Anda di halaman 1dari 11

PILIHAN HUKUM PARA PIHAK Disusun oleh :

Muhammad Zulfakhri
DALAM SUATU KONTRAK Dharmawan
DAGANG INTERNASIONAL E1A017360/ kelas D
LATAR BELAKANG
Transaksi dagang semakin berlangsung cepat, seiring dengan adanya arus
globalisasi. Perdagangan internasional merupakan salah satu bidang yang
berkembang cepat, dengan adanya jasa teknologi khususnya informatika. Sehingga
hubungan transaksi yang kompleks dapat berlangsung. Dengan pesatnya teknologi,
jarak bukan lagi halangan dalam transaksi berdagang. Adanya transaksi- transaksi
itulah yang disebut dengan e-commerce.

Sehingga para pihak sebelum menutup suatu perjanjian dagang, perlu bersikap hati-
hati terhadap calon mitra dagang, substansi perjanjian, hak dan kewajiban, resiko,
pilihan hukum dan forum penyelesaian sengketa.
Perdagangan internasional umumnya menggunakan dua atau lebih sistem hukum
pemerintahan. Pembeli ataupun penjual mungkin melakukan fungsinya di bawah dua
sistem hukum yang berbeda. Perusahaan ekspedisi yang mengangkut barang-barang,
kontrak asuransi kelautan yang menjamin pelayaran, dan muatan mungkin diatur
oleh sistem hukum yang terpisah. Pembiayaan perdagangan internasional dengan
Surat L/C atau kalau tidak dapat diatur oleh sistem hukum yang lain. Ketika timbul
perselisihan, para pihak dapat mengajukan penyelesaian perselisihan mereka dengan
menggunakan peradilan dari yurisdiksi yang dipilih.
PEMBAHASAN
A. Istilah dan Prinsip choice of law.
Masalah pilihan hukum yang akan diberlakukan atau diterapkan adalah salah satu masalah
yang penting dalam suatu kontrak perdagangan internasional.
Para pihak dalam suatu kontrak bebas untuk melakukan pilihan, mereka dapat memilih sendiri
hukum yang harus dipakai untuk kontrak mereka. Para pihak dapat memilih hukum tertentu.
Pilihan hukum merupakan hukum mana yang akan digunakan dalam pembuatan suatu
kontrak. Para pihak yang mengadakan perjanjian dagang berhak melakukan kesepakatan
tentang pilihan hukum (choice of law) dan pilihan forum (choice of forum) yang berlaku bagi
perjanjian tersebut. Pilihan hukum (choice of law) menentukan hukum yang berlaku
(governing law), demikian pula, pilihan forum arbitrase (arbitrase clause) menentukan
jurisdiksi forum penyelesaian sengketa.
Peran choice of law di sini adalah hukum yang akan digunakan oleh badan peradilan
untuk :
1. menentukan keabsahan suatu kontrak dagang,
2. menafsirkan suatu kesepakatan-kesepakatan dalam kontrak,
3. menentukan telah dilaksanakan atau tidak dilaksanakannya suatu prestasi
(pelaksanaan suatu kontrak dagang),
4. menentukan akibat-akibat hukum dari adanya pelanggaran terhadap kontrak.
Hukum yang akan berlaku ini dapat mencakup beberapa macam hukum. Hukum-
hukum tersebut adalah: hukum yang akan diterapkan terhadap pokok sengketa
(applicable substantive law atau lex causae) dan hukum yang akan berlaku untuk
persidangan (procedural law).
Hukum yang akan berlaku akan banyak bergantung pada kesepakatan para pihak.
Hukum yang akan berlaku tersebut dapat berupa hukum nasional suatu Negara
tertentu. Biasanya hukum nasional tersebut ada atau terkait dengan nasionalitas salah
satu pihak. Bila hukum nasional tidak mencapai kata sepakat, biasanya mereka akan
berupaya mencari hukum nasional yang relative lebih netral. Alternatif lainnya yang
memungkinkan dalam hukum perdagangan internasional adalah menerapkan
prinsip-prinsip kepatuhan dan kelayakan (ex aequo et bono) namun demikian
penerapan prinsip ini pun harus berdasarkan pada kesepakatan para pihak.
B.  Choice Of Law Tidak Melanggar Ketertiban Umum
Persoalan pilihan hukum mempunyai hubungan erat dengan masalah ketertiban umum.
Pilihan hukum diperkenankan berdasarkan asas kebebasan berkontrak. Namun kebebasan
tidak berarti tidak ada batasnya. Kebebasan tersebut dibatasi oleh ketentuan ketertiban
umum (public policy).

