
184
Jurnal Spektrum Hukum, Vol. 13/No. 2/Oktober 2016
185
Jurnal Spektrum Hukum, Vol. 13/No. 2/Oktober 2016
186
Jurnal Spektrum Hukum, Vol. 13/No. 2/Oktober 2016
beratnya adalah pada penjelasannya maksud pihak lain atau juga dapat
bukan pada penafsiran ekspresif. Kata dilakukan oleh pihak lain sebagai
menjelaskan mengandung makna tidak mediator.
sekedar mengatakan sesuatu tetapi Disamping ketiga hal tersebut,
membuat menjadi jelas atau secara hermeneutika telah berkembang dalam
rasional apa yang dijelaskan itu dapat bentuk yang berbeda-beda, karena selain
diterima pihak lain. Ekspresi berarti sebagai ilmu penafsiran, hermeneutika
mengungkapkan gagasan atau perasaan juga juga berkembang sebagai ilmu
yang tidak dapat dilepaskan dari suasana pemahaman linguistik, pendekatan
hati seseorang. Seseorang dapat saintifik, eksistensial, kultural, fondasi
mengekspresikan situasi tanpa metodologis, sistem interpretasi, dan
menjelaskannya juga merupakan bentuk lain-lain.
interpretasi.9 Penggunaan Hermeneutika Dalam
Makna ketiga dari hermeneutika Hukum Kontrak
adalah menterjemahkan (to translate). Esensi sebuah kontrak adalah
Menterjemahkan (to translate) pemahaman bersama yang dicapai oleh
merupakan bentuk khusus dari proses dua pihak “yang saling
interpretasi dasar “membawa sesuatu berhadapan”. 11 Pemahaman bersama ini
untuk dipahami”. Dalam konteks ini, mengandung arti bahwa dalam kontrak
seseorang membawa apa yang asing, para pihak bebas untuk menentukan
jauh dan tidak dapat dipahami ke dalam mulai dari bentuk, isi kontrak,
mediasi bahasa seseorang itu pelaksanaan kontrak sampai berakhirnya
10
sendiri. Penterjemah mempunyai kontrak, dan yang dimaksud kebebasan
kedudukan sebagai mediator antara dua ini adalah system terbuka atau
hal yang berbeda untuk membawa pada kekebasan berkontrak Sistem terbuka
situasi yang dapat dipahami oleh para atau kebebasan berkontrak yang melekat
pihak. Penterjemah dapat dilakukan oleh dalam hukum kontrak 12 menunjukkan
salah satu pihak untuk
11
mengkomunikasikan maksud dirinya Shippey, Karla C, 2004, A Short Course in
International Contracts, diterjemahkan oleh
dengan mencari titik temu dengan HestiWidyaningrum, Menyusun Kontrak Bisnis
Internasional, Panduan Menyusun Draft
Kontrak Internasional, PPM, Jakarta.hlm.1.
12
Istilah Kontrak masih banyak mengundang
9
Ibid,hlm.23. perbedaan pendapat para ahli hukum.
10
Op cit,hlm.31 Peristilahan tentang kontrak dalam KUHperdata,
187
Jurnal Spektrum Hukum, Vol. 13/No. 2/Oktober 2016
bahwa apa yang dituangkan dalam suatu tanda-tanda dan bahkan dengan diampun
kontrak dapat dipahami dalam berbagai dapat ditafsirkan sebagai
13
dimensi. Kontrak merupakan salah satu setuju. Kontrak tertulispun dapat
materi hukum yang mempunyai mengundang berbagai penafsiran
kebebasan untuk dilakukan interpretasi, apabila apa yang ditulis dalam perjanjian
baik yang dilakukan para pihak, dapat menimbulkan multi tafsir, karena
undang-undang ataupun hakim. Salah yang tertulis dalam perjanjian itu tidak
satu syarat sahnya perjanjian kontrak jelas sebagaimana yang dimaksudkan
adalah sepakat mereka yang para pihak. Misalnya: barang akan
mengikatkan dirinya. Kata sepakat ini diserahkan setelah pembuatannya
berarti setuju, dan untuk dapat dikatakan selesai, hal ini tidak tegas karena kapan
setuju itu tidak harus dinyatakan dengan selesaiannya pembuatan barang itu tidak
tegas ataupun ditulis secara rinci, karena diatur lebih lanjut dalam perjanjian
dengan isyarat tertentu ataupun diam tertulis.
saja ditafsirkan setuju. Penafsiran Cara untuk memperoleh
terhadap sepakat dapat diketahui dengan pemahaman yang sama ini
berbagai cara Hal ini dapat dilihat dalam membutuhkan penafsiran yang sama,
bentuk kontrak, yaitu bahwa kontrak itu sehingga hal ini berarti hermeneutika
bisa tertulis, lisan, dengan isyarat atau merupakan bagian penting dan tidak
terpisahkan dalam memahami suatu
dapat di ketemukan umum yang mengatur
perjanjian didasarkan pada Buku Ketiga Bab kontrak.
