internasional, dikenal ada beberapa asas atau prinsip hukum antara lain:
1. PACTA SUNT SERVANDA, yaitu setiap perjanjian yang telah dibuat
harus ditaati oleh pihak-pihak yang mengadakannya.
2. EQUALITY RIGHTS, yaitu negara yang saling mengadakan
hubungan itu berkedudukan sama.
3. RECIPROSITAS (asas timbal-balik), yaitu tindakan suatu negara
terhadap negara lain dapat dibalas setimpal, baik tindakan yang bersifat
negatif atau pun posistif.
4. COURTESY, yaitu asas saling menghormati dan saling menjaga
kehormatan masing-masing negera.
5. REBUS SIC STANTIBUS, yaitu asas yang dapat digunakan untuk
memutuskan perjanjian secara sepihak apabila terdapat perubahan yang
mendasar/fundamental dalam keadaan yang bertalian dengan perjanjian
internasional yang telah disepakati.
6. Asas Teritorial, menurut asas ini, negara melaksanakan hukum bagi
semua orang dan semua barang yang ada di wilayahnya dan terhadap
semua barang atau orang yang berada di wilayah tersebut, berlaku hukum
asing (internasional) sepenuhnya.
7. Asas Kebangsaan, asas ini didasarkan pada kekuasaan negara untuk
warga negaranya, menurut asa ini setiap negara di manapun juga dia
berada tetap mendapatkan perlakuan hukum dari negaranya. Asas ini
mempunyai kekuatan ekstrateritorial, artinya hukum negera tersebut tetap
berlaku juga bagi warga negaranya, walaupun ia berada di negara asing.
8. Asas Kepentingan Umum, asas ini didasarkan pada wewenang negara
untuk melindungi dan mengatur kepentingan dalam kehidupan
masyarakat, dalam hal ini negara dapat menyesuaikan diri dengan semua
keadaan dan peristiwa yang berkaitan dengan kepentingan umum, jadi
hukum tidak terikat pada batas-batas wilayah suatu negara.
Menurut Resolusi majelis Umum PBB No. 2625 tahun 1970, ada tujuh asas,
yaitu :
1. Setiap negara tidak melakukan ancaman agresi terhadap keutuhan
wilayah dan kemerdekaan negara lain. Dalam asas ini ditekankan bahwa
setiap negara tidak memberikan ancaman dengan kekuatan militer dan
tidak melakukan sesuatu yang bertentangan dengan piagam PBB.
2. Setiap negara harus menyelesaikan masalah internasional dengan cara
damai, Dalam asas ini setiap negara harus mencari solusi damai,
menghendalikan diri dari tindakan yang dapat membahayakan perdamaian
internasional.
3. Tidak melakukan intervensi terhadap urusan dalam negeri negara lain.
Asas ini menekankan setiap negara memiliki hak untuk memilih sendiri
keputusan politiknya, ekonomi, sosial dan sistem budaya tanpa intervensi
pihak lain.
4. Negara wajib menjalin kerjasama dengan negara lain berdasar pada
piagam PBB, kerjasama itu dimaksudkan untuk menciptakan perdamaian
dan keamanan internasional di bidang Hak asasi manusia, politik,
ekonomi, social budaya, teknik, perdagangan.
5. Asas persaman hak dan penentuan nasib sendiri, kemerdekaan dan
perwujudan kedaulatan suatu negara ditentukan oleh rakyat.
6. Setiap negara harus dapat dipercaya dalam memenuhi kewajibannya,
pemenuhan kewajiban itu harus sesuai dengan ketentuan hukum
internasional.
7. Asas persamaan kedaulatan dari negara, Setiap negara memiliki
persamaan kedaulatan secara umum sebagai berikut :
international office:
office 365
1. Memilki persamaan Yudisial (perlakuan hukum)
2. Memiliki hak penuh terhadap kedaulatan
3. Setiap negara menghormati kepribadian negara lain.
4. Teritorial dan kemerdekanan politik suatu negara adalah tidak dapat
diganggu gugat.
5. Setiap negara bebas untuk membangun sistem politik, sosial, ekonomi
dan sejarah bangsanya.
6. Setiap negara wajib untuk hidup damai dengan negara lain.
Review Jurnal Psikologi
I.A. Judul Penelitian
Jurnal Penelitian Kualitatif
B. Nama Penulis
Fitria Ismali (Universitas Negeri Gorontalo)
C. Nama Jurnal
Deskripsi Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dalam Pembelajaran
Matematika Di Kelas V SDN 6 Bulango Selatan Kabupaten Bone Bolango
IV. Hipotesis
-
V. Metode
- Jenis/ Metode Penelitian
Metode pendekatan fenomenologis dengan
jenis penelitian kualitatif, maksudnya bahwa dalam penelitian ini peneliti
berusaha memahami arti sebuah peristiwa dan kaitannya terhadap objek penelitian.
- Metode Pengambilan Data
Sebelum dilakukan pengambilan dan pengumpulan data. Data keseluruhan
dikelompokkan terlebih dahulu menjadi 2 jenis data, yaitu :
1. Data primer, merupakan informasi utama dalam penelitian, meliputi seluruh
data kualitatif yang diperoleh melalui kegiatan observasi, wawancara dan
dokumentasi. Dalam hal ini, yang menjadi data penelitian adalah deskripsi
penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran
matematika di kelas V SDN 6 Bulango Selatan, Kabupaten Bone Bolango.
2. Data sekunder, merupakan data yang diperoleh melalui buku–buku referensi
berupa pengertian–pengertian dan teori–teori yang ada hubungannya dengan
permasalahan yang sedang diteliti. Yang menjadi sumber data adalah guru dan siswa.
Adapun prosedur pengumpulan data dalam penelitian ini antara lain observasi,
wawancara dan dokumentasi.
1. Observasi
Observasi merupakan langkah awal dalam melakukan penelitian, observasi dilakukan
untuk mengetahui secara detail tentang lokasi maupun kondisi tempat (sekolah) yang
akan di teliti baik dari segi siswa, guru bahan ajar, sumber belajar, lingkungan belajar dan
sebagainya.
2. Wawancara
Wawancara sebagai alat penilaian digunakan untuk mengetahui pendapat,
aspirasi, harapan, prestasi, keinginan, keyakinan dan proses belajar siswa.Kegiatan
wawancara dilakukan secara langsung yaitu mengadakan tanya jawab
dengan responden seperti guru, siswa dan ditunjang dari berbagai data lainnya.
Instrumen pedoman wawancara dilakukan secara terstruktur untuk mendapatkan
informasi yang dibutuhkan.
3. Dokumentasi
Dokumen diartikan sebagai suatu catatan tertulis/gambar yang tersimpan
tentang sesuatu yang sudah terjadi. Dokumentasi merupakan bukti fisik berupafoto
yang diambil pada saat mengadakan penelitian, dalam kegiatan observasi,
wawancara, dan pengamatan proses pembelajaran.
- Metode Analisis Data
Sedangkan analisis data dalam penelitian ini, Milles dan Hubberman (dalam Tohirin,
2012 : 141) menjelaskan bahwa analisis data merupakan langkah-langkah
untuk memproses temuan penelitian yang telah ditranskripkan melalui proses
reduksi data, yaitu data disaring dan disusun lagi, dipaparkan, diverifikasi atau
dibuat kesimpulan.
