Disusun Oleh :
Devina 1842085/2018
Pengertian Utang Piutang dapat kita temukan dalam Pasal 1721 KUHPer yang berbunyi
sebagai berikut : “ Pinjam meminjam adalah suatu perjanjian dengan mana pihak yang satu
memberikan kepada pihak yang lain suatu jumlah barang tertentu dan habis pemakaian dengan
syarat bahwa yang belakangan ini akan mengemballikan sejumlah yang sama dari macam
keadaan yang sama pula”
Didalam Pasal 1721 KUHPer Pengertian Utang Piutang disamakan dengan perjanjian
pinjam meminjam.
Dalam Perjanjian Utang Piutang antara pemberi utang dan penerima utang biasanya
dilakukan dengan sebuah perjanjian.
Adapun dasar hukum perjanjian atau kontrak terdapat pada Pasal 1313 KUHPerdata yaitu
yang berbunyi sebagai berikut : "Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu pihak atau
lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih".
Dalam membuat perjanjian utang piutang haruslah didasarkan kepada Pasal 1320
KUHPer yang memuat ketentuan sebagai berikut :
1. Kesepakatan mereka yang mengikatkan diri.
Kata sepakat tersebut dapat batal apabila terdapat unsur-unsur penipuan, paksaan
dan kekhilafan. Dalam Pasal 1321 KUH Perdata dinyatakan bahwa tiada sepakat yang
sah apabila sepakat itu diberikan secara kekhilafan atau diperolehnya dengan
paksaan/penipuan.
Kesepakatan mereka yang mengikatkan diri terjadi secara bebas atau dengan
kebebasan. Kebebasan bersepakat dapat terjadi secara tegas (mengucapkan kata/tertulis)
atau secara diam (dengan suatu sikap/isyarat). Suatu perjanjian dikatakan tidak
memenuhi unsur kebebasan apabila mengandung salah satu dari 3 (tiga) unsur di bawah
ini, yaitu :
Dua syarat yang pertama, dinamakan syarat-syarat subjektif, apabila salah satu tidak
dipenuhi maka salah satu pihak dapat dimintakan pembatalan (canceling), dalam Pasal 1454
KUH Perdata, jangka waktu permintaan pembatalan perjanjian dibatasi hingga 5 tahun,
sedangkan dua syarat yang kedua, dinamakan syarat-syarat objektif, apabila salah satu tidak
dipenuhi maka perjanjian batal demi hukum yang artinya perjanjian tersebut dianggap tidak
pernah ada (null and void).
Ke 4 syarat tersebut diatas menjadi dasar untuk membuat surat perjanjian utang piutang.
Jadi jika nanti si penerima utang ingkar janji untuk membayar utangnya, maka si pemberi utang
dapat melakukan teguran/somasi kepada si penerima utang atau bahkan menggugat ke
Pengadilan Negeri.
Jika yang meminjam uang lalai tidak mengembalikan uang pinjaman dari kita maka
dalam Hukum Perdata dinamakan dengan Wanprestasi. Pengertian Wanprestasi :
Wanprestasi dapat diartikan sebagai tidak terlaksananya prestasi karena kesalahan debitur
baik karena kesengajaan atau kelalaian.
Menurut J Satrio: “Suatu keadaan di mana debitur tidak memenuhi janjinya atau tidak
memenuhi sebagaimana mestinya dan kesemuanya itu dapat dipersalahkan kepadanya”.
Yahya Harahap: “Wanprestasi sebagai pelaksanaan kewajiban yang tidak tepat pada
waktunya atau dilakukan tidak menurut selayaknya, sehingga menimbulkan keharusan bagi
pihak debitur untuk memberikan atau membayar ganti rugi (schadevergoeding), atau dengan
adanya wanprestasi oleh salah satu pihak, pihak yang lainnya dapat menuntut pembatalan
perjanjian.
Bentuk-bentuk Wanprestasi:
1. Sommatie: Peringatan tertulis dari kreditur kepada debitur secara resmi melalui Pengadilan
Negeri.
2. Ingebreke Stelling: Peringatan kreditur kepada debitur tidak melalui Pengadilan Negeri.
Isi Peringatan:
Somasi ini diatur di dalam Pasal 1238 KUHPerdata dan Pasal 1243 KUHPerdata.
"Debitur dinyatakan Ialai dengan surat perintah, atau dengan akta sejenis itu, atau berdasarkan
kekuatan dari perikatan sendiri, yaitu bila perikatan ini mengakibatkan debitur harus dianggap
Ialai dengan lewatnya waktu yang ditentukan"
Penggantian biaya, kerugian dan bunga karena tak dipenuhinya suatu perikatan mulai diwajibkan,
bila debitur, walaupun telah dinyatakan Ialai, tetap Ialai untuk memenuhi perikatan itu, atau jika
sesuatu yang harus diberikan atau dilakukannya hanya dapat diberikan atau dilakukannya dalam
waktu yang melampaui waktu yang telah ditentukan.
Selain itu, kreditor berhak meminta ganti rugi sesuai dengan Pasal 1243 KUHPerdata
Debitur wajib membayar ganti rugi, setelah dinyatakan lalai ia tetap tidak memenuhi prestasi itu”.
(Pasal 1243 KUHPerdata). “Ganti rugi terdiri dari biaya, rugi, dan bunga” (Pasal 1244 s.d. 1246
KUHPerdata).
o Biaya adalah segala pengeluaran atau perongkosan yang nyata-nyata sudah dikeluarkan oleh
suatu pihak.
o Rugi adalah kerugian karena kerusakan barang-barang kepunyaan kreditur yang diakibatkan
oleh kelalaian si debitur.
o Bunga adalah kerugian yang berupa kehilangan keuntungan, yang sudah dibayarkan atau
dihitung oleh kreditur.
Didalam Pasal 1381 KUH Perdata disebutkan 10 cara penghapusan suatu perikatan yaitu :