Anda di halaman 1dari 12

Wanprestasi mempunyai hubungan yang sangat erat dengan somasi.

Wanprestasi adalah
tidak memenuhi atau lalai melaksanakan kewajiban sebagaimana yang ditentukan dalam
perjanjian yang dibuat antara kreditur dengan debitur.

Dalam restatement of the law of contacts  (Amerika Serikat), Wanprestasi atau breach of


contracts dibedakan menjadi dua macam, yaitu
1. Total breachts Artinya pelaksanaan kontrak tidak mungkin dilaksanakan,
sedangkan
2. Partial breachts Artinya pelaksanaan perjanjian masih mungkin untuk
dilaksanakan.
Seorang debitur baru  dikatakan wanprestasi apabila ia telah diberikan somasi oleh kreditur
atau Juru Sita. Somasi itu minimal telah dilakukan sebanyak tiga kali oleh kreditur atau
Juru sita. Apabila somasi itu tidak diindahkannya, maka kreditur berhak membawa
persoalan itu ke pengadilan. Dan pengadilanlah yang akan memutuskan, apakah debitur
wanprestasi atau tidak.

Menurut pasal 1234 KUH Perdata yang dimaksud dengan prestasi  adalah seseorang yang
menyerahkan sesuatu, melakukan sesuatu, dan tidak melakukan sesuatu, sebaiknya
dianggap wanprestasi bila seseorang :

1. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya;


2. Melaksanakan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana dijanjikan;
3. Melakukan apa yang dijanjikan tetapi terlambat; atau
4. Melakuakan sesuatu yang menurut kontrak tidak boleh dilakukannya.
Akibat dari wanprestasi itu biasanya dapat dikenakan sanksi berupa ganti rugi, pembatalan
kontrak, peralihan risiko, maupun membayar biaya perkara.sebagai contoh seorang debitur
(si berutang) dituduh melakukan perbuatan melawan hukum, lalai atau secara sengaja
tidak melaksanakan sesuai bunyi yang telah disepakati dalam kontrak, jika terbukti, maka
debitor harus mengganti kerugian (termasuk ganti rugi + bunga + biaya perkaranya).
Meskipun demikian, debitor bisa saja membela diri dengan alasan :

1. Keadaan memaksa (overmacht/force majure);


2. Kelalaian kreditor sendiri;
3. Kreditor telah melepaskan haknya untuk menuntut ganti rugi.
Menurut kamus Hukum, Wanprestasi berarti kelalaian, kealpaan, cidera janji, tidak
menepati kewajibannya dalam perjanjian.[5] Dengan demikian, Wanprestasi adalah suatu
keadaan dimana seorang debitur (berutang) tidak memenuhi atau melaksanakan prestasi
sebagaimana telah ditetapkan dalam suatu perjanjian.
Wanprestasi (lalai/alpa) dapat timbul karena;

1. Kesengajaan atau kelalaian debitur itu sendiri.


2. Adanya keadaan memaksa (overmacht).
Budi Pratiko
Selasa, 21 April 2015

HUKUM PERIKATAN, HUKUM PERJANJIAN DAN HUKUM


DAGANG

BAB 1
HUKUM PERIKATAN
A.   Pengertian Hukum Perikatan
            Hukum perikatan adalah adalah suatu hubungan hukum dalam lapangan
harta kekayaan antara dua orang atau lebih di mana pihak yang satu berhak atas
sesuatu dan pihak lain berkewajiban atas sesuatu. Hubungan hukum dalam harta
kekayaan ini merupakan suatu akibat hukum, akibat hukum dari suatu perjanjian
atau peristiwa hukum lain yang menimbulkan perikatan. Dari rumusan ini dapat
diketahui bahwa perikatan itu terdapat dalam bidang hukum harta kekayaan (law
of property), juga terdapat dalam bidang hukum keluarga (family law), dalam
bidang hukum waris (law of succession) serta dalam bidang hukum pribadi(pers
onal law).
            Menurut ilmu pengetahuan Hukum Perdata, pengertian perikatan adalah
suatu hubungan dalam lapangan harta kekayaan antara dua orang atau lebih
dimana pihak yang satu berhak atas sesuatu dan pihak lain berkewajiban atas
sesuatu.
Beberapa sarjana juga telah memberikan pengertian mengenai perikatan. Pitlo
memberikan pengertian perikatan yaitu suatu hubungan hukum yang bersifat harta
kekayaan antara dua orang atau lebih, atas dasar mana pihak yang satu berhak
(kreditur) dan pihak lain berkewajiban (debitur) atas suatu prestasi.
            Di dalam perikatan ada perikatan untuk berbuat sesuatu dan untuk tidak
berbuat sesuatu. Yang dimaksud dengan perikatan untuk berbuat sesuatu adalah
melakukan perbuatan yang sifatnya positif, halal, tidak melanggar undang-undang
dan sesuai dengan perjanjian. Sedangkan perikatan untuk tidak berbuat sesuatu
yaitu untuk tidak melakukan perbuatan tertentu yang telah disepakati dalam
perjanjian. Contohnya; perjanjian untuk tidak mendirikan bangunan yang sangat
tinggi sehingga menutupi sinar matahari atau sebuah perjanjian agar memotong
rambut tidak sampai botak

