Anda di halaman 1dari 2

Penjelasan 6 Asas Perjanjian Internasional

Asas-asas Perjanjian Internasional ~ Ada enam asas/prinsip perjanjian internasional yang harus
dipatuhi oleh negara-negara yang tunduk pada perjanjian internasional. Berikut ini adalah uraian
asas-asas atau prinsip-prinsip perjanjian internasional. Semoga bermanfaat. | Dosen PPkn

Penjelasan 6 Asas Perjanjian Internasional | www.dosen-ppkn.blogspot.com

1. Asas Pacta Sunt Servanda

Pacta Sunt Servanda adalah prinsip pertama yang harus diterima dan dilaksanakan oleh negara-
negara yang tunduk pada kesepakatan internasional. Prinsip ini juga bisa disebut sebagai asas
kepastian hukum jika diterjemahkan ke bahasa Indonesia. Oleh karena itu, prinsip ini mensyaratkan
negara anggota dalam perjanjian internasional untuk selalu mematuhi ketentuan, keputusan, dan
kesepakatan yang tercantum dalam dokumen perjanjian. Jika negara anggota tidak mematuhi isi
prinsip perjanjian tersebut, negara atau pihak lain yang merasa kepentingannya sendiri terluka dapat
melaporkan ke pengadilan internasional untuk diadili.

2. Asas Egality Rights (Persamaan Hak)

Hak Egality adalah persamaan hak. Prinsip ini mensyaratkan semua pihak yang terlibat dalam
kesepakatan internasional memiliki kesetaraan yang sama. Tidak ada perbedaan tingkat yang dapat
menyebabkan kesenjangan dalam perjanjian internasional. Baik negara maju maupun negara
berkembang, mereka memiliki hak dan drajat yang sama dalam perjanjian internasional. Prinsip ini
muncul karena trauma masa lalu yang berasal dari perang dunia pertama dan kedua dan masa
kolonial negara-negara barat jauh sebelum itu. Negara terjajah terluka karena negara kolonial
merasa martabatnya lebih tinggi daripada penduduk asli.

3. Asas Reciprocity (Timbal Balik)

Asas Reciprocity atau asas timbal balik adalah asas dimana semua pihak yang terlibat dalam
perjanjian internasional memiliki keuntungan. Jika ada ketidakseimbangan kepentingan atau
keuntungan yang terjadi selama perencanaan, negara yang kurang beruntung dapat
memperjuangkan haknya untuk mendapatkan keuntungan yang sama, dan pihak lain harus
mendukung negara yang dirugikan untuk menemukan solusi terbaik yaitu penyelesaian yang adil.

4. Asas Bonafides
Bonafides atau asas niat baik merupakan asas dalam melakukan suatu perjanjian internasional.
semua negara yang terlibat harus mempunyai niatan atau itikad yang baik. Dengan itikad baik, maka
semua tahapan kesepakatan internasional akan dilaksanakan dengan baik pula. Niat yang baik juga
yang akan menjadi pemecahan masalah jika terjadi situasi yang tidak terduga atau tidak diinginkan.
Niat baik di antara negara-negara yang tunduk pada perjanjian internasional juga akan memperkuat
hubungan diplomatik di antara mereka semua.

5. Asas Courtesy (Kehormatan)

Courtesy atau asas kehormatan mensyaratkan negara-negara yang terlibat dalam perjanjian
internasional untuk saling menghormati satu sama lain. Saling menghormati di sini berarti
menghormati segala sesuatu dari negara lain asalkan tidak melanggar perjanjian internasional dan
aspek turunannya. Adalah tepat bahwa setiap negara harus saling menghormati satu sama lain
karena sebagaimana diwajibkan dalam prinsip kesetaraan hak (egality rights), semua negara adalah
setara dalam perjanjian internasional.

6. Asas Rebus sic Stantibus

Prinsip Boiled sic Stantibus dapat ditafsirkan sebagai prinsip yang memungkinkan terjadinya
penangguhan atau perubahan kesepakatan atas alasan mendasar atau fundamental. Prinsip ini
diatur oleh Konvensi Wina, yang berada di bagian 3 (penghentian perjanjian). Alasan mendasarnya
adalah misalnya kesepakatan semua pihak, tujuan kesepakatan sudah tercapai, pelanggaran
kesepakatan, dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai