Anda di halaman 1dari 18

SEMINAR AKUNTANSI KEUANGAN

INTERNATIONAL FINANCIAL REPORTING STANDARDS (IFRS) 2

Disusun Oleh:

Kelas Intensif 6602

Hadyan Abdullah 1711070226

PERBANAS INSTITUTE

JAKARTA

2019
A. PENDAHULUAN

Entitas dituntut untuk mampu mempertahankan kelanjutan hidup dalam

tingginya persaingan bisnis dewasa ini. Dalam meningkatkan kemampuan

bersaing entitas dalam dunia bisnis, salah satu alat yang dapat digunakan yaitu

kompensasi karyawan. Kompensasi bertujuan agar entitas mampu untuk

meningkatkan kinerja karyawan. Dengan adanya kompensasi, entitas akan lebih

mudah untuk menarik karyawan potensial, mempertahankan serta memotivasi

karyawannya sehingga dapat meningkatkan kinerja entitas dan mampu

menghasilkan produk yang kompetitif baik dari segi harga maupun kualitas

produk.

Entitas biasanya memberikan saham atau opsi sham kepda pegawainya

terutama direksi dan eksekutif entitas berkitan dengan kompensasi atas kinerja

dimasa depan. IFRS 2 merupakan standar yang mengatur tentang pengukuran dan

pengungkapan kompensasi berbasis saham dan mewajibkan jumlah tersebut

sebagai beban selama masa kerja karyawan. IFRS 2 berlaku untuk transaksi

dengan karyawan dan pihak ketiga, baik yang diselesaikan secara tunai, lainnya

aset (relatif jarang, tapi misalnya emas) atau instrumen ekuitas. IFRS diterbitkn

pd thun 2004 dan diubah terkait dengan kondisi vesting dan pembatalan yang

verlaku pada 1 Januari 2009.

Prinsip umum IFRS 2 adalah bahwa entitas mangkui biaya barang atau

jasa ( atau aset, jika barang dan jasa yang diterima memenuhi kriteria pengakuan

aset) dengan masuknya kredit yang diakui baik dalam ekuitas maupun kewajiban

(tergantung pada klasifikasi kompensasi berbasis saham). Standar mewajibkan

entitas untuk mangakui pembayaran berbasis saham (share-based payment)


sebesar nilai wajar saat barang dan jasa diterima. yang ditentukan pada tanggal

pemberian dana untuk pembayaran berbasis saham yang dikeluarkan untuk

karyawan.

B. RUANG LINGKUP

IFRS 2 meliputi penerbitan saham, atau hak atas saham, dengan imbalan

jasa atau barang. Contoh item yang termasuk dalam ruang lingkup IFRS 2 adalah

hak pangsa penghargaan, rencana pembelian saham karyawan, rencana

kepemilikan saham oleh karyawan, rencana opsi saham dan rencana dimana

penerbitan saham (atau hak atas saham) mungkin tergantung pada kondisi terkait

pasar atau non-pasar. IFRS 2 berlaku untuk semua entitas. Tidak ada pengecualian

untuk entitas swasta atau entitas yang lebih kecil. Selain itu, anak perusahaan

menggunakan entitas induk atau sesama anak perusahaan sebagai bahan

pertimbangan untuk barang atau jasa yang berada dalam ruang lingkup standar.

Entitas harus menerapkan IFRS ini untuk menghitung semua transaksi

pembayaran berbasis saham termasuk:

1. Transaksi pembayaran berbasis saham yang disetor ekuitas

Dimana entitas menerima barang atau jasa sebagai bahan

pertimbangan untuk instrumen ekuitas entitas (termasuk saham atau

opsi saham). Contoh : pemberian saham atau opsi saham untuk

karyawan

2. Transaksi pembayaran berbasis saham tunai yang disetor

Dimana entitas memperoleh barang atau jasa dengan menimbulkan

kewajiban kepada pemasok barang atau jasa tersebut dengan jumlah


yang didasarkan pada harga (atau nilai) dari saham entitas atau ekuitas

lainnya instrumen dari entitas. Contoh : pemberian saham apresiasi

terhadap karyawan, yang memberikan karyawan kepada uang masa

depan pembayaran berdasarkan kenaikan harga saham entitas

3. Transaksi dimana entitas menerima atau memperoleh barang atau jasa

dan persyaratan pengaturan tersebut menyediakan baik entitas atau

pemasok barang atau jasa tersebut dengan pilihan apakah entitas

menyelesaikan transaksi secara tunai (atau aset lainnya) atau dengan

menerbitkan instrumen ekuitas.

