Anda di halaman 1dari 31

Hukum

Perjanjian
Kelompok 1
Meet The Team

2110118001
2110113093 2110113146 2110112117

IRZA MUTIARA GUSWIR NAURA KHANZA RIVKA DERSEL


MEILINA PUTRI MUHARRAMAH HANDAYANI
DINITA
Meet The Team

2110111146 2110111045

SINTIA PUTRI ULVA DWI


SAKINAH
Materi yang akan
1. Prestasi dibahas :
2. Wanprestasi
3. Beda Sumber hukum perjanjian civil law
dan common law
4. Asas-asas Hukum Perjanjian
5. Asas-asas Hukum Perikatan Nasional
6. Beda pengaturan hukum perjanjian dan
hukum benda
PRESTASI
Prestasi dari suatu perjanjian adalah pelaksanaan
terhadap hal-hal yang telah diperjanjikan atau yang
telah ditulis dalam suatu perjanjian oleh kedua belah
pihak yang telah mengikatkan diri untuk itu. Jadi,
memenuhi prestasi dalam perjanjian adalah ketika
para pihak memenuhi janjinya
PRESTASI
Sesuai dengan ketentuan dalam pasal 1234
KUHPerdata, maka prestasi dari suatu
perjanjian terdiri dari :
1. Memberikan sesuatu
2. Berbuat sesuatu
3. Tidak berbuat sesuatu
CONTOH PRESTASI

Adam dan Budi sepakat melakukan jual


beli sepeda. Adam sudah menyerahkan
sejumlah uang untuk pembayaran sepeda
dani Budi juga menyerahkan sepeda
miliknya
WANPRESTASI
Wanprestasi adalah kenyataan sebaliknya dari
prestasi. Dalam hal ini, jika dalam prestasi, isi dari
perjanjian dijalankan / dipenuhi oleh para pihak,
maka dalam wanprestasi tidak menjalankan /
memenuhi isi perjanjian yang bersangkutan.
Dalam hukum Inggris disebut dengan istilah non
fulfillment ataupun breach of contract.
WANPRESTASI

Wanprestasi dari suatu perjanjian berupa :


1. Tidak memenuhi prestasi
2. Tidak sempurna memenuhi prestasi
3. Terlambat memenuhi prestasi
CONTOH
WANPRESTASI
1. Janji Akan Melakukan Suatu Hal, Namun Tidak Ditepati
Sebagaimana dijelaskan sebelumnya, bahwa wanprestasi adalah
tindakan ingkar janji dalam sebuah kesepakatan. Contohnya, seseorang
berjanji akan mengambalikan uang pinjaman dalam jangka waktu satu
bulan. Namun, pada kenyataannya uang pinjaman tersebut tidak
pernah dikembalikan. Kondisi tersebut tentu sangat merugikan pihak
lain dalam hal ini pemberi pinjalamn. Alasan dari ingkar janji ini cukup
beragam. Biasanya disebabkan oleh faktor ketidakmampuan dalam
menjalankan kewajiban, enggan mengambil risiko, hingga perubahan
pikiran.
CONTOH
WANPRESTASI
2. Melaksanakan Kewajiban, Namun Tidak Sesuai Kesepakatan
Bentuk wanprestasi lainnya yaitu tindakan seseorang yang
melaksanakan kewajiban namun tidak sesuai kesepakatan. Hal tersebut
juga termasuk tindakan wanprestasi karena dapat merugikan pihak lain
yang terlibat dalam perjanjian. contoh, saat kreditur membayar utang
namun dengan nominal yang tidak sesuai dengan jumlah untangnya.
Hal ini membuat debitur dirugikan karena uang yang dipinjamkan tidak
kembali sebagaimana kesepakatan.
CONTOH
WANPRESTASI
3. Melakukan Hal yang Dilarang dalam Perjanjian
Melakukan hal yang dilarang dalam perjanjian atau kesepakatan
juga termasuk contoh wanprestasi. Misalnya, dalam perjanjian sewa
rumah tertulis penyewa dilarang mengubah bentuk rumah. Namun,
dalam perlaksanaannya ternyata penyewa rumah tersebut justru
mengubah bentuk rumah. Tindakan tersebut termasuk wanprestasi
karena menyalahi kesepakatan yang sudah disetujui antar kedua belah
pihak.
Beda Sumber Hukum
Perjanjian Civil Law dan
Common Law
Sistem hukum Civil Law (Eropa Kontinental)
yang berlaku di negara-negara Eropa daratan
dan negara-negara jajahannya, termasuk Ciri atau karakteristik sistem Civil
Indonesia, berpegang kepada kodifikasi undang- Law adalah:
undang menjadi sumber hukum utamanya.
Sistem Civil Law adalah bermula dari daratan 1. Adanya sistem kodifikasi;
Eropa dan didasarkan pada hukum Romawi 2. Hakim tidak terikat dengan preseden
dengan ciri-ciri Civil Law paling utama ditandai atau doktrin stare decicis, sehingga
sistem kodifikasi dari prinsip-prinsip hukum yang undang-undang menjadi rujukan
utama. Ciri pokok Civil Law adalah sistem ini hukumnya yang utama;
menggunakan pembagian dasar ke dalam hukum 3. Sistem peradilannya bersifat
perdata dan hukum publik. inkuisitorial.
Beda Sumber Hukum Ciri atau karakteristik dari sistem Common
Perjanjian Civil Law dan Law adalah:

