Nama Anggota :
Secara tradisional, terdapat dua kelompok tradisi hukum yang utama di dunia, yaitu tradisi hukum
kontinental (Civil Law Tradition), dan tradisi hukum anglo-saksis (Common Law Tradition). Perbedaan
keduanya antara lain didasarkan pada peranan hukum perundang-undangan dan yurisprudensi (putusan
badan peradilan). Negara-negara yang tergolong ke dalam hukum kontinental menempatkan hukum
(peraturan) perundang-undangan sebagai sendi utama sistem hukumnya. Sedangkan negara-negara yang
menganut tradisi hukum anglo-saksis menjadikan yurisprudensi sebagai sendi utama sistem hukumnya.
Indonesia sebagai negara yang menganut Sistem Hukum Eropa Kontinental (civil law system), eksistensi
peraturan perundang-undangan sangatlah penting, karena bila dikaitkan dengan asas legalitas yang berarti
setiap tindakan pemerintah harus memiliki dasar pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.
Hukum Eropa Kontinental
Sistem hukum ini berkembang di negara- negara Eropa daratan dan sering disebut sebagai “Civil Law” yang
semula berasal dari kodifikasi hukum yang berlaku di kekaisaran romawi pada masa pemerintahan Kaisar
justinianus abad VI sebelum masehi. Hukum Civil Law adalah hukum memperoleh kekuatan mengikat,
karena diwujudkan dalam peraturan-peraturan yang berbentuk undang-undang dan tersusun secara
sistematik di dalam kodifikasi.
Anglo Saxon
Nama lain dari sistem hukum Anglo-Saxon adalah “Anglo Amerika” atau Common Law”.
Merupakan sistem hukum yang berasal dari Inggris yang kemudian menyebar ke Amerika
Serikat dan negara- negara bekas jajahannya. Kata “Anglo Saxon” berasal dari nama bangsa
yaitu bangsa Angel-Sakson yang pernah menyerang sekaligus menjajah Inggris yang kemudian
ditaklukan oleh Hertog Normandia, William. William mempertahankan hukum kebiasaan
masyarakat pribumi dengan memasukkannya juga unsur-unsur hukum yang berasal dari sistem
hukum Eropa Kontinental.
Sistem hukum anglo saxon merupakan suatu sistem hukum yang didasarkan pada yurispudensi,
yaitu keputusan-keputusan hakim terdahulu yang kemudian menjadi dasar putusan hakim-hakim
selanjutnya. Sistem Hukum Anglo Saxon cenderung lebih mengutamakan hukum kebiasaan,
hukum yang berjalan dinamis sejalan dengan dinamika masyarakat.
2. ASAS-ASAS DAN SYARAT SAHNYA PERJANJIAN
MENURUT TRADISI ANGLO SAXON.
Peranan pranata kontrak menjadi sangat penting untuk mengakomodasi maraknya perdagangan yang
terjadi secara global. Dinamika tersebut tentu akan menimbulkan kesulitan dalam kontrak perdagangan
internasional. Kondisi yang tak dapat disangkal adalah ketika pihak-pihak yang akan mengikatkan diri
berasal dari Negara berbeda dan memiliki system hukum yang berbeda. Setiap system hukum
emmilikinpersamaan dan perbedaan baik secara fungsi maupun penamaan yang perlu ditelaah lebih
mendalam.
Kontrak yang berasal dari kata contract dalam bahasa Inggris memiliki pengertian sebagai suatu
perjanjian tertulis di antara dua pihak atau lebih yang menciptakan hak dan kewajiban untuk melakukan
atau tidak melakukan sesuatu hal khusus.
ciri utama kontrak ialah suatu tulisan yang memuat perjanjian dari para pihak, lengkap dengan ketentuan-
ketentuan dan syarat-syarat, serta berfungsi sebagai alat bukti tentang adanya hak dan kewajiban. Oleh
karena ciri kontak tersebut maka kontrak dibedakan secara tegas dari pernyataan sepihak.
kontrak terjadi jika perjanjian dirumuskan secara tertulis yang menghasilkan bukti tentang adanya hak
dan kewajiban yang timbal balik yang timbal balik.
