Anda di halaman 1dari 67

MILA ARRESTY SANDHY, S.H., S.Psi, M.

Kn
 Perikatan adalah hubungan hukum yang
terjadi antara dua orang/pihak atau lebih
yang saling memenuhi prestasi secara
timbal balik.
 Hubungan Hukum  Perbuatan Hukum

 Sifat Abstrak  Sifat Konkrit

 Belum tentu perjanjian  Sudah pasti perikatan


PERIKATAN PERJANJIAN KONTRAK

Hubungan hukum di Perbuatan Perjanjian


dalam lapangan hukum dlm Tertulis.
harta kekayaan
antara 2 orang atau lap.harta
Obyek perikatan :
lebih, dimana pihak kekayaan antara prestasi
yang satu berhak 2 orang atu (kewajiban
atas suatu pretasi lebih dst.
(kreditur) dan pihak debitur untuk
lain (debitur) wajib melaksanakan
menjalankan/meme apa yang telah
nuhi prestasi diperjanjikan
SUMBER PERIKATAN
SUMBER PERIKATAN
(Pasal 1233)

PERJANJIAN UNDANG-UNDANG
(1313BW) (1352 BW)

PERBUATAN MANUSIA HANYA UNDANG-UNDANG


(1353 BW) (104,321,625 BW)

SESUAI HUKUM PERBUATAN MELAWAN HK


(1354, 1359 BW) (1365 BW)
CONTOH KASUS:

ADI MEMBELI HP BUDI. ADI SUDAH


MENYERAHKAN UANG TETAPI BUDI
MENOLAK UNTUK MENYERAHKAN HP
PERIKATAN YANG BERSUMBER DARI PERJANJIAN

DODI DAN ANA ADALAH SUAMI ISTRI


DENGAN SEORANG ANAK BERNAMA DITA.
DODI TIDAK MEMBERI NAFKAH ANAK DAN
ISTRI
PERIKATAN YANG BERSUMBER DARI UU SAJA
JOKO YANG BERKEMAMPUAN FINANSIAL
MEMILIKI IBU YANG SUDAH TUA DAN
TERLANTAR
PERIKATAN YANG BERSUMBER DARI UU SAJA
TETANGGA ALI PERGI KE LUAR KOTA.
PADA SAAT RUMAH TETANGGA TERBAKAR,
ALI MENGURUS KEPENTINGANNYA
DENGAN MENGGUNAKAN UANGNYA.
PERIKATAN YANG BERSUMBER DARI UU
MENURUT HUKUM (ZAAKWARNEMING)
SEPEDA MOTOR YANG DIKENDARAI TONI
MENABRAK GEROBAK BAKSO SEHINGGA
TUMPAH
PERIKATAN YANG BERSUMBER DARI UU
PERBUATAN MELAWAN HUKUM
(ONRECHMATIGDAAD)
SESEORANG MEMBUJUK RUDI YANG
BEKERJA DI SEBUAH PABRIK UNTUK
MEMBOCORKAN RAHASIA PERUSAHAAN
TEMPAT DIA BEKERJA
PERIKATAN YANG BERSUMBER DARI UU
PERBUATAN MELAWAN HUKUM
(ONRECHMATIGDAAD)
1. Hubungan Hukum

