Anda di halaman 1dari 59

Dalam pelaksanaan hukum internasional sebagai bagian dari hubungan

internasional, dikenal ada beberapa asas atau prinsip hukum antara lain:
 1. PACTA SUNT SERVANDA, yaitu setiap perjanjian yang telah dibuat
harus ditaati oleh pihak-pihak yang mengadakannya.

 2. EQUALITY RIGHTS, yaitu negara yang saling mengadakan
hubungan itu berkedudukan sama. 
  
 3. RECIPROSITAS (asas timbal-balik), yaitu tindakan suatu negara
terhadap negara lain dapat dibalas setimpal, baik tindakan yang bersifat
negatif atau pun posistif.

  
 4. COURTESY, yaitu asas saling menghormati dan saling menjaga
kehormatan masing-masing negera.
  
 5. REBUS SIC STANTIBUS, yaitu asas yang dapat digunakan untuk
memutuskan perjanjian secara sepihak apabila terdapat perubahan yang
mendasar/fundamental dalam keadaan yang bertalian dengan perjanjian
internasional yang telah disepakati.
  
 6.  Asas Teritorial, menurut asas ini, negara melaksanakan hukum bagi
semua orang dan semua barang yang ada di wilayahnya dan terhadap
semua barang atau orang yang berada di wilayah tersebut, berlaku hukum
asing (internasional) sepenuhnya. 
  
 7. Asas Kebangsaan, asas ini didasarkan pada kekuasaan negara untuk
warga negaranya, menurut asa ini setiap negara di manapun juga dia
berada tetap mendapatkan perlakuan hukum dari negaranya. Asas ini
mempunyai kekuatan ekstrateritorial, artinya hukum negera tersebut tetap
berlaku juga bagi warga negaranya, walaupun ia berada di negara asing. 
  
 8. Asas Kepentingan Umum, asas ini didasarkan pada wewenang negara
untuk melindungi dan mengatur kepentingan dalam kehidupan
masyarakat, dalam hal ini negara dapat menyesuaikan diri dengan semua
keadaan dan peristiwa yang berkaitan dengan kepentingan umum, jadi
hukum tidak terikat pada batas-batas wilayah suatu negara.

Menurut Resolusi majelis Umum PBB No. 2625 tahun 1970, ada tujuh asas,
yaitu :
 1. Setiap negara tidak melakukan ancaman agresi terhadap keutuhan
wilayah dan kemerdekaan negara lain. Dalam asas ini ditekankan bahwa
setiap negara tidak memberikan ancaman dengan kekuatan militer dan
tidak melakukan sesuatu yang bertentangan dengan piagam PBB.
 2. Setiap negara harus menyelesaikan masalah internasional dengan cara
damai, Dalam asas ini setiap negara harus mencari solusi damai,
menghendalikan diri dari tindakan yang dapat membahayakan perdamaian
internasional.
 3. Tidak melakukan intervensi terhadap urusan dalam negeri negara lain.
Asas ini menekankan setiap negara memiliki hak untuk memilih sendiri
keputusan politiknya, ekonomi, sosial dan sistem budaya tanpa intervensi
pihak lain.
 4. Negara wajib menjalin kerjasama dengan negara lain berdasar pada
piagam PBB, kerjasama itu dimaksudkan untuk menciptakan perdamaian
dan keamanan internasional di bidang Hak asasi manusia, politik,
ekonomi, social budaya, teknik, perdagangan.
 5. Asas persaman hak dan penentuan nasib sendiri, kemerdekaan dan
perwujudan kedaulatan suatu negara ditentukan oleh rakyat.
 6. Setiap negara harus dapat dipercaya dalam memenuhi kewajibannya,
pemenuhan kewajiban itu harus sesuai dengan ketentuan hukum
internasional.
 7. Asas persamaan kedaulatan dari negara, Setiap negara memiliki
persamaan kedaulatan secara umum sebagai berikut :

international office:

office 365
 1. Memilki persamaan Yudisial (perlakuan hukum)
 2. Memiliki hak penuh terhadap kedaulatan
 3. Setiap negara menghormati kepribadian negara lain.
 4. Teritorial dan kemerdekanan politik suatu negara adalah tidak dapat
diganggu gugat.
 5. Setiap negara bebas untuk membangun sistem politik, sosial, ekonomi
dan sejarah bangsanya.
 6. Setiap negara wajib untuk hidup damai dengan negara lain. 
Review Jurnal Psikologi

I.A. Judul Penelitian
Jurnal Penelitian Kualitatif
  B. Nama Penulis
Fitria Ismali (Universitas Negeri Gorontalo)
  C. Nama Jurnal
Deskripsi Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Dalam Pembelajaran
Matematika Di Kelas V SDN 6 Bulango Selatan Kabupaten Bone Bolango

II.Latar Belakang masalah


Pendidikan  menjadi
kebutuhan  yang  primer,  karena  dengan  arus  globalisasi  yang  semakin  pesat,
manusia  harus dapat  mengikuti  perkembangan  zaman.  Salah  satu  cara  yang
ditempuh  adalah  dengan  belajar.  Dengan  belajar, manusia  diharapkan  dapat
menyerap  informasi  sebanyak-banyaknya  melalui  pembelajaran  dan  dapat
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Di  samping  itu,  siswa atau pembelajar
harus bisa ikut  berpartisipasi,  ikut  mencoba  dan melakukan
sendiri  yang  sedang  dipelajari.  Pembelajaran  yang  mengacu  pada  pembelajaran
aktif  adalah  jika  guru mampu  menciptakan  suatu  kondisi  belajar  yang
memungkinkan  siswa  berkembang  secara  optimal.  Salah  satu metode pembelajaran
yang biasa diterapkan guru dalam kelas di SDN 6 Bulango Selatan
adalah  metode  ceramah. Pembelajaran  matematika  dengan  metode  ceramah
cenderung  meminimalkan  keterlibatan  siswa  dalam  belajar  dan siswa  menjadi kurang
aktif. Kenyataan  ini  nampak  pada  siswa  kelas  V  di  SDN  6  Bulango  Selatan,
sebagian  siswa mengalami  kesulitan  belajar  mata  pelajaran matematika.
Agar  ketuntasan
belajar  siswa  dapat  tercapai  salah  satu upaya  yang  dilakukan  adalah  dengan
menggunakan model pembelajaran kooperatif.
Pembelajaran  kooperatif  yang  di maksud  adalah  model  pembelajaran
kooperatif  tipe  STAD (Student Team Achievement
Divisions).  Pembelajaran kooperatif  tipe  STAD  adalah  salah  satu model pembelajaran
kooperatif yang paling sederhana,dan merupakan model yang
paling  baik  untuk  permulaan  bagi  guru  yang  baru  menggunakan  pendekatan
kooperatif (Slavin, 2010:143).
Slavin (dalam  Asma,  2006:51)  menjelaskan  bahwa  model  pembelajaran kooperatif
tipe STAD (Student Team Achievement Divisions), siswa ditempatkan
dalam  kelompok  belajar  beranggotakan  empat  atau  lima  orang  siswa  yang
merupakan campuran  dari  kemampuan  akademik  yang  berbeda,  sehingga  dalam
setiap  kelompok  terdapat  siswa  yang berprestasi  tinggi,  sedang  dan  rendah  atau
variasi jenis kelamin, kelompok ras dan etnis, atau kelompok sosial lainnya.

III. Masalah/ Pertanyaan Penelitian


-

IV. Hipotesis
-

V. Metode
- Jenis/ Metode Penelitian
Metode pendekatan fenomenologis dengan
jenis  penelitian  kualitatif,  maksudnya  bahwa  dalam  penelitian  ini  peneliti
berusaha  memahami  arti  sebuah  peristiwa  dan  kaitannya  terhadap  objek penelitian.
- Metode Pengambilan Data
Sebelum dilakukan pengambilan dan pengumpulan data. Data keseluruhan
dikelompokkan terlebih dahulu menjadi 2 jenis data, yaitu :
1. Data  primer,  merupakan  informasi  utama  dalam  penelitian,  meliputi  seluruh
data  kualitatif  yang  diperoleh melalui  kegiatan  observasi,  wawancara  dan
dokumentasi.  Dalam  hal  ini,  yang  menjadi  data  penelitian  adalah deskripsi
penerapan  model  pembelajaran  kooperatif  tipe  STAD  dalam  pembelajaran
matematika di kelas V SDN 6 Bulango Selatan, Kabupaten Bone Bolango.
2. Data  sekunder,  merupakan  data  yang  diperoleh  melalui  buku–buku  referensi
berupa  pengertian–pengertian  dan teori–teori  yang  ada  hubungannya  dengan
permasalahan yang sedang diteliti. Yang menjadi sumber data adalah guru dan siswa.
Adapun  prosedur  pengumpulan  data  dalam  penelitian  ini  antara  lain observasi,
wawancara dan dokumentasi.
1. Observasi
Observasi merupakan langkah awal dalam melakukan penelitian, observasi dilakukan
untuk mengetahui secara detail tentang lokasi maupun kondisi tempat (sekolah) yang
akan di teliti baik dari segi siswa, guru bahan ajar, sumber belajar, lingkungan belajar dan
sebagainya.
2. Wawancara
Wawancara  sebagai  alat  penilaian  digunakan  untuk  mengetahui  pendapat,
aspirasi,  harapan,  prestasi,  keinginan, keyakinan  dan  proses  belajar  siswa.Kegiatan  
wawancara  dilakukan  secara  langsung  yaitu  mengadakan  tanya  jawab
dengan  responden  seperti  guru,  siswa  dan  ditunjang  dari  berbagai  data  lainnya.
Instrumen  pedoman  wawancara dilakukan  secara  terstruktur  untuk  mendapatkan
informasi yang dibutuhkan.
3. Dokumentasi
Dokumen  diartikan  sebagai  suatu  catatan  tertulis/gambar  yang  tersimpan
tentang  sesuatu  yang  sudah  terjadi. Dokumentasi  merupakan  bukti  fisik  berupafoto  
yang  diambil  pada  saat  mengadakan  penelitian,  dalam  kegiatan observasi,
wawancara, dan pengamatan proses pembelajaran.
- Metode Analisis Data
Sedangkan analisis data dalam penelitian ini, Milles dan Hubberman (dalam Tohirin,
2012 : 141) menjelaskan bahwa analisis data merupakan langkah-langkah
untuk  memproses  temuan  penelitian  yang  telah  ditranskripkan  melalui  proses
reduksi data,  yaitu  data  disaring  dan  disusun  lagi,  dipaparkan,  diverifikasi  atau
dibuat kesimpulan.

VI. Hasil Penelitian


Peneliti  mengamati  bahwa  guru  sudah  baik  dalam  menggunakan  model
pembelajaran  kooperatif  tipe  STAD,  mulai dari  menyampaikan  tujuan  dan
memotivasi  siswa  terlihat  sangat  baik,  menyajikan  materi,  mengorganisasikan
siswa ke  dalam  kelompok  kooperatif,  evaluasi,  dan  sampai  pada  penghargaan
kelompok terlihat baik. Meskipun dalam kegiatan membimbing kelompok bekerja
dan  belajar  masih  cukup,  namun  penerapan  model  pembelajaran  kooperatif ini dapat
terlaksana dengan baik, karena sebagian besar langkah-langkah dari model kooperatif tipe
STAD, dilaksanakan dengan baik. Namun dalam proses pembelajaran guru sering
mendapati siswa yang sulit untuk diatur, terlihat hanya bermain dan tidak aktif dalam
mengerjakan tugas kelompok,  sehingga  seringkali  teman-
teman  kelompoknya,  ataupun  kelompok
yang  lain  merasa  terganggu.  Sedangkan  untuk  siswa,  dalam  mengerjakan  tugas
kelompok  terkadang  siswa  merasa sulit  atau  kurang  paham  dalam  mengerjakan
tugas  yang  diberikan  oleh  guru,  hal  ini  karena  guru  belum  maksimal dalam
membimbing  kelompok  untuk  bekerja  dan  belajar.  Karena  guru  hanya  sesekali
membimbing  siswa  dalam kelompok,  guru  kebanyakan  hanya  duduk  di  depan kelas
dan menyuruh siswa bertanya apabila ada yang belum dipahami. peneliti
mengamati  bahwa  penerapan  model  pembelajaran  kooperatif  tipe  STAD  dalam
pembelajaran  matematika, pada  materi  pecahan  telah  dilaksanakan  dengan  baik,
terdiri dari 6 (enam) langkah utama yaitu: Menyampaikan tujuan dan memotivasi
siswa,  menyajikan/menyampaikan  materi,  mengorganisasikan  siswa  dalam
kelompok  belajar, membimbing  kelompok  bekerja  dan  belajar,  evaluasi,  dan
memberikan penghargaan. Dampak dari pembelajaran tersebut dapat dilihat atau diamati
dengan jelas ketika proses pembelajaran berlangsung, yaitu guru ataupun
siswa  sudah  menerapkan  langkah-langkah  model  pembelajaran  kooperatif  tipe
STAD  dengan   benar,  sehingga  proses pembelajaran  berjalan  dengan  baik,
interaksi  guru  dengan  siswa,  siswa  dengan  siswa  terlihat  baik,  selain  itu  siswa
dapat berinteraksi dan bekerja sama dalam kelompok.

VII.Review/ Komentar
Secara konten keseluruhan jurnal ini sudah terlihat sangat baik dalam hal
mendeskripsikan apa yang ingin disampaikan oleh peneliti. Karena penelitian ini
termasuk penelitian yang menggunakan metode secara kualitatif yakni dengan observasi,
wawancara dan dokumentasi. Deskripsi yang detail dan mendalam tentang kasus
merupakan sebuah keharusan bagi peneliti kualitatif. Kemudian dari segi struktural,
meskipun dalam penelitian kualitatif narasi yang disampaikan berdasarkan dengan
kebutuhan penelitian, namun akan lebih baik lagi jika ditambahkan poin masalah atau
pertanyaan penelitian. Hal ini tentunya akan membantu peneliti untuk mempermudah
dalam hal mengkategorikan atau mengklasifikasikan tujuan penelitiannya. Seperti
pertanyaan “bagaimana cara menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe Stad dalam
pembelajaran Matematika di kelas V SDN 6 Bulango Selatan Kabupaten Bone Bolango?”
dan “mengapa siswa Matematika di kelas V SDN 6 Bulango Selatan Kabupaten Bone
Bolango memerlukan model pembelajarn kooperatif tipe Stad?” .

VIII. Abstrak Jurnal


Hasil  penelitian  menunjukkan  bahwa  penerapan  model  pembelajaran  kooperatif  tipe  
STAD  dalam  pembelajaran matematika,  telah  dilaksanakan  dengan  baik,
terdiri  dari  6  (enam)  langkah  utama  yaitu:  Menyampaikan  tujuan pembelajaran
dan  memberi  motivasi,   menyajikan  materi,  mengorganisasikan  siswa  dalam
kelompok  belajar, membimbing  kelompok  bekerja  dan  belajar,  memberikan evaluasi,
dan memberikan penghargaan. Dampak dari pembelajaran tersebut dapat
dilihat  atau  diamati  dengan  jelas  ketika  proses  pembelajaran  berlangsung,  yaitu
guru ataupun  siswa  sudah   menerapkan  langkah-langkah  model  pembelajaran
kooperatif  tipe  STAD  dengan   benar, sehingga  proses  pembelajaran  berjalan dengan
baik, interaksi guru dengan siswa, siswa dengan siswa terlihat baik, selain itu siswa dapat
berinteraksi dan bekerja sama dalam kelompok.
Kata  kunci  :  Penerapan,  Model  pembelajaran  kooperatif  tipe  STAD, pembelajaran
matematika.

IX. Referensi
Asma,  Nur.  2006.  Model  pembelajaran  kooperatif.  Jakarta:  Depertemen Pendidikan
Nasional
http://nopiwanabadi.blogspot.com/2011/5/hakikat-pembelajaranmatematika.html
Jonson,  D.  W.,  &  Johnson,  R.1991,  Learning  Together  and  Alone,  Cooperative and
individualisti learning. Boston: Allyn and Bacon.
Sagala,  Syaiful,  2009,  Konsep  dan  Makna  Pembelajaran  Untuk  Membantu
Memecahkan Problematika Belajar dan Mengajar, Alfabeta, Bandung
Tohirin.  2012.  Metode  Penelitian  Kualitatif  Dalam  Pendidikan  dan  Bimbingan
Konseling  –  Pendekatan  Praktid  untuk Peneliti  Pemula  dan  Dilengkapi
dengan  Contoh  Transkip  Hasil Wawancara  Serta  Model  Penyajian  Data.
Jakarta: PT. Raja Grafindo
Persada.Trianto.  2009.  Mendesain  Model  Pembelajaran  Inovatif  Progresif: Konsep,La
ndasan,  dan  Implementasinya  Pada  Kurikulum  Tingkat  Satuan Pendidikan (KTSP).
Jakarta: Kencana Prenada Madia Group
Wardhani,  Sri.  2008.  Paket  fasilitasi  pemberdayaan  kkg/mgmp  matematika Analisis
si dan skl mata pelajaran matematika smp/mts untuk optimalisasi tujuan mata pelajaran
matematika.  Yogyakarta: Pusat Pengembangan Dan Pemberdayaan Pendidik Dan
Tenaga Kependidikan Matematika.

