Sompie
NIM : 19330210013
Matkul : Hukum Dagang Internasional
Jawab:
1. 1. Perjanjian Internasional
Perjanjian internasional terbagi dalam 3 bentuk :
· perjanjian multirateral
· perjanjian regional
· perjanjian bilateral
Salah satu cara lain negara untuk terikat kepada suatu perjanjian internasional adalah
melalui penundukan secara diam-diam. Artinya, tanpa mengikatkan diri secara tegas
melalui penandatanganan dan ratifikasi, suatu negara dapat mengikatkan dirinya dengan
cara mengadopsi muatan suatu perjanjian internasional ke dalam hukum nasionalnya.
5) Model Hukum dan Legal Guide : negara-negara akan dapat mengacu muatan aturan-
aturan model hukum atau legal guide ini ke dalam hukum nasionalnya.
Minimum- standard or equitable treatment : aturan dasar yang harus ditaati untuk
dapat turut serta di dalam transaksi-transaksi perdagangan internasional.
Suatu praktek kebiasaan untuk menjadi mengikat harus memenuhi syarat-syarat berikut:
· Suatu praktek yang berulang-ulang dilakukan dan diikuti oleh lebih dari dua pihak
(praktek negara)
· Praktek negara itu diterima sebagai mengikat (opnio iurissive necessitatis)
Beberapa contoh dari prinsip-prinsip hukum umum ini antara lain adalah prinsip itikad
baik, prinsip pacta sunt servanda, dan prinsip ganti rugi.Ketiga prinsip ini terdapat dan
diakui dalam hampir semua sistem hukum yang ada di dunia, dan terdapat pula
dalam hukum (perdagangan) internasional.
Begitu pula dengan doktrin, doktrin ini penting manakala sumber-sumber hukum
sebelumnya ternyata juga tidak jelas atau tidak mengatur sama sekali suatu hal dibidang
perdagangan internasional, sehingga dengan adanya konsep doktrin ini dapat menjadi
pintu masuk untuk menyelesaikan permasalahan aspek hukum perdagangan
internasional.
5. Kontrak
Para pelaku perdagangan (pedagang) atau stake-holdersnya dalam hukum perdagangan
internasional dalam melakukan transaksi-transaksi perdagangan internasional, mereka
akan menuangkannya dalam perjanjian-perjanjian tertulis (kontrak). Karena itu, kontrak
adalah sangat esensial. Kontrak berperan sebagai sumber hukum yang perlu dan terlebih
dahulu mereka jadikan acuan penting dalam melaksanakan hak dan kewajiban mereka
dalam perdagangan internasional.
6. Hukum Nasional
Peran signifikan dari hukum nasional lahir dari adanya jurisdiksi dan kewenangan dari
negara. Kewenangan ini sifatnya mutlak dan eksklusif. Artinya, apabila tidak ada
pengecualian lain, maka kekuasaan itu tidak dapat dapat diganggu gugat.
Jurisdiksi atau kewenangan tersebut adalah kewenangan suatu negara untuk mengatur
segala ( peristiwa hukum, subyek hukum, dan benda yang berada di dalam wilayahnya.
Kewenangan mengatur ini mencakup membuat hukum (nasional) baik yang sifatnya
hukum publik maupun hukum perdata (privat).
Kewenangan atas peristiwa hukum disini dapat berupa transaksi jual beli dagang
internasional, atau transaksi dagang internasional.
Kewenangan negara untuk mengatur atas suatu benda yang berada di dalam
wilayahnya mencakup pengaturan obyek-obyek apa saja yan dapat atau tidak dapat
untuk diperjual-belikan.
2. Asas rebus sic stantibus dapat dijadikan sebagai dasar untuk mengakhiri atau menarik
diri atau menunda atas berlakunya suatu perjanjian internasional. Clausula rebus sic
stantibus adalah asas hukum yang menyatakan bahwa suatu perjanjian tidak lagi
berlaku akibat perubahaan keadaan yang mendasar.
a) lahirnya aturan-aturan yang timbul dari kebiasaan dalam berbagai pekan raya (the law of
the fairs)
d) berperannya notaris (public notary) dalam memberi pelayanan jasa-jasa hukum (dagang).
Pada tahap perkembangan ini, negara-negara mulai sadar perlunya pengaturan hukum
perdagangan internasional. Mereka mulai mengadopsi beberapa hal yang ada dalam lex
mercatoria yang kemudian dimasukkan dalam kitab undang-undang hukum (perdagangan
internasional) mereka. Prancis membuat kitab yang bernama code de commerce pada tahun
1807, Germany menerbitkan Allgemeine Handelsgezetbuch pada tahun 1861 dan lain-lain.
Pada tahap ini, aturan-aturan hukum perdagangan internasional lahir sebagian besar karena
semakin banyaknya berbagai perjanjian internasional, baik secara bilateral, regional ataupun
multilateral. Secara khusus, tahap ini muncul secara signifikan setelah berakhirnya Perang
Dunia II. Salah satu perjanjian multilateral yang ditandatangani pada masa ini adalah
disepakatinya lahirnya GATT tahun 1947. Pada putaran perundingan tahun 1986-1994,
negara-negara anggota GATT telah sepakat untuk membentuk suatu badan atau lembaga
baru, yaitu WTO (World Trade Organization). Perubahan dari GATT ke WTO berdampak luas
terhadap bidang hukum perdagangan internasional. Aturan-aturan yang tercakup dalam
WTO tidak semata-mata mengatur tarif dan barang, tetapi mengatur jasa, hak kekayaan
intelektual, penanaman modal dan lain-lain.
– Jika penjual tidak tidak terikat untuk menyerahkan barang-barang di tempat yang
ditentukan maka kewajibannya adalah menyerahkan barang-barang kepada pengangkut
pertama untuk diserhkan barang-barang kepada pengangkut pertama untuk diserahkan
kepada pembeli (pasal 31 sub a).
c) dalam jangka waktu yang wajar (reasonable) setelah pembuatan kontrak (pasal 33).
– Penjual harus menyerahkan barang-barang sesuai dengan jumlah, kualitas dan
persyaratan yang ditentukan dalam kontrak (pasal 35 ayat 1).
– Penjual harus menyerahkan barang-barang yang bebas dari tuntutan dan hak pihak
ketiga kecuali pembeli menyetujui untuk mengambil barang-barang tersebut (pasal 41).