2. Kekayaan / Obyek

3. Pihak-Pihak (Subyek Perikatan)

4. Prestasi, P. (1234) (Obyek Perikatan)


Hubungan hukum ialah hubungan yang
terhadapnya hukum meletakkan “hak”
pada 1 pihak dan melekatkan
“kewajiban” pada pihak lainnya.
 Yang menjadi objek perikatan adalah
prestasi, yaitu hal pemenuhan
perikatan
 Pasal 1234 KUHPerdata, menyatakan :
“tiap-tiap perikatan adalah untuk
memberikan sesuatu, untuk berbuat
sesuatu, dan tidak berbuat sesuatu
 Memberikan sesuatu, yaitu menyerahkan
kekuasaan nyata atas benda dari debitur
kepada kreditur, termasuk pemberian
sejumlah uang, penyerahan hak milik
atas benda bergerak dan tidak bergerak
 Para pihak dalam suatu perikatan
disebut dengan subjek perikatan
 Harus terjadi antara 2 orang atau lebih
 Pertama,pihak yang berhak atas
prestasi,atau pihak yang berpiutang
disebut dengan KREDITUR
 Kedua,pihak yang berkewajiban
memenuhi atas prestasi, atau pihak
yang berutang disebut dengan
DEBITUR
 Debitur memiliki 2 unsur yaitu “schuld”
dan “haftung”
 Schuld adalah utang debitur kepada
kreditur
 Haftung adalah harta kekayaan debitur
yang dipertanggungjawabkan bagi
pelunasan utang debitur tersebut
 Pasal 1131 BW menyatakan bahwa :
“segala kebendaan si berutang, baik
yang bergerak maupun yang tak
bergerak, baik yang sudah ada maupu
yg akan ada dikemudian hari, menjadi
tanggungan untuk segala perikatan
perserorangan”
 Prestasi dengan “berbuat sesuatu”adalah
perikatan untuk melakukan sesuatu
misalnya membangun rumah
 Prestasi dengan “tidak melakukan
sesuatu” misalnya x membuat perjanjian
dengan y ketika menjual butiknya, untuk
tidak menjalankan usaha butik dalam
daerah yang sama
1. Harus sudah tertentu atau dapat ditentukan.
Jika prestasi itu tidak tertentu atau tidak dapat
ditentukan mengakibatkan perikatan batal
(nietig)
2. Harus mungkin, artinya prestasi itu dapat
dipenuhi oleh debitur secara wajar dengan
segala usahanya. Jika tidak demikian perikatan
menjadi batal
3. Harus diperbolehkan (halal), artinya tidak
dilarang oleh UU, tidak bertentangan dengan
kesusilaan dan ketertiban umum. Jika prestasi
tidak halal, maka perikatan batal
4. Harus ada manfaat bgai kreditur,
artinya kreditur menggunakan,
menikmati, dan mengambil hasilnya.
Jika tidak demikian, perikatan dapat
dibatalkan.
5. Terdiri dari satu perbuatan atau
serentetan perbuatan. Jika prestasi itu
berupa satu kali perbuatan dilakukan
lebih dari satu kali dapat
mengakibatkan pembatalan perikatan.
 Wanprestasi adalah suatu keadaan
dimana salah satu pihak tidak melakukan
apa yang telah dijanjikan (misal lalai atau
ingkar janji)
a) Tidak memenuhi prestasi sama sekali
b) Terlambat memenuhi prestasi
c) Memenuhi prestasi secara tidak baik
1. membayar kerugian yang diderita kreditur
(ganti rugi) terdiri:
a. biaya yaitu segala pengeluaran yang
nyata-nyata terjadi
b. rugi yaitu kerugian karena kerusakan
barang milik kreditur yang diakibatkan
oleh debitur
c. bunga yaitu kerugian yang berupa
kehilangan keuntungan yang sudah
diperhitungkan oleh kreditur.
2. pembatalan atau pemecahan perjanjian
yaitu bertujuan untuk membawa kedua
belah pihak kembali pada keadaan
sebelum perjanjian diadakan.
3. peralihan risiko yaitu kewajiban untuk
memikul kerugian jika terjadi suatu
peristiwa di luar kesalahan salah satu
pihak yang menimpa barang dan
menjadi objek perjanjian
 1. persetujuan/perjanjian/kontrak
 2. perbuatan yang melanggar hukum
 3. pengurusan kepentingan orang lain
yang tidak didasarkan persetujuan.
1. Azas kebebasan berkontrak yaitu segala
sesuatu perjanjian yang dibuat adalah
sah bagi para pihak yang membuatnya
dan berlaku sebagai undang-undang
bagi mereka.
2. Azas konsensualisme yaitu Perjanjian
lahir pada saat tercapainya kata sepakat
antara para pihak mengenai hal-hal
pokok dan tidak memerlukan formalitas.
3. Azas Kekuatan mengikat
 Ps 1338 : “semua persetujuan yg dibuat
secara sah berlaku sebagai UU bg mereka
yang membuatnya”
4. Azas Pelengkap
 Pasal-pasal yang terdapat dlm UU (BW) dpt
dikesampaingkan, apabila para pihak
menghendaki dan membuat ketentuan yg
berbeda dari UU
5. Azas Kepatutan
 Azas ini dituangkan dalam pasal 1339 BW
 suatu azas yang memberikan kebebasan
kepada para pihak untuk:
1. membuat atau tidak membuat
perjanjian
2. mengadakan perjanjian dengan siapa
pun
3. menentukan isi perjanjian, pelaksanaan
dan persyaratannya
4. menentukan bentuk perjanjian tertulis
atau lisan
1. harus memenuhi syarat sebagai kontrak
2. tidak dilarang oleh undang undang
3. tidak bertentangan dengan kebiasan
yang berlaku
4. harus dilaksanakan dengan itikad baik
1. kata sepakat antar para pihak yang
mengikatkan diri
2. cakap untuk membuat suatu perjanjian
3. mengenai suatu hal tertentu
4. suatu sebab yang halal
1. Sepakat mereka yg
mengikatkan dirinya
 Kedua belah pihak harus mempunyai
kemauan yg bebas untuk mengikatkan diri
dan kemauan itu harus dinyatakan
 Kemauan yg bebas dianggap tidak terjadi
ketika perjanjian itu terjadi karena
paksaan(Dwang), kekhilafan(dwaling) atau
penipuan (bedrof)
 JIKA TIDAK TERPENUHI DAPAT
DIBATALKAN
kekhilafan