Sumber: http://jaymi-psikologi.blogspot.com/2014/10/contoh-review-jurnal-
psikologi.html
makalah "Kebijakan Perdagangan
Internasional"
DAFTAR ISI
Daftar
Isi ..................................................................................................................
.1
Kata
pengantar .....................................................................................................
.... 2
Bab I
Pendahuluan ................................................................................................
.... 3
              1. Latar Belakang
Masalah.......................................................................... 3
Bab II
Pembahasan ................................................................................................
... 4
              A. Pengertian Perdagangan
Internasional ................................................. 4
              B. Manfaat Perdagangan
Internasional ..................................................... 4
              C. Faktor-faktor pendorong terjadinya perdagangan
internasional .......... 4
D. Keunggulan absolut dan keuntungan komperatif dalam perdaganga     
internasional 5
E. Kebijakan Perdagangan Internasional ....................................................
5
     1. Kebijakan Proteksi ..............................................................................
6
         a. Tarif dan Bea Masuk ......................................................................
6
         b. Pelarangan Impor ..........................................................................
7
         c. Kuota atau Pembatasan Impor ......................................................
8
         d. Subsidi ............................................................................................
9
         e. Dumping .........................................................................................
10
     2. Kebijakan perdagangan Bebas ..........................................................
11
         a. Ciri-ciri Perdagangan Bebas ..........................................................
11
         b. Peraturan pemerintah mengenai perdagangan bebas .................
12
         c. Dampak perdagangan bebas .........................................................
12
     3. Kebijakan Autarki ...............................................................................
13
Bab II
Penutup ........................................................................................................
... 14
                 A.
Kesimpulan .......................................................................................... 14
                 B.
Saran .................................................................................................... 14
Daftar
Pustaka .........................................................................................................
. 15
        

Kata Pengantar
Segala puji dan syukur saya panjatkan kepada tuhan yang maha esa,
karena atas berkat dan limpahan rahmatnyalah maka kami bisa
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.

Berikut ini penulis mempersembahkan sebuah makalah dengan judul


"Kebijakan Perdagangan Internasional", yang mmenurut kami dapat
memberikan manfaat yang besar bagi kita untuk mempelajari
Perekonomian Internasional.

Melalui kata pengantar ini penulis lebih dahulu meminta maaf dan
memohon permakluman bila mana isi makalah ini ada kekurangan dan
ada tulisan yang kami buat kurang tepat. Makalah ini dibuat untuk
pemenuhan tugas mata kuliah Perdagangan Internasional.

Dengan ini kami mempersembahkan makalah ini dengan penuh rasa


terima kasih dan semoga allah SWT memberkahi makalah ini sehingga
dapat memberikan manfaat.
Bogor, Mei 2014
Penulis

BAB I
Pendahuluan
1.  Latar Belakang Masalah

Dalam konteks perekonomian suatu negara, salah satu wacana yang


menonjol adalah mengenai pertumbuhan ekonomi. Meskipun ada juga
wacana lain mengenai pengangguran, inflasi atau kenaikan harga barang-
barang secara bersamaan, kemiskinan, pemerataan pendapatan dan lain
sebagainya. Pertumbuhan ekonomi menjadi penting dalam konteks
perekonomian suatu negara karena dapat menjadi salah satu ukuran dari
pertumbuhan atau pencapaian perekonomian bangsa tersebut, meskipun
tidak bisa dinafikan ukuran-ukuran yang lain. Wijono (2005) menyatakan
bahwa pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator kemajuan
pembangunan.

Salah satu hal yang dapat dijadikan motor penggerak bagi pertumbuhan
adalah perdagangan internasional. Salvatore menyatakan bahwa
perdagangan dapat menjadi mesin bagi pertumbuhan ( trade as engine of
growth, Salvatore, 2004). Jika aktifitas perdagangan internasional adalah
ekspor dan impor, maka salah satu dari komponen tersebut atau kedua-
duanya dapat menjadi motor penggerak bagi pertumbuhan. Tambunan
(2005) menyatakan pada awal tahun 1980-an Indonesia menetapkan
kebijakan yang berupa export promotion. Dengan demikian, kebijakan
tersebut menjadikan ekspor sebagai motor penggerak bagi pertumbuhan.

Ketika perdagangan internasional menjadi pokok bahasan, tentunya


perpindahan modal antar negara menjadi bagian yang penting juga untuk
dipelajari. Sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh Vernon,
perpindahan modal khususnya untuk investasi langsung, diawali dengan
adanya perdagangan internasional (Appleyard, 2004). Ketika terjadi
perdagangan internasional yang berupa ekspor dan impor, akan
memunculkan kemungkinan untuk memindahkan tempat produksi.
Peningkatan ukuran pasar yang semakin besar yang ditandai dengan
peningkatan impor suatu jenis barang pada suatu negara, akan
memunculkan kemungkinan untuk memproduksi barang tersebut di
negara importir. Kemungkinan itu didasarkan dengan melihat
perbandingan antara biaya produksi di negara eksportir ditambah dengan
biaya transportasi dengan biaya yang muncul jika barang tersebut
diproduksi di negara importir. Jika biaya produksi di negara eksportir
ditambah biaya transportasi lebih besar dari biaya produksi di negara
importir, maka investor akan memindahkan lokasi produksinya di negara
importir (Appleyard, 2004).

BAB II
Pembahasan

A.   Pengertian Perdagangan Internasional


Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk suatu
negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama. Penduduk yang
dimaksud dapat berupa antarperorangan (individu dengan individu), antara individu
dengan pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan pemerintah
negara lain. 
Rumitnya perdagangan internasional disebabkan oleh hal-hal berikut :
1.       Pembeli dan penjual terpisah oleh batas-batas kenegaraan.
2.       Barang harus dikirim dan diangkut dari suatu negara ke negara lainnya. Barang-barang
tersebut harus melewati berbagai macam peraturan seperti pabean (batas-batas wilayah
yang dikenai pajak), yang bersumber dari pembatasan yang dikeluarkan pemerintah.
3.       Antara satu negara dengan negara lainnya terdapat perbedaan dalam bahasa, mata
uang, taksiran atau timbangan, hukum dalam perdagangan, dsb.
4.       Sumber daya alam yang berbeda.

B.   Manfaat Perdagangan Internasional 


a. Saling mendapat petukaran tehnologi guna mempercepat pertumbuhan ekonomi
b. Menjalin persahabatan
c. Dapat membuka lapangan pekerjaan
d. Dapat menambah jumlah dan kualitas barang
e. Meningkatkan penyebaran sumber daya alam melalui batas Negara.
C.   Faktor-Faktor Pendorong Terjadinya Perdagangan Internasional
Banyak faktor yang mendorong suatu negara melakukan perdagangan internasional, di
antaranya sebagai berikut :
1.       Untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa dalam negeri
2.       Keinginan memperoleh keuntungan dan meningkatkan pendapatan negara
3.       Adanya perbedaan kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam
mengolah sumber daya ekonomi
4.       Adanya kelebihan produk dalam negeri sehingga perlu pasar baru untuk menjual produk
tersebut.
5.       Adanya perbedaan keadaan seperti sumber daya alam, iklim, tenaga kerja, budaya, dan
jumlah penduduk yang menyebabkan adanya perbedaan hasil produksi dan adanya
keterbatasan produksi.
6.       Adanya kesamaan selera terhadap suatu barang.
7.       Keinginan membuka kerja sama, hubungan politik dan dukungan dari negara lain.
8.       Terjadinya era globalisasi sehingga tidak satu negara pun di dunia dapat hidup sendiri.

D.   Keunggulan Absolut Dan Keunggulan Komperatif Dalam


Perdagangan Internasional
Pada tahun 1776 ADAM SMITH dalam bukunya yang berjudul: in inguiry into The nature
and causes of The Wealth of Nation. Dengan adanya perdagangan internasional, suatu
negara hanya akan memproduksi satu atau beberapa barang saja dengan biaya produksi
yang rendah untuk di ekspor dan negara tersebt akan mengimpor barang-barang lain
dengan harga yang lebih murah daripada memproduksi sendiri. Dengan cara ini negara-
negara yang mengadakan hubungan perdagangan internasional dapat memperoleh
keuntungan.
Adapun macam-macam keuntungan antara lain:
1. Keuntungan Mutlak ( Absolute Advantage) dari Adam Smith
Menurut teori ini perdagangan antar dua negara terhadap dua jenis barang akan terjadi
jika masing-masing negara mempunyai kekuatan dalam memproduksi brang tertentu.
Keuntungan akan diperoleh oleh dua negara tersebut, jika dua negara tersebut
mengeskspor barang yang mempunyai keunggulan mutlak dan mengimpor barang yang
mempunyai kerugian mutlak ( Absolute Disadvantage)
2. Keuntungan Komperative ( Comverative Advantage)
Menurut David Ricardo, perdagangan internasional masih mungkin terjadi dan
menguntungkan kedua negara meskipun satu negara mempunyai keunggulan mutlak,
dan memproduksi kedua barang dengan syarat jika satu negara mempunyai keunggulan
komperative dibandingkan dengan negara lain.
E.    Kebijakan Perdagangan Internasional
Kebijakan perdagangan internasional merupakan salah satu bentuk kebijakan ekonomi
internasional. Kebijakan perdagangan internasional adalah kebijakan yang mencakup
tindakan pemerintah terhadap rekening yang sedang berjalan (current account) daripada
neraca pembayaran internasional, khususnya tentang ekspor dan impor barang.
Kebijakan perdagangan internasional timbul karena meluasnya jaringan-jaringan
hubungan ekonomi antarnegara. Jadi, kebijakan perdagangan internasional adalah
segala tindakan pemerintah/negara, baik langsung maupun tidak langsung untuk
memengaruhi komposisi, arah, serta Bentuk perdagangan luar negeri atau kegiatan
perdagangan. Adapun kebijakan yang dimaksud dapat berupa tarif, dumping, kuota,
larangan impor, dan berbagai kebijakan lainnya.
Secara umum kebijakan perdagangan internasional dapat diuraikan sebagai berikut :
1.       Kebijakan Proteksi
Kebijakan proteksi adalah kebijakan pemerintah untuk melindungi industri dalam negeri
yang sedang tumbuh (infant industry) dan persaingan-persaingan barang-barang impor.
Tujuan kebijakan proteksi adalah:
a.    memaksimalkan produksi dalam negeri;
b.    memperluas lapangan kerja;
c.     memelihara tradisi nasional;
d.    menghindari risiko yang mungkin timbul jika hanya menggantungkan diri pada satu
komoditi andalan;
e.    menjaga stabilitas nasional, yang dikhawatirkan akan terganggu jika bergantung pada
negara lain.
Proteksi dapat dilakukan melalui kebijakan berikut ini :
a.    Tarif dan Bea Masuk
Tarif adalah suatu pembebanan atas barang-barang yang melintasi daerah pabean
(costum area). Sementara itu, barangbarang yang masuk ke wilayah negara dikenakan
bea masuk.
Dengan pengenaan bea masuk yang besar atas barangbarang dari luar negeri,
mempunyai maksud memproteksi industri dalam negeri sehingga diperoleh pendapatan
negara. Bentuk umum kebijakan tarif adalah penetapan pajak impor dengan persentase
tertentu dari harga barang yang diimpor.
 

Macam-macam penentuan tarif atau bea masuk, yaitu:


1)         Bea ekspor (export duties) adalah pajak/bea yang dikenakan terhadap barang yang
diangkut menuju negara lain (di luar costum area);
2)         Bea transito (transit duties) adalah pajak/bea yang dikenakan terhadap barang-barang
yang melalui batas wilayah suatu negara dengan tujuan akhir barang tersebut negara
lain;
3)         Bea impor (import duties) adalah pajak/bea yang dikenakan terhadap barang-barang
yang masuk dalam suatu negara (tom area).
b.    Pelarangan Impor
Pelarangan impor adalah kebijakan pemerintah untuk melarang masuknya barang-
barang dari luar negeri, dengan tujuan untuk melindungi produksi dalam negeri dan
meningkatkan produksi dalam negeri.
 
 

c.     Kuota atau Pembatasan Impor


Kuota adalah kebijakan pemerintah untuk membatasi barang-barang yang masuk dari
luar negeri. Secara grafik akan tampak dalam gambar berikut.
 

Tujuan diberlakukannya kuota impor di antaranya:


a.    mencegah barang-barang yang penting berada di tangan negara lain;
b.    untuk menjamin tersedianya barang-barang di dalam negeri dalam proporsi yang cukup;
c.     untuk mengadakan pengawasan produksi serta pengendalian harga guna mencapai
stabilitas harga di dalam negeri.

d.    Subsidi
Subsidi adalah kebijakan pemerintah untuk membantu menutupi sebagian biaya produksi
per unit barang produksi dalam negeri. Sehingga produsen dalam negeri dapat menjual
barangnya lebih murah dan bisa bersaing dengan barang impor.
 

 
e.    Dumping.
Dumping adalah kebijakan pemerintah umtuk menjual barang di luar negeri dengan
harga yang lebih rendah dari dalam negeri atau bahkan di bawah biaya produksi. 
Kebijakan dumping dapat meningkatkan volume perdagangan dan menguntungkan
negara pengimpor, terutama menguntungkan konsumen mereka.  Namun, negara
pengimpor kadang mempunyai industri yang sejenis sehingga persaingan dari luar negeri
ini dapat mendorong pemerintah negara pengimpor memberlakukan kebijakan anti
dumping (dengan tarif impor yang lebih tinggi), atau sering disebut counterveiling duties.
Hal ini dilakukan untuk menetralisir dampak subsidi ekspor yang diberikan oleh negara
lain.  Predatory dumping dilakukan dengan tujuan untuk mematikan persaingan di luar
negeri.  Setelah persaingan di luar negeri mati maka harga di luar negeri akan dinaikkan
untuk menutup kerugian sewaktu melakukan predatory dumping.
Syarat yang harus dipenuhi dalam kebijakan dumping yaitu:

-          kekuatan monopoli di dalam negeri lebih besar daripada luar negeri, sehingga kurva

permintaan di dalam negeri lebih inelastis dibanding kurva permintaan di luar negeri.

-          terdapat hambatan yang cukup kuat sehingga konsumen dalam negeri tidak dapat

membeli barang dari luar negeri.

Keterangan:
Seperti diketahui bahwa laba maksimum diperoleh pada saat kurva MC sama dengan
kurva MR. MC sama dengan MR di pasar dalam negeri yang dicapai pada kuantitas
produksi OQ1, dan pasar luar negeri dicapai pada kuantitas produksi OQ2. Oleh karena
kurva permintaan di kedua pasar memiliki kecuraman yang berbeda, di mana harga
pasar dalam negeri adalah OP2 sementara harga di pasar luar negeri setinggi OP1,
sehingga permintaan di pasar dalam negeri relatif lebih inelastis dibandingkan dengan
pasar di luar negeri, karena kurvanya lebih curam.
2.    Kebijakan Perdagangan Bebas

Perdagangan bebas merupakan suatu kegiatan jual beli produk antar negara tanpa
adanya kerumitan  aturan atau birokrasi yang mengatur perdagangan bebas itu didalam
suatu Negara. Sehingga, suatu Negara, perusahaan, atau perorangan sekalipun dapat
menjual produk yang diciptakannya di luar negeri. Begitu pula sebaliknya, Negara lainpun
dapat menjual produknya didalam negeri sehingga konsumen dapat mendapatkan
barang – barang kualitas internasional dengan mudah dan dengan harga yang relatif
terjangkau.

