Anda di halaman 1dari 5

BUKU JAWABAN TUGAS MATA

KULIAH

Nama Mahasiswa : M. Husni Lante

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 043118245

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4401/Interpretasi dan Penalaran Hukum

Kode/Nama UPBJJ : 80 / Makassar

Masa Ujian : 2020/21.2 (2022.1)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
1. Perjanjian tidak tertulis
a. Ya, penitipan yang dilakukan oleh pak Badrun merupakan perjanjian yang diperbolehkan.
Sebagaimana syarat sebuah perjanjian sah dalam Pasal 1320 KUHPerdata yang menyatakan
bahwa, perjanjian dianggap sah dan mengikat para pihak jika memenuhi 4 (empat) syarat
yaitu:
1) Sepakatnya kedua belah pihak untuk mengikat diri dalam perjanjian.
2) Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian.
3) Terdapat suatu hal tertentu di dalam kontrak.
4) Terdapat suatu sebab yang halal, yaitu tidak melanggar hukum yang berlaku.
b. penitipan barang tersebut dapat dikatakan sebagai sumber perikatan karena dengan penitipan
barang ada hal yang diperjanjikan yakni biaya sewa gudang.
c. akibat hukum yang timbul bila ternyata beras dan gula di dalam gudang mengalami kerusakan
karena gudang tersebut bocor yakni tidak dapat melakukan tuntutan kepada pak Nizar, hal ini
dikarenakan dalam kesepakatan perjanjian tersebut pak Nizar tidak melanggar perjanjian,
adapun kerugian yang dialami pak Badrun tidak dapat dituntut ganti rugi karena tidak
disebutkan dalam perjanjian lisan tentang ganti rugi. Hal ini sesuai dengan ketentuan Pasal
1866 KUHP perdata apabila terjadi pelanggaran dalam perjanjian maka penggugat harus
membuktikan ada perjanjian antara penggugat dan tergugat dan tergugat terbukti melanggar
perjanjian. Bukti tersebut dapat berupa:
1) bukti tulisa/surat
2) saksi-saksi
3) persangkaan
4) pengakuan
5) sumpah

2. Perjanjian Paksa

a. Perjanjian tersebut tidak sah. Paksaan dalam KUHP dijelaskan sebagai kondisi dimana
terdapat tindakan yang dapat menimbulkan ketakutan pada orang yang berakal sehat yang
berdasarkan pertimbangan usia, jenis kelamin, dan kedudukannya, beranggapan bahwa
dirinya, orang-orangnya, atau kekayaannya, terancam rugi besar dalam waktu dekat (Pasal
1324 KUHPer). Paksaan tidak hanya dapat dilakukan oleh pihak ketiga yang tidak turut
serta dalam perjanjian tersebut (Pasal 1323 KUHPer), namun juga dapat dilakukan kepada
suami atau istri atau keluarga pihak berkontrak dalam garis ke atas maupun ke bawah(Pasal
1325 KUHPer), Jika terjadi salah satu dari hal ini, maka perjanjian akan dianggap batal demi
hukum. Berdasarkan Putusan Mahkamah Agung Nomor 2356K/Pdt/2010, jelas bahwa
perjanjian yang dibuat dimana salah satu pihak berada dalam keadaan tekanan/intimidasi,
yang kemudian dimanfaatkan sebagai paksaan oleh pihak lainnya dalam perjanjian tersebut,
dapat dibatalkan. Hal tersebut mendukung aturan-aturan pada KUHPer yang telah
dipaparkan di atas.
b. paksaan dalam KUHPerdata adalah paksaan secara kejiwaan atau rohani, atau suatu situasi
dan kondisi di mana seseorang secara melawan hukum mengancam orang lain dengan
ancaman yang terlarang menurut hukum sehingga orang yang berada di bawah ancaman itu
berada di bawah ketakutan dan akhirnya memberikan persetujuannya dengan tidak secara
bebas. Ancaman itu menimbulkan ketakutan sedemikian rupa sehingga meskipun kehendak
orang yang diancam itu betul telah dinyatakan, kehendak tersebut menjadi cacat hukum
karena terjadi akibat adanya ancaman. Tanpa adanya ancaman, kehendak itu tidak akan
pernah terwujud. Apa yang diancamkan berupa kerugian pada orang atau kebendaan
milik orang tersebut atau kerugian terhadap pihak ketiga atau kebendaan milik pihak
ketiga.