VII.Review/ Komentar
Secara konten keseluruhan jurnal ini sudah terlihat sangat baik dalam hal
mendeskripsikan apa yang ingin disampaikan oleh peneliti. Karena penelitian ini
termasuk penelitian yang menggunakan metode secara kualitatif yakni dengan observasi,
wawancara dan dokumentasi. Deskripsi yang detail dan mendalam tentang kasus
merupakan sebuah keharusan bagi peneliti kualitatif. Kemudian dari segi struktural,
meskipun dalam penelitian kualitatif narasi yang disampaikan berdasarkan dengan
kebutuhan penelitian, namun akan lebih baik lagi jika ditambahkan poin masalah atau
pertanyaan penelitian. Hal ini tentunya akan membantu peneliti untuk mempermudah
dalam hal mengkategorikan atau mengklasifikasikan tujuan penelitiannya. Seperti
pertanyaan “bagaimana cara menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Stad dalam
pembelajaran Matematika di kelas V SDN 6 Bulango Selatan Kabupaten Bone Bolango?”
dan “mengapa siswa Matematika di kelas V SDN 6 Bulango Selatan Kabupaten Bone
Bolango memerlukan model pembelajarn kooperatif tipe Stad?” .
IX. Referensi
Asma, Nur. 2006. Model pembelajaran kooperatif. Jakarta: Depertemen Pendidikan
Nasional
http://nopiwanabadi.blogspot.com/2011/5/hakikat-pembelajaranmatematika.html
Jonson, D. W., & Johnson, R.1991, Learning Together and Alone, Cooperative and
individualisti learning. Boston: Allyn and Bacon.
Sagala, Syaiful, 2009, Konsep dan Makna Pembelajaran Untuk Membantu
Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar, Alfabeta, Bandung
Tohirin. 2012. Metode Penelitian Kualitatif Dalam Pendidikan dan Bimbingan
Konseling – Pendekatan Praktid untuk Peneliti Pemula dan Dilengkapi
dengan Contoh Transkip Hasil Wawancara Serta Model Penyajian Data.
Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.Trianto. 2009. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif: Konsep,La
ndasan, dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Jakarta: Kencana Prenada Madia Group
Wardhani, Sri. 2008. Paket fasilitasi pemberdayaan kkg/mgmp matematika Analisis
si dan skl mata pelajaran matematika smp/mts untuk optimalisasi tujuan mata pelajaran
matematika. Yogyakarta: Pusat Pengembangan Dan Pemberdayaan Pendidik Dan
Tenaga Kependidikan Matematika.
Sumber: http://jaymi-psikologi.blogspot.com/2014/10/contoh-review-jurnal-
psikologi.html
makalah "Kebijakan Perdagangan
Internasional"
DAFTAR ISI
Daftar
Isi ..................................................................................................................
.1
Kata
pengantar .....................................................................................................
.... 2
Bab I
Pendahuluan ................................................................................................
.... 3
1. Latar Belakang
Masalah.......................................................................... 3
Bab II
Pembahasan ................................................................................................
... 4
A. Pengertian Perdagangan
Internasional ................................................. 4
B. Manfaat Perdagangan
Internasional ..................................................... 4
C. Faktor-faktor pendorong terjadinya perdagangan
internasional .......... 4
D. Keunggulan absolut dan keuntungan komperatif dalam perdaganga
internasional 5
E. Kebijakan Perdagangan Internasional ....................................................
5
1. Kebijakan Proteksi ..............................................................................
6
a. Tarif dan Bea Masuk ......................................................................
6
b. Pelarangan Impor ..........................................................................
7
c. Kuota atau Pembatasan Impor ......................................................
8
d. Subsidi ............................................................................................
9
e. Dumping .........................................................................................
10
2. Kebijakan perdagangan Bebas ..........................................................
11
a. Ciri-ciri Perdagangan Bebas ..........................................................
11
b. Peraturan pemerintah mengenai perdagangan bebas .................
12
c. Dampak perdagangan bebas .........................................................
12
3. Kebijakan Autarki ...............................................................................
13
Bab II
Penutup ........................................................................................................
... 14
A.
Kesimpulan .......................................................................................... 14
B.
Saran .................................................................................................... 14
Daftar
Pustaka .........................................................................................................
. 15
Kata Pengantar
Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada tuhan yang maha esa,
karena atas berkat dan limpahan rahmatnyalah maka kami bisa
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.
Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan
memohon permakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan
ada tulisan yang kami buat kurang tepat. Makalah ini dibuat untuk
pemenuhan tugas mata kuliah Perdagangan Internasional.
BAB I
Pendahuluan
1. Latar Belakang Masalah
Salah satu hal yang dapat dijadikan motor penggerak bagi pertumbuhan
adalah perdagangan internasional. Salvatore menyatakan bahwa
perdagangan dapat menjadi mesin bagi pertumbuhan ( trade as engine of
growth, Salvatore, 2004). Jika aktifitas perdagangan internasional adalah
ekspor dan impor, maka salah satu dari komponen tersebut atau kedua-
duanya dapat menjadi motor penggerak bagi pertumbuhan. Tambunan
(2005) menyatakan pada awal tahun 1980-an Indonesia menetapkan
kebijakan yang berupa export promotion. Dengan demikian, kebijakan
tersebut menjadikan ekspor sebagai motor penggerak bagi pertumbuhan.
BAB II
Pembahasan
d. Subsidi
Subsidi adalah kebijakan pemerintah untuk membantu menutupi sebagian biaya produksi
per unit barang produksi dalam negeri. Sehingga produsen dalam negeri dapat menjual
barangnya lebih murah dan bisa bersaing dengan barang impor.
e. Dumping.
Dumping adalah kebijakan pemerintah umtuk menjual barang di luar negeri dengan
harga yang lebih rendah dari dalam negeri atau bahkan di bawah biaya produksi.
Kebijakan dumping dapat meningkatkan volume perdagangan dan menguntungkan
negara pengimpor, terutama menguntungkan konsumen mereka. Namun, negara
pengimpor kadang mempunyai industri yang sejenis sehingga persaingan dari luar negeri
ini dapat mendorong pemerintah negara pengimpor memberlakukan kebijakan anti
dumping (dengan tarif impor yang lebih tinggi), atau sering disebut counterveiling duties.
Hal ini dilakukan untuk menetralisir dampak subsidi ekspor yang diberikan oleh negara
lain. Predatory dumping dilakukan dengan tujuan untuk mematikan persaingan di luar
negeri. Setelah persaingan di luar negeri mati maka harga di luar negeri akan dinaikkan
untuk menutup kerugian sewaktu melakukan predatory dumping.
Syarat yang harus dipenuhi dalam kebijakan dumping yaitu:
- kekuatan monopoli di dalam negeri lebih besar daripada luar negeri, sehingga kurva
permintaan di dalam negeri lebih inelastis dibanding kurva permintaan di luar negeri.
- terdapat hambatan yang cukup kuat sehingga konsumen dalam negeri tidak dapat
Keterangan:
Seperti diketahui bahwa laba maksimum diperoleh pada saat kurva MC sama dengan
kurva MR. MC sama dengan MR di pasar dalam negeri yang dicapai pada kuantitas
produksi OQ1, dan pasar luar negeri dicapai pada kuantitas produksi OQ2. Oleh karena
kurva permintaan di kedua pasar memiliki kecuraman yang berbeda, di mana harga
pasar dalam negeri adalah OP2 sementara harga di pasar luar negeri setinggi OP1,
sehingga permintaan di pasar dalam negeri relatif lebih inelastis dibandingkan dengan
pasar di luar negeri, karena kurvanya lebih curam.
2. Kebijakan Perdagangan Bebas
Perdagangan bebas merupakan suatu kegiatan jual beli produk antar negara tanpa
adanya kerumitan aturan atau birokrasi yang mengatur perdagangan bebas itu didalam
suatu Negara. Sehingga, suatu Negara, perusahaan, atau perorangan sekalipun dapat
menjual produk yang diciptakannya di luar negeri. Begitu pula sebaliknya, Negara lainpun
dapat menjual produknya didalam negeri sehingga konsumen dapat mendapatkan
barang – barang kualitas internasional dengan mudah dan dengan harga yang relatif
terjangkau.