 Periksaps 1321 dan ps 1322


 Dibedakan menjadi 2 yaitu kekhilafan
mengenai orangnya (error in persona)
dan kekhilafan mengenai hakikat
barangnya (error in subtansia)
Paksaan

 Periksaps 1323, ps 1324


 Yang dimaksud dengan paksaan adalah
kekerasan jasmani tau ancaman dgn sesuatu
yg diperbolehkan hukum yang
menimbulkan ketakutan kpd sesorang
sehingga ia membuat perjanjian
 Bandingkan dgn ps 1326 dan 1327
penipuan

 Lihatps 1328
 Penipuan mensyaratkan adanya tipu
muslihat
 Penipuan tidak dipersangkakan, tetapi
harus dibuktikan
2. Kecakapan u/ membuat
persetujuan
 Kedua belah pihak harus cakap
menurut hukum u/ bertindak sendiri
 UU telah menetapkan “tidak cakap”
untuk melakukan perbuatan hukum
CAKAP
KEDUA BELAH PIHAK HARUS CAKAP MENURUT HUKUM UNTUK BERTINDAK
SENDIRI

 TELAH MEMENUHI USIA


KECAKAPAN
 TELAH MENIKAH
 TIDAK BERADA DALAM
PENGAMPUAN / CURATELE

JIKA TIDAK TERPENUHI, MAKA DAPAT


DIBATALKAN OLEH HAKIM ATAS
PERMINTAAN
3. Suatu Hal tertentu
 Yang diperjanjikan dlm suatu perjanjian
haruslah suatu hal atau suatu barang yg
cukup jelas atau tertentu
 Kejelasan mengenai objek perjanjian ialah
untuk memungkinkan pelaksanaan hak dan
kewajiban
 Jika tidak terpenuhi maka menjadi batal
demi hukum, dan hakim berwenang
mengucapkan pembatalan meskipun tidak
diminta oleh suatu pihak
4. Suatu Sebab(Causa) Yang
Halal
 “Causa” diartikan bahwa isi perjanjian itu
yang menggambarkan tujuan yang akan
dicapai para pihak
 Jadi isi dari perjanjian tsb tidak boleh
melanggar UU, ketertiban umum dan
kesusilaan
 jika tidak terpenuhi maka menjadi batal
demi hukum, dan hakim berwenang
mengucapkan pembatalan meskipun tidak
diminta oleh suatu pihak
Akibat Hukum jika tidak terpenuhi
syarat sah perjanjian

