PT PLN (PERSERO)
EDARAN DIREKS! PT PLN (PERSERO)
NOMOR : 003.E/DIR/2007
TENTANG
AKUNTANS! SEWA GUNA USAHA
umum
Dana Investasi yang dibutuhkan untuk memperoleh barang modal, selama ini dapat dipenuhi
‘melalui berbagal altematit sumber pembiayaan konvensional seperti sektor perbankan dan
pasar modal
Selain cara konvensional tersebut, sejalan dengan perkembangan perekonomian yang
sedemikian pesatnya, Kebutuhan dana investasi dapat diperoleh dari sumber pembiayaan
barang modal yang relatif baru di PT. PLN (Persero), yaitu Leasing atau Sewa Guna Usaha.
‘Sehubungan dengan itu dipandang perlu untuk menerbitkan surat edaran yang dapat
digunakan sebagal pedoman dalam mencatat dan melaporkan transaksi-transaksi sewa guna
usaha,
‘Surat edaran ini mengacu kepada:
1) Pemyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No, 30 tentang Sewa Guna Usaha
yang mulai diberlakukan pada tanggal 1 Januari 1991
2) International Accounting Standard 17 Leases (IAS 17) yang mengantikan IAS 17 Leased
(revisi 1997) yang diberiakukan mulai 1 Januari 2005,
3) Exposure Draft PSAK No. 20 (Revisi 2006) tentang sewa
‘Sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku umum, edaran ini tidak wajib diterapkan untuk
uunsur yang tidak materialRUANG LINGKUP.
Mengingat PT. PLN (Persero) sebagai pihak penyewa (Lessee) dan tidak diharapkan menjadi
pihak yang menyewakan (Lessor), maka surat edaran ini membatasi pembahasan pada
Financial Lease dan Operating Lease dari sisi Lessee
Untuk dapat digunakan sebagai pedoman dalam perlakuan akuntansi dan pelaporan
transaksi sewa guna usaha di PT. PLN (Persero), maka surat edaran ini akan mengatur
tentang hal-hal yang berhubungan dengan sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease)
seperti; pengertian Financial Lease dan Operating Lease, penetapan kode akun, perlakuan
‘akuntansi, pelaporan dan pengungkapan transaksi sewa guna usaha dengan hak opsi
PENGERTIAN
Leasing atau Sewa Guna Usaha (SGU) merupakan suatu kegiatan pembiayaan barang
modal baik secara SGU dengan Hak Opsi (Finance Lease) maupun SGU tanpa Hak Opsi
(Operating Lease) untuk dipergunakan oleh Lessee selama jangka waklu tertentu
berdasarkan pembayaran secara berkala,
Financial Lease (Sewa Guna Usaha Pembiayaan)
Pada jenis ini Lessor adalah pihak yang membiayai penyediaan barang modal dan sebagai
emi barang modal. Sedangkan Lessee adatah pihak yang menggunakan barang modal.
Lessee biasanya memilih barang modal yang dibutuhkan dan melakukan pemesanan,
Pemeriksaan serta pemeliharaan barang modal yang menjadi objek transaksi sewa guna
Usaha. Selama masa sewa guna usaha, Lessee melakukan pembayaran secara berkala
¥Jumiah seluruh pembayaran ditambah dengan pembayaran nilai sisa (Residual Value), kalau
‘ada, akan mencakup pengembalian harga perolehan barang modal yang dibiayai serta
bunganya. Bunga merupakan pendapatan bagi perusahaan sewa guna usaha
Operating Lease (Sewa Menyewa Biasa)
Pada jenis ini, Lessor membeli barang modal dan selanjutnya disewagunausahakan kepada
Lessee. Jumiah seluruh pembayaran sewa guna usaha berkala tidak mencakup jumiah biaya
yang dikeluarkan untuk memperoleh barang modal tersebut berikut dengan bunganya,
Keuntungan Lessor berasal dari penjualan barang modal yang disewagunausahakan.Lessor biasanya bertanggungjawab atas biaya-biaya pelaksanaan Sewa guna usaha seperti
pajak, asuransi dan biaya pemelinaraan barang modal
Dari pengertian di atas ada 2 (dua) pihak yang teribat dalam transaksi Sewa Guna Usaha
vaitu
1. Perusahaan Sewa Guna Usaha (Leasing CompanylLessor) adalah badan usaha yang
‘melakukan kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara
Finance Lease maupun Operating Lease untuk digunakan oleh penyewa guna usaha
(Lessee) selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala,
2. Penyewa Guna Usaha (Lessee) adalah perusahaan atau perorangan yang menggunakan
bbarang modal dengan pembiayaan dari pihak Sewa Guna Usaha (Lessor).