Common Law 1. Yurisprudensi sebagai sumber hukum


utama;
2. Dianutnya Doktrin Stare Decicis/Sistem
Preseden;
Istilah Common Law adalah berasal dari 3. Adversary System dalam proses peradilan.
Bahasa Perancis “commune-ley” yang merujuk
pada adat kebiasaan (custom) di Inggris yang
tidak tertulis dan yang melalui keputusan-
keputusan hakim dijadikan berkekuatan hukum.
Common Law (Anglo Saxon) adalah sistem
hukum yang berasal dari Inggris dan berkembang
di negara-negara jajahannya. Sistem hukum
Common Law mendasarkan pada putusan
pengadilan sebagai sumber hukumnya.
Di dalam tradisi Civil Law perihal ingkar
janji diatur bahwa jika terjadi wanprestasi
oleh debitur maka timbullah tuntutan
kreditur untuk pemenuhan,
Beda Sumber Hukum
pembatalan/pembubaran, pemenuhan atau
pembatalan dengan pembayaran ganti rugi.
Perjanjian Civil Law dan
Berbeda dengan Common Law, jika
terjadi ingkar janji (break of contract) maka Common Law
timbulah tuntutan kreditur kepada debitur
yang hanya membayar ganti rugi
(damages) dan bukan pemenuhan prestatie Indonesia sebagai negara yang meneruskan tradisi
(performance). Civil Law, perkembangan hukum sangat ditentukan oleh
academic jurist karena ia memiliki kewenangan akademik
dan profesional dalam menginterpretasi hukum.
Hal ini membedakan dengan negara yang di bawah
tradisi Common Law, dimana perkembangan hukumnya
ditentukan oleh kaum profesional lawyers, seperti hakim
dan pengacara sehingga memungkinkan lahirnya berbagai
aliran pemikiran dalam memahami hukum di luar aliran
pemikiran yang dominan.
Beda Sumber Hukum
Perjanjian Civil Law dan
Common Law
Dalam praktek hukum di Indonesia sudah berlaku aturan-aturan tersendiri
untuk perjanjian-perjanjian khusus yang dimuat di dalam BabV- Bab XVIII Buku
III Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (yang dianggap dibawah pengaruh
Hukum Romawi)yang bersifat sebagai pelengkap, sehingga pada dasarnya dapat
disimpangi oleh parapihak. Hal ini berarti terbukanya kesempatan yang begitu
luas untuk membuat perjanjian berdasarkan asas kebebasan berkontrak.
Hal ini sangat berbeda dengan pengaruh hukum Anglo Amerika (Common
Law) yang selama periode tertentu tidak berdasarkan aturan-aturan khusus
sehingga besar kemungkinan perjanjian tersebut dirumuskan secara panjang
lebar dan lebih rinci. Dengan demikian di dalam tradisi Common Law tidak begitu
dibutuhkan aturan-aturan tersendiri untuk perjanjian-perjanjian khusus yang
bersifat pelengkap. Perjanjian-perjanjian khusus baru dibuat ketika timbul
kebutuhan akan aturan-aturan khusus yang bersifat memaksa (imperative).
Asas - AsasHukum
1. Asas Kebebasan BerkontrakPerjanjian
(freedom of contract)
Asas kebebasan berkontrak dapat dianalisis dari ketentuan Pasal 1338 ayat
(1) KUHPer, yang berbunyi: “Semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku
sebagai undang-undang bagi mereka yang membuatnya”. Asas ini merupakan
suatu asas yang memberikan kebebasan kepada para pihak untuk:
(1) membuat atau tidak membuat perjanjian;
(2) mengadakan perjanjian dengan siapa pun;
(3) menentukan isi perjanjian, pelaksanaan, dan persyaratannya,
(4) menentukan bentuk perjanjiannya apakah tertulis atau lisan.
Asas - Asas Hukum
Perjanjian
2. Asas Konsensualisme (concensualism)
Asas konsensualisme dapat disim- pulkan dalam Pasal 1320 ayat (1)
KUHPer. Pada pasal tersebut ditentukan bahwa salah satu syarat sahnya
perjanjian adalah adanya kata kesepakatan antara kedua belah pihak.
Asas ini merupakan asas yang menyatakan bahwa perjanjian pada
umumnya tidak diadakan secara formal, melainkan cukup dengan adanya
kesepakatan kedua belah pihak. Kesepakatan adalah persesuaian antara
kehendak dan pernyataan yang dibuat oleh kedua belah pihak. Asas
konsen- sualisme muncul diilhami dari hukum Romawi dan hukum
Jerman. Di dalam hukum Jerman tidak dikenal istilah asas
konsensualisme, tetapi lebih dikenal dengan sebutan perjanjian riil dan
perjan- jian formal.
Asas - Asas Hukum
Perjanjian
3.Asas Kepastian Hukum (pacta sunt servanda)
Asas kepastian hukum atau disebut juga dengan asas pacta sunt
servanda merupakan asas yang berhubungan dengan akibat perjanjian.
Asas pacta sunt servanda merupakan asas bahwa hakim atau pihak
ketiga harus menghormati substansi kontrak yang dibuat oleh para pihak,
sebagaimana layaknya sebuah undang-undang. Mereka tidak boleh
melakukan intervensi terhadap substansi kontrak yang dibuat oleh para
pihak. Asas pacta sunt servanda dapat disimpulkan dalam Pasal 1338
ayat (1) KUHPer.
Asas - Asas Hukum
Perjanjian
4. Asas Itikad Baik (good faith)
Asas itikad baik tercantum dalam Pasal 1338 ayat (3) KUHPer yang
berbunyi: “Perjanjian harus dilaksanakan dengan itikad baik.” Asas ini
merupakan 52 SUHUF, Vol. 26, No. 1, Mei 2014: 48-56 asas bahwa para
pihak, yaitu pihak kreditur dan debitur harus melaksanakan substansi
kontrak berdasarkan kepercayaan atau keyakinan yang teguh maupun
kemauan baik dari para pihak. Asas iti- kad baik terbagi menjadi dua
macam, yakni itikad baik nisbi dan itikad baik mutlak. Pada itikad yang
pertama, seseorang memperhatikan sikap dan tingkah laku yang nyata
dari subjek. Pada itikad yang kedua, penilaian terletak pada akal sehat
dan keadilan serta dibuat ukuran yang obyektif untuk menilai kea- daan
(penilaian tidak memihak) menurut norma-norma yang objektif.
Asas - Asas Hukum
Perjanjian
5. Asas Kepribadian (personality)
Asas kepribadian merupakan asas yang menentukan bahwa seseorang
yang akan melakukan dan/atau membuat kontrak hanya untuk
kepentingan perseorangan saja. Hal ini dapat dilihat dalam Pasal 1315
dan Pasal 1340 KUHPer. Pasal 1315 KUHPer menegaskan: “Pada
umumnya seseorang tidak dapat mengadakan perikatan atau perjanjian
selain untuk dirinya sendiri. Inti ketentuan ini sudah jelas bahwa untuk
mengadakan suatu perjanjian, orang tersebut harus untuk kepentingan
dirinya sendiri.
Asas - Asas
Hukum Perikatan Nasional

