HUKUM PERIKATAN
1
Firman Floranta Adonara, Aspek- Aspek Hukum Perikatan, Bandung :cv Mandar Maju,2014,hlm 2.
JENIS-JENIS PERIKATAN
2
Firman Floranta Adonara, Aspek- Aspek Hukum Perikatan, Bandung :cv Mandar Maju,2014,hlm 17-
38
Adalah perikatan yang berdasarkan kehendak para pihak atau ketentuan
undang-undang.
9. Perikatan dengan ancaman hukuman
Adalah perikatan yang menetapkan debitor menjadi jaminan
pelaksanaan perikatannya dan dia diwajibakn melakukan sesuatu
apabila perikatannya tidak terpenuhi.
10. Perikatan yang sederhana dan perikatan yang berlipat ganda
Perikatan yang sederhana adalah perikatan yang prestasinya terdiri atas
satu prestasi. Sedangkan perikatan yang berlipar ganda adalah
perikatan yang terdiri atas beberapa prestasi.
11. Perikatan sepintas dan perikatan terus menerus
Perikatan sepintas adalah perikatan yang pemenuhan prestasinya hanya
dilakukan satu kali dalam waktu singkat. Sedangkan perikatan terus-
menerus adalah perikatan yang pemenuhan prestasinya dilakukan
berkelanjutan dalam waktu yang panjang
12. Perikatan murni
Perikatan yang prestasinya dapat dipenuhi saat itu juga
13. Perikatan bersyarat dan perikatan dengan ketentuan waktu
Perikatan bersyarat adalah perikatan yang digantungkan pada syarat
tertentu. Perikatan dengan ketentuan waktu dibagi 2 yaitu berdasarkan
ketentuan waktu yang menangguhkan dan ketentuan waktu yang
menghapuskan.
14. Perikatan mana suka
Dalam perikatan mana suka debitor dibebaskan jika ia menyerahkan
salah satu dari 2 barang yang disebutkan dalam perjanjian tetapi ia tidak
boleh memaksa kreditor untuk meneriama bagian barang satu dan yang
lainnya.
15. Perikatan tanggung menanggung
Dalam perikatan ini, pada salah satu pihak terdapat beberapa orang dan
pada beberapa orang terdapat di pihak debitor, tiap- tiap debitor dapat
dituntut untuk memenuhi seluruh utang. Pada pihak kreditor terdapat
pula beberapa orang dan tiap-tiap kreditor berhal menuntut pembayaran
seluruh utang.
16. Perikatan yang lahir karena undang- undang
Adalah perikatan yang lahir karena telah ditentukan dala undang-
undang.
17. Perikatan bebas
Adalah perikatan yang tidak dapat dituntut pelaksanaannya dimuka
pengadilan.
18. Perikatan yang lahir dari perjanjian
Prestasi
Prestasi adalah sesuatu yang wajib dipenuhi oleh debitor dalam setiap
perikatan. Dalam hukum perdata kewajiban memenuhi prestasi selalu disertai
jaminan harta kekayaan debitor. Dalam pasal 1131 dan 1132 KUHperdata
dinyatakan bahwa semua harta kekayaan debitor baik yang bergerak maupun
yang tiak bergerak, baik yang sudah ada maupun yang aka ada, menjadi
jaminan pemenuhan utangnya terhadap kreditor3.
3
Firman Floranta Adonara, Aspek- Aspek Hukum Perikatan, Bandung :cv Mandar Maju,2014,hlm 58
3. Sesuatu yang diperbolehkan oleh undang-undang ketentuan kesusilaan,
aturan agama, dan tidak bertentangan dengan ketertiban umum.
4. Sesuatu yang memberikan manfaat untuk kreditor
5. Terdiri atas satu atau lebih dari bentuk perbuatan.
Wanprestasi
4
Firman Floranta Adonara, Aspek- Aspek Hukum Perikatan, Bandung :cv Mandar Maju,2014,hlm 62
5
Firman Floranta Adonara, Aspek- Aspek Hukum Perikatan, Bandung :cv Mandar Maju,2014,hlm 63
b. Menuntut prestasi beserta ganti rugi kepada debitor
c. Menuntut dan eminta ganti rugi hanya mungkin jika kerugian karena
keterlambatan
d. Menuntut pembatalan perjanjian
e. Menuntut pembatalan perjanjian di sertai dengan ganti rugi yang berupa
pembayaran denda.
Keadaan memaksa
Seorang debitor yang dituduh lalai dan dituntut dengan hukum atas
kelalaiannya, dapat membela diri dan mengajukan beberapa alasan untuk
membebaskan diri dari hukuman tersebut diantaranya:
a. Mengajukan tuntutan adanya kedaan memaksa (overmacht)
b. Mengajukan bahwa si kreditur sendiri juga telah lalai (exceptio non
adimpleti contractus)
c. Mengajuka bahwa si kreditur telah melepaskan hak nya untuk menuntut
ganti rugi (rechtsverwerking)6
Dengan melakukan pembelaan ini debitor berusaha menunjukkan bahwa
tidak terlaksanya apa yang dijanjikan tesebut disebabkan oleh hal-hal yang
sama sekali tidak dapat diduga, dan dia tidak dapt berbuat apa-apa terhadap
peristiwa yang timbul di luar dugaan tadi. Dengan perkataan lain kelalaian dari
debitor tersebut tidak disebabkan oleh kelalaian dari debitor tersebut sehingga
debitoe tidak dapat dikatakan salah dan dijatuhi sanksi yang diancamkan atas
kelalaian tersebut.
Dasar hukum dari keadaan memaksa ini diatur dalam pasal 1224 dan 1225.
