Anda di halaman 1dari 6

RANGKUMAN MATERI

HUKUM DAGANG INTERNASIONAL

Nama : Christhofer Bryan Ansa


Nim : 19071101358

A. Pengertian Hukum Dagang


Perdagangan internasional adalah perdagangan yang dilakukan antar negara
atau pemerintah negara dengan negara lain yang menjalani ubungan perdagangn yang
sesuai kesepakatan antar kedua belah pihak yang melakukan perdagangan
internasional. Perdagangan internasional dapat juga dilakukan antara penduduk suatu
negara dengan penduduk negara lain atas dasar kesepakatan bersama.
Hukum Dagang Internasional, merupakan sekumpulan aturan yang mengatur
hubungan-hubungan komersial yang sifatnya perdata. Pengertian hukum dagang
internasional dapat dibagi menjadi dua, yaitu: hukum dagang internasional publik
(hukum yang mengatur perilaku dagang antar negara), dan hukum dagang internasional
privat (hukum yang mengatur perilaku dagang secara orang perorangan di negara-
negara berbeda)

B. Sumber Hukum Dagang Internasional


a. Perjanjian internasional, terbagi dalam 3 bentuk:
1. Perjanjian multilateral, adalah kesepakatan tertulis yang mengikat lebih dari dua
pihak (negara) dan tunduk pada aturan hukum internasional.
2. Perjanjian regional, adalah kesepakatan-kesepakatan di bidang perdagangan
internasional yang dibuat oleh negara-negara yang tergolong atau berada dalam
suatu regional tertentu.
3. Perjanjian bilateral, merupakan perjanjian yang hanya mengikat dua subyek
hukum internasional (negara atau organisasi internasional).

Isi perjanjian internasional di bidang perdagangan internasoinal pada


umumnya memuat hal-hal; liberalisasi hukum, integrasi ekonomi, harmonisasi
hukum, unifikasi hukum, model hukum dan legal guide.

b. Hukum kebiasaan internasional, sumber hukum ini disebut sebagai lex


mercatoria (hukum para pedagang). Suatu kebiasaan menjadi mengikat apabila
memenuhi syarat ; suatu praktek berulang-ulang dan mengikat lebih dari 2 pihak
(negara), kebiasaan ini sebagai mengikat (opnio iuris necessitates). Untuk
kebiasaan dagang Internasional, pengadilan tidak jarang mempertanyakan
keabsahannya karena sekalipun terkodifikasi oleh upaya lembaga internasional
seperti ICC, bukanlah bersifat Perjanjian Internasional.

September 28, 2021 1


c. Prinsip-prinsip hukum umum, Sumber hukum ini akan berfungsi manakala
hukum perjanjian internasional, dan hukum kebiasaan tidak memberi jawaban atas
permasalahan yang timbul. Contohnya: prinsip itikad baik, pacta sunt servanda,
prinsip ganti rugi.

d. Putusan badan pengadilan dan doktrin, Sumber hukum ini berfungsi sebagai
pelengkap seperti prinsip-prinsip hukum umum. Putusan badan Pengadilan hanya
untuk dipertimbangkan. Doktrin yaitu pendapat-pendapat, tulisan para sarjana
terkemuka yang fungsinya cukup penting dalam hukum perdagangan internasional.

e. Kontrak, Sumber hukum perdagangan Internasional utama dan terpenting adalah


perjanjian atau kontrak yang dibuat oleh pedagang sendiri. Para pelaku
perdagangan (stake-holdres) dalam hukum perdagangan internasional dalam
melakukan transaksi perdagangan internasional. Kontrak berperan sebagai sumber
hukum yang dijadikan acuan dalam melaksanakan hak dan kewajiban dalam
perdagangan internasional.

f. Hukum nasional, Peran hukum nasional lahir dari adanya yurisdiksi (kewenangan)
negara. Kewenangan negara bersifat mutlak dan eksklusif, artinya apabila tidak ada
pengecualian kekuasaan itu tidak dapat diganggu gugat.