1. Asas Kepercayaan,
yaitu bahwa setiap orang yang akan mengadakan perjanjian akan
memenuhi setiap prestasi yang diadakan di antara mereka di belakang
hari.

2. Asas Persamaan Hukum,


yaitu bahwa subjek hukum yang mengadakan perjanjian mempunyai
kedudukan, hak dan kewajiban yang sama dalam hukum. Mereka tidak
boleh dibeda-bedakan antara satu sama lainnya, walaupun subjek hukum
itu berbeda warna kulit, agama, dan ras.
Asas - Asas
Hukum Perikatan Nasional
3. Asas Keseimbangan,
yaitu asas yang menghendaki kedua belah pihak memenuhi dan
melaksanakan perjanjian. Kreditur mempunyai kekuatan untuk menuntut
prestasi dan jika diperlukan dapat menuntut pelunasan prestasi melalui
kekayaan debitur, namun debitur memikul pula kewajiban untuk
melaksanakan perjanjian itu dengan itikad baik.

4. Asas Kepastian Hukum,


yaitu asas ini mengandung maksud bahwa perjanjian sebagai figur
hukum mengandung kepastian hukum. Kepastian ini terungkap dari
kekuatan mengikatnya perjanjian, yaitu sebagai undang-undang bagi
yang membuatnya.
Asas - Asas
Hukum Perikatan Nasional
5. Asas Moralitas,
adalah asas yang berkaitan dengan perikatan wajar, yaitu suatu
perbuatan sukarela dari seseorang tidak dapat menuntut hak baginya
untuk menggugat prestasi dari pihak debitur. Hal ini terlihat dalam
zaakwarneming, yaitu seseorang melakukan perbuatan dengan sukarela
(moral), yang bersangkutan mempunyai kewajiban hukum untuk
meneruskan dan menyelesaikan perbuatannya. Salah satu faktor yang
memberikan motivasi pada yang bersangkutan melakukan perbuatan
hukum itu adalah didasarkan pada kesusilaan (moral) sebagai panggilan
hati nuraninya.

