Anda di halaman 1dari 14

208 |JURNAL AGASTYA VOL 10 NO 2 JULI 2020

Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir Historis Melalui Penerapan Model


Pembelajaran Resource Based Learning Di SMA Trenggalek
Danan Tricahyono1, Aditya Nugroho Widiadi2
1MagisterPendidikan Sejarah, Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret
2Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Malang

Email: danancahyono2@gmail.com
Abstrak: Guna menghasilkan pembelajaran sejarah yang bermakna maka setiap siswa harus
dibekali dengan kemampuan berpikir untuk memahami sejarah. Salah satu kemampuan
berpikir yang harus dimiliki siswa kaitannya dengan pembelajaran sejarah adalah berpikir
historis. Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan kemampuan berpikir historis melalui
penerapan model pembelajaran Resource Based Learning (RBL). Penelitian ini menggunakan
pendekatan penelitian tindakan dan jenis penelitian PTK. Subjek penelitian adalah siswa kelas
XI IPA 1 SMA Negeri 1 Durenan dengan jumlah 11 siswa laki-laki dan 24 siswa perempuan.
Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara, observasi dan tes. Analisis data
menggunakan naratif kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa penerapan Resource
Based Learning (RBL) dapat meningkatkan kemampuan berpikir historis. Dari hasil tes
kemampuan berpikir historis pada siklus 1 perolehan rata-rata skor sebesar 52.82. Sementara
pada siklus 2 mengalami kenaikan menjadi 72.88. Dari hasil analisis dapat diketahui jika siswa
mampu menguasai lima aspek kemampuan berpikir historis yang meliputi: (1) berpikir
kronologis, (2) pemahaman sejarah, (3) analisis dan interpretasi kesejarahan, (4) kemampuan
penelitian kesejarahan, (5) analisis isu kesejarahan dan pengambilan keputusan.
Kata kunci: Resource Based Learning, Historis, Pembelajaran
Abstract: To produce meaningful historical learning, each student must be equipped with the
ability to think to understand history. One of the thinking skills that students must have to do
with learning history is historical thinking. The purpose of this study is to improve the ability to
think historically through the application of the Learning Model for Resource-Based Learning
(RBL). This study uses an action research approach and the type of CAR research. The research
subjects were students of class XI Science 1 of SMA Negeri 1 Durenan with a total of 11 male
students and 24 female students. Data collection techniques using interviews, observation, and
tests. Data analysis using qualitative narrative. The results showed that the application of
Resource-Based Learning (RBL) could improve the ability to think historically. From the results
of the test of historical thinking ability in cycle 1, the average score was 52.82. While in cycle 2
it increased to 72.88. From the results of the analysis it can be seen if students are able to
master five aspects of historical thinking abilities which include: (1) chronological thinking, (2)
historical understanding, (3) historical analysis and interpretation, (4) historical research
ability, (5) historical analysis and decision making.
Keywords: Resource Based Learning, Historis, Teaching

Pendahuluan (Jati, 2015). Jadi, pembelajaran sejarah


Pembelajaran sejarah merupakan mengarahkan siswa ke arah yang lebih baik
serangkaian kegiatan siswa dan guru dengan mengambil nilai-nilai positif dari
dengan menggunakan fasilitas peristiwa di masa lalu agar dijadikan
pembelajaran serta materi sejarah yang di pedoman untuk kehidupan sehari-hari.
dalamnya mengandung nilai-nilai kearifan Sejarah memiliki arti strategis dalam
yang dapat digunakan untuk melatih penanaman dan pengembangan kesadaran
kecerdasan, sikap, dan kepribadian siswa sejarah dalam diri siswa (Wijanarti, 2012).
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS………| 209

Penguatan kesadaran siswa dalam belajar historisnya. Jadi, pelajaran sejarah tidak
sejarah merupakan hal yang penting hanya menuntut siswa menghafal materi
sebagai upaya membangkitkan minat siswa pelajaran saja tetapi juga mengembangkan
dalam belajar di kelas (Hamid, 2014). kemampuan berpikirnya, dalam hal ini
Dalam pembelajaran sejarah saat ini berpikir historis. Dalam praktiknya belum
didesain untuk menjadikan siswa mampu semua guru mampu menghadirkan
berpikir historis. Secara sederhana pembelajaran sejarah yang membawa
kemampuan berpikir historis adalah siswa mampu mengembangkan
pemahaman yang tepat akan konsep waktu, kemampuan berpikir historis.
ruang, dan masyarakat (Kochar, 2008). Hal ini juga terjadi di kelas XI IPA 1
Maka kemampuan berpikir historis harus SMA Negeri 1 Durenan Trenggalek. Kelas
dimiliki oleh siswa. The Braedly tersebut dipilih sebagai subjek penelitian
Commisions on History School and the dengan alasan sebab kelas unggulan
National Standart for History dalam dengan prestasi belajar siswa tinggi tetapi,
(Murni, 2013) mengungkapkan secara rinci kemampuan berpikir historisnya rendah.
kemampuan berpikir historis adalah: Dapat dilihat saat pembelajaran sejarah
“Historical thinking involves the berlangsung terdapat beberapa indikator
explorations and analysis of
mengenai rendahnya kemampuan berpikir
historical document, places, artifact,
and other record of the past .... this historis diantaranya Pertama,
requeres the children thoughtfully
ketidakmampuan siswa menggambarkan
listen to and read well written
historical narrative that reveal peristiwa sejarah dalam bentuk peta
conditions, changes, and
sejarah, bagan, grafik, dan tabel.
consequences, and that explain why
happened as they did. Analysis of Poin-poin tersebut merupakan salah
the events disribe and the
satu aspek kemampuan berpikir historis
explanations offered, in tandem and
comparasion with historical artifac, pada aspek pemahaman sejarah. Kedua,
record, and the human figures
siswa belum memiliki kemampuan
involved, bring’s a child ability to
think historical thinking fill circle.“ menyusun periodisasi sejarah dengan
Dari pendapat tersebut dapat
benar. Hal ini menunjukkan rendahnya
diketahui jika peranan dokumen atau
kemampuan menyusun garis waktu secara
catatan sejarah, lokasi dari peristiwa
kronologis (Murni, 2013). Ketiga,
sejarah, benda-benda sejarah dan rekaman
ketidakmampuan siswa menganalisis isu
tentang masa lalu memiliki peranan sangat
dan pengambilan keputusan dalam
besar dalam mengarahkan siswa untuk
pembelajaran sejarah (Murni, 2013).
menganalisis peristiwa sejarah guna
Keempat, rendahnya kemampuan
mengembangkan kemampuan berpikir
melakukan analisis dan interpretasi
210 |JURNAL AGASTYA VOL 10 NO 2 JULI 2020