Dengan tidak adanya hambatan aturan dalam melaksanakan kegiatan perdagangan


bebas ini tentunya memacu suatu Negara untuk mengembangkan negaranya dalam
menjual hasil produk unggulan yang menjadi ciri khas negaranya tersebut. Menurut para
pakar dengan melakukan perdagangan bebas tentunya akan saling menguntungkan bagi

Tentunya setiap Negara memiliki kekurangan dan kelebihannya masing – masing, ada
Negara yang memiliki keunggulan dalam menciptakan alat – alat canggih seperti
komputer dan alat elektronik lainnya, tetapi minim dalam sumber daya alam. Ada pula
Negara yang memiliki sumber daya alam yang berlimpah tetapi memiliki keterbatasan
dalam menciptakan alat – alat canggih seperti elektronik, maka dengan adanya
perdagangan bebas tentunya akan menjadi keuntungan bagi satu sama lain.

a.    Ciri – Ciri Perdagangan Bebas

           Perdagangan barang tanpa pajak (termasuk tarif) atau pembatasan perdagangan yang
lain (seperti kuota impor atau subsidi untuk produsen), maksudnya adalah jual beli
tersebut dilakukan tanpa dikenai pajak pada pemerintah.
           Perdagangan layanan tanpa pajak atau pembatasan perdagangan yang lain, hal ini pun
hamper sama dengan poin pertama, tidak adanya ketentuan pajak yang khusus yang
dikenakan kepada produsen, juga tidak adanya pembatasan oleh perdagangan yang lain.
           Ketiadaan dasar-dasar “pemutar belit perdagangan” (seperti pajak, subsidi, peraturan
atau hukum) yang memberikan kelebihan kepada sejumlah kecil perusahaan, isirumah,
atau faktor-faktor produksi
           Akses bebas ke pasar, tidak adanya batasan atau kemudahan akses yang dapat
langsung pada pasarnya, langsung pada konsumen dalam proses penjualannya.
           Akses bebas kepada informasi pasar, konsumen dalam proses membeli produk dapat
meraih informasi secara terbuka dan bebas.
           Ketakupayaan firma-firma mengacaukan pasar melalui kekuatan monopoli atau oligopoli
berian pemerintah
           Pergerakan bebas tenaga kerja antara luar dan dalam negara
           Pergerakan bebas modal antara luar dan dalam Negara

b.    Peraturan Pemerintah mengenai Perdagangan Bebas


Peraturan pemerintah mengenai perdagangan bebas diatur dalam peraturan menteri
perdagangan republik indonesia nomor :  20/m-dag/per/7/2011 tentang perubahan kedua
atas peraturan menteri perdagangan nomor 45/m-dag/per/9/2009 tentang angka
pengenal importer (api).
c.     Dampak  Perdagangan Bebas

      Dampak Positif
Dengan adanya perdagangan bebas yang dilakukan oleh suatu Negara, tentunya 
tersebut dapat menikmati produk tidak hanya dari hasil produk buatan dalam negeri
sendiri saja, tetapi juga dapat menkonsumsi produk buatan luar negeri dengan mudah
karena dengan adanya perdagangan bebas barang impor dapat bebas masuk kedalam
negeri. selain itu terjalin suatu hubungan internasional yang semakin terbuka antar
Negara. Kemudian produk – produk dalam negeri dapat dengan memudah meraih
popularitas di luar negeri. Dapat pula meningkatkan reputasi Negara ketika suatu Negara
dapat berprestasi menciptakan produk yang bermanfaat dan diminati oleh konsumen
internasional. Kemudian devisa kuat jika ekspor lebih besar daripada impor. Setiap
individu bebas memiliki kekayaan dan sumber daya produksi. Setiap individu bebas
memiliki kekayaan dan sumber daya produksi, inisiatif dan kreatifitas masyarakat dapat
dikembangkan, terjadi persaingan antar produsen untuk menghasilkan barang yang
bermutu, efisiensi dan efektifitas tinggi karena tindakannya selalu didasarkan pada
prinsip ekonomi.
         Dampak Negatif
Tentunya selain dampak positif, tidak sedikit juga dampak negative yang ditimbulkan
akibat kegiatan perdagangan bebas. Yaitu selain menjadi orang yang konsumtif terhadap
barang – bararang impor, banyak pula pengangguran, karena kalah bersaing produsen
dari luar negeri, kemudian banyak pabrik yg bangkrut karena tidak kuat dengan
persainan yang begitu ketat, selain itu larinya investor dikarenakan SDM dan ETOS
KERJA dalam negeri lemah dan devisa yang habis karena lebih banyak produk impor
daripada ekspor. Kemudian bagi Negara – Negara yang belum berkembang maka akan
menjadi sebuah kerugian karena selalu mengandalkan Negara lain untuk terus
mengimpor barang – barang kedalam negeri, yang kemudian membuat Negara yang
lemah ini sulit berkembang karena terus “diserang” oleh barang – banrang impor. Juga
sebaliknya, akan menjadi keuntungan tersendiri bagi Negara yang telah berkembang
untuk terus menjual produknya ini sehingga produknya lebih diminati dan lebih popular di
luar negeri. Adanya eksploitasi terhadap masyarakat ekonomi lemah oleh pihak yang
kuat ekonominya, menimbulkan terjadinya monopoli sehingga merugikan masyarakat,
munculnya kesenjangan ekonomi antara golongan ekonomi kuat dengan golongan
ekonomi lemah, perekonomian dapat dengan mudah menjadi tidak stabil.
3.    Kebijakan Autarki
Politik autarki adalah kebijakan perdagangan dengan tujuan untuk menghindarkan diri
dari pengaruh-pengaruh negara lain, baik pengaruh politik, ekonomi, maupun militer,
sehingga kebijakan ini bertentangan dengan prinsip perdagangan internasional yang
menganjurkan adanya perdagangan bebas. itu seorang importir dalam melaksanakan
pembayarannya harus membeli uang dollar terlebih dahulu pada suatu bank devisa
dengan kurs yang berlaku, kemudian ditransfer kepada eksportir di Amerika.

BAB III
Penutup
A.     Kesimpulan

Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh


penduduk suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar
kesepakatan bersama. Penduduk yang dimaksud dapat berupa
antarperorangan (individu dengan individu), antara individu dengan
pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu negara dengan
pemerintah negara lain. Di banyak negara, perdagangan internasional
menjadi salah satu faktor utama untuk meningkatkan GDP. Meskipun
perdagangan internasional telah terjadi selama ribuan tahun (lihat Jalur
Sutra, Amber Road), dampaknya terhadap kepentingan ekonomi, sosial,
dan politik baru dirasakan beberapa abad belakangan. Perdagangan
internasional pun turut mendorong Industrialisasi, kemajuan transportasi,
globalisasi, dan kehadiran perusahaan multinasional.

Kebijakan perdagangan internasional merupakan salah satu bentuk


kebijakan ekonomi internasional. Kebijakan perdagangan internasional
adalah kebijakan yang mencakup tindakan pemerintah terhadap rekening
yang sedang berjalan (current account) daripada neraca pembayaran
internasional, khususnya tentang ekspor dan impor barang. Dalam
Kebijakan ini tentu saja terdapat dampak yang positif dan negatif bagi kita.

B.      Saran

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi yang menjadi


pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih banyak kekurangan
dan kelemahannya, karena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya
rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan judul makalah ini.
Penulis banyak berharap makalah ini dapat diberikan kritik dan saran yang
membangun kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan
penulisan makalah di kesempatan-kesempatan berikutnya. Semoga
makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya dan dapat
mempermudah kami untuk mempelajari mata kuliah Perdagangan
Internasional.

DAFTAR PUSTAKA
         http://ssbelajar.blogspot.com/2012/03/kebijakan-perdagangan-
internasional.html
         http://umihanasumi.blogspot.com/2011/03/kebijakan-perdagangan-
internasional.html
         https://sites.google.com/site/iwansubhanhotmail/makalah
         http://karimahpatryani.wordpress.com/2011/06/05/kebijakan-
perdagangan-internasional/
         http://pebriandini.wordpress.com/2012/04/17/perdagangan-bebas/

0895388011127

Versi materi oleh D Endarto

Dampak Positif dan Negatif Perdagangan Internasional Terhadap Perekonomian


Indonesia - Setiap kegiatan perdagangan internasional yang dilakukan oleh suatu negara
akan memberikan dampak langsung maupun tidak lagsung bagi perekonomian Negara
tersebut. Demikian juga dengan perdagangan internasional yang dilakukan oleh Indonesia
akan berdampak juga terhadap perekonomian dalam negeri Indonasia. Perdagangan
internasional akan memberikan dampak positif dan negatif.
Dampak Positif Perdagangan Internasional bagi Perekonomian Indonesia

Dalam setiap kerja sama perdagangan internasional yang dilakukan Indonesia dengan
negara lain harus mengandung prinsip saling menguntungkan. Beberapa dampak positif
perdagangan internasional bagi perekonomian Indonesia, di antaranya sebagai berikut.

a. Mendorong dan Mempercepat Pertumbuhan Ekonomi


Dengan adanya perdagangan internasional yang dilakukan oleh Indonesia akan dapat
mendorong tumbuhnya industri-industri dalam negeri untuk mengembangkan usahanya
sehingga akan mempercepat pertumbuhan perekonomian dalam negeri. Perdagangan
internasional akan dapat meningkatkan permintaan dan penawaran akan suatu produk. Hal
inilah yang mendorong bertumbuhnya industri-industri dalam negeri. Sebagai contoh,
berkembangnya industri batik, kerajinan, dan industri tekstil.

b. Meningkatkan Pendapatan Negara


Melalui perdagangan internasional akan diperoleh devisa yang merupakan salah satu
sumber penerimaan negara. Semakin besar ekspor kita maka semakin besar pula devisa
yang diperoleh. Dengan meningkatnya pendapatan negara maka pembangunan dapat
terlaksana dengan baik dan kebutuhan negara akan dapat terpenuhi.

c. Memperluas Lapangan Pekerjaan


Adanya perdagangan internasional dapat meningkatkan permintaan akan suatu produk. Hal
inilah yang mendorong tumbuh dan berkembangnya industri-industri dalam negeri sehingga
terciptalah lapangan kerja, yang pada akhirnya dapat mengurangi pengangguran di dalam
negeri.

d. Meningkatkan Kesejahteraan Rakyat


Adanya perdagangan internasional akan dapat memperluas lapangan kerja dalam negeri,
dan banyak masyarakat yang dulunya sulit mencari pekerjaan/menjadi pengangguran
sekarang dapat bekerja dan mempunyai penghasilan. Dengan berpenghasilan, masyarakat
akan dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, yang berarti kesejahteraan hidupnya
meningkat.
e. Meningkatkan Kualitas Produksi
Mengingat banyaknya persaingan dari negara-negara lain dalam perdagangan internasional
maka hal itu mendorong setiap negara untuk meningkatkan kualitas produk ekspornya agar
bisa laku di pasar internasional dan menang dalam persaingan. Demikian juga dengan
negara kita, agar dapat bersaing dengan negara lain maka Indonesia mau tidak mau juga
dituntut selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas produknya agar sesuai dengan
standar mutu internasional dengan cara menerapkan ilmu pengetahuan dan tehnologi
dalam proses produksinya sehingga dapat bersaing dan laku di pasar internasional.
Misalnya dengan mengganti peralatan/mesin industri dengan yang lebih modern dan
bertehnologi.

f. Memajukan Dunia Perbankan dan Lembaga Keuangan Lain


Dampak positif lain dengan adanya perdagangan internasional adalah semakin majunya
lembaga keuangan, baik bank maupun nonbank, karena bagaimanapun dalam perdagangan
internasional akan melibatkan lembaga keuangan untuk membantu memperlancar dan
mempermudah transaksi dalam pembayaran dalam negara lain. Misalnya, mengatasi
perbedaan alat pembayaran antarnegara.

Dampak Negatif Perdagangan Internasional bagi Perekonomian Indonesia

Dalam setiap kerja sama perdagangan internasional baik bilateral, regional, maupun
multilateral tentu saja selain mempunyai dampak positif juga menimbulkan dampak negatif.

Adapun dampak negatif perdagangan internasional bagi perekonomian Indonesia adalah


sebagai berikut

a. Kelangsungan Hidup Produk Dalam Negeri Teracam


Kelangsungan hidup produksi dalam negeri dapat terancam karena perdagangan
internasional dapat membuka peluang dan kesempatan masuknya produk luar negeri ke
dalam negeri sehingga bagi produk dalam negeri yang kualitasnya rendah tentu akan kalah
bersaing dan tidak laku di pasaran. Sedangkan produk luar negeri yang proses
pembuatannya lebih maju dan modern tentu saja kualitasnya lebih baik akan laku dan
menguasai pasaran.

b. Menyempitnya Pasar Produk Dalam Negeri


Dengan masuknya produk luar negeri ke dalam negeri tentu akan mengurangi pasar di
dalam negeri. Sehingga pasar dalam negeri yang semula dikuasai oleh produk dalam
negeri, perlahan-lahan akan dapat digeser dan dikuasai oleh produk luar negeri.

c. Hancurnya Industri Dalam Negeri


Bagi industri kecil yang kemampuan modalnya kecil dan daya saingnya rendah sudah pasti
akan kalah bersaing dengan pengusaha asing. Akibatnya banyak pengusaha dalam negeri
yang bangkrut atau menutup usahanya. Maka untuk mencegah hal ini pemerintah
melakukan proteksi guna melindungi produksi dalam negeri dari serbuan produk-produk
luar negeri.

d. Meningkatnya Pengangguran
Banyaknya perusahaan yang bangkrut atau gulung tikar karena kalah bersaing dengan
perusahaan asing yang menjual produknya di Indonesia, mengakibatkan banyaknya tenaga
kerja yang di-PHK sehingga menyebabkan pengangguran meningkat dan daya beli
masyarakat menurun.

e. Terjadinya Utang Luar Negeri


Dalam perdagangan internasional apabila ekspor negara kita lebih kecil daripada impor,
maka hal ini akan menyebabkan terjadinya hutang luar negeri. Padahal untuk membayar
hutang tersebut Indonesia harus membayar dengan devisa, akibatnya devisa Indonesia
berkurang dan perekonomian dalam negeri akan terganggu.
eperti kita ketahui, kegiatan perdagangan internasional adalah sebuah

kegiatan perdagangan yang menyababkan terjadinya kegiatan ekspor

dan impor. Setiap negara selalu berupaya memajukan ekspor dan

menekan laju impor untuk menyeimbangkan neraca perdagangannya

ataupun membuat neraca perdagangannya surplus. Neraca perdagangan

dikatakan surplus jika nilai ekspor lebih besar dari pada nilai impor.

Sebaliknya jika nilai komoditas ekspor lebih kecil dari pada nilai produk

impor, maka neraca perdagangan dikatakan sedang mengalami defisit.

Untuk mencapai neraca perdagangan surplus, maka diperlukan suatu

kebijakan perdagangan internasional.

Kebijakan perdagangan internasional dibutuhkan untuk menanggulangi

berbagai kerugian yang mungkin terjadi. Di era global ini, perekonomian

suatu negara terancam apabila produk yang dimilikinya tidak memiliki

daya saing dengan produk yang berasal dari luar negeri.

Setiap negara tentu saja berkewajiban melindungi diri dai berbagai


kemungkinan yang dapat merugikan perekonomiannya. Dengan

melindungi produksi dalam negeridiharapkan negara mendapatkan

banyak keuntungan dari aktivitas perdagangan internasional.

Berbagai macam kebijakan perdagangan internasional yang mungkin

bisa dilakukan oleh suatu  negara untuk mendapatkan manfaat dari

kegiatan perdagangan internasional, antara lain proteksi, perdagangan

bebas, dan politik dumping.

Proteksi adalah kebijakan perdagangan internasional yang bertujuan

untuk melindungi produksi dalam negeri. Adapun bentuk-bentuk

proteksi yang dapat dilakukan suatu negara antara lain dalam bentuk :
 Melarang mengimpor produk-produk yang telah diproduksi dalam

negeri terutama produk-produk yang memiliki daya saing lemah.

 Mengenakan tarif impor yang tinggi terhadap barang-barang

tertentu untuk mengurangi masuknya barang-barang tersebut

dari luar negeri.

 Mengurangi jumlah kuota dengan maksud untuk membatasi 

masuknya jumlah barnag tertentu ke dalam negeri.

 Memberi subsidi kepada produsen untuk meningkatkan

produksinya agar dapat memenuhi kebutuhan pasar dalam negeri.

 Memberikan premi kepada produsen yang memapu mencapai

jumlah produksi tertentu dengan kualitas yang baik sehingga

memiliki daya saing.

Kebijakan perdagangan bebas adalah kebijakan dalam perdagangan

internasional untuk menghilanhkan hambatan-hambatann dalam

perdagangan internasional. Penentuan dan penetapan haraga diserahkan

sepenuhnya kepada hukum permintaan dan penawaran. Namun kebijakan


perdagangan bebas itu hanya berlaku bagi negara-negara anggota yang

tergabung dalam kelompok perdagangan bebas tersebut.

Politik dumping adalah kebijakan perdagangan internasional yang

menjual hasil produksi lebih murah di luar negeri dibandingkan di dalam

negeri. Tujuan politik dumping adalah untuk meningkatkan daya saing

dan memperluas pasar. Contoh politik dumping adalah sebagai berikut :

 Mobil Jepang di Singapura dijual dengan harga 1 Juta Yen,

sedangkan di Jepang dijual dengan harga 1,4 Juta Yen.

 Mie Instan di Malaysia di jual Rp. 500,- sementara di dalam

negeri dijual Rp. 750,-


Kebijakan-kebijakan perdagangan internasional di atas berkaitan erat

dengan kegiatan ekspor dan kegiatan impor di suatu negara. Setiap

negara berhak menentukan sendiri kebijakan yang dipilih dan

dijalankannya. Indonesia sendiri lebih tertarik dengan kebijakan

proteksi terhadap barang tertentu yang mengikuti kebijakan pasar

bebas yang telah direncanakan, misalnya dalam pertemuan APEC dan

ASEAN.