IFRS 2 tidak hanya diterapkan untuk transaksi dengan karyawan.

Misalnya, jika pemasok eksternal atas barang atau jasa dibayar dalam saham, opsi

saham atau uang tunai berdasarkan harga (atau nilai) saham atau instrumen

ekuitas lain entitas, IFRS 2 juga harus diterapkan. Barang tidak termasuk aset

keuangan, namun mencakup persediaan, bahan habis pakai, properti, pabrik dan

peralatan, barang tak berwujud, dan aset non-keuangan lainnya. Bahkan jika suatu

entitas tidak dapat secara khusus menentukan pertimbangan (barang atau jasa)

yang diterima sebagai imbalan atas sahamnya maka harus menerapkan IFRS 2.

Jika suatu entitas memberikan saham kepada badan amal tanpa manfaat yang

dapat diidentifikasi maka transaksi tersebut berada dalam ruang lingkup IFRS 2.

IFRS 2 juga berlaku untuk penghargaan yang disetor ekuitas yang

diberikan oleh pemegang saham kepada pihak (termasuk karyawan) yang

memasok barang atau jasa kepada entitas. Misalnya, Standar ini berlaku untuk

transfer instrumen ekuitas entitas induk (atau entitas lain dalam kelompok yang

sama), kepada pihak-pihak yang memasok barang atau jasa kepada entitas.
IFRS 2 tidak mencakup transaksi berikut:

1. Transfer instrumen ekuitas yang jelas-jelas bukan pembayaran barang dan

jasa

IFRS 2 tidak berlaku untuk transaksi pembayaran berbasis saham

lainnya selain untuk akuisisi barang dan jasa. Oleh karena itu, dividen

saham, pembelian saham treasury, dan penerbitan tambahan saham tidak

termasuk dalam lingkup IFRS 2.

2. Transaksi dengan pemegang saham secara keseluruhan, yaitu ketika

pemegang saham hanya bertindak sebagai pemegang saham

3. Transaksi dalam lingkup IAS 32 dan IAS 39

IFRS 2 tidak membahas pembayaran berbasis saham dalam lingkup

paragraf 8-10 dari IAS 32 tentang Instrumen Keuangan: Penyajian atau

paragraf 5-7 dari IAS 39 tentang Instrumen Keuangan: Pengakuan dan

Pengukuran. Oleh karena itu, IAS 32 dan IAS 39 harus diterapkan untuk

kontrak komoditas berbasis derivative yang dapat diselesaikan dengan

saham atau hak atas saham.

4. Penghargaan pembayaran berbasis saham untuk memperoleh barang dalam

konteks kombinasi bisnis yang menerapkan IFRS 3 Business Combinations.

Penerbitan saham dalam kombinasi bisnis harus dicatat menggunakan

IFRS 3 Kombinasi Bisnis. Namun, perlakuannya harus dibedakan antara

pembayaran berbasis saham yang terkait dengan akuisisi dari orang – orang

yang sehubungan dengan kelanjutan dari jasa yang diberikan oleh

karyawan.
KONDISI VESTING

Kondisi vesting adalah kondisi yang menentukan apakah entitas menerima

jasa yang memberikan hak kepada pihak lawan transaksi untuk menerima kas,

aset lain atau instrumen ekuitas entitas, pada perjanjian pembayaran berbasis

saham.

1) Kondisi Servic adalah rekan harus untuk menyelesaikan periode layanan


yang ditentukan selama jasa tersebut diberikan kepada entitas atau

2) Kondisi Kinerja, yaitu rekan harus menyelesaikan layanan dalam jangka


waktu tertentu (dalam kondisi layanan tertentu) dan ditentukan target
kinerja yang harus dipenuhi

Kondisi vesting kinerja pasar adalah suatu kondisi yang terkait dengan harga

pasar instrumen ekuitas entitas yang menjadi persyaratan harga eksekusi, vesting,

atau ketereksekusian (exercisability) suatu instrumen ekuitas, seperti pencapaian

harga tertentu dari saham atau nilai intrinsik tertentu dari opsi saham, atau

pencapaian target tertentu yang didasarkan atas harga pasar instrumen ekuitas

entitas secara relatif terhadap indeks harga pasar instrumen ekuitas entitas lain.