terhadap peristiwa sejarah (Murni, 2013). pembelajaran yang membawa siswa


Rendahnya kemampuan berpikir historis mengembangkan kemampuan berpikir
disebabkan oleh dua faktor utama yaitu tentang cara mengolah informasi dari
pembelajaran yang bersifat teacher sejumlah sumber belajar belajar.
oriented dan minimnya penggunaan Kajian penelitian tentang upaya
sumber belajar. peningkatan kemampuan berpikir historis
Kondisi pembelajaran didominasi masih sedikit dilakukan. Salah satu
dengan ceramah dan modul digunakan penelitian yang pernah dilakukan oleh
sebagai satu-satunya sumber (Khaifiyah, 2014) dengan menggunakan
pembelajaran. model pembelajaran yang novel sejarah sebagai sumber belajar untuk
sering dilakukan diawali ceramah meningkatkan kemampuan berpikir
kemudian guru memberikan tugas kepada historis. Maka peneliti memiliki inisiatif
siswa untuk mengerjakan soal-soal pada memberikan solusi model pembelajaran
modul. Dampaknya kemampuan berpikir Resource Based Learning dengan
siswa menjadi tidak berkembang karena memanfaatkan buku-buku sejarah koleksi
siswa hanya meniru informasi yang perpustakaan sekolah.
diberikan oleh guru. Idealnya guru mampu Resource Based Learning merupakan
menerapkan pembelajaran yang segala bentuk belajar yang langsung
mengarahkan sekaligus mengembangkan menghadapkan siswa dengan suatu atau
kemampuan berpikir historis siswa. sejumlah sumber belajar baik secara
Pembelajaran yang mengarahkan individu maupun kelompok dengan segala
pada pengembangan kemampuan berpikir kegiatan pembelajaran yang bertalian
dapat dilakukan dengan cara menerapkan dengan sumber belajar (Sagala, 2009).
model pembelajaran yang bersifat student Peranan guru menjadi tidak dominan.
oriented (Aziz, Zahara & Ismail, 2007). Dalam pembelajaran tersebut tujuan
Pembelajaran student oriented mengajak utamanya mengembangkan daya kreatifitas
siswa mampu melakukan penghayatan dan siswa, terutama dalam hal menemukan
memproses informasi sehingga diperoleh sumber belajar. Dalam Resource Based
pengetahuan yang baru (Santyasa, 2007). Learning guru tidak menjadi satu-satunya
Pembelajaran dengan student oriented akan sumber belajar. Siswa dapat belajar dalam
lebih bermakna bagi siswa karena siswa kelas, dalam ruang perpustakaan, bahkan
terlibat aktif sebagai subjek pembelajaran. di luar sekolah jika mempelajari lingkungan
Kesenjangan tersebut perlu diberi yang berhubungan dengan tugas tertentu.
pemecahan solusi. Sebagai solusinya Pada hakikatnya model pembelajaran
peneliti memberikan alternatif model Resource Based Learning bersifat fleksibel
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS………| 211