Tentunya setiap Negara memiliki kekurangan dan kelebihannya masing – masing, ada
Negara yang memiliki keunggulan dalam menciptakan alat – alat canggih seperti
komputer dan alat elektronik lainnya, tetapi minim dalam sumber daya alam. Ada pula
Negara yang memiliki sumber daya alam yang berlimpah tetapi memiliki keterbatasan
dalam menciptakan alat – alat canggih seperti elektronik, maka dengan adanya
perdagangan bebas tentunya akan menjadi keuntungan bagi satu sama lain.
Perdagangan barang tanpa pajak (termasuk tarif) atau pembatasan perdagangan yang
lain (seperti kuota impor atau subsidi untuk produsen), maksudnya adalah jual beli
tersebut dilakukan tanpa dikenai pajak pada pemerintah.
Perdagangan layanan tanpa pajak atau pembatasan perdagangan yang lain, hal ini pun
hamper sama dengan poin pertama, tidak adanya ketentuan pajak yang khusus yang
dikenakan kepada produsen, juga tidak adanya pembatasan oleh perdagangan yang lain.
Ketiadaan dasar-dasar “pemutar belit perdagangan” (seperti pajak, subsidi, peraturan
atau hukum) yang memberikan kelebihan kepada sejumlah kecil perusahaan, isirumah,
atau faktor-faktor produksi
Akses bebas ke pasar, tidak adanya batasan atau kemudahan akses yang dapat
langsung pada pasarnya, langsung pada konsumen dalam proses penjualannya.
Akses bebas kepada informasi pasar, konsumen dalam proses membeli produk dapat
meraih informasi secara terbuka dan bebas.
Ketakupayaan firma-firma mengacaukan pasar melalui kekuatan monopoli atau oligopoli
berian pemerintah
Pergerakan bebas tenaga kerja antara luar dan dalam negara
Pergerakan bebas modal antara luar dan dalam Negara
Dampak Positif
Dengan adanya perdagangan bebas yang dilakukan oleh suatu Negara, tentunya
tersebut dapat menikmati produk tidak hanya dari hasil produk buatan dalam negeri
sendiri saja, tetapi juga dapat menkonsumsi produk buatan luar negeri dengan mudah
karena dengan adanya perdagangan bebas barang impor dapat bebas masuk kedalam
negeri. selain itu terjalin suatu hubungan internasional yang semakin terbuka antar
Negara. Kemudian produk – produk dalam negeri dapat dengan memudah meraih
popularitas di luar negeri. Dapat pula meningkatkan reputasi Negara ketika suatu Negara
dapat berprestasi menciptakan produk yang bermanfaat dan diminati oleh konsumen
internasional. Kemudian devisa kuat jika ekspor lebih besar daripada impor. Setiap
individu bebas memiliki kekayaan dan sumber daya produksi. Setiap individu bebas
memiliki kekayaan dan sumber daya produksi, inisiatif dan kreatifitas masyarakat dapat
dikembangkan, terjadi persaingan antar produsen untuk menghasilkan barang yang
bermutu, efisiensi dan efektifitas tinggi karena tindakannya selalu didasarkan pada
prinsip ekonomi.
Dampak Negatif
Tentunya selain dampak positif, tidak sedikit juga dampak negative yang ditimbulkan
akibat kegiatan perdagangan bebas. Yaitu selain menjadi orang yang konsumtif terhadap
barang – bararang impor, banyak pula pengangguran, karena kalah bersaing produsen
dari luar negeri, kemudian banyak pabrik yg bangkrut karena tidak kuat dengan
persainan yang begitu ketat, selain itu larinya investor dikarenakan SDM dan ETOS
KERJA dalam negeri lemah dan devisa yang habis karena lebih banyak produk impor
daripada ekspor. Kemudian bagi Negara – Negara yang belum berkembang maka akan
menjadi sebuah kerugian karena selalu mengandalkan Negara lain untuk terus
mengimpor barang – barang kedalam negeri, yang kemudian membuat Negara yang
lemah ini sulit berkembang karena terus “diserang” oleh barang – banrang impor. Juga
sebaliknya, akan menjadi keuntungan tersendiri bagi Negara yang telah berkembang
untuk terus menjual produknya ini sehingga produknya lebih diminati dan lebih popular di
luar negeri. Adanya eksploitasi terhadap masyarakat ekonomi lemah oleh pihak yang
kuat ekonominya, menimbulkan terjadinya monopoli sehingga merugikan masyarakat,
munculnya kesenjangan ekonomi antara golongan ekonomi kuat dengan golongan
ekonomi lemah, perekonomian dapat dengan mudah menjadi tidak stabil.
3. Kebijakan Autarki
Politik autarki adalah kebijakan perdagangan dengan tujuan untuk menghindarkan diri
dari pengaruh-pengaruh negara lain, baik pengaruh politik, ekonomi, maupun militer,
sehingga kebijakan ini bertentangan dengan prinsip perdagangan internasional yang
menganjurkan adanya perdagangan bebas. itu seorang importir dalam melaksanakan
pembayarannya harus membeli uang dollar terlebih dahulu pada suatu bank devisa
dengan kurs yang berlaku, kemudian ditransfer kepada eksportir di Amerika.
BAB III
Penutup
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
http://ssbelajar.blogspot.com/2012/03/kebijakan-perdagangan-
internasional.html
http://umihanasumi.blogspot.com/2011/03/kebijakan-perdagangan-
internasional.html
https://sites.google.com/site/iwansubhanhotmail/makalah
http://karimahpatryani.wordpress.com/2011/06/05/kebijakan-
perdagangan-internasional/
http://pebriandini.wordpress.com/2012/04/17/perdagangan-bebas/
0895388011127
Dalam setiap kerja sama perdagangan internasional yang dilakukan Indonesia dengan
negara lain harus mengandung prinsip saling menguntungkan. Beberapa dampak positif
perdagangan internasional bagi perekonomian Indonesia, di antaranya sebagai berikut.
Dalam setiap kerja sama perdagangan internasional baik bilateral, regional, maupun
multilateral tentu saja selain mempunyai dampak positif juga menimbulkan dampak negatif.
d. Meningkatnya Pengangguran
Banyaknya perusahaan yang bangkrut atau gulung tikar karena kalah bersaing dengan
perusahaan asing yang menjual produknya di Indonesia, mengakibatkan banyaknya tenaga
kerja yang di-PHK sehingga menyebabkan pengangguran meningkat dan daya beli
masyarakat menurun.
dikatakan surplus jika nilai ekspor lebih besar dari pada nilai impor.
Sebaliknya jika nilai komoditas ekspor lebih kecil dari pada nilai produk
proteksi yang dapat dilakukan suatu negara antara lain dalam bentuk :
Melarang mengimpor produk-produk yang telah diproduksi dalam
ASEAN.
perekonomian Indonesia.
masyarakatnya terpenuhi
negara maju
A. Perdagangan internasional
Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk
suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama.
Penduduk yang dimaksud dapat berupa antarperorangan (individu dengan
individu), antara individu dengan pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu
negara dengan pemerintah negara lain. Di banyak negara, perdagangan
internasional menjadi salah satu faktor utama untuk meningkatkan GDP.
Meskipun perdagangan internasional telah terjadi selama ribuan tahun (lihat Jalur
Sutra, Amber Road), dampaknya terhadap kepentingan ekonomi, sosial, dan
politik baru dirasakan beberapa abad belakangan. Perdagangan internasional pun
turut mendorong Industrialisasi, kemajuan transportasi, globalisasi, dan kehadiran
perusahaan multinasional.
Memajukan industrialisasi
Mengatasi masalah kondisi pembangunan yang tak merata di dalam
perekonomian domestik
Berupaya untuk melepaskan hubungan ekonomi yg tidak adil atau eksploitatif
dengan negara maju
Dalam artikel Redrik (1988: 114) menyatakan bahwa terdapat dua aspek
kelembagaan khusus yang mengatur struktur pasar di negara
berkembang. Pertama ialah bahwa dalam pasar oligopoli juga berdampingan
dengan golongan pinggiran dan perusahaan-perusahaan kompetitif lainnya.