1. Syarat 1 dan Syarat 2 disebut sebagai


syarat subyektif, jika syarat ini tidak
terpenuhi maka perjanjian itu dapat
dimintakan pembatalannya kepada
hakim. Pembatalan dapat dimintakan
dalam tenggang waktu 5 tahun
(ps.1454) DAPAT DIBATALKAN
2. Syarat 3 dan 4 disebut syarat
Obyektif, jika syarat ini tidak
terpenuhi perjanjian batal. Perjanjian
dianggap tidak pernah ada
BATAL DEMI HUKUM
Jenis-jenis Perjanjian

1. Perjanjian Timbal Balik


 Adalah perjanjian yang mewajibkan
kedua belah pihak berprestasi
secara timbal balik
 Contoh; jual beli, sewa menyewa,
tukar menukar
2. Perjanjian sepihak
 Adalah perjanjian yang mewajibkan
pihak yang satu berprestasi dan
memberi hak kepada pihak yang
lain untuk menerima prestasi
 Contoh; perjanjian hibah, hadiah
3. Perjanjian Bernama
 Adalah perjanjian yg sudah
mempunyai nama sendiri,yg
dikelompokkan sbg perjanjian
khusus karena ditentukan sedemikan
oleh UU
 Misal : jual beli, sewa menyewa, tukar
menukar
4. Perjanjian Tak Bernama
 Adalah perjanjian yg tidak diatur dlm UU
tetapi terdapat dalam masyarakat. Jumlah
perjanjian ini tidak terbatas dan nama yg
disesuaikan dgn kebutuhan para pihak
 Misal : perjanjian kerjasama, perjanjian
pemasaran, perjanjian pengelolahan
5. Perjanjian Atas Beban
 Adalah perjanjian di mana terhadap
prestasi dari pihak yg satu selalu terdapat
kontraprestasi dari pihak lain, dan antara
kedua prestasi itu ada hubungannya
menurut hukum
 Misalnya; X menyanggupi memberikan Y
sejumlah uang, jika Y menyerah-lepaskan
suatu barang tertentu kpd X
6. Perjanjian Kebendaan (zakelijk
overenkomst)
Adalah perjanjian u/ memindahkan hak
milik dlm perjanjian jual beli.
Perjanjian kebendaan ini sebagai
pelaksanaan perjanjian obligator
1. Perikatan bersyarat (Pasal 1253 –
1267 KUHPer)
Perikatan bersyarat adalah perikatan
yang digantungkan pada suatu peristiwa
yang masih akan datang dan masih
belum tentu akan terjadi.
a. perikatan dengan syarat tangguh –
perikatan ini baru lahir jika peristiwa yang
dimaksud atau disyaratkan itu terjadi. Perikatan
lahir pada detik terjadinya peristiwa tersebut.
 Contoh : saya berjanji akan menyewakan
rumah saya kalau saya dipindahkan keluar
negeri. Artinya saya baru akan menyewakan
rumah jika saya dipindahkan keluar negeri,
jika saya tidak dipindahkan, maka tidak ada
perikatan untuk menyewakan rumah saya.
b. perikatan dengan syarat batal –
perikatan yang sudah ada akan berakhir
jika peristiwa yang dimaksud itu terjadi.
 Contoh : saat ini saya menyewakan
rumah saya kepada A dengan ketentuan
sewa-menyewa ini akan berakhir jika
anak saya yang ada di luar negeri pulang
ke tanah air.
 Suatu perjanjian adalah batal jika
pelaksanaannya semata-mata tergantung
pada kemauan orang yang terikat
(debitur). Suatu syarat yang berada
dalam kekuasaan orang yang terikat
disebut juga syarat potestatif. Perjanjian
seperti itu tidak memiliki kekuatan
hukum apapun (artinya tidak dapat
dipaksa pemenuhannya).
 Contoh : saya berjanji untuk
menghadiahkan sepeda saya kepada
Ali jika suatu saat saya menghendakinya.
 Suatu perjanjian juga batal
jika syaratnya tidak mungkin
terlaksana, bertentangan dengan
kesusilaan, atau sesuatu yang
dilarang UU.
 Contoh : saya berjanji akan memberi
Amat sebuah rumah jika berhasil
menurunkan bintang dan bulan ke bumi
atau kalau ia berhasil membakar
rumahnya Ali atau kalau ia melakukan