6. Asas Kepatutan,
yaitu asas yang tertuang dalam Pasal 1339 KUHPer. Asas ini berkaitan
dengan ketentuan mengenai isi perjanjian yang diharuskan oleh
kepatutan berdasarkan sifat perjanjiannya
Asas - Asas
Hukum Perikatan Nasional
7. Asas Kebiasaan,
yaitu dipandang sebagai bagian dari perjanjian. Suatu perjanjian tidak
hanya mengikat untuk apa yang secara tegas diatur, akan tetapi juga hal-
hal yang menurut kebiasaan lazim diikuti.

8. Asas Perlindungan,
yaitu asas yang mengandung pengertian bahwa antara debitur dan
kreditur harus dilindungi oleh hukum. Namun, yang perlu mendapat
perlindungan itu adalah pihak debitur karena pihak ini berada pada posisi
yang lemah.
Beda pengaturan Hal ini berlawanan dengan sistem hukum perikatan,
di mana hukum perikatan mengenal sistem terbuka.

hukum perjanjian Artinya, orang dapat mengadakan perikatan


ataupun perjanjian mengenai apa pun juga, baik

dan hukum benda yang sudah ada aturannya dalam undang-undang


maupun yang belum ada peraturannya sama sekali.
Jadi, siapa pun boleh mengadakan suatu perikatan
atau perjanjian mengenai apa pun juga. Dengan
P.N.H. Simanjuntak, S.H. dalam bukunya demikian, hukum perikatan mengenal asas
Hukum Perdata Indonesia (edisi pertama) kebebasan berkontrak. Hukum perikatan yang
menyebutkan sistem pengaturan hukum termuat dalam Buku III BW Pasal 1233 s.d. 1864
benda itu ialah sistem tertutup. adalah hukum yang mengatur hubungan hukum
Artinya, orang tidak dapat mengadakan antara seseorang dengan seseorang yang lain.
hak-hak kebendaan baru selain yang Hukum perikatan ini sering juga disebut oleh para
sudah ditetapkan dalam undang-undang. sarjana dengan hukum perjanjian, hukum
Jadi, hanya dapat mengadakan hak persetujuan dan hukum perulangan. 
kebendaan terbatas pada yang sudah
ditetapkan dalam undang-undang saja.
Buku II B W Pasal 499 s.d. 1232 adalah
hukum yang mengatur hubungan hukum
antara seseorang dengan benda.
Hukum Benda:
Perbedaan Hukum 1. Hukum yang mengatur hubungan hukum
antara seseorang dengan benda.

Perjanjian 2. Menimbulkan hak atas benda atau hak


kebendaan (zakelijk recht).

danPerjanjian:
Hukum Hukum Benda 3. Bersifat mutlak (absolut) hak seseorang atas
benda itu dapat dipertahankan (berlaku)
1. Hukum yang mengatur hubungan hukum terhadap siapa pun juga, dan setiap orang
antara seseorang dengan seseorang lain. siapa pun juga harus menghormatinya.
2. Menimbulkan hak terhadap seseorang atau 4. Jumlah hak-hak kebendaan adalah terbatas
hak perorangan. yakni terbatas hanya pada yang disebut dalam
3. Bersifat relatif (nisbi) hak perseorangan ini Buku II BW bersifat memaksa (dwingend
hanya berlaku terhadap seseorang tertentu recht)) tidak dapat dikesampingkan
saja yang mempunyai hubungan hukum. menganut sistem tertutup.
4. Kedudukan pasal-pasal Hukum Perikatan 5. Hak kebendaan umumnya berlangsung lama.
hanyalah bersifat mengatur atau hanya
sebagai hukum pelengkap saja (aanvulende
recht) menganut sistem terbuka.
5. Hak perseorangan ditujukan untuk
pemenuhan prestasi dalam waktu yang
tidak terlalu lama.
Any Question ?
THANK YOU
FOR
THE
The Team :
2110118001 2110113093 2110113146
ATTENTION
• Irza Meilina Dinita
• Mutiara Guswir Putri
• Naura Khanza Muharramah
• Rivka Dersel Handayani
• Sintia Putri
• Ulva Dwi Sakinah

2110112117 2110111146 2110111045

Anda mungkin juga menyukai