Golongan pinggiran tersebut biasanya terdiri dari pemasok dan subkontraktor
teknik manufaktur. Berbeda dengan perusahaan besar yang terlindung dari
kemalangan ekonomi dengan selisih harga-biaya mereka, perusahaan dalam skala
yang lebih kecil biasanya sangat sensitif terhadap perubahan di
lingkungannya.Kedua ialah bahwa banyak sektor dalam negara berkembang
seperti mobil, bahan kimia, energi, dan sebagainya yang dimiliki oleh lebih dari
satu perusahaan dengan struktur kepemilikan yang berbeda. Perusahaan publik
bersaing dengan perusahaan-perusahaan swasta sedangkan perusahaan lokal hidup
berdampingan dengan anak dari perusahaan multinasional.
PEMBAHASAN
Kegiatan pembangunan telah menimbulkan perubahan lingkungan
secara cepat. Hal ini terlihat dengan adanya polusi udara, air dan tanah
serta menurunnya kondisi lingkungan pada negara-negara Eropa dan
Amerika masa revolusi industri. Penurunan kualitas lingkungan hidup
menjadi akibat langsung dari aktivitas manusia dan menjadi korban
periode industri.(Maswood, 2000:237). Hal ini terjadi karena
perkembangan perdagangan barang dan jasa ini telah membentuk
kecenderungan-kecenderungan global seperti Pertama; perdagangan
telah meningkatkan pengaruh lingkungan hidup terhadap produksi dengan
memperluas pasar bagi komoditas-komoditas diluar batas-batas negara,
dalam hal ini Negara berkembang yang mengandalkan sumber daya alam
sebagai komoditas perdagangan mengekspor bahan mentah dan olahan
alam ke negara maju, sebaliknya negara maju dengan teknologi industri
untuk mengolah barang jadi atau setengah jadi menjual kembali ke negara
berkembang.Kedua; perdagangan memungkinkan negara menguras
habis sumber daya mereka atau meloloskan undang-undang yang tetap
melindungi basis-basis sumber daya tersebut. Hingga akhirnya ada
tindakan bahwa perundang-undangan lingkungan hidup nasional
(domestik suatu negara) dan bahkan institusi internasional dituduh
sebagai penghambat perdagangan yang bersifat non-tariff.
(Brown,1981:422). Dengan transfer teknologi industri negara berkembang
mulai mengeksploitasi sumber daya alamnya tanpa menghiraukan
dampak yang ditimbulkan. Keadaan ini dapat dipahami karena sebagian
besar negara berkembang lebih memfokuskan pembangunan ekonomi
untuk menghilangkan kemiskinan dengan pengetahuan akan dampak
yang ditimbulkan dalam pembangunan ekonomi terhadap lingkungan,
masih sangat terbatas. Pembangunan ekonomi tersebut disatu sisiberhasil
membawa peningkatan kemakmuran negara berkembang, yang kemudian
diikuti dengan peningkatan pemenuhan kebutuhan akan barang dan jasa
yang bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan domestik namun juga
kebutuhan negara lain. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan domestik
dan ekspor dilakukan berbagai upaya yang pada akhirnya berdampak
pada lingkungan hidup maupun sosial.(Foreign Policy, 1995, 95: 39).
Masalah pelestarian lingkungan hidup dan masalah perdagangan
bebas pada awalnya dipahami sebagai suatu hal yang masing-masing
memiliki dasar idealisme. Para pemerhati masalah lingkungan
memusatkan perhatiannya pada upaya-upaya pelestarian alam dan
lingkungan hidup sehingga tetap dapat diambil manfaatnya secara
berkelanjutan demi kesejahteraan umat manusia. Sedangkan para
penganut sistem perdagangan bebas mengupayakan agar tidak ada lagi
hambatan-hambatan dalam perdagangan internasional yang pada
akhirnya akan menguntungkan semua negara. Liberalisasi perdagangan
dunia bertitik tolak dari pendekatan teori liberalisme yang percaya dengan
adanya konsep “gain from trade” dari Heckher-Ohlin tentang keunggulan
komparatif yang berbeda dari tiap negara, sehingga muncul spesialisasi
perdagangan dimana suatu Negara sebaiknya mengkhususkan diri pada
produk barang atau jasa yang memberikan keuntungan terbesar dari
perdagangan dan perekonomian mereka daripada memproduksi
barang/jasa yang tidak memberikan keuntungan maksimum,
(Kenen,1994:19). Perdagangan internasional justru tercipta karena
adanya perbedaan-perbedaan diantara negara-negara(Cooper,1997:xii)
sebagaimana terlihat dalam hubungan perdagangan antara negara maju
dan berkembang. Keunggulan komparatif ini oleh Ricardo dan Viner
disebabkan oleh adanya perbedaan dalam kepemilikan atas faktor-faktor
produksi seperti: sumber daya alam, modal, tenaga kerja dan kemampuan
dalam penguasaan teknologi.(Anderson,1995:71-73). Melalui spesialisasi
sesuai dengan keungggulan komparatifnya, maka jumlah produksi yang
dihasilkan bisa jauh lebih besar dengan biaya yang lebih murah dan pada
akhirnya bisa mencapai skala ekonomi yang diharapkan. Pemikiran ini
kemudian berkembang bahwa akan lebih menguntungkan jika arus
perdagangan antara negara dibebaskan, tidak terhambat oleh kebijakan
atau peraturan negara baik berupa proteksi, tariff maupun nontariff.
Berdasarkan pemikiran ini, dirumuskan aturan perdagangan multilateral
yang kemudian menjadi satu produk hukum internasional. Namun
demikian Negara-negara tersebut akan terikat dengan kepentingan
nasionalnya yang menurut Morgenthau merujuk pada hal-hal yang
dianggap penting bagi suatu negara, sehingga merujuk pada sasaran-
sasaran politik, ekonomi, atau social yang ingin dicapai suatu negara.
(Viooti,1993:584). Sehingga negara perlu memberikan prioritasnya yang
diformulasikan dalam sasaran dan indikator bagi tercapainya kepentingan
tersebut.
Keterikatan negara dengan kepentingan nasionalnya dan
kesepakatan negara dalam merumuskan aturan perdagangan multilateral
ini memaksa Negara untuk mengurangi sedikit kedaulatannya untuk
mengikuti dan tunduk pada aturan internasional. Bisa dikatakan bahwa
negara harus rela mengurangi kedaulatannya untuk mendapatkan
kepentingan yang harus dicapai, sehingga ada interaksi dan
interdependensi dalam kerjasama multilateral. Jika dilihat dari model
analisis sistemik maka interaksi-interaksi antar aktor yang terjadi dalam
system internasional tearah pada orientasi tertentu yang mana dalam
interaksi tersebut ada interdependensi.(Dougherty,1981:76) Dalam
fenomena interdependensi tersebut tindakan salah satu bagian dari sistem
tersebut akan mempengaruhi atau membawa perubahan pada unit lain.
Suatu negara tidak bebas dalam menentukan kebijakan karena harus
memperhitungkan aktor lain beserta dampak kebijakan terhadap aktor lain
tersebut yang pada akhirnya akan menimbulkan dampak bagi negaranya
sendiri. Dalam situasi ini suatu negara akan menjadi fungsi pilihan negara
lain dalam menentukan pilihan kebijakannya. Bisa dikatakan bahwa
interaksi interdependensi tersebut membentuk kerjasama fungsional.