sebuah perbuatan zina. Maka perjanjian
itu tidak mempunyai kekutan hukum
apapun.
•Jika suatu perjanjian digantungkan pada syarat
bahwa suatu peristiwa akan terjadi pada waktu
tertentu, maka syarat itu harus dianggap tidak
terpenuhi jika batas waktu itu sudah lewat dan
peristiwa tersebut tidak terjadi.
•Suatu syarat batal selalu berlaku surut hingga saat
lahirnya perjanjian. Syarat batal adalah suatu
syarat yang apabila terpenuhi , menghentikan
perjanjian yang sudah ada dan membawa segala
sesuatu kembali pada keadaan semula seolah-olah
tidak pernah ada perjanjian (Pasal 1265 KUHPer).
Artinya, si berpiutang wajib mengembalikan apa
yang sudah diterimanya, apabila peristiwa yang
dimaksudkan itu terjadi.
2. Perikatan dengan ketetapan waktu (Pasal 1268 –
1271 KUHPer)
Perikatan ini tidak menangguhkan lahirnya perikatan,
hanya menangguhkan pelaksanaannya, ataupun
menentukan lama waktu berlakunya suatu perjanjian
atau perikatan itu.
Contoh : saya akan menyewakan rumah saya per 1
Januari 2012 atau sampai 1 Januari 2012, maka perjanjian
itu adalah suatu perjanjian dengan ketetapan waktu.
Contoh lainnya: saya akan menjual rumah saya dengan
ketentuan bahwa penghuni yang sekarang meninggal
dunia. Memang hampir sama dengan perjanjian
bersyarat tetapi perjanjian tadi adalah perjanjian dengan
ketetapan waktu karena hal orang meninggal adalah
sesuatu yang pasti akan terjadi di masa depan.
Sementara perjanjian bersyarat adalah sesuatu yang
belum pasti akan terjadi di masa depan.
3. Perikatan manasuka (alternatif) (pasal 1272 – 1277 KUHPer)
Dalam perikatan manasuka si berutang(debitur) dibebaskan menyerahkan salah
satu dari dua barang atau lebih yang disebutkan dalam perjanjian, tetapi ia tidak
boleh memaksa si berpiutang untuk menerima sebagian dari barang yang satu
dan sebagian lagi dari barang yang lain. Hak memilih barang ini ada pada si
berutang, jika hak ini tidak secara tegas diberikan oleh si berpiutang.
Contoh : saya mempunyai tagihan seratus ribu rupiah pada seorang petani.
Sekarang saya mengadakan suatu perjanjian dengannya bahwa ia akan saya
bebaskan dari utangnya jika ia menyerahkan kudanya atau 100kg berasnya.
Apabila 1 dari 2 barang itu musnah atau tidak dapat lagi diserahkan, maka
perikatan itu menjadi perikatan murni atau perikatan bersahaja.
Jika semua barang itu hilang atau musnah akibat si berutang, maka si berutang
wajib membayar harga barang yang hilang terakhir
Jika hak pilih ada pada si berutang, dan salah satu barang hilang atau musnah
bukan akibat salahnya si berutang, si berpiutang wajib mendapat barang yang
satu lagi.
Jika salah satu barang hilang akibat salahnya si berutang, maka si berpiutang
boleh memilih barang yang satu lagi atau harga barang yang sudah hilang.
Jika kedua barang hilang atau salah satu hilang akibat kesalahan si berutang,
maka si berpiutang boleh memilih sesuai pilihannya.
Asas-asas di atas berlaku juga jika barang lebih dari dua ataupun perikatan untuk
melakukan suatu perbuatan.
4. Perikatan tanggung-menanggung atau solider
(Pasal 1278 – Pasal 1295 KUHPer)
Adalah perikatan yang terdapat beberapa orang di salah
satu pihak (lebih dari satu debitur atau lebih dari satu
kreditur).
Dalam hal terdapat lebih dari satu debitur maka tiap-tiap
debitur itu dapat dituntut untuk memenuhi seluruh utang.
Dengan sendirinya pembayaran yang dilakukan oleh