B.   Dasar hukum perikatan

            Sumber-sumber hukum perikatan yang ada di Indonesia adalah perjanjian


dan undang-undang, dan sumber dari undang-undang dapat dibagi lagi menjadi
undang-undang melulu dan undang-undang dan perbuatan manusia. Sumber
undang-undang dan perbuatan manusia dibagi lagi menjadi perbuatan yang
menurut hukum dan perbuatan yang melawan hukum.
Dasar hukum perikatan berdasarkan KUH Perdata terdapat tiga sumber adalah
sebagai berikut:
1.      Perikatan yang timbul dari persetujuan (perjanjian)
2.      Perikatan yang timbul dari undang-undang
3.      Perikatan terjadi bukan perjanjian, tetapi terjadi karena perbuatan melanggar
hukum ( onrechtmatige daad ) dan perwakilan sukarela ( zaakwaarneming )

Sumber perikatan berdasarkan undang-undang :


1.      Perikatan ( Pasal 1233 KUH Perdata ) : Perikatan, lahir karena suatu persetujuan
atau karena undang-undang. Perikatan ditujukan untuk memberikan sesuatu,
untuk berbuat sesuatu, atau untuk tidak berbuat sesuatu.
2.      Persetujuan ( Pasal 1313 KUH Perdata ) : Suatu persetujuan adalah suatu
perbuatan dimana satu orang atau lebih mengikatkan diri terhadap satu orang lain
atau lebih.
3.      Undang-undang ( Pasal 1352 KUH Perdata ) : Perikatan yang lahir karena
undang-undang timbul dari undang-undang atau dari undang-undang sebagai
akibat perbuatan orang.

C.   Azas-azas hukum perikatan


1. ASAS KONSENSUALISME
Asas konsnsualisme dapat disimpulkan dari Pasal 1320 ayat 1 KUHPdt.
Pasal 1320 KUHPdt : untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat sarat :
(1) Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya
(2) Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian
(3) suatu hal tertentu
(4) suatu sebab yang halal.
Pengertian kesepakatan dilukiskan dengan sebagai pernyataan kehendak bebas
yang disetujui antara pihak-pihak ASAS-ASAS HUKUM PERIKATAN

2. ASAS PACTA SUNT SERVANDA


Asas pacta sun servanda berkaitan dengan akibat suatu perjanjian. Pasal 1338 ayat
(1) KUHPdt:
         Perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai undang-undang….”
         Para pihak harus menghormati perjanjian dan melaksanakannya karena perjanjian
itu merupakan kehendak bebas para pihakASAS-ASAS HUKUM PERIKATAN

3. ASAS KEBEBASAN BERKONTRAK


Pasal 1338 KUHPdt : “semua perjanjian yang dibuat secara sah berlaku sebagai
undangundang bagi mereka yang membuatnya”
Ketentuan tersebut memberikan kebebasan parapihak untuk :
         Membuat atau tidak membuat perjanjian;
         Mengadakan perjanjian dengan siapapun;
         Menentukan isi perjanjian, pelaksanaan, dan persyaratannya;
         Menentukan bentuk perjanjian, yaitu tertulis atau lisan.ASAS-ASAS HUKUM
PERIKATAN

Di samping ketiga asas utama tersebut, masih terdapat beberapa asas hukum
perikatan nasional, yaitu :
1.      Asas kepercayaan;
2.      Asas persamaan hukum;
3.      Asas keseimbangan;
4.      Asas kepastian hukum;
5.      Asas moral;
6.      Asas kepatutan;
7.      Asas kebiasaan;
8.      Asas perlindungan;