Ketertiban umum merupakan suatu rem darurat yang dapat menghentikan diperlakukannya
hukum asing. Juga ketertiban umum merupakan suatu rem darurat terhadap pemakaian
otonomi para pihak secara terlampau leluasa. Ketertiban umum menjaga bahwa hukum
yang telah dipiih oleh para pihak adalah tidak bertentangan dengan sendi-sendi asasi dalam
hukum dan masyarakat sang hakim. Pemakaiannya juga harus secara hati-hati dan seirit
mungkin, karena apabila terlalu cepat menggunakan rem darurat ini, maka hukum
perdagangan internasional juga tidak dapat berjalan dengan baik. Sebaliknya, jika terlalu
banyak mempergunakan lembaga ketertiban umum, berarti kita akan selalu memakai
hukum nasional kita sendiri, padahal hukum perdata internasional kita sudah menentukan
dipakainya hukum.
Konsep ketertiban umum berlainan di masing-masing Negara. Ketertiban umum
terikat pada tempat waktu. Jika situasi dan kondisi berlainan, paham ketertiban
umum juga berubah. Public policy juga mempunyai hubungan erat dengan
pertimbangan-pertimbangan politis. Boleh dikatakan bahwa pembuat kebijakan
memegang peranan yang penting dalam ketertiban umum ini.
Sesuai dengan prinsip hukum yang universal dan sangat mendasar pula bahwa
dikalahkan oleh kepentingan pribadi, oleh karena itu, jika ada kontrak perdagangan
yang bertentangan dengan ketertiban umum, maka kontrak tersebut sudah pasti
bertentangan dengan undang-undang yang berlaku di suatu Negara.
C. Pembatasan oleh Sistem Hukum Tertentu yang Memaksa (dwingen
recht)
Salah satu pembatasan dalam pilihan hukum adalah mengenai sistem hukum tertentu
yang bersifat memaksa. Para pihak tidak dapat menyimpang dari kaidah-kaidah yang
bersifat memaksa. Hal ini sudah umum diterima baik dalam suasana hukum intern
maupun internasional. Hukum yang memaksa (dwingen recht) membatasi kebebasan
para pihak dalam menentukan pilihan hukum. Pembatasan-pembatasan tersebut
ditentukan oleh keadaan ekonomi kehidupan modern, seperti perlindungan
konsumen, pencegahan penyalahgunaan wewenang dari penguasa ekonomi serta
menjaga iklim persaingan yang adil dalam ekonomi.
 
KESIMPULAN
Batas-batas Negara bukan lagi halangan dalam bertransaksi. Kemajuan
teknologi dan komunikasi mengakibatkan aktivitas ekonomi tidak lagi terkungkung
oleh batas-batas Negara. Para pihak sebelum menutup suatu perjanjian dagang, perlu
bersikap hati-hati terhadap calon mitra dagang, substansi perjanjian, hak dan
kewajiban, resiko, pilihan hukum dan forum penyelesaian sengketa. Para pihak yang
mengadakan perjanjian dagang berhak melakukan kesepakatan tentang pilihan
hukum (choice of law) dan pilihan forum (choice of forum) yang berlaku bagi
perjanjian tersebut. Ketika timbul perselisihan, para pihak dapat mengajukan
penyelesaian perselisihan mereka dengan menggunakan peradilan dari yurisdiksi
yang dipilih.

Anda mungkin juga menyukai