(UTS)
d. Common Law
3). Asas Pacta Sunt Servanda dalam hukum kontrak atau perjanjian berarti
perjanjian yang dibuat berlaku sebagai undang-undang bagi mereka yang
membuatnya, sebagaimana dimaksud Pasal 1338 ayat (1) KUH Perdata.
4). Asas Iktikad Baik (good faith). Terkait asas ini, merujuk ketentuan
Pasal 1338 ayat (3) KUH Perdata, dimana menerangkan yang
dimaksud dengan iktikad baik berarti melaksanakan perjanjian dengan
iktikad baik. Artinya, dalam melaksanakan perjanjian, kejujuran harus
berjalan dalam hati sanubari seorang manusia .
B. Di dalam sistem common law, suatu kontrak dikategorikan valid atau sah
jika telah memenuhi empat unsur-unsur sebagai berikut: 1. ada
kesepakatan; 2. didukung oleh consideration yang legal; 3. ada kausa
yang dibenarkan hukum; dan 4. dibuat oleh para pihak yang memiliki
kapasitas untuk mengadakan kontrak.
Penerimaan adalah indikasi yang jelas oleh pihak yang ditawari bahwa
mereka akan menyepakati perjanjian berdasarkan syarat-syarat pihak
yang menawarkan. Jika Anda menerima tawaran, Anda membuat kontrak
yang mengikat dan terikat secara hukum.
Sebaliknya, jika Anda menerima ajakan untuk mentraktir, Anda hanya
membuat penawaran. Undangan untuk mentraktir bukanlah tawaran
sampai Anda secara jelas dan langsung mendekati pihak lain untuk
membuat kontrak.
Ini biasa terjadi dalam skenario di mana Anda merasa menerima tawaran,
tetapi sebenarnya, Anda hanya menanggapi ajakan untuk mentraktir. Di
sini, Anda hanya membuat penawaran dan tidak menerima penawaran
asli.
Unsur ini menjadi hal yang pertama untuk diperhatikan baik-baik karena
tentunya tidak akan ada sebuah perjanjian tanpa sebuah kesepakatan.
Kesepakatan itu sendiri adalah kesadaran dalam penyataan kehendak
antara para pihak yang mengikat perjanjian.
Oleh karena itu, para pihak pun diharuskan untuk sepakat terhadap hal-
hal yang diperjanjikan tanpa adanya unsur paksaan, kekhilafan, serta
penipuan yang menyebabkan salah satu pihak menyatakan
kesepakatannya. Kepekatan ini dapat di tandai dengan di tandatanginya
perjanjian tersebut. Lantas, apa konsekuensi hukum ditandatanganinya
suatu perjanjian oleh pihak pihak dan di barengi dengan tanda tangan
oleh pihak lainnya? Maka perjanjian tersebut dapat di anggap sah.
Kecakapan Bertindak
Objek perjanjian dalam syarat sah kontrak erat kaitannya dengan prestasi
yang harus dipenuhi masing-masing pihak. Prestasi ialah perbuatan
berupa kewajiban yang harus dilakukan oleh debitur dan hak yang akan
diterima oleh kreditur. Prestasi sendiri terdiri dari memberikan sesuatu,
berbuat sesuatu, dan tidak berbuat sesuatu.
Syarat sah perjanjian terakhir ini berhubungan dengan isi dari sebuah
perjanjian. Para pihak dharuskan memperjanjikan suatu hal yang tidak
bertentangan dengan Undang-Undang, ketertiban, dan norma kesusilaan
yang ada di masyarakat. Sebagai contoh jika perjanjian yang
mengaharuskan seseorang mencuri atau merusak barang dari orang lain
maka perjanjian tersebut menjadi tidak sah karena kedua hal yang
diperjanjikan tersebut bertentangan dengan Undang-Undang.
Syarat sah perjanjian dalam hal consideration adalah apakah suatu pihak
dalam perjanjian tersebut memberikan janji atau berjanji. Selain itu juga
bisa didefinisikan sebagai harta janji yang harus dilaksanakan.
Offer
Acceptance
Capacity
Perbedaan syarat sah subjektif dan objektif adalah dari definisinya. Syarat
sah perjanjian subjektif merupakan syarat yang berhubungan dengan
subjek perjanjian. Sedangkan untuk syarat sah objektif merupakan syarat
yang berhubungan dengan objek dari perjanjian tersebut.
Syarat yang termasuk dalam syarat subjektif adalah adanya kata sepakat
dari kedua belah pihak dan kecakapan kedua belah pihak untuk membuat
perikatan. Sedangkan yang termasuk dalam syarat objektif adalah
mengenai objek yang dijanjikan dan suatu sebab yang halal.
Unsur lainnya yang perlu dipenuhi dalam syarat subjektif adalah adalah
adanya kecapakan untuk melakukan sesuatu oleh kedua belah pihak.
Untuk itu dibutuhkan subjek yang bisa memenuhi beberapa hal berikut:
Berdasarkan Pasal 1320 KUHPerdata, syarat sah objektif terdiri dari hal
tertentu dan kausa halal atau yang diperbolehkan. Perihal tertentu dalam
hal ini merupakan yang menjadi objek perjanjian harus berkaitan dengan
hal tertentu dibenarkan hukum dan jelas.
Selain itu, perjanjian tersebut juga dibuat dengan bukan berdasarkan hal-
hal yang bertentangan dengan hukum.