Adapun beberapa alternatif kebijakan ekspor perdagangan Indonesia

yang bisa ditempuh meliputi kegiatan berikut ini :

a.    Memberi subsidi dan premi ekspor

b.    Diversifikasi komoditas ekspor

c.    Pengendalian harga di dalam negeri

d.    Pengandalian nilai tukar rupiah

e.    Promosi ekspor

Perdagangan internasional tentu saja membawa dampak atau pengaruh


bagi negara lain, baik pegaruh positif maupun pengaruh negatif. berikut

ini adalah beberapa dampak perdagangan internasional bagi

perekonomian Indonesia.

Dampak positif perdagangan internasional untuk perekonomian

Indonesia antara lain :

a.    Dapat saling mengisi kekurangan setiap negara sehingga kebutuhan

masyarakatnya terpenuhi

b.    Mengurangi pengangguran

c.    Peroduktivitas perusahaan meningkat


d.    Mengatasi masalah kekurangan modal

e.    Menambah devisa negara

Dampak negatif perdagangan internasional untuk Indonesia antara lain:

 Perekonomian negara berkembang terdesak oleh negara maju,

sehingga Indonesia kalah bersaing karena sumber daya yang

dimiliki lebih kecil.

 Posisi Indonesia yang semakin bergantung kepada negara maju

sebagai akibat negara Indonesia kalah bersaing dengan negara-

negara maju

 Masyarakat Indonesia akan bersifat lebih konsumtif, karena

banyaknya barang-barang atau jasa yang diimpor dari luar negeri


Negara Berkembang Dalam Menyikapi Perdagangan
Internasional

A.    Perdagangan internasional
Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan oleh penduduk
suatu negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama.
Penduduk yang dimaksud dapat berupa antarperorangan (individu dengan
individu), antara individu dengan pemerintah suatu negara atau pemerintah suatu
negara dengan pemerintah negara lain. Di banyak negara, perdagangan
internasional menjadi salah satu faktor utama untuk meningkatkan GDP.
Meskipun perdagangan internasional telah terjadi selama ribuan tahun (lihat Jalur
Sutra, Amber Road), dampaknya terhadap kepentingan ekonomi, sosial, dan
politik baru dirasakan beberapa abad belakangan. Perdagangan internasional pun
turut mendorong Industrialisasi, kemajuan transportasi, globalisasi, dan kehadiran
perusahaan multinasional.

B.     Faktor-Faktor Pendorong Terjadinya Perdagangan Internasional


Banyak faktor yang mendorong suatu negara melakukan perdagangan
internasional, di antaranya sebagai berikut :
         Untuk memenuhi kebutuhan barang dan jasa dalam negeri
         Keinginan memperoleh keuntungan dan meningkatkan pendapatan negara
         Adanya perbedaan kemampuan penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi
dalam mengolah sumber daya ekonomi
         Adanya kelebihan produk dalam negeri sehingga perlu pasar baru untuk menjual
produk tersebut.
         Adanya perbedaan keadaan seperti sumber daya alam, iklim, tenaga kerja,
budaya, dan jumlah penduduk yang menyebabkan adanya perbedaan hasil
produksi dan adanya keterbatasan produksi.
         Adanya kesamaan selera terhadap suatu barang.

C.     Dampak Perdagangan Internasional


Perdagangan internasional mempunyai dampak pada negara-negara yang
terlibat. Dampak tersebut ada yang positif dan ada yang negatif. Indonesia sebagai
negara yang juga melakukan perdagangan internasional memperoleh dampak-
dampak tersebut.

a.       Dampak Positif Perdagangan Internasional


Negara pengekspor maupun pengimpor mendapatkan keuntungan dari adanya 
perdagangan internasional. Negara pengekspor memperoleh pasar dan negara
pengimpor memperoleh kemudahan untuk mendapatkan barang yang dibutuhkan.
Adanya perdagangan internasional juga membawa dampak yang cukup luas bagi
perekonomian suatu negara. Dampak tersebut antara lain sebagai berikut:
1)      Mempererat persahabatan antar bangsa
Perdagangan antar negara membuat tiap negara mempunyai rasa saling
membutuhkan dan rasa  perlunya persahabatan. Oleh karena itu, perdagangan
internasional dapat mempererat  persahabatan negara-negara yang bersangkutan.
2)      Menambah kemakmuran Negara
Perdagangan internasional dapat menaikkan pendapatan negara masing-
masing. Ini terjadi karena negara yang kelebihan suatu barang dapat menjualnya
ke negara lain, dan negara yang kekurangan barang dapat membelinya dari negara
yang kelebihan. Dengan meningkatnya  pendapatan negara dapat menambah
kemakmuran negara.
3)      Menambah kesempatan kerja
Dengan adanya perdagangan antarnegara, negara pengekspor dapat menambah
jumlah produksi untuk konsumsi luar negeri. Naiknya tingkat produksi ini akan
memperluas kesempatan kerja. Negara pengimpor juga mendapat manfaat, yaitu
tidak perlu memproduksi barang yang dibutuhkan sehingga sumber daya yang
dimiliki dapat digunakan untuk hal-hal yang lebih menguntungkan.
4)      Mendorong kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi
Perdagangan internasional mendorong para produsen untuk meningkatkan
mutu hasil  produksinya. Oleh karena itu, persaingan perdagangan internasional
mendorong negara  pengekspor untuk meningkatkan ilmu dan teknologinya agar
produknya mempunyai keunggulan dalam bersaing.
5)      Sumber pemasukan kas
Negara Perdagangan internasional dapat meningkatkan sumber devisa negara.
Bahkan, banyak negara yang mengandalkan sumber pendapatan dari pajak impor
dan ekspor.
6)      Menciptakan efisiensi dan spesialisasi
Perdagangan internasional menciptakan spesialisasi produk. Negara-negara
yang melakukan  perdagangan internasional tidak perlu memproduksi semua
barang yang dibutuhkan. Akan tetapi hanya memproduksi barang dan jasa yang
diproduksi secara efisien dibandingkan dengan negara lain.
7)      Memungkinkan konsumsi yang lebih luas bagi penduduk suatu Negara
Dengan perdagangan internasional, warga negaranya dapat menikmati barang-
barang dengan kualitas tinggi yang tidak diproduksi di dalam negeri.

b.      Dampak Negatif Perdagangan Internasional


Melaksanakan bisnis internasional tentu saja akan lebih banyak memiliki
hambatan ketimbang di pasar domestic. Negara lain tentu saja akan memiliki
berbagai kepentingan yang sering kali menghambat terlaksananya transaksi bisnis
internasional. Disamping itu kebiasaan atau budaya Negara lain tentu saja akan
berbeda dengan negeri sendiri. Oleh karena itu maka terdapat beberapa hambatan
dalam bisnis internasional yaitu :
1.      Batasan perdagangan dan tarif bea masuk
2.      Perbedaan bahasa, social budaya/cultural
Perbedaan dalam hal bahasa seringkali merupakan hambatan bagi kelancaran
bisnis Internasional, hal ini disebabkan karena bahasa adalah merupakan alat
komunikasi yang vital  baik bahasa lisan maupun bahasa tulis. Tanpa komunikasi
yang baik maka hubungan bisnis sukar untuk dapat berlangsung dengan Iancar.
Hambatan bahasa saat ini semakin berkurang karena adanya bahasa Internasional
yaitu bahasa lnggris. Perbedaan kondisi sosial budaya merupakan suatu masalah
yang harus dicermati pula dalam melakukan bisnis Internasional. Misalnya saja
pemberian warna terhadap suatu produk ataupun bungkusnya harus hati-hati
karena warna tertentu yang di suatu negara memiliki arti tertentu di negara lain
dapat bermakna yang bertentangan.
3.      Kondisi politik dan hokum/perundang-undangan
Hubungan politik yang kurang baik antara satu negara dengan negara yang
lain akan mengakibatkan terbatasnya hubungan bisnis dari kedua negara tersebut.
Misalnya, Amerika yang mengembargo komoditi perdagangan dengan negara-
negara Komunis.Ketentuan Hukum ataupun Perundang-undang yang berlaku di
suatu negara kadang juga membatasi berlangsungnya bisnis internasional.
Misalnya negara Arab melarang produk yang mengandung babi.
4.      Hambatan operasional
Hambatan perdagangan atau bisnis internasional yang lain adalah masalah
operasional yakni transportasi atau pengangkutan barang yang diperdagangkan ke
negara yang lain. Transportasi ini seringkali sukar untuk dilakukan karena antara
kedua negara itu belum memiliki  jalur pelayaran kapal laut yang reguler. Hal ini
dapat mengakibatkan biaya pengangkutan atau ekspedisi menjadi sangat mahal
yang dikarenakan pengangkutnya hanya melayani satu negara itu saja.

Adanya perdagangan internasional mempunyai dampak negatif bagi negara yang


melakukannya. Dampak negatifnya sebagai berikut.
1)      Adanya ketergantungan suatu negara terhadap negara lain.
2)      Adanya persaingan yang tidak sehat dalam perdagangan internasional.
3)      Banyak industri kecil yang kurang mampu bersaing menjadi gulung tikar.
4)      Adanya pola konsumsi masyarakat yang meniru konsumsi negara yang lebih
maju.
5)      Terjadinya kekurangan tabungan masyarakat untuk investasi. Ini terjadi karena
masyarakat menjadi konsumtif.
6)      Timbulnya penjajahan ekonomi oleh negara yang lebih maju.
7)      Neraca Perdagangan dan Neraca Pembayaran. Suatu negara harus mencatat nilai
aktivitas ekonominya yang dilakukan dengan negara lain. Catatan tersebut
dinamakan neraca. Jika catatan tersebut hanya untuk bidang perdagangan, maka
neracanya merupakan neraca perdagangan. Akan tetapi, kalau neracanya
mencakup semua aliran keuangan maka neracanya merupakan neraca
pembayaran.
D.    Kebijakan Perdagangan Internasional
Perdagangan bebas adalah perdagangan yang dilakukan antarnegara tanpa
adanya hambatan dalam perdagangan sehingga akan ada spesialisasi perdagangan.
Banyak macam atau ragam kebijakan yang bisa diambil oleh pemerintah dalam
bidang perdagangan internasional adapun tujuan kebijakan perdagangan
internasional yang ingin dicapai oleh pemerintah dari kebijakan perdagangan
internasional itu antara lain:
a.       Melindungi kepentingan ekonomi nasional dari berbagai kemungkinan pengaruh
buruk/negatif dari berbagai negara lain.
b.      Melindungi kepentingan industri di dalam negeri dari berbagai kemungkinan
persaingan yang tidak sehat maupun kondisi yang kurang  menguntungkan.
c.       Melindungi lapangan kerja agar bisa tetap bersedia.
d.      Menjaga keseimbangan dan stabilitas neraca pembayaran internasional.
e.       Mampu mendorong laju ekspor.
f.       Menjaga tingkat pertumbuhan ekonomi yang tinggi dan stabil.
g.      Menjaga stabilitas nilai tukar atau kurs.

Adapun macam-macam kebijakan perdagangan internasional yaitu kebijakan


perdagangan bebas dan kebijakan perdagangan proteksionis.
a.       Kebijakan Perdagangan Bebas.
Kebijakan perdagangan bebas adalah kebijakan perdagangan yang
menginginkan adanya kebebesan dalam perdagangan, sehingga tidak ada
rintangan yang menghalangi arus produk dari dan ke luar negeri. Kebijakan
perdagangan ini berkembang seiring dengan adanya arus globalisasi di mana
antara negara satu dengan negara lain dalam kehidupannya lebih transparan tidak
terbatasi oleh batas-batas teritorial tiap-tiap negara. Karena perdagangan bebas ini
tidak ada rintangan maka harga produk ditentukan oleh kekuatan pasar
(permintaan dan penawaran) sesuai dengan hukum ekonomi. Manfaat dari
perdagangan bebas menurut teori klasik adalah sebagai berikut:

         Dapat mendorong persaingan antarpengusaha, sehingga nantinya akan tercipta


kualitas produk dengan dasar teknologi tinggi.
         Mendorong terjadinya efisiensi biaya (cost) sehingga mampu menghasilkan
produk dengan harga yang mampu bersaing.
         Meningkatkan mobilitas modal, tenaga ahli dan investasi (faktor produksi) ke
berbagai negara sehingga dapat mempercepat pertumbuhan eknomi.
         Meningkatkan perolehan laba sehingga memungkinkan para pengusaha
berinvestasi lebih luas.
         Konsumen dapat lebih bebas dalam menentukan variasi dan pilihan produk yang
diinginkan.
Saat ini perdagangan bebas belum berlaku secara menyeluruh dan masih terbatas
pada kawasan-kawasan tertentu saja karena masih adanya keterbatasan pada
permasalahan kebijakan tarif, kuota, diskriminasi harga dan lain-lain, sehingga
hanya berlaku bagi negara yang masih termasuk dalam kawasan tersebut. Contoh
organisasi perdagangan bebas diantaranya adalah NAFTA (organisasi
perdagangan bebas untuk negara di kawasan Amerika Utara), AFTA (organisasi
perdagangan bebas untuk negara-negara di kawasan Asia Tenggara) dan EETA
(Organisasi perdagangan bebas untuk negara-negara anggota masyarakat Uni
Eropa).

b.      Kebijakan Perdagangan Proteksionis


Kebijakan perdagangan proteksionis adalah kebijakan perdagangan yang
melindungi produk-produk dalam negeri agar mampu bersaing dengan produk
asing yang dilakukan dengan cara membuat berbagai rintangan/hambatan arus
produksi dari dan ke luar negeri. Alasan negara menganut kebijakan perdagangan
proteksionis antara lain:

         Dari adanya perdagangan bebas, yang diuntungkan adalah negara-negara maju


saja, karena merek memiliki modal dan teknologi yang maju. Selain itu harga jual
produk dari negara-negara maju dinilai terlalu tinggi dibanding dengan harga
bahan baku yang dihasilkan oleh negara-negara berkembang.
         Untuk melindungi industri dalam negeri yang baru tumbuh.
         Untuk membuka lapangan kerja. Dengan adanya proteksi maka industri dalam
negeri dapat tetap hidup dengan demikian akan mampu membuka lapangan kerja
bagi masyarakat.
         Untuk menyehatkan neraca pembayaran. Upaya kebijakan proteksi melalui
peningkatan ekspor produksi dalam negeri akan mampu mengurangi defisit neraca
pembayaran.
         Untuk meningkatkan penerimaan negara. Dengan cara mengenakan tarif tertentu
pada produk impor dan ekspor sehingga negara dapat meningkatkan penerimaan.

Adapun macam-macam kebijakan perdagangan proteksionis antara lain:


1)      Kouta Impor
Kebijakan yang menetapkan batas jumlah barang yang boleh diimpor dengan
tujuan untuk melindungi produsen dan produk dalam negeri.
2)      Kouta ekspor
Kebijakan dengan menetapkan batas jumlah barang yang diekspor dengan tujuan
untuk menjamin persediaan barang tersebut guna memenuhi kebutuhan dalam
negeri.
3)      Subsidi
Kebijakan dengan cara memberikan tunjangan kepada perusahaan-perusahaan
yang memproduksi barang untuk keperluan ekspor, sehingga harga barang
tersebut bisa bersaing dengan barang luar negeri.
4)      Tarif Impor
Kebijakan dengan mengenakan tarif/bea impor yang tinggi terhadap barang yang
datang dari luar negeri sehingga harga barang impor akan menjadi lebih mahal.
5)      Tarif ekspor.
Kebijakan dengan mengenakan tarif atau bea terhadap barang yang diekspor
dengan nilai yang lebih rendah dengan tujuan untuk merangsang kegiatan ekspor.
6)      Premi
Kebijakan berupa pemberian hadiah atau penghargaan kepada perusahaan yang
mampu memproduksi barang dengan kuantitas dan kualitas yang tinggi.
Pemberian premi ini diharapkan dapat menghasilkan produk-produk yang
berkualitas tinggi.
7)      Diskriminasi harga
Kebijakan melalui penetapan harga produk secara berlainan dengan negara
tertentu, yang dilakukan dalam rangka perang tarif agar negara tertentu yang
dijadikan target mau menurunkan harga.
8)      Larangan ekspor
Kebijakan larangan ekspor untuk mengekspor jenis barang-barang tertentu
dilakukan dengan pertimbangan ekonomi, politik, sosial dan budaya dalam negeri.
9)      Larangan Impor
Kebijakan melarang impor untuk barang-barang tertentu dilakukan dengan alasan
untuk melindungi produk-produk dalam negeri atau dengan alasan untuk
menghemat devisa.
10)  Dumping
Dumping merupakan kebijakan menjual barang ke luar negeri dengan harga lebih
murah dibandingkan dengan harga penjualan didalam negeri. Tujuan dari
kebijakan ini adalah untuk memperluas dan menguasai pasar. Dumping ini bisa
dilakukan jika terdapat aturan/hambatan yang jelas dan tegas sehingga konsumen
di dalam negeri tidak mampu membeli barang yang didumping dari luar negeri.

