Perikatan bersyarat
– adalah perikatan yg pemenuhan prestasinya
dikaitkan pd syarat tertentu.
– Apa yg dimaksud dgn syarat?
a/ peristiwa yg akan datang dan blm pasti terjadi
(P.1253)
32
Syarat dibedakan atas 2 macam:
– Syarat yang menangguhkan
Artinya apabila syarat tsb dipenuhi, maka perikatannya
menjadi berlaku
– A akan menjual rumahnya kpd B, kalo A jadi dipindah o/
perusahaannya ke Jakarta. Yg menentukan apakah A jadi
dipindah o/ perusahaannya atau tdk tergantung
perusahaannya. Jadi belum pasti terjadi.
– Kalau A betul dipindah ke Jakarta, maka perikatannya
berlaku, yakni A hrs menjual rumahnya kpd B
33
– Syarat yg memutuskan atau membatalkan
Artinya apabila syarat tersebut dipenuhi, maka
perikatannya menjadi putus atau batal.
– A akan menyewakan rumahnya kpd B asal tdk dipakai utk
gudang. Jika B menggunakan rumah tsb utk gudang,
maka syarat itu telah terpenuhi dan perikatan menjadi
putus atau batal dan pemulihan dlm keadaan semula
seperti tdk pernah terjadi perikatan.
34
Perikatan yg bertujuan melakukan sesuatu
yg tdk mungkin dilaksanakan, bertentangan
dg kesusilaan dan dilarang UU a/ batal
hukumnya.
Dg demikian perikatan yg dikaitkan dg
syarat-syarat tertentu di atas jadi batal.
Syarat yg tdk mungkin terlaksana, artinya
secara obyektif syarat itu tdk mungkin
dipenuhi.
35
– A akan memberikan hadiah senilai 1 juta rupiah kepada B,
dgn syarat B dpt menempuh perjalanan Semarang – Jakarta
dlm waktu satu hari.
Ukuran bertentangan dg kesusilaan atau UU?
UU sendiri tidak mengatur lebih lanjut.
Ukuran yg dipakai biasanya a/ manusia bebas utk
mengambil keputusan mengenai dirinya sendiri, tapi
apabila ada paksaan atau tekanan batin sehingga ia
tidak bebas lg, maka ini dianggap bertentangan dg
kesusilaan.
36
– A akan memberi B hadiah sebuah mobil dg syarat,
B tdk blh menikah dg C. Di sini hibahnya akan
batal.
– Demikian jg halnya ketika A akan menaikkan upah
B, jika B mau menikah dgn C. Ini bertentangan dg
kesusilaan.
Syarat dibedakan menurut isinya:
– Syarat potestatif
– Syarat kebetulan
– Syarat campuran
09/21/23 37
Syarat potestatif
– a/ syarat yg pemenuhannya tergantung dari kekuasaan salah
satu pihak
Syarat kebetulan
– a/ syarat yg pemenuhannya tdk tergantung dari kekuasaan
kedua belah pihak
Syarat campuran
– a/ syarat yg pemenuhanny tergantung dari kemauan salah
satu pihak jg bergantung dari kemauan pihak ketiga bersama-
sama.
A akan memberi rumah kpd B, jika B mau menikah dgn keponakanny.
Jadi syarat ini tergantung dari B dan jg keponakanny.
38
Dalam perikatan yang bersyarat, debitur tdk
berkewajiban utk berprestasi sbelum syarat
itu dipenuhi.
Jika debitur tlh berprestasi sbelum syarat itu
dipenuhi, maka debitur dpt minta kembali
prestasiny sampai syarat itu dipenuhi. Jadi
merupakan pembayaran tdk terutang.
39
2.Perikatan dengan ketetapan waktu
09/21/23 40
– Ketetapan waktu yg memutuskan atau
membatalkan
Perjanjian kerja utk waktu satu tahun, atau sampai
meninggalnya buruh
Perikatan dpt sekaligus ditentukan mulainya dan
berakhirnya, yaitu sewa menyewa dimulai desember
yg akan datang sampai satu tahun lamanya. Jika tdk
ditentukan mulainya kapan, maka perikatan segera
berlaku dan kreditur segera minta pemenuhannya.
41
Perbedaan perikatan dgn ketetapan waktu dgn
perikatan bersyarat a/ adany kepastian waktu itu akan
datang.
Ketetapan waktu dapat tetap.
– penyerahan barang dilakukan tanggal 20 April yg akan akan
datang atau 4 hari lg.
Ketetapan waktu dapat tidak tetap.
– A akan memberikan rumah kpd B kalo A mati. Kematian A a/
pasti, tapi kapan itu terjadi a/ tdk dpt ditetapkn.
Soal:
– A dan B berjanji akan memberikan rumahnya masing-masing
kpd yg lain berdasarkn siapa yg meninggal duluan 42
Akibat hukum dari perikatan ini bermacam-macam.
UU menentukan bahwa ketetapan waktu a/ utk
keuntungan dari debitur, kecuali ditentukan lain
(P.1270).
– Pada umumnya, pembayaran sbelum waktunya dari
debitur tdk dpt dituntut o/ kreditur jg tdk akan ditolak o/
kreditur.
– Tapi apabila ketentuan waktu itu utk keuntungan kreditur,
maka pembayaran sbelum waktunya akan merugikan
kreditur.
43
– Hutang piutang dgn bunga.
– Debitur behak utk tdk digugat sbelum waktunya dan kreditur
jg berhak utk tdk dibayar sbelum waktuny.
Dalam perikatan dengan ketetapan waktu,
pembayaran sbelum waktunya tdk dpt diminta
kembali.dan ini berbeda dgn perikatan bersyarat.
Ketetapan waktu menangguhkan disebut terme de
droit. Harus dibedakan dgn terme de grace dlm pasal
1266. yg pertama menagguhkan pelaksanaan
prestasi, yg kedua debitur minta penangguhan
pemenuhan prestasi krn tlah ditagih oleh kreditur.
44
Kehilangan hak untuk
memanfaatkan ketetapan waktu.
45
Perbedaan perikatan bersyarat dan
perikatan dengan ketetapan waktu
46
3.Perikatan tanggung menanggung
atau tanggung renteng
47
Artinya, tiap-tiap kreditur dpt menuntut prestasi
seluruhnya dgn ketentuan masing-masing debitur
dpt dipertanggung gugatkan utk seluruh prestasi.
Ini dimaksudkan dgn sekali pemenuhan prestasi,
maka hubungannya menjadi lenyap.
– Karena A dan B bersama-sama mempunyai Hak atas
Rp.1000,00. Jika X tlah melunasi kpd A maka tuntutn B
kepada X jg akan lenyap. Demikian jg sebaliknya, jika X dan
Y bersama-sama hutang kpd A Rp.1000,00 maka A tlah
dibayar lunas kalo X telah membayar hutang itu seluruhny.
48
Umumnya X dan Y mengadakan perhitungan
intern diantara mereka sendiri. Perhitungan
inter inilah yang dinamakan perikatan yg
tanggung menanggung atau tanggung renteng.
Perikatan tanggung renteng dapat terjadi
karena:
Perjanjian
Ketentuan UU
49
Tanggung renteng
Aktif (Pasal 1278,1279)
Pasif (Pasal 130)
– Artinya, adakalanya terdapat lebih dari seorang kreditur atau
terdapat lebih dari seorang debitur. Mungkin jg terjadi kombinasi,
yaitu lebih dari seorang kreditur di pihak yg satu dan lebih dari
seorang debitur di pihak yg lain
Tanggung renteng aktif dlm praktek jarang terjadi.
Tanggung renteng aktif yg timbul dari UU jg tdk ada
Tiap-tiap kreditur dlm tanggung renteng aktif berhak
menuntut pemenuhan sluruh prestasi, dgn pengertian
pelunasan kpd salah satu kreditur membebaskn debitur
dari kewajibannya thd kreditur-kreditur lainnya (P.1278).
50
Tanggung renteng pasif dlm banyak hal
timbul dari UU.
– Mereka yg merampas dan orang yg menyuruh,
bertanggung jawab utk seluruhny secara
tanggung renteng.
– Orang yg bersama-sama menerima suatu barang
sbg pinjaman, maka masing-masing mereka utk
seluruhny bertanggungjawab thd orang yg
memberi pinjaman (P.1479).
