Anda di halaman 1dari 5

Mata Kuliah : Hukum Komersial

Kelas : CA
Anggota Kelompok
1. Ellane Pambudi-225020301111006 (14)
2. Gabrina Nathania-225020301111007 (15)
3. Lionny Shanna E. M.-225020301111005 (11)
4. Maria Vanessa R-225020307111003 (18)
5. Maisya Wafa Zahida-225020307111001 (16)
6. Vanessa Dara Ivana S.-225020307111012(27)

MAKALAH HUKUM KOMERSIAL

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2022
I. Syarat Subjektif Sahnya Perjanjian (Kecakapan dan Kesepakatan)
Syarat sahnya suatu perjanjian diatur dalam Pasal 1320 KUH Perdata. Dua
syarat subjektif sahnya suatu perjanjian yaitu adanya kesepakatan dan adanya
kecakapan. Kesepakatan para pihak berarti harus tercapainya kesepakatan para
pihak atas hal-hal yang sudah diperjanjikan. Kesepakatan yang dimaksud di sini
adalah bahwa perjanjian tersebut dibuat secara sukarela oleh para pihak tanpa ada
unsur pengawasan, paksaan, ataupun penipuan. Kecakapan berarti wewenang
para pihak untuk membuat perjanjian. Dalam KUH Perdata, disebutkan bahwa
setiap orang dinyatakan cakap secara hukum untuk membuat perjanjian, kecuali ia
dinyatakan tidak cakap secara hukum atau menurut undang-undang. Menurut
Pasal 1330 KUH Perdata, orang yang dinyatakan tidak cakap yaitu orang yang
belum dewasa (belum berusia dua puluh satu tahun) dan orang yang berada di
bawah pengampuan.
II. Syarat Objektif Sahnya Perjanjian (Objek tertentu dan Kausa Halal)
Syarat sahnya suatu perjanjian diatur dalam Pasal 1320 KUH Perdata dan
yang merupakan syarat objektifnya yaitu suatu hal tertentu dan suatu sebab
(kausa) yang halal. Suatu hal tertentu ini dapat disebut sebagai sebuah objek
perjanjian. Dalam suatu perjanjian harus terdapat objek sebagai prestasi atau
kewajiban debitur dan hak kreditur. Objek tersebut haruslah jelas dan dibenarkan
oleh hukum. Untuk suatu sebab (kausa) yang halal, inti dari syarat ini adalah
perjanjian yang dibuat harus berdasarkan tujuan yang tidak bertentangan dengan
hukum.

I. Penjelasan tentang: Perjanjian Batal Demi Hukum


Perjanjian batal demi hukum memiliki arti bahwa dari semula perjanjian
yang telah dibuat dianggap tidak pernah dilahirkan dan dianggap tidak pernah ada
sehingga perjanjian ini tidak sah. Perjanjian batal demi hukum dapat terjadi apabila
syarat objektif suatu perjanjian, yaitu suatu hal tertentu dan suatu sebab yang halal
tidak dipenuhi.

II. Pengertian Wanprestasi, Jenis Wanprestasi


Wanprestasi merupakan perbuatan kelalaian yang dilakukan oleh pihak-
pihak yang bersepakat atau mengikatkan diri dalam perjanjian, untuk tidak
menjalankan prestasi atau kesepakatan yang sebelumnya sudah tertuang dalam
perjanjian. Kelalaian ini bisa dilakukan oleh satu pihak atau kedua pihak yang
terkait. Wanprestasi sendiri diambil dari Bahasa Belanda “Wanprestatie” yang
berarti tidak terpenuhi prestasi atau kewajiban dalam perjanjian yang sudah
dibuat.
Berikut jenis-jenis dari wanprestasi beserta contoh-contoh yang terjadi di
kehidupan nyata. Pertama, wanprestasi saat berjanji untuk melakukan sesuatu, tapi
tidak ditepati. Contoh sederhana yang dapat ditemukan dalam kehidupan sehari-
hari adalah saat seorang penyewa rumah berjanji untuk membayar segenap uang
sewa kepada orang yang menyewakannya, tapi ternyata tidak pernah dibayar. Hal
ini tentunya akan merugikan orang yang menyewakan rumah tersebut. Jenis
lainnya atau jenis kedua bisa ditemukan saat seseorang menjalankan prestasi,
namun tidak sesuai dengan kesepakatan yang sudah disepakati. Hal itu bisa terjadi
saat kreditur membayar uang untuk melunasi hutangnya kepada debitur, tapi
tidak sesuai dengan nominal yang diutangkan. Ketiga, wanprestasi itu bisa terjadi
karena salah satu pihak itu terlambat untuk menjalankannya. Contohnya adalah
janji untuk melakukan pembelian kepada penjual rumah pada tanggal 11
September dan uangnya akan diberikan hari itu juga, tapi ternyata dia membelinya
di tanggal 12 September. Walau sang pembeli telah melakukan kesepakatannya
untuk membeli rumah, tapi dia terlambat dalam melakukan kesepakatan tersebut.
Keempat, merupakan wanprestasi yang terjadi saat seseorang melakukan hal yang
dilarang dalam perjanjian. Contoh sederhananya adalah saat seorang penyewa
menjadikan rumah yang sedang dia sewa menjadi warung atau tempat usaha yang
sebelumnya sudah dilarang oleh orang yang menyewakan rumah tersebut.