E.     Kebijakan Perdagangan Di Negara-Negara Berkembang


       Tujuan dasar kebijakan perdagangan di Negara Berkembang (krugman)

         Memajukan industrialisasi
         Mengatasi masalah kondisi pembangunan yang tak merata di dalam
perekonomian domestik
         Berupaya untuk melepaskan hubungan ekonomi yg tidak adil atau eksploitatif
dengan negara maju

        Strategi Industri Subsitusi Impor


Strategi pembangunan industri yang berorientasi pada produk pengganti impor
untuk pasar dalam negeri dengan argumentasi sebagai berikut:
         Konsumen dalam negeri yang relatif banyak
         Mendorong pertumbuhan industri dalam negeri yang baru lahir
         Menghemat devisa
         Melindungi dengan tarif dan kuota impor
         Meningkatkan value added manufacturing

        Dampak Industrialisasi subsitusi impor


Kebijakan ini memajukan sektor manufaktur tetapi tidak memberikan
keuntungan yg diharapkan dalam pertumbuhan ekonomi dan perbaikan taraf
hidup masyarakat terlalu banyak membebankan biaya dan menciptakan pola
produksi yg tidak efisien.
         Dualisme ekonomi
         Sektor industri dengan upah tinggi dan padat modal
         Sektor tradisional (pertanian) dengan upah dan produktivitas rendah
         Sehingga menyebabkan pengangguran di perkotaan

        Strategi  Industri Promosi Ekspor


Strategi pembangunan industri yang berorientasi pada produk ekspor untuk
pasar luar negeri, dgn argumentasi sebagai berikut:
         Jumlah konsumen dalam negeri relatif sedikit
         Meningkatkan value added manufacturing
         Meningkatkan penerimaan devisa
Berdasarkan studi empiris yang dilakukan IMF terbukti bahwa negara yang
sedang berkembang yang memilih Strategi Industri Promosi Ekspor memiliki
pertumbuhan perekonomian yang lebih tinggi dibandingkan dengan negara yang
menggunakan Strategi Industri Subsitusi Impor.

Dalam artikel Redrik (1988: 113) dinyatakan bahwa negara-negara


berkembang sering menghadapi struktur oligopolistik dalam pasar mengenai
impor dan ekspor. Manfaat perdagangan bebas bagi negara-negara berkembang
dinilai hanya untuk memenuhi kebutuhan konsumtif masyarakatnya dari produk-
produk impor. Kebijakan perdagangan di negara-negara berkembang cenderung
pada pasar persaingan tidak sempurna. Dalam kebijakan itu pula, lebih banyak
didominasi oleh sektor industri di negara-negara berkembang. Terdapat beberapa
alasan mengapa sistem persaingan tidak sempurna lebih banyak dinikmati oleh
perusahaan oligopoli yaitu :
(1)   tidak adanya keseriusan pada penerapan kebijakan antitrust di negara-negara
berkembang dan regulasi yang mengatur di dalamnya;
(2)   Kebijakan pada industri negara berkembang biasanya  membatasi masuknya
investasi pada sektor manufaktur sesuai lisensinya dan aturan mengenai biaya-
biaya;
(3)   Rezim perdagangan cenderung sangat protektif-efektif dalam menghilangkan
kompetisi dengan asing. Dalam hal ini, adanya pembatasan pada kuota bagi
produk impor;
(4)   Pada negara-negara berkembang, kekuatan industrinya terkonsentrasi di tangan
kelompok etnis minoritas seperti Cina di Asia Tenggara dan India di Afrika
Timur; dan
(5)   Lemahnya pasar modal di negara berkembang yang berarti menunjukkan bahwa
dana investasi dihasilkan secara internal. Hal ini sebagai upaya untuk
menghalangi asing masuk dalam sektor-sektor industri yang besar kemungkinan
keuntungan akan lebih banyak didapatkan oleh mereka.

Dalam artikel Redrik (1988: 114) menyatakan bahwa terdapat dua aspek
kelembagaan khusus yang mengatur struktur pasar di negara
berkembang. Pertama ialah  bahwa dalam pasar oligopoli juga berdampingan
dengan golongan pinggiran dan perusahaan-perusahaan kompetitif lainnya.
Golongan pinggiran tersebut biasanya terdiri dari pemasok dan subkontraktor 
teknik manufaktur. Berbeda dengan perusahaan besar yang terlindung dari
kemalangan ekonomi dengan selisih harga-biaya mereka, perusahaan dalam skala
yang lebih kecil biasanya sangat sensitif terhadap perubahan di
lingkungannya.Kedua ialah bahwa banyak sektor dalam negara berkembang
seperti mobil, bahan kimia, energi, dan sebagainya yang dimiliki oleh lebih dari
satu  perusahaan dengan struktur kepemilikan yang berbeda. Perusahaan publik
bersaing dengan perusahaan-perusahaan swasta sedangkan perusahaan lokal hidup
berdampingan dengan anak dari perusahaan multinasional.

Dengan demikian, bahwa kebijakan dalam perdagangan memiliki perbedaan


ber-gantung pada kapabilitas negara tersebut dalam merespon adanya regulasi
baru apalagi di saat globalisasi seperti ini. Negara berkembang biasanya yang
dirugikan atas lahirnya bentuk kapitalisme baru pada perdagangan bebas dan
ketidakmampuannya dalam mengelola perekonomian secara maksimal pada faktor
produksi maupun jasa. Meskipun aturan main dalam pasar bebas antara negara
maju dan negara berkembang berbeda baik dalam pemberian insentif maupun
kemudahan akses serta komitmen, negara berkembang disini harus mampu
bersaing dan menunjukkan pada negara-negara maju bahwa tanpa adanya hak
istimewa tersebut, negara-negara berkembang mampu survive dalam
mempertahankan perekonomiannya. Adanya interdependensi di antara negara-
negara saat ini memang sulit untuk dihilangkan karena masing-masing negara
memiliki kemampuan yang berbeda-beda karena keterbatasan sumber daya alam.
Namun, untuk menanggulangi kerugian yang lebih besar pada negara-negara
berkembang terhadap sistem ini, kebijakan proteksi dirasa sangat dibutuhkan agar
tetap dapat melindungi industri lokal dari ancaman dominasi sektor asing.
POTENSI ANCAMAN PERDAGANGAN

INTERNASIONAL NEGARA BERKEMBANG

Oleh : Rika Mufida

PEMBAHASAN
 Kegiatan pembangunan telah menimbulkan perubahan lingkungan
secara cepat. Hal ini terlihat dengan adanya polusi udara, air dan tanah
serta menurunnya kondisi lingkungan pada negara-negara Eropa dan
Amerika masa revolusi industri. Penurunan kualitas lingkungan hidup
menjadi akibat langsung dari aktivitas manusia dan menjadi korban
periode industri.(Maswood, 2000:237). Hal ini terjadi karena
perkembangan perdagangan barang dan jasa ini telah membentuk
kecenderungan-kecenderungan global seperti Pertama; perdagangan
telah meningkatkan pengaruh lingkungan hidup terhadap produksi dengan
memperluas pasar bagi komoditas-komoditas diluar batas-batas negara,
dalam hal ini Negara berkembang yang mengandalkan sumber daya alam
sebagai komoditas perdagangan mengekspor bahan mentah dan olahan
alam ke negara maju, sebaliknya negara maju dengan teknologi industri
untuk mengolah barang jadi atau setengah jadi menjual kembali ke negara
berkembang.Kedua; perdagangan memungkinkan negara menguras
habis sumber daya mereka atau meloloskan undang-undang yang tetap
melindungi basis-basis sumber daya tersebut. Hingga akhirnya ada
tindakan bahwa perundang-undangan lingkungan hidup nasional
(domestik suatu negara) dan bahkan institusi internasional dituduh
sebagai penghambat perdagangan yang bersifat non-tariff.
(Brown,1981:422). Dengan transfer teknologi industri negara berkembang
mulai mengeksploitasi sumber daya alamnya tanpa menghiraukan
dampak yang ditimbulkan. Keadaan ini dapat dipahami karena sebagian
besar negara berkembang lebih memfokuskan pembangunan ekonomi
untuk menghilangkan kemiskinan dengan pengetahuan akan dampak
yang ditimbulkan dalam pembangunan ekonomi terhadap lingkungan,
masih sangat terbatas. Pembangunan ekonomi tersebut disatu sisiberhasil
membawa peningkatan kemakmuran negara berkembang, yang kemudian
diikuti dengan peningkatan pemenuhan kebutuhan akan barang dan jasa
yang bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan domestik namun juga
kebutuhan negara lain. Sehingga untuk memenuhi kebutuhan domestik
dan ekspor dilakukan berbagai upaya yang pada akhirnya berdampak
pada lingkungan hidup maupun sosial.(Foreign Policy, 1995, 95: 39).
Masalah pelestarian lingkungan hidup dan masalah perdagangan
bebas pada awalnya dipahami sebagai suatu hal yang masing-masing
memiliki dasar idealisme. Para pemerhati masalah lingkungan
memusatkan perhatiannya pada upaya-upaya pelestarian alam dan
lingkungan hidup sehingga tetap dapat diambil manfaatnya secara
berkelanjutan demi kesejahteraan umat manusia. Sedangkan para
penganut sistem perdagangan bebas mengupayakan agar tidak ada lagi
hambatan-hambatan dalam perdagangan internasional yang pada
akhirnya akan menguntungkan semua negara. Liberalisasi perdagangan
dunia bertitik tolak dari pendekatan teori liberalisme yang percaya dengan
adanya konsep “gain from trade” dari Heckher-Ohlin tentang keunggulan
komparatif yang berbeda dari tiap negara, sehingga muncul spesialisasi
perdagangan dimana suatu Negara sebaiknya mengkhususkan diri pada
produk barang atau jasa yang memberikan keuntungan terbesar dari
perdagangan dan perekonomian mereka daripada memproduksi
barang/jasa yang tidak memberikan keuntungan maksimum,
(Kenen,1994:19). Perdagangan internasional justru tercipta karena
adanya perbedaan-perbedaan diantara negara-negara(Cooper,1997:xii)
sebagaimana terlihat dalam hubungan perdagangan antara negara maju
dan berkembang. Keunggulan komparatif ini oleh Ricardo dan Viner
disebabkan oleh adanya perbedaan dalam kepemilikan atas faktor-faktor
produksi seperti: sumber daya alam, modal, tenaga kerja dan kemampuan
dalam penguasaan teknologi.(Anderson,1995:71-73). Melalui spesialisasi
sesuai dengan keungggulan komparatifnya, maka jumlah produksi yang
dihasilkan bisa jauh lebih besar dengan biaya yang lebih murah dan pada
akhirnya bisa mencapai skala ekonomi yang diharapkan. Pemikiran ini
kemudian berkembang bahwa akan lebih menguntungkan jika arus
perdagangan antara negara dibebaskan, tidak terhambat oleh kebijakan
atau peraturan negara baik berupa proteksi, tariff maupun nontariff.
Berdasarkan pemikiran ini, dirumuskan aturan perdagangan multilateral
yang kemudian menjadi satu produk hukum internasional. Namun
demikian Negara-negara tersebut akan terikat dengan kepentingan
nasionalnya yang menurut Morgenthau merujuk pada hal-hal yang
dianggap penting bagi suatu negara, sehingga merujuk pada sasaran-
sasaran politik, ekonomi, atau social yang ingin dicapai suatu negara.
(Viooti,1993:584). Sehingga negara perlu memberikan prioritasnya yang
diformulasikan dalam sasaran dan indikator bagi tercapainya kepentingan
tersebut.
Keterikatan negara dengan kepentingan nasionalnya dan
kesepakatan negara dalam merumuskan aturan perdagangan multilateral
ini memaksa Negara untuk mengurangi sedikit kedaulatannya untuk
mengikuti dan tunduk pada aturan internasional. Bisa dikatakan bahwa
negara harus rela mengurangi kedaulatannya untuk mendapatkan
kepentingan yang harus dicapai, sehingga ada interaksi dan
interdependensi dalam kerjasama multilateral. Jika dilihat dari model
analisis sistemik maka interaksi-interaksi antar aktor yang terjadi dalam
system internasional tearah pada orientasi tertentu yang mana dalam
interaksi tersebut ada interdependensi.(Dougherty,1981:76) Dalam
fenomena interdependensi tersebut tindakan salah satu bagian dari sistem
tersebut akan mempengaruhi atau membawa perubahan pada unit lain.
Suatu negara tidak bebas dalam menentukan kebijakan karena harus
memperhitungkan aktor lain beserta dampak kebijakan terhadap aktor lain
tersebut yang pada akhirnya akan menimbulkan dampak bagi negaranya
sendiri. Dalam situasi ini suatu negara akan menjadi fungsi pilihan negara
lain dalam menentukan pilihan kebijakannya. Bisa dikatakan bahwa
interaksi interdependensi tersebut membentuk kerjasama fungsional.
Melalui kerjasama fungsional ini maka tidak menutup kemungkinan
hubungan antara isu satu dengan yang lain, terlebih lagi dengan struktur
dan pola hubungan internasional yang multidimensional maka suatu isu
atau permasalahan dalam hubungan internasional tidak dapat dipisahkan
dari isu lain atau dapat dikatakan ada linkage dalam permasalahan
hubungan internasional yang multikompleks. Dalam perdagangan dunia,
produk-produk bahan primer (resources based product) cenderung
mendominasi jumlah keseluruhan ekspor negara berkembang, bahkan
secara historis pembangunan negara berkembang dapat dicapai melalui
ketersediaan sumber daya alam (lingkungan),(Maswood,2000:239)
sehingga banyak negara berkembang yang sangat rawan terhadap
permasalahan lingkungan hidup.
Berdasarkan pada hasil KTT Bumi yang tertuang dalam agenda 21,
negara berkembang harus memperhatikan proses produksi dalam
pembangunan ekonomi yang berdasarkan pada pembangunan yang
berkelanjutan (sustainable development).Maka sangat jelas bila suatu
negara ingin tetap stabil dalam pembangunan perekonomiannya yang
mengandalkan ketersediaan sumber daya alam, maka harus
memasukkan kebijakan mengenai lingkungan hidup tersebut dalam
kebijakan ekonomi (internalisasi),(Lee Ray,1987:468) hal ini dilakukan
untuk mengurangi kerusakan lingkungan baik yang dihasilkan industri
dan perumahan.(International Affairs, 2000,53/2: 526) Negara maju
dengan teknologi yang lebih advance mendorong terwujudnya isu yang
berhubungan dengan perbaikan kualitas hidup (quality of life) yang
merupakan karakteristik dari apa yang disebut oleh Zbigniew Brzezinski
sebagai “Technotronic age”.(Dougherty,1981:76). Salah satunya yaitu
dengan memberlakukan undangundang lingkungan hidup domestik yang
bisa berpengaruh dan bersinggungan dengan kepentingan negara lain
secara unilateral. Sebagai contoh Amerika dan Uni Eropa serta beberapa
negara yang telah mempunyai undang-undang lingkungan hidup menolak
produk perdagangan yang dianggap tidak ramah lingkungan menurut
standar mereka dengan menerapkan restriksi perdagangan atautrade
measure secara sepihak. Sehingga hal ini dianggap melanggar ketentuan
WTO dan juga kesepakatan KTT Bumi dalam agenda 21, karena dalam
agenda tersebut secara eksplisit dikatakan bahwa open market,
kesejajaran, keamanan, prinsip non-dikriminasi dan sistem perdagangan
multilateral merupakan hal yang sangat diperlukan dalam semua
kerjasama perdagangan.(Jha,1997:16). Demikian juga dengan isu
lingkungan hidup dalam forum perdagangan internasional, seperti telah
dijelaskan sebelumnya bahwa aturan-aturan mengenai Trade Measure,
beberapa pasal di GATT/WTO dan juga kebijakan perdagangan negara
maju yang dianggap menghambat perdagangan negara berkembang,
menjadi semakin jelas bahwa ada hubungan antara perdagangan
internasional dan isu lingkungan hidup, sehingga kebijakan ekonomi
perdagangan suatu negara juga harus melihat dampaknya terhadap
lingkungan hidup dan bukan hanya akumulasi kapital semata.
Berdasarkan keadaan diatas muncul ketegangan Utara – Selatan
dengan asumsi dependensi ekonomi negara berkembang terhadap
negara maju yang menjadikan isu lingkungan hidup sebagai salah satu
sumber konflik utama. Ketegangan isu lingkungan hidup ini semakin
mengemuka dengan adanya desakan penetapan trade measure yang
berhubungan dengan lingkungan hidup oleh negara-negara maju,
keadaan ini semakin mengancam produk perdagangan negara
berkembang, karena di lain pihak aturan ini menyebabkan penurunan
sejumlah pendapatan ekspor hasil alam seperti perdagangan kayu tropis
yang mulai merosot manakala hutan yang secara komersial telah dirusak
satu Negara demi negara lain untuk memuaskan hati konsumen.
(Brown,1981:246). Disini terlihat seperti jebakan ekspor karena pasaran
kayu tropis di negara maju seperti Eropa, Jepang dan Amerika telah
diganti dengan produk kayu non tropis hasil hutan mereka sendiri, dan
negara berkembang yang telah mengalami kerusakan parah pada
akhirnya akan menjadi importir kayu negara maju.
Realita ketidakseimbangan perdagangan antara negara maju dan
Negara berkembang, terutama dalam kaitannya dengan masalah
lingkungan hidup global menyebabkan isu ini sebagai ancaman tersendiri
bagi negara berkembang. Homer Dixon mengatakan bahwa
permasalahan lingkungan hidup bisa menjadi sumber konflik, keadaan ini
terjadi tanpa disadari oleh manusia. Meskipun menjadi sumber konflik
bukan berarti konflik yang terjadi adalah konflik yang konfrontasional
secara langsung seperti ancaman peperangan atau militerisme. Ancaman
atau konflik yang disebabkan oleh isu-isu non-convensional seperti drug
trafficking, piracy atau organized crime dan beberapa isu non-
conventional lain oleh Peter Chalk dikategorikan dalam Grey-Area
Phenomena (GAP), dikatakan demikian karena GAP tidak secara
langsung mengancam kedaulatan dan stabilitas negara, namun akan bisa
menjadi ancaman yang secara langsung bisa mempengaruhi stabilitas
dan keamanan negara tersebut tergantung dari bagaimana melihat
ancaman tersebut. Hal ini terjadi karena perkembangan hubungan
internasional yang multidimensional ini menyebabkan munculnya berbagai
ancaman terhadap Negara atau aktor internasional lain yang bersumber
dari segala arah.(Chalk,1997:6-7) Seorang sarjana yang bernama Hurrel
menjelaskan keterkaitan antara lingkungan hidup dan perdagangan global
dalam hubungan internasional dengan melihat lima aspek yang
mendasarinya yaitu:
1. The erotion of sovereignty from above; adanya erosi kedaulatan Negara
yang berasal dari sistem global.
2. Eroding the distinction between the domestic and international; dengan
melihat adanya gejala yang menunjukkan semakin memudarnya makna
domestik dan internasional dalam interaksi hubungan antar bangsa.
3. The environment and the global economy; yang merupakan hubungan
antara lingkungan hidup dengan ekonomi global, seperti dalam agenda 21
untuk perlunya menciptakan perdagangan yang adil tanpa proteksi,
diskriminasi dan subsidi serta arus investasi yang seimbang.
4. The emergence of the transnational civil society ; yaitu dengan masuknya
aktor-aktor non negara dalam hubungan antar bangsa termasuk dalam
kajian lingkungan hidup global.
5. The state system as obstacle to managing the global environment; bahwa
masalah lingkungan hidup global diselesaikan secara multilateral dengan
melihat adanya beberapa perbedaan persepsi pembangunan dan
kebijakan ekonomi antar negara Utara – Selatan.