bergantung pada putusan guru serta (Sumadayo, 2013). PTK merupakan bentuk
kemungkinan yang ada dalam kurikulum di penelitian reflektif yang dilakukan oleh
sekolah. Jadi Resource Based Learning bisa guru sendiri yang hasilnya dapat
dipakai dalam berbagai segi, misalnya dimanfaatkan sebagai alat untuk
pembelajaran berprogram atau yang pengembangan kurikulum, pengembangan
mengikuti prosedur yang telah ditentukan sekolah, pengembangan keahlian mengajar
maupun pembelajaran bebas yang (Suroso, 2007). PTK dilaksanakan melalui
berdasarkan pemecahan masalah, tahap-tahap perencanaan, pelaksanaan &
penelitian, dan penemuan. pengamatan, serta refleksi. Peneliti
Model Resource Based Learning menggunakan model PTK yang
merupakan pembelajaran yang pada dikembangkan oleh Kemmis & Mc Taggart
intinya diarahkan kepada siswa (Ryan, (Dasna, 2008).
Wells, Freeman, & Hallam, 1996). Guru Model tersebut memiliki tahapan
hanya berperan pada setiap langkah proses perencanaan, tindakan (act) & pengamatan
belajar, mulai dari perencanaan, penentuan (observation), dan refleksi (reflection).
atau pengumpulan sumber informasi, Pelaksanaan tindakan direncanakan dalam
memberikan motivasi, bantuan dan dua siklus. Siklus 1 terdiri dari dua
memperbaiki kesalahan. Dengan demikian pertemuan. Pertemuan pertama digunakan
proses pembelajaran menjadi lebih untuk menerapan model Resource Based
bermakna bagi siswa. Learning (RBL). Sementara pada
Dengan modal pengetahuan yang pertemuan kedua digunakan untuk
mereka miliki siswa dapat memecahkan pelaksanaan tes kemampuan berpikir
masalah dalam pembelajaran sejarah historis.
dengan menggunakan sejumlah sumber Pola yang sama juga terjadi pada
belajar (Sagala, 2009). Berdasarkan uraian siklus 2. Pertemuan pertama digunakan
sebelumnya artikel ini akan mengajak untuk penerapan model Resource Based
pembaca untuk mengetahui upaya Learning (RBL). Pertemuan kedua
meningkatkan kemampuan berpikir digunakan untuk pelaksanaan tes guna
historis melalui penerapan model mengetahui tingkat kemampuan berpikir
pembelajaran Resource Based Learning. historis. Pada pelaksanaan PTK peneliti
berperan sebagai guru pemberi tindakan
Metode
(Wiriaatmadja, 2014). Guna mencatat
Penelitian ini menggunakan
segala aktivitas pembelajaran peneliti
pendekatan penelitian tindakan dengan
dibantu oleh dua orang observer. Yang
jenis Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
bertindak sebagai observer adalah guru
212 |JURNAL AGASTYA VOL 10 NO 2 JULI 2020

kelas dan satu teman sejawat. Peneliti juga kemajuan dan hambatan yang terjadi.
dibantu satu teman yang berperan Peneliti mencoba merenungkan tindakan
mendokumentasikan pelaksanan tindakan perbaikan yang dapat digunakan untuk
lewat rekaman video. Penelitian meningkatkan keefektifan tindakan,
dilaksanakan di SMA Negeri 1 Durenan harapanya bisa lebih baik untuk tindakan
Trenggalek. SMA Negeri 1 Durenan berikutnya dan tujuan PTK dapat tercapai.
berlokasi di Jalan Raya Kendalrejo Nomor
Hasil Dan Pembahasan
82 Kecamatan Durenan Kabupaten
Siklus 1
Trenggalek. Subjek penelitiannya di kelas
Pelaksanaan tindakan siklus 1
XI IPA 1 dengan jumlah 11 siswa laki-laki
meliputi tahapan perencanaan, tindakan &
dan 24 siswa perempuan.
observasi, serta refleksi. Pada tahap
Teknik pengumpulan data
perencanaan peneliti berkolaborasi dengan
menggunakan observasi, wawancara dan
guru menyusun Rencana Pelaksanaan
tes. Untuk mengetahui tingkat kemampuan
Pembelajaran (RPP). Materi pelajaran
berpikir historis siswa, peneliti
siklus 1 membahas seputar kedatangan
menggunakan instrumen berupa soal-soal
Sekutu dan NICA (Nederlansche Indies Civel
dengan mengacu pada indikator berpikir
Administrations) serta perlawanan rakyat
historis. Analisis data menggunakan teknik
di berbagai daerah. Peneliti menyiapkan
analisis data kualitatif, sehingga penelitian
sejumlah sumber belajar yang diambil dari
tindakan teknik analisis datanya bersifat
koleksi perpustakaan sekolah. Pelaksanaan
naratif-kualitatif. Data dianalisis dan
tindakan siklus 1 terdiri dari dua
diinterpretasikan baru dilanjutkan dengan
pertemuan.
evaluasi (Sukmadinata, 2015).
Pertemuan pertama dilaksanakan
Tahap evaluasi bertujuan untuk
dengan alokasi waktu 45 menit. Pertemuan
mengetahui keefektifan tindakan dan
pertama digunakan untuk menerapkan
kesesuain dampak tindakan yang
model pembelajaran RBL. Pertemuan
diharapkan oleh peneliti. Hasil dari
kedua dilaksanakan dengan alokasi waktu
evaluasi akan dijadikan pedoman dalam
45 menit. Pertemuan kedua digunakan
melakukan refleksi ketercapaian tindakan.
untuk pelaksanakan tes guna mengetahui
Tahap terakhir berupa refleksi. Kegiatan
tingkat kemampuan berpikir historis para
tersebut dilakukan peneliti bersama guru
siswa. Langkah-langkah penerapan
dengan tujuan mengkaji dan menganalisis
Resource Based Learning (RBL) diawali
PTK pada setiap siklus dengan jalan
dengan apersepsi oleh guru sebagai
mengidentifikasi hal-hal yang terjadi
pemberi tindakan dengan menunjukan
selama pemberian tindakan termasuk
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS………| 213