D.   Hapusnya Perikatan
            Dalam KUHpdt (BW) tidak diatur secara khusus apa yang dimaksud
berakhirnya perikatan, tetapi yang diatur dalam Bab IV buku III BW hanya
hapusnya perikatan. Pasal 1381 secara tegas menyebutkan sepuluh cara hapusnya
perikatan. Cara-cara tersebut adalah:
         Pembayaran.
         Penawaran pembayaran tunai diikuti dengan penyimpanan atau penitipan
(konsignasi).
         Pembaharuan utang (novasi).
         Perjumpaan utang atau kompensasi.
         Percampuran utang (konfusio).
         Pembebasan utang.
         Musnahnya barang terutang.
         Batal/ pembatalan.
         Berlakunya suatu syarat batal.
         Dan lewatnya waktu (daluarsa).

            Terkait dengan Pasal 1231 perikatan yang lahir karena undang-undang dan
perikatan yang lahir karena perjanjian. Maka berakhirnya perikatan juga
demikian. Ada perikatan yang berakhir karena perjanjian seperti pembayaran,
novasi,  kompensasi, percampuran utang, pembebasan utang, pembatalan dan
berlakunya suatu syarat batal. Sedangkan  berakhirnya perikatan karena undang–
undang diantaranya; konsignasi, musnahnya barang terutang dan daluarsa.
            Agar berakhirnya perikatan tersebut dapat terurai jelas maka perlu
dikemukakan beberapa item yang penting,  perihal defenisi dan ketentuan-
ketentuan yang mengaturnya sehinga suatu perikatan/ kontrak dikatakan berakhir:

  Pembayaran
            Berakhirnya kontrak karena pembayaran dijabarkan lebih lanjut dalam
Pasal  1382 BW sampai dengan Pasal 1403 BW. Pengertian pembayaran dapat
ditinjau secara sempit dan secara yuridis tekhnis.
            Pembayaran dalam arti sempit adalah pelunasan utang oleh debitur kepada
kreditur, pembayaran seperti ini dilakukan dalam bentuk uang atau barang.
Sedangkan pengertian pembayaran dalam arti yuridis tidak hanya dalam bentuk
uang, tetapi juga dalam bentuk jasa seperti jasa dokter, tukang bedah, jasa tukang
cukur atau guru privat.
            Suatu maslah yang sering muncul dalam pembayaran adalah masalah
subrogasi. Subrogasi adalah penggantian hak-hak siberpiutang (kreditur) oleh
seorang ketiga yang membayar kepada siberpiutang itu. Setelah utang dibayar,
muncul seorang kreditur yang baru menggantikan kreditur yang lama. Jadi utang
tersebut hapus karena pembayaran tadi, tetapi pada detik itu juga hidup lagi
dengan orang ketiga tersebut sebagai pengganti dari kreditur yang lama.

  Konsignasi
            Konsignasi terjadi apabila seorang kreditur menolak pembayaran yang
dilakukan oleh debitur, debitur dapat melakukan penawaran pembayaran tunai
atas utangnya, dan jika kreditur masih menolak, debitur dapat menitipkan uang
atau barangnya di pengadilan.

  Novasi
            Novasi diatur dalam Pasal 1413 Bw s/d 1424 BW. Novasi adalah sebuah
persetujuan, dimana suatu perikatan telah dibatalkan dan sekaligus suatu perikatan
lain harus dihidupkan, yang ditempatkan di tempat yang asli. Ada tiga macam
jalan untuk melaksanakan suatu novasi atau pembaharuan utang yakni:
            Apabila seorang yang berutang membuat suatu perikatan utang baru guna
orang yang mengutangkannya, yang menggantikan utang yang lama yang
dihapuskan karenanya. Novasi ini disebut novasi objektif.
            Apabila seorang berutang baru ditunjuk untuk menggantikan orang
berutang lama, yang oleh siberpiutang dibebaskan dari perikatannya (ini
dinamakan novasi subjektif pasif).
            Apabila sebagai akibat suatu perjanjian baru, seorang kreditur baru
ditunjuk untuk menggantikan kreditur lama, terhadap siapa si berutang dibebaskan
dari perikatannya (novasi subjektif aktif)

  Kompensasi
            Kompensasi atau perjumpaan utang diatur dalam Pasal 1425 BW s/d Pasal
1435 BW. Yang dimaksud dengan kompensasi adalah penghapusan masing-
masing utang dengan jalan saling memperhitungkan utang yang sudah dapat
ditagih antara kreditur dan debitur (vide: Pasal 1425 BW). Contoh: A
menyewakan rumah kepada si B seharga RP 300.000 pertahun. B baru membayar
setengah tahun terhadap rumah tersebut yakni RP 150.000. Akan tetapi pada
bulan kedua A meminjam uang kepada si B sebab ia butuh uang untuk membayar
SPP untuk anaknya sebanyak Rp 150.000. maka yang demikianlah antara si A dan
si b terjadi perjumpaan utang.