‘Suatu transaksi sewa guna usaha dapat dikelompokkan sebagai Financial Lease/Capital
Lease apabila memenuhi semua krteria berikut ini
PSAK No, 30
‘+ Lessor wajib memperoleh tzin Usaha sebagai Perusahaan Pembiayaan dari Menteri
Keuangan sebagaimana_diatur. dalam —KeputusanMenteri_--Keuangan
No. 448/KMK.017/2000 tanggal 27 Oktober 2000.
+ Lessee memilki hak opsi untuk membell aktiva yang disewagunausahakan pada akhir
‘masa sewa dengan harga yang telah disetujui bersama pada saat dimulainya perjanjian
+ Seluruh perbayaran berkala yang dilakukan Lessee ditambah dengan nilai sisa (residu)
mencakup pengembalian harga perolehan barang modal yang disewagunausahakan
Serta bunganya, sebagai keuntungan lessor (full payment lease),
* Masa sewa guna usaha minimum 2 tahun.
IAS 17 dan Exposure Draft PSAK No, 30 (Revisi
Kiasifixasi sewa sebagai sewa pembiayaan atau sewa biasa didasarkan pada substansi
transaksi dan bukan pada formalitas kontraknya, Contoh dari situasi yang secara individual
‘atau gabungan dalam kondisi normal mengarah pada sewa yang diklasifkasikan sebagai
sewa pembiayaan adalah;+ Sewa mengalihkan kepemilikan asset kepada lessee pada akhir masa sewa,
* Lessee mempunyai opsi untuk membeli asset pada harga yang cukup rendah dibanding
rilai wajar pada tanggal opsi mulai dapat dilaksanakan sehingga pada awal sewa dapat
dipastikan bahwa opsi memang akan dilaksanakan.
‘+ Masa sewa adalah untuk sebagien besar umur ekonomik asset meskipun hak milk tidak
dialinkan.
+ Pada awal sewa,
kini dari jumiah pembayaran sewa minimum secara substansial
‘mendekatinilai wajar asset sewaan
+ Asset sewaan memilki karakteristik khusus dimana hanya lessee yang dapat
‘menggunakannya tanpa perlu modifikasi secara material
Penetapan kode akun untuk transaksi yang berhubungan dengan sewa guna usaha
tro ex ‘Antiva Tetap - Sewa Guna Usaha, dimana *x" disamakan dengan
kode Aktiva Tetap yang sesual
1.20 3x ‘Akumulasi penyusutan — Aktiva Tetap Sewa Guna Usaha, dimana “x?
disamakan dengan kode Akumulasi Penyusutan Aktiva Tetap yang
sesuai
400.129.913 Kewajban Sewa Guna Usaha ~ Jangka Panjang
400.229.913 Kewajban Sewa Guna Usaha — Jangka Pendek
1400.25.50 Baya Bunga Masih Harus Dibayar ~ Sewa Guna Usaha
700.300.700 Beban Bunga ~ Sewa Guna Usaha
xx 50. Sx Beban Penyusutan~ Sewa Guna Usaha
Perlakuan Akuntansi oleh Penyewa Guna Usaha (Less
Perlakuan akuntansi untuk Sewa Guna Usaha dapat dilihat dari sisi Lessor dan dari sisi
Lessee. Dari sisi Lessor, Sewa Guna Usaha dapat dilhat sebagai Financial Lease atau
Operating Lease. Sedangkan dari sisi Lessee, Sewa Guna Ussha dapat diperlakukan
sebagai Capital Lease atau Operating Lease. Oleh karena itu perusahaan selama ini sebagai
pihak yang menyewa (Lessee) dan tidak diharapkan menjadi pihak yang menyewakan
(Lessor), maka dalam edaran ini hanya diatur perlakuan Sewa Guna Usaha dari sisi Lessee.