tokoh Bung Tomo. Kegiatan inti siswa Pelaksanaan pembelajaran juga molor 5
mulai mengembangkan pertanyaan seputar menit. Hasil pengukuran kemampuan
keterlibatan orang-orang Trenggalek dalam berpikir historis pada pertemuan kedua
perjuangan mempertahankan menunjukan angka yang masih rendah.
kemerdekaan Indonesia. Selain itu, muncul Berdasarkan hasil tes dapat dilihat jika
pertanyaan seputar peristiwa paling rata-rata skor perolehan siswa
fenomenal dari pertempuran-pertempuran menunjukan angka 52.82. Dengan mengacu
di berbagai daerah. pada Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM)
Guna menemukan jawaban tersebut yaitu 75 maka dapat dilihat di lampiran
peneliti sebagai guru pemberi tindakan menunjukan siswa yang mendapat > 75
memberikan sedikit pengantar informasi sebanyak 9 siswa dan < 75 sebanyak 26
salah satu peristiwa fenomenalnya adalah siswa.
Pertempuran 10 November 1945 kepada Refleksi pada siklus 1 membahas
siswa sebagai bekal mencari informasi. mengenai jalannya pembelajaran. Para
Para siswa mencari informasi dari buku observer dan peneliti mendiskusikan
teks milik perpustakaan sekolah. Buku permasalahan yang terjadi selama
yang digunakan meliputi: 1) Sejarah pembelajaran. Permasalahan yang perlu
Nasional Indonesia Jilid 3, 2) Sejarah mendapat perhatian terkait pengelolaan
Nasional dan Umum dan 3) Pendidikan kelas, penerapan Resource Based Learning
Sejarah Perjuangan Bangsa. Dari hasil dan hasil tes kemampuan berpikir historis.
menemukan informasi dari sejumlah Penerapan model Resource Based Learning
sumber siswa memilih informasi yang yang belum maksimal serta beberapa
relevan dengan kebutuhan. Siswa indikator dalam berpikir historis yang
membandingkan informasi dari satu belum tercapai menunjukan jika
sumber dengan sumber lainnya. pelaksanaan pembelajaran pada siklus 1
Dari perbandingan tersebut siswa belum memenuhi harapan.
dapat menentukan informasi yang Dengan demikian peneliti
dibutuhkan. Pada tahap akhir siswa diberi memutuskan untuk terus melakukan
kesempatan untuk menyampaikan perbaikan pada siklus 2. Guna menutupi
informasi di depan kelas. Hasil observasi kekurangan pada siklus 1 peneliti dan guru
pada siklus 1 menunjukan langkah-langkah mencari solusi pemecahan. Peneliti
penerapan Resource Based Learning bersama guru sepakat jika pada saat
kurang dipahami siswa. Pada langkah pembelajaran, siswa diberi penjelasan
menyampaikan informasi yang terjadi seputar Resource Based Learning. Untuk
justru siswa bertanya kepada peneliti. indikator-indikator kemampuan berpikir
214 |JURNAL AGASTYA VOL 10 NO 2 JULI 2020

historis juga lebih ditekankan pada siswa. siswa mulai mengembangkan pertanyaan
Peneliti berencana menggunakan garis seputar materi perjuangan diplomasi. Salah
waktu untuk pembelajaran di siklus 2 guna satu siswa bernama MI mengungkapkan
mengarahkan siswa menguasai aspek pertanyaan seputar alasan dipilihnya Sutan
chronological thinking (berpikir Syahrir sebagai delegasi Indonesia pada
kronologis). Harapannya siswa mampu Perundingan Linggarjati. Guna menemukan
memahami materi pembelajaran dengan jawaban tersebut peneliti sebagai guru
mudah dan mampu meningkatkan pemberi tindakan memberikan sedikit
kemampuan berpikir historisnya. pengantar informasi seputar kedudukan
Siklus 2 Sutan Syahrir dalam struktur
Pelaksanaan tindakan siklus 2 pemerintahan Republik Indonesia.
merupakan bentuk perbaikan dari siklus 1. Peneliti sebagai guru pemberi
Tahapan siklus 2 meliputi perencanaan, tindakan mengarahkan siswa untuk
tindakan & observasi, dan refleksi. Pada menemukan informasi seputar alasan
tahap perencanaan peneliti berkolaborasi pemilihan Sutan Syahrir serta informasi-
dengan guru untuk menyusun Rencana informasi seputar perjuangan diplomasi
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan mulai dari Perundingan Linggarjati,
sedikit melakukan modifikasi pembelajaran Renville, Roem-Royen dan Hooge-Veluwe.
dengan metode diskusi kelompok. Materi Para siswa mencari informasi dari buku
pelajaran pada siklus 2 seputar perjuangan teks Sejarah Nasional Indonesia Jilid dan
diplomasi untuk mempertahankan Sejarah Nasional dan Umum serta modul
kemerdekaan Indonesia. MGMP. Dari hasil menemukan informasi
Pelaksanaan tindakan siklus 2 dari sejumlah sumber siswa memilih
terbagi menjadi dua pertemuan. Pertemuan informasi yang relevan dengan kebutuhan.
pertama diberi alokasi waktu 45 menit dan Siswa membandingkan informasi
pertemuan kedua dilaksanakan alokasi dari satu sumber dengan sumber lainnya.
waktu 45 menit. Pertemuan pertama Dari perbandingan tersebut siswa dapat
digunakan untuk penerapan model RBL menentukan informasi yang dibutuhkan.
sementara pertemuan kedua kegiatannya Pada tahap akhir siswa diberi kesempatan
berupa tes untuk mengetahui tingkat untuk menyampaikan informasi di depan
kemampuan berpikir historis siswa. kelas. Hasil observasi menunjukan
Penerapan Resource Based Learning (RBL) pelaksanaan siklus 2 lebih baik apabila
diawali dengan apersepsi dengan mengulas dibandingkan dengan siklus 1. Para siswa
tokoh Sutan Syahrir dan lokasi ketika belajar sudah mengikuti instruksi
Perundingan Linggarjati. Kegiatan inti yang diberikan oleh peneliti sebagai guru
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS………| 215