  Konfusio
          Konfusio atau percampuran utang diatur dalam Pasal 1436 BW  s/d
Pasal 1437 BW. Konfusio adalah percampuran kedudukan sebagai orang yang
berutang dengan kedudukan sebagai kreditur menjadi satu (vide: Pasal 1436).
Misalnya si debitur dalam suatu testamen ditunjuk sebagai waris tunggal oleh
krediturnya, atau sidebitur kawin dengan krediturnya dalam suatu persatuan harta
kawin.

BAB 2
HUKUM PERJANJIAN
A.   Standar Kontrak
Menurut Mariam Darus, standar kontrak terbagi 2 yaitu umum dan khusus.
         Kontrak standar umum artinya kontrak yang isinya telah disiapkan lebih dahulu
oleh kreditur dan disodorkan kepada debitur.
         Kontrak standar khusus, artinya kontrak standar yang ditetapkan pemerintah baik
adanya dan berlakunya untuk para pihak ditetapkan sepihak oleh pemerintah.
            Menurut Remi Syahdeini, keabsahan berlakunya kontrak baru tidak perlu
lagi dipersoalkan karena kontrak baru eksistensinya sudah merupakan kenyataan.
            Kontrak baru lahir dari kebutuhan masyarakat. Dunia bisnis tidak dapat
berlangsung dengan kontrak baru yang masih dipersoalkan.
Suatu kontrak harus berisi:
1.      Nama dan tanda tangan pihak-pihak yang membuat kontrak.
2.      Subjek dan jangka waktu kontrak
3.      Lingkup kontrak
4.      Dasar-dasar pelaksanaan kontrak
5.      Kewajiban dan tanggung jawab
6.      Pembatalan kontrak

B.   Macam – Macam Perjanjian


1.      Perjanjian Jual-beli
2.      Perjanjian Tukar Menukar
3.      Perjanjian Sewa-Menyewa
4.      Perjanjian Persekutuan
5.      Perjanjian Perkumpulan
6.      Perjanjian Hibah
7.      Perjanjian Penitipan Barang
8.      Perjanjian Pinjam-Pakai
9.      Perjanjian Pinjam Meminjam
10.  Perjanjian Untung-Untungan

C.   Syarat Sahnya Perjanjian


            Menurut Pasal 1320 Kitab Undang Undang Hukum Perdata, sahnya
perjanjian harus memenuhi empat syarat yaitu :
1.      Sepakat untuk mengikatkan diri Sepakat maksudnya adalah bahwa para pihak
yang mengadakan perjanjian itu harus bersepakat, setuju untuk seia sekata
mengenai segala sesuatu yang diperjanjikan. Kata sepakat ini harus diberikan
secara bebas, artinya tidak ada pengaruh dipihak ketiga dan tidak ada gangguan.
2.      Kecakapan untuk membuat suatu perjanjian Kecakapan untuk membuat suatu
perjanjian berarti mempunyai wewenang untuk membuat perjanjian atau
mngadakan hubungan hukum. Pada asasnya setiap orang yang sudah dewasa dan
sehat pikirannya adalah cakap menurut hukum.
3.      Suatu hal tertentu Suatu hal tertentu merupakan pokok perjanjian. Syarat ini
diperlukan untuk dapat menentukan kewajiban debitur jika terjadi perselisihan.
Pasal 1338 KUHPerdata menyatakan bahwa suatu perjanjian harus mempunyai
sebagai suatu pokok yang paling sedikit ditetapkan jenisnya.
4.      Sebab yang halal Sebab ialah tujuan antara dua belah pihak yang mempunyai
maksud untuk mencapainya. Menurut Pasal 1337 KUHPerdata, sebab yang tidak
halal ialah jika ia dilarang oleh Undang Undang, bertentangan dengan tata susila
atau ketertiban. Menurut Pasal 1335 KUHPerdata, perjanjian tanpa sebab yang
palsu atau dilarang tidak mempunyai kekuatan atau batal demi hukum.