Melalui kerjasama fungsional ini maka tidak menutup kemungkinan
hubungan antara isu satu dengan yang lain, terlebih lagi dengan struktur
dan pola hubungan internasional yang multidimensional maka suatu isu
atau permasalahan dalam hubungan internasional tidak dapat dipisahkan
dari isu lain atau dapat dikatakan ada linkage dalam permasalahan
hubungan internasional yang multikompleks. Dalam perdagangan dunia,
produk-produk bahan primer (resources based product) cenderung
mendominasi jumlah keseluruhan ekspor negara berkembang, bahkan
secara historis pembangunan negara berkembang dapat dicapai melalui
ketersediaan sumber daya alam (lingkungan),(Maswood,2000:239)
sehingga banyak negara berkembang yang sangat rawan terhadap
permasalahan lingkungan hidup.
Berdasarkan pada hasil KTT Bumi yang tertuang dalam agenda 21,
negara berkembang harus memperhatikan proses produksi dalam
pembangunan ekonomi yang berdasarkan pada pembangunan yang
berkelanjutan (sustainable development).Maka sangat jelas bila suatu
negara ingin tetap stabil dalam pembangunan perekonomiannya yang
mengandalkan ketersediaan sumber daya alam, maka harus
memasukkan kebijakan mengenai lingkungan hidup tersebut dalam
kebijakan ekonomi (internalisasi),(Lee Ray,1987:468) hal ini dilakukan
untuk mengurangi kerusakan lingkungan baik yang dihasilkan industri
dan perumahan.(International Affairs, 2000,53/2: 526) Negara maju
dengan teknologi yang lebih advance mendorong terwujudnya isu yang
berhubungan dengan perbaikan kualitas hidup (quality of life) yang
merupakan karakteristik dari apa yang disebut oleh Zbigniew Brzezinski
sebagai “Technotronic age”.(Dougherty,1981:76). Salah satunya yaitu
dengan memberlakukan undangundang lingkungan hidup domestik yang
bisa berpengaruh dan bersinggungan dengan kepentingan negara lain
secara unilateral. Sebagai contoh Amerika dan Uni Eropa serta beberapa
negara yang telah mempunyai undang-undang lingkungan hidup menolak
produk perdagangan yang dianggap tidak ramah lingkungan menurut
standar mereka dengan menerapkan restriksi perdagangan atautrade
measure secara sepihak. Sehingga hal ini dianggap melanggar ketentuan
WTO dan juga kesepakatan KTT Bumi dalam agenda 21, karena dalam
agenda tersebut secara eksplisit dikatakan bahwa open market,
kesejajaran, keamanan, prinsip non-dikriminasi dan sistem perdagangan
multilateral merupakan hal yang sangat diperlukan dalam semua
kerjasama perdagangan.(Jha,1997:16). Demikian juga dengan isu
lingkungan hidup dalam forum perdagangan internasional, seperti telah
dijelaskan sebelumnya bahwa aturan-aturan mengenai Trade Measure,
beberapa pasal di GATT/WTO dan juga kebijakan perdagangan negara
maju yang dianggap menghambat perdagangan negara berkembang,
menjadi semakin jelas bahwa ada hubungan antara perdagangan
internasional dan isu lingkungan hidup, sehingga kebijakan ekonomi
perdagangan suatu negara juga harus melihat dampaknya terhadap
lingkungan hidup dan bukan hanya akumulasi kapital semata.
Berdasarkan keadaan diatas muncul ketegangan Utara – Selatan
dengan asumsi dependensi ekonomi negara berkembang terhadap
negara maju yang menjadikan isu lingkungan hidup sebagai salah satu
sumber konflik utama. Ketegangan isu lingkungan hidup ini semakin
mengemuka dengan adanya desakan penetapan trade measure yang
berhubungan dengan lingkungan hidup oleh negara-negara maju,
keadaan ini semakin mengancam produk perdagangan negara
berkembang, karena di lain pihak aturan ini menyebabkan penurunan
sejumlah pendapatan ekspor hasil alam seperti perdagangan kayu tropis
yang mulai merosot manakala hutan yang secara komersial telah dirusak
satu Negara demi negara lain untuk memuaskan hati konsumen.
(Brown,1981:246). Disini terlihat seperti jebakan ekspor karena pasaran
kayu tropis di negara maju seperti Eropa, Jepang dan Amerika telah
diganti dengan produk kayu non tropis hasil hutan mereka sendiri, dan
negara berkembang yang telah mengalami kerusakan parah pada
akhirnya akan menjadi importir kayu negara maju.
Realita ketidakseimbangan perdagangan antara negara maju dan
Negara berkembang, terutama dalam kaitannya dengan masalah
lingkungan hidup global menyebabkan isu ini sebagai ancaman tersendiri
bagi negara berkembang. Homer Dixon mengatakan bahwa
permasalahan lingkungan hidup bisa menjadi sumber konflik, keadaan ini
terjadi tanpa disadari oleh manusia. Meskipun menjadi sumber konflik
bukan berarti konflik yang terjadi adalah konflik yang konfrontasional
secara langsung seperti ancaman peperangan atau militerisme. Ancaman
atau konflik yang disebabkan oleh isu-isu non-convensional seperti drug
trafficking, piracy atau organized crime dan beberapa isu non-
conventional lain oleh Peter Chalk dikategorikan dalam Grey-Area
Phenomena (GAP), dikatakan demikian karena GAP tidak secara
langsung mengancam kedaulatan dan stabilitas negara, namun akan bisa
menjadi ancaman yang secara langsung bisa mempengaruhi stabilitas
dan keamanan negara tersebut tergantung dari bagaimana melihat
ancaman tersebut. Hal ini terjadi karena perkembangan hubungan
internasional yang multidimensional ini menyebabkan munculnya berbagai
ancaman terhadap Negara atau aktor internasional lain yang bersumber
dari segala arah.(Chalk,1997:6-7) Seorang sarjana yang bernama Hurrel
menjelaskan keterkaitan antara lingkungan hidup dan perdagangan global
dalam hubungan internasional dengan melihat lima aspek yang
mendasarinya yaitu:
1. The erotion of sovereignty from above; adanya erosi kedaulatan Negara
yang berasal dari sistem global.
2. Eroding the distinction between the domestic and international; dengan
melihat adanya gejala yang menunjukkan semakin memudarnya makna
domestik dan internasional dalam interaksi hubungan antar bangsa.
3. The environment and the global economy; yang merupakan hubungan
antara lingkungan hidup dengan ekonomi global, seperti dalam agenda 21
untuk perlunya menciptakan perdagangan yang adil tanpa proteksi,
diskriminasi dan subsidi serta arus investasi yang seimbang.
4. The emergence of the transnational civil society ; yaitu dengan masuknya
aktor-aktor non negara dalam hubungan antar bangsa termasuk dalam
kajian lingkungan hidup global.
5. The state system as obstacle to managing the global environment; bahwa
masalah lingkungan hidup global diselesaikan secara multilateral dengan
melihat adanya beberapa perbedaan persepsi pembangunan dan
kebijakan ekonomi antar negara Utara – Selatan.
KESIMPULAN
Isu lingkungan hidup di WTO menjadi suatu ancaman tersendiri
bagi negara berkembang karena adanya aturan-aturan dalam WTO yang
seolah-olah menghambat perdagangan internasional produk negara
berkembang. Sikap dilematis negara berkembang ini terjadi dalam
pembuatan kebijakan perdagangan dan pembangunan ekonominya,
antara peningkatan pendapatan dan pengembangan dan pelestarian
lingkungan hidup. Perkembangan isu lingkungan hidup dalam
perdagangan global dapat menjadi konflik potensial (bersifat konfrontatif)
antara Utara (negara maju) dan Selatan (Negara berkembang). Sehingga
diperlukan adanya kerjasama global antara negara maju dan berkembang
mengenai hubungan antar kedua isu ini dengan mengembangkan konsep
interdependensi antar keduanya. Internalisasi biaya lingkungan hidup juga
harus segera upaya pada setiap aspek yang menggunakan lingkungan
hidup sebagai modalnya. Hal ini untuk mencapai apa yang disebut dengan
pembangunan yang berkesinambungan. Sehingga dapat menggeser
parameter ancaman lingkungan hidup terhadap perdagangan Negara
berkembang.
Perdagangan internasional telah ada sejak lahirnya negara dalam
arti modern. Sejak saat itu, hukum perdagangan internasional telah
mengalami perkembangan yang cukup pesat sesuai dengan
perkembangan hubungan-hubungan perdagangan.
Dilihat dari perkembangan sumber hukumnya (dalam arti materil),
maka perkembangan hokum perdagangan internasional dapat
dikelompokkan ke dalam 3 tahap, yakni:
1) Hukum perdagangan internasional dalam masa awal
pertumbuhan.Hukum perdagangan internasional lahir pada awalnya dari
praktek para pedagang. Hukum yang diciptakan oleh para pedagang ini
lazim disebut pula sebagai lex mercatoria (law of merchant). Pada awal
perkembangannya ini Lex Mercatoria tumbuh dari adanya 4 faktor berikut:
lahirnya aturan-aturan yang timbul dari kebiasaan dalam berbagai pekan
raya (the law of the fairs);
lahirnya kebiasaan-kebiasaan dalam hukum laut;
lahirnya kebiasaan-kebiasaan yang timbul dari praktek penyelesaian
sengketa-sengketa di bidang perdagangan; dan
berperannya notaris (public notary) dalam memberi pelayanan jasa-jasa
hukum(dagang).
Teori yang dikembangkan oleh Adam Smith ini dikenal sebagai teori absolut cost
Ada dua negara saja yang berdagang satu sama lain
Teori ini lebih mendasarkan pada besaran (variable) riil bukan moneter
sehingga sering dikenal dengan nama teori murni (pure theory) perdagangan
internasional. Murni dalam arti bahwa teori ini memusatkan perhatiannya pada
variable riil seperti misalnya nilai sesuatu barang diukur dengan banyaknya tenaga
kerja yang dipergunakan untuk menghasilkan barang. Makin banyak tenaga kerja
yang digunakan akan makin tinggi nilai barang tersebut (labor theory of value).
Teori nilai tenaga kerja ini sifatnya sangat sederhana sebab menggunakan
anggapan bahwa tenaga kerja itu sifatnya homogen serta merupakan satu-satunya
factor produksi.
meskipun pada teori-teori berikutnya (teori modern) kita tidak menggunakan teori
nilai tenaga kerja namun prinsip teori ini tetap tidak bisa ditinggalkan. Masing-masing
Menurut Ricardo perdagangan luar negeri tidak mungkin dilakukan atas
dasar keuntungan mutlak. Menurut dia dasar tukar barang-barang ditentukan oleh
biaya comparatif (comparative cost).
Perdagangan antar negara akan timbul apabila masing-masing negara memiliki
comparative cost yang terkecil.
Teori biaya mutlak Adam Smith tidak dapat digunakan untuk menjelaskan
bagaimana perdagangan internasional dapat terjadi di antara kedua negara di mana
salah satu negara memiliki keuntungan mutlak dalam produksi semua barang yang
mau diperdagangkan
b. Teori kemanfaatan relatif (Comparative Advantage) J.S. Mill
Pada dasarnya teori comparative cost dari Ricardo dan comparative advantage
sama, hanya kalau pada teori comparative advantage untuk sejumlah tertentu
tenaga kerja di masing-masing negara output-nya berbeda, pada comparative cost,
untuk sejumlah output tertentu, waktu yang dibutuhkan berbeda antara satu negara
dengan negara lain
Hanya ada dua negara dan dua barang yang diperdagangkan.
Mendasarkan diri pada labor theory of value.
Ongkos produksi konstan.
Ongkos transportasi diabaikan (sama dengan nol).
Faktor-faktor produksi dapat bergerak bebas di dalam negeri, tetapi sama sekali
tidak dapat berpindah melewati perbatasan negara.
Persaingan sempurna di pasar barang maupun di pasar factor produksi.
Distribusi pendapatan dalam suatu negara tidak mempengaruhi perniagaan antar
negara.
Perdagangan dilaksanakan hanya dalam ujud barter (pertukaran barang dengan
barang).
Tidak ada perubahan teknologi.
1). Mazhab neoklasik telah mengubah pandangan tentang ekonomi baik dalam teori
maupun dalam metodologinya. Teori nilai tidak lagi didasarkan pada nilai tenaga
kerja atau biaya produksi tetapi telah beralih pada kepuasan marjinal (marginal
utility). Pendekatan ini merupakan pendekatan yang baru dalam teori ekonomi.
2). Salah satu pendiri mazhab neoklasik yaitu Gossen, dia telah memberikan
sumbangan dalam pemikiran ekonomi yang kemudian disebut sebagai Hukum
Gossen I dan II. Hukum Gossen I menjelaskan hubungan kuantitas barang yang
dikonsumsi dan tingkat kepuasan yang diperoleh, sedangkan Hukum Gossen II,
bagaimana konsumen mengalokasikan pendapatannya untuk berbagai jenis barang
yang diperlukannya. Selain Gossen, Jevons dan Menger juga mengembangkan teori
nilai dari kepuasan marjinal. Jevons berpendapat bahwa perilaku individulah yang
berperan dalam menentukan nilai barang. Dan perbedaan preferences yang
menimbulkan perbedaan harga. Sedangkan Menger menjelaskan teori nilai dari orde
berbagai jenis barang, menurut dia nilai suatu barang ditentukan oleh tingkat
kepuasan terendah yang dapat dipenuhinya. Dengan teori orde barang ini maka
tercakup sekaligus teori distribusi.
3). Pemikiran yang sangat mengagumkan yang disusun oleh Walras tentang teori
keseimbangan umum melalui empat sistem persamaan yang serempak. Dalam
sistem itu terjadi keterkaitan antara berbagai aktivitas ekonomi seperti teori produksi,
konsumsi dan distribusi. Asumsi yang digunakan Walras adalah persaingan
sempurna, jumlah modal, tenaga kerja, dan lahan terbatas, sedangkan teknologi
produksi dan selera konsumen tetap. Jika terjadi perubahan pada salah satu asumsi
ini maka terjadi perubahan yang berkaitan dengan seluruh aktivitas ekonomi
Ada tiga asumsi dasar dalam ilmu ekonomi neoklasik: 1) Orang-orang rasional.. 2)
Individu dan perusahaan memaksimalkan utilitas atau laba. 3) Individu berperilaku
secara independen dan dengan informasi lengkap. Awalnya berhak oleh Thorstein
Veblen pada tahun 1900 dalam karyanya "prakonsepsi Ilmu Ekonomi," tumbuh
ekonomi neoklasik dari sebuah gerakan revolusioner untuk menggabungkan utilitas
dan pemikiran rasional ke dalam ajaran inti ekonomi. Dijuluki oleh banyak orang
sebagai "revolusi marjinal," karya yang mendorong gerakan ini termasuk "Teori
Ekonomi Politik," oleh William Jevons Stanley, "Prinsip Ekonomi," oleh Carl Menger,
dan "Elemen Ekonomi Murni," oleh Leon Walras.
Sebagai ekonomi neoklasik adalah teori ekonomi yang dominan, itu sesuai
mencakup sebagian besar subtopik studi di bawah ekonomi seperti ekspektasi
rasional, organisasi industri, ekonomi makro,dll
Salah satu manfaat utama dari ekonomi neoklasik adalah bahwa hal ini
membantu untuk menjelaskan bagaimana menetapkan harga dan kuantitas yang
dihasilkan tiba di dalam perekonomian.. Dengan memperkenalkan individu sebagai
utilitas memaksimalkan agen dalam perekonomian, teori ini dapat menjelaskan
mengapa harga naik kekurangan atau bagaimana monopoli membatasi suplai untuk
memaksimalkan keuntungan.