pemberi tindakan. Setiap siswa dapat pengukuran kemampuan berpikir historis


bertanggung jawab terhadap masing- pada siklus 2 mengalami kenaikan jika
masing kelompoknya. Pada proses mencari dibandingkan pada siklus 1. Hasil tes
informasi melalui sumber setiap siswa aktif kemampuan berpikir historis pada siklus 2
membuka, membaca dan melakukan sebesar 72.88 sementara siklus 1 sebesar
pencatatan beberapa informasi yang telah 52.82.
diperoleh. Pada saat penyampaian Peningkatan kemapuan berpikir
informasi di depan kelas, masing-masing historis menunjukan jika siswa telah
kelompok bertanggung jawab untuk maju mampu menguasai lima aspek kemampuan
ke depan kelas tanpa adanya saling tunjuk berpikir historis yang meliputi: (1)
diantara anggota kelompok. chronological thinking (berpikir
Hasil pengukuran kemampuan kronologis), (2) historical comprehension
berpikir historis yang diperoleh (pemahaman sejarah), (3) historical
menunjukan peningkatan. Berdasarkan analysis and interpretations (analisis dan
hasil tes dapat dilihat jika rata-rata skor interpretasi kesejarahan), (4) historical
perolehan siswa menunjukan angka 72.88. research capabilities (kemampuan
Dengan mengacu pada Kriteria Ketuntasan penelitian kesejarahan), (5) Historical
Minimal (KKM) yang digunakan di SMA issues analysis and decision making (analisis
Negeri 1 Durenan yaitu 75 maka dapat isu kesejarahan dan pengambilan
dilihat di lampiran menunjukan siswa yang keputusan).
mendapat > 75 sebanyak 27 siswa dan < 75 Indikator dalam berpikir historis
sebanyak 8 siswa. yang mampu dicapai oleh siswa dijadikan
Kegiatan refleksi siklus 2 terlihat tolok ukur untuk pemberian tindakan
terjadi peningkatan kualitas pembelajaran lanjutan. Tercapainya lima indikator
di kelas XI IPA 1 yang mengarah ke arah berpikir historis menjadikan peneliti
yang lebih baik. Meningkatnya kualitas bersama guru memutuskan untuk tidak
pembelajaran dijadikan acuan oleh peneliti memberikan tindakan lanjutan.
dan observer dalam penerapan siklus Penerapan Model Resource Based
berikutnya. Adanya peningkatan kualitas Learning dalam Pembelajaran Sejarah
pembelajaran menjadi tolok ukur jika Pembelajaran sejarah dengan
pemberian tindakan tidak perlu dilanjutkan menggunakan model Resource Based
pada siklus berikutnya dengan Learning (RBL) dilaksanakan selama dua
pertimbangan penerapan Resource Based siklus. Penerapan Resource Based Learning
Learning sudah yang sesuai yang (RBL) pada siklus pertama berupa kegiatan
diharapkan peneliti dan observer. Hasil pembelajaran. Materi pembelajaran pada
216 |JURNAL AGASTYA VOL 10 NO 2 JULI 2020

siklus 1 seputar kedatangan Sekutu dan Penerapan model Resource Based Learning
NICA serta perlawanan rakyat di berbagai (RBL) dipahami dengan baik oleh siswa.
daerah. Penerapan model Resource Based Langkah-langkah Resource Based Learning
Learning (RBL) pada siklus 1 berjalan (RBL) yang terdiri dari tahap
belum maksimal. Hal ini ditandai dengan mengidentifikasi pertanyaan atau masalah
penerapan Resource Based Learning (RBL) yang terkait dengan pembelajaran, mencari
yang masih belum dipahami oleh sebagian informasi, menggunakan informasi,
siswa. Pada langkah menyampaikan mensintesis informasi, dan evaluasi
informasi terjadi kebingungan dari siswa dilaksanakan dengan baik sesuai sintak
yang bernama KB, ia yang justru bertanya yang tercantum dalam RPP. Terlebih pada
seputar kepergian Sekutu dari Indonesia kegiatan mencari informasi satu siswa
kepada peneliti sebagai guru pemberi dengan lainya saling bertanggung jawab
tindakan. dalam rangka menemukan informasi yang
Kendala lainnya suasana dibutuhkan.
pembelajaran belum kondusif. Sebagian Hal ini tidak lepas dari inovasi
besar siswa masih sering berdiskusi pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti
dengan teman satu bangkunya dengan metode diskusi kelompok.
membicarakan topik diluar pelajaran. Pembelajaran yang mengarahkan siswa
Selain sisi negatif juga terdapat sisi positif. menjadi lebih baik adalah suatu keharusan
Pada siklus 1 sisi positif yang terlihat dan sangat penting (Varshney, 2014). Pada
berupa suasana pembelajaran telah siklus 2 potensi yang dimiliki siswa sudah
berorientasi ke siswa (student oriented), terlihat. Pada siklus 1 jumlah siswa yang
dimana siswa aktif mencari informasi dari berani berbicara di depan kelas masih dua
sejumlah buku sumber. orang sementara siklus 2 meningkat
Melihat kekurangan yang ada pada menjadi delapan orang.
siklus 1 peneliti bersama observer mencari Peningkatan Kemampuan Berpikir
solusi guna meningkatkan suasana Historis Melalui Penerapan Model
pembelajaran ke arah yang lebih baik pada Pembelajaran Resource Based Learning
siklus 2. Idealnya pembelajaran yang baik Penerapan model pembelajaran
itu mampu mengembangkan sikap positif Resource Based Learning dengan
siswa terhadap kegiatan pembelajaran memanfaatkan buku teks sebagai sumber
(Santyasa, 2007). Sikap positif siswa belajar dapat menjadikan siswa
terhadap pembelajaran dapat dirasakan mengembangkan kemampuan berpikir
dan terlihat pada siklus 2. Suasana historisnya. Pada siklus 1 indikator
pembelajaran pada siklus 2 lebih kondusif. kemampuan berpikir historis yang nampak
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS………| 217