Dua pasal ini terdapat dalam bagian yang mengatur tentang ganti rugi.
Keadaan memaksa yaitu suatu keadaan yang dialami oleh debitor yang berada
diluar kekuasaan dan kekuatannya. Sehingga tidak mampu melaksanakan
prestasinya7.
6
Subekti,Hukum Perjanjian,Jakarta:PT Intermasa ,1979,hlm 55
7
Firman Floranta Adonara, Aspek- Aspek Hukum Perikatan, Bandung :cv Mandar Maju,2014,hlm 67
Tiga unsure untuk dapat dikatakan bahwa debitor berada di dalam keadaan
memaksa yaitu :
a. Tidak memenuhi prestasi
b. Ada sebab yang terletak diluar kesalahan debitor
c. Factor penyebab itu tidak di duga sebelumnya dan tidak di
pertanggungjawabkan kepada debitor.
Hapusnya perikatan
1. Karena pembayaran
2. Karena penawaran pembayaran tunai, diikuti dengan penyimpanan atau
penitipan
3. Karena pembaharuan utang
4. Karena perjumpaan utang atau kompensasi
5. Karena pencampuran utang
6. Karena pembebasan utang yang bersangkutan
7. Karena musnahnya barang yang terhutang
8. Karena kebatalan atau pembatalan
9. Karena berlakunya suatu syarat batal
10. Karena lewatnya waktu
HUKUM PERJANJIAN
a. Asas Personalia
Asas ini dapat ditemukan di pasal 1315 KUHPerdata yang berbunyi
“pada umumnya, tak seorangpun dapat mengikatkan diri atas nama
sendiri atau meminta di tetapkannya suatu janji selain untuk diri sendiri”.
Ketentuan pasal tersebut menunjuk pada kewenangan bertindak dari
seseorang yang membuat atau mengadakan perjanjian. Secara spesifik
ketentuan ini menunjuk pada kewenangan bertindak sebagai individu
pribadi, sebagai subjek hukum pribadi yang mandiri yang memiliki
kewenangan bertindak untuk dan atas nama diri sendiri.
b. Asas Konsesnsualitas
Asas konsensualitas menunjukan bahwa pada dasarnya suatu perjanjian
yang dibuat secara lisan antara dua atau lebih orang telah mengikat, dan
karenanya telah melahirkan kewajiban bagi salah satu atau lebih pihak
dalam perjanjian tersebut. Segela setlah orang-orang tersebut mecapai
kesepakatan atau consensus meskipun kesepakatan tersebut dicapai
secara lisan semata-mata
Ketentuan yang mengatur menganai konsesualitas ini dapat kita temui
dalam rumusan pasal 1320 KUHPerdata yang berbunyi “untuk sah nya
perjanjian-perjanjian diperlukan empat cara :
1. Kesepakatan yang mengikatkan dirinya
2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan
3. Suatu pokok persoalan tertentu
4. Suatu sebab yang tidak terlarang
8
Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, perikatan yang lahir dari perjanjian, Jakarta:Rajawali
Pers,2014,hlm 14-59
c. Asas kebebasan berkontrak
Bentuk Perjanjian
Perjanjian yang dibuat dalam bentuk tertulis dibuat dalam bentuk
akta. Bentuk akta dibagi dalam dua macam bentuk yaitu9 :
1. Akta Otentik
9
Firman Floranta Adonara, Aspek- Aspek Hukum Perikatan, Bandung :cv Mandar Maju,2014,hlm 87-
89
Akta otentik adalah suatu akta yang bentuknya ditentukan oleh
undang-undang, dibuat oleh atau dihadapan pejabat umum yang
berwenang untuk itu di tempat dimana akta dibuatnya (pasal 1868
KUHPerdata)
a. Syarat subyektif
Seperti telah dikatakan diatas bahwa syarat subyektif sahnya
perjanjian digantungkan pada 2 macam keadaan:
1. Terjadinya kesepakatan secara bebas diantara para pihak yang
mengadakan atau melangsungkan perjanjian
2. Adanya kecakapan dari pihak-pihak yang berjanji
b. Syarat obyektif
Syarat obyektif sahnya perjanjian dapat ditemukan dalam:
1. pasal 1332 samapai dengan pasal 1334 KUHPerdata mengenai
keharusan adanya suatu hal tertentu dalam perjanjian.
2. Pasal 1335 samapi dengan pasal 1337 KUHPerdata yang
mengatur mengenai kewajiban adanya suatu sebab yang halal
dalam setiap perjanjian yang dibuat oleh para pihak.
Jenis Perjanjian
1. Perjanjian Bernama
10
Kartini Muljadi dan Gunawan Widjaja, perikatan yang lahir dari perjanjian, Jakarta:Rajawali
Pers,2014,hlm 93
Nama- nama yang dimaksud adalah nama-nama yang diberikan oleh
undang-undang seperti: jual beli,sewa menyewa, perjanjian
pemborongan, perjanjian wesel, perjanjian asuransi, dll
Disamping undang- undang menberikan nam sendiri, undang-undang
juga menberikan pengaturan secara khusus atas pejanjian-perjanjian
bernama. Perjanjan bernama tidak hanya terdapat pada KUHPerdata
saja tetapi juga didalam KUHD bahkan didalam undang-undang yang
tersendiri
2. Perjanjian Tak Bernama
Perjanjian tak bernama adalah perjanjian yang belum mendapat
pengaturannya secara khusus dalam undang-undang. Contohnya
perjanjian sewa-beli dan kontrak sewa-menyewa.
DAFTAR PUSTAKA