C. Subjek dan Objek Hukum Dagang Internasional


Terdapat beberapa subjek hukum yang berperan penting di dalam
perkembangan hukum dagang internasional, yaitu:
a. Negara
b. Organisasi Internasional (pemerintah dan non-pemerintah)
c. Individu (perusahaan Multinasional dan Bank)

Objek hukum dagang internasional yaitu segala benda dan atau hak yang dapat
dimiliki oleh subjek hukum. Objek hukum dagang harus dapat diperdagangkan atau
diusahakan untuk mencari keuntungan. Yang tidak dapat menjadi hukum dagang yaitu;
manusia, senjata, dan obat-obatan terlarang

D. Prinsip-prinsip Hukum Dagang Internasional


1. Prinsip dasar kebebasan berkontrak
Prinsip kebebasan berkontrak sebenarnya merupakan prinsip universal dalam
hukum dagang internasional. Kebebasan ini meliputi kebebasan untuk melakukan
jeni-jenis kontrak yang dispekati para pihak. Dan termasuk pula kebebasan memilih
forum penyelesaian sengketa dagangnya serta mecakup kebebasan memilih hukum
yang akan berlaku terhadap kontrak yang dibuat.

2. Prinsip Pacta Sunt Servanda

September 28, 2021 2


Prinsip ini mensyaratkan bahwa kesepakatan atau kontrak yang telah
ditandatangani harus dilaksanakan dengan sebaik-baiknya (dengan itikad baik).

3. Prinsip Penyelesaian Sengketa Melalui Arbitrase


Arbitrase dalam perdagangan internasional adalah forum penyelesaian sengketa
yang umum digunakan. Klausul arbitrase sudah semakin banyak dicantumkan
dalam kontrak-kontrak dagang.

4. Prinsip Kebebasan Komunikasi (Navigasi)


Komunikasi atau navigasi adalah kebebasan para pihak untuk berkomunikasi
guna keperluan dagang dengan siapa pun juga dengan melalui berbagai sarana
navigasi atau komunikasi, baik darat, laut, udara atau memalui media sarana
elektronik. Kebebasan komunikasi ini bersifat sangat esensial bagi terlaksananya
perdagangan internsional.

E. Perkembangn Hukum Dagang Internasional


Hukum perdagangan internasional telah ada sejak lahirnya negara dalam arti
modern. Sejak saat itu, hukum dagang internasional telah mengalami perkembangan
yang cukup pesat sesuai dengan perkembangan hubungan-hubungan perdagangan.
Perkembangan hukum dagang internasional dapat dikelompokkan ke dalam 3 tahap,
yaitu:
1. Hukum perdagangan internasional dalam masa awal pertumbuhan.
2. Hukum perdagnagn internasional yang dicantumkan dalam hukum nasional
3. Lahirnya aturan-aturan hukum perdagangan internasional yang mengurusi
perdagangan internasional.

F. Organisasi Internasional
1. General Agreement on Tariffs and Trade (GATT), merupakan perjanjian
multilateral yang menentukan aturan-aturan bagi pelaksanaan perdagangan
internasional. GATT terbentuk setelah Perang Dunia II berakhir. Keadaan sosial,
politik dan ekonomi yang kacau mendorong negara-negara di dunia untuk saling
bekerja sama demi mengatasi krisis dalam negeri. Selain itu, latar belakang
pembentukan GATT juga dipengaruhi oleh keinginan dari negara-negara dunia
untuk melakukan negosiasi terhadap perdagangan bebas internasional.

2. World Trade Organization (WTO), adalah adalah organisasi perdagangan


internasional yang mengatur perdagangan antar negara di dunia. Organisasi
internasional ini menaungi upaya untuk meliberalisasi perdagangan. Organisasi ini
menyediakan aturan-aturan dasar dalam perdagangan internasional, menjadi wadah
perundingan konsesi dan komitmen dagang bagi para anggotanya, serta membantu
anggota-anggotanya menyelesaikan sengketa dagang melalui mekanisme yang
mengikat secara hukum.