Vt Capital Lease:
V.1.1 Pada saat permulaan sewa guna usaha, Lessee mencatat barang modal sebagai
‘Aktiva Tetap dan Kewajiban sebesar nilai wajar atau nilai tunai dari seluruhPembayaran sewa guna usaha ditambah nilai sisa (harga opsi) yang harus dibayar
oleh penyewa guna usaha pada akhir masa sewa guna usaha atau sebesar nila Kini
osG0000006 | Keuntungan sel Kurs ‘Rp. 379.205.063.340
Kurs yang digunakan pada tanggal 31 Desember 2006 sebesar Rp 75,7953/JPY 1 sesuai dengan
kurs tengah Bl pada tanggal tersebut.
7 00300 901 | Beban Bunga SGU Rp. 172.449.110.248
| 400129807 | Biaya Bunga YMA Dibayar
-sGu Ro. 172.449.110.248
~ Pada awal tahun berikutnya dilakukan reversing entry:
[400729907 | Biaya Bunga VW Dibayar
SGU Rp. 172.449.110.248,
[700300807 | Beban Bunga —SCU Rp. 172.449.110.248
~ Pada saat pembayaran angsuran ke 1 dan 2 pada tahun 2007 dicatat:
Pembayaran angsuren ke 1 (30 April 2007) dengan asumsi kurs JPY 1 = Rp 80
400229912 | Kewajban SGU—Jk POR | Rp. 342718 973.017
700300 907 | Beban Bunga-SGU Rp. 546.046.871.765
[90000000 Kerugian Selisin Kurs Rp. 149.012.131.538] =
Done vox | Kas/Bank Rp. 907.777 916.320
Pembayaran anasuran ke 2 (31 Oktober 2007) dengan asumsi kurs JPY 4 = Rp 60
4002 29 912 | Kewajiban SGU—Jk Pak | Rp. 385.686.200.330 ]
700300 807 | Beban Bunga - SGU Rp. 832.361.277.735
sox x3e060 | Kerugian Selisih Kurs Rp. 19:731.429 253
Texxwoox | KasiBank LC Rp. 907.777.916.520
4Untuk pembayaran selanjutnya tetap menggunakan tabel perhitungan lease compensation untuk
mengalokasikan pembayaran SGU sebagai angsuran pokok dan bunga.
= Tanggal 31 Desember 2007 dilakukan pencatatan Beban Penyusutan :
[773x000 | Beban Penyusutan - AT] Rp. 516.532.128.599
scu
73a | Ream Pery=ATSGU | Rp. 518.532.128.595
— Untuk tahun 2008 sampai dengan tahun 2030 dilakukan pencatatan yang sama dengan tahun
2007 terhadap pembayaran angsuran sewa guna usaha, pencatatan pengakuan beban dan
pencatatan beban penyusutan.
—Setiap akhir tahun mulai tahun 2008 sampai dengan 2030 dilakukan adjustment untuk
mengkiasifkasikan kewajiban Sewa Guna Usaha Jangka Panjang menjadi Kewajiban Sewa
Guna Usaha Jangka Pendek dengan jumlah sesuai tabel perhitungan lease compensation.
— Pengakuan Kewajiban SGU jangka pendek akhir tahun berjatan sesuai dengan jumiah hutang
ppokok yang jatuh tempo pada tahun berikutnya.
~ Perhitungan beban penyusutan dan selisih kurs dapat dilakukan secara bulanan
~ Apabila pembayaran ciclan lebih besar dari jumlah pembayaran minimum maka selisih
tersebut dibebankan sebagai beban bunga pada periode berjalan,
anggal 30 April 2030 (pada saat pembavaranterahirhutana SGU) di
113 T xxx | Aktiva Tetap — Tanah [Rp 53.113.607.336
TAS Toomer | Akiva Tetap= Mesin | Rp 140003367 472178
TS Toa | Akuns Peny—AT SGU | Rp 12-185 505 022.088
TOT HERE | Ava Tetap Tanah- SGU Bp.
53,119.607.396
Tis TeeR | Akiva Tetap ine & Wes ~ RP.
sou 14,000,967 472.179
Texan | Akan Peny — Ava Tetap Re.
Mesin | 12.105 506.022.062
15~ Beban Penyusutan sejak tanggal 30 April 2030 sampai dengan akhir masa manfaat mesin
(Tahun 2033) dicatat sama seperti tahun sebelumnya. Bedanya hanya pembebanannya
langsung ke kelompok penyusutan aktiva tetap mesin sesuai jenis dan fungsinya
713 xxxK | Beban Penyusutan — AT] Rp. 518.530 128500
Mesin
113 Zoe | Akum Peny AT Miesin Rp. 616.53. 128 688
16