yaitu aspek historical capabilities research nampak. Dari hasil refleksi siklus 1,
(Murni, 2013). Siswa yang bernama KB penerapan model pembelajaran Resource
pada langkah apersepsi sudah mampu Based Learning pada siklus 2 menggunakan
merumuskan pertanyaan dari hasil metode diskusi kelompok. Dengan metode
pertemuannya dengan gambar tokoh Bung diskusi harapannya semua siswa semakin
Tomo. Ia mampu merumuskan pertanyaan terlibat dalam kegiatan pembelajaran.
seputar keterlibatan orang Trenggalek Indikator kemampuan berpikir historis
dalam pertempuran mempertahkan nampak dari kelompok A yang diwakili
kemerdekaan Indonesia. oleh NKP. Ia mampu menjelasankan
Kemampuan berpikir historis aspek keputusan Sutan Syahrir dipilih menjadi
historical comprehension juga nampak. Dari delegasi Indonesia pada Perundingan
hasil membaca sejumlah narasi dalam buku Linggarjati.
teks KB tidak menemukan secara jelas Kemampuan menilai pengambilan
kepergian Sekutu dari Indonesia. suatu keputusan di masa lalu merupakan
Kemampuan siswa menemukan kemampuan berpikir historis pada aspek
kejanggalan pada narasi sejarah historical issues analysis and decision
menunjukkan jika keterampikan making. Pada aspek historical issues
mengidentifikasi elemen-elemen narasi analysis and decision making disebutkan
sejarahnya sudah nampak. Sehingga siswa jika salah satu indikatornya siswa mampu
mampu memunculkan pertanyaan seputar mengevaluasi suatu pengambilan
kepergian Sekutu dari Indonesia. keputusan manusia di masa lalu (Murni,
Kemampuan mengidentifikasi 2013). NKP juga mampu mampu
elemen-elemen dalam narasi sejarah memahami materi sejarah dengan baik.
merupakan salah satu aspek kemampuan Dibuktikan dengan perspektifnya
berpikir historis aspek historical menilai Perundingan Linggarjati sebagai
comprehension (Murni, 2013). Aspek upaya mendapatkan pengakuan
chronological thinking pada indikator internasional. Kemampuan tersebut masuk
kemampuan menyusun garis waktu secara pada kemampuan berpikir historis pada
kronologis muncul pada siklus yang terlihat aspek historical comprehension. Pada aspek
dari penjelasan MI yang mengulas seputar historical comprehension disebutkan jika
pertempuran Ambarawa. Ia menjelaskan salah satu indikatornya siswa mampu
kedatangan Sekutu sampai kepergian menilai suatu makna di balik peristiwa
Sekutu dari Ambarawa (Murni, 2013). (Murni, 2013). KB sebagai perwakilan dari
Sementara pada siklus 2 kemampuan kelompok B lebih bagus dalam
berpikir historis siswa lebih banyak yang penyampaian informasi seperti yang
218 |JURNAL AGASTYA VOL 10 NO 2 JULI 2020

diharapkan oleh peneliti. KB (Murni, 2013). MI sebagai delegasi dari


menyampaikan informasi dengan mengacu kelompok F menjelaskan dengan baik
pada kemampuan berpikir historis aspek seputar Agresi Militer Belanda 2. Ia mampu
historical research capabilities. Ia menunjukan kemampuannya dalam
menggunakan pola 5W+1H untuk mengidentifikasi isu dalam sejarah seputar
menjelaskan informasi seputar Agresi munculnya Agresi Militer Belanda 2. Ia
Militer Belanda 1. Pada aspek historical menyebutkan jika terjadinya Agresi Militer
research capabilities disebutkan beberapa Belanda 2 sebagai bentuk pengkhianatan
indikatornya berupa siswa didorong untuk Belanda terhadap Perundingan Renville.
mampu merumuskan pertanyaan- Kemampuan mengidentifikasi isu di masa
pertanyaan dari pertemuanya dengan lalu merupakan indikator dari kemampuan
sumber sejarah dan memiliki kemampuan berpikir historis aspek historical analysis
membangun interpretasi sejarah (Murni, and decision making (Murni, 2013).
2013). SV sebagai delegasi kelompok H
Kemampuan berpikir historis pada menjelaskan secara kronologis Secara
aspek historical analysis and interpretation kronologis Konferensi Inter-Indonesia
juga terlihat pada diri EFS dari kelompok E dilaksanakan sebanyak dua kali. Konferensi
yang sangat baik dalam menjelaskan Inter-Indonesia 1 dilaksanakan tanggal 19-
seputar peristiwa pemberontakan PKI 22 Juli 1949 di Yogyakarta sementara
Madiun 1948. Ia memiliki multi perspektif Konferensi Inter Indonesia 2 dilaksanakan
dalam memandang munculnya peristiwa tanggal 30 Juli-2 Agustus 1949 di Jakarta.
pemberontakan PKI Madiun 1948. Ia Kemampuan menyusun garis waktu secara
memandang jika penyebab munculnya kronologis merupakan indikator dari
pemberontakan PKI Madiun 1948 tidak kemampuan berpikir historis aspek
hanya disebabkan jatuhnya kabinet Amir chronological thinking (Murni, 2013).
Syarifuddin tetapi, kedatangan Muso dari Jadi pembelajaran sejarah dengan
Uni Soviet ikut menggerakkan semakin model Resource Based Learning berdampak
masifnya kemunculan PKI di Madiun 1948. pada kegiatan mental siswa aktif untuk
Kemampuan memiliki multi bepikir (Yanzi, 2011). Siswa menemukan
perspektif merupakan salah satu indikator sejumlah informasi dari pertemuannya
dari berpikir historis aspek historical dengan sejumlah sumber belajar. Dari
analysis and interpretation. Pada aspek pertemuannya dengan sejumlah sumber
tersebut harapannya siswa mampu belajar siswa mampu menentukan
memiliki multi perspektif dalam melihat informasi yang dibutuhkan dalam
pengalaman manusia dalam data sejarah hubunganya dengan topik pembelajaran.
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS………| 219