September 28, 2021 3


3. International Organization for Standardization (ISO), adalah badan penetap
standar internasional yang terdiri dari wakil-wakil dari badan standardisasi nasional
setiap negara. Sebelum menjadi nama ISO pada awalnya lembaga tersebut bernama
IOS. Tetapi sekarang lebih sering menggunakan singkatan ISO, karena dalam
bahasa Yunani isos berarti sama (equal). Penggunaan ini dapat dilihat pada kata
isometrik atau isonomi.

4. United Nations Commission International Trade Law (UNCITRAL), dibentuk


pada tahun 1966 yang tujuannya untuk memungkinkan PBB memainkan peranan
yang lebih aktif dalam mengurangi atau menghapuskan hambatan-hambatan hukum
arus perdagangan internasional. Tugas pokok dari badan inti di dalam PBB ini
adalah untuk mendorong kemajuan harmonisasi dan unifikasi dari hukum dagang
internasional. Sejalan dengan kemajuan dunia dan semakin dekatnya pelaksanaan
program globalisasi perdagangan dunia dirasakan perlu untuk menciptakan suatu
harmonisasi dan unifikasi hukum yang mendukung perdagangan dunia agar dapat
berjalan dengan lancar. Untuk itu PBB membentuk suatu komisi yang bertugas
untuk membentuk dan mengembangkan hukum dagang internasional yang dikenal
dengan Uncitral. Uncitral melihat perbedaan hukum antar negara sebagai suatu
kendala besar bagi penyelesaian masalah yang ada maka Uncitral menciptakan
kaidah hukum internasional yang dapat dipakai oleh semua negara. Kaidah ini
dikenal dengan Uncitral Arbitration Rules (U.A.R) yang diterima pada tanggal 28
April 1976 dan kaidah ini dianjurkan oleh PBB untuk dapat diterima secara umum
dalam perdagangan internasional.

G. Penyelesaian Sengketa dalam Hukum Dagang Internasional


a. Prinsip-prinsip Penyelesaian Sengketa
Dalam hukum perdagangan internasional, dapat dikemukakan di sini prinsip-
prinsip mengenai penyelesaian sengketa perdagangan internasional, yaitu :
1. Prinsip Kesepakatan Para Pihak (Konsensus). Prinsip kesepakatan para pihak
merupakan prinsip fundamental dalam penyelesaian sengketa perdagangan
internasional. Prinsip inilah menjadi dasar untuk dilaksanakan atau tidaknya
suatu proses penyelesaian sengketa.
2. Prinsip Kebebasan Memilih Cara-cara Penyelesaian Sengketa. Prinsip penting
kedua adalah prinsip di mana para pihak memiliki kebebasan penuh untuk
menentukan dan memilih cara atau mekanisme bagaimana sengketanya
diselesaikan (principle of free choice of means).
3. Prinsip Kebebasan Memilih Hukum. Prinsip kebebasan para pihak untuk
menentukan sendiri hukum apa yang akan diterapkan (bila sengketanya
diselesaikan) oleh badan peradilan (arbitrase) terhadap pokok sengketa.
4. Prinsip Iktikad Baik (Good Faith). Prinsip ini mensyaratkan dan mewajibkan
adanya iktikad baik dari para pihak dalam penyelesaian sengketanya. Dalam
prinsip ini tercermin dalam dua tahap. Pertama, prinsip iktikad baik disyaratkan
untuk mencegah timbulnya sengketa. Kedua, penyelesaian sengketa melalui
cara-cara yang dikenal dalam hukum (perdagangan) internasional, yakni

September 28, 2021 4


negosiasi, mediasi, konsiliasi, arbitrase, pengadilan atau cara-cara pilihan para
pihak lainnya.
5. Prinsip Exhaustion of Local Remidies. Menurut prinsip ini, hukum kebiasaan
internasional menetapkan bahwa sebelum para pihak mengajukan sengketanya
ke pengadilan internasional, langkah-langkah penyelesaian sengketa yang
tersedia atau diberikan oleh hukum nasional suatu negara harus terlebih dahulu
ditempuh (exhausted).