Perdagangan antar negara maju pesat sejak pertengahan abad 19 sampai dengan
permulaan abad 20. Keamanan serta kedamaian dunia ( sebelum perang dunia I )
memberikan saham yang besar bagi perkembangan perdagangan internasional yang
pesat. Teori klasik nampaknya mampu memberikan dasar serta penjelasan bagi
kelangsungan jalannya perdagangan dunia. Hal itu terlihat dari usaha masing-
masing negara yang ikut didalamnya untuk melakukan spesialisasi dalam produksi,
serta berusaha mengekspor barang-barang yang paling sesuai / menguntungkan
bagi mereka. Negara-negara / daerah- daerah tropik berusaha untuk
menspesialisasikan diri mereka dalam produksi serta ekspor barang-barang yang
berasal dari pertanian, perkebunan, dan pertambangan, sedangkan Negara-negara /
daerah-daerah sedang, yang relatif kaya akan modal, berusaha untuk
menspesialisasikan diri mereka dalam produksi serta ekspor barang-barang industri.
Heckscher-Ohlin mengemukakan konsepsinya yang dapat disimpulkan sebagai
berikut : a. Bahwa perdagangan internasional / antar negara tidaklah banyak
berbeda dan hanya merupakan kelanjutan saja dari perdagangan antar daerah.
Perbedaan pokoknya terletak pada masalah jarak. Atas dasar inilah maka Ohlin
melepaskan anggapan ( yang berasal dari teori klasik ) bahwa dalam perdagangan
internasional ongkos transport dapat diabaikan.
advantages dari Adam Smith ) akan tetapi atas dasar proporsi serta intensitas faktor-
faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan barang-barang itu.
Namun demikian tidaklah berarti bahwa kombinasi faktor-faktor produksi itu adalah
tetap. Jadi untuk menghasilkan sesuatu macam barang tertentu fungsi produksinya
dimanapun juga sama, namun proporsi masing-masing faktor produksi dapatlah
berlainan ( karena adanya kemungkinan penggantian / subtitusi faktor yang satu
dengan faktor yang lainnya dalam batas-batas tertentu ). Jadi teori Heckscher-Ohlin
dalam batas-batas definisinya menyatakan bahwa : a. Sesuatu negara akan
menghasilkan barang-barang yang menggunakan faktor produksi yang relatif banyak
( dalam arti bahwa harga relatif faktor produksi itu murah ), sehingga harga barang-
barang itu relatif murah karena ongkos produksinya relatif murah. Karena itu
Indonesia yang memiliki relatif banyak tenaga kerja sedang modal relatif sedikit
sebaiknya menghasilkan dan mengekspor barang-barang yang relatif padat karya. b.
Dengan mengutamakan produksi dan ekspornya pada barang-barang yang
menggunakan faktor produksi yang relatif banyak, maka harga faktor produksi yang
relatif banyak akan naik. Dalam hal ini “relatif banyak”menunjuk kepada jumlah
phisiknya, bukan harga relatifnya. Karena harga relatif kedua macam barang itu
sebelum perdagangan berjalan adalah berlainan, maka negara yang memiliki faktor
produksi tenaga kerja relatif banyak akan cenderung untuk menaikan produksi
barang yang padat karya dan mengurangi produksi barangnya yang padat modal.
Negara itu akan mengekspor barangya yang padat karya dan mengimpor barang
yang padat modal. Dengan demikian perdagangan internasional akan mendorong
naik harga faktor produksi yang relatif sedikit. Sebagai akibatnya untuk negara yang
memiliki faktor produksi modal relatif banyak, upah akan turun sedang harga modal –
tingkat bunga – akan naik. Jadi perdagangan internasional cenderung untuk
mendorong harga faktor produksi yang sama, antar negara menjadi sama pula
(equalization of factor
price).
Harga barang yang sama dapat berlainan di negara yang berlainan karena harga
dicerminkan oleh ongkos produksi (apabila permintaan dianggap sama), sehingga
perbedaan harga timbul karena perbedaan ongkos produksi. Menurut Ricardo & Mill,
Ongkos produksi ditentukan oleh banyaknya jam kerja yang dicurahkan untuk
membuat barang itu. Jadi apabila untuk membuat barang yang sama diperlukan
banyak jam yang berlainan bagi negar yang berlainan tersebut, maka ongkos
produksinya juga akan berlainan. Perbedaan dalam banyak jam kerja menurut teori
Ricardian (klasik) disebabkan karena perbedaan dalam teknik produksi (atau tingkat
teknologi), perbedaan dalam ketrampilan kerja (produktivitas tenaga kerja),
perbedaan dalam penggunaan faktor produksi atau kombinasi antar mereka. Dengan
kata lain ongkos produksi untuk membuat barang yang sama berlainan karena fungsi
produksinya lain. Menurut Heckscher – Ohlin, ongkos produksi ditentukan oleh
penggunaan faktor produksi atau sumber daya. Jadi apabila faktor produksi itu
digunakan dalam proporsi dan intensitas, yang berlainan, walaupun tingkat teknologi
dan produktivitas tenaga kerja sama, ongkos produksi untuk membuat barang yang
sama di negara yang berlainan juga akan lain. Perbedaan dalam penggunaan
proporsi dan intensitas faktor produksi yang disebabkan karena perbedaan dalam
hadiah alam (factor endowment) yang diterima oleh masing- masing negara. Dengan
kata lain ongkos produksi untuk membuat barang yang sama berlainan karena
perbedaan hadiah alam, bukan karena fungsi produksinya lain.
Salah satu kesimpulan utama teori H-O adalah bahwa perdagangan internasional
cenderung untuk menyamakan tidak hanya harga barang-barang yang
diperdagangkan saja, tetapi juga harga faktor-faktor produksi yang digunakan untuk
menghasilkan barang-barang tersebut. Kesimpulan ini sebenarnya merupakan akibat
dari konsepsi mereka mengenai hubungan antara spesialisasi dengan proporsi
faktor-faktor poduksi yang digunakan. Dalam hal-hal khusus, bahkan tidak mungkin
untuk mengenali apakah barang-barang itu barang-barang padat karya ataukah
barang-barang padat modal dipandang dari dunia seabagai satu keseluruhan.
Negara yang memiliki tenaga kerja relatif banyak mungkin saja mempunyai
keuntungan komparatif dalam barang-barang yang padat modal dan sebaliknya.
Karena akibat adanya perdagangan internasional adalah naiknya harga relatif
barang-barang yang dihasilkan dengan menggunakan prinsip keuntungan komparatif
itu dan dengan demikian juga faktor produksi yang digunakanya secara intensif,
maka akibat pada harga relatif faktor-faktor produksinya mungkin berupa perubahan
yang menuju ke arah yang sama tetapi dapat juga berlawanan, lagi pula dalam
keseimbangan, kedua negara dapat terus menghasilkan kedua macam barang itu
walaupun harga faktor-faktor produksinya berlainan di kedua negara tersebut.
