Anda di halaman 1dari 3

Lembar Jawaban Tugas 2

Nama : Briliian Prisillia

NIM : 030475246

Soal:

Kasus bentrok polisi-FPI ini terjadi pada Senin dini hari, 7 Desember 2020, di jalan tol
Jakarta-Cikampek. Komnas HAM menyebut peristiwa penembakan oleh polisi terhadap
laskar FPI sebagai tindakan unlawful killing atau pembunuhan yang terjadi di luar
hukum. Hal itu disampaikan berdasarkan hasil penyelidikan Komnas HAM yang
diumumkan pada Jumat (8/1). Komisioner Komnas HAM Choirul Anam menjelaskan
peristiwa pertama yaitu baku tembak yang menewaskan dua orang laskar FPI. Dalam
peristiwa kedua, empat orang yang masih hidup, kemudian tewas dalam penguasaan
polisi. Sementara dalam peristiwa di KM 50 ke atas, kata Anam, terdapat empat orang
yang masih hidup dalam penguasaan resmi petugas negara yang kemudian ditemukan
tewas. Komnas HAM menyebut peristiwa tersebut sebagai pelanggaran HAM.

Berdasarkan kasus di atas:

1. Uraikanlah jaminan hak untuk bebas dari penghilangan nyawa dalam Undang-
Undang HAM dan dalam KUHP
2. Analisislah peristiwa tersebut dari sudut pandang korban berkaitan dengan hak
untuk mendapatkan perlakuan yang sama di depan hukum. Jelaskan
berdasarkan dasar hukum terkait.

Jawaban:

1. Hak hidup di jamin dalam pasal 28A Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi:
"setiap orang berhak untuk hidup serta berhak mempertahankan hidup dan
kehidupannya"
Dasar hukum yang menjamin hak untuk hidup di Indonesia juga terdapat dalam
pasal 9 Undang-Undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia
yang berbunyi:
1) Setiap orang berhak untuk hidup, mempertahankan hidup dan meningkatkn
taraf kehidupannya
2) Setiap orang berhak hidup tentram, aman, damai, bahagia, sejahtera lahir
dan batin
3) Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat
Lebih lanjut dalam penjelasan pasal 9 UU HAM dikatakan bahwa setiap
orang berhak atas Kehidupan, mempertahankan kehidupan, dan
meningkatkan taraf kehidupannya. Hak atas kehidupan ini bahkan juga
melekat pada bayi yang belum lahir atau pada terpidana mati.
Sementara dalam KUHP diatur secara jelas hukuman bagi orang yang
menghilangkan nyawa orang lain. Beberapa pasal dalam KUHP yang
merumuskan tentang pembunuhan antara lain pasal 338 yang menyatakan
bahwa "barang siapa dengan sengaja menghilangkan jiwa orang lain,
dihukum, karena makar mati, dengan hukuman penjara selama-lamanya lima
belas tahun."
Pasal 339 KUHP menyebutkan mengenai pembunuhan yang diikuti, di sertai
atau di dahului Dengan perbuatan yang dapat dihukum, dimana apabila
perbuatan tersebut dimaksudkan untuk tujuan-tujuan tertentu maka ancaman
hukumannya adalah penjara seumur hidup atau penjara selama-lamanya 20
tahun. Sedangkan pasal 340 KUHP terdapat tiga pilihan hukuman yang dapat
dikenakan terhadap pelaku pembunuhan yang direncanakan terlebih dahulu,
yaitu disamping dua pilihan di atas (hukuman penjara seumur hidup atau
hukuman penjara selama-lamanya dua puluh tahun), pilihan hukuman yang
lain adalah hukuman mati.

2. Setiap orang harus diberlakukan sama di bawah hukum tanpa memandang ras,
gender, kebangsaan, warna kulit, etnis, agama, difabel atau karakteristik lain,
tanpa hak istimewa, dikriminasi, atau bias.
Dalam konstitusi Indonesia dengan tegas memberikan jaminan adanya
persamaan kedudukan. Hal tersebut di jelaskan dalam pasal 7 ayat 1 yang
berbunyi: "segala warga negara bersamaan kedudukannya di dalam hukum dan
pemerintahan dan wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak
ada kecualinya." hak tersebut juga melekat pada bayi yang belum lahir atau
orang yang terpidana mati.
Dalam kasus tersebut diketahui bahwa Komisioner Komnas HAM Choirul Anam
menjelaskan peristiwa pertama yaitu baku tembak yang menewaskan dua orang
laskar FPI. Dalam peristiwa kedua, empat orang yang masih hidup, kemudian
tewas dalam penguasaan polisi. Sementara dalam peristiwa di KM 50 ke atas,
kata Anam, terdapat empat orang yang masih hidup dalam penguasaan resmi
petugas negara yang kemudian ditemukan tewas. Komnas HAM menyebut
peristiwa tersebut sebagai pelanggaran HAM.
Korban yang tewas di hilangkan haknya Untuk mempertahankan hidup dan
kehidupannya serta hilang haknya di mata hukum dikarenakan tidak dapat
dituntut atas kematiannya karena tidak ada dilakukan proses hukum atas
kematian korban tersebut.

Referensi: Modul mata kuliah Hukum dan Hak Asasi Manusia Universitas Terbuka

Anda mungkin juga menyukai