Lawrence M. Friedman mengartikan hukum kontrak sebagai perangkat hukum yang hanya mengatur aspek tertentu dari
pasar dan mengatur jenis perjanjian tertentu aspek pasar sangat identik dengan aktivitas bisnis yang hidup dan berkembang
dalam sebuah pasar. Pasar tersebut akan menimbulkan berbagai macam kontrak yang dilakukan oleh para pelaku usaha.
Ida bagus Wyasa Putra memiliki pandangan bahwa perjanjian dalam kontrak merupakan istilah serapan yang dari bahasa
inggris, Contract, yaitu istilah yang menunjuk pada kesepakatan, tertulis (written agreement) ataupun tidak tertulis (oral
agreement), yang dibuat oleh dua orang atau lebih untuk mengatur ikatan dan materi ikatan komersial diantara mereka.
Menurut Common law dalam "quasi Contract", hukum menyediakan mekanisme untuk menggadaikan adanya suatu
kontrak yang sebenarnya tidak pernah dibuat untuk memulihkan suatu keadaan yang merugikan suatu pihak secara tidak
adil. Melihat definisi dari quasi contract, maka sangat identik dengan Quantum meruit dalam pasal 1359 BW namun tidak
sama dengan zaakwarneming. Pandangan berdasarkan sumber perikatan menghasilkan persamaan dan perbedaan yang
telah dipaparkan terhadap perikatan dalam Civil law dan common Law.
Prinsip kebebasan berkontrak dalam common Law adalah penurunan kepercayaan terhadap asas kebebasan berkontrak
disebabkan secara khusus oleh:
a. Penggunaan perjanjian standar yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan Besar;
b. Menurunkan kebebasan memilih sebagai dasar perikatan.
4. PERSYARAKAT KONTRAK DALAM ANGLO SAXON
Dalam negara Anglo Saxon seperti Amerika Serikat, unsur dasar dapat dijelaskan: The basic elements of a contract are mutual assent, consideration,
capacity, and legality. Jadi unsur-unsur kontrak adalah: persetujuan para pihak, konsiderasi, kapasitas, dan legalitas. Khusus mengenai konsiderasi,
yang dimaksud dengannya adalah setiap manfaat (kontra prestasi) yang diperoleh dari pihak yang melakukan prestasi, atau janji untuk memberikan
manfaat atau janji untuk melakukan prestasi oleh pihak lawan kontrak, atau kerugian yang dialami oleh pihak lawan kontrak karena adanya suatu
kontrak meskipun kerugian tersebut belum tentu bermanfaat bagi pihak pembuat kontrak, ataupun dalam hal tertentu, formalitas suatu kontrak (seperti
kewajiban menempel segel) dapat juga dianggap semacam konsiderasi dari suatu kontrak . Dalam sistem hukum Anglo Saxon, sepanjang telah terjadi
penawaran (offer), penerimaan tawaran (acceptance) dan prestasi balik (consideration), maka kontrak tersebut dianggap sudah ada, tanpa terlalu
mempedulikan bagaimana bentuk, isi, dan proses kontrak tersebut. Pada dasarnya, berlaku hukum Parol Evidence yang mengajarkan jika sudah
terdapat klausula dalam kontrak, para pihak hanya terikat kata-kata dalam klausula tersebut, dengan mengesampingkan setiap maksud awal atau
pembicaraan bahkan kesepakatan lisan yang telah dibuat sebelum kontrak ditandatangani.
Dalam sistem common law seperti yang berlaku di Amerika Serikat, dikanl juga cara penafsiran perjanjian oleh pengadilan untuk mengisi kekosongan
hukum dalam perjanjian yang dibuat oleh para pihak. Uniform Commercial Code menyebutkan tiga cara untuk melakukan interpretasi hukum:
a. Course of Performance adalah bagaimana para pihak bertindak melaksanakan perjanjian. Tindakan para pihak dalam melaksanakan kontrak berlaku
sebagai bukti tentang maksud para pihak.
b. Course of Dealing adalah bagaimana para pihak melaksanakan kontrak yang sebelumnya. Hal ini akan menjadi acuan untuk menyelesaikan
sengketa atas kontrak yang sekarang sedang berlaku…
c. Usage of Trade adalah praktik bisnis yang sudah terjadi berulang-ulang menurut pola yang sama.