Pada tahun 1920-an para ahli ekonomi mulai mempertimbangkan fakta bahwa
kebanyakan industri memperoleh keuntungan dari skala ekonomi (economies of
scale) yaitu dengan semakin besarnya pabrik dan meningkatnya keluaran, biaya
produksi per unit menurun. Ini terjadi karena peralatan yang lebih besar dan lebih
efisien dapat digunakan, sehingga perusahaan dapat memperoleh potongan harga
atas pembelian-
pembelian mereka dengan volume yang lebih besar dan biaya-biaya tetap seperti
biaya penelitian dan pengembangan sertaoverhead administratif dapat dialokasikan
pada kuantitas keluaran yang lebih besar. Biaya-biaya produksi juga menurun
karena kurva belajar (learning curve). Begitu perusahaan memproduksi produk lebih
banyak, mereka mempelajari cara-cara untuk meningkatkan efisiensi produksi, yang
menyebabkan biaya poduksi berkurang dengan suatu jumlah yang dapat
diperkirakan. Skala ekonomi dan kurva pengalaman (experience curve)
mempengaruhi perdagangan internasional karena memungkinkan industri-industri
suatu negara menjadi produsen biaya rendah tanpa memiliki faktor-faktor produksi
yang berlimpah. Perdagangan internasional timbul utamanya karena perbedaan-
perbedaan harga relatif diantara negara. Perbedaan- perbedaan ini berasal dari
perbedaan dalam biaya produksi, yang diakibatkan oleh : 1. perbedaan-perbedaan
dalam perolehan atas faktor produksi. 2. Perbedaan-perbedaan dalam tingkat
teknologi yang menentukan intensitas faktor yang digunakan. 3. Perbedaan-
perbedaan dalam efisiensi pemanfaatan faktor-faktor. 4. Kurs valuta asing. Meskipun
demikian perbedaan selera dan variabel pemintaan dapat membalikkan arah
perdagangan. Teori perdagangan internasional jelas menunjukan bahwa bangsa-
bangsa akan memperoleh suatu tingkat kehidupan yang lebih tinggi dengan
melakukan spesialisasi dalam barang-barang dimana mereka memiliki keunggulan
komparatif dan mengimpor barang-barang yang mempunyai kerugian secara
komparatif. Pada umumnya hambatan-hambatan perdagangan yang
memberhentikan mengalirnya barang-barang dengan bebas akan membahayakan
kesejahteraan suatu bangsa.
3) Banyak industri kecil yang kurang mampu bersaing menjadi gulung tikar.
4) Adanya pola konsumsi masyarakat yang meniru konsumsi negara yang lebih
maju.
Neraca Perdagangan dan Neraca Pembayaran.
Perdagangan bebas biasanya didukung dengan kuat oleh sebagian besar negara
yang berekonomi kuat, walaupun mereka kadang-kadang melakukan proteksi selektif
untuk industri-industri yang penting secara strategis seperti proteksi tarif untuk
agrikultur oleh Amerika Serikat dan Eropa. Belanda dan Inggris Raya keduanya
mendukung penuh perdagangan bebas dimana mereka secara ekonomis dominan,
sekarang Amerika Serikat, Inggris, Australia dan Jepang merupakan pendukung
terbesarnya. Bagaimanapun, banyak negara lain (seperti India, Rusia, dan Tiongkok)
menjadi pendukung perdagangan bebas karena telah menjadi kuat secara ekonomi.
Karena tingkat tarif turun ada juga keinginan untuk menegosiasikan usaha non tarif,
termasuk investasi luar negri langsung, pembelian, dan fasilitasi perdagangan.
Wujud lain dari biaya transaksi dihubungkan dnegan perdagangan pertemuan dan
prosedur cukai.
Selama reses ada seringkali tekanan domestik untuk meningkatkan tarif dalam
rangka memproteksi industri dalam negri. Ini terjadi di seluruh dunia selama Depresi
Besar membuat kolapsnya perdagangan dunia yang dipercaya memperdalam
depresi tersebut.
Ada kebijakan ekonomi yang diterapkan oleh suatu negara yang merupakan
hambatan bagi kelancaran perdagangan internasional. Misalnya, pembatasan jumlah
impor, pungutan biaya impor/ekspor yang tinggi, perijinan yang berbelit-belit.
Tak hanya itu. Penerapan ACFTA juga akan memicu pemutusan hubungan kerja
(PHK) massal. Seperempat dari 30 juta tenaga kerja akan kehilangan lapangan
kerja, yaitu 7,5 juta pekerja, langsung dikemukakan oleh ketua Asosiasi Penguasa
Indonesia.
Pengamat Ekonomi sempat meminta DPR agar mengajukan hak angket atas
penerapan ACFTA. Menurutnya, nilai kerugian pemberlakuan ACFTA bisa mencapai
lebih dari Rp 6 triliun, alias lebih besar dari kasus Bank Century. Pasalnya jelas,
ratusan ribu pegawai terancam tidak bekerja. Pendapatnya, harusnya yang seperti
ini (ACFTA), yang dijadikan hak angket. Jangan hanya Century.
Permintaan tersebut direspons DPR. "Kalau ini (ACFTA) akan mempengaruhi sistem
perekonomian dan kepentingan nasional tak bisa dilindungi, kita (DPR) akan
mengarah ke situ (penggunaan hak angket)," jelas anggota Komisi VI DPR.
Indonesia belum siap menghadapi perdagangan bebas karena memiliki daya saing
yang rendah. Berdasarkan catatan International Institute for Managemenet
Development dalam World Competitiveness Yearbook 2006-2008, daya Indonesia
merosot ke peringkat 52 dari 55 negara. Bahkan, versi World Economic Forum
menyebutkan daya saing Indonesia berada di peringkat 54, lebih rendah dari
Singapura, Malaysia, dan Thailand.
Banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan pemerintah guna meningkatkan daya
saing industri ,juga banyak industri—terutama industri tekstil serta produk tekstil—
terancam dengan penerapan ACFTA.
Ketidaksiapan itu, dapat dilihat dari merosotnya kinerja industri nasional. Hingga Juli
2009, nilai ekspor industri tekstil sudah merosot sekitar US$ 520 juta. Asosiasi
Industri Besi dan Baja Indonesia turut menjerit. Sejak 2000, ketika bea masuk masih
diberlakukan, industri baja Indonesia terus mengalami defisit perdagangan karena
kalah bersaing dengan produk impor. Defisit ini dipastikan membengkak, jika bea
masuk jadi nol persen.
Di Cina, hingga 2007, jarak jalan raya untuk lalu lintas yang telah dibuka totalnya
mencapai 3,57 juta kilometer. Sedangkan untuk pelabuhan, Cina setidaknya memiliki
3.800 pelabuhan angkut, 300 di antaranya dapat menerima kapal berkapasitas
10.000 megaton. Soal listrik, pada tahun lalu, Cina kabarnya bakal mengoperasikan
PLTA terbesar di dunia yang mampu menghasilkan tenaga listrik sebesar 84,7 triliun
Kwh.Sementara di Indonesia, panjang jalan raya pada 2007 hanya sekitar 34.000
kilometer. Dari angka itu, 28 persen di antaranya dinyatakan sangat baik dan lebih
dari 50 persen layak. Selebihnya, dalam keadaan rusak. Ditambah lagi operasional
jalan, harga bahan bakar minyak yang mahal. Belum lagi listrik yang "byar-pet"
menjadi fenomena tersendiri di negeri ini.Dari sisi produktivitas, satu produk di
Indonesia membutuhkan tiga tenaga kerja dibanding Cina. Soal sumber daya
manusia, Cina memang tak tanggung-tanggung. Sejak 1990-an, Cina telah
mengirimkan ribuan tenaga muda terbaiknya untuk belajar ke beberapa universitas
terbaik di Amerika Serikat, seperti Harvard, Stanford, dan Massachusetts Institute of
Technology, kampusnya para unggulan di Negeri Paman Sam.Tak hanya itu,
Pemerintah Cina juga membujuk para sarjana yang berada di luar negeri serta
profesional, terutama yang sedang dan pernah bekerja di pusat-pusat riset di bidang
teknologi di seluruh dunia, agar mau pulang kampung. Mereka ditawari untuk
membuka perusahaan baru di Cina. Tentu saja bujukan itu dilakukan dengan iming-
iming kemudahan serta fasilitas untuk memulai usaha, seperti insentif pajak,
kemudahan dalam perizinan, dan suntikan modal. Hal yang tentu kurang atau
mungkin sama sekali, belum dilakukan pemerintah Indonesia.
kunjungi juga
http://e-ver-e-ver.blogspot.com/
chrissurya.files.wordpress.com/2010/.../perdagangan-international.pp.
labkom34.files.wordpress.com/2011/.../perdagangan-internasional.do