Mengenai ancaman dibuka rahasia perselingkuhannya, hal tersebut dapat dikategorikan


sebagai paksaan sebagaimana diatur dalam Pasal 1324 KUHPerdata. Ini karena dalam hal
pemberian persetujuan atas jual beli tersebut, si B berada dalam keadaan yang tidak bebas.
Hal ini disebut dengan “misbruik van omstandigheden” (penyalahgunaan keadaan).

Putusan Mahkamah Agung ini merupakan penerapan dari Pasal 1323 KUHPer yang
mengatur bahwa “Paksaan yang dilakukan terhadap orang yang mengadakan suatu
persetujuan mengakibatkan batalnya persetujuan yang bersangkutan, juga bila paksaan itu
dilakukan oleh pihak ketiga yang tidak berkepentingan dalam persetujuan yang dibuat
itu.” Mahkamah Agung menyatakan bahwa kondisi di mana salah satu pihak berada
dalam tekanan/intimidasi dari pihak lain, dalam hal ini penahanan oleh pihak
kepolisian atas laporan pihak lain tersebut, membuat perjanjian yang telah dibuat
dapat dibatalkan karena tidak ada kehendak bebas (dalam membuat kesepakatan).

Pendapat Mahkamah Agung tersebut sejalan dengan Pasal 1324 KUHPerdata yang
mengatur bahwa: “Paksaan terjadi, bila tindakan itu sedemikian rupa sehingga memberi
kesan dan dapat menimbulkan ketakutan pada orang yang berakal sehat, bahwa dirinya,
orang-orangnya, atau kekayaannya, terancam rugi besar dalam waktu dekat. Dalam
pertimbangan hal tersebut, harus diperhatikan usia, jenis kelamin dan kedudukan orang
yang bersangkutan.”  Adanya kehendak bebas dalam membuat kesepakatan merupakan
syarat sahnya suatu perjanjian.
Ini berarti perjanjian jual beli yang dilakukan antara si Amir dan si Tono dapat dimintakan
pembatalannya oleh si Amir sebagai pihak yang dirugikan karena tidak terpenuhinya syarat
subjektif dari syarat sah perjanjian, yaitu adanya sepakat para pihak.

3. wanprestasi

a. bentuk wanprestasi yang dilakukan PT. A dalam perjanjian tersebut adalah tidak
melaksanakan apa yang telah disepakati dalam perjanjian; dan melakukan sesuatu yang
menurut perjanjian tidak boleh dilakukan.

b. Ketika wanprestasi terjadi, pihak yang dirugikan dapat mengajukan klaim untuk memperoleh
ganti kerugian akibat wanprestasi yang dilakukan oleh salah satu pihak. Akibat dari
wanprestasi diatur dalam Pasal 1243 KUHPerdata di mana debitur yang melakukan
wanprestasi harus mengganti kerugian yang diderita oleh pihak lainnya jika debitur tetap
tidak melaksanakan kewajibannya setelah diberitahukan bahwa ia melakukan wanprestasi.
Selain itu, apabila terjadi perselisihan akibat wanprestasi yang dilakukan oleh salah satu
pihak dan perselisihan ini dibawa ke Pengadilan, maka selain pembayaran atas ganti
kerugian, pihak yang kalah juga dapat dibebankan untuk membayar biaya perkara.
Masing-masing pihak yang merasa dirugikan akibat wanprestasi yang dilakukan pihak lain
berhak menggugat ke Pengadilan untuk menuntut ganti rugi, berupa penggantian biaya,
kerugian dan bunga jika ada. Dasar hukumnya Pasal 1243 dan Pasal 1244 Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata sebagai berikut:
Pasal 1243 “Penggantian biaya, kerugian dan bunga karena tak dipenuhinya suatu
perikatan mulai diwajibkan, bila debitur, walaupun telah dinyatakan Ialai, tetap Ialai untuk
memenuhi perikatan itu, atau jika sesuatu yang harus diberikan atau dilakukannya hanya
dapat diberikan atau dilakukannya dalam waktu yang melampaui waktu yang telah
ditentukan.”
Pasal 1244 “Debitur harus dihukum untuk mengganti biaya, kerugian dan bunga. bila ia tak
dapat membuktikan bahwa tidak dilaksanakannya perikatan itu atau tidak tepatnya waktu
dalam melaksanakan perikatan itu disebabkan oleh sesuatu hal yang tak terduga, yang tak
dapat dipertanggungkan kepadanya. walaupun tidak ada itikad buruk kepadanya.”

c. wanprestasi berasal dari perikatan yang lahir dari perjanjian dan konsepsi perbuatan melawan
hukum berasal dari perikatan yang lahir dari undang-undang. Selain itu perbedaan juga
tampak dari ganti rugi yang dibebankan. Konsepsi hukum dari perbuatan melawan hukum
dan prestasi adalah Perbuatan melawan hukum diartikan dalam perbuatan melawan hukum
dalam arti sempit, yakni sekedar suatu perbuatan yang melanggar hak subjektif orang lain
yang timbul karena undang-undang atau yang bertentangan dengan kewajiban hukum dari si
pembuat sendiri dan pengertian dalam arti luas, yakni merupakan suatu perbuatan atau suatu
kealpaan berbuat, yang melanggar hak orang lain, atau bertentangan dengan kewajiban
hukum si pelaku (orang yang melakukan perbuatan) atau melanggar, baik kesusilaan ataupun
bertentangan dengan keharusan, yang harus diindahkan dalam pergaulan masyarakat tentang
orang lain. Wanprestasi dapat diartikan pelaksanaan kewajiban yang tidak tepat pada waktu
yang ditentukan atau dalam melaksanakan prestasi perjanjian telah lalai sehingga terlambat
dari jadwal waktu yang ditentukan atau dalam melaksanakan prestasi tidak menurut
sepatutnya/selayaknya

4. Cacat tersembunyi

a. Ya, tentu saja Toko Realcom harus memenuhi kewajiban atas laptop yang dijual. Hal ini
dikarenakan laptop yang dijual Toko Realcom memiliki cacat tersembunyi yang tidak
disampaikan sebelumnya kepada Joni.

b. perjanjian jual beli dilakukan untuk mengatur hak dan kewajiban para pihak. Di mana,
penjual memiliki dua kewajiban utama yaitu menyerahkan hak milik atas barang yang telah
dibeli dan menanggung kerugian atas kondisi cacat tersembunyi pada barang yang dijual.
Sedangkan pembeli berkewajiban membayar harga barang dan pembeli berhak untuk
menuntut kepada penjual atas penyerahan barang yang telah dibelinya. Pembayaran ini
dilakukan pada waktu dan tempat yang telah ditetapkan dalam perjanjian. Selain itu, pembeli
juga memiliki hak untuk membatalkan transaksi jual beli apabila barang yang telah
disepakati ternyata memiliki kerusakan atau cacat tersembunyi yang sebelumnya tidak
diberitahukan kepada pembeli.

c. kewajiban yang harus dilakukan penjual dalam kaitannya dengan cacat tersembunyi barang
dagangannya adalah dengan mengembalikan uang Joni dan mengambil kembali unit laptop
yang dijual tadi.

Anda mungkin juga menyukai