Berdasarkan dari kelima aspek tersebut maka terlihat bahwa upaya


penanganan masalah lingkungan hidup global paling tidak dilaksanakan
secara multilateral dalam kerangka hukum internasional, selain itu dari
perspektif ini mengungkapkan tentang pentingnya penciptaan
keseimbangan perdagangan antara negara maju dengan negara
berkembang disamping tidak menafikan lagi pentingnya isu lingkungan
hidup dalam setiap policy making-nya.(Both,1995:136- 151).
Pergeseran isu lingkungan hidup menjadi isu yang berkaitan
dengan keamanan dapat dianalisa dengan menggunakan konsep security.
Salah satunya adalah yang dikemukakan oleh Nazli mengenai security,
bahwa security menunjuk pada kondisi atau perasaan aman dengan
asumsi bahwa manusia akan selalu mencari rasa aman baik atas
keinginan dan atas segala bentuk ancaman atau tindakan-tindakan
menekan, terdeprivasi dan lain-lain.(Dewitt,1993:229). Selain itu juga
seperti apa yang dikatakan oleh Peter Wallensteen tentang
pemahaman security masa modern yang bukan hanya memfokuskan
pada dimensi militer, tapi juga masalah lainnya seperti lingkungan hidup,
ekonomi, populasi dan isu-isu nonkonvensional lainnya.
(Wallensteen,1998:161) Wallensteen menjelaskan
bahwa security sebagai model terdiri dari tiga elemen yaitu Core
Values yang berhubungan dengan aspek apa dan siapa yang ingin
diamankan, Threats yang merupakan tantangan dan bahaya yang secara
langsung mengancamcore values dan Capabilities yang merujuk pada
sumber dan aktor yang dapat mengatasi ancaman dan menciptakan
keamanan.
Dari pemahaman ini yang kemudian dihubungkan dengan
penanganan masalah lingkungan hidup global, maka perlu kiranya
mengkaji dan menempatkan security yang berhubungan dengan isu
lingkungan hidup dalam kajian teori hubungan internasional sebagai mana
yang telah diungkapkan Hurell sebelumnya. Melalui kedua pemahaman
tersebut maka ancaman terletak pada isu lingkungan hidup global
terhadap negara berkembang, namun demikian, seperti dikatakan Chalk,
Wallensteen juga mengatakan bahwa ancaman ini bersifat relatif dan sulit
untuk membandingkannya, sehingga tiap negara mempunyai karakteristik
tersendiri dalam menghadapi ancaman lingkungan hidup tersebut.
Sedangkan Core Values terletak pada pemahaman akan ancaman
lingkungan hidup terhadap perdagangan negara berkembang (market
economy) karena perdagangan dan perekonomianlah yang diupayakan
pengamanannya agar tetap bertahan dan mampu berkembang.
Sedangkan Capabilitiesterletak pada kemampuan aktor dalam
menghadapi dan menyelesaikan ancaman atau permasalahan tersebut.
Dalam hal ini masalah lingkungan hidup global dalam hubungannya
dengan perdagangan dan sebaliknya pengaruh antar keduanya telah
menjadi agenda internasional yang penyelesaiannya disepakati bersama
secara internasional karena beberapa kepentingan negara (aktor) telah
bersinggungan satu sama lain dan lebih bersifat konfrontatif meskipun
juga disisi lain bersifat kooperatif. Dapat dikatakan kapabilitas ini terletak
pada sistem internasional yang menangani masalah ini. Wallensteen juga
memasukkanAttitude sebagai salah satu elemen dalam menganalisa
masalah keamanan tersebut. Attitude ini
mencakup strategy dan goaldalam menghadapi ancaman dan
menyelesaikan masalah.
Dalam strategy, negara dalam mensikapi permasalahannya
bersikap reactive dan proaktive. Pemilihan antara kedua sikap ini
tergantung dari tingkat ancaman dan pemahaman akan ancaman yang
dihadapi, sedangkan pada goal, merupakan tujuan apa dan bagaimana
yang hendak dicapai dalam menanggapi ancaman tersebut yaitu
melakukan perubahan (change) untuk mendapatkan pencapaian
kepentingan yang lebih banyak atau sekedar untuk mempertahankan
stabilitas internal atau eksternal dari ancaman tersebut.
Adanya ancaman terhadap keamanan suatu negara secara tak
langsung pada masalah non-konvensional juga diungkapkan oleh
Camilleri dan Buzan. Camilleri menyatakan bahwa ada hubungan antara
kapabilitas ekonomi terhadap politik dan militer, yang kemudian
memfokuskan bahwa dampak lingkungan hidup terhadap kebijakan
ekonomi dapat berimplikasi pada keamanan, Karena ekonomi bukan
hanya membutuhkan perkembangan pertanian dan industri namun juga
eksploitasi dan dampaknya terhadap negara lain, dalam hal ini Camilleri
mencontohkan kasus Spratly.(Mack,1994:188-191). Demikian juga
dengan Barry
Buzan yang melihat adanya ancaman ekonomi dan ekologi yang
mempunyai kapasitas seperti ancaman politik dan militer, sehingga
menjadi agenda dalam kajian strategis keamanan internasional. Hal ini
karena kedua isu tersebut bersifat dinamis sejalan dengan semakin
tingginya aktivitas dan interaksi manusia Pemahaman negara
berkembang bahwa isu lingkungan hidup dapat mengancam perdagangan
internasionalnya merupakan dampak dari pengaruh global. Dalam hal ini
lebih pada sistem perdagangan internasional yang terangkum dalam
peraturan WTO. Aturan dan kebijakan dalam WTO yang sedemikian rupa
dianggap dapat menghambat pelaksanaan pembangunan perekonomian
dan perdagangan Negara berkembang, maka dapat dikatakan bahwa
pemahaman konsepsi tentang keamanan (security) merupakan akibat dari
ancaman dari luar.
Dapat dikatakan, aturan, kebijakan dan mekanisme yang berlaku
dalam rezim perdagangan internasional ini lebih didominasi oleh kekuatan
negara maju. Penolakan terhadap produk ekspor negara berkembang
oleh beberapa Negara maju dianggap tidak atau kurang memenuhi
standar mereka dalam hal
perlindungan lingkungan hidup. Ironisnya penolakan ini mendapatkan
legitimasi dalam General Exception pasal XX aturan WTO. Apabila
permasalahan ini tidak segera ditindaklanjuti secara multilateral, maka
besar kemungkinan jumlah penolakan akan semakin besar dan
mengakibatkan kerugian perdagangan negara berkembang. Adanya
standar yang diterapkan oleh negara maju dan ditetapkan oleh standar
internasional (ISO, dalam hal ini lebih pada ISO 14000 tentang lingkungan
hidup) membuat negara berkembang harus kembali berada dibawah
hegemoni dan pengawasan negara maju. Karena untuk mengadopsi dan
memenuhi criteria standar tersebut membutuhkan kerja keras.
Pergeseran isu lingkungan hidup yang berkaitan dengan
perdagangan internasional ini bisa diubah ke arah positif bagi negara
berkembang. Hal ini kembali lagi mengenai pemahaman terhadap core
values-nya. Apabila yang menjadi ancaman adalahmarket economy,
dalam hal ini perdagangan internasional dan terindikasi terjadi penolakan
terhadap produk ekspor (resourses based), maka harus segera dilakukan
tindakan untuk mengubah pandangan ini. Perubahan ini dapat dilakukan
dengan bersikap proaktif bagi negara-negara berkembang, bertindak
secara multilateral untuk dapat mengubah kebijakan yang ada menjadi
lebih menguntungkan. Selain itu Negara harus segera melakukan
tindakan internal yang berkaitan antara ekonomi
perdagangan dan lingkungan hidup dengan menekankan
pelaksanaan sustainable development. Suatu dasar pemikiran bahwa
ketersediaan lingkungan hidup merupakan modal utama bagi
pembangunan ekonomi, maka lingkungan hidup juga harus mendapatkan
porsi perhatian yang sama dengan pembangunan ekonomi.

 KESIMPULAN
 Isu lingkungan hidup di WTO menjadi suatu ancaman tersendiri
bagi negara berkembang karena adanya aturan-aturan dalam WTO yang
seolah-olah menghambat perdagangan internasional produk negara
berkembang. Sikap dilematis negara berkembang ini terjadi dalam
pembuatan kebijakan perdagangan dan pembangunan ekonominya,
antara peningkatan pendapatan dan pengembangan dan pelestarian
lingkungan hidup. Perkembangan isu lingkungan hidup dalam
perdagangan global dapat menjadi konflik potensial (bersifat konfrontatif)
antara Utara (negara maju) dan Selatan (Negara berkembang). Sehingga
diperlukan adanya kerjasama global antara negara maju dan berkembang
mengenai hubungan antar kedua isu ini dengan mengembangkan konsep
interdependensi antar keduanya. Internalisasi biaya lingkungan hidup juga
harus segera upaya pada setiap aspek yang menggunakan lingkungan
hidup sebagai modalnya. Hal ini untuk mencapai apa yang disebut dengan
pembangunan yang berkesinambungan. Sehingga dapat menggeser
parameter ancaman lingkungan hidup terhadap perdagangan Negara
berkembang.
Perdagangan internasional telah ada sejak lahirnya negara dalam
arti modern. Sejak saat itu, hukum perdagangan internasional telah
mengalami perkembangan yang cukup pesat sesuai dengan
perkembangan hubungan-hubungan perdagangan.
Dilihat dari perkembangan sumber hukumnya (dalam arti materil),
maka perkembangan hokum perdagangan internasional dapat
dikelompokkan ke dalam 3 tahap, yakni:
1) Hukum perdagangan internasional dalam masa awal
pertumbuhan.Hukum perdagangan internasional lahir pada awalnya dari
praktek para pedagang. Hukum yang diciptakan oleh para pedagang ini
lazim disebut pula sebagai lex mercatoria (law of merchant). Pada awal
perkembangannya ini Lex Mercatoria tumbuh dari adanya 4 faktor berikut:
  lahirnya aturan-aturan yang timbul dari kebiasaan dalam berbagai pekan
raya (the law of the fairs);
  lahirnya kebiasaan-kebiasaan dalam hukum laut;
  lahirnya kebiasaan-kebiasaan yang timbul dari praktek penyelesaian
sengketa-sengketa di bidang perdagangan; dan
  berperannya notaris (public notary) dalam memberi pelayanan jasa-jasa
hukum(dagang).

2) Hukum perdagangan internasional yang dicantumkan dalam hukum


nasional
Dalam tahap perkembangan ini, negara-negara mulai sadar perlunya
pengaturan hukum perdagangan internasional. Mereka lalu
mencantumkan aturan-aturan perdagangan internasional dalam kitab
undang-undang hukum (perdagangan internasional) mereka. Aturan
aturan tersebut sedikit banyak adalah aturan-aturan yang mereka adopsi
dari lex mercatoria. Misalnya saja Perancis membuat Kitab Undang-
undang Hukum Dagang-nya (code de commerce) tahun 1807, Jerman
menerbitkan Allgemeine Handelsgezetbuch tahun 1861, dll.

3) Lahirnya aturan-aturan hukum perdagangan internasional dan


Munculnya Lembaga-lembaga Internasional yang mengurusi
Perdagangan Internasional.

Dalam perkembangan ketiga ini, aturan-aturan hokum


perdagangan internasional lahir sebagian besar karena dipengaruhi oleh
semakin banyaknya berbagai perjanjian internasional yang ditandatangani
baik secara bilateral, regional, maupun multilateral.
Secara khusus tahap ketiga ini muncul secara signifikan setelah
berakhirnya Perang Dunia II. Salah satu perjanjian multilateral yang
ditandangani pada masa ini adalah disepakati lahirnya GATT tahun 1947.
Tahap ketiga ini disebut juga dengan tahap “internationalism”. Schmitthoff
menyatakan sebagai berikut:

“We are beginning to rediscover the international character of commercial


law and the circle now contemplates itself: the general trend of
commercial law everywhere is to move away from the restrictions of
national law to a universal, international conception of the law of
international trade.”

Sejak berdiri hingga dewasa ini aturan-aturan perdagangan GATT


telah berkembang dan mengalami pembangunan yang cukup penting.
Bahkan dalam putaran perundingan tahun 1986-1994, negara-negara
anggota GATT telah sepakat untuk membentuk suatu badan atau
lembaga internasional baru, yaitu WTO.
Perubahan dari GATT ke WTO berdampak luas terhadap bidang
hukum perdagangan internasional. Alasannya, bidang pengaturan yang
tercakup di dalam WTO sekarang ini adalah kompleks. Ia tidak semata-
mata lagi mengatur tarif dan barang, tetapi juga mengatur jasa, hak
kekayaan intelektual, penanaman modal, lingkungan, dll.
Ciri kedua dalam perkembangan tahap ketiga ini yakni munculnya
organisasi internasional. Salah satu badan yang menonjol adalah
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Sebetulnya peran PBB di bidang
perdagangan internasional tidaklah langsung. Peran PBB di bidang
ekonomi dan perdagangan ini termuat dalam pasal 1:3 Piagam PBB, yakni
aturan tentang tujuan PBB yakni mencapai kerjasama internasional di
dalam antara lain menyelesaikan masalah-masalah ekonomi
internasional.
a.        Teori Kemanfaatan Absolut

     (Absolute Advantage) Adam Smith

 Teori yang dikembangkan oleh Adam Smith ini dikenal sebagai teori absolut cost

advantage.   Dalam teori ini menganggap (asumsi):

    Ada dua negara saja yang berdagang satu sama lain

    dua komoditi yang bias dihasilkan di kedua negara tersebut

                  Teori ini lebih mendasarkan pada besaran (variable) riil bukan moneter

sehingga sering dikenal dengan nama teori murni (pure theory) perdagangan

internasional. Murni dalam arti bahwa teori ini memusatkan perhatiannya pada

variable riil seperti misalnya nilai sesuatu barang diukur dengan banyaknya tenaga

kerja yang dipergunakan untuk menghasilkan barang. Makin banyak tenaga kerja

yang digunakan akan makin tinggi nilai barang tersebut (labor theory of value).

