a. Definisi dan arti kata Treatise adalah suatu karya ilmiah yang membahas secara spesifik suatu
hal. Karya ilmiah ini dapat dipersamakan dengan esai namun kajiannya lebih mendalam
karena memuat berbagai aspek yang sedang dalam kajian. Istilah ini muncul dalam Bahasa
Inggris yang berasal dari kata treat yang biasa digunakan untuk memperlakukan suatu hal
dengan baik dan menyeluruh.dalam kamus hukum Treatise berarti perjanjian. Treatise hanya
dapat dibuat oleh subjek hukum internasional sehingga mengikat hanya pada mereka yang
membuat dan/atau tunduk pada perjanjian tersebut. Hal ini berarti, Treatise juga tunduk
pada asas pacta sunt servanda. Sebagai suatu perjanjian internasional, pembuatan dan
pelaksanaan Treatise sangat bergantung pada iktikad baik yang juga menjadi salah satu asas
hukum internasional. Treatise bersifat luas dengan pengecualian pada hubungan internasional
yang menimbulkan akibat hukum perdata.
Definisi dan arti kata Treaties adalah bentuk jamak dari Treaty yang merupakan salah satu
bentuk penamaan perjanjian internasional dalam praktik hukum internasional.
b. Treatise dan treaties menurut positivisme hukum memiliki makna yang berbeda. Treatise
adalah perjanjian internasional dimana mereka yang melakukan perjanjian membentuk
kesepakatan yang terikat, dan harus tunduk pada perjanjian yang telah disepakati dalam BIT
treatise. Apabila ada hal yang terjadi yang diluar dari perjanjian berdasar treatise maka tidak
akan diproses. Semetara treaties adalah perjanjian internasional dimana mereka yang
melakukan perjanjian membentuk kesepakatan yang tidak terikat, sehingga Apabila ada hal
yang terjadi yang diluar dari perjanjian berdasar treaties dan merugikan salah satu pihak maka
akan diproses secara hukum internasional.
a. terdapat rambu larangan berhenti dan/atau Marka Jalan yang bergaris utuh;
b. pada tempat tertentu yang dapat membahayakan keamanan, keselamatan serta
mengganggu Ketertiban dan Kelancaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan; dan/atau
c. dijalan tol.
b. Kesulitan menginterpretasikan pasal tersebut karena tidak ada batasan waktu yang dijelaskan
dala UU untuk bisa membedakan kendaraan dinyatakan berhenti atau parkir dalam kondisi
darurat
3. Pasal
a. Dogmatika hukum/Ajaran Hukum adalah cabang ilmu hukum yang memaparkan dan
mensistematisasi hukum positif yang berlaku dalam suatu masyarakat tertentu dan pada kurun
waktu tertentu dari sudut pandang normatif. Sudut pandang normatif ini dapat berupa yuridik
internal ataupun ekstra yuridik. Menggali sumber-sumber hukum formal. Dogmatic hukum
bertujuan untuk sebuah penyelesaian konkrit secara yuridik-tehnikal bagi sebuah masalah
konkrit atau membangun sebuah kerangka yiridik-tehnikal yang didalamya berdasarkan
sejumlah masalah yang kemudian harus memperoleh penyelesaian yuridik.
1. Hak Asasi Manusia adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan
manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib
dihormati, dijunjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah, dan setiap orang
demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia.
2. Pelanggaran Hak Asasi Manusia yang berat adalah pelanggaran hak asasi manusia
sebagaimana dimaksud dalam Undang-undang ini.
Jika berdasrkan kerangka konsep legal dogmatic maka perbuatan tersangka A pasti sudah jelas
akan dikategorikan sebagai pelanggaran HAM berat. Berdasar legal dogmatik keputusan
ditetapkan tanpa mempertimbngkan atau menganalisa kejadian sebelum tersangka A
menganiaya korban, atau tanpa mempertimbangkan alasan tersangka A menganiaya korban.
Karena berdasar legal dogmatic tersangka A sudah melanggar HAM dimana dia telah merebut
hak korban untuk mendapat rasa aman dan nyaman.
4. Pasal
a. Asas legalitas adalah asas tentang sumber hukum, khususnya di bidang hukum pidana, yang
menyatakan sumber hukum pidana adalah Undang-Undang. Rumusan formulasi asas legalitas
bila dilihat dari sistem hukum nasional maka jelas tidak sesuai maupun harmonis. Dalam artian
keputusan menangkap tangan pejabat A memang sudah disadari atas UU karena adanya
dugaan penyalahgunaan.
b. Berdasrkan UU no.35 tahun 2009 pasal 75/s “ Penyidik dapat menghentikan penyidikan
apabila tidak cukup bukti adanya dugaan penyalahgunaan dan peredaran gelap Narkotika dan
Prekursor Narkotika”. Dengan demikian Pejabat A tidak dpat dihukum karena tidk melakukan
pelanggaran berdsarkan Pasal 1 no. 13. “Pecandu Narkotika adalah orang yang menggunakan
atau menyalahgunakan Narkotika dan dalam keadaan ketergantungan pada Narkotika, baik
secara fisik maupun psikis” dan no. 15 “Penyalah Guna adalah orang yang menggunakan
Narkotika tanpa hak atau melawan hukum”, dan pejabat A bukan tidak terbukti keduanya.