Penerapan Resource Based Learning rendah yang dibuktikan dengan rendahnya


membuat siswa lebih terlibat aktif dalam kemampuan memiliki multi perspektif
kegiatan pembelajaran. Aktivitas terhadap suatu peristiwa. Pada
pembelajaran yang dilakukan menjadi lebih pelaksanaan tes berpikir historis siklus 2
bermakna. Penerapan model Resource sebagian besar siswa sudah mampu
Based Learning di kelas XI IPA 1 dapat berpikir secara kronologis. Siswa bisa
meningkatkan kemampuan berpikir menyusun garis waktu tentang tanggal
historis. Hasil pengukuran kemampuan pelaksanaan perundingan Hooge-Veluwe
berpikir historis dari siklus 1 ke siklus 2 sebagai tonggak awal perjuangan diplomasi
mengalami kenaikan. yang ditempuh bangsa Indonesia.
Adapun rata-rata nilai yang Pemahaman sejarah siswa juga
diperoleh pada siklus 1 sebesar 52.82 lalu sudah baik, siswa mampu menjawab
naik menjadi 72.88 pada siklus 2. Pada pertanyaan tentang peta buta lokasi
siklus 1 dengan mengacu pada Kriteria perundingan Linggarjati. Kemampuan
Ketuntasan Minimal (KKM) yang digunakan analisis dan interpretasi siswa juga mulai
di SMA Negeri 1 Durenan yaitu 75. Siswa nampak. Para siswa bisa menganalisis
yang mendapat nilai > 75 sebanyak 9 siswa munculnya Agresi Militer Belanda 1.
dan < 75 sebanyak 26 siswa. Pada siklus 2 Kemampuan analisis isu dan pengambilan
siswa yang mendapat > 75 sebanyak 27 keputusan siswa sudah nampak. Rata-rata
siswa dan < 75 sebanyak 8 siswa. Skor yang siswa mampu menjawab soal seputar
diperoleh siswa pada tes kemampuan keputusan pendirian PDRI. Kecakapan
berpikir historis siklus 1 masih rendah. siswa dalam penelitian sejarah sudah
Penyebab masih rendahnya bagus.
kemampuan berpikir historis dapat dilihat Siswa sudah bisa memberikan
dari beberapa siswa yang belum mampu argumen berdasarkan data-data sejarah
menyelesaikan soal dengan aspek berpikir mengenai periode setelah Perundingan
kronologis dalam menyusun garis waktu Roem-Royen yang dikenal sebagai masa
sejarah, siswa belum mampu melakukan memulihkan persatuan nasional.
analisis terhadap pengambilan suatu Kemampuan siswa mencari fakta,
keputusan dalam peristiwa sejarah, keinginan mencari bukti sejarah untuk
pemahaman siswa terhadap sejarah juga dijadikan dasar pada saat berargumen dan
masih rendah terlihat dari kemampuan kemampuan menentukan hubungan sebab-
memahami narasi sejarah secara imajinatis akibat akan memiliki pengaruh terhadap
yang rendah. Terlihat juga kemampuan pemahaman sejarah siswa menjadi baik.
analisis dan interpretasi sejarah yang Pemahaman sejarah yang baik akan
220 |JURNAL AGASTYA VOL 10 NO 2 JULI 2020