Periode vesting adalah periode dimana semua kondisi vesting yang

ditentukan dalam perjanjian pembayaran berbasis saham harus dipenuhi

C. AKUNTANSI UNTUK PEMBAYARAN BERBASIS SAHAM YANG

DISELESAIKAN DENGAN EKUITAS

Equity-settled atau diselesaikan dengan instrumen ekuitas berarti entitas

menerima barang atau jasa yang dibayar dengan instrumen ekuitas milik entitas

(termasuk saham atau opsi saham). Untuk transaksi pembayaran berbasis saham
yang diselesaikan dengan ekuitas untuk transaksi dengan bukan karyawan, entitas

harus langsung mengukur barang atau jasa yang diterima pada nilai wajar atau

fair value pada saat barang atau jasa tersebut diterima, kecuali bila nilai wajar

tidak dapat diestimasi secara andal. Jika entitas tidak dapat mengestimasikan

keandalan dari nilai wajar dari barang atau jasa yang diterima, entitas harus

mengukur nilainya sesuai dengan peningkatan ekuitas, secara tidak langsung

menggunakan referensi pada nilai wajar dari instrumen ekuitas yang diberikan.

Saham, opsi saham atau instrument ekuitas lainnya biasanya diberikan

kepada karyawan sebagai bagian dari paket remunerasi mereka, di samping

pemberian gaji secara tunai dan imbalan kerja lainnya. Biasanya tidak

memungkinkan untuk mengukur secara langsung jasa yang diterima atas

komponen tertentu dari paket remunerasi karyawan. Tidak memungkinkan juga

untuk mengukur nilai wajar dari jumlah paket remunerasi secara terpisah, tanpa

mengukur secara langsung nilai wajar instrumen ekuitas yang diberikan.

Selanjutnya, saham atau opsi saham terkadang diberikan sebagai bagian dari

bonus, dan bukannya sebagai bagian dari remunerasi pokok, misalnya sebagai

insentif kepada karyawan untuk tetap bekerja di entitas atau untuk menghargai

mereka atas usahanya dalam meningkatkan kinerja entitas. Mengestimasi nilai

wajar dari manfaat tambahan tersebut sepertinya akan sulit. Dikarenakan kesulitan

untuk mengukur nilai wajar jasa yang diterima secara langsung, entitas harus

mengukur nilai wajar dari jasa karyawan yang diterima dengan mengacu kepada

nilai wajar instrumen ekuitas yang diberikan.

Pemberian instrumen ekuitas dapat tergantung pada pemenuhan kondisi

vesting (vesting condition) tertentu. Sebagai contoh, pemberian saham atau opsi
saham kepada karyawan biasanya mensyaratkan karyawan tetap bekerja pada

entitas sampai dengan jangka waktu tertentu. Mungkin terdapat kondisi vesting

kinerja (performance condition) yang harus dipenuhi, seperti entitas mencapai

pertumbuhan laba tertentu atau kenaikan tertentu harga saham entitas. Kondisi

vesting, selain kondisi vesting kinerja pasar, seharusnya tidak dipertimbangkan

dalam mengestimasi nilai wajar saham atau opsi saham pada tanggal pengukuran.

Sebaliknya, kondisi vesting harus dipertimbangkan dengan menyesuaikan jumlah

instrumen ekuitas yang dimasukkan dalam pengukuran jumlah transaksi sehingga,

akhirnya, jumlah yang diakui untuk barang atau jasa yang diterima sebagai

imbalan atas instrumen ekuitas yang diberikan harus didasarkan atas jumlah

instrumen ekuitas yang pada akhirnya vest. Dengan demikian, secara kumulatif,

tidak ada jumlah yang diakui untuk barang atau jasa yang diterima jika instrumen

ekuitas yang diberikan tidak vest karena kegagalan memenuhi kondisi vesting,

misalnya pihak lawan transaksi gagal menyelesaikan masa kerja tertentu atau

kondisi vesting kinerja tidak terpenuhi.

Jika instrumen yang diberikan tidak vesting sampai pihak lawan

menyelesaikan pemberian jasa tertentu dan jasa baru diterima dimasa depan

pengakuan dilakukan pada saat jasa diberikan beserta kenaikan ekuitas. Jika

didasarkan pada kinerja pasar dilakukan estimasi pada saat pemberian. Jika tidak

didasarkan kinerja pasar, estimasi dilakukan pada tanggal pemberian dan

kemudian dilakukan revisi selama periode vesting.

Menentukan Nilai Wajar Dari Instrumen Ekuitas Yang Diizinkan

 Nilai wajar ditentukan dengan dasar harga pasar pada suatu pasar yang

aktif.
 Apabila harga pasar tersebut tidak mungkin diperoleh maka nilai wajar

ditentukan dengan estimasi berdasar pada harga aset sejenis.

 Apabila estimasi tersebut tidak mungkin diperoleh maka, nilai wajar

ditentukan dengan metode penilaian yang sesuai dengan kondisi masing-

masing.

D. AKUNTANSI UNTUK PEMBAYARAN BERBASIS SAHAM YANG

DISELESAIKAN DENGAN KAS

Dalam transaksi pembayaran berbasis saham yang diselesaikan dengan

kas, entitas harus mengukur barang atau jasa yang diterima dan kewajiban yang

terjadi pada nilai wajar kewajiban. Hingga kewajiban tersebut diselesaikan,

entitas harus mengukur kembali nilai wajar dari kewajiban di setiap akhir periode

pelaporan dan pada tanggal penyelesaian, dengan perubahan nilai wajar yang

diakui dalam periode laba rugi tahun berjalan.

Sebagai contoh sebuah entitas mungkin memberikan saham sebagai

apresiasi kepada karyawan sebagai bagian dari paket remunerasi, dimana

karyawan akan berhak untuk mendapatkan pembayaran tunai di masa mendatang

(bukan instrument ekuitas), berdasarkan kenaikan harga saham entitas (share

appreciation rights) dari level spesifik tertentu selama periode waktu tertentu.

Atau sebuah entitas mungkin memberikan kepada karyawannya hak untuk

menerima uang tunai di masa mendatang dengan memberikan mereka hak atas

saham (termasuk saham yang akan diterbitkan atas opsi saham) yang dapat

ditebus kembali, baik wajib (misalnya pemberhentian kerja) atau berdasarkan

pilihan karyawan.
Entitas harus mengakui jasa yang diterima dan kewajiban untuk

membayar dari jasa yang diberikan oleh karyawan. Sebagai contoh, beberapa hak

saham atas apresiasi secara cepat dan karyawan tidak diperlukan untuk

menyelesaikan periode spesifik tertentu menjadi berhak atas pembayaran tunai.

Dengan tidak adanya bukti untuk sebaliknya, entitas harus mengasumsikan bahwa

jasa yang diberikan oleh karyawan dalam pertukaran dengan hak saham atas

apresiasi telah diterima. Dengan demikian, entitas harus mengakui jasa yang

diterima dan kewajiban untuk membayar mereka. Jika hak saham atas apresiasi

tidak diberikan hingga karyawan telah menyelesaikan masa tertentu dari suatu

jasa yang telah ia berikan, entitas harus mengakui jasa yang diterima dan

kewajiban untuk membayar mereka sebagaimana karyawan telah memberikan

jasanya selama periode tersebut.

Entitas harus mengakui jasa yang diterima dan liabilitas untuk membayar

karyawan tersebut, pada saat karyawan menyerahkan jasa selama periode tersebut

Kewajiban harus diukur pada awalnya dan pada setiap tanggal pelaporan sampai

diselesaikan, pada nilai wajar dari hak saham atas apresiasi, dengan menerapkan

penentuan harga opsi, dengan mempertimbangkan syarat dan kondisi dimana hak

saham atas apresiasi diberikan dan sejauh mana karyawan yang telah memberikan

jasanya hingga saat ini.

E. AKUNTANSI UNTUK PEMBAYARAN BERBASIS SAHAM YANG

DISELESAIKAN DENGAN KAS DAN PENERBITAN SAHAM

Untuk transaksi pembayaran berbasis saham dimana syarat dari

pengaturan menyediakan pilihan apakah entitas mau menyelesaikan transaksi


melalui kas (atau aset lainnya) atau dengan penerbitan saham, entitas harus

menghitung transaksi tersebut, atau komponen dari transaksi tersebut, sebagai

penyelesaian melalui kas, sejauh entitas telah membuat kewajiban untuk

diselesaikan dengan kas atau aset lainnya, atau sebagai penyelesaian melalui

penerbitan saham, sejauh tidak ada kewajiban yang terjadi.

Jika entitas telah diberikan hak oleh rekan untuk memilih apakah transaksi

berbasis saham akan diselesaikan melalui kas atau dengan menerbitkan saham,

entitas telah diberikan gabungan instrumen keuangan, dimana termasuk

komponen hutang (yaitu hak rekan untuk meminta pembayaran secara tunai) dan

komponen ekuitas (yaitu hak rekan untuk meminta penyelesaian dalam instrument

ekuitas daripada tunai). Untuk transaksi dengan pihak lain selain karyawan,

dimana nilai wajar dari barang atau jasa yang diterima diukur dengan nilai wajar,

entitas harus mengukur komponen ekuitas sebagai gabungan instrumen keuangan

sebagai perbedaan antara nilai wajar dari barang atau jasa yang diterima dan nilai

wajar dari komponen kewajiban, pada saat barang atau jasa diterima.

Entitas harus mengukur nilai wajar dari komponen kewajiban dan

kemudian mengukur nilai wajar dari komponen ekuitas, dengan

mempertimbangkan bahwa rekan harus kehilangan hak untuk menerima kas untuk

menerima instrumen ekuitas. Nilai wajar dari gabungan instrumen keuangan

adalah total dari nilai wajar dua komponen. Bagaimanapun, transaksi berbasis

saham dimana rekan memiliki hak atas pilihan penyelesaian seringkali terstruktur

sehingga nilai wajar dari alternatif penyelesaian sama dengan yang lainnya. Untuk

transaksi lainnya, termasuk transaksi dengan karyawan, entitas harus mengukur

nilai wajar instrumen keuangan pada tanggal pengukuran, dengan


mempertimbangkan syarat dan ketentuan dimana hak atas kas atau instrumen

ekuitas diberikan.

Untuk transaksi pembayaran berbasis saham dimana persyaratan

perjanjiannya memberikan entitas dengan pilihan apakah akan diselesaikan

dengan kas atau dengan menerbitkan instrumen ekuitas, entitas harus menentukan

apakah entitas memiliki kewajiban kini untuk menyelesaikan dengan kas dan

menghitung transaksi pembayaran berbasis saham secara benar. Entitas memiliki

kewajiban kini untuk menyelesaikan dengan kas jika pilihan penyelesaian dengan

instrumen ekuitas tidak memiliki aspek komersial (misalnya, karena entitas

tersebut dilarang secara hukum untuk menerbitkan saham), atau entitas memiliki

praktek dimasa lalu atau kebijakan tertulis mengenai penyelesaian dengan kas,

atau secara umum menyelesaikan dengan kas jika pihak lawan transaksi meminta

penyelesaian dengan kas.

Jika entitas memiliki kewajiban kini untuk menyelesaikan dengan kas,

entitas harus menghitung transaksi tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku

untuk transaksi pembayaran berbasis saham yang diselesaikan dengan kas. Jika

tidak ada kewajiban tersebut, entitas harus menghitung transaksi tersebut sesuai

dengan ketentuan yang berlaku untuk transaksi pembayaran berbasis saham

dengan penyelesaian instrumen ekuitas.

F. PENGUNGKAPAN

Untuk transaksi pembayaran berbasis saham ini, IFRS mengharuskan

sebuah penjelasan dan pengungkapan yang komprehensif dan lengkap mengenai

transaksi pembayaran berbasis saham tersebut baik menyangkut sifat dan lingkup
perjanjiannya, nilai wajar dari barang ataupun jasa yang diterima, nilai dari

instrumen ekuitas yang diberikan sampai kepada dampak dari transaksi

pembayaran berbasis saham tersebut terhadap laba dan rugi perusahaan/entitas

dalam suatu periode dan posisi keuangannya. Namun demian, terdapat 3 kategori

penting dalam pengungkapan transaksi pembayaran berbasis saham yang harus

dipenuhi oleh enitas/perusahaan, yaitu:

Entitas mengungkapan tentang sifat dan ketentuan dari perjanjian

pembayaran berbasis saham yang terjadi selama periode pelaporan.

Pengungkapan ini setidaknya berisi:

 Penjelasan tentang jenis/tipe dari rencana pembayaran berbasis kas,

termasuk ketentuan dan persyaratan dari rencana tersebut, kondisi

vesting, dan metode pembayaran (kas atau ekuitas)

 Jumlah dari opsi yang beredar di awal dan akhir tahun, dan jumlah dari

opsi yang dikeluarkan, hangus, dieksekusi, dan kadaluarsa selama

tahun/periode pelaporan

 Rata-rata tertimbang dari harga saham pada tanggal eksekusi.

 Untuk opsi saham yang beredar di akhir periode pelaporan, jarak antara

harga sewaktu eksekusi dengan rata-rata tertimbang menyisakan umur

kontrak

Entitas mengungkapkan pula informasi yang memungkinkan pengguna

laporan keuangan untuk memahami bagaimana penentuan nilai wajar barang atau

jasa yang diterima atau nilai wajar instrumen ekuitas yang diberikan selama

periode. Dan entitas juga mengungkapkan informasi yang memungkinkan

pengguna laporan keuangan untuk memahami dampak transaksi pembayaran


berbasis saham terhadap laba rugi entitas selama periode dan terhadap posisi

keuangannya.

G. CONTOH SOAL

1. Ilustrasi – Pengakuan dari pemberian opsi saham kepada karyawan

Perusahaan memberikan hibah dari total 100 opsi saham kepada 10 anggota

eksekutif tim manajemen (masing – masing mendapat 10 hak opsi) pada

Januari 20X5. Opsi ini mempunyai masa tunggu pada akhir periode ketiga.

Perusahaan telah menentukan bahwa setiap opsi memiliki nilai wajar pada saat

pemberian sama dengan 15. Perusahaan mengharapkan dari seluruh 100 hak

opsi saham akan diambil pada akhir masa tunggu, sementara itu jurnal yang

dicatat pada 30 Juni 20X5 – akhir dari periode laporan interim pertama.

Beban opsi saham 250

Ekuitas 250

[(100 x 15) : 6 periode] = 250 per periode

Jika seluruh dari 100 saham tersebut habis masa tunggunya, jurnal diatas akan

dibuat pada setiap akhir periode 6 bulan laporan.

Namun, jika satu dari anggota executive tim manajemen meninggalkan

perusahaan pada pertengahan 20X6, maka 10 saham opsi akan hangus, jurnal

yang dibuat pada saat 31 Desember 20X6 menjadi:

Beban opsi saham 150

Ekuitas 150

[(90 x 15) : 6 periode = 225 periode. [225 x 4] – [250+250+250] = 150


2. Ilustrasi Kompensasi saham

Pada 1 Nov 2017 pemegang saham PT. ABC menyetujui rencana pemberian

bonus kepada 5 direktur dalam bentuk opsi untuk membeli 2.000 saham

dengan nilai par Rp1.000 untuk tiap Direktur. Perusahaan memberikan opsi

tersebut pada tanggal 1 Januari 2018. Direktur dapat mengeksekusi opsi

tersebut dalam 10 tahun ke depan. Harga opsi saham per lembar Rp 60.000

dan harga pasar saham Rp 70.000 per lembar. Perusahaan menggunakan

metode nilai wajar (mis: pendekatan Black Scholes) dalam menentukan opsi

saham. Misalkan hasil perhitungan nilai wajar opsi saham berdasarkan hasil

perhitungan adalah Rp220.000.000.

Jangka waktu manfaat itu diberikan adalah 2 tahun dari opsi tersebut

diberikan.

31 Desember 2015

Beban kompensasi 110.000.000*

Imbalan berbasis saham – Opsi saham 110.000.000

*(220.000.000 ÷ 2)

31 Desember 2016

Beban kompensasi 110.000.000

Imbalan berbasis saham – Opsi saham 110.000.000


3. Ilustrasi Kompensasi saham - lanjutan

Direktur PT. ABC mengesekusi 2.000 opsi dari 10.000 opsi (20%) pada 1 Juni

2018 (3 tahun 5 bulan setelah diberikan).

Jurnal pada 1 Juni 2018

Kas (2,000 x 60,000) 120.000,000

Agio saham – opsi saham (220jt*20%) 44.000.000

Modal saham - biasa (2,000 x 1.000) 2.000.000

Agio saham - biasa 162.000.000

4. Ilustrasi Kompensasi saham - lanjutan

Direktur PT. ABC tidak mengeksekusi sisa kompensasi yang diberikan, maka

akan dicatat:

June 1, 2018

Agio saham – opsi saham (220jt*80%) 176.000.000

Agio saham – opsi daluwarsa 176.000.000


H. CONTOH LAPORAN KEUNGAN ENTITAS TERKAIT IFRS 2

1. Garuda Indonesia (30 Juni 2017)

Catatan Atas Laporan Keuangan

Laporan Posisi Keuangan


2. CIMB Niaga (31 desember 2018)

Laporan Laba Rugi Komprehensif

Catatan Atas Laporan Keuangan

Anda mungkin juga menyukai