Kedua tentang “Perikatan Yang Dilahirkan dari
Kontrak atau Perjanjian”. Hal ini berarti
Hermeneutika merupakan metode
perjanjian (overeenskomst) adalah Kontrak. penafsiran yang didalamnya
Subekti memberikan pengertian yang berbeda
tentang kontrak. Istilah Kontrak mempunyai mengandung dua pengertian yaitu
pengertian lebih sempit karena ditujukan pada
perjanjian atau persetujuan yang tertulis. interpretasi dan konstruksi. Metode
Pendapat senada juga dapat diperoleh dari
Budiono Kusumohamidjojo yang menegaskan interpretasi dipergunakan apabila
bahwa : ciri kontrak yang utama adalah bahwa
dia merupakan suatu tulisan(cetak tebal oleh
peraturan perundang-undangannya tidak
penulis)yang memuat tentang adanya jelas, dan metode interpretasi ini disebut
(seperangkat) kewajiban. Berdasarkan beberapa
penggunaan istilah perjanjian dan kontrak yang juga hermeneutika yuridis atau metode
dapat dibedakan, penulis akan tetap
menggunakan istilah perjanjian dan kontrak
secara bergantian, karena landasan yang
dipergunakan adalah hukum perdata yang
13
berlaku di indonesia yang dalam hal ini adalah Sigit Irianto, et al. Logika dan Logika Hukum,
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Badan Penerbit Fakultas Hukum Universitas 17
(KUHPerdata) Agustus 1945 (UNTAG) Semarang.
188
Jurnal Spektrum Hukum, Vol. 13/No. 2/Oktober 2016
189
Jurnal Spektrum Hukum, Vol. 13/No. 2/Oktober 2016
190
Jurnal Spektrum Hukum, Vol. 13/No. 2/Oktober 2016
19
kelompok kata. Konstruksi hukum kemasyarakatan, atau apa yang
perjanjian berarti maksud dari apa yang dimaksud dalam tulisan sudah
diperjanjikan yang menjadi penentuan dipahami maksudnya. Hal ini
akibat kontrak tersebut dibuat. berarti ketentuan atau istilah dalam
Sesuai dengan asas-asas hukum kontrak disesuaikan dengan kondisi
kontrak, dan makna yang terkandung sosial masyarakat, Misalnya istilah
dalam suatu kontrak sebagaimana yang sering dijumpai adalah rumah
ditegaskan dalam Pasal 1342 dikontrakkan, maksudnya adalah
KUHPerdata, maka metode penafsiran rumah disewakan. Kontrak sendiri
dan konstruksi merupakan metode artinya adalah perjanjian
hermeneutika yang tidak dapat sebagaimana yang disebutkan
dipisahkan satu sama lain dalam dalam bab II Buku III KUHPerdata.
memahami suatu kontrak. Kontrak juga 2. Interpretasi gramatikal.
tidak dapat dilepaskan dari berbagai Interpretasi gramatikal adalah
faktor di luar kontrak itu sendiri, penafsiran menurut bahasa, yaitu
misalnya faktor kemasyarakatan, menafsirkan kata-kata dalam
kebiasan di masyarakat, budaya, dan lain kontrak sesuai dengan pemaknaan
sebagainya. Landasan kesepakatan sehari-hari. Contoh seperti
dalam suatu kontrak merupakan mengartikan kontrak sebagai sewa,
petunjuk untuk mengetahui apa yang sesuai dengan pemaknaan
dimaksud oleh para pihak. sehari-hari di masyarakat,
Beberapa metode interpretasi 3. Interpretasi sistematis/ logis
dalam menafsirkan perjanjian/ kontrak Interpretasi sistematis/ logis adalah
adalah sebagai berikut. menafsirkan hukum kontrak
1. Interpretasi sosiologis/ teleologis. dikaitkan dengan yang lain dalam
Interpretasi sosiologis/ teleologis, sistem hukum perdata, yaitu sebagai
yaitu penafsiran yang ditetapkan suatu sistem dalam hukum.
berdasarkan tujuan Misalnya ketenhran perjanjian
sewa-menyewa rumah tidak boleh
19 dilepaskan dari hukum kebiasaan
Em Zul Fajri dan Rahr Aprilia Senja, 2008,
Kamus Lengkap bahasa Indonesia, setempat.
Difa Publisher, 4. Interpretasi gramatikal
Semarang.,hlm.484
191
Jurnal Spektrum Hukum, Vol. 13/No. 2/Oktober 2016
192
Jurnal Spektrum Hukum, Vol. 13/No. 2/Oktober 2016
193