      Teori nilai tenaga kerja ini sifatnya sangat sederhana sebab menggunakan

anggapan bahwa tenaga kerja itu sifatnya homogen serta merupakan satu-satunya

factor produksi.

      Teori Klasik itu mempunyai dua manfaat:

    memungkinkan kita dengan secara sederhana menjelaskan tentang spesialisasi

dan keuntungan dari pertukaran.

    meskipun pada teori-teori berikutnya (teori modern) kita tidak menggunakan teori

nilai tenaga kerja namun prinsip teori ini tetap tidak bisa ditinggalkan. Masing-masing

negara yang melakukan perdagangan internasional akan didorong untuk melakukan


spesialisasi dalam produksi barang-barang yang mempunyai keuntungan mutlak.

      Keuntungan mutlak (absolute advantage) adalah keuntungan yang dinyatakan

dengan banyaknya jam/hari kerja yang dibutuhkan untuk membuat barang-barang

tersebut. Keuntungan akan diperoleh apabila masing-masing negara mampu

menghasilkan barang-barang tertentu dengan jam/hari kerja yang lebih sedikit

dibandingkan dengan seandainya barang-barang itu dibuat oleh negaralain.

b.Teoribiaya relatif(Comparative Cost) David Ricardo

        Beberapa kelemahan teori Adam Smith adalah:

Ia tidak mempersoalkan kemungkinan negara-negara yang sama sekali tidak


mempunyai keuntungan mutlak terhadap negara-negara lain. Misalnya negara-
negara sedang berkembang terhadap negara-negara maju.
     Selain itu ia tidak menjelaskan berapa besar dasar tukar (term of trade) yang
akan terjadi. Seandainya negara-negara tersebut benar-benar jadi melakukan
perdagangan internasional dan seberapa besar manfaat atau keuntungan yang akan
diperoleh masing-masing negara dari perdagangan internasional tersebut.

                  Bertitik tolak dari kelemahan-kelemahan analisa Adam Smith, Ricardo


berusaha untuk memperbaikinya. Ia membagi perdagangan menjadi dua yaitu
perdagangan dalam negeri dan perdagangan luar negeri.

              Menurut Ricardo perdagangan luar negeri tidak mungkin dilakukan atas
dasar keuntungan mutlak. Menurut dia dasar tukar barang-barang ditentukan oleh
biaya comparatif (comparative cost).

      Perdagangan antar negara akan timbul apabila masing-masing negara memiliki
comparative cost yang terkecil.

      Teori biaya mutlak Adam Smith tidak dapat digunakan untuk menjelaskan
bagaimana perdagangan internasional dapat terjadi di antara kedua negara di mana
salah satu negara memiliki keuntungan mutlak dalam produksi semua barang yang
mau diperdagangkan
b.      Teori kemanfaatan relatif (Comparative Advantage) J.S. Mill

      Pada dasarnya teori comparative cost dari Ricardo dan comparative advantage
sama, hanya kalau pada teori comparative advantage untuk sejumlah tertentu
tenaga kerja di masing-masing negara output-nya berbeda, pada comparative cost,
untuk sejumlah output tertentu, waktu yang dibutuhkan berbeda antara satu negara
dengan negara lain

teori-teori klasik tersebut diatas disusun berdasarkan  beberapa anggapan

    Hanya ada dua negara dan dua barang yang diperdagangkan.
    Mendasarkan diri pada labor theory of value.
    Ongkos produksi konstan.
    Ongkos transportasi diabaikan (sama dengan nol).
    Faktor-faktor produksi dapat bergerak bebas di dalam negeri, tetapi sama sekali
tidak dapat berpindah melewati perbatasan negara.
    Persaingan sempurna di pasar barang maupun di pasar factor produksi.
    Distribusi pendapatan dalam suatu negara tidak mempengaruhi perniagaan antar
negara.
    Perdagangan dilaksanakan hanya dalam ujud barter (pertukaran barang dengan
barang).
    Tidak ada perubahan teknologi.

Pemikiran kaum klasik telah mendorong diadakannya perjanjian perdagangan bebas


antara beberapa negara. Teori comparative advantage telah berkembang menjadi
dynamic comparative advantage yang menyatakan bahwa keunggulan komparatif
dapat diciptakan. Oleh karena itu penguasaan teknologi dan kerja keras menjadi
faktor keberhasilan suatu negara. Bagi negara yang menguasai teknologi akan
semakin diuntungkan dengan adanya perdagangan bebas ini, sedangkan negara
yang hanya mengandalkan kepada kekayaan alam akan kalah dalam persaingan
internasional.

   Teori Neo-Klasik Dalam Perdagangan Internasional

1).  Mazhab neoklasik telah mengubah pandangan tentang ekonomi baik dalam teori
maupun dalam metodologinya. Teori nilai tidak lagi didasarkan pada nilai tenaga
kerja atau biaya produksi tetapi telah beralih pada kepuasan marjinal (marginal
utility). Pendekatan ini merupakan pendekatan yang baru dalam teori ekonomi.

2).  Salah satu pendiri mazhab neoklasik yaitu Gossen, dia telah memberikan
sumbangan dalam pemikiran ekonomi yang kemudian disebut sebagai Hukum
Gossen I dan II. Hukum Gossen I menjelaskan hubungan kuantitas barang yang
dikonsumsi dan tingkat kepuasan yang diperoleh, sedangkan Hukum Gossen II,
bagaimana konsumen mengalokasikan pendapatannya untuk berbagai jenis barang
yang diperlukannya. Selain Gossen, Jevons dan Menger juga mengembangkan teori
nilai dari kepuasan marjinal. Jevons berpendapat bahwa perilaku individulah yang
berperan dalam menentukan nilai barang. Dan perbedaan preferences yang
menimbulkan perbedaan harga. Sedangkan Menger menjelaskan teori nilai dari orde
berbagai jenis barang, menurut dia nilai suatu barang ditentukan oleh tingkat
kepuasan terendah yang dapat dipenuhinya. Dengan teori orde barang ini maka
tercakup sekaligus teori distribusi.

3).  Pemikiran yang sangat mengagumkan yang disusun oleh Walras tentang teori
keseimbangan umum melalui empat sistem persamaan yang serempak. Dalam
sistem itu terjadi keterkaitan antara berbagai aktivitas ekonomi seperti teori produksi,
konsumsi dan distribusi. Asumsi yang digunakan Walras adalah persaingan
sempurna, jumlah modal, tenaga kerja, dan lahan terbatas, sedangkan teknologi
produksi dan selera konsumen tetap. Jika terjadi perubahan pada salah satu asumsi
ini maka terjadi perubahan yang berkaitan dengan seluruh aktivitas ekonomi

      Kelebihan Teori Neo-Klasik Dalam Perdagangan Internasional

Kaum neoklasik mengatakan bahwa baik perdagangan international maupun aliran


modal international cenderung untuk meratakan distribusi pendapatan didalam suatu
Negara maupun antar Negara.

Ada tiga asumsi dasar dalam ilmu ekonomi neoklasik: 1) Orang-orang rasional.. 2)
Individu dan perusahaan memaksimalkan utilitas atau laba. 3) Individu berperilaku
secara independen dan dengan informasi lengkap. Awalnya berhak oleh Thorstein
Veblen pada tahun 1900 dalam karyanya "prakonsepsi Ilmu Ekonomi," tumbuh
ekonomi neoklasik dari sebuah gerakan revolusioner untuk menggabungkan utilitas
dan pemikiran rasional ke dalam ajaran inti ekonomi. Dijuluki oleh banyak orang
sebagai "revolusi marjinal," karya yang mendorong gerakan ini termasuk "Teori
Ekonomi Politik," oleh William Jevons Stanley, "Prinsip Ekonomi," oleh Carl Menger,
dan "Elemen Ekonomi Murni," oleh Leon Walras.
Sebagai ekonomi neoklasik adalah teori ekonomi yang dominan, itu sesuai
mencakup sebagian besar subtopik studi di bawah ekonomi seperti ekspektasi
rasional, organisasi industri, ekonomi makro,dll
         Salah satu manfaat utama dari ekonomi neoklasik adalah bahwa hal ini
membantu untuk menjelaskan bagaimana menetapkan harga dan kuantitas yang
dihasilkan tiba di dalam perekonomian.. Dengan memperkenalkan individu sebagai
utilitas memaksimalkan agen dalam perekonomian, teori ini dapat menjelaskan
mengapa harga naik kekurangan atau bagaimana monopoli membatasi suplai untuk
memaksimalkan keuntungan.

B.    Teori Modern Dalam Perdagangan Internasional

Perdagangan antar negara maju pesat sejak pertengahan abad 19 sampai dengan
permulaan abad 20. Keamanan serta kedamaian dunia ( sebelum perang dunia I )
memberikan saham yang besar bagi perkembangan perdagangan internasional yang
pesat. Teori klasik nampaknya mampu memberikan dasar serta penjelasan bagi
kelangsungan jalannya perdagangan dunia. Hal itu terlihat dari usaha masing-
masing negara yang ikut didalamnya untuk melakukan spesialisasi dalam produksi,
serta berusaha mengekspor barang-barang yang paling sesuai / menguntungkan
bagi mereka. Negara-negara / daerah- daerah tropik berusaha untuk
menspesialisasikan diri mereka dalam produksi serta ekspor barang-barang yang
berasal dari pertanian, perkebunan, dan pertambangan, sedangkan Negara-negara /
daerah-daerah sedang, yang relatif kaya akan modal, berusaha untuk
menspesialisasikan diri mereka dalam produksi serta ekspor barang-barang industri.
Heckscher-Ohlin mengemukakan konsepsinya yang dapat disimpulkan sebagai
berikut : a. Bahwa perdagangan internasional / antar negara tidaklah banyak
berbeda dan hanya merupakan kelanjutan saja dari perdagangan antar daerah.
Perbedaan pokoknya terletak pada masalah jarak. Atas dasar inilah maka Ohlin
melepaskan anggapan ( yang berasal dari teori klasik ) bahwa dalam perdagangan
internasional ongkos transport dapat diabaikan.

b. Bahwa barang-barang yang diperdagangkan antar negara tidaklah didasarkan


atas

keuntungan alamiah atau keuntungan yang diperkembangkan ( natural and acquired

advantages dari Adam Smith ) akan tetapi atas dasar proporsi serta intensitas faktor-
faktor produksi yang digunakan untuk menghasilkan barang-barang itu.

Masing-masing negara memiliki faktor-faktor produksi neo-klasik ( tanah, tenaga


kerja, modal ) dalam perbandingan yang berbeda-beda, sedang untuk menghasilkan
sesuatu barang tertentu diperlukan kombinasi faktor-faktor produksi yang tertentu
pula

Namun demikian tidaklah berarti bahwa kombinasi faktor-faktor produksi itu adalah
tetap. Jadi untuk menghasilkan sesuatu macam barang tertentu fungsi produksinya
dimanapun juga sama, namun proporsi masing-masing faktor produksi dapatlah
berlainan ( karena adanya kemungkinan penggantian / subtitusi faktor yang satu
dengan faktor yang lainnya dalam batas-batas tertentu ). Jadi teori Heckscher-Ohlin
dalam batas-batas definisinya menyatakan bahwa : a. Sesuatu negara akan
menghasilkan barang-barang yang menggunakan faktor produksi yang relatif banyak
( dalam arti bahwa harga relatif faktor produksi itu murah ), sehingga harga barang-
barang itu relatif murah karena ongkos produksinya relatif murah. Karena itu
Indonesia yang memiliki relatif banyak tenaga kerja sedang modal relatif sedikit
sebaiknya menghasilkan dan mengekspor barang-barang yang relatif padat karya. b.
Dengan mengutamakan produksi dan ekspornya pada barang-barang yang
menggunakan faktor produksi yang relatif banyak, maka harga faktor produksi yang
relatif banyak akan naik. Dalam hal ini “relatif banyak”menunjuk kepada jumlah
phisiknya, bukan harga relatifnya. Karena harga relatif kedua macam barang itu
sebelum perdagangan berjalan adalah berlainan, maka negara yang memiliki faktor
produksi tenaga kerja relatif banyak akan cenderung untuk menaikan produksi
barang yang padat karya dan mengurangi produksi barangnya yang padat modal.
Negara itu akan mengekspor barangya yang padat karya dan mengimpor barang
yang padat modal. Dengan demikian perdagangan internasional akan mendorong
naik harga faktor produksi yang relatif sedikit. Sebagai akibatnya untuk negara yang
memiliki faktor produksi modal relatif banyak, upah akan turun sedang harga modal –
tingkat bunga – akan naik. Jadi perdagangan internasional cenderung untuk
mendorong harga faktor produksi yang sama, antar negara menjadi sama pula
(equalization of factor

price).

Perdagangan internasional terjadi karena masing-masing pihak yang terlibat


didalamnya merasa memperoleh manfaat dari adanya perdagangan tersebut.
Dengan demikian perdagangan tidak lain adalah kelanjutan atau bentuk yang lebih
maju dari pertukaran yang didasarkan atas kesukarelaan masing-masing pihak yang
terlibat. Tentu saja pengertian “kesukarelaan” dalam perdagangan internasional
harus diberi tanda petik, karena realitasnya kesukarelaan ini sebenarnya tidak selalu
terjadi, namun paksaan yang mendorong terjadinya perdagangan internasional
tersebut tidaklah selalu terlihat jelas. Salah satu bentuk paksaan ini misalnya, terlihat
pada perdagangan yang timbul sebagai akibat bantuan luar negeri yang mengikat
(Tied aid). Apabila negara A menerima bantuan dari negara B tetapi dengan
ketentuan bahwa bantuan (kredit) itu harus dibelanjakan di negara B, maka
perdagangan yang timbul antara A dan B sebagai akibat pemberian bantuan itu jelas
tidak sepenuhnya didasarkan atas kesukarelaan kedua belah pihak. Paksaan yang
lebih halus lagi terlihat pada bentuk-bentuk perdagangan internasional yang
merupakan ikutan dari perkembangan industrialisasi dalam negara-negara yang
sedang berkembang yang dikuasai oleh perusahaan-perusahaan raksasa yang
mempunyai cabang di berbagai negara dan berinduk di negara maju (perusahaan-
perusahaan multinasional).

Harga barang yang sama dapat berlainan di negara yang berlainan karena harga
dicerminkan oleh ongkos produksi (apabila permintaan dianggap sama), sehingga
perbedaan harga timbul karena perbedaan ongkos produksi. Menurut Ricardo & Mill,
Ongkos produksi ditentukan oleh banyaknya jam kerja yang dicurahkan untuk
membuat barang itu. Jadi apabila untuk membuat barang yang sama diperlukan
banyak jam yang berlainan bagi negar yang berlainan tersebut, maka ongkos
produksinya juga akan berlainan. Perbedaan dalam banyak jam kerja menurut teori
Ricardian (klasik) disebabkan karena perbedaan dalam teknik produksi (atau tingkat
teknologi), perbedaan dalam ketrampilan kerja (produktivitas tenaga kerja),
perbedaan dalam penggunaan faktor produksi atau kombinasi antar mereka. Dengan
kata lain ongkos produksi untuk membuat barang yang sama berlainan karena fungsi
produksinya lain. Menurut Heckscher – Ohlin, ongkos produksi ditentukan oleh
penggunaan faktor produksi atau sumber daya. Jadi apabila faktor produksi itu
digunakan dalam proporsi dan intensitas, yang berlainan, walaupun tingkat teknologi
dan produktivitas tenaga kerja sama, ongkos produksi untuk membuat barang yang
sama di negara yang berlainan juga akan lain. Perbedaan dalam penggunaan
proporsi dan intensitas faktor produksi yang disebabkan karena perbedaan dalam
hadiah alam (factor endowment) yang diterima oleh masing- masing negara. Dengan
kata lain ongkos produksi untuk membuat barang yang sama berlainan karena
perbedaan hadiah alam, bukan karena fungsi produksinya lain.

Salah satu kesimpulan utama teori H-O adalah bahwa perdagangan internasional
cenderung untuk menyamakan tidak hanya harga barang-barang yang
diperdagangkan saja, tetapi juga harga faktor-faktor produksi yang digunakan untuk
menghasilkan barang-barang tersebut. Kesimpulan ini sebenarnya merupakan akibat
dari konsepsi mereka mengenai hubungan antara spesialisasi dengan proporsi
faktor-faktor poduksi yang digunakan. Dalam hal-hal khusus, bahkan tidak mungkin
untuk mengenali apakah barang-barang itu barang-barang padat karya ataukah
barang-barang padat modal dipandang dari dunia seabagai satu keseluruhan.
Negara yang memiliki tenaga kerja relatif banyak mungkin saja mempunyai
keuntungan komparatif dalam barang-barang yang padat modal dan sebaliknya.
Karena akibat adanya perdagangan internasional adalah naiknya harga relatif
barang-barang yang dihasilkan dengan menggunakan prinsip keuntungan komparatif
itu dan dengan demikian juga faktor produksi yang digunakanya secara intensif,
maka akibat pada harga relatif faktor-faktor produksinya mungkin berupa perubahan
yang menuju ke arah yang sama tetapi dapat juga berlawanan, lagi pula dalam
keseimbangan, kedua negara dapat terus menghasilkan kedua macam barang itu
walaupun harga faktor-faktor produksinya berlainan di kedua negara tersebut.

Pada tahun 1920-an para ahli ekonomi mulai mempertimbangkan fakta bahwa
kebanyakan industri memperoleh keuntungan dari skala ekonomi (economies of
scale) yaitu dengan semakin besarnya pabrik dan meningkatnya keluaran, biaya
produksi per unit menurun. Ini terjadi karena peralatan yang lebih besar dan lebih
efisien dapat digunakan, sehingga perusahaan dapat memperoleh potongan harga
atas pembelian-

pembelian mereka dengan volume yang lebih besar dan biaya-biaya tetap seperti
biaya penelitian dan pengembangan sertaoverhead administratif dapat dialokasikan
pada kuantitas keluaran yang lebih besar. Biaya-biaya produksi juga menurun
karena kurva belajar (learning curve). Begitu perusahaan memproduksi produk lebih
banyak, mereka mempelajari cara-cara untuk meningkatkan efisiensi produksi, yang
menyebabkan biaya poduksi berkurang dengan suatu jumlah yang dapat
diperkirakan. Skala ekonomi dan kurva pengalaman (experience curve)
mempengaruhi perdagangan internasional karena memungkinkan industri-industri
suatu negara menjadi produsen biaya rendah tanpa memiliki faktor-faktor produksi
yang berlimpah. Perdagangan internasional timbul utamanya karena perbedaan-
perbedaan harga relatif diantara negara. Perbedaan- perbedaan ini berasal dari
perbedaan dalam biaya produksi, yang diakibatkan oleh : 1. perbedaan-perbedaan
dalam perolehan atas faktor produksi. 2. Perbedaan-perbedaan dalam tingkat
teknologi yang menentukan intensitas faktor yang digunakan. 3. Perbedaan-
perbedaan dalam efisiensi pemanfaatan faktor-faktor. 4. Kurs valuta asing. Meskipun
demikian perbedaan selera dan variabel pemintaan dapat membalikkan arah
perdagangan. Teori perdagangan internasional jelas menunjukan bahwa bangsa-
bangsa akan memperoleh suatu tingkat kehidupan yang lebih tinggi dengan
melakukan spesialisasi dalam barang-barang dimana mereka memiliki keunggulan
komparatif dan mengimpor barang-barang yang mempunyai kerugian secara
komparatif. Pada umumnya hambatan-hambatan perdagangan yang
memberhentikan mengalirnya barang-barang dengan bebas akan membahayakan
kesejahteraan suatu bangsa.

 a. Pengaruh Positif Perdagangan Internasional

Negara pengekspor maupun pengimpor mendapatkan keuntungan dari adanya


perdagangan internasional. Negara pengekspor memperoleh pasar dan negara
pengimpor memperoleh kemudahan untuk mendapatkan barang yang dibutuhkan.
Adanya perdagangan internasional juga membawa dampak yang cukup luas bagi
perekonomian suatu negara. Dampak tersebut antara lain sebagai berikut:

1) Mempererat persahabatan antarbangsa

Perdagangan antarnegara membuat tiap negara mempunyai rasa saling


membutuhkan dan rasa perlunya persahabatan. Oleh karena itu, perdagangan
internasional dapat mempererat persahabatan negara-negara yang bersangkutan.

2) Menambah kemakmuran negara

Perdagangan internasional dapat menaikkan pendapatan negara masing-masing. Ini


terjadi karena negara yang kelebihan suatu barang dapat menjualnya ke negara lain,
dan negara yang kekurangan barang dapat membelinya dari negara yang kelebihan.
Dengan meningkatnya pendapatan negara dapat menambah kemakmuran negara.

3) Menambah kesempatan kerja

Dengan adanya perdagangan antarnegara, negara pengekspor dapat menambah


jumlah produksi untuk konsumsi luar negeri. Naiknya tingkat produksi ini akan
memperluas kesempatan kerja. Negara pengimpor juga mendapat manfaat, yaitu
tidak perlu memproduksi barang yang dibutuhkan sehingga sumber daya yang
dimiliki dapat digunakan untuk hal-hal yang lebih menguntungkan.
4) Mendorong kemajuan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Perdagangan internasional mendorong para produsen untuk meningkatkan mutu


hasil produksinya. Oleh karena itu, persaingan perdagangan internasional
mendorong negara pengekspor untuk meningkatkan ilmu dan teknologinya agar
produknya mempunyai keunggulan dalam bersaing.

5) Sumber pemasukan kas negara

Perdagangan internasional dapat meningkatkan sumber devisa negara. Bahkan,


banyak negara yang mengandalkan sumber pendapatan dari pajak impor dan
ekspor.

6) Menciptakan efisiensi dan spesialisasi

Perdagangan internasional menciptakan spesialisasi produk. Negara-negara yang


melakukan perdagangan internasional tidak perlu memproduksi semua barang yang
dibutuhkan. Akan tetapi hanya memproduksi barang dan jasa yang diproduksi secara
efisien dibandingkan dengan negara lain.

7) Memungkinkan konsumsi yang lebih luas bagi penduduk suatu negara

Dengan perdagangan internasional, warga negaranya dapat menikmati barang-


barang dengan kualitas tinggi yang tidak diproduksi di dalam negeri.

b. Pengaruh Negatif Perdagangan Internasional

Adanya perdagangan internasional mempunyai dampak negatif bagi negara yang


melakukannya. Dampak negatifnya sebagai berikut.

1) Adanya ketergantungan suatu negara terhadap negara lain.

2) Adanya persaingan yang tidak sehat dalam perdagangan internasional.

3) Banyak industri kecil yang kurang mampu bersaing menjadi gulung tikar.

4) Adanya pola konsumsi masyarakat yang meniru konsumsi negara yang lebih
maju.

5) Terjadinya kekurangan tabungan masyarakat untuk investasi. Ini terjadi karena


masyarakat menjadi konsumtif.

6) Timbulnya penjajahan ekonomi oleh negara yang lebih maju.

 
 
 Neraca Perdagangan dan Neraca Pembayaran.

4 Kebijakan perdagangan internasional dijadikan alat untuk mencapai kepentingan


nasional terutama dalam bidang ekonomi. Dalam bahasannya, ini lebih bersifat
politis karena penuh dengan muatan-muatan kepentingan yang kadangkala tidak
bersifat ekonomi, misalnya melakukan hubungan perdagangan dengan negara lain
untuk mendekati atau untuk kepentingan politik tertentu.

Umumnya perdagangan diregulasikan melalui perjanjian bilateral antara dua negara.


Selama berabad-abad dibawah kepercayaan dalam Merkantilisme kebanyakan
negara memiliki tarif tinggi dan banyak pembatasan dalam perdagangan
internasional. pada abad ke 19, terutama di Britania, ada kepercayaan akan
perdagangan bebas menjadi yang terpenting dan pandangan ini mendominasi
pemikiran di antaranegara barat untuk beberapa waktu sejak itu dimana hal tersebut
membawa mereka ke kemunduran besar Britania. Pada tahun-tahun sejak Perang
Dunia II, perjanjian multilateral kontroversial seperti GATT dab WTO memberikan
usaha untuk membuat regulasi lobal dalam perdagangan internasional. Kesepakatan
perdagangan tersebut kadang-kadang berujung pada protes dan ketidakpuasan
dengan klaim dari perdagangan yang tidak adil yang tidak menguntungkan secara
mutual.

Perdagangan bebas biasanya didukung dengan kuat oleh sebagian besar negara
yang berekonomi kuat, walaupun mereka kadang-kadang melakukan proteksi selektif
untuk industri-industri yang penting secara strategis seperti proteksi tarif untuk
agrikultur oleh Amerika Serikat dan Eropa. Belanda dan Inggris Raya keduanya
mendukung penuh perdagangan bebas dimana mereka secara ekonomis dominan,
sekarang Amerika Serikat, Inggris, Australia dan Jepang merupakan pendukung
terbesarnya. Bagaimanapun, banyak negara lain (seperti India, Rusia, dan Tiongkok)
menjadi pendukung perdagangan bebas karena telah menjadi kuat secara ekonomi.
Karena tingkat tarif turun ada juga keinginan untuk menegosiasikan usaha non tarif,
termasuk investasi luar negri langsung, pembelian, dan fasilitasi perdagangan.
Wujud lain dari biaya transaksi dihubungkan dnegan perdagangan pertemuan dan
prosedur cukai.

Umumnya kepentingan agrikultur biasanya dalam koridor dari perdagangan bebas


dan sektor manufaktur seringnya didukung oleh proteksi. Ini telah berubah pada
beberapa tahun terakhir, bagaimanapun. Faktanya, lobi agrikultur, khususnya di
Amerika Serikat, Eropa dan Jepang, merupakan penanggung jawab utama untuk
peraturan tertentu pada perjanjian internasional besar yang memungkinkan proteksi
lebih dalam agrikultur dibandingkan kebanyakan barang dan jasa lainnya.

Selama reses ada seringkali tekanan domestik untuk meningkatkan tarif dalam
rangka memproteksi industri dalam negri. Ini terjadi di seluruh dunia selama Depresi
Besar membuat kolapsnya perdagangan dunia yang dipercaya memperdalam
depresi tersebut.

Ada kebijakan ekonomi yang diterapkan oleh suatu negara yang merupakan
hambatan bagi kelancaran perdagangan internasional. Misalnya, pembatasan jumlah
impor, pungutan biaya impor/ekspor yang tinggi, perijinan yang berbelit-belit.

Dalam kenyataannya, kondisi sumber daya suatu Negara sangat menentukan


kebijakan perdagangan internasional, seperti Sumber Daya Manusia (SDM) antara
yang berkualitas dan yang tidak/ kirang berkualitas.

5 Penerapan ACFTA dikhawatirkan menghancurkan industri nasional. Sebab, tarif


bea masuk barang-barang dari Cina ke ASEAN, khususnya Indonesia menjadi nol
persen. Kondisi itu, akan mengancam industri kita karena produk Cina yang terkenal
murah akan menjadi saingan terberat produkIndonesia .

Tak hanya itu. Penerapan ACFTA juga akan memicu pemutusan hubungan kerja
(PHK) massal. Seperempat dari 30 juta tenaga kerja akan kehilangan lapangan
kerja, yaitu 7,5 juta pekerja, langsung dikemukakan oleh ketua Asosiasi Penguasa
Indonesia.

Pengamat Ekonomi sempat meminta DPR agar mengajukan hak angket atas
penerapan ACFTA. Menurutnya, nilai kerugian pemberlakuan ACFTA bisa mencapai
lebih dari Rp 6 triliun, alias lebih besar dari kasus Bank Century. Pasalnya jelas,
ratusan ribu pegawai terancam tidak bekerja. Pendapatnya, harusnya yang seperti
ini (ACFTA), yang dijadikan hak angket. Jangan hanya Century.

Permintaan tersebut direspons DPR. "Kalau ini (ACFTA) akan mempengaruhi sistem
perekonomian dan kepentingan nasional tak bisa dilindungi, kita (DPR) akan
mengarah ke situ (penggunaan hak angket)," jelas anggota Komisi VI DPR.

Indonesia belum siap menghadapi perdagangan bebas karena memiliki daya saing
yang rendah. Berdasarkan catatan International Institute for Managemenet
Development dalam World Competitiveness Yearbook 2006-2008, daya Indonesia
merosot ke peringkat 52 dari 55 negara. Bahkan, versi World Economic Forum
menyebutkan daya saing Indonesia berada di peringkat 54, lebih rendah dari
Singapura, Malaysia, dan Thailand.

Pemerintah harusnya menegosiasi ulang kesepakatan perdagangan bebas, terutama


untuk sektor-sektor yang belum siap. Pemerintah harus menyiapkan industri
domestik agar bisa lebih kompetitif dengan produk Cina. Termasuk di antaranya,
memberikan kemudahan dalam bentuk pendanaan atau lainnya.

Banyak pekerjaan rumah yang harus dilakukan pemerintah guna meningkatkan daya
saing industri ,juga banyak industri—terutama industri tekstil serta produk tekstil—
terancam dengan penerapan ACFTA.

Ketidaksiapan itu, dapat dilihat dari merosotnya kinerja industri nasional. Hingga Juli
2009, nilai ekspor industri tekstil sudah merosot sekitar US$ 520 juta. Asosiasi
Industri Besi dan Baja Indonesia turut menjerit. Sejak 2000, ketika bea masuk masih
diberlakukan, industri baja Indonesia terus mengalami defisit perdagangan karena
kalah bersaing dengan produk impor. Defisit ini dipastikan membengkak, jika bea
masuk jadi nol persen.

Membanjirnya barang-barang impor dari Cina menggembirakan bagi para


konsumen. Kenapa? Selain menambah pilihan harganya juga terjangkau. Soal
kualitas?Mungkin jadi pertimbangan kedua. Lihat saja di Pasar Pagi Mangga Dua,
Jakarta Barat, serta Pasar Tanahabang, Jakarta Pusat. Sepatu, tas, pakaian, atau
kain asal Cina bisa ditemui di sana.
Lantas, bagaimana produk Cina bisa lebih murah? Menurut Ketua Asosiasi Pemasok
Garmen dan Aksesori Indonesia Poppy Susanti Dharsono, murahnya produk Cina
karena didukung kebijakan pembiayaan perbankan. Pengusaha di Cina, bisa
mendapatkan kredit dengan bunga cuma tiga persen setahun. Di Indonesia, meski
sudah negosiasi, pengusaha menengah besar mendapatkan kredit dengan bunga 12
persen. Pengusaha menengah kecil justru lebih besar, 15 persen. Selain itu,
Pemerintah Cina berusaha menempatkan diri sebagai pelayan dengan menyediakan
segala kebutuhan yang diperlukan industri. Mulai dari pengurusan izin usaha yang
diproses dengan mudah dan cepat. Tidak ketinggalan infrastruktur penunjang guna
memacu ekspor, seperti jalan raya, pelabuhan angkut, dan ketersediaan tenaga
listrik.

Di Cina, hingga 2007, jarak jalan raya untuk lalu lintas yang telah dibuka totalnya
mencapai 3,57 juta kilometer. Sedangkan untuk pelabuhan, Cina setidaknya memiliki
3.800 pelabuhan angkut, 300 di antaranya dapat menerima kapal berkapasitas
10.000 megaton. Soal listrik, pada tahun lalu, Cina kabarnya bakal mengoperasikan
PLTA terbesar di dunia yang mampu menghasilkan tenaga listrik sebesar 84,7 triliun
Kwh.Sementara di Indonesia, panjang jalan raya pada 2007 hanya sekitar 34.000
kilometer. Dari angka itu, 28 persen di antaranya dinyatakan sangat baik dan lebih
dari 50 persen layak. Selebihnya, dalam keadaan rusak. Ditambah lagi operasional
jalan, harga bahan bakar minyak yang mahal. Belum lagi listrik yang "byar-pet"
menjadi fenomena tersendiri di negeri ini.Dari sisi produktivitas, satu produk di
Indonesia membutuhkan tiga tenaga kerja dibanding Cina. Soal sumber daya
manusia, Cina memang tak tanggung-tanggung. Sejak 1990-an, Cina telah
mengirimkan ribuan tenaga muda terbaiknya untuk belajar ke beberapa universitas
terbaik di Amerika Serikat, seperti Harvard, Stanford, dan Massachusetts Institute of
Technology, kampusnya para unggulan di Negeri Paman Sam.Tak hanya itu,
Pemerintah Cina juga membujuk para sarjana yang berada di luar negeri serta
profesional, terutama yang sedang dan pernah bekerja di pusat-pusat riset di bidang
teknologi di seluruh dunia, agar mau pulang kampung. Mereka ditawari untuk
membuka perusahaan baru di Cina. Tentu saja bujukan itu dilakukan dengan iming-
iming kemudahan serta fasilitas untuk memulai usaha, seperti insentif pajak,
kemudahan dalam perizinan, dan suntikan modal. Hal yang tentu kurang atau
mungkin sama sekali, belum dilakukan pemerintah Indonesia.
 
kunjungi juga
 
http://e-ver-e-ver.blogspot.com/

chrissurya.files.wordpress.com/2010/.../perdagangan-international.pp.

labkom34.files.wordpress.com/2011/.../perdagangan-internasional.do

Anda mungkin juga menyukai