menjadikan siswa sebagai seorang pemikir pembelajaran menjadi tidak monoton


sejarah (Garvey, B; Krug, 2015). Hal ini bersumber dari pengetahuan dari guru dan
tidak lepas dari cara pemikir sejarah yang modul. Kedua, penerapan model Resource
memang berbeda dari cara berpikir sehari- Based Learning dapat meningkatkan
hari. Dasar berpikir sejarah adalah kemampuan berpikir historis siswa.
mengubah struktur berpikir dengan lebih Kemapuan berpikir historis merupakan
mampu memahami makna masa lalu, modal yang penting bagi siswa untuk
sejarah tidak hanya menghafal seputar belajar sejarah. Kemampuan berpikir
nama-nama, tanggal-tanggalnya dan historis dapat membantu siswa memahami
kejadian kejadian akan tetapi siswa peristiwa sejarah dengan baik.
memiliki kemampuan membaca, Penelitian ini terbatas pada
memahami hasil naratif sejarah secara pemanfaatan sumber-sumber buku sebagai
imajinatis, mampu mengidentifikasi upaya untuk meningkatkan kemampuan
elemen-elemen struktur cerita sejarah berpikir historis. Rekomendasi bagi
(Wineburg, 2006). peneliti lain yang melakukan penelitian
Kesimpulan sejenis hendaknya menerapkan model
Kesimpulan penelitian menunjukan Resource Based Learning dengan
pembelajaran dengan menerapkan model menggunakan sumber yang berbeda
Resource Based Learning dapat ataupun memilih model pembelajaran yang
memberikan kontribusi meningkatkan lain.
kualitas pembelajaran. Apabila sebelumnya
Daftar Pustaka
pembelajaran yang dilaksanakan di kelas XI
Aziz, Zahara & Ismail, N. A. N. I. (2007).
IPA 1 bersifat teacher oriented, dengan Kajian Tinjauan Kesediaan Guru-guru
penerapan model Resource Based Learning Sejarah Menerapkan Kemahiran
Pemikiran Sejarah kepada Para
pembelajaran menjadi lebih bersifat Pelajar. Jurnal Pendidikan 32 (2007),
32, 119–137.
student centered sehingga potensi yang
Dasna, I.W. (2008). Penelitian Tindakan
dimiliki siswa menjadi terlihat seperti pada Kelas (Classroom Action Research).
saat diskusi kelompok terjadi tukar Pendidikan Dan Latihan Profesi Guru
(PLPG) Di PSG Rayon 15. Malang,
menukar ide diantara anggotanya Indonesia: Universitas Negeri Malang.
kemudian keberanian siswa Garvey, B; Krug, M. (2015). Model-Model
Pembelajaran Sejarah di Sekolah
mengemukakan pendapat di depan kelas. Menengah. Yogyakarta: Ombak.
Penerapan Resource Based Learning Hamid, A. (2014). Pembelajaran Sejarah.
Yogyakarta: Ombak.
dengan memanfaatkan sumber-sumber
Jati, B.P. (2015). Implementasi Pendidikan
berupa buku dari perpustakaan membuat Karakter Dalam Pembelajaran Sejarah
pembelajaran lebih bervariasi. Sehingga Pada Kurikulum 2013 di SMA Negeri 1
UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS………| 221

Boyolali. Surakarta: Pascasarjana, http://file.upi.edu/direktori/fpips/jur


Universitas Sebelas Maret. ._pend._sejarah/196207181986012-
Khaifiyah, A. (2014). Penerapan Metode erlina_wijanarti/ctl_dlm__pmblran_sej
Inkuiri Dalam Pembelajaran Sejarah arah.p
Melalui Novel Penakluk Badai Untuk Wineburg, S. (2006). Berpikir Historis:
Meningkatkan Kemampuan Berpikir Memetakan Masa Depan, Mengajarkan
Historis Siswa Kelas XII IPS MAN1 Masa Lalu (Maris, Mas). Jakarta:
Karanggede. Surakarta: Pascasarjana, Yayasan Obor Indonesia.
Universitas Sebelas Maret. Wiriaatmadja, R. (2014). Metode Penelitian
Kochar, S.K. (2008). Teaching of History. Tindakan Kelas. Bandung: PT Remaja
Jakarta: Grasindo. Rosdakarya.
Murni. (2013). Model Pembelajaran Holistik Yanzi, H. (2011). Belajar Berbasis Aneka
Pengembangan Ketrampilan Berpikir Sumber. Retrieved May 5, 2020, from
Kesejarahan: Suatu Penelitian dan 2011 website:
Pengembangan Terhadap peningkatan http://staff.unila.ac.id/hermiyanzi/20
Ketrampilan Berpikir Kesejarahan 11/08/23belajar-berbasis-aneka-
Mahasiswa Pendidikan Sejarah di Kota sumber/
Palembang. Bandung: Pascasarjana,
Universitas Pendidikan Indonesia.
Ryan, M., Wells, J., Freeman, A., & Hallam, G.
(1996). Resource-based learning
strategies: implications for students
and institutions. Alt-J, 4(1), 93–98.
https://doi.org/10.1080/096877696
0040114
Sagala, S. (2009). Konsep dan Makna
Pembelajaran Untuk Membantu
Memecahkan Problematika Belajar
dan Mengajar. Bandung: Alfabeta.
Santyasa, I.W. (2007). Model-Model
Pembelajaran Inovatif. Makalah
Disajikan Dalam Pelatihan Tentang
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Bagi
Guru-Guru SMP Dan SMA, 1–16. Nusa
Penida, Indonesia: Jurusan Fisika,
Universitas Pendidikan Ganesha.
Sukmadinata, N. S. (2015). Metode
Penelitian Pendidikan. Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Sumadayo, S. (2013). Penelitian Tindakan
Kelas. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Suroso. (2007). Classroom Action Research.
Yogyakarta: Pararaton Publishing.
Varshney, B. (2014). Innovative Practices In
Teacher Education. Journal of
Education and Practice, 5(7), 95–101.
Wijanarti, E. (2012). Model Pembelajaran
Kontekstual dalam Pengembangan
Pembelajaran Sejarah. Retrieved April
20, 2020, from 2012 website:

Anda mungkin juga menyukai