salah seorang debitur, membebaskan debitur lainnya.
Dalam hal beberapa orang di pihak kreditur, maka tiap-
tiap kreditur berhak menuntut pembayaran seluruh
utang. Pembayaran yang dilakukan kepada seorang
kreditur, membebaskan si berutang terhadap kreditur-
kreditur lainnya.
5. Perikatan yang dapat dibagi dan yang tidak
dapat dibagi (Pasal 1296-1303 KUHPer)
Dapat atau tidak dapat dibaginya suatu perikatan
adalah tergantung dari apakah barang nya dapat
dibagi atau tidak serta penyerahannya dapat dibagi
atau tidak.
Meskipun barang atau perbuatan yang dimaksudkan
sifatnya dapat dibagi, tetapi jika penyerahan atau
pelaksanaan perbuatan itu tidak dapat dilakukan
sebagian-sebagian, maka perikatan itu harus dianggap
tidak dapat dibagi.
6. Perikatan dengan ancaman hukuman (Pasal 1304 – 1312 KUHper)
Perikatan dimana si berutang untuk jaminan pelaksanaan perjanjiannya,
diwajibkan melakukan sesuatu apabila perikatan awalnya tidak terpenuhi.
Atau dengan kata lain, perikatan yang ada hukumannya jika debitur tidak
melakukan kewajibannya.
Contoh : A melakukan suatu perjanjian dengan B yang berprofesi sebagai
kontraktor untuk membangun sebuah apartemen. Pembangunan itu dalam
perjanjian harus selesai selama 2 tahun. Jika terlambat B akan dikenakan
denda untuk mengganti kerugian yang diderita A sebesar 20juta rupiah per
bulan keterlambatannya.
Perikatan dengan ancaman hukuman walaupun mirip dengan perikatan
manasuka (karena ada dua prestasi yang harus dipenuhi), sangatlah berbeda
satu sama lain, karena dalam perikatan dengan ancaman hukuman
sebenarnya prestasinya hanya satu, kalau ia lalai melakukan prestasi
tersebut barulah muncul prestasi yang ditentukan sebagai hukuman.
Hukuman yang ditentukan biasanya sangatlah berat, bahkan terlampau berat.
Menurut Pasal 1309 KUHPer, hakim bisa saja mengubah hukuman tersebut,
bila perikatan awalnya sudah dilakukan sebagian.
a) Karena kesalahan debitur, baik dengan
sengaja maupun lalai
b) Karena keadaan memaksa (Overmacht
/ Force Majure )
a) Perbuatan yang dihindarkan harus dapat
dihindarkan
b) Perbuatan tersebut dapat dipersalahkan
kepada si pembuat, yaitu bahwa ia dapat
menduga tentang akibatnya
 Apakah suatu akibat itu dapat diduga atau
tidak, haruslah diukur secara obyektif dan
subyektif
 Obyektif, yaitu apabila menurut manusia
normal akibat tsbt dapat diduga
 Subyektif, jika akibat tersebut menurut
keahlian seseorang dapat diduga
 Kesengajaan adalah perbuatan yang
diketahui dan dikehendaki
 Kelalaian adalah perbuatan yang mana si
pembuatnya mengetahui akan
kemungkinan terjadinya akibat yang
merugikan orang lain
Keadaan memaksa ialah keadaan tidak
dipenuhinya prestasi oleh debitur karena
terjadi peristiwa yang tidak dapat
diketahui atau tidak dapat diduga akan
terjadi ketika membuat perikatan.
1. Tidak dipenuhi prestasi karena terjadi
peristiwa yang
membinasakan/memusnahkan objek
perikatan
2. Tidak dipenuhi prestasi karena terjadi
peristiwa yang menghalangi debitur u/
berprestasi
3. Peristiwa itu tidak dapat diketahui atau
diduga akan terjadi pada waktu
membuat perikatan
1. mengajukan tuntutan adanya keadaan
memaksa (force majeur)
2. mengajukan bahwa di kreditor sendiri
juga telah lalai
3. pelepasan hak yaitu kesimpulan yang
diambil oleh debitur bahea kreditor
sudah tidak akan menuntut ganti rugi.
SOMASI