D.   Pembatalan dan Pelaksanaan Suatu Perjanjian


            Pembatalan Perjanjian Suatu perjanjian dapat dibatalkan oleh salah satu
pihak yang membuat perjanjian ataupun batal demi hokum. Perjanjian yang
dibatalkan oleh salah satu pihak biasanya terjadi karena;
1.      Adanya suatu pelanggaran dan pelanggaran tersebut tidak diperbaiki dalam
jangka waktu yang ditentukan atau tidak dapat diperbaiki.
2.      Pihak pertama melihat adanya kemungkinan pihak kedua mengalami
kebangkrutan atau secara financial tidak dapat memenuhi kewajibannya.
3.      Terkait resolusi atau perintah pengadilan
4.      Terlibat hokum
5.      Tidak lagi memiliki lisensi, kecakapan, atau wewenang dalam melaksanakan
perjanjian

E.   Pengertian Prestasi dan Wanprestasi Dalam Hukum Kontrak


            Dalam kesempatan kali ini, saya akan menjelaskan pengertian prestasi dan
wanprestasi dalam hukum kontrak. Oke kita langsung aja ya ke pembahasannya :)

  Pengertian Prestasi
            Pengertian prestasi (performance) dalam hukum kontrak dimaksudkan
sebagai suatu pelaksanaan hal-hal yang tertulis dalam suatu kontrak oleh pihak
yang telah mengikatkan diri untuk itu, pelaksanaan mana sesuai
dengan “term” dan“condition” sebagaimana disebutkan dalam kontrak yang
bersangkutan.
            Model-model dari prestasi (Pasal 1234 KUH Perdata), yaitu berupa :
         Memberikan sesuatu;
         Berbuat sesuatu;
         Tidak berbuat sesuatu.

  Pengertian Wanprestasi
            Pengertian wanprestasi (breach of contract) adalah tidak
dilaksanakannya prestasi atau kewajiban sebagaimana mestinya yang dibebankan
oleh kontrak terhadap pihak-pihak tertentu seperti yang disebutkan dalam kontrak
yang bersangkutan.
            Tindakan wanprestasi membawa konsekuensi terhadap timbulnya hak
pihak yang dirugikan untuk menuntut pihak yang melakukan wanprestasi untuk
memberikan ganti rugi sehingga oleh hukum diharapkan agar tidak ada satu pihak
pun yang dirugikan karena wanprestasi tersebut.
            Tindakan wanprestasi ini dapat terjadi karena *:
         Kesengajaan;
         Kelalaian;
         Tanpa kesalahan (tanpa kesengajaan atau kelalaian)
* Kecuali tidak dilaksanakan kontrak tersebut karena alasan-alasan  force
majeure, yang umumnya memang membebaskan pihak yang tidak memenuhi
prestasi (untuk sementara atau selama-lamanya).

BAB 3
HUKUM DAGANG
A.   Hubungan Hukum Dagang dan Hukum Perdata
            Hukum dagang adalah hukum perikatan yang timbul khusus dari
lapangan perusahaan. Hukum perdata diatur dalam KUH Perdata dan Hukum
Dagang diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD).
Kesimpulan ini sekaligus menunjukkan bagaimana hubungan antara hukum
dagang dan hukum perdata. Hukum perdatamerupakan hukum umum (lex
generalis) dan hukum dagang merupakan hukum khusus (lex specialis). Dengan
diketahuinya sifat dari kedua kelompok hukum tersebut, maka dapat disimpulkan
keterhubungannya sebagai lex specialis derogat lex generalis, artinya hukum yang
bersifat khusus mengesampingkan hukum yang bersifat umum. Adagium ini dapat
disimpulkan dari pasal 1 Kitab undang-Undang Hukum Dagang yang pada
pokoknya menyatakan bahwa: “Kitab Undang-Undang Hukum Perdata seberapa
jauh dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang tidak khusus diadakan
penyimpangan-penyimpangan, berlaku juga terhadap hal-hal yang disinggung
dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang.
            Hubungan antara KUHD dengan KUH perdata adalah sangat erat, hal ini
dapat dimengerti karena memang semula kedua hukum tersebut terdapat dalam
satu kodefikasi. Pemisahan keduanya hanyalah karena perkembangan hukum
dagang itu sendiri dalam mengatur pergaulan internasional dalam hal perniagaan.
            Hukum Dagang merupakan bagian dari Hukum Perdata, atau dengan kata
lain Hukum Dagang meruapkan perluasan dari Hukum Perdata. Untuk itu
berlangsung asas Lex Specialis dan Lex Generalis, yang artinya ketentuan atau
hukum khusus dapat mengesampingkan ketentuan atau hukum umum.
KUHPerdata (KUHS) dapat juga dipergunakan dalam hal yang daitur dalam
KUHDagang sepanjang KUHD tidak mengaturnya secara khusus.