51
Tanggung renteng pasif biasanya terdiri dari unsur:
– Dua orang debitur atau lebih
– Kewajiban debitur utk prestasi yg sama
– Pelunasan salah seorang debitur akan membebaskan
debitur lainny
– Perikatanny mempunyai dasar ato sebab yg sama.
Dlm tanggung renteng pasif, kreditur dpt menuntut
pemenuhan prestasi kpd setiap debitur, dlm
pengertian pelunasan dari seorang debitur
membebaskan debitur-debitur lainny (P.1280)
52
Daya berlaku tanggung renteng
54
Kadang kala terjadi prestasi itu harus dipenuhi o/ dua
ato lebih debitur ato dpt ditagih o/ dua ato lebih kreditur.
Hal ini dpt terjadi sejak semula dari perikatan ato akibat
dari suatu peristiwa yg kemudian terjadi. Misal
pewarisan
– A, B dan C secara tanggung renteng berkewajiban membayar
Rp.500,- dan ternyata A wafat dgn meninggalkn 5 orang ahli
waris. Maka kreditur dpt menagih B ato C masing-masing
Rp.500,- akan tetapi terhadap ahli waris A kreditur hanya dpt
menagih masing-masing Rp.500,-
Kalo prestasi tdk dpt dibagi, maka para debitur harus
memenuhi sluruh prestasi sekaligus
55
Perbedaan antara tanggung renteng
dan perikatan tak dapat dibagi:
58
Pembayaran o/ seorang debitur ato kpd salah
seorang kreditur melenyapkn perikatan.
Pd umumny,debitur yg tlah melunasi
hutangny mempunyai hak utk menagih kpd
sesama debitur yg lain, jg kalo kreditur yg tlah
menerima hutang seluruhny dari debitur
berkewajibn utk memperhitungkn dgn
kreditur-kreditur lain.
59
Sumber Perikatan
Perikatan
1233
Perjanjian Undang-Undang
1313 1352
Perbuatan Menurut
Hukum
1354 & 1359
Perbuatan Melawan
Hukum
1365
Perikatan yang terjadi karena
persetujuan (Overenkomst)
• Pasal 1313 :
Persetujuan adalah suatu
perbuatan, dimana satu orang
atau lebih mengikatkan dirinya
terhadap satu orang atau lebih
Rumusan ps 1313 BW
memiliki kelemahan
• Yang Dimaksud dengan
“Perbuatan” tidak jelas
• Tidak tampak asas
konsensualisme
Definisi persetujuan
yang baru :
• Suatu persetujuan dengan dua orang
atau lebih yang saling mengikatkan
dirinya pada lapangan harta
kekayaan ( Abdulkadir Muhammad)
• Suatu perbuatan hukum, dimana satu
orang atau lebih mengikatkan dirinya
atau saling mengikatkan dirinya
terhadap satu orang atau lebih
( setiawan )
Unsur – Unsur Perjanjian
1. Para Pihak ( Subjek)
2. Ada persetujuan yang bersifat tetap
3. Ada tujuan yang hendak dicapai
4. Ada prestasi yang dapat
dilaksanakan
5. Ada bentuk tertentu ( Tulis/Lisan)
6. Ada Syarat-syarat tertentu sebagai
isi perjanjian
Syarat Sah perjanjian
• Ps. 1320 BW :
1. Sepakat Mereka yang
mengikatkan dirinya
2. Kecakapan Untuk membuat
Suatu persetujuan
3. Suatu Hal tertentu
4. Suatu sebab yang halal
Sepakat mereka yg
mengikatkan dirinya
• Kedua belah pihak harus mempunyai
kemauan yg bebas untuk
mengikatkan diri dan kemauan itu
harus dinyatakan
• Kemauan yg bebas dianggap tidak
terjadi ketika perjanjian itu terjadi
karena paksaan(Dwang),
kekhilafan(dwaling) atau penipuan
(bedrof)
kekhilafan
• Lihat ps 1328
• Penipuan mensyaratkan adanya
tipu muslihat
• Penipuan tidak dipersangkakan,
tetapi harus dibuktikan
Kecakapan u/ membuat
persetujuan
• Kedua belah pihak harus cakap
menurut hukum u/ bertindak
sendiri
• UU telah menetapkan “tidak
cakap” untuk melakukan
perbuatan hukum
Suatu Hal tertentu