I. PENDAHULUAN
1. Adanya pihak-pihak
2. Adanya persetujuan antara para pihak
3. Adanya prestasi yang harus dilaksanakan
4. Perjanjian dibuat dapat dibuat dalam bentuk lisan atau tulisan
5. Adanya syarat-syarat tertentu sebagai isi dari perjanjian
6. Ada tujuan yang ingin dicapai
Dalam perjanjian terdapat prestasi dan wanprestasi oleh pihak debitur kepada
pihak kreditur. Prestasi dalam perjanjian adalah pelaksanaan terhadap sesuatu hal
yang sudah disepakati dan tertulis dalam sebuah perjanjian.
Di dalam perikatan, prestasi merupakan suatu obyek yang diatur dalam Pasal 1234
KUHPerdata, yang menyebutkan bahwa tiap-tiap perikatan adalah untuk
memberikan sesuatu, berbuat sesuatu, dan tidak berbuat sesuatu.
Sedangkan wanprestasi terjadi apabila salah satu pihak tidak dapat memenuhi apa
yang telah menjadi kewajibannya sebagaimana yang telah ditetapkan dalam
perikatan, baik perikatan yang timbul karena perjanjian maupun karena undang-
undang.
Menurut Pasal 1338 ayat (1) KUHPerdata, dikatakan wanprestasi apabila tidak
dilaksanakannya prestasi sesuai dengan apa yang telah diperjanjikan.
Lebih spesifiknya wanprestasi adalah suatu keadaan dimana debitur, yaitu orang
yang memiliki kewajiban untuk melaksanakan prestasi kepada kreditur, yaitu
orang yang memiliki hak atas prestasi, melakukan kesalahan baik kelalaian
maupun kesengajaan atau keadaan memaksa (overmacht).
Unsur-Unsur Wanprestasi
Contoh kasus wanprestasi terjadi pada artis Jefri Nichol yang digugat oleh oleh
PT Falcon karena melanggar kontrak film dari Falcon Pictures dan justru bermain
pada empat film yang di luar kontraknya, yakni Dear Nathan Hello Salma, Elyas
Pical, Bebas, dan, Habibie & Ainun. Dari kasus wanprestasi tersebut, Jefri Nichol
digugat dengan nilai gugatan sebesar 4,2 miliar.
Dari contoh diatas dapat kita ketahui bahwa Jefri Nichol telah melakukan
wanprestasi dalam bentuk melakukan sesuatu yang tidak boleh dilakukan dalam
perjanjian.
Bentuk Wanprestasi
Keadaan ketika seorang debitur sama sekali tidak melaksanakan prestasi sehingga
menimbulkan kerugian bagi kreditur.
Keadaan dimana seorang debitur melaksanakan sesuatu hal yang dilarang dalam
perjanjian untuk dilakukan.
Kreditur atau pihak yang dirugikan dapat menuntut kepada kreditur dari 5
kemungkinan
1. Pemenuhan perikatan
2. Pemenuhan perikatan disertai ganti rugi
3. Menuntut ganti kerugian
4. Pembatalan persetujuan timbal balik
5. Pembatalan disertai ganti rugi
Dalam ganti rugi akibat wanprestasi ini memiliki batasan-batasan sesuai yang
telah ditentukan oleh Undang-Undang, bahwa kerugian yang wajib dibayarkan
oleh debitur kepada kreditur adalah sebagai berikut:
1. Jika kerugian dapat diduga pada saat perjanjian dibuat, maka sesuai
dengan Pasal 1247 KUHPerdata, debitur hanya diharuskan membayar
ganti kerugian yang telah disepakati saat perjanjian dibuat.
2. Jika kerugian sebagai akibat langsung dari wanprestasi, maka sesuai
dengan Pasal 1248 KUHPerdata, bahwa jika tidak dipenuhinya perjanjian
dikarenakan oleh tipu daya debitur, maka pembayaran ganti kerugian
sesuai dengan kerugian yang diderita oleh kreditur.
3. Jika berdasarkan prinsip Exceptio Non Adimpleti Contractus, maka pihak
yang dirugikan akibat terjadinya wanprestasi, bisa jadi dia akibat langsung
dari tidak terpenuhinya suatu perjanjian yang mengakibatkan wanprestasi.
Pasal 1243 “Penggantian biaya, kerugian dan bunga karena tak dipenuhinya
suatu perikatan mulai diwajibkan, bila debitur, walaupun telah dinyatakan Ialai,
tetap Ialai untuk memenuhi perikatan itu, atau jika sesuatu yang harus diberikan
atau dilakukannya hanya dapat diberikan atau dilakukannya dalam waktu yang
melampaui waktu yang telah ditentukan.”
Pasal 1244 “Debitur harus dihukum untuk mengganti biaya, kerugian dan bunga.
bila ia tak dapat membuktikan bahwa tidak dilaksanakannya perikatan itu atau
tidak tepatnya waktu dalam melaksanakan perikatan itu disebabkan oleh sesuatu
hal yang tak terduga, yang tak dapat dipertanggungkan kepadanya. walaupun
tidak ada itikad buruk kepadanya.”
Berdasarkan dua kasus di atas, action pauliana bisa diartikan sebagai upaya
hukum untuk membatalkan transaksi yang dilakukan debitur (untuk kepentingan
debitur sendiri) yang dapat merugikan kepentingan para krediturnya.
actio pauliana secara umum diatur pula dalam Pasal 1061 KUH Perdata serta
Pasal 41 s.d. Pasal 50 UU Nomor 37 Tahun 2004 tentang Kepailitan dan
Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (UU KPKPU).
Actio Pauliana Atas Warisan
Pasal 1061 KUH Perdata berisi penjelasan mengenai hak actio pauliana yang
dimiliki pihak kreditur atas warisan. Pihak kreditur yang dirugikan oleh pihak
debitur yang menolak warisannya dapat mengajukan permohonan kepada
pengadilan supaya diberi kuasa untuk menerima warisan tersebut atas nama dan
sebagai pengganti pihak debitur. Penolakan warisan tersebut hanya boleh
dibatalkan demi kepentingan pihak kreditur dan sampai sebesar piutang mereka.
Penolakan warisan tersebut tidak akan batal demi keuntungan sang ahli waris
yang telah menolak warisan tersebut.
III. KESIMPULAN
wanprestasi merupakan cedera janji yang dilakukan oleh salah satu pihak dari
suatu perjanjian yang telah disepakati oleh pihak-pihak yang terlibat.
Sederhananya, wanprestasi dapat diartikan sebagai pelanggaran kontrak secara
sepihak.
Ada kontrak maupun perjanjian, tentu saja harus dijalani dan dipatuhi sesuai
kesepakatan oleh seluruh pihak yang berkenaan. Akan tetapi, tidak jarang pula
beberapa pihak melanggar kontrak dengan berbagai macam alasan.
Asas ini memberi peringatan kepada seseorang debitur bahwa ia akan dikenakan
sanksi penuntutan, bila ia mengurangi harta kekayaan miliknya, dengan tujuan
untuk menghindari penyitaan dari pengadilan.