B.   Hubungan Pengusaha dan Pembantunya


            Pengusaha (pemilik perusahaan) yang mengajak pihak lain untuk
menjalankan usahanya secara bersama-sama,atau perusahaan yang dijalankan dan
dimiliki lebih dari satu orang, dalam istilah bisnis disebut sebagai bentuk
kerjasama. Bagi perusahaan yang sudah besar, Memasarkan produknya biasanya
dibantu oleh pihak lain, yang disebut sebagai pembantu pengusaha.
Secara umum pembantu pengusaha dapat digolongkan menjadi 2 (dua), yaitu:
a.       Pembantu-pembantu pengusaha di dalam perusahaan, misalnya pelayan toko,
pekerja keliling, pengurus fillial, pemegang prokurasi dan pimpinan perusahaan.
b.      Pembantu pengusaha diluar perusahaan, misalnya agen perusahaan, pengacara,
noratis, makelar, komisioner.

C.   Pengusaha dan Kewajibannya


  Memberikan ijin kepada buruh untuk beristirahat, menjalankan kewajiban menurut
agamanya.
  Dilarang memperkerjakan buruh lebih dari 7 jam sehari dan 40 jam seminggu,
kecuali ada ijin penyimpangan.
  Tidak boleh mengadakan diskriminasi upah laki/laki dan perempuan.
  Bagi perusahaan yang memperkerjakan 25 orang buruh atau lebih wajib membuat
peraturan perusahaan.
  Wajib membayar upah pekerja pada saat istirahat / libur pada hari libur resmi.
  Wajib memberikan Tunjangan Hari Raya (THR) kepada pekerja yang telah
mempunyai masa kerja 3 bulan secara terus menerus atau lebih.
  Wajib mengikut sertakan dalam program Jamsostek

Daftar Pustaka
      https://aramayudho.wordpress.com/2012/04/07/dasar-hukum-
perikatan/
      http://bobobpratiwi.blogspot.com/2013/04/bab-4-azas-azas-hukum-

perikatan.html
      http://www.negarahukum.com/hukum/hapusnya-perikatan.html

      http://taniaanjani.blogspot.com/2013/05/hukum-perjanjian.html

      http://sciencebooth.com/2013/05/27/pengertian-prestasi-dan-

wanprestasi-dalam-hukum-kontrak/
      http://vladimir-fandypratama.blogspot.com/2013/05/minggu-6-7-

hubungan-hukum-dagang-dan.html
      http://nnyundd.blogspot.com/2013/05/pengertian-hukum-

perikatan.html
Diposkan oleh Budi Pratiko di 04.55 
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest
Label: Tugas

5 komentar:
1.

Annisa Pratiwi15 September 2016 17.33

ijin copas kak, terima kasih sangat membantu


Balas

2.

music4us18 September 2016 23.36

izin copy
Balas

3.

Handi Zulkarnain20 September 2016 16.40

ijin copas ya gan


.....
Balas

4.

Sikill Pepy2 Oktober 2016 04.11

mantap artikelnya...monggo mampirrr


Balas
5.

farah farokah15 Maret 2017 19.22

Mantap dan sangat membantu, mksih


Balas
Posting Lebih BaruPosting LamaBeranda
Langganan: Poskan Komentar (Atom)
Universitas Gunadarma

Label

 Garut
 Gunung Cikuray
 Hobi
 Mendaki Gunung
 Pengalaman Pertama
 Softskill
 Tugas
 Tulisan
Arsip Blog

 ►  2017 (5)
 ►  2016 (3)
 ▼  2015 (8)
o ►  November (3)
o ►  Oktober (3)
o ▼  April (1)
 HUKUM PERIKATAN, HUKUM PERJANJIAN DAN HUKUM DAGANG...
o ►  Maret (1)
 ►  2014 (10)
 ►  2013 (22)
About Me

Budi Pratiko 
Lihat profil lengkapku
Visitors
Total Tayangan Laman

  458051
Translate

           

         
Get This Widget
Followers

Tema Sederhana. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai