Anda di halaman 1dari 3

Nama : M.

Rizki Harahap
NIM : 207011055
Kelas : Sem. II A Ganjil
Hari/Tanggal : Kamis, 15 April 2021
Mata Kuliah : Hukum Kontrak Internasional
Dosen Penguji : Dr. Mahmul Siregar, SH, MHum

Jawaban
1. Dalam perdagangan internasional, perbedaan aturan hukum nasional para pihak
dikhawatirkan mempengaruhi kelancaran perdagangan. Salah satu langkah antisipasi
yang dilakukan para pihak adalah mencantumkan klausula pilihan hukum dan/atau
pilihan forum dalam kontrak bisnis internasional. Namun, tidak tertutup kemungkinan
para pihak tidak mencapai kesepakatan sehingga para pihak tidak mencantumkan
klausula pilihan hukum dan/atau pilihan forum dalam kontrak yang dibuat. Tanpa
pencatuman klausula pilihan hukum dan/atau pilihan forum, akan muncul
permasalahan tentang hukum negara mana yang berlaku dan forum mana yang
berwenang untuk menyelesaikan sengketa kontrak bisnis internasional. Maka dapat
disimpulkan kegunaan klausula pilihan hukum adalah agar tercapainya kepastian
aturan Negara mana yang akan dipakai dalam suatu kontrak internasional untuk
mencegah terjadinya sengketa.

2. Prinsip-prinsip UNIDROIT:
a. Prinsip kebebasan berkontrak, yaitu setiap orang bebas untuk mengadakan suatu
perjanjian yang memuat syarat-syarat perjanjian macam apapun, sepanjang perjanjian
itu dibuat secara sah dan beritikad baik, serta tidak melanggar ketertiban umum dan
Peraturan Perundang-undangan.

b. Prinsip pengakuan hukum terhadap kebiasaan dagang, yaitu disebut juga sebagai
keterbukaan terhadap kebiasaan dagang. Prinsip ini termuat dalam 10 Pasal 1. 8
prinsip UNIDROIT. Menurut pasal ini, para pihak tidak saja oleh kebiasaan dagang
yang telah berlaku diantara mereka dan kebiasaan dagang yang mereka sepakati,
tetapi juga oleh.
c. Prinsip itikad baik (good faith) dan transaksi jujur (fair dealing), yaitu Terdapat tiga
unsur dari prinsip itikad baik dan transaksi jujur, yaitu:
 Itikad baik dan transaksi jujur sebagai prinsip dasar yang melandasi kontrak;
 Prinsip itikad baik dan transaksi jujur dalam UPICCs ditekankan pada praktik
perdagangan internnasional;
 Prinsip itikad baik dan transaksi jujur bersifat memaksa.
Itikad baik, adalah prinsip yang sebenarnya mencerminkan warna hukum Eropa dari
UNIDROIT. Prinsip ini termuat dalam Pasal 1. 7 yang menyatakan: “each party must
act in accordance with good faith and fair deal-ing in international trade. ” Tujuan
utama prinsip ini sebagaimana yang dicitakan oleh UNIDROIT adalah tercapainya
suatu keadaan yang adil dalam transaksi-transaksi dagang internasional.

d. Prinsip force majeure, yaitu termuat dalam Pasal 7. 1. 7 Prinsip UNIDROIT yang
isinya adalah 1. Peristiwa yang menyebabkan force majeure merupakan peristiwa
yang diluar kemampuannya, 2. Adanya peristiwa tersebut mewajibkan pihak yang
mengalaminya untuk memberitahukan pihak lainnya mengenai telah terjadinya force
majeure.

3. Pada umumnya di dalam beberapa kepustakaan istilah Lex Mercatoria diberikan


pengertian sebagai hukum yang seragam (uniform law) yang keberadaannya diterima
oleh komunitas komersial di berbagai Negara. Namun kata “seragam” (uniform) dikritik
bahwa tidak mungkin terwujud suatu hukum perdata yang seragam yang berlaku di
berbagai Negara. Dan pada umumnya lex mercatoria diartikan kebiasaan dan kepatutan
umum dari masyarakat bisnis yang diterapkan ke dalam praktik hukum komersial di
berbagai Negara.

Kegunaan Lex Mercatoria yaitu apabila terjadi kekosongan hukum. Hal itu dapat
memberikan jalan keluar karena kendala tidak adanya hukum nasional yang mengatur,
sehingga para hakim dan arbitrator dapat memilih lex mercatoria dilengkapinya dengan
prinsip equity sebagai bahan penemuan hukum (rechtsvinding) oleh para hakim atau
arbitrator.
4. Dalam pembentukan tata kelola perusahaan Join Venture Agreement harus terdapat
klausula-klausula;
b. Kepemilikan modal
c. Pengaturan saham termasuk peningkatan kepemilikan saham penyertaan
d. Tata kelola keuangan, tenaga ahli dan teknologi
e. Struktur Organ
f. Mekanisme penyelesaian sengketa
g. Pengakhiran perjanjian

5. Sebagaimana disebutkan dalam ketentuan Pasal 66 Undang-Undang Nomor 30 Tahun


1999, suatu putusan arbitrase internasional hanya diakui serta dapat dilaksanakan di
wilayah hukum Republik Indonesia, jika telah memenuhi persyaratan sebagai berikut :
a. Putusan arbitrase internasional dijatuhkan oleh arbiter atau majelis arbitrase di suatu
negara yang dengan Negara Indonesia terikat pada perjanjian, baik secara bilateral
maupun multilateral mengenai pengakuan dan pelaksanaan putusan arbitrase
internasional.
b. Putusan arbitrase internasional terbatas pada putusan yang menurut ketentuan hukum
Indonesia termasuk dalam ruang lingkup hukum perdagangan.
c. Putusan arbitrase internasional hanya dapat dilaksanakan di Indonesia dan
keputusannya tidak bertentangan dengan ketertiban umum.
d. Putusan arbitrase internasional dapat dilaksanakan di Indonesia setelah memperoleh
eksekutor dari Ketua Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.

Anda mungkin juga menyukai