III. Hal yang Bisa Dituntut Kreditur Atas Adanya Wanprestasi


Dalam menjalankan tugasnya, seorang kreditur tidak selalu mendapatkan
klien seorang debitur yang baik dan menjalankan segala kewajibannya dengan
tepat dan sesuai kesepakatan yang berlaku. Untuk itu lah ada beberapa hal yang
bisa dituntut oleh seorang kreditur, ketika debitur melakukan wanprestasi atau
kelalaian.
Menurut Kitab Undang-undang Hukum Perdata (KUHPerdata) pasal 1243,
hal yang bisa dituntut adalah penggantian biaya, kerugian, dan bunga.
I. Biaya : Merupakan segala jenis pengeluaran yang nyata yang sudah
dikeluarkan oleh kreditur untuk membuat perjanjian.
II. Kerugian : Jumlah kerugian yang didapat dan juga keuntungan yang
sekiranya dapat didapatkan ketika debitur tidak melakukan wanprestasi
atau ingkar janji (KUHPerdata Pasal 1246).
III. Bunga : Bunga yang dimaksud adalah yang timbul karena pihak
debitur terlambat melakukan kewajiban atau kelalaian (KUHPerdata Pasal
1250).

IV. Alasan Melepaskan Dari Tuntutan Wanprestasi


Memiliki acuan dalam Pasal 1341 KUH Perdata yang berisi bahwa setiap
pihak debitur boleh mengajukan pembatalan hukum untuk lepas dari tuntutan
wanprestasi. Untuk pengajuan tuntutan pembatalan hukuman, terdapat beberapa
alasan yang dapat digunakan oleh pihak debitur, diantaranya adalah :
I. Mengajukan tuntutan karena adanya keadaan yang memaksa
(Overmacht/Force Majeure) : Alasan ini dapat diajukan oleh pihak debitur
ketika terjadi sesuatu diluar dugaan yang menyebabkan tidak terlaksananya
prestasi atau perjanjian yang sudah dibuat dan disetujui oleh kedua pihak.
Kondisi ini memaksa pihak debitur untuk tidak melaksanakan prestasi
bukan karena kelalaian, melainkan karena terjadinya hal-hal yang memaksa
pihak debitur untuk tidak melaksanakan prestasi. (Pasal 1244 dan 1245 KUH
Perdata)
II. Mengajukan tuntutan karena pihak kreditur juga melakukan kelalaian
(Exceptio non Adimpleti Contractus/Mora Creditoris) : Alasan ini dapat
diajukan oleh pihak debitur ketika mengetahui bahwa pihak kreditur juga
melakukan kelalaian dan tidak menepati janjinya kepada pihak debitur. Jika
tuduhan yang diajukan pihak debitur kepada pihak kreditur benar adanya,
maka pihak debitur akan terbebas dari ganti rugi. (Pasal 1478 KUH Perdata)
III. Mengajukan tuntutan bahwa pihak kreditur telah melepaskan hak dari
pihak debitur untuk mengajukan ganti-rugi (Rechtsverwerking/Pelepasan
Hak) : Alasan ini dapat diajukan pihak debitur ketika pihak kreditur sudah
mengetahui suatu objek tidak sesuai dengan keinginannya, tetapi tetap
menginginkan objek tersebut, sehingga dinilai bahwa pihak kreditur
menunjukkan sikap seolah melepaskan haknya.

V. Risiko Atas Wanprestasi


Risiko atas wanprestasi berbentuk ganti rugi sesuai dengan yang tertera
pada Pasal 1243 KUH Perdata yang menyatakan bahwa penggantian biaya,
kerugian, dan bunga karena tidak dipenuhinya suatu perikatan mulai diwajibkan
bila pihak debitur dinyatakan lalai. Menurut Pasal 1244 KUH Perdata, pihak
debitur wajib melakukan penggantian biaya, kerugian, dan bunga jika pihak
tersebut tidak tepat waktu dalam melaksanakan perikatan.
Secara umum, risiko atas wanprestasi bersifat sama dengan perjanjian pada
umumnya, dimana pihak debitur wajib melakukan ganti rugi atas perikatan yang
tidak dilaksanakan, dan pihak kreditur juga memiliki hak untuk menuntut atau
melakukan pembatalan tuntutan jika alasan yang diajukan oleh pihak debitur
sesuai dengan aturan.

I. Unsur Esensialia
Unsur esensialia merupakan hal pokok yang ada dalam suatu perjanjian.
Jika dalam sebuah perjanjian tidak ada unsur esensial maka perjanjian menjadi
tidak sah dan tidak dapat mengikat para pihak yang membuatnya. Contohnya
dapat kita lihat dalam kegiatan jual beli, dimana dalam kegiatan jual beli ada
sebuah prinsip yaitu ada barang ada harga. Contoh ini merupakan contoh
perjanjian Jual Beli.

II. Unsur Naturalia


Unsur naturalia merupakan sebuah ketentuan umum yang bersifat tidak
wajib. Artinya, jika sebuah perjanjian dibuat tanpa pencantuman syarat maka
perjanjian tersebut tetap dianggap sah dan tidak membuat suatu perjanjian menjadi
tidak mengikat atau arti lainnya sebuah perjanjian dapat dikesampingkan.
Contohnya antara lain cara pembayaran, tempat dan waktu pemberian dan biaya
pengiriman dan pemasangan dan instalasi. Misalnya seseorang membeli
kendaraan, kendaraan yang dibeli ternyata belum diatur biaya pengirimannya dan
proses balik nama. Hal ini berarti biaya pengiriman dan biaya proses balik nama
akan ditanggung oleh penjual berdasarkan kesepakatan.

III. Unsur Aksidentalia


Merupakan berbagai hal khusus yang ditentukan dalam perjanjian yang
sudah disepakati antara para pihak serta harus dimuat secara tegas dalam
perjanjian oleh para pihak. Aksidentalia juga menjadi unsur pelengkap dalam
suatu perjanjian, yang merupakan ketentuan-ketentuan yang dapat diatur secara
khusus, sesuai dengan kehendak para pihak. Oleh karena itu, unsur aksidentalia
menyangkut mengenai faktor pelengkap dari unsur esensialia dan unsur naturalia.
Contohnya seperti dalam suatu perjanjian, sudah ada tempat dimana prestasi
dilakukan.

Daftar Pustaka:
1. Pengertian dan Jenis Wanprestasi 1, diakses tanggal 13 September 2022
2. Pengertian dna Jenis Wanprestasi 2, diakses tanggal 13 September 2022
3. Hal yang Bisa Dituntut Kreditur Atas Adanya Wanprestasi 1 , diakses tanggal 13
September 2022
4. Hal yang Bisa Dituntut Kreditur Atas Adanya Wanprestasi 2 , diakses tanggal 13
September 2022
5. Pasal 1341 KUH Perdata, diakses tanggal 14 September 2022
6. Pembelaan Debitur, diakses tanggal 14 September 2022
7. Syarat Objektif Suatu Perjanjian diakses pada 14 September 2022
8. Syarat Objektif Suatu Perjanjian 2 diakses pada 14 September 2022
9. Pengertian Perjanjian Batal Demi Hukum diakses pada 14 September 2022
10. Pasal Terkait Risiko Wanprestasi, diakses pada 14 September 2022
11. Syarat Subjektif Suatu Perjanjian, diakses pada 14 September 2022
12. Unsur Esensialia, diakses pada 14 September 2022
13. Unsur Naturalia, diakses pada 14 September 2022
14. Unsur Aksidentalia, diakses pada 14 September 2022
15. Unsur Perikatan, diakses pada 14 September 2022

Anda mungkin juga menyukai