 Adalah teguran dari si kreditur kepada debitur


agar dapat memenuhi prestasi sesuai dengan isi
perjanjian yang telah disepakati
 Ketentuan somasi dalam pasal 1238 dan pasal
1243 BW
 Ada 3 cara terjadinya somasi :
1. Debitur melaksanakan prestasi yang keliru
2. Debitur terlambat memenuhi prestasi
3. Prestasi yg dilaksanakan tidak berguna
 Isi yang harus dimuat dalam surat
somasi adalah :
a. Dasar Tuntutan
b. Apa yang dituntut
c. Tanggal paling lambat memnuhi
prestasi
 Somasi tidak diperlukan apabila :
a. Kreditur menolak pemenuhan
b. Debitur mengakui kelalaian
c. Pemenuhan prestasi tidak mungkin
dilakukan
d. Pemenuhan prestasi tidak berarti lagi
e. Debitur telah melaksanakan prestasi
sebagaimana mestinya
1. pembayaran
2. penawaran pembayaran tunai diikuti
dengan penyimpanan/penitipan
3. pembaharuan utang
4. perjumpaan utang/kompensasi
5. percamouran utang
6. pembebasan utang
7. musnahnya barang yang terutang
8. pembatalan
9. berlakunya syarat batal
10. lewat waktu/daluwarsa
 Memorandum of Understanding (MoU)
adalah perjanjian pendaahuluan yang
nantinya akan diikuti dan dijabarkan
dalam perjanjian lain yang mengaturnya
secara lebih rinci
1. isinya ringan, seringkali hanya saatu halamn saja
2. berisi hal yang pokok saja
3. bersifat pendahuluan saja yang akan dikutii oleh
perjanjian yang lebih rinci
4. ada jangka waktunya (1 bulan dst) jika dalam
jangka waktu tersebut tidak ditindaklanjuti dengan
penandatanganan suatu perjanjian yang lebih rinci
maka perjanjian tersebut akan batal kecuali
diperpanjang oleh para pihak
5. dibuat dalam bentuk perjanjian bawah tangan
6. tidak ada kewajiban yang bersifat memaksa
kepada para pihak untuk melakukan suatu
perjanjian yang lebih detail.
1. prospek bisnisnya belum jelas sehingga belum
bisa dipastikan sehingga untuk pembatalan
perjanjian dibuat MoU yang mudah dibatalkan
2. dianggap penandatanganan kontrak masih
lama dengan negosiasi yang alot sehingga
dibuat MoU berlaku sementara waktu.
3. tiap-tiap pihak dalam perjanjian masih ragu
dan perlu waktu penandatanganan kontrak
4. MoU ditandatangani oleh para eksekutif maka
perlu perjanjian yang lebih rinci yang
dirancang dan negosiasi khusus.

Anda mungkin juga menyukai