b. Forum Penyelesaian Sengketa


1. Negosiasi adalah cara penyelesaian sengketa yang paling dasar dan paling tua
digunakan. Dengan cara ini, para pihak dapat mengawasi prosedur penyelesaian
sengketanya.
2. Mediasi adalah suatu cara penyelesaian melalui pihak ketiga. Pihak ketiga
(sebagai pihak yang netral) ini bisa individu (pengusaha) atau lembaga atau
organisasi profesi atau dagang. Mediator ikut serta secara aktif dalam proses
negosiasi dan berupaya mendamaikan para pihak dengan memberikan saran
penyelesaian sengketa.
3. Konsiliasi memiliki kesamaan dengan mediasi. Kedua cara ini adalah
melibatkan pihak ketiga untuk menyelesaikan sengketa secara damai, namun
konsiliasi lebih formal daripada mediasi.
4. Arbitrase adalah penyerahan sengketa secara sukarela kepada pihak ketiga yang
netral. Pihak ketiga ini bisa individu, arbitrase lembaga atau arbitrase sementara
(ad hoc).

c. Pengadilan (Nasional dan Internasional)


Metode yang memungkinkan untuk menyelesaikan sengketa selain cara-cara
tersebut di atas adalah melalui pengadilan nasional dan internasional. Penggunaan
cara ini biasanya ditempuh apabila cara-cara penyelesaian yang ada ternyata tidak
berhasil. Penyelesaian sengketa dagang melalui badan peradilan biasanya
dimungkinkan ketika para pihak sepakat, yang dituangkan dalam klausul kontrak.

d. Hukum yang Berlaku


Bahwa pilihan hukum (choice of law, proper law atau applicable law) suatu
hukum nasional dari suatu negara tertentu tidak berarti bahwa badan peradilan
negara tersebut secara otomatis yang berwenang menyelesaikan sengketanya. Peran
choice of law di sini adalah hukum yang akan digunakan oleh badan peradilan
(pengadilan atau arbitrase) untuk:
1. Menentukan keabsahan suatu kontrak dagang.
2. Menafsirkan suatu kesepakatan-kesepakatan dalam kontrak.
3. Menentukan telah dilaksanakan atau tidak dilaksanakannya suatu prestasi
(pelaksanaan suatu kontrak dagang).
4. Menentukan akibat-akibat hukum dari adanya pelanggaran terhadap kontrak.

September 28, 2021 5


Hukum yang akan berlaku ini dapat mencakup beberapa hukum. Hukum-
hukum tersebut adalah:

1. hukum yang akan diterapkan terhadap pokok sengketa (applicable substantive


law atau lex cause)
2. hukum yang akan berlaku untuk persidangan (procedural law).

Bahwa dalam menentukan hukum yang berlaku, prinsip yang berlaku adalah
kesepakatan para pihak yang didasarkan pada kebebasan para pihak dalam
membuat perjanjian atau kesepakatan (party autonomy) yang merupakan prinsip
hukum umum.

e. Pelaksanaan Putusan Sengketa Dagang


Pelaksanaan Alternatif Penyelesaian Sengketa (APS) lebih banyak bergantung
kepada iktikad baik para pihaknya. Hal ini semata-mata karena sifat putusannya
yang sejak awal dilandasi oleh asas konsensual. Pelaksanaan putusan arbitrase asing
juga sudah menjadi isu yang lama. Pada umumnya yang menjadi kendala dalam
masalah ini adalah pelaksanaan (eksekusi) putusan oleh pihak yang kalah.
Pelaksanaan putusan pengadilan juga masih masih menjadi masalah serius.
Pengadilan merupakan refleksi kedaulatan negara dalam mengadili suatu sengketa.
Oleh karena itu, putusan pengadilan tidak secara otomatis dapat dilaksanakan di
wilayah kedaulatan negara lain.

September 28, 